kualitas keberagamaan masyarakat muslim di sekitar

advertisement
KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT
MUSLIM DI SEKITAR UNIVERSITAS KRISTEN
SATYA WACANA SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
WALIDATUL IKROMAH
NIM : 11110107
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
ii
iii
MOTTO
         
“Berangkatlah, baik kamu merasa ringan atau berat, dan berjihadlah dengan
harta dan jiwamu..” (QS. At-Taubah: 41)
iv
PERSEMBAHAN
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Penulis persembahkan karya tulis
skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam perjalanan hidup
penulis, khususnya untuk :
1. Ayah dan Bunda tercinta (Bpk. Munawir dan Ibu Shoimah). Ini adalah
sebagian perjuangan dan cita-cita, iringan doa dan restunya. Karena jasa
dan kasih sayang beliaulah penulis sampai bisa menyelesaikan kuliah.
2. Adik-adik (Fauzi Ahsani, Nayla Muna Pratiwi dan Tashfiyaturrafi‟ah),
yang penulis banggakan, yang selalu berdoa dan memberi dorongan dan
semangat untuk mencapai kesuksesan.
3. Sahabat-sahabat kecil (Wahid, Yuliawan, dan Mula) yang tidak pernah
berhenti mendorong serta memberi semangat dalam menjalani hidup.
4. Teman-teman seperjuangan (KKN Cungkup) yang memberi motivasi
untuk menyelesaikan studi.
5. Teman-teman Racana Nagasandhi dan teman-teman pecinta alam yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak
ilmu dan pengalaman selama ini.
6. Para dosen IAIN Salatiga, terutama dosen pembimbing yang telah
mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat tersusun dengan baik.
Semoga mereka semua selalu dalam pelukan kasih sayang Allah SWT.
WALIDATUL IKROMAH
v
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirabbil „alamin
Peneliti menyampaikan rasa syukur yang mendalam atas nikmat yang
Allah s.w.t. anugerahkan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan hasil
penelitian dengan judul
KUALITAS KEBERAGAMAAN MASYARAKAT DI SEKITAR
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA TAHUN 2016
dengan baik.
Penelitian dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan beberapa pihak.
Oleh karena itu, peneliti menyampaiakan terima kasih kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Bapak Dr. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Program Studi PAI IAIN Salatiga.
Bapak Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum selaku pembimbing skripsi.
Bapak Agus Prasetyo, S.IP selaku pembina Badan Kesatuan Bangsa dan
Politik Kota Salatiga.
Bapak Bambang Setiyaji, S.H., selaku pimpinan Kelurahan Salatiga.
Bapak M. Sinwan selaku Ketua RW 09 Kemiri Salatiga.
Bapak Wiyono selaku Ketua RW 11 Kemiri Salatiga.
Bapak Saiful Fanani selaku Ketua RW 08 Domas-Somopuro Salatiga.
Mudah-mudahan Allah berkenan untuk membimbing dan memberikan
hidayah dalam setiap langkah hidupnya.
Salatiga, 30 Mei 2016
WALIDATUL IKROMAH
NIM: 11110107
vii
ABSTRAK
WALIDATUL IKROMAH. (2016). Kualitas Keberagamaan Masyarakat di
sekitar Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Skripsi, Sarjana Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Pembimbing dan Dosen Pengampu Dr. Mukti Ali, S.Ag., M.Hum.
Kata kunci: Kualitas Keberagamaan Masyarakat, Gejala pelemahan keimanan umat
Muslim
Pendidikan keagamaan memiliki peran penting terhadap perkembangan
kehidupan masyarakat. Lembaga pendidikan yang berada di suatu wilayah pasti
memberi dampak terhadap lingkungan sekitarnya, baik dalam segi ekonomi,
pendidikan, keagamaan, sosial maupun budayanya. Adanya Perguruan Tinggi di
Kelurahan Salatiga memberi dampak terhadap kehidupan masyarakat sekitar
terutama terhadap kualitas pendidikan keagamaan masyarakat terutama umat
Muslim. Hal ini menarik minat peneliti untuk menguak lebih jauh mengenai:
Pertama, Bagaimana kualitas pendidikan agama Islam terhadap keberagamaan
masyarakat muslim di sekitar UKSW, Kelurahan Salatiga? Bagaimana pengaruh
masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan agama Islam di sekitar
Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi
agama.
Subjek yang dilibatkan dalam penelitian sebanyak delapan informan
masyarakat perkampungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas, Kelurahan
Salatiga, Kota Salatiga. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara
dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Pertama, kualitas pendidikan agama
Islam terhadap keberagamaan masyarakat muslim mengalami penurunan dari
masa ke masa. Kedua, adanya pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan
keberagamaan agama Islam. Kehidupan sosial keberagamaan masyarakat
ditemukan beberapa bukti bahwa adanya proses Kristenisasi dengan melemahkan
keimanan umat muslim melalui beberapa cara atau metode yang tidak banyak
disadari oleh masyarakat Muslim pada umumnya. Data yang ditemui hampir
setengah masyarakat sudah menjadi korban misi Kristenisasi oleh tokoh agama
non-Muslim, bahkan sudah berpindah kepercayaan. Metode yang berhasil ditemui
antara lain melalui pendidikan dan tawaran pekerjaan, pacarisasi, hamilisasi,
pernikahan beda agama, bantuan tidak terbatas, dukungan tokoh masyarakat,
kegiatan sosial masyarakat dan membuat wadah bersama antara masyarakat
Kristen dan Islam.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ORISINILITAS .............................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
MOTTO .......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ........................................................................................... v
PENGESAHAN ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB I : PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................ 9
Tujuan Penelitian ................................................................................. 10
Manfaat Penelitian ............................................................................... 10
Penegasan Istilah ................................................................................. 11
Metodologi Penelitian .......................................................................... 15
Sistematika Penulisan .......................................................................... 24
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................... 26
1. Teori Lingkungan dan Masyarakat ............................................... 26
2. Teori Pendidikan .......................................................................... 42
3. Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap
Perkembangan Masyarakat Muslim .............................................. 53
B. Telaah Pustaka .................................................................................... 88
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Salatiga ................................................. 91
1. Letak Geografis ............................................................................. 91
2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Salatiga ....................................... 92
ix
B. Latar Belakang Wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas sebagai
Kawasan Masyarakat Pluralitas ........................................................... 93
1. Lokasi dan Kondisi Alam.............................................................. 97
2. Keagamaan Masyarakat ................................................................ 98
3. Aktifitas Masyarakat ..................................................................... 99
4. Potensi Ekonomi ........................................................................... 100
5. Pendidikan Masyarakat ................................................................. 101
C. Data tentang Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana terhadap
Kualitas Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat ........................... 102
D. Profil Informan ..................................................................................... 105
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat di Sekitar UKSW ............. 112
B. Kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap Keberagamaan Masyarakat
Muslim di Sekitar UKSW .................................................................... 115
C. Pengaruh Masyarakat terhadap Pemahaman dan Keberagamaan
Masyarakat Muslim.............................................................................. 119
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 130
B. Saran ........................................................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 133
LAMPIRAN
Lampiran 1 ....................................................................................................... 139
Lampiran 2 ....................................................................................................... 156
Lampiran 3 ....................................................................................................... 157
Lampiran 4 ....................................................................................................... 163
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... 171
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Transkip Wawancara
Lampiran 2
Peta Lingkungan UKSW
Lampiran 3
Tabel
Lampiran 4
Dokumentasi
Lampiran 5
Nota Pembimbing
Lampiran 6
Daftar Nilai SKK
Lampiran 7
Lembar Konsultasi
Lampiran 8
Rekomendasi Ijin Penelitian
Lampiran 9
Daftar Riwayat Hidup
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salatiga merupakan sebuah kota kecil berada di tengah-tengah segitiga kota
besar Joglosemar (Jogja, Solo dan Semarang), yang secara morfologis berada di
daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan diantara gunung-gunung kecil yaitu
Gajah Mungkur, Telomoyo, Payung dan Rong. Secara astronomi terletak antara
007.17‟ dan 00.17‟.23” Lintang Selatan dan antara 110.27‟.56,81” dan 110.32‟.4,64”
Bujur Timur. Sebagai dataran tinggi, Kota Salatiga terletak di ketinggian ±1500
meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, Kota Salatiga berada di Propinsi Jawa Tengah, di tengahtengah wilayah Kabupaten Semarang. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan
Tuntang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Getasan dan Tengaran.
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Tengaran. Sebelah Barat
berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Tuntang. Jumlah penduduk
Salatiga ± 100.000 jiwa, 90% diantaranya suku Jawa, sedikit WNA dan suku-suku
lain dari berbagai daerah di Indonesia. Keagamaan penduduk Salatiga mayoritas
beragama Islam, urutan kedua adalah penduduk beragama Kristen dan Katholik.
Namun dalam perkembangannya kota Salatiga terkenal di luar daerah sebagai
penduduk yang mayoritas beragama Nasrani. Membahas mengenai pendidikan dan
keagamaan, kebanyakan orang apabila ditanya tentang pendidikan di kota Salatiga
yang ada dibayangan mereka adalah lembaga pendidikan yang terkenal yaitu
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW).
1
Pendidikan merupakan sebuah fondasi dalam mewujudkan kehidupan yang
lebih baik, terutama dalam mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Pendidikan
dan masyarakat sesungguhnya sangat erat kaitannya. Lembaga pendidikan tanpa
peran masyarakat tidak akan mungkin berjalan dengan baik. Begitu pula sebaliknya,
masyarakat tidak akan berkembang dan berkualitas tanpa adanya pendidikan di
dalamnya. Dunia pendidikan kini mendapat berbagai kritik karena belum mampu
menanggulangi berbagai masalah dalam kehidupan masyarakat. Dunia pendidikan
juga banyak dijadikan kambing hitam pada saat masyarakat belum mampu mencapai
perubahan dalam kehidupan mereka.
Menurut Hasbullah (2009 : 2) pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan
atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya
sendiri, datang dari orang dewasa atau diciptakan seperti sekolah, buku, putaran
hidup sehari hari, dan sebagainya.
Pendidikan menurut Suwito (2005 : 105)adalah sebuah aktivitas sosial yang
berada di tengah-tengah masyarakat atau komunitas sosial berperan sebagai objek
sekaligus subjek pendidikan. Bertambahnya anggota masyarakat secara otomatis
akan meningkat pula kebutuhan dari tuntutan kehidupan yang harus dipenuhi.
Salatiga merupakan sebuah kota yang masyarakatnya beragam, terutama dalam
hal menganut agama. Banyaknya penduduk pendatang dari luar daerah memberi
pengaruh tersendiri terhadap keagamaan masyarakat. Beragamnya agama dalam
suatu masyarakat menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Bagaimana hubungan
interaksi dan saling pengaruh antara pendidikan Agama Islam terhadap
2
keberagamaan masyarakat muslim, bagaimana pengaruh masyarakat muslim di
sekitar Universitas Kristen Satya Wacana terhadap pemahaman masyarakat tentang
Agama Islam.
Definisi masyarakat Islam menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad
Safei (2001 : 8) yaitu masyarakat yang secara nyata ada dalam suatu kelompok
manusia yang beragama Islam dengan sejumlah indikasi yakni memiliki kebiasaan,
tradisi, sikap, dan perasaan yang sama seperti halnya masyarakat Islam yang menjadi
mayoritas penghuni bangsa ini.
Perhatian terhadap masyarakat muslim saat ini adalah bagaimana kualitas
pemahaman pendidikan keagamaan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Apakah kualitas pendidikan agama Islam mempunyai pengaruh terhadap sikap dan
interaksi sosial keagamaan dalam masyarakat yang heterogen. Di Salatiga terdapat
lembaga pendidikan yang sudah banyak orang mengenalnya, yaitu Universitas
Kristen Satya Wacana. Seperti yang diuraikan sebelumnya bahwa lembaga
pendidikan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Masyarakat yang berada di
sekitar UKSW sebagian besar adalah beragama muslim. Meskipun banyak juga yang
beragama Kristen dan Katolik. Penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sikap
masyarakat dalam menjaga kerukunan antar agama serta kepedulian terhadap
pendidikan keagamaan masyarakat.
Sedangkan Pendidikan Agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis dan
pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Dari pengertian umum pendidikan di atas berarti
Pendidikan Agama bertugas untuk membimbing dan mengarahkan anak didik supaya
3
menjadi muslim yang beriman teguh sebagai refleksi dari keimanan yang telah dibina
oleh penanaman pengetahuan agama yang harus dicerminkan dengan akhlak yang
mulia sebagai sasaran akhir dari Pendidikan Agama itu. Karena dengan pendidikan
Agama manusia akan mendapatkan tuntunan jalan yang lurus dalam kehidupannya.
Seperti yang dijelaskan dalam Q.S Al- Baqarah 2:269 seperti berikut :
             
    
Artinya : “Allah menganugerahkan Al Hikmah (kefahaman yang dalam
tentang Al Quran dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan
Barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi
karunia yang banyak. dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat
mengambil pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. Al-Baqarah 2:269)
Dengan ilmu atau pendidikan agama, manusia dapat berfikir lebih bijak atas
fenomena apa yang ada di bumi dan seisinya. Sehingga akan meningkatkan
keimanannya terhadap Tuhan atas segala ciptaan serta ajarannya.
Beberapa hal yang terjadi wilayah kelurahan Salatiga terutama di kampung
Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas yang letaknya di sekitar kampus UKSW adalah
mereka kebanyakan sudah tidak memperdulikan ajaran dari agamanya (Islam).
Kehidupan yang dijalani serasa bebas tanpa ada yang mengikatnya. Untuk warga
masyarakat sendiri banyak yang memilih mementingkan pekerjaan baik usaha sendiri
maupun bekerja di Yayasan Non Muslim yang secara tidak langsung telah dibuat
lemah imannya dengan membuat lalai mengerjakan kewajiban beribadah. Begitu
pula para orang tua muslim banyak yang memilih menyekolahkan anak-anaknya di
Sekolah Yayasan Nasrani, dengan alasan sekolah tersebut terkenal, dapat
memberikan lulusan terbaik dan biaya pendidikan lebih murah daripada sekolah
4
Islam. Hal itu berpengaruh terhadap pendidikan agama yang diperoleh anak tersebut.
Mau tidak mau anak didik yang sekolah di sekolah yayasan Nasrani setiap hari akan
diberikan pendidikan agama Nasrani dan mulai kurang mengasah ilmu mereka
tentang pendidikan agamanya sendiri yaitu Pendidikan Agama Islam.
Para remaja juga tak kalah terkena imbasnya, namun berbeda dengan para
orang tua. Para remaja di perkampungan tersebut, saat ini memiliki gaya hidup yang
tidak mencerminkan syariat Islam. Mereka terpengaruh dengan para mahasiswa
UKSW yang sebagian besar adalah orang luar Jawa dengan gaya hidup kebaratan.
Mereka beralasan inilah gaya hidup anak muda jaman sekarang, gaul, keren dan
sebagainya. Mereka mengenakan pakaian yang tidak mencerminkan aturan
kesopanan, free sex,minum minuman keras, narkoba, wanita yang suka merokok,
bahkan memelihara anjing juga sudah diikuti oleh remaja muslim di kampung
Kemiri, Somopuro, Domas, dan Cungkup. Sikap para remaja di perkampungan
tersebut seperti kembali ke masa jaman Jahiliyyah, yang tidak berpedoman kepada
Al- Qur‟an dan Hadits. Mereka seperti manusia yang tidak mempunyai agama.
Pengaruh itulah yang banyak dikhawatirkan oleh para orang tua. Padahal dalam
Islam sudah disebutkan larangan untuk mendekati perilaku-perilaku kaum Jahiliyyah
karena dapat mempengaruhi keimanan seseorang, seperti di sebutkan dalam Q.S. AlMaaidah 5:91 yang berbunyi :
          
          
Artinya : “Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan
permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang;
5
Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS. Al-Maaidah
5:91)
Perilaku itulah yang akhirnya membawa para remaja untuk meninggalkan
ibadah kepada Allah. Lebih parahnya lagi ternyata banyak yang memilih untuk
keluar dari agama Islam (murtad), bukan hanya remaja namun juga orang tua dengan
iming-iming mendapat kehidupan yang lebih layak.
Letak lembaga pendidikan non swasta secara tidak langsung sangat berdampak
terhadap kualitas keberagamaan warga muslim di wilayah sekitarnya yaitu
masyarakat kampung Kemiri, Somopuro, Domas dan Cungkup. Dan isu yang
berkembang adalah program yayasan Nasrani dalam misi Kristenisasi umat muslim.
Dalam Konferensi Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer,
seorang Yahudi yang menjabat direktur organisasi misi Kristen, menyatakan,
“Misi utama kita bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang
Kristen, namun mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang
tidak berakhlaq sebagaimana seorang Muslim. Tujuan kalian adalah
mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai
dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar kepuasan
hawa nafsu.” (VOA Muslim, 2002).
Isu tentang kristenisasi sesungguhnya sudah lama terjadi di Indonesia. Salatiga
salah satu yang menurut banyak orang mudah untuk melakukan misi tersebut karena
kualitas keimanannya yang kurang kuat serta kota kecil ini banyak dikuasai oleh
yayasan Nasrani. Hal itulah yang akhirnya menimbulkan perselisihan antar agama,
terutama agama Islam dan Kristen. Konflik umat Islam dan umat Nasrani sudah
terjadi sejak jaman Nabi Muhammad S.A.W. pada tahun 8 H/ 629 M. Seperti yang
disebutkan dalam Q.S. Al- Maaidah 5: 82, yaitu:
6
         
          
       
Artinya : ” Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu dapati yang
paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Kami ini orang Nasrani". yang
demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang
Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena
Sesungguhnya mereka tidak menymbongkan diri”. (QS. Al-Maaidah 5:82)
Berdasarkan ayat di atas menurut Zakiyyudin Baidhawy (2011 : 47-48), dua
agama misionaris ini Islam dan Kristen dalam kenyataannya sering terlibat dalam
perebutan kepentingan untuk mempengaruhi orang-orang yang belum maupun sudah
beragama dan kepercayaan. Begitu pula menurut Budiharjo (2007 : 8) konflik antara
Nasrani dan Islam yang paling dahsyat bisa dilihat pada Perang Salib. Perang Salib
mulanya diserukan oleh Paus Urban II tahun 1095. Paus menyerukan perang suci
melawan kaum kafir yang menguasai makam kristus. Pada tahun 1098 tentara salib
telah membunuh ratusan ribu kaum muslim di Marra‟tun–Nomam, salah satu kota
terpadat di Syiria. Tahun 1099 mereka membantai 30.000 penduduknya, Muslim dan
Yahudi.
Dari sejarah itulah kemungkinan konflik antar agama tersebut masih terasa
sampai sekarang. Masing-masing agama menganggap bahwa agama merekalah yang
paling benar. Sebenarnya, tiap agama pasti mempunyai misi dakwah tersendiri,
hanya saja yang terlihat lebih mencolok di mata masyarakat adalah misi dakwah
7
kaum Muslim dan kaum Nasrani yang akhirnya banyak menuai konflik baik dari segi
politik, pendidikan maupun sosial.
Sesungguhnya apabila masyarakat mempunyai tingkat keimanan yang tinggi
serta toleransi agama yang tinggi pasti tidak akan terjadi konflik yang
berkepanjangan. Karena semua orang beragama itu dilahirkan menjadi orang yang
baik. Al-Qur‟an menjelaskan pula di dalamnya bahwasanya orang Yahudi, Nasrani
dan Islam termasuk orang-orang yang baik. Seperti yang disebutkan di Kitab mereka
yaitu Injil Perjanjian Lama Mazmur :16 dan Amsal :5-6 bahwa mereka juga
meyakini akan Allah sebagai Tuhan yang disembah.
Mazmur ayat 16
pasal 1 : “Jagalah aku, ya Allah, sebab pada-Mu aku berlindung.”
Pasal 2 : Aku berkata kepada TUHAN: “Engkaulah Tuhanku, tidak ada
yang baik bagiku selain Engkau!”
Pasal 11 : “Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di
hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada
nikmat senantiasa.”
Amsal ayat 5-6
Pasal 1 : Hai anakku, perhatikanlah hikmatku, arahkanlah telingamu
kepada kepandaian yang kuajarkan,”
Pasal 2 : “Supaya engkau berpegang pada kebijaksanaan dan bibirmu
memelihara pengetahuan.”
Pasal 21 : “Karena segala jalan orang terbuka di depan mata TUHAN, dan
segala langkah orang diawasi-Nya.”
Pasal 22 : “Orang fasik tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam
tali dosanya sendiri.”
Pasal 23 : “Ia mati, karena tidak menerima didikan dan karena
kebodohannya yang besar ia tersesat.”
Maka dari itu, Islampun sesungguhnya telah mengajak kaum yang berselisih
tersebut untuk bersatu menyembah Tuhan yang satu yaitu Allah, seperti yang
disebutkan dalam Q.S. Ali- Imran 3:64 sebagai berikut;
8
            
              
    
Artinya : Katakanlah : “Hai ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu
kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu,
bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian
yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling Maka
Katakanlah kepada mereka : “Saksikanlah, bahwa Kami adalah orangorang yang berserah diri (kepada Allah)". (QS. Ali Imran 3:64)
Berdasarkan kenyataan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Kualitas Keberagamaan Masyarakat Muslim di sekitar
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaanpertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana kualitas keberagamaan masyarakat muslim di sekitar
UKSW ?. Rumusan masalah tersebut dapat diperinci dalam sejumlah pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana
kualitas
Pendidikan
Agama
Islam
terhadap
keberagamaan
masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan
Salatiga tahun 2016 ?
2. Bagaimana pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan
Agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga
tahun 2016 ?
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui
tentang :
1. Mengetahui kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap keberagamaan
masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan
Salatiga tahun 2016.
2. Mengetahui pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan keberagamaan
Agama Islam di sekitar Universitas Kristen Satya Wacana, Kelurahan Salatiga
tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat kepada semua
pihak terkait, baik kalangan akademis maupun masyarakat umum. Manfaat dari
penulisan skripsi sebagai berikut:
1. Teoritik
Manfaat dari penelitian ini meliputi manfaat secara teoritik dan manfaat
praktik. Manfaat teoritis yakni untuk mengetahui dan mendeskripsikan kualitas
keberagamaan masyarakat muslim sekitar Universitas Kristen Satya Wacana yaitu
di perkampungan Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan Domas kelurahan Salatiga,
sehingga hasil pembahasan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk
tetap meningkatkan keimanan dan mengutamakan pemahaman Agama Islam
terutama
bagi
masyarakat
muslim
dalam
mengatasi
kristenisasi(pelemahan keimanan) yang berkembang di Salatiga.
10
pengaruh
2. Praktik
Sedangkan manfaat secara praktik ini adalah sebagai berikut:
a.
Sebagai bahan perhatian dan pemahaman keluarga muslim tentang
pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan keimanan.
b.
Sebagai bahan informasi kaitannya dengan pengaruh Universitas yayasan
Nasrani yang mempunyai pengaruh besar di Salatiga terutama wilayah sekitar
kampus Universitas Kristen Satya Wacana terhadap kualitas keimanan dan
pemahaman tentang Pendidikan Agama Islam.
c.
Dari segi kepustakaan dapat menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat
menambah khasanah ilmu pengetahuan Islam yang bermanfaat.
E. Penegasan Istilah
1. Kualitas
Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau derajat sesuatu
(KBBI).
Maksud dari kualitas dalam penelitian ini adalah tingkat baik buruknya
pengetahuan masyarakat terhadap keberagamaan masyarakat muslim dan
pemahaman terhadap Pendidikan keagamaan terutama agama Islam yang banyak
dianut oleh masyarakat di sekitar UKSW.
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah pengaruh, bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada
anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian
yang utuh dan matang (Yahya, 2003: 5). Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara
pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
11
maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.(Hasbullah. 2005 :
4)
Sedangkan pendidikan agama Islam berarti "usaha-usaha secara sistematis
dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran
Islam". (Zuhairani, 1983 : 27). Menurut Zakiah Daradjat (1992 : 86) pendidikan
agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam, berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami, menghayati dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam
yang telah diyakininya secara
menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai pandangan hidupnya
demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Menurut penulis pendidikan keagamaan adalah pengajaran yang dilakukan
oleh orang dewasa terhadap anak tentang agama dengan cara memberikan
pemahaman ataupun bimbingan serta pengarahan berdasarkan ajaran atau perintah
agama Islam.
Pendidikan Agama Islam disini adalah pemahaman masyarakat Kemiri,
Somopuro, Domas dan Cungkup tentang apa itu Islam dan ajaran-ajarannya.
Bagaimana menerapkan ilmu dari Pendidikan Agama Islam tersebut ke dalam
lingkungan bermasyarakat, menjaga kualitas keagamaan serta menanamkannya
kepada anak-anaknya maupun masyarakat.
Masyarakat menilai seberapa pentingnya pemahaman pendidikan agama
Islam itu dalam kehidupannya, apalagi mereka berada di lingkup Universitas
12
Kristen Satya Wacana yang memberi pengaruh besar terhadap kehidupan mereka,
baik dari segi ekonomi, pendidikan, budaya serta keagamaan. Dibutuhkan pula
peran masyarakat dalam menjaga keutuhan umat beragama terutama agama Islam
supaya tidak terpengaruh dengan kabar yang beredar tentang misi kristenisasi.
3. Masyarakat Muslim
Pengertian masyarakat menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad
Safei (2001 : 5) adalah sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat. Dalam
konteks kemanusiaan, masyarakat dibentuk dan membentuk dengan sendirinya
dengan tujuan untuk
saling menguatkan,
saling menolong, dan saling
menyempurnakan.
Masyarakat selalu mempunyai peran yang utama dalam segala hal,baik dalam
pemerintahan maupun pendidikan. Begitu pula berdirinya Universitas Kristen Satya
Wacana juga atas peran aktif masyarakat. Tanpa masyarakat tidak akan berjalan
dengan baik, tidak akan ada hubungan timbal balik yang dirasakan oleh Yayasan
Nasrani tersebut.
Masyarakat
Islam
dengan
mengadopsi
definisi
masyarakat
Nanih
Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei (2001 : 5-6) adalah kelompok manusia
yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh
kesamaan agama, yakni agama Islam. Dalam kajian sosiologi, masyarakat Islam
dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta tradisi agama Islam yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Masyarakatpun mendapat nilai positif maupun negatif dengan adanya
Universitas beryayasan Nasrani tersebut. Nilai positif yang dirasakan dapat berupa
13
perkembangan perekonomian masyarakat, kualitas tingkat pendidikan, dan
perhatian yang lebih dibidang sosial.
Nilai negatif juga sangat dirasakan masyarakat disekitarnya, antara lain
berkurangnya aktifitas keagamaan Islam di masyarakat, bertambahnya penduduk
non-muslim di lingkungan masyarakat. Generasi muda juga menjadi sasaran dalam
penurunan etika serta budaya bermasyarakat. Sudah jarang terlihat para pemuda
yang tetap berpegang teguh dengan norma-norma agama, mereka lebih memilih
mengikuti gaya hidup kebaratan. Meninggalkan ajaran-ajaran agama untuk
beribadah. Bahkan mereka seakan-akan menganggap agama itu tidak penting dalam
kehidupannya.
4. Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW)
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) semula lahir dengan nama
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonesia (PTPG-KI). Diresmikan pada
tanggal 30 November 1956 dengan lima jurusan, yaitu Pendidikan, Sejarah, Bahasa
Inggris, Hukum, dan Ekonomi. PTPG-KI Satya Wacana berubah menjadi FKIP-KI
pada tanggal 17 Juli 1959. Kemudian pada tanggal 5 Desember 1959 diresmikan
menjadi Universitas Kristen Satya Wacana dengan kehadiran Fakultas Ekonomi
dan Fakultas Hukum yang kemudian diikuti dengan pembukaan beberapa Fakultas
dan Program Studi baru.
Sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang kini melewati usia emasnya, Satya Wacana
yang berarti “Setia Kepada Firman Tuhan”, terus berkembang dan mendapat
kepercayaan baik dari masyarakat maupun pemerintah.
14
UKSW mempunyai pengaruh besar terhadap kelangsungan pemerintahan dan
pendidikan khususnya di Salatiga sebagai donatur terbesar dan penghasil lulusan
terbaik. UKSW merintis dan mengembangkan kerjasama dengan berbagi lembaga
lain, baik dari dalam maupun luar negeri antara lain kerjasama dengan pemerintah,
perusahaan / yayasan, bank di Indonesia serta menjalin kerjasama dengan
Perguruan Tinggi / Instansi di Luar negeri seperti University Passau (Germany),
Arizona State University (Amerika), Kwansei Gakuin University( Jepang) dan
sebagainya.
F. Metodologi Penelitian
Metodologi merupakan studi dari prinsip-prinsip yang merupakan petunjuk
pelajaran pada beberapa bidang ilmu pengetahuan, terutama beberapa cabang dari
ilmu pengetahuan dalam program doktor, apakah diterima atau ditolak dalil-dalil
tertentu sebagai bagian dari pengetahuan umum atau disiplin ilmu mereka. (Rita,
Hanafi dan Soetiono, 2007 : 84)
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologi Agama yang mempelajari
suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif menuju kepada pengetahuan umum,
jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok
keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan keagamaan. (Hendropuspito, 1986 : 7)
Sosiologi Agama menangani agama sebagai sasaran yang langsung, terdiri
dari komponen-komponen konstitutif meliputi struktur dan fungsinya, pengaruh
terhadap masyarakat luas. Sosiologi Agama mempelajari agama dan masyarakat
dari sudut empiris-sosiologis.
15
Peneliti dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai hubungan
interaksi dan saling pengaruh antara Pendidikan Agama Islam dengan
keberagamaan masyarakat muslim, serta pengaruh masyarakat muslim di sekitar
UKSW terhadap pemahaman masyarakat tentang Agama Islam.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara
observasi dan dokumentasi, bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai
instrument aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di lapangan. Sebagai tahap
penelitian awal, peneliti melakukan penelitian observasi langsung ke objek sasaran
yaitu perkampungan disekitar UKSW yaitu Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan
Domas pada bulan Desember 2014 sampai Januari 2016. Sedangkan penelitian
lanjutan, penulis melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi secara
langsung.
Sebagai aturan umum, peneliti berhenti melakukan wawancara sampai data
menjadi jenuh, artinya peneliti tidak menemukan aspek baru dalam fenomena yang
diteliti. (Maslikah, 2013 : 320) Berdasarkan teori di atas, maka peneliti menentukan
subyek secara sampling purposive yang meliputi
pekerja UKSW, mahasiswa
UKSW, tokoh agama, tokoh masyarakat dan masyarakat umum
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian di Perkampungan Kemiri, Cungkup, Somopuro, dan
Domas, Kelurahan Salatiga. Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
4. Sumber Data
16
Peneliti mencari informasi dengan menggunakan Sumber data prinsip (3) P,
yaitu person, paper, dan place. Person terdiri dari tokoh agama masyarakat, tokoh
masyarakat, pekerja kampus UKSW, mahasiswa UKSW dan masyarakat setempat.
Paper dengan meneliti kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim
dan place yaitu tempat di perkampungan di sekitar UKSW yaitu Kemiri, Cungkup,
Somopuro, Domas, Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara
mendalam (in-depth) secara terbuka, observasi dan dokumentasi.
a.
Metode Wawancara
Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara dua orang
dalam situasi saling berhadapan salah seorang, yaitu yang melakukan
wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang
berputar disekitar pendapat dan keyakinannya (Emzir, 2011: 50).
Wawancara yang akan digunakan dengan menggunkan dua tahap,
pertama peneliti melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan
subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam sehingga
menemukan informasi yang lebih banyak dan penting sampai menemukan titik
jenuh. Wawancara yang digunakan dengan model wawancara terbuka, artinya
informan dapat mengungkapkan beberapa upaya yang dilaksanakan dan
gagasan beserta strategi yang akan dilaksanakan serta hambatan yang
diprediksikan. Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan kisi-kisi
wawancara yang berisi tentang pengaruh UKSW terhadap masyarakat baik
17
nilai positif dan negatif yang dirasakan, pengaruhnya terhadap kualitas
keimanan dan pendidikan agama Islam di masyarakat, serta pentingnya
pendidikan keagamaan dalam masyarakat untuk mencegah terkenanya isu misi
kristenisasi yang marak di Salatiga. Data yang diperoleh dibuat verbatim
wawancara yang memuat daftar wawancara, koding dan interprestasi. Dalam
wawancara dapat dideskripsikan situasi, kondisi, dan identitas informan,
termasuk pengantar wawancara hingga materi wawancara tentang topik yang
diteliti semua dicatat dalam verbatim. Koding dengan cara membuat kode-kode
berdasarkan hasil wawancara. Hasil membuat kode tersebut dibuat secara
deskriptif berupa persepsi yang dapat disimpulkan secara sementara.
b.
Metode Observasi
Metode observasi merupakan salah satu metode utama dalam penelitian
naturalistik (kualitatif) (Suprayogo, 2003: 167). Masih menurut Imam
Suprayogo (2003:167) metode observasi adalah mengamati dan mendengar
dalam rangka memahami, mencari jawab, mencari bukti terhadap fenomena
selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang diobservasi,
dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna penemuan data
analisis. Metode ini peneliti gunakan untuk memberikan gambaran yang jelas
tentang objek penelitian serta berbagai perubahan pola kehidupan masyarakat
yang terjadi.
c.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen
resmi dan dokumen budaya populer. Dokumen digunakan dalam hubungannya
18
untuk mendukung wawancara (Emzir, 2011: 75). Data ini dapat berupa data
monografi kelurahan Salatiga, serta foto-foto yang terkait.
6. Analisis Data
Data diteliti, dibandingkan untuk diketahui persamaan dan perbedaan, dan
fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini, diharapkan dapat
mengarah ke penemuan-penemuan baru. Analisis data adalah proses mencari dan
menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
a.
Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan,
abstraksi, dan pentransformasi data mentah yang terjadi dalam catatan-catatan
lapangan tertulis. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan
gambaran dengan jelas dan mempermudah untuk mengumpulkan data
selanjutnya.
b.
Penyajian Data (data disply)
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowechart dan sejenisnya (Sugiyono, 2011 : 249).
c.
Penarikan
Kesimpulan
dan
Verifikasi
ferification)
19
(conclusion
drawing
and
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskripsi atau
gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2011: 253).
7. Pengecekan Pengabsahan Data
Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan pada empat kriteria
yaitu
derajat
kepercayaan
(credibility),
keteralihan
(transferability),
kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Uji derajat
kepercayaan (credibility) dilakukan dengan cara peneliti benar-benar sesuai dengan
apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar di lapangan. Untuk melakukan uji
kepercayaan (credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan
(transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus
dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kebergantungan
(dependability)
dilakukan
untuk
mengurangi
kesalahan-kesalahan
dalam
mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian dengan cara
menentukan dependent auditor (konsultan peneliti) Kepastian dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak.
(Maslikah, 2013 : 323-324)
8. Tahap-Tahap Penelitian
Menuliskan
tahap-tahap
penelitian
untuk
mendapatkan
perencanaan
penelitian yang matang, sehingga penelitian yang dilaksanakan tidak serampangan.
Tahap-tahap penelitian yang direncanakan meliputi :
20
a.
Penelitian pendahuluan
Penulis mulai datang ke lokasi penelitian serta mulai mengamati dan
menjajaki keadaan di lokasi penelitian terutama pada masyarakat muslim di
lingkungan tersebut.
b.
Pengembangan desain
Setelah mengamati lokasi penelitian, penulis mulai menyusun pedoman-
pedoman yang akan digunakan untuk kegiatan wawancara.
c.
Penelitian di lapangan
Setelah penulis mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kualitas
pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim di sekitar UKSW kemudian
penulis melakukan wawancara ke subjek penelitian. Pada tahap ini, penulis
melakukan pengumpulan data sampai tahap penulisan laporan.
9. Hambatan-hambatan Penelitian
Penulis mengalami beberapa kesulitan serta hambatan dalam melakukan
penelitian sejak dimulainya perijinan sampai pengumpulan data-data informan.
a.
Perijinan Penelitian
Sesuai prosedur penelitian wilayah kodya yaitu Kota Salatiga, penulis
melakukan perijinan sebelum melakukan penelitian dengan runtutan permohonan
ijin kepada Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) Kota Salatiga, Bappeda
(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kota Salatiga, Kecamatan Sidorejo,
Kelurahan Salatiga.
Penulis melakukan perijinan dengan melampirkan surat dari Instansi pada
tanggal 10 Maret 2015 ke Kesbangpol Kota Salatiga dengan menjelaskan maksud
21
dan tujuan penelitian. Setelah memenuhi persyaratan penulis mendapat surat
rekomendasi ijin penelitian pada tanggal 12 Maret 2015, kemudian penulis
mengantarkan surat tembusan ke Bappeda, Kecamatan Sidorejo, dan Kelurahan
Salatiga.
Penulis tidak mengalami hambatan ketika melakukan perijinan di Bappeda
dan Kecamatan Sidorejo. Namun, ketika melakukan perijinan di Kelurahan
Sidorejo, penulis mengalami banyak kesulitan. Surat rekomendasi ijin penelitian
dari Bappeda penulis berikan kepada pegawai kelurahan pada tanggal 12 Maret
2015, dan penulis meminta bantuan bagaimana prosedur meminta data
kependudukan (monografi kelurahan Salatiga) sebagai data penulisan skripsi.
Pegawai kelurahan memberikan janji apabila surat sudah diserahkan kepada Lurah
penulis akan dihubungi kembali dengan meninggalkan kontak person. Lima hari
penulis menunggu kepastian ijin penelitian namun tidak mendapat hasil. Atas
saran dari ketua RW 08, penulis kembali mengkonfirmasi didampingi orangtua
penulis (bapak Munawir). Ketika penulis mengkonfirmasi kepastian ijin penelitian
dan data kependudukan yang sudah dijanjikan sebelumnya, ternyata surat ijin
tersebut tidak ditanggapi. Bahkan sekretaris kelurahanpun merasa tidak
mengetahui adanya surat tersebut ketika ditanya oleh bapak Munawir. Ketika
kami ingin menemui kepala Kelurahan, kami tidak diperbolehkan oleh para
pegawai kelurahan. Para pegawai kelurahan tidak ada yang mengaku telah
menerima surat dari penulis dan melempar tanggung jawab dengan berbagai
alasan yang tidak masuk akal. Dengan alasan surat hilang penulis diminta
22
memberi surat kembali kepada sekretaris kelurahan. Kemudian diproses surat
tersebut karena merasa malu dan takut.
Hari berikutnya penulis datang untuk meminta data kependudukan
kelurahan Salatiga. Setelah mendapat data tersebut, penulis diminta menghadap
Kepala Kelurahan Salatiga dan diberi nasehat terkait judul penelitian yang penulis
lakukan. Pak Lurah mengatakan bahwa beliau kurang setuju dengan apa yang
akan penulis teliti, dengan mengutarakan berbagai kekhawatirannya.
“baca judul kamu saja saya sudah khawatir apalagi isi dari penelitianmu
nanti ?”
Untuk mempertahankan penelitian, penulis menjelaskan ranah-ranah yang
akan diteliti tanpa menjelek-jelekkan agama lain. Namun saat itu penulis sangat
kecewa karena penulis merasa penjelasan yang sudah diutarakan tidak didengar
dengan alasan penulis masih anak kecil yang belum mengetahui apa-apa.
“terserah kamu mau bilang apa, saya tidak peduli penjelasan kamu, yang
penting sampaikan semua yang saya ucapkan tadi kedosen kamu. Kamu itu
masih anak kecil, belum tau apa-apa tentang masalah seperti ini.”
Penulis menangkap nilai positif dari perkataan beliau, bahwa apa yang
diutarakan beliau semata-mata untuk “ngemong masyarakat” supaya tidak terjadi
perselisihan.
Ketakutan-ketakutan yang diutarakan kepada penulis antara lain:
1) Apabila terbukti bahwa kualitas pendidikan agama Islam masyarakat
muslim di sekitar UKSW menurun.
2) Tidak diperbolehkan menyinggung tentang kaum misionaris Salatiga,
karena ditakutkan akan memicu perselisihan antar agama.
23
3) Hasil tulisan penelitian ini akan memicu “omongan” atau perkataan di
masyarakat yang negatif.
4) Apabila tulisan tersebut “jadi bahan omongan” dan kaum misionaris
merasa dijelek-jelekkan maka penulis bisa dikenai hukum pidana.
b.
Pengumpulan data informan
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan interview kepada para
informan di sekitar UKSW. Hambatan yang penulis alami ketika menggali
informasi antara lain:
1) Informan yang beragama non-muslim sulit untuk ditemui.
2) Masyarakat muslim yang mendapat bantuan dalam bentuk materi maupun
bentuk lainnya dari pihak non-muslim sengaja menutup-nutupi informasi
tersebut.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini maka laporan penelitian
ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian dan sistematika
penulisan.
2. BAB II : LANDASAN TEORI
Landasan teori tentang kualitas pemahaman pendidikan agama Islam pada
masyarakat muslim yang heterogen, Bab ini membahas mengenai teori lingkungan
24
dan masyarakat, teori pendidikan, pengaruh masyarakat terhadap pemahaman dan
keberagamaan masyarakat muslim.
3. BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Paparan data dan temuan penelitian lapangan mengenai profil subjek
penelitian, pengaruh kehidupan masyarakat beda agama terhadap pemahaman
pendidikan agama Islam pada masyarakat.
Pada bab ini akan dilaporkan hasil pengumpulan data lapangan dimulai dari
pemaparan gambaran umum wilayah kelurahan Salatiga, yang mana akan
menguraikan tentang batas wilayah; jumlah penduduk; keadaan penduduk menurut
agama, pendidikan dan mata pencaharian. Latar belakang masyarakat Kemiri,
Somopuro, Cungkup dan Domas sebagai kawasan masyarakat pluralitas, serta data
profil informan.
4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang pembahasan hasil penelitian yang diperoleh.
5. BAB V : PENUTUP
Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.
25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sebelum peneliti terjun ke lapangan, langkah penting yang harus dilakukan
adalah melakukan kajian kepustakaan atau penelusuran penelitian terdahulu yang
memiliki kaitan langsung atau tidak langsung dengan permasalahan penelitian yang
diangkat.
Dalam penelitian sosiologi agama posisi narasumber sangat penting, bukan
sekedar memberi respons, melainkan juga sebagai pemilik informasi. Mencari
informasi mengenai masalah-masalah keagamaan yang dianggap penting dan
sanggup memberikan data-data yang dibutuhkan.
A. Landasan Teori
Landasan teori merupakan paparan singkat dari teori yang akan digunakan
dalam penelitian. (Maslikhah, 2013 : 207)
1. Teori Lingkungan dan Masyarakat
a.
Sosiologi
1) Pengertian Sosiologi
Definisi sosiologi secara luas ialah ilmu tentang masyarakat dan gejalagejala mengenai masyarakat. Sosiologi seperti itu disebut macro sosiology
yaitu ilmu tentang gejala-gejala sosial, institusi-institusi sosial dan
pengaruhnya terhadap masyarakat. Secara sempit sosiologi didefinisikan
sebagai ilmu tentang perilaku sosial ditinjau dari kecenderungan individu
dengan individu lain dengan memperhatikan simbol-simbol interaksi.
26
Pada dasarnya terdapat dua jenis metode menurut Syamsuddin
Abdullah (1997 : 13-14), yaitu metode empiris yang menyadarkan diri pada
keadaan-keadaan nyata didapat di dalam masyarakat, dan jenis metode
rasionalitas yang mengutamakan pemikiran dengan logika dan pikiran sehat
untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
Sosiologi agama menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 26)
dirumuskan secara luas sebagai suatu studi tentang inter-relasi dari agama
dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antar mereka.
Sejalan dengan perkembangan zaman, kemajuan sains dan teknologi
serta perkembangan kebudayaan pada umumnya, perintah agama bukan satusatunya pilihan moral bagi manusia. Sikap manusia terhadap perintah
agamapun bermacam-macam. Ada yang menganggapnya sudah kuno, ada
yang menerima bila sesuai dengan zaman, ada yang pilih-pilih sebagian
diterima sebagian ditolak, ada yang kompromi, ada yang memutlakkan dan
sebagainya.
Secara umum, kajian tentang etika dan moralitas agama mencakup
bagaimana perintah agama dipahami, dihayati, dan diamalkan dalam berbagai
dimensi
kebudayaan.
mengharuskan
Setiap
umatnya
untuk
agama
pasti
memiliki
mendakwahkan,
doktrin
menjunjung
yang
tinggi,
mengembangkan, mensosialisasikan, dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Penelitian agama yang mengkaji organisasi keagamaan dapat berupa
doktrin yang dikembangkan, metode pemahaman agama, proses sosialisasi
27
doktrin, pengalaman, hubungan pemimpin dengan yang dipimpin dan antar
warga dalam organisasi, basis sosialnya, perilaku politik, ekonomi, dan
sebagainya. Persoalan-persoalan kontemporer lainnya seperti hubungan
agama dan negara, paham pluralisme agama, konflik antar penganut agama,
sinkretisme, pertemuan antar agama (adaptasi, akulturasi, inkulturasi), sikap
terhadap agama lain (indiferentisme / menyamakan, relativisme, menghargai,
tidak aman, fanatisme), pergaulan antar penganut agama yang berbeda
(apologetis / membela agamanya, polemis / perang, competition / persaingan,
toleransi, dialog). (Suprayogo, Tobroni. 2001 : 43)
2) Teori Sosiologi
a) Teori-teori Struktural-Fungsional
Para sosiolog abad ke-19 seperti Auguste Comte dan Herben
Spencer sangat terpengaruh oleh persamaan-persamaan yang terdapat
antara organisasi biologis dengan kehidupan sosial. Spencer pernah
mengatakan bahwa masyarakat manusia adalah seperti suatu organisasi,
kesatuan dari unsur-unsur yang saling berhubungan selama jangka waktu
tertentu, atas dasar pola tertentu.
Lembaga sosial sebagai unsur struktur dianggap dapat memenuhi
kebutuhan kelangsungan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Lembaga
ekonomi misalnya berfungsi untuk mengadakan produksi dan distribusi
barang-barang serta jasa-jasa. Lembaga sosial keluarga mempunyai fungsi
reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan anak-anak dan seterusnya.
b) Teori-teori Konflik
28
Kadang di dalam masyarakat dapat dijumpai hal-hal yang dianggap
baik, akan tetapi hal itu tidak banyak terdapat sehingga ada golongangolongan tertentu yang merasa dirugikan. Konflik mencakup suatu proses
dimana terjadi pertentangan hak atas kekayaan, kekuasaan, kedudukan dan
seterusnya, dimana salah satu pihak berusaha menghancurkan pihak lain.
Salah satu pengungkapan dari teori konflik yaitu teori yang dikembangkan
oleh Karl Marx dan Friedrich Engels dalam “Comunist Manifesto” (1848),
mereka menganggap bahwa proses terpenting dalam masyarakat adalah
terjadinya pertentangan klas (class strunggle).
c) Teori-teori Interaksi-Simbolis
Dasar kehidupan bersama dari manusia adalah komunikasi, terutama
lambang-lambang sebagai kunci untuk memahami kehidupan sosial
manusia. Suatu lambang merupakan tanda, benda atau gerakan yang secara
sosial dianggap mempunyai arti tertentu.
Titik tolak dari pendapat para sosiolog kalangan interaksionissimbolis mengikuti ajaran dari George Herbert Mead mengatakan bahwa
manusia mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan pihak-pihak
lain dengan perantaraan lambang-lambang tertentu yang dipunyai bersama
mereka dapat menafsirkan keadaan dan perilaku dengan menggunakan
lambang-lambang tersebut terutama bahasa tidak hanya merupakan sarana
untuk mengadakan komunikasi antarpribadi tetapi juga untuk berfikir.
d) Teori-teori Social-Exchange
29
Di dalam pergaulan hidup manusia terdapat kecenderungan yang
kuat bahwa kepuasan dan kekecewaan bersumber pada perilaku pihak lain
terhadap dirinya sendiri.
Para sosiolog yang menganut teori ini mengatakan bahwa seseorang
akan berinteraksi dengan pihak lain, oleh karena itu dianggapnya
menguntungkan sehingga dia mendapatkan suatu imbalan.
e) Etnometodologi
Dalam kehidupan sehari-hari akan tampak bahwa manusia senantiasa
cenderung untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Yang menjadi
pusat perhatian etnometodologi adalah bagaimana suatu perilaku yang
merupakan kebiasaan terjadi atau berlangsung. Seorang etnometodologi
mempelajari bagaimana masyarakat membentuk dan berpegang pada
presumsi bahwa kehidupan sosial merupakan suatu ciri yang nyata, dengan
kata lain meneliti tingkah laku warga masyarakat yang merupakan suatu
realitas dan tertib sosial tertentu. (Yulius, Bonet. 1982 : 6-10)
3) Paradigma Penelitian Sosial Agama
Paradigma penelitian Sosial Agama dibagi menjadi empat macam
paradigma antara lain yang pertama adalah paradigma definisi sosial.
Menurut Imam Suprayogo dan Tobroni (2001 : 86-91) paradigma ini
dipelopori oleh Weber yang mengartikan sosiologi sebagai studi tentang
tindakan sosial “penuh arti” antar hubungan sosial. Yang dimaksud tindakan
sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakannya itu mempunyai makna
atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan bagi tindakan orang lain. Teori
30
yang termasuk dalam paradigma ini antara lain teori aksi, interaksionisme
simbolik, dan fenomenologi. Dalam penelitian kualitatif yang bersifat
naturalistik, fungsi paradigma dan teori bukan dalam rangka membentuk
fakta, melakukan prediksi dan menunjukkan hubungan dua variabel
sebagaimana dalam penelitian kuantitatif, melainkan lebih banyak untuk
mengembangkan konsep dan pemahaman serta kepekaan peneliti.
Kedua, paradigma positivistik (paradigma fakta sosial). Dalam
paradigma ini fenomena sosial dipahami sebagaimana fenomena alam, cara
kerja ilmu sosial menggunakan metode ilmu alam yang disebut fisika sosial.
Penelitian dengan menggunakan paradigma positivistik ini biasanya bertujuan
untuk menjelaskan (explanation) mengapa suatu peristiwa terjadi, bagaiman
frekuensinya (intensitasnya) proses kejadiannya, hubungannya antarvariabel,
rekaman perkembangan, deskripsi, bentuk dan polanya.
Ketiga adalah paradigma naturalistik (paradigma definisi sosial).
Penelitian dengan menggunakan paradigma naturalistik bertujuan untuk
memahami (understanding) makna perilaku, simbol-simbol dan fenomenafenomena.
Keempat, paradigma rasionalistik (paradigma verstehen). Imam
Suprayogo dan Tobroni (2001 : 93) Ia memandang realitas sosial
sebagaimana dipahami oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang ada dan
didialogkan dengan pemahaman subjek yang diteliti / data empirik.
Paradigma ini banyak digunakan antara lain dalam penelitian filsafat, bahasa,
agama (ajaran) dan komunikasi.
31
Aliran teori yang dapat dikelompokkan dalam paradigma ini meliputi,
pertama teori fungsionalisme struktural yaitu agama dan kitab suci
merupakan pranata sosial yang melingkupi kehidupan manusia, dan agama
menjadi fungsional ketika agama menjadi norma dan kultur bersama dalam
masyarakat. Kedua teori konflik, yaitu konflik dalam masyarakat akan
muncul dengan sendirinya apabila pranata dan struktur sosial yang ada
dianggap tidak memadai lagi dan norma-norma lama, struktur sosial yang
lama juga perlu diganti atau direformasi, dalam rangka menciptakan tatanan
yang baru dan keseimbangan yang baru. Ketiga teori sistem mengatakan
bahwa kehidupan ini adalah sebuah sistem, baik dalam konteks mikro
(mikrokosmos / manusia) maupun makro (makrokosmos / alam jagad raya).
4) Aliran-aliran dalam Sosiologi Agama
a) Aliran Ibnu Khaldun
Ibnu Khaldun memahami masyarakat dalam segala totalitasnya, dia
menunjukkan segala fenomena untuk bahan studinya. Dia mencoba untuk
memahami gejala-gejala itu dan menjelaskan hubungan kausalitas (sebab
akibat) di bawah sorotan sinar sejarah.
Keunggulan aliran sosiologi karya Ibnu Khaldun yang pertama
adalah falsafah sejarah yaitu peristiwa-peristiwa sejarah terkait dengan
determinisme kealaman dan bahwa fenomena sejarah adalah kejadiankejadian dalam negara. Adapun internal sejarah adalah refleksi, verifikasi
dan kausalitas bagi peristiwa-peristiwa dan prinsip-prinsinya. Kedua
adalah metodologi sejarah yaitu kriteria logika tidak sejalan dengan watak
32
benda-benda empirik, karena epistemologinya adalah observasi, sehingga
merangsang para sejarawan untuk mengorientasikan pemikirannya kepada
eksperimen-eksperimen dan tidak menganggap cukup eksperimen yang
sifatnya individual, tetapi mereka hendaknya mengambil sejumlah
eksperimen. Ketiga adalah pengasas ilmu peradaban atau falsafat sosial,
dimana adalah kaidah-kaidah untuk memisahkan yang benar dari yang
salah dalam penyajian fakta, menunjukkan yang mungkin dan yang
mustahil.
Agama menurut paham Ibnu Khaldun bukan pikiran manusia.
Metode berpikir manusia adalah akal, sedangkan metode agama adalah
wahyu. Bahwa wahyu itu bukan akal, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa
maujud itu terbatas sejalan dengan persepsi setiap makhluk rasional.
b) Aliran Max Weber
Pusat perhatian Max Weber adalah dalam dua segi, ialah agama
mempengaruhi pandangan hidup manusia terhadap masyarakat. Perubahan
ekonomi dan sosial dapat mempengaruhi agama.
Metode tipe ideal aliran Max Weber menunjukkan penelitian tentang
berbagai gejala agama dan kebudayaan erat hubungannya dengan metode
komparatif.
Sedangkan
konsep
rasionalisasi
Weber
bercirikan
rasionalisasi yang progressif khas masyarakat barat, yaitu sistematis yang
mungkin
tumbuh
dari
ide-ide
dan
konsep-konsep
keagamaan,
pertumbuhan rasionalitas etis dan kemunduran yang progressif dari unsurunsur magis, evolusionis karena memberikan perhatian kepada hancurnya
33
kebudayaan Eropa tradisional hingga tumbuhnya birokrasi politik, agama
merupakan kepercayaan universal karena terdapat disetiap masyarakat.
c) Aliran Joachim Wach
Definisi menurut Syamsudin Abdullah (1997 : 94-95) “sociology of
religion” dengan penelitian tentang hubungan antara agama dengan
masyarakat yang dipengaruhi agama. Metode yang paling cocok untuk
mengadakan penelitian sosiologi agama adalah metode empiris deskriptif
dan fenomenologis.
Wach menyatakan masalah-masalah normatif
merupakan masalah etika dan filsafat agama. Pengaruh agama terhadap
masyarakat sama kuatnya dengan pengaruh masyarakat terhadap agama.
Tugas metode tipologis menurut Wach, pertama, menganalisis
dengan cara perbandingan kelompok-kelompok keagamaan yang secara
alami menjadi masyarakat. Kedua, menganalisis kelompok-kelompok
keagamaan yang secara alami menjadi bagian dari masyarakat ; terdiri dari
kecenderungan-kecenderungan yang lebih spesifik berhubung akibat
diferensiasi dari masyarakat yang lebih maju. Ketiga, diferensiasi sosial
dalam masyarakat berpengaruh atas sikap keagamaan dengan cara yang
spesial. Keempat, mempelajari hubungan antara agama dan negara.
Menurut Wach, hubungan antara agama dan negara mempunyai pengaruh
terhadap agama. Kelima, menganalisis secara perbandingan jenis-jenis
wibawa otoritas, pendiri, pembaharu, nabi, ahli peramal, orang suci, dan
lain-lain.
34
d) Aliran Gabriel Le Bras
Sociologie religieuse adalah ilmu pengetahuan sosiologi dengan
suatu perhatian khusus kepada perilaku keagamaan dan tentang kelompokkelompok keagamaan. (Abdullah, Syamsuddin. 1997 : 96)
Kemajuan yang pesat dari sociologie religieuse saat ini disebabkan
oleh perbaikan-perbaikan di dalam teknik-teknik penelitian ilmu-ilmu
sosial dan penelitian sejarah.
Langkah-langkah yang ditempuh adalah pertama, menghimpun
informasi yang tepat (accurate). Kedua, memerlukan kepekaan dan
kesungguhan adalah interpretasi informasi ini sebelum langkah-langkah
lainnya direncanakan dan dilaksanakan.
5) Sosialisasi
Sosialisasi merupakan sebuah proses pembelajaran untuk menjadi
anggota masyarakat dan melalui sosialisasi manusia dapat menjadi makhluk
sosial.
Sosialisasi menurut John Scott (2013 : 259) dapat dibedakan antara
sosialisasi primer dan sekunder. Sosialisasi primer ialah pembentukan dasar
atau awal kepribadian dan dalam diri anak dimulai dengan mengakumulasi
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjadi anggota dalam
masyarakat tertentu. Sedangkan sosialisasi sekunder terdiri atas pengalamanpengalaman yang kompleks dan terjadi sepanjang masa untuk menjadi
anggota masyarakat atau kelompok budaya tertentu.
b.
Penetrasi Sosial
35
Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan
kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan
mampu untuk berdekatan dengan seseorang sejauh kita mampu melalui beberapa
proses.
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah.
Maksudnya adalah pada hakikat manusia memiliki beberapa layer atau lapisan
kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan
lapisan kulit yang lainnya, begitu pula kepribadian manusia. Lapisan kulit terluar
kepribadian manusia adalah apa-apa yang terbuka bagi publik, tidak ditutuptutupi. Lapisan sedikit lebih dalam adalah lapisan kepribadian bersifat
semiprivate, tidak terbuka bagi semua orang. Lapisan terdalam adalah wilayah
private didalamnya terdapat nilai-nilai, konsep diri, konflik-konflik yang belum
terselesaikan, emosi yang terpendam dan semacamnya, tidak terlihat oleh dunia
luar oleh siapapun bahkan orang terdekat sekalipun, akan tetapi lapisan inilah
yang berperan dalam kehidupan seseorang.
Teori perspektif teori penetrasi sosial Altman dan Taylor menjelaskan empat
penjabaran. Pertama, lebih sering dan lebih akrab dalam hal pertukaran pada
lapisan terluar dari diri seseorang, semakin dalam berupaya melakukan penetrasi,
maka lapisan kepribadian yang dihadapi akan semakin tebal dan semakin sulit
untuk ditembus. Kedua, keterbukaan diri (self disclosure) bersifat resiprokal
(timbal balik) terutama pada tahap awal dalam suatu hubungan. Menurut teori ini
pada awal suatu hubungan kedua belah pihak biasanya akan saling antusias untuk
membuka diri dan keterbukaan bersifat timbal balik. Ketiga, penetrasi akan cepat
36
diawal, akan tetapi akan semakin berkurang ketika semakin masuk ke dalam
lapisan yang makin dalam. Tidak ada istilah “langsung akrab” karena
membutuhkan suatu proses yang panjang. Keempat, depenetrasi adalah proses
yang bertahap dengan semakin memudar, maksudnya ketika suatu hubungan tidak
berjalan lancar maka keduanya akan berusaha semakin menjauh.
Merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan Harold Kelley (1952) tentang
konsep pertukaran sosial (sosial exchange), menurut mereka dalam konsep
pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting antara lain adalah soal relational
outcomes, relational satisfaction, relational stability. Cenderung memperkirakan
keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi dengan
orang lain sebelum kita melakukan interaksi.
Teori pertukaran sosial mengajukan dua standar umum tentang apa yang
dijadikan perbandingan atau tolak ukur dalam mengevaluasi suatu hubungan,
yaitu relative satisfaction (kepuasan relatif) adalah seberapa jauh hubungan
interpersonal tersebut dapat membuat kita bahagia atau justru tidak bahagia, dan
the comparison level of alternatives, pada tahap ini muncul pertanyaan dalam
hubungan interpersonal sejauh mana suatu hubungan memberikan keuntungan.
Ciri perubahan sosial masyarakat menurut Said Agil Husin Al Munawar (
2004 : 202-203) ditandai dengan beberapa trend dominan dan objektif yaitu
pertama, terjadi teknologisasi kehidupan sebagai akibat adanya revolusi ilmu
pengetahuan dan teknologi. Masyarakat teknologis ditandai dengan adanya
pembakuan kerja dan perubahan nilai, yaitu dominannya pertimbangan efisiensi
dan produktivitas. Kedua, kecenderungan perilaku masyarakat yang semakin
37
fungsional, ditandai dengan pola hubungan sosial hanya terlihat dari sudut
kegunaan dan kepentingan. Kemampuan individual dibutuhkan untuk menentukan
seberapa jauh ia bermanfaat untuk orang lain. Ketiga, masyarakat padat informasi.
Masyarakat yang padat informasi akan semakin bergerak ke depan, terbuka
menerima berbagai jenis dan sumber informasi apabila diatur secara baik oleh
sebuah sistem yang terbuka (open system) dan dijalankan secara efektif oleh
masyarakat. Budaya cenderung bergeser pada “budaya tertutup” ke “budaya
terbuka”, karena budaya yang tidak menghargai pluralitas sosial sembari bersikap
otoriter, absolut dan tiranik adalah budaya eksklusif. Sedangkan budaya yang
gemar menghargai pluralitas sosial seraya bersikap demokratis, kosmopolit dan
egaliter adalah budaya inklusif.
Akhir-akhir ini menguat pola tuntunan masyarakat terhadap hasil kerja
budaya, yaitu kesadaran budaya yang kian menghargai perbedaan ras, golongan,
etnik, warna kulit, maupun agama. Perbedaan itu sebagai akibat logis dari
pengakuan Allah di dalam Al-Qur‟an bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan
berbeda, tetapi perbedaan itu akan dipertemukan dengan sebuah garis lurus yang
membentang dari segenap perbedaan-perbedaan diantara manusia yang oleh AlQur‟an disebut takwa (kualitas). Kualitas (ketakwaan) inilah yang membuat
mereka menjadi sama dan sederajat dimata Tuhan. Manusia harus berjuang
mempertemukan perbedaan tersebut melalui peran kreatif pertemuan budaya
secara kualitatif di kalangan manusia sendiri.
Karena itu, penetrasi budaya haruslah dimulai dari penguatan budaya lokal,
penguatan etika dan penguatan agama, serta penguatan profesi atau keahlian
38
masyarakat agar mereka tidak mudah tergoda oleh arus budaya asing yang
menawarkan profesi dan keahlian yang lebih menggiurkan secara material. Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan masalah etika (akhlak-agama), kultural
(ilmu iptek) dan profesi (amal shaleh-keahlian). Al-Qur‟an mengingatkan kaum
muslimin agar waspada untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah, yang
akan menimbulkan kekhawatiran dibelakang hari. Kesadaran berbudaya, beretika
dan profesi adalah bagian dari upaya mempersiapkan generasi yang berakhlak
tinggi (etika atau agama), tangguh dibidang kultural (iptek) dan memiliki (profesi)
tertentu yang bisa diandalkan. (Q.S. An-Nisa : 9)
c.
Asimilasi Budaya
Asimilasi adalah suatu proses penerimaan unsur-unsur kebudayaan dari luar
yang bercampur dengan unsur-unsur kebudayaan lokal sehingga menjadi unsurunsur kebudayaan baru yang berbeda.
Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan
hilangnya ciri khas kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam proses asimilasi, yang
pertama masyarakat harus dapat menghargai unsur-unsur asing dan kebudayaan
yang dibawanya karena tidak semua unsur-unsur asing berdampak negatif. Kedua
adanya toleransi antarkebudayaan yang berbeda. Toleransi adalah sikap
menghargai kebudayaan atau pendapat yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri. Masyarakat yang memiliki rasa toleransi tinggi cenderung
mampu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Ketiga
39
adanya sifat terbuka. Masyarakat yang senantiasa menghadapi berbagai perubahan
yang terjadi dengan sifat terbuka, akan dapat hidup sejahtera.
Hal-hal yang dapat menghambat asimilasi, antara lain rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang kebudayaan lain, ketakutan terhadap kebudayaan
atau unsur-unsur yang baru, sikap superior yang menilai tinggi kebudayaannya
sendiri, perbedaan kepentingan, dan letak geografis yang terisolasi.
d.
Pertukaran Budaya
1) Perubahan Sosial Masyarakat
Perubahan sosial menurut R.L Warren dan J.S Roucek (1984 : 215-217)
adalah perubahan proses sosial atau struktur masyarakat, sedangkan
perubahan kebudayaan mempunyai istilah yang lebih luas termasuk segala
perubahan dalam kebudayaan seperti kepercayaan, pengetahuan, bahasa,
teknologi dan lain-lain.
Masalah yang menyebabkan terjadi perubahan sosial, yang pertama
adalah sumber-sumber yang berbeda terhadap perubahan. Kebanyakan
perubahan dalam masyarakat tertentu terjadi bukan hasil ciptaan, tetapi
melalui difusi atau melalui penyebaran sifat masyarakat lain. Penerimaan sifat
baru yang muncul tergantung kepada sejauh mana masyarakat dapat
menggunakan sifat baru itu. Kedua, peranan faktor penduduk. Perubahan
penduduk
akan
membawa
perubahan
dalam
masyarakat
dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang biasanya memerlukan organisasi sosial
yang lebih kompleks dan cara yang lebih tepat untuk memperoleh nafkah dan
memantapkan pengawasan sosial. Ketiga, peranan teknologis. Dalam
40
masyarakat
kita,
revolusi
industri
berhubungan
dengan
berbagai
perkembangan dan kemajuan dalam teknologi termasuk ilmu sains dan
mempunyai pengaruh penting atas aspek yang berbeda dalam kehidupan
institusi seperti: keluarga, agama, organisasi ekonomi, pemerintahan dan
pendidikan. Keempat, peranan nilai-nilai perubahan. Sejarah merupakan
pernyataan pentaklukan yang mutlak, dan perubahan sosial yaitu hasil jalinan
pendapat yang unggul.
2) Akulturasi
Akulturasi adalah pencampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling
bertemu dan saling mempengaruhi. Bisa diartikan juga bahwa akulturasi
adalah proses masuknya pengaruh kebudayaan asing di suatu masyarakat,
sebagian menyerap secara selektif sedikit atau banyak unsur kebudayaan
asing itu dan sebagian berusaha menolak pengaruh itu.
Keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat merupakan keadaan
yang
diidam-idamkan.
Dengan
keseimbangan,
seluruh
unsur-unsur
kemasyarakatan akan benar-benar berfungsi dan saling mengisi.
e.
Interaksi Sosial
1) Masyarakat
Masyarakat
sebagai
kekuatan
impersonal
yang mempengaruhi,
mengekang, dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya.
Masyarakat menurut David Berry (2003 : 5-6) ialah suatu kenyataan yang
objektif secara mandiri, bebas dan individu-individu yang merupakan
41
anggota-anggotanya, bukan sekedar suatu penjumlahan individu semata,
melainkan sistem yang dibentuk dari hubungan antar mereka.
2) Sistem Sosial
Wawasan sistem sosial dari para ahli sosiologi telah dikembangkan
secara luas dengan meninjau wawasan dari ilmu pengetahuan alam,
didalamnya terkandung persamaan dengan beberapa sifat dan konsep seharihari. Sistem menunjuk pada cara bagaimana kehidupan sosial diatur dan
diorganisasi, dapat menunjuk pada masyarakat dalam skala yang besar pada
sektor tertentu dalam masyarakat.
Perubahan dan perkembangan didalam suatu aspek kegiatan sosial
tertentu dapat menghasilkan perubahan dan perkembangan atau menimbulkan
reaksi pada kehidupan lainnya.
2. Teori Pendidikan
a.
Pendidikan Islam
Pendidikan Islam (tarbiyah) sebagai proses penyampaian petunjuk-petunjuk
ilahiyah, menyucikan dan mengajarkan manusia dengan mendidik dan mengajar
dengan bahan yang bersumberkan dari sumber ajaran Islam. (Q.S. Al-Isra‟ : 24)
Ahmad Tafsir dikutip Noeng Muhadjir, pendidikan adalah pengembangan
pribadi dalam semua aspeknya yang mencakup pendidikan oleh diri sendiri,
pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh orang lain (guru) mencakup
aspek jasmani, rohani dan hati. (Salim, Moh. Haitami. 2013 : 27)
Agama (KBBI) merupakan kata benda yang berarti ajaran, sitem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha
42
Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia
serta manusia dan lingkungannya.
Pendidikan Agama menurut Moh. Haitami Salim (2013 : 29) adalah usaha
sadar, terencana dan sistematik untuk mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran, latihan keterampilan, bimbingan dan keteladanan oleh diri sendiri
dan orang lain agar memiliki keyakinan, pengetahuan, keterampilan, keteladanan
dan kepribadian yang sesuai ajaran Islam.
Pendidikan menurut Kaelany (2000 : 240) ialah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dalam bahasa Arab istilah
pendidikan disebut tarbiyah berasal dari dasar kata rabba. Tuhan juga disebut
sebagai Rabb karena ia Yang Memperbaiki, Yang Mengatur, Yang Berkuasa
Mutlak, Yang Tegak, Yang Menjadi Sandaran, Yang Memelihara, Yang
Meluruskan dan Yang Memberi Nikmat.
Menurut
Langeveld,
pendidikan
adalah
setiap
usaha,
pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada
pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa
atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup
sehari hari, dan sebagainya. (Hasbullah 2009: 2)
Berdasarkan pengertian pendidikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha atau tindakan yang diberikan kepada seseorang
43
dalam proses pengubahan sikap menuju kepada pendewasaan melaksanakan tugas
hidupnya.
Para ahli pendidikan Islam telah mencoba permutasi pengertian pendidikan
Islam, di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah :
Al-Syaibany mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah proses
mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi,
masyarakat dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara
pendidikan dan pengajaran sebagai sesuatu aktivitas asasi dan profesi di
antara sekian banyak profesi asasi dalam masyarakat.
Muhammad Fadhil Al-Jamaly mendefenisikan pendidikan Islam sebagai
upaya pengembangan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih
dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang
mulia. Dengan proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta
didik yang lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal,
perasaan, maupun perbuatanya.
Ahmad D. Marimba mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (insan kamil)
Ahmad Tafsir (2005 : 45) mendefenisikan pendidikan Islam sebagai
bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan perspektif agama Islam ialah suatu proses penyampaian
informasi (berkomunikasi) yang kemudian diserap oleh masing-masing pribadi
(internalisasi), sehingga menjiwai cara berpikir, bersikap, dan bertindak
(individuasi) baik untuk dirinya sendiri maupun hubungannya dengan Allah
(ibadah) dan hubungannya dengan manusia lain atau masyarakat (sosialisasi)
serta makhluk lain dalam alam semesta maupun lingkungan (mu‟amalah ma‟al
makhluk atau kultural civilisasi) dalam kedudukannya sebagai hamba Allah dan
khalifah Allah di bumi. (Kaelany, 2000 : 240)
44
Pendidikan Islam menurut Achmadi (1992 : 20) adalah usaha untuk
mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam.
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan agama
Islam adalah upaya pengembangan individu melalui bimbingan cara berpikir,
bersikap dan bertindak untuk mewujudkan insan kamil dalam hubungannya
dengan Allah, manusia serta alam semesta.
1) Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu yang esensial bagi manusia, melalui
pendidikan
manusia
bisa
belajar
mempelajari
alam
semesta
demi
mempertahankan kehidupannya. Karena pentingnya pendidikan, Islam
menempatkan pendidikan sebagai aspek sangat penting yang mewajibkan
umatnya senantiasa menjalankan komitmennya.
Hal ini diperkuat oleh firman Allah pada ayat pertama yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad :
            
           
1.
2.
3.
4.
5.
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Q.S. Al-„Alaq 96:1-5)
45
Pada ayat lain al-Qur‟an memperlihatkan penghargaan tingginya
kepada mereka yang secara bersamaan percaya kepada Allah dan menimba
ilmu pengetahuan, dalam Q.S al-Mujadalah Allah berfirman :
         
            
         
Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Al Mujadiilah 58:11)
Bukti lain diutamakannya pendidikan adalah sangat seringnya kata „ilm
dan kata jadiannya (seperti „alima, ya‟lamu, „alim, i‟lam) disebut dalam alQur‟an, yang seluruh arti dasarnya berkaitan dengan pemikiran pendidikan.
(Proceeding Konferensi Regional, 2004 : 233)
Penegasan
keutamaan
pendidikan
Rasulullah
nyatakan
melalui
sabdanya dalam kitab Hadits Shahih Bukhari no. 67 berikut ini:
‫َح َّدثَنَ َاس ِع ْيدُ ْب ُن ُع َف ْ ٍْيقَا َل َح َّدثَنَا ا ْب ُن َوه ٍْب َع ْن يُ ْوو ُ َس َع ْن ا ْب ِن ِشه ٍَاب‬
‫قَا َل قَا َل ُ َُح ْيدُ ْب ُن َع ْب ِد َّالر ْ َُح ِن َ َِس ْع ُت ُم َعا ِوي َ َةخ َِط ْي ًباي َ ُق ْو ُل َ َِس ْع ُت َالنَّ ِ َِّب‬
‫ُهللا ِب ِه خ ْ ًَْيايُ َفقًهْ ُه ِ ِْف ّ ِال ْي ِن َوِاه َّ َما‬
ُ ‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ ََّل ي َ ُق ْو ُل َم ْن ُي ِرد‬
ُ ‫َص ََّّل‬
ِ ‫هللا يُ ْع ِط ْي َول َ ْن تَ َزا َل َه ِذ ِه ْ ُاْل َّم ُة قَائِ َم ًة عَ ََّل َا ْم ِر‬
‫هللا‬
ٌ ِ َ‫َاَنَ ق‬
ُ ‫اِس َو‬
ِ ‫ُض ُ ُْه َم ْن خَال َ َفه ُْم َح ََّّت يَأْ ِ َِت َا ْم ُر‬
. ‫هللا‬
ُّ ُ َ ‫َْلي‬
46
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Sa‟id bin „Ufair. Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Wahab dari Yunus dari Ibnu Syihab
berkata, Humaid bin Abdurrahman berkata; aku mendengar
Mu‟awiyyah memberi khutbah untuk kami, dia berkata; Aku mendengar
Nabi S.A.W bersabda:“Barangsiapa yang Allah kehendaki menjadi
baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama. Aku hanyalah yang
membagi-bagikan sedang Allah yang memberi. Dan senantiasa ummat
ini akan tegak diatas perintah Allah, mereka tidak akan celaka karena
adanya orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang putusan
Allah”.(Kitab Shahih Bukhari no: 67, hal 45)
Umat manusia dalam sejarahnya telah memperlihatkan tentang
pentingnya pendidikan sejak masa Rasul hingga masa sekarang ini. Kegiatan
yang dilakukan Rasulullah seperti mengadakan ta‟lim (pembelajaran) kepada
para sahabatnya, guna mengetahui ajaran-ajaran Islam, sehingga Rasul
membuat kompleks belajar Dar-Al-Arqam, ini semua merupakan salah satu
bukti besarnya perhatian Rasul kepada pendidikan.
Kaelany (2000 : 241-242) berpendapat pendidikan Islam diperlukan
sebagai suatu upaya dalam pengembangan pikiran, penataan perilaku,
pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan dunia ini, serta
bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia sehingga mampu meraih
tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan perwujudannya. Islam pun telah
menawarkan konsep akidah yang wajib diimani agar dalam diri manusia
tertanam perasaan yang mendorongnya pada perilaku normatif yang mengacu
pada syari‟ah Islam. Agama datang ke permukaan bumi ini bertujuan
membimbing manusia dalam usahanya mencapai kesempurnaan diri dan
kebahagiaan, baik di dunia sekarang maupun di akhirat kelak.
Secara umum, keutamaan pendidikan terletak pada dua hal. Pertama
pendidikan itu sangat penting karena pendidikan yang dilandasi nilai-nilai
47
Islam akan menuntun umat Islam menuju ketaqwaan secara total kepada
Allah, dengan mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dalam semua aspek
kehidupan manusia. Pada tingkat kedua, pendidikan Islam itu penting karena
secara akademis pendidikan merupakan aktivitas intelektual sebagai sarana
terwujudnya formulasi islamisasi pengetahuan. Tanpa keterlibatan dan
kontribusi lembaga pendidikan tinggi Islam lengkap dengan intelektual
Muslim didalamnya, Islamisasi mungkin hanya omong kosong belaka.
2) Pendidikan Keagamaan Masyarakat
Pendidikan mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia, juga
diakui sebagai kekuatan yang dapat membantu masyarakat mencapai
kemegahan dan kemajuan peradaban, tidak ada satu prestasipun tanpa peran
pendidikan.
Islam
sebagai
agama
paripurna
memberikan
tuntunan
yang
komperhensif, sehingga terhadap problematika keluargapun tak luput dari
perhatian Islam. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Al-Qur‟an maupun
Hadist di bawah ini yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam
dalam keluarga yaitu :
         
          
 
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
48
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan (Q.S. AtTahrim: 6).
Selain itu Rasulullah juga menggambarkan tentang pendidikan dalam
keluarga sebagaimana dijelaskan di Kitab Shahih Bukhari no. Hadits 1271
berikut ini :
ِ ُ‫َح َّدثَنَا َع ْبدَ ُان َاخ َ ََْبَنَ َع ْبد‬
‫هللا اخ َ ََْبَنَ يُ ْوو ُ ُس َع ْن ُّالز ْه ِر ِ ّي َاخ َ ََْب ِ ِْن َابُ ْو‬
ِ ‫هللا َع ْن ُه قَا َل قَا َل َر ُس ْو ُل‬
‫هللا‬
ُ ‫ِض‬
َ ِ ‫َسلَ َم َة ْب ُن َع ْب ِد َّالر ْ َُح ِن َا َّن َا ََبه َُرْي َرة ََر‬
‫هللا عَلَ ْي ِه َو َس َّ ََّل َما ِم ْن َم ْولُ ْو ٍد ا َّْليُ ْو َ ُلعَ ََّل الْ ِف ْط َر ِةفَأَب َ َوا ُه ُيُ َ ِّو َدا ِه ِه‬
ُ ‫َص ََّّل‬
ِ
‫ّصا ِه ِه َأ ْويُ َم ِ ّج َسا ِه ِه َ َمَك ثُنْتَ ُج الَْبَ ِ ْي َم ُة َبَ ِ ْي َم ًة َ َْج َعا َءه َْل ُ ُِت ُّس ْو َن ِف ْْيَا‬
َ ّ ِ َ‫َويُن‬
ِ ‫هللا َع ْن ُه ( ِف ْط َرة‬
‫َهللا ال َّ ِ ِْت‬
ُ ‫ِض‬
َ ِ ‫ِم ْن َج ْدعَا َء ُ َُّث ي َ ُق ْو ُل َابُ ْوه َُرْي َر َة َر‬
ِ ٍ ْ‫فَ َط َرالنَّ َاا عَلَ ْْيَا َْلثَ ْب ِديْ َل ِل َ ل‬
َ ِ َ ‫هللا‬
. ) ُ ّ ِ ‫اا ّ ِال ْي ُن الْ َق‬
Artinya : Telah menceritakan kepada kami “Abdan telah mengabarkan
kepada kami “Abdullah telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az
Zuhriy telah mengabarkan kepada saya Abu Salamah bin
„Abdurrahman bahwa Abu Hurairah r.a berkata; Telah bersabda
Rasulullah S.A.W: “Tidak ada seorang anakpun yang terlahir kecuali
dia dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kemudian kedua orang
tuanyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani
atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang
ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?”.
Kemudian Abu Hurairah r.a berkata, (mengutip firman Allah S.A.W
Q.S Ar-Ruum: 30 yang artinya: (“Sebagai fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus”).(Kitab Shahih Bukhari no:
1271, hal 745-746)
Jadi, pendidikan keagamaan harus sudah ditanamkan sejak dini
kepada masyarakat terutama anggota keluarga terkecil supaya fitrah yang
diberi Tuhan dapat menjadi jalan yang baik.
49
b.
Pendidikan Sekular
1) Pengertian Sekularisme
Menurut Ensiklopedi Britani, sekularisme adalah sebuah gerakan yang
bertujuan memalingkan dari kehidupan akhirat dengan semata-mata
berorientasi kepada dunia. Kamus Dunia Baru oleh Wipster, sekularisme
bermakna semangat keduniaan atau orientasi “duniawi” dan sejenisnya.
Kamus
Oxford,
sekularisme
adalah
bersifat
keduniaan
atau
materialisme, bukan keagamaan atau keruhanian. Kamus Intrenasional
Modern ketiga menyebutkan sekularisme adalah undang-undang akhlak
sosial yang berlandaskan pemikiran yang mewajibkan ditegakkannya nilainilai perilaku dan moral menurut kehidupan modern dan solidaritas sosial
tanpa memandang kepada agama.
Sekularisasi ialah suatu gerakan (sosial) yang diarahkan kepada
terwujudnya otonomi dunia dan nilai duniawi dengan mengikutsertakan
agama dan nilai-nilai keagamaan.
Kesimpulan sekularisme ialah memisahkan agama dari kehidupan
individu atau sosial dalam artian agama tidak boleh ikut berperan dalam
pendidikan, kebudayaan maupun hukum.
2) Pengaruh sekularisasi terhadap agama
Dalam arus besar proses sosial dan perubahan masyarakat dapat
dtemukan satu jenis proses dan perubahan sosial yang mempunyai warna dan
nada tersendiri, yang disebut sekularisasi.
50
Kata sekularisasi menurut D. Hendropuspito (1896: 136) berasal dari
kata latin “saeculum” yang berarti “dunia”, dari kata dasar “saeculum” dari
bentuk kata “saecularis” atau sekular yang diberi arti “serba duniawi”. Sejak
abad yang lalu hingga dewasa in terdapat dua macam sekularisme, yaitu :
Sekularisme ekstrem ialah pandangan hidup atau ideologi yang mencitacitakan otonomi nilai duniawi lepas dari campur tangan Tuhan dan pengasuh
agama. Dan sekularisme yang moderat yaitu pandangan hidup atau ideologi
yang mencita-citakan otonomi nilai duniawi yang mengikutsertakan Tuhan
dan Agama.
3) Sekularisme dalam Pendidikan
Menurut Muhammad Qutb (ancaman sekularisme, 1986) diartikan
sebagai Iqomatu al-hayati „ala ghoyri asasina mina al-dini (membangun
struktur kehidupan di atas landasan selain sistem Islam). Dan An-Nabhani
mengartikan, “Pemisahan agama dengan kehidupan, ide ini menjadi aqidah
(asas), sekaligus qiyadah fikriyah (kepemimpinan ideologis) serta sebagai
qaidah fikriyah (landasan berfikir)”, atas dasar berfikir ini, mereka
berpendapat bahwa manusia sendirilah yang berhak membuat peraturan
hidupnya, dan sesuai dengan hawa nafsu serta akalnya yang sangat terbatas.
Kondisi ini menimpa sistem pendidikan dan hampir disemua negara
bahkan negeri-negeri kaum muslimin terhadap dunia pendidikan mereka
ketika ini, akibat dari apa yang disebut westoxciation (racun pemikiran barat)
yakni : pluralisme, sinkretisme, nasionalisme, liberalisme, kapitalisme,
sekularisme, dan mencoba untuk melakukan imitasi bahkan substitusi secara
51
total atau melakukan pembelasteran (perkawinan) antara sistem barat
(sekuler-liberal) dengan sistem Islam yang suci, fitrah dan mulia. Fenomena
dunia pendidikan menjadi topik perbincangan yang menyentuh berbagai
kalangan dari masyarakat jelata, para profesional, akademisi, cendekiawan
sampai birokrat namun tidak berdaya menyatukan konsep dan realitas, justru
sumber daya manusia semakin carut marut dan porak poranda yang memiliki
karakteristik pola fikir dan pola sikap yang tidak Islami.
Secara jelas dan pasti Islam menjadi tujuan pendidikan melahirkan
“kepribadian Islam” dan membekali dengan pengetahuan yang berkaitan
dengan kehidupan, sehingga metode penyampaian pelajaran dirancang
sedemikian rupa untuk menunjang tercapainya tujuan dan setiap metodologi
yang tidak berorientasi pada tujuan tersebut dilarang. Dengan demikian
pendidikan Islam tidak hanya “transfer of knowledge”, tanpa memperhatikan
ilmu pengetahuan yang diberikan apakah dapat menumbuhkan pola fikir dan
tingkah laku yang Islami atau tidak.
Islam memposisikan pendidikan pada hukum wajib, mewajibkan negara
berperan penuh dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan
umat dalam memahami tsaqafah Islamiyah dan kemaslahatan umum
rakyatnya, termasuk non muslim yang dilindungi haknya untuk hidup damai
dan sejahtera.
4) Kewajiban sekularisasi
Sekularisasi menurut D. Hendropuspito (1986 : 138) merupakan hal
wajar karena berakar atas pertimbangan yang wajar, alasannya antara lain
52
adalah hal yang masuk akal bahwa dalam mengurus hal duniawi manusia
berani memikul tanggung jawab dan tidak melemparkan tanggung jawab
kepada instansi lain, karena dunia seisinya diserahkan kepada manusia. Wajar
bahwa nilai-nilai duniawi berkembang dengan kekuatan sendiri dan tidak
perlu berlindung di bawah nilai-nilai supra duniawi. Hal yang sewajarnya
apabila Tuhan yang lain dari yang lain tidak dijadikan “keranjang sampah”
tempat melemparkan tanggung jawab atas kegagalan yang dibuat manusia
sendiri. Sudah tiba waktunya bahwa semua agama membersihkan diri dari
beban tambahan yang bersifat takhayul dan mitologis baik yang membebani
ajarannya maupun praktek peribadatannya.
5) Tanggapan Agama terhadap Sekularisasi
Agama mempunyai tujuan memanusiakan manusia sebagai pribadi
yang berdaulat. Agama bermaksud memajukan umat dengan melepaskan
yang lama, tetapi sekaligus agama mau mempertahankan yang lama. Sikap
dualistis ini menjadi penghalang untuk menerima model pemahaman dan
pengalaman agama yang baru.
3. Pengaruh
Masyarakat
terhadap
Pemahaman
dan
Keberagamaan
Masyarakat Muslim
a.
Perkembangan Masyarakat Muslim
Dalam konteks Indonesia, masyarakat Islam sebagai penghuni mayoritas
bangsa masih terlalu jauh dari segala keunggulan bila dibandingkan dengan
sesama umat manusia dari negara-negara lain. Kompleks pemberdayaan yang
mendesak untuk diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini yakni
53
pemberdayaan dalam tataran ruhaniah, intelektual, dan ekonomi. Untuk keluar
dari belitan persoalan, masyarakat Islam harus berjuang keras untuk melahirkan
desain kurikulum pendidikan untuk setiap wilayah pendidikan yang benar-benar
berorientasi pada pemberdayaan total ruhaniah islamiah yang tidak bertentangan
dengan perjuangan kebenaran ilmiah dan kemodernan.
Masalah kemiskinan menurut Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad
Safei (2001 : 44-45) identik dengan masyarakat Islam di Indonesia. Tantangannya
adalah setiap pribadi Muslim harus lebih keras dalam bekerja, berkreasi,
berwirausaha, dalam bekerja sama, komunikatif dan lebih profesional dalam
mengolah potensi-potensi ekonomi umat.
b.
Masyarakat Muslim Khususnya di Sekitar UKSW
Definisi masyarakat menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
1) David I Still dalam bukunya (International Encyclopaedia of The Social
Sciencies, 1972:578), masyarakat (society) adalah a relatively independent
or self sufficient population characterized by internal organization,
territoriality, culture distinctiveness, and sexual recruitmen. Masyarakat
adalah populasi yang relatif bebas atau mandiri ditandai dengan adanya
organisasi intern, wilayah, budaya kekhasan, dan perekrutan seksual.
2) Mircea Elliade, masyarakat berarti komunitas yang beradab (civilized
community) atau masyarakat madani, dalam bahasa The Encyclopadia of
Region disebut dengan istilah median community.
54
3) Rodney Stark adalah society is a group of people who are united by social
relationships, masyarakat adalah sekelompok orang yang disatukan oleh
hubungan sosial. (Machendrawaty dan Safei, 2001 : 5)
Dengan demikian, dalam masyarakat terkandung makna komunitas, sistem
organisasi, peradaban dan silaturahmi. Masyarakat membentuk dan dibentuk
dengan sendirinya dengan tujuan untuk saling menguatkan, saling menolong dan
saling menyempurnakan.
Masyarakat Islam
menurut pendapat Nanih Machendrawaty dan Agus
Ahmad Safei (2001 : 6) adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan,
tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan agama yakni
agama Islam. Sedangkan menurut Agus Efendi dalam kajian sosiologi,
masyarakat Islam dibedakan dari segi identitas keagamaan masyarakat serta
tradisi agama Islam yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Berbeda pula
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Ali Syari‟ati dengan menggunakan kata
ummah untuk mensubstitusi terminologi masyarakat Islam. Ummah adalah
masyarakat yang hijrah, yang satu sama lain saling membantu agar bisa bergerak
menuju tujuan yang mereka cita-citakan. Ummah dipandang sebagai persaudaraan
Islam, seluruh masyarakat Muslim, yang mempertalikan kaum Muslim menjadi
satu kesatauan adalah kesamaan pandangan dunia (din), yang didasarkan kepada
sebuah gagasan universal (tauhid) dan sejumlah tujuan bersama : mencari
keadilan („adl) dan ilmu („ilm) dalam upaya memenuhi kewajiban sebagai
pengembangan
amanah
(khilafah)
Tuhan.
55
Menurut
Abdullah
Nasheef
menerjemahkan ummah sebagai bangsa atau komunitas. Ummah dipandang
sebagai komunitas orang yang percaya kepada Tuhan yang menciptakan mereka,
memelihara mereka, membahagiakan mereka.
Sedangkan masyarakat dalam pandangan Islam menurut Kaelany (2000 :
157) merupakan alat atau sarana untuk melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang
menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah masyarakat harus menjadi dasar
kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju adanya
suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan.
Pembinaan masyarakat haruslah dimulai dari pribadi-pribadi, masing-masing
wajib memelihara diri, meningkatkan kualitas hidup agar di tengah masyarakat itu
di samping dirinya berguna bagi masyarakat, juga tidak merugikan orang lain.
Islam memandang manusia berasal dari satu diri yang kemudian
berkembang menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa. Baik dilihat dari asal manusia
yang satu diri itu maupun setelah berkembang biak memenuhi bumi, manusia
seyogyanya tidak membeda-bedakan sesamanya dengan dalil apapun, seperti
karena keturunan, ras, suku, bangsa, agama, dan sebagainya. Justru perbedaan itu
mendorong manusia untuk saling mengenal, saling berhubungan, dan saling
berlomba dalam kebaikan. Seperti firman Allah dalam Q.S al-Hujuraat ayat 13 :
           
          
Artinya : Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
56
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.
Al-Qur‟an menekankan “persaudaraan orang-orang yang beriman” bersamasama semua implikasinya. Aturan-aturan Islam yang berhubungan dengan
hubungan-hubungan internasional dikalangan orang-orang Islam dan non-Islam
serta etika al-Qur‟an mengenai perang didasarkan atas keadilan mutlak serta
mengakui kerendahan hati. Demikan pula al-Qur‟an melarang orang-orang Islam
untuk memburu orang-orang non-Islam dan memaksa mereka masuk Islam,
dengan memberikan kebebasan memilih bagi mereka. (Kaelany, 2000 : 164)
Masyarakat ideal yang dicitakan oleh Islam adalah masyarakat yang
digambarkan al-Qur‟an dengan sebutan masyarakat mardlatillah (masyarakat
yang diridhai Allah) atau Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur. Untuk
memenuhi masyarakat yang mardlatillah harus disusun rangkaian pola yang
bertendensi dan berdimensi antara lain sebagai berikut :
1) Umat yang Satu
Sebagai manusia, perbedaan-perbedaan suku, warna kulit, agama,
bahasa dan adat istiadat hendaknya tidak menjadi penghalang bagi yang satu
dengan yang lain untuk hidup rukun berdampingan. Dengan sikap demikian
itu tumbuhlah rasa toleransi antar umat. Toleransi yang dimaksud dalam
ajaran Islam ialah dalam lingkup masalah sosial kemasyarakatan bukan
dibidang
akidah
keimanan.
Meskipun
hidup
berdampingan
dengan
masyarakat berbagai agama, umat muslim tidak boleh larut atau goyah
keimanannya, keyakinan tetap dipertahankan bahwa Islamlah satu-satunya
57
agama Allah yang diyakini kebenarannya oleh umat Islam, sesuai dengan
firman yang tertulis di dalam al-Qur‟an surah Ali-Imran ayat 19 :
           
            
   
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah
Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab[189]
kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena
kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir
terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat
hisab-Nya.
2) Umat yang Bertakwa
Masyarakat ideal yang diciptakan oleh Islam adalah masyarakat yang
digambarkan oleh al-Qur‟an sebagai Masyarakat Mardlatillah
karena
masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam struktur yang
berpolakan hukum-hukum Allah dengan sumbernya al-Qur‟an dan Sunah
Rasul.
c.
Kristenisasi
1) Pengertian Kristenisasi
Kristenisasi adalah sebuah proyek besar yang terus dilakukan oleh
orang-orang kristen sampai hari kiamat untuk memurtadkan (khususnya)
umat Islam dan umat agama lain yang tidak beragama kristen.
Gerakan kristenisasi adalah sebuah gerakan yang terorganisir dengan
baik dan rapi yang bertujuan untuk mengajak manusia menjadi pengikut dan
58
penumpang gerbong umat kristiani. Gerakan kristenisasi adalah gerakan yang
bersifat religi, politik dan penjajahan yang muncul akibat kekalahan pasukan
Kristen dalam perang salib yang berlangsung dalam waktu yang panjang.
Inisiator yang sekaligus panglima pertama gerakan ini adalah Raymond
Lowel, seorang warga negara spanyol yang hidup pada abad ke 16 M. Dia
mulai menjalankan misinya dengan belajar bahasa arab lalu melakukan
berbagai riset dan penelitian di hampir seluruh negara Islam, dengan harapan
ia mampu menemukan titik kelemahan kaum Muslimin dan bagaimana
memanfaatkan kelemahan tersebut untuk melemahkan dan menghancurkan
kaum muslim.
Media dakwah http://www.mimbarindo.com menjelaskan bahwa lambat
laun gerakan ini mendapatkan respon positif dari saudara-saudara seimannya.
Kemudian mereka mendirikan sebuah lembaga yang menjadi pusat
pendidikan, penelitian dan penyusunan strategi kristenisasi internasional, di
London, Inggris pada tahun 1795 M. Disusul oleh pendirian lembagalembaga misionaris di berbagai negara, seperti Skotlandia, New York, Jerman
dan beberapa negara eropa lainnya. Sejak ratusan tahun lalu, para misionaris
Kristen di Indonesia sudah berusaha keras mengubah bangsa Indonesia yang
mayoritas Muslim, menjadi sebuah negeri Kristen. Kini, sejumlah tokoh misi
Kristen di Indonesia mendeklarasikan, bahwa Indonesia merupakan sebuah
negeri yang siap melakukan transformasi besar-besaran, menjadi negeri
Kristen. Ibarat lahan, Indonesia sudah siap panen. Pada tahun 2003, ada
sebuah buku terbitan kaum Misionaris Kristen di Indonesia yang berjudul
59
Transformasi Indonesia : Pemikiran dan Proses Perubahan yang Dikaitkan
dengan
Kesatuan
Tubuh
Kristus
(Jakarta
:
Metanoia)
Buku
ini
menggambarkan ambisi dan harapan besar, bahwa kaum misionaris Kristen
akan melakukan ”panen raya” pada tahun 2020. Saat itulah, kata mereka akan
terjadi proses Kristenisasi secara besar-besaran di Indonesia. Kaum
misionaris menyatakan tekadnya :
”Indonesia merupakan sebuah ladang yang sedang menguning, yang
besar tuaiannya! Ya, Indonesia siap mengalami transformasi yang
besar. Hal ini bukan suatu kerinduan yang hampa, namun suatu
pernyataan iman terhadap janji firman Tuhan. Ini juga bukan impian di
siang bolong, tetapi suatu ekspresi keyakinan akan kasih dan kuasa
Tuhan. Dengan memeriksa firman Tuhan, kita akan sampai kepada
kesimpulan bahwa Indonesia memiliki prakondisi yang sangat cocok
bagi
tuaian
besar
yang
Ia
rencanakan.”
(http://www.minbarindo.com/Media,_Dakwah_Dan_Publikasi/Ancama
n_Dan_Metode_Gerakan_Kristenisasi.aspx,
24 September 2014)
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kristenisasi
adalah gerakan yang terorganisir bersifat religi, politik yang mengajak
seseorang atau kelompok untuk mengikuti ajaran agama Kristen dengan
tujuan untuk melemahkan keimanan umat muslim.
2) Sejarah Kristenisasi
Sejarah kristenisasi sudah ada sejak masa pemerintahan Rasulullah S.A.W
hingga pemerintahan Indonesia, bahkan terjadi pula di Jawa Tengah.
a) Masa Pemerintahan Rasulullah S.A.W
Konflik umat Islam dan umat Nasrani dimulai ketika Nabi
Muhammad S.A.W. mengirim seorang utusan pada tahun 8 H / 629 M
agar menyampaikan surat kepada penguasa Busra yang bernama Syurahbil
60
bin „Amr al- Ghasari. Utusan Rasulullah S.A.W. itu bernama Al- Harits
bin Umar Al-Asadi. Utusan itu diikat dan dipenggal lehernya. Konflik
antara Nasrani dan Islam yang paling dahsyat bisa dilihat pada Perang
Salib. Perang Salib mulanya diserukan oleh Paus Urban II tahun 1095.
Paus menyerukan perang suci melawan kaum kafir yang menguasai
makam kristus. Pada tahun 1098 tentara salib telah membunuh ratusan ribu
kaum muslim di Marra‟tun–Nomam, salah satu kota terpadat di Syiria.
Tahun 1099 mereka membantai 30.000 penduduknya, Muslim dan Yahudi.
(Budiharjo, 2007 : 5-8).
Seperti yang disebutkan dalam Q.S. Al- Maaidah 5 : 82, bahwa
permusuhan memang sudah terjadi sejak dahulu kala.
        
         
        
 
Artinya: Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orangorang Yahudi dan orang-orang musyrik. dan Sesungguhnya kamu
dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang
yang beriman ialah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya
Kami ini orang Nasrani". yang demikian itu disebabkan karena di
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta
dan rahib-rahib, (juga) karena Sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri.
Orang zaman sekarang mempunyai banyak kebutuhan. Mereka
butuh percaya pada sesuatu yang melampaui fakta dari hidup sehari-hari,
61
dengan segala krisisnya, frustasi dan kenikmatan sesaatnya. Mereka
membutuhkan alasan untuk berharap, untuk terus-menerus berusaha
menjadi pribadi-pribadi sejauh mereka dapat, dan menggerakkan
komunitas manusia menuju keadilan dan martabat yang dapat menjadi ciricirinya. Mereka membutuhkan sumber inspirasi yang dapat menuntun
mereka mengatasi egoisme, konflik dan isolasi diri (saling ketertutupan).
Bagi orang-orang yang percaya kepada Allah, ia telah memberikan
perutusan untuk menunjukkan dengan kata dan teladan, jalan menuju ke
pemenuhan kemanusiaan kita. Umat Kristiani dan Muslim, hendaknya
memandang diri masing-masing sebagai partner dan teman dalam
perutusan itu. Sebagaimana Paus Yohanes Paulus II telah katakan kepada
sejumlah perwakilan komunitas muslim yang menyambut kedatangannya
di Nairobi tahun 1980, bahwa umat Muslim dan Kristiani sama-sama
dipanggil untuk “bersama bertekad memajukan perdamaian, keadilan
sosial, nilai-nilai moral dan semua kebebasan yang benar dari diri
manusia”.
Menurut S.J Thomas Michel (2007 : 137) Itulah suatu tantangan
yang dihadapi dua komunitas agama dalam hubungan kita satu sama lain
dengan pendekatan yang sama kepada hidup di planet bumi ini.
Allah Subhanahu wa Ta‟ala telah mengingatkan dalam Al-Qur‟an,
          ...
62
”Dan mereka tidak akan pernah berhenti memerangi kamu, sampai
mereka berhasil memurtadkan kamu dari agamamu.” (Al-Baqarah:
217).
Ingatlah firman Allah :
           
           
          
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu
hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya
petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya
jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang
kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong
bagimu”.(QS Al Baqoroh : 120)
          
           
            
“Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat
mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman,
karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata
bagi mereka kebenaran.” (QS Al-Baqoroh : 109)
b) Kristenisasi di Indonesia
Kristenisasi di Indonesia menurut C. Guillot (1985 : 3-4)
menganggap permulaan pengembangan agama Kristen di Indonesia terjadi
pertengahan abad VII dengan berdirinya episkopat Syria di Sumatra.
Masuk mereka ke agama Kristen sangat penting untuk dicatat karena
sampai kemerdekaan RI banyak orang Maluku menjadi serdadu yang
63
diperbantukan pada pasukan Belanda. Mereka dikirim ke kawasan militer
Belanda yang utama, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Berarti
merekalah yang pertama-tama membentuk jemaah Kristen pribumi di
Pulau Jawa.
Meskipun hasilnya minim, tidak dapat dikatakan bahwa tidak ada
kegiatan dalam bidang agama pada zaman VOC. Selama berkuasa dua
ratus tahun di sini, Belanda telah mengirim 245 pendeta ke Hindia
Belanda, terutama ke daerah bekas koloni Portugis dan Spanyol di
Maluku, Minahasa, dan lain-lain. Dari jumlah yang cukup berarti ini,
beberapa orang ditempatkan di Jawa pada kota-kota yang didiami orangorang Eropa, seperti Batavia, Semarang, dan Surabaya. Tugas mereka
pertama-tama melayani orang-orang Eropa disamping orang-orang
pribumi yang masuk Kristen.
Barulah setelah VOC jatuh dan setelah melewati permulaan abad
XIX yang penuh keguncangan itu, mencuat keinginan melakukan
Kristenisasi terhadap kaum pribumi secara menggebu-gebu.
“Awal kegiatan misionaris di Jawa terjadi pada masa pemerintahan
Inggris di Hindia Belanda. Tahun 1813, seorang Inggris, Robinson
datang ke Batavia. Dia bukanlah pendeta yang dikirim untuk umat
Eropa, melainkan datang untuk mengkristenkan bumiputra.”
(Guillot. C, 1985 : 4)
Program mengkristenkan masyarakat pribumi sudah terbukti ada
pada jaman penjajahan melalui tokoh-tokoh agama Kristen yang dikirim
oleh para negara penjajah.
“...berbicara tentang struktur keagamaan di Jawa, baik kita bedakan
terlebih dahulu beberapa istilah : pejabat dari Gereja Protestan (resmi
64
dari pemerintah) disebut predikant yang kadan-kadang dibantu oleh
hulppredikant, sedangkan misionaris yang dikirim oleh masyarakat
misionaris disebut zendeling yang dibantu oleh seorang
hulpzendeling yang biasanya orang Jawa.” (Guillot. C, 1985 : 8)
Kekuasaan yang dimiliki oleh para penjajah dimanfaatkan untuk
kegiatan kristenisasi, terutama mengkristenkan penduduk Jawa. Bukti
bahwa adanya sekutu mengirimkan orang kepercayaannya sebagai
pembawa misi adalah sebagai berikut :
“ Janz misionaris kelahiran 1820 ini tiba di Jawa tahun 1851, dikirim
oleh DZV yaitu masyarakat misionaris Mennonite yang baru
terbentuk. Jansz menetap di Semarang dan tinggal di rumah Hoezoo.
...tahun 1853, dua tahun setelah kedatangan Jansz baru keluar “SK”nya untuk melakukan Kristenisasi.” (Guillot. C, 1985 : 12)
c) Misi gaya baru
Kenyataanya, bersamaan dengan berkembangnya daerah jajahan,
para misionaris ini meninggalkan desa-desa karena mereka tidak merasa
betah di sana, dan menemukan suasana yang lebih cocok dengan mereka di
kota. Misi-misi ini mengarahkan usaha mereka dalam bidang pengabdian
sosial, seperti kesehatan, kerajinan tangan, dan terutama pendidikan.
“Demikianlah, dari beberapa ribu orang pada akhir abad XIX,
jumlah pemeluk Kristen melebihi 60.000 tahun 1938. Tetapi perlu
pula dicatat bahwa pada tahun yang sama, sekitar 35.000 orang anak
belajar di sekolah Protestan!” (Guillot. C, 1985 : 18)
d) Kristenisasi oleh orang Eropa non-Gereja
Di pihak lain, tatkala masyarakat misionaris mulai mengirim
pendeta-pendetanya, ketika itu sudah terbentuk jemaah Kristen Jawa. Dan
cukup lama gerakan Kristenisasi hanya diikuti dari belakang oleh
misionaris tersebut, sampai kemudian mereka mengambil inisiatif sendiri.
65
Sebetulnya orang-orang Jawa itu mula-mula masuk Kristen berkat “aksi
berganda” orang-orang Belanda non-Gereja dengan kiai Jawa.
“...secara umum ada dua ciri khas mereka. Pertama, orang-orang
tersebut hampir semuanya pengelola perkebunan. Kedua, mereka
mempunyai ikatan istimewa dengan tanah Jawa karena kawin
dengan orang Jawa atau karena mereka itu peranakan.” (Guillot. C,
1985 : 21)
e) Perkembangan Kristen di Jawa Tengah
Bukti bahwa di kota kecil Salatiga sudah terjadi kegiatan Kristenisasi
sejak jaman penjajahan. Tidak menutup kemungkinan bahwa kesempatan
Kristenisasi semakin besar karena sejarah yang sudah ditinggalkan sejak
puluhan tahun yang lalu.
“Di dekat Salatiga terdapat sebuah jemaat kecil (terdiri dari 50 orang
anggota) yang merupakan hasil pengabaran Injil yang dilakukan
Nyonya Le Jolle. Sepulangnya ke Negeri Belanda, wanita ini
berusaha sekuat tenaga agar dapat dikirimkan dari Belanda seorang
misionaris untuk melayani berkas pengikutnya itu. Upayanya tidak
sia-sia, tahun 1869 sampailah di Salatiga Misionaris Boer. Di
Salatiga ditemukan Boer yang baru saja datang dari negeri Belanda.
Best bertugas di Ungaran, tetapi tidak begitu banyak yang diketahui
mengenai misionaris ini.” (Guillot. C, 1985 :69- 70)
f) Hubungan Tuhan dengan Manusia
Dasar agama Islam menurut C.Guillot (1985 : 190) seperti halnya
agama Kristen adalah hakikat Tuhan yang transendental yang senantiasa
dinyatakan dengan ucapan Allahu Akbar, Tuhan maha besar. Tuhan adalah
pencipta, sedangkan manusia makhluk ciptaan-Nya. Sejak dari abad awal
Hijriah sampai hari ini, aliran-aliran mistik terkadang dipengaruhi oleh
pemikiran
India,
mencoba
dengan
cara
mereka
masing-masing
memecahkan masalah sulit wahdat‟al-wujud (keunikan wujud). Kadangkadang pengalaman mistik dapat menjauh kelihatannya dari dogma,
66
seperti teriakan terkenal dari al-Bistami: “Hormatilah aku, betapa besar
kekuasaanku” seakan-akan dialah Tuhan. Namun pengalaman ini hanya
dianggap sebagai suatu kemabukan cinta. Ghazali menjelaskan,
“ketika pengikut mistik tidak lagi mabuk kepayang dan mereka
menemukan kembali cara menggunakan akalnya, yang merupakan
timbangan Tuhan di bumi, maka mereka menyadari bahwa yang
terjadi selama ini bukanlah penyatuan –dengan Tuhan- yang
sesungguhnya, tetapi sesuatu yang mirip dengan itu... Ibarat seorang
yang melihat gelas berisi anggur dan mengira bahwa warna anggur
itu adalah warna gelas itu. Adalah dua hal berbeda, mengatakan
„anggur adalah gelas‟ dengan seakan-akan anggur adalah gelas.”
Makrifat Islam seperti juga Kristen membolehkan pencapaian
keyakinan-keyakinan semacam ini, bukan kesatuan ontologis antar
manusia dan Tuhan. (Guillot. C, 1985 : 190)
Keberhasilan Kristenisasi pada abad ke 19 di Jawa adalah hasil
aktivitas orang-orang pribumi sendiri. Sadrach merupakan orang pertama
yang mencapai sukses besar dalam penginjilan di desa-desa. Mengenai
tanah kelahirannya sumber beranggapan bahwa Sandrach lahir di
Kewedanan Jepara, dibagian utara Jawa Tengah. Bahkan ada yang
mencantumkan secara lebih tepat tempat kelahiran Sadrach yaitu disebuah
desa dekat Demak.
“Setelah sekian lama di Ponorogo, Sadrach kembali ke daerah
asalnya; ia menetap di Semarang di “Kauman”, menurut Adriaanse
untuk memperdalam pendidikan agamanya dengan “orang-orang
Arab dan para haji”. Ketika itu ia menambahkan nama Arab “Abas”
di belakang namanya. Pada masa itu pula ia berjumpa dengan bekas
gurunya, Pak Kurmen yang sejak berpisah dengannya telah menjadi
Kristen setelah kalah dalam perdebatan melawan Kiai Tunggul
Wulung.” (Guillot. C, 1985 : 59)
Proses penyebaran agama Kristen oleh kiai Sadrach membutuhkan
ilmu dan pemikiran yang lebih. Cara yang digunakan kiai Sadrach untuk
67
mengkristenkan umat muslim adalah dengan mengadu ilmu agama, seperti
yang tertulis di buku Kiai Sadrach Riwayat Kristenisasi di Jawa berikut
ini :
Cara Sadrach menyebarkan agama Kristen adalah sebagai berikut : ia
selalu berjalan kemana-mana dan mengunjungi guru-guru yang terkemuka
di daerah itu serta berusaha meyakinkan mereka akan kepercayaan Kristen.
Jika tidak berhasil, maka dilancarkanlah tantangan untuk mengadakan
perang tanding di depan umum, untuk mengetahui siapa diantara mereka
yang lebih hebat ilmunya.
Kadang-kadang perdebatan itu bersifat dramatis, kedua tokoh itu
berhadapan, murid-murid duduk beberapa langkah di belakang sang guru.
Sebelum dimulai ditetapkanlah aturan permainannya. Sadrach berjanji
andai kata kalah, ia akan kembali masuk Islam. Jika ia menang, ia
menuntut lawannya agar masuk Kristen dan tunduk kepadanya. Karena
Sadrach memiliki ngelmu Jawa dan pernah belajar paling sedikit pada dua
pesantren, lagi pula sudah menerima “ilmu baru” yakni ajaran Kristen,
tambahan lagi ia sama sekali tidak bodoh, maka sedikit pun tidak ada yang
ditakutinya. Begitu kalah sang lawan langsung mengucapkan semacam
pengakuan takluk kula meguru (saya berguru). Para murid kiai yang kalah
bersama-sama
guru
mereka
menjadi
pengikut
sang
pemenang.
Demikianlah cara Sadrach mengkristenkan beberapa kiai dalam tempo
beberapa tahun. (Guillot. C, 1985 : 79)
68
3) Cara-cara Kristenisasi
Sinyalemen Al-Qur‟an itu memang benar. Dalam
Konferensi
Misionaris di kota Quds (1935), Samuel Zweimer seorang Yahudi yang
menjabat direktur organisasi misi Kristen menyatakan, “Misi utama kita
bukan menghancurkan kaum Muslimin sebagai seorang Kristen, namun
mengeluarkan seorang Muslim dari Islam agar jadi orang yang tidak
berakhlak
sebagaimana
seorang
Muslim.
Tujuan
kalian
adalah
mempersiapkan generasi baru yang jauh dari Islam, generasi yang sesuai
dengan kehendak kaum penjajah, generasi malas dan hanya mengejar
kepuasan hawa nafsu.”
(http://www.voaislam.com/read/christology tanggal 24 September 2014)
Keterangan di atas sudah jelas bahwa tujuan utama kristenisasi adalah
melemahkan keimanan umat muslim supaya perlahan meninggalkan ajaran
agama Islam dan berpaling dari agama yang dianut sebelumnya. Ada banyak
cara untuk melemahkan keimanan kaum muslim antara lain yang pertama
dengan plesetan Al-Qur‟an. Al-Quran, sebagai tuntunan hidup ummat Islam,
kini dimanfaatkan sebagai sarana kristenisasi. Tentu saja bukan Al-Quran
sungguhan, tapi palsu yang isinya memuji-muji Yesus. Selain ada Al-Quran
palsu, juga bertebaran buku-buku plesetan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits.
Menurut Pdt. R. Muhamad Nurdin “Muslim murtad” dalam majalah jemaat
Indonesia (edisi 4 Juni 2001) menyebut trik itu sebagai cerdik seperti ular dan
tulus seperti merpati. Mereka membuat buku agar dibaca umat Kristen,
69
kemudian disalurkan kepada umat beragama lain. Itu cara yang hati-hati
dalam merebut hati kaum Muslimin.
Anak-anak sekolah juga menjadi sasaran. Siti Muflikhah, santri
Pesantren At-Taqwa Bekasi, pernah mendapat surat berisi komik anak-anak
dari sebuah lembaga yang menamakan diri Klab17. Di bagian awal, komik itu
berisi cerita keseharian anak-anak. Namun di bagian akhir ada pernyataan,
“Saya percaya akan Engkau, Yesus sebagai juru selamat saya”. Menurut
pernyataan di atas, media dengan mudah dijadikan umpan karena kemajuan
jaman yang mengharuskan orang-orang mengakses media dalam bentuk
apapun sebagai sumber ilmu. Memasukkan makna Al-Qur‟an yang tidak
sesuai kepada para muslim supaya dapat mengubah pola pikir muslim
tersebut.
Cara yang kedua dengan mengaku mantan haji. Bidang kesehatan juga
dibidik, dengan menawarkan bantuan biaya pengobatan bagi masyarakat
muslim yang kesulitan mendapatkan biaya berobat keluarganya, namun
dengan syarat masuk Kristen. Cara yang cukup sulit diidentifikasi adalah tipu
daya
dengan
meniru
adat
atau
kebiasaan
komunitas
muslim
menyelenggarakan tilawatul Injil, memakai peci, ibadahnya mengamalkan
shalat 7 waktu, memakai sajadah, dan mendendangkan qasidah menyanyikan
puji-pujian kepada Yesus. Memakai peran menjadi orang muslim digunakan
untuk mendapatkan kepercayaan oleh kaum muslim yang menjadi target
kristenisasi.
70
Ketiga melalui pendidikan dan tawaran pekerjaan. Biaya sekolah yang
kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan kaum Muslimin.
Mereka mendirikan sekolah (yang seolah-olah) Islam, seperti Institut Teologi
Kalimatullah Jakarta yang dikelola Yayasan Misi Global Kalimatullah. Juga
ada Sekolah Tinggi Teologi (STT) Apostolos Jakarta, yang mempunyai
kurikulum Islamologi bermuatan 40 sks.
Lapangan kerja juga menjadi lahan subur, dengan menawarkan
pekerjaan kepada para muslimin, memberikan beberapa janji namun akhirnya
orang yang ditawari pekerjaan dipaksa masuk agama Kristen oleh seorang
pendeta atau orang yang membawa misi tersebut. Penawaran biaya
pendidikan dan pekerjaan banyak dilakukan kepada masyarakat muslim yang
memiliki kondisi perekonomian menengah ke bawah. Tidak hanya di luar
Jawa, bahkan di Salatigapun hal tersebut sudah tersebar luas.
Cara keempat adalah dukungan tokoh “Muslim” liberal (JIL). Proyek
kristenisasi ternyata mendapat `dukungan‟ dari beberapa orang yang sering
disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham
liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia
baru‟, dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama.
Mempengaruhi tokoh Muslim menjadi hal yang sangat membantu bagi kaum
Nasrani untuk menjalankan programnya tanpa harus mendekati target satu
persatu. Seperti dengan cara mempererat hubungan masyarakat Muslim dan
non Muslim dengan alasan toleransi antar agama.
71
Kelima melalui Hipnotis, Pacarisasi dan Hamilisasi. Pertama mereka
mengarahkan perhatian pada kaum muslimah yang mentalnya sedang
terganggu karena menghadapi berbagai masalah. Misalnya, orang tuanya
sedang sakit atau baru meninggal dengan mendekatinya sebagai rasa empati
kemudian menghipnotis gadis tersebut. Setelah wanita itu terpedaya, sebagian
mereka langsung menunjukkan jati dirinya. Biasanya sang gadis ini tak dapat
berbuat apa-apa daripada mendapat malu, misalnya, karena sudah hamil.
Sebagian lagi, sampai menikah tak membuka rahasia. Tapi selama masa
perkawinan para aktivis ini menjauhkan akidah Islam dari si istri. Suami
mencuci otak istrinya, misalnya, memberikan ayat-ayat Alquran yang
diputarbalik. Begitu terus sampai istrinya terpengaruh dan akhirnya masuk
Kristen, bahkan menjadi aktivis gereja. Muslimah yang kuat imannya,
mungkin masih bisa bertahan, tapi yang lemah hancurlah dia.
Hipnotis merupakan cara yang paling halus karena korban tidak
menyadari apa yang sudah dilakukannya, dan akan sadar apabila otaknya
sudah diubah pemikirannya dengan menjauhkan korban tersebut dari
kebiasaan beribadah.
Cara keenam melalui pernikahan beda agama. Cara ini merupakan
lahan empuk bagi mereka untuk mengkafirkan umat islam, dengan berpurapura masuk Islam terlebih dahulu, kemudian jika telah dikaruniai satu atau
dua anak mereka kembali ke agamanya dan memaksa istri yang muslimah
untuk kafir (murtad).
72
Ketujuh
dengan
mendatangi
rumah-rumah
umat
muslim.
Mereka
menanyakan hal-hal tentang Islam yang tidak dapat dijawab oleh akal. Misalnya
bertanya tentang “Dimanakah surga yang dijanjikan oleh Islam”, lalu mereka
memberikan brosur tentang “Surganya umat Kristen”.
Kedelapan melalui anjuran Gereja mengucapkan “Selamat „Idul Fitri”.
Anjuran tersebut dilakukan supaya warga muslim memberi balasan untuk
mengucapkan “Selamat Natal” bagi orang-orang Kristen maupun Katholik.
Cara yang kesembilan dengan menjebol UU perkawinan. Mereka menolak UU
perkawinan yang melarang pasangan beda agama dengan dalih HAM, propaganda
KB (Keluarga Berencana). Tujuannya agara umat islam semakin sedikit, sementara
umat kristen diharamkan KB. Mendirikan gereja di tengah-tengah komunitas muslim
dengan mendatangkan jamaah dari tempat lain.
Kesepuluh dengan membuat wadah bersama (Kristen dan Islam). Proyek ini
digunakan untuk menarik simpati umat islam dengan dalih yang beraneka ragam,
perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama dan sejenisnya.
Cara kesebelas meminta dana kepada kaum kafir. Banyak LSM dan organisasi
Islam yang berlindung di bawah ketiak donatur kafir (The Asia Foundation). Ada
sekitar 44 (empat puluh empat) LSM dan organisasi Islam yang bekerjasama dengan
The Asia Foundation yang melakukan kristenisasi. Bahkan Amerika menyediakan
dana yang sangat besar agar pesantren-pesantren di Indonesia diubah kurikulumnya.
Cara yang terakhir dengan menyewa tokoh-tokoh cendikiawan dan politikus
Islam. Tokoh-tokoh dan politikus Islam disewa untuk mengajar di sekolah
penginjil. Para mahasiswanya diajarkan Islamologi (ilmu tentang Islam)
sebanyak 40 sks. Salah satu tujuannya adalah mencari titik lemah Islam
kemudian mengajarkannya kepada umat Islam.
73
Sudah sejak dulu, kaum misionaris Kristen menyadari dan merasakan,
bagaimana beratnya melaksanakan tugas misinya ke dunia Islam. Tokohtokoh cendekiawan dan politikus Islam yang terkenal pandai disewa untuk
melancarkan penyebaran misi kristenisasi melalui pendidikan di perguruan
tinggi atau universitas serta melalui politik di negara-negara yang mayoritas
beragama Islam.
d.
Konversi Agama
Konversi agama (religious conversion) secara umum dapat diartikan dengan
berubah agama atau masuk agama.
1) Pengertian Konversi Agama
Konversi agama menurut Jalaluddin (2012 : 379) dibagi menjadi dua
yaitu menuurt etimologi dan terminologi. Konversi agama menurut etimologi,
berasal dari kata latin “konversio” yang berarti taubat, pindah dan berubah
(agama). Dalam bahasa Inggris “conversion” mengandung pengertian
berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama lain (change from one state,
or from one religion, to another).
Berdasarkan arti kata-kata tersebut dapat disimpulkan bahwa konversi
agama mengandung pengertian: bertaubat, berubah agama, berbalik pendirian
terhadap ajaran agama atau masuk kedalam agama. Konversi agama menurut
terminologi. Max Heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu
tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah
kesuatu
sistem
kepercayaan
yang
sebelumnya.
74
berlawanan
dengan
kepercayaan
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh
lingkungan tempatnya berada. Konversi agama memuat beberapa pengertian
dengan ciri-ciri, adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang
terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya, perubahan yang terjadi
dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat terjadi secara
berproses atau secara mendadak, perubahan tersebut bukan hanya berlaku
bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga
termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri,
selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan, maka perubahan itupun
disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
2) Inisiasi
Inisiasi menurut D. Hendropuspito (1896 : 78) berasal dari kata latin
“initiatio” yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia “inisiasi” dapat
juga diberi arti “masuk agama”. Tetapi kata inisiasi lebih menitikberatkan
aspek upacara penerimaan resmi seseorang anggota baru ke dalam suatu
kumpulan keagamaan, misalnya orang yang mau masuk agama Katolik hanya
diterima dengan upacara pembaptisan, setelah melewati tahap “calon baptis”
yang masing-masing dengan upacara tersendiri. Seseorang yang mau masuk
agama Islam diterima pada waktu dia mengucapkan syahadat Islam. Begitu
pula apabila masuk agama Buddha dan agama lain.
3) Faktor yang Menyebabkan terjadinya Konversi Agama
Konversi agama Jalaluddin (2012 : 384-385), menurut Max Heirich
disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu, yang
75
pertama para ahli agama atau teologi mengatakan bahwa yang menjadi faktor
pendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi.
Kedua, para ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan
terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial, antara lain :pengaruh
hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non
agama, kebiasaan yang rutin, anjuran atau propaganda dari orang-orang yang
dekat, pemimpin keagamaan, perkumpulan yang berdasarkan hobi, kekuasaan
pemimpin.
Ketiga, para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong
terjadi konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor
intern maupun ekstern. Faktor intern (dari dalam diri) yang mempengaruhi
konversi agama terdiri dari faktor kepribadian yang memengaruhi kehidupan
jiwa seseorang dan faktor pembawaan semacam kecenderungan urutan
kelahiran, antara anak sulung, anak bungsu akan berbeda tekanan batinnya
dibanding anak yang lahir diantara keduanya. Faktor ekstern konversi agama
terdiri dari faktor keluarga karena masalah dalam keluarga menyebabkan
seseorang mengalami tekanan batin sehingga konversi agama dipilih sebagai
usaha meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya. Kedua faktor
lingkungan tempat tinggal dimana orang yang merasa tersingkir dari
kehidupan suatu tempat menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan
dan mencari tempat untuk bergantung. Ketiga perubahan status yang
berlangsung secara mendadak banyak mempengaruhi terjadinya konversi
agama seperti perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan
76
pekerjaan, nikah dengan orang berlainan agama. Dan yang keempat adalah
faktor kemiskinan, karena kondisi sosial ekonomi yang sulit menjadi faktor
mendorong dan mempengaruhi terjadi konversi agama. Masyarakat awam
yang miskin cenderung memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia
lebih baik. Kebutuhan mendesak (sandang dan pangan) dapat mempengaruhi.
Keempat, para ahli ilmu pendidikan berpendapat bahwa konversi agama
dipengaruhi oleh kondisi pendidikan. Suasana pendidikan ikut mempengaruhi
konversi agama seperti berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah
yayasan agama tentu mempunyai tujuan keagamaan pula.
4) Aneka pengaruh sosial
Berbagai aktivitas yang berpengaruh atas konversi religius meliputi
pengaruh pergaulan antar pribadi, orang diajak masuk kumpulan yang sesuai
dengan seleranya oleh seorang teman akrab dan diajak berulang-ulang
menghadiri kebaktian keagamaan, selama waktu “mencari pegangan baru”
orang mendapat anjuran dari saudara-saudaranya atau teman dekat, sebelum
bertaubat orang menjalin hubungan baik dengan pemimpin agama tertentu.
Cara diatas bersifat persuasif, masih perlu ditampilkan pengaruh
konversi yang bersifat “koersif” (memaksa), paksaan dapat secara moral atau
fisik. Menurut D. Hendropuspito (1896: 82) dalam abad pertengahan tercatat
fakta paksaan moral. Ada pepatah berbunyi “cuius regio illius est religio”
artinya rakyat yang tinggal di wilayah seorang raja, diwajibkan memeluk
agama raja. Cara ekstrim dalam arti “paksaan fisik” bukan kayalan belaka.
Terkenal pepatah yang berbunyi “agama (tertentu)itu melebarkan sayapnya
77
dengan pedang”. Peristiwa sedemikian itu terjadi bersamaan dengan
peperangan yang dilakukan raja dengan tentaranya menaklukkan penduduk di
wilayah baru.
5) Proses Konversi Agama
Masalah masuk atau pindah agama menjadi hal yang menarik karena
menyangkut perubahan batin yang mendasar dengan orang atau kelompok
yang bersangkutan. Pengaruh situasi apakah yang dapat menghancurkan
realitas kejiwaan dasar dalam diri seseorang atau kelompok dan kemudian
membangun realitas baru?
a) Proses Psiko-Sosiologis Konversi Religious
Menurut M.T.L Penido yang dikutip H. Carrier, konversi relogius
mengandung dua aspek yaitu penobatan batin (endogenos origin) yang
timbul dalam diri seseorang oleh karena kesadaran subyek atau kelompok
yang bersangkutan dan penobatan lahir (exogenos origin) yang datang dari
faktor-faktor luar yang menguasai subyek atau kelompok itu. Kekuatan
luar berupa kejadian-kejadian yang menyenangkan maupun yang
menyusahkan.
Seseorang mengalami proses pertaubatan didorong oleh keinginan
untuk mencari komunitas keagamaan yang dianggap sanggup memberikan
jawaban yang meredakan batinnya.
b) Faktor-faktor Sosiologis Konversi Religius
Dalam konversi terdapat pengaruh timbal balik antara kekuatan
dalam (batin) dan kekuatan luar, antara faktor-faktor psikologis dan faktor-
78
faktor sosiologis. Proses konversi agama dapat diperumpamakan seperti
proses pemugaran sebuah gedung bangunan lama dibongkar dan ditempat
yang sama didirikan bangunan baru yang berbeda dari bangunan
sebelumnya. Kehidupan batin yang semula mempunyai pola tersendiri
berdasarkan pandangan hidup yang dianut, maka setelah terjadi konversi
agama pola dirinya secara spontan pola lama ditinggalkan.
Jalaluddin. (2012 : 388-389) membagi proses konversi agama
menjadi beberapa pentahapan dan masa. H. Carrier membagi proses dalam
pentahapan karena
terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi
sebagai akibat dari krisis yang dialami, reintegrasi kepribadian
berdasarkan konversi agama yang baru, tumbuh sikap menerima konsepsi
agama baru serta peran yang dituntut oleh ajarannya, timbul kesadaran
bahwa keadaan yang baru itu merupakan penggilan suci petunjuk Tuhan.
Dr. Zakiah Daradjat membagi proses konversi agama menjadi beberapa
masa. Pertama, masa tenang dimana kondisi jiwa seseorang berada dalam
keadaan tenang, karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya.
Kedua, masa ketidaktenangan yang berlangsung jika masalah agama telah
mempengaruhi batinnya, dikarenakan suatu krisis, musibah ataupun
perasaan
berdosa
yang
dialaminya,
yang
mengakibatkan
terjadi
kegoncangan batin. Pada tahap ini terjadi proses pemilihan terhadap ide
atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik batinnya. Ketiga, masa
konversi terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan, karena
kemantapan batin terpenuhi. Disaat ketenangan batin terjadi dilandaskan
79
atas suatu perubahan sikap kepercayaan yang bertentangan dengan sikap
kepercayaan sebelumnya, maka terjadilah proses konversi agama.
Keempat, masa tenang dan tenteram jika pada tahap pertama keredaan itu
dialami karena sikap yang acuh tak acuh, maka ketenangan dan
ketentraman pada tahap ini ditimbulkan oleh kepuasan terhadap keputusan
yang sudah diambil. Kelima, masa ekspresi konversi sebagai ungkapan
dari sikpa menerima terhadap konsep baru dalam ajaran agama yang
diyakini, maka tindak tanduk dan sikap hidupnya diselaraskan dengan
ajaran dan peraturan agama yang dipilihnya tersebut.
6) Kohesi Kelompok Keagamaan
Fenomena keagamaan sesudah tahap terakhir proses masuk agama
selesai ialah kohesi kelompok keagamaan. Kenyataan yang dapat diamati
bahwa anggota-anggota baru suatu agama tinggal setia kepada kelompoknya.
Kohesi kelompok dibentuk oleh dua kekuatan yaitu kekuatan intern dan
kekuatan ekstern.
Hendropuspito (1896: 94) menunjuk empat unsur prinsip dari
psikologis kohesi yang hendak diterapkan dalam kohesi keagamaan, yaitu
pemahaman atau persepsi anggota-anggota mengenai keadaan mereka yang
saling tergantung (interdependensi), motivasi yang sesungguhnya dari
keanggotaannya, prestise kelompok, kedudukan kelompok dalam masyarakat.
Intensitas kohesi kelompok tergantung juga dari prestise dan kedudukan
kelompok itu dalam masyarakat.
80
e.
Kerukunan Beragama dalam Keragaman Agama
Menghadapi realitas semacam ini tetap berada dalam tataran toleransi
tingkat tinggi sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur‟an , (Q.S. Al- Kaafiruun
109: 6) berbunyi :
    
“ Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Dengan demikian, masing-masing pihak dapat melaksanakan apa yang
dianggapnya benar tanpa harus memutlakkan ajaran yang diyakininya benar
tersebut kepada pihak lain. Masing-masing pihak bertanggung jawab terhadap
resiko keyakinannya, dan Tuhanlah yang akan memberikan keputusan terakhir
sebagaimana dengan tegas dinyatakan :
 
         
         
25. Katakanlah: "Kamu tidak akan ditanya (bertanggung jawab) tentang
dosa yang Kami perbuat dan Kami tidak akan ditanya (pula) tentang apa
yang kamu perbuat".
26. Katakanlah: "Tuhan kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian
Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. dan Dia-lah Maha
pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui". (Q.S. Saba‟ 34: 25-26) (Siti
Nadroh, 2000 : 116)
Menurut Siti Nadroh (2000 : 121-122) kenyataan bahwa akar-akar konflik
seringkali mewarnai hubungan agama-agama pada dasarnya berhubungan dengan
doktrin-doktrin teologi yang eksklusif. Hal ini menyadarkan umat beragama
khususnya kaum intelektual masing-masing untuk segera mencari jalan yang
dapat membebaskan diri dari hidup penuh ketegangan dan konflik.
81
Setiap orang memiliki kebebasan untuk mewujudkan agama atau
kepercayaannya terhadap ajaran-ajaran, praktek, ibadah, dan ketaatan baik secara
individu atau dalam komunitas bersama penganut lainnya dalam wilatah pribadi
maupun publik.
Dalam analisis doa Yahudi yang menginspirasi Yesus ketika mengajarkan
Doa Bapa Kami dalam Injil Matius 6 : 9-13, mengajarkan untuk memohon
shalom (perdamain, anti kekerasan). Air tidak menghilangkan api dan api tidak
melenyapkan air, keduanya berada dalam posisi masing-masing. Melalui kata
syamayim, api dan air sebagai dua unsur yang sangat berbeda telah didamaikan,
tetap tidak terlebur satu sama lainnya, dan tidak saling meniadakan. Jadi kunci
penghadiran shalom di bumi ialah bagaimana kita menciptakan ruang bagi yang
lain, tidak saling memaksa, membunuh, atau menghilangkan eksistensi pihak lain.
(Siradj, Said Aqiel. 2001 : 44)
Menurut penulis, kita tidak berhak memutlakkan agama kita sendiri, karena
hanya Allah saja satu-satunya yang mutlak di dunia ini. Tidak seorangpun di
muka bumi ini harus tunduk pada paksaan, tekanan, intimidasi, represi yang
mengganggu atau menghalangi kebebasannya untuk memiliki atau mengadopsi
suatu agama atau kepercayaan yang didasarkan atas pilihan masing-masing.
Menurut Baidhawy Zakiyudin (2011 : 7-9) negara diharuskan menghargai
kebebasan para orang tua dan para wali yang absah secara hukum, untuk
memastikan pendidikan agama dan moral bagi anak-anak mereka sesuai
keyakinan- keyakinan mereka sendiri dan harus memberikan perlindungan atas
hak-hak setiap anak untuk bebas beragama atau kepercayaan sesuai dengan
82
kemampuan mereka sendiri. Setiap orang tua atau wali diperkenankan untuk
memilihkan
dan
menentukan
pendidikan
agama
pada
anak-anaknya,
membesarkan mereka dengan ajaran-ajaran moral menurut keyakinannya, sejauh
tidak ada pemaksaan pada mereka untuk menjalankan agama atau kepercayaannya
itu melampaui batas maksimal.
Keharusan menyampaikan pesan-pesan universal mendorong dua agama
besar ini dalam perjalanan sejarah panjangnya terlibat aktif dalam proses
mempengaruhi orang lain untuk ikut menjadi pemeluk agamanya. Rentangan
sejarah dua agama ini dipenuhi dengan perluasan atau ekspansi wilayah atas nama
ekonomi atau politik. Yang pada akhirnya diniatkan atau tidak, secara langsung
atau tidak langsung, secara terang-terangan atau tersembunyi, dimanfaatkan juga
kepentingan perluasan misi agama.
Dua agama misionaris ini Islam dan Kristen dalam kenyataannya sering
terlibat dalam perebutan kepentingan untuk mempengaruhi orang-orang yang
belum maupun sudah beragama dan kepercayaan.
Sementara itu, konflik antar agama yang terjadi di Indonesia dapat
dihindarkan. Mayoritas orang Indonesia dari semua agama menginginkan
kedamaian dan toleransi. Akan tetapi untuk dapat mencapai iklim toleransi yang
abadi dan saling menghormati satu sama lain kita harus meningkatkan
komunikasi, melalui dialog pada semua level, termasuk pada tingkat akar rumput
dan kita harus mengungkapkan masalah yang sedang dihadapi dan keluhan yang
ada pada masing-masing komunitas. Mungkin yang pertama harus kita pelajari
kembali adalah bersikap untuk bisa toleran terhadap umat lain. Toleransi dapat
83
diartikan dengan menerima dengan tulus keberadaan yang lain dan komunitas lain
sebagai komunitas yang berbeda. (Harmoni, Proceeding Konferensi Regional.
2004 :17)
1) Dimensi Hubungan Kristen Islam
Dimensi hubungan Kristen Islam dijelaskan menjadi enam dimensi.
Dimensi yang pertama adalah Dimensi Teologis, dalam inti keyakinan ajaran
Kristen dan Islam terdapat penegasan-penegasan khusus tentang Tuhan, yang
menggambarkan sejumlah kesamaan dasar antara keyakinan mereka.
Kedua adalah Dimensi Filosofis. Dimensi filosofis penting dalam
hubungan Kristen-Islam, sebagai akibat adanya fakta bahwa kedua komunitas
jika perlu menggunakan bahasa manusia untuk mengekspresikan ajarannya,
dan diwajibkan menggunakan kata-kata dan konsep yang memiliki implikasi
filosofis.
Ketiga adalah Dimensi Historis. Sejarah berperan penting dalam
mengembangkan hubungan antara Kristen dan Islam. Ketika Islam pertama
kali muncul dan mulai membuktikan keberadaan dirinya di luar wilayah
Arabia, penganut Kristen yang pertama kali menunjukkan reaksinya berusaha
memahami keberadaan Islam dalam konteks sejarah agama yang sudah
mereka kenal, yakni sebagaimana tertulis dalam Injil.
Keempat adalah Dimensi Sosial. Persamaan-persamaan yang ada dalam
Kristen dan Islam sama sekali bukanlah persoalan pokok keduanya dalam
lingkup konsep komunitas. Kata Yunani ecclesia pada awalnya berarti
perkumpulan atau majlis, sementara kata umma dalam bahasa Arabpun
84
berarti perkumpulan atau majlis, meskipun dalam bahasa Arab berarti ibu.
Dengan demikian, baik penganut Kristen maupun Islam tidak dimaksudkan
untuk hidup menyendiri.
Kelima adalah Dimensi Politik. Aspek politik hubungan Kristen-Islam
sampai hari ini masih merupakan masalah yang signifikan, bukan sekedar
karena adanya konflik yang berlangsung melibatkan kekuatan militer
Amerika Serikat dan Inggris. Perbedaan antara Kristen dan Islam bukanlah
berarti terdapat pertentangan yang tidak dapat dihindari antar keduanya.
Keenam adalah Dimensi Kultural. Dalam kurun waktu yang panjang
terjalinnya interaksi antara Kristen dan Islam kita dapati unsur interaksi
kultural di dalamnya, semisal dibidang arsitektur dimana seniman Kristiani
memberikan sumbangan keahliannya terhadap beberapa bangunan arsitektur
Muslim seperti Kubah Batu di Jerussalam.
f.
Pluralisme
Latar belakang wacana pluralitas agama menarik untuk dikaji karena
beberapa alasan, yang pertama perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua
agama datang untuk mengajarkan dan menyebarkan damai dan perdamaian dalam
kehidupan umat manusia. Kedua, wacana agama pluralis, toleran dan inklusif
merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran agama itu sendiri. Ketiga, ada
kesenjangan yang jauh antara cita-cita ideal agama-agama dan realitas empirik
kehidupan umat beragama di tengah masyarakat. Keempat, semakin menguatnya
kecenderungan eksklusivisme dan intoleransi disebagian umat beragama yang
pada gilirannya memicu terjadi konflik dan permusuhan yang berlabel agama.
85
Kelima, perlu dicari upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan
dengan kerukunan dan perdamaian antar umat beragama.
Pluralisme menurut Nurcholish Madjid (2001 : 12) dalam The Oxford
English Dictionary disebutkan bahwa pluralisme difahami sebagai suatu teori
yang menentang kekuasaan negara monolitis dan sebaliknya mendukung
desentralisasi, otonomi untuk organisasi-organisasi utama yang mewakili
keterlibatan individu dalam masyarakat.
1) Pluralisme dan Toleransi Keberagamaan
Terjadinya konflik sosial yang berlindung dibawah bendera agama atau
mengatasnamakan kepentingan agama bukan merupakan justifikasi dari
doktrin agama, karena semua agama mengajarkan kepada umatnya sikap
toleransi dan menghormati sesama.
Agama mampu menjadi katalisator pencegah terjadinya disintegrasi
dalam masyarakat dengan kekuasaan yang dimilikinya. Agama dapat
diharapkan membangun spiritualitas yang memberi kekuatan dan pengarahan
dalam memecahkan segala problem sosial, mengatasi rasa frustasi sosial,
penindasan dan kemiskinan.
Setiap agama mengajarkan nilai-nilai yang melahirkan norma atau
aturan tingkah laku para pemeluknya. Dalam realitas objektif faktor agama
menjadi faktor ancaman yang paling serius dalam dinamika kehidupan,
kemasyarakatan, terlebih lagi masyarakat yang serba majemuk seperti
Indonesia. Konflik dalam skala nasional ternyata banyak bersumber ada
masalah yang dikaitkan dengan agama.
86
Pendekatan menurut Nurcholish, Madjid ( 2001 : 128-131) yang
dilakukan di masa Orde Baru oleh Depag dalam menangani masalah
kerukunan antar umat beragama antara lain pertama melalui pendekatan
Pragmatis (security approach) digunakan untuk mengatasi ketegangan antar
umat beragama, bersifat reaktif dan hanya berguna dalam jangka pendek.
Kedua dengan pendekatan Legalistik, mengandalkan bahwa kerukunan antar
umat beragama harus dijalin dengan sejumlah peraturan perundangundangan. Ketiga melalui pendekatan Kultural yang didasari pandangan
bahwa dialog merupakan sarana tepat untuk mencari titik temu yang dapat
menjadi saling mengerti dan bekerjasama antar umat beragama.
Keempat dengan pendekatan Sosio Institusional dilatarbelakangi
asumsi bahwa pemuka agama mempunyai otoritas dan kedudukan terhormat
dalam struktur komunitas setiap pemeluk agama. Kelima, pendekatan
Teologis yang mengandalkan sebuah kerukunan yang bukan karena diatur
secara eksternal melainkan karena tumbuh secara otentik dari dalam diri
setiap uamt beragama dengan cara penghayatan iman yang bersangkutan dan
melalui dinamika hidup bersama antar umat beragama.
2) Kulturalisasi Agama
Kulturalisasi agama menurut pendapat Nurcholish Madjid (2001 : 188)
ketika agama disampaikan tidak melalui media (budaya) masyarakat, maka
akan
memicu
munculnya
ideologisasi
“semu”
terhadap
konsekuensinya masyarakat menyikapi agama secara “buta”.
87
agama,
Agama bukan lagi sebagai ajaran untuk belajar memilih yang tebaik
dan mencapai kebenaran abadi, namun telah dijadikan ajaran final yang
bertugas menghakimi kenyataan. Masyarakatpun tidak berani untuk
memahami agama melebihi dari apa yang ia dengar dan ia baca, otomatis
mereka dibuat tidak berdaya untuk membedakan mana yang pure agama
(tekstual) dan mana yang bukan (kontekstual). Keberagamaan semacam ini
akan melahirkan sikap ekslusif dan merasa paling agamis.
B. Telaah Pustaka
Telaah pustaka memberikan gambaran atas penelitian yang sudah dilakukan
sebelumnya supaya dapat dijadikan sebagai referensi untuk menemukan persamaan
atau perbedaan dengan penelitian yang dilakukan.
Rahma, Ayu Nisfatu. Tesis. 2011. UIN Sunan Ampel Surabaya. Judul Studi
Kasus Tentang Pengaruh Kegiatan Keagamaan Buddha terhadap Pendidikan Agama
Islam Masyarakat Bejijong Trowulan Mojokerto. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dinamika kegiatan keagamaan Buddha dilihat Dinamika kegiatan keagamaan
Buddha jika dilihat dari jumlah jemaat yang mengikuti kegiatan keagamaan
mengalami pertambahan dari tahun sebelumnya. Sedangkan jika dilihat dari segi
kegiatan keagamaan yang diadakan telah mengalami penambahan unsur sosial
kemasyarakatan, semula hanya sebatas mengadakan ritual (puja bakti) yang diadakan
di dalam vihara, namun sekarang kegiatan keagamaan kemasyarakatan diperbanyak,
seperti arakan dan juga kegiatan sosial lainnya seperti pembagian sembako atau pun
pengobatan gratis. Adapun dinamika pendidikan agama Islam masyarakat Bejijong
Trowulan Mojokerto dilihat dari segi kepercayaan telah didominasi dengan tradisi
88
ke-Islaman. Sedangkan dilihat dari jumlah lembaga pendidikan non formal telah
mengalami pertambahan jumlah TPA. Sedangkan pengaruh kegiatan keagamaan
Buddha terhadap pendidikan agama Islam masyarakat Bejijong Trowulan Mojokerto
adalah berkurangnya dorongan orang tua yang menyebabkan anak-anak tidak
mendapatkan pendidikan agama dengan baik, dan perpindahan agama bagi warga
yang kurang dalam menanamkan pendidikan agama.
Listyarini Dyah Wulandari. Skripsi. 2011. Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Zending : Kristenisasi di Margorejo Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati
Tahun 1852-1942. Hasil penelitian sejarah terbentuknya desa Kristen Margorejo
berawal dari pekerjaan Doopgezinde Zendingsvereeniging (DZV) yang dipimpin oleh
Pieter Janz di kawasan Jepara. Pieter Janz berhasil mengkristenkan beberapa orang
kemudian dikumpulan di suatu desa Persil untuk dijauhkan dari pengaruh budaya
bumi yang tidak sesuai ajaran Kristen. Keberhasilan mengkristenkan penduduk
didukung oleh penyelenggaraan pendidikan oleh zending dan pelaksanaannya
terbuka untuk umum dan dengan biaya yang rendah.
Aniswatun Hidayah. Skripsi. 2012. STAIN Salatiga. Hambatan Pendidikan
Agama Islam dalam Keluarga pada Masyarakat Nelayan di Desa Ujungnegoro
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Hasil penelitian faktor agama, faktor sosial,
faktor budaya dan faktor ekonomi menjadi hambatan dalam pendidikan agama Islam
pada masyarakat desa Ujungnegoro. Meskipun secara kuantitas bahwa Ujungnegoro
adalah desa yang masyarakatnya pemeluk Islam semua, namun untuk tingkat
ketaatan terhadap agama masih sangat kurang. Ini karena konsentrasi warga yang
harus fokus terhadap pemenuhan kebutuhan materi.
89
Mukti Ali. Jurnal Multikultural dan Multireligius Vol. VIII. April- Juni 2009.
Harmoni. Pluralitas Bukan Sekedar Diversitas: Telaah atas Kondisi Keberagamaan di
Amerika. Keberagaman agama (pluralitas agama) sudah menjadi tipologi masyarakat
yang mempunyai kesadaran tinggi akan perebedaan. Karena nilai perbedaan bukan
berarti harus menghalangi tujuan utama hidup dan sekaligus harus menghilangkan
perbedaan dengan menggantinya dengan nilai persamaan. Persamaan atau perbedaan
adalah sebuah proses pilihan yang harus berakhir pada nilai kehidupan yang di
dalamnya terdapat nilai kesejahteraan, ketenangan, kedamaian, serta keamanan bagi
setiap diri dan individu masyarakat.
Amerika dengan berbagai penilaian yang prejudis–baik itu skuler, kapitalis,
bahkan ateis- menyimpan dimensi yang sangat berharga guna membentuk dan
menumbuhkan harmonisasi kehidupan, toleran, dialogis, bahkan lebih dari itu,
mereka mampu berperan aktif dalam menjaga nilai-nilai agama. Baik agama yang
dianutnya maupun yang dianut oleh orang lain. Jadi di Amerika pluralisme agama
bukan sekedar fakta historis dan politis semata ; di dalam pemikiran orang Amerika,
ini merupakan syarat utama dari berbagai hal, sebuah aspek yang esensial dalam cara
hidup Amerika, dan oleh karena itu dengan sendirinya merupakan aspek dari
keyakinan keagamaan.
Analisis mengenai kehidupan beragama di Amerika berlanjut setelah tahun
1965 membawa serta tradisi keagamaan yang beraneka ragam, yaitu Hindu, Muslim,
Budha, Sikh, Jain, dan Zoroaster. Mereka juga membawa perspektif mereka sendiri
mengenai masyarakat Amerika, dan lama kelamaan citra Amerika menjadi
masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok keagamaan (pluralisme agama)
90
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab III ini penulis sajikan paparan data berdasarkan temuan penelitian
gambaran umum kelurahan Salatiga berupa letak geografis serta kondisi
masyarakatnya dan latar belakang wilayah penelitian sebagai kawasan masyarakat
pluralitas antara lain lokasi dan kondisi alamnya, kegamaan masyarakat, aktivitas
masyarakat, potensi ekonomi, pendidikan masyarakat. Serta data tentang pengaruh
Universitas Kristen Satya Wacana terhadap kualitas pendidikan agama Islam pada
masyarakat.
A. Gambaran Umum Kelurahan Salatiga
Gambaran umum kelurahan Salatiga dijelaskan berupa letak geografis serta kondisi
masyarakatnya yang dikelompokkan berdasarkan agama, pendidikan, dan pekerjaan.
1. Letak Geografis
Kota Salatiga merupakan suatu wilayah yang secara morfologis berada di
daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan diantara gunung-gunung kecil lainnya.
Secara astronomi terletak antara 007.17‟ dan 00.17‟.23” Lintang Selatan dan antara
110.27‟.56,81” dan 110.32‟.4,64” Bujur Timur. Sebagai dataran tinggi Kota
Salatiga terletak di ketinggian antara ± 1500 meter di atas permukaan laut.
Kelurahan Salatiga terletak di Kecamatan Sidorejo seluas 202 Ha, dengan jumlah
penduduk 15.904 orang terdiri dari 7.797 penduduk laki-laki dan 8.107 penduduk
perempuan yang tersebar di 80 RT dan 12 RW. Kondisi cuaca dan iklim Kelurahan
Salatiga termasuk sejuk sehingga membuat banyak pendatang nyaman tinggal di
wilayah tersebut. Selain itu infrastruktur jalan di wilayah Kelurahan Salatiga cukup
91
baik, karena dekat dengan jalan raya dan akses angkutan umumpun sangat mudah
diperoleh.
Kelurahan Salatiga terdapat beberapa lembaga pendidikan mulai dari
Pendidikan Usia Dini hingga Perguruan Tinggi yaitu UKSW serta pabrik-pabrik
yang membuat banyak masyarakat berlomba-lomba membuat wirausaha baik di
pinggiran jalan raya maupun di dalam perkampungan.
2. Kondisi Masyarakat Kelurahan Salatiga
Adapun keadaan penduduk Kelurahan Salatiga, Kecamatan Sidorejo, Kota
Salatiga dapat dilihat dari data Laporan Monografi Kelurahan Salatiga bulan
Februari tahun 2015 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kelurahan Salatiga
beragama Islam dengan jumlah 11.050 jiwa. Agama Kristen menempati urutan
kedua dengan jumlah 3.222 jiwa dan Katholik diurutan ketiga berjumlah 1.539
jiwa.
Sedangkan menurut data pendidikan masyarakat kelurahan Salatiga
menunjukkan jumlah penduduk 15.904 hanya 2.596 yang menempuh pendidikan di
atas SLTA. Jumlah penduduk terbanyak adalah lulusan SLTA yaitu 5120 jiwa.
Mayoritas penduduk Kelurahan Salatiga adalah pelajar atau mahasiswa
dengan jumlah 3.171 jiwa. Pekerjaan sebagai karyawan swasta menempati urutan
kedua yaitu 2.936 dan urutan ketiga dengan jumlah 2.777 adalah penduduk yang
belum atau tidak bekerja. Adapun penduduk yang bekerja sebagai pendeta, pastor
dan biarawati jumlahnya cukup banyak yaitu 38 jiwa.
92
B. Latar Belakang Wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagai
Kawasan Masyarakat Pluralitas
Berdirinya Universitas terbesar di Salatiga memberi pengaruh yang sangat
besar terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya, terutama dalam peningkatan
perekonomian masyarakat. Banyaknya warga pendatang yang ingin melakukan studi
di Universitas Kristen Satya Wacana atau para pendatang yang bekerja di Universitas
tersebut membuat warga masyarakat domisili memutar otak untuk memanfaatkan
kondisi yang ada demi meningkatkan mutu kehidupan masyarakat terutama dibidang
perekonomian. Masyarakat yang memiliki lahan kosong berbondong-bondong
membangun tempat usaha yang dapat menghasilkan pundi-pundi rupiah seperti
warung bahan pokok, toko pakaian, rumah makan, rental motor atau mobil, jasa
percetakan dan fotocopy, kontrakan, tempat kost, counter pulsa, bengkel, salon, jasa
loundry bahkan minimarket banyak didirikan di sekitar Universitas tersebut. Dari
beberapa usaha tersebut yang paling banyak diminati oleh para pendatang atau
pembeli tanah adalah membuat tempat kost untuk para mahasiswa/mahasiswi
UKSW. Karena menurut mereka usaha tersebut tidak perlu kerja yang menyita
banyak waktu. Apabila mempunyai modal untuk membeli tanah dan membangun
bangunan tempat kost sudah dapat menghasilkan uang tanpa harus menyita banyak
waktu seperti berjualan atau kerja yang lain. Seperti tutur salah satu pemilik tempat
kost di sekitar UKSW berikut ini :
“usaha kost-kostan itu paling gampang mbak, asal kita punya modal banyak
untuk membeli tanah di daerah sini lalu membangun tempat itu ya sudah
mbak, uang akan mengalir sendiri tanpa harus kita repot-repot menghabiskan
waktu, tidak susah-susah, capek seperti usaha yang lain seperti berdagang,
membuat rumah makan dan lain-lain. Seperti saya ini kan tidak domisili di
sini, kita yang punya kost-kostan cukup sebulan sekali menengok tempat kost
93
hanya untuk sekedar melihat-lihat kondisi dan menerima uang bulanan. Untuk
hal yang lain kan kita bisa pasrah sama orang sini yang bisa kita percaya,
seperti kebersihan, keamanan, dan lain-lain.”
Semakin banyak kesempatan usaha yang bisa dilakukan di lingkungan sekitar
Universitas ini membuat harga tanah melonjak drastis. Karena banyak orang luar
kota yang berminat ingin memiliki tanah di lingkungan sekitar Universitas untuk
investasi usaha jangka panjang maupun jangka pendek. Menurut masyarakat di
lingkungan sekitar Universitas harga tanahpun bisa melebihi harga tanah di wilayah
Salatiga yang lainnya. Untuk tanah di lingkungan Kemiri, Somopuro, dan Cungkup
harga tanah kisaran 1.000.000 – 2.000.000 / meter.
Adanya usaha tempat kost bagi mahasiswa/mahasiswi UKSW memberi
dampak bagi masyarakat di sekitarnya. Dampak positif yang dirasakan masyarakat
yakni merasa terbantu perekonomian mereka dari adanya pemakai tempat kost atau
sering disebut “anak kost”, yaitu dengan berbagai usaha seperti jasa loundry, jasa
kebersihan, rumah makan, warung-warung, maupun usaha kecil lainnya.
Namun terdapat juga dampak negatif yang dirasakan masyarakat sekitar,
seperti gaya hidup anak kost yang kebanyakan berasal dari luar Jawa (Ambon,
Papua, Sulawesi, Kalimantan, Flores, NTT, NTB dan lain sebagainya) yang memiliki
banyak perbedaan dari gaya hidup masyarakat yang tinggal di Jawa. Hal itu yang
membuat banyak masyarakat khawatir terutama bagi mereka yang memiliki anak
kecil atau remaja yang masih rentan akan budaya luar yang masuk di dalam
kehidupannya, seperti gaya pakaian yang di luar kesopanan, memakai obat-obatan
terlarang, pergaulan bebas (free sex), suka minum minuman keras dan gaya hidup
lain yang jauh dari norma agama.
94
Sebagai contoh nyata beberapa tempat kost putra di lingkungan UKSW sering
menjadi buruan polisi karena kasus narkoba dan ternyata pemakai tersebut adalah
orang luar Jawa. Banyak pula tempat kost di lingkungan UKSW yang belum
memiliki tingkat keamanan yang memadai, seperti belum adanya pembatas antara
kost putra dengan kost putri, belum adanya aparat keamanan khusus untuk
mengawasi tempat kost tersebut sehingga sering terjadi tindakan kriminal serta
pergaulan bebas (free sex) terutama di tempat kost putri.
Lebih memprihatikan lagi, gaya hidup anak kost (luar Jawa) pesta minuman
keras menurut mereka adalah hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat di tempat
mereka tinggal dan sudah menjadi adat istiadat setempat. Toleransi antar umat
beragama dan kehidupan bermasyarakat memang seharusnya ditanamkan, supaya
hal-hal tersebut tidak terjadi oleh para generasi muda. Pelemahan ilmu keagamaan
menjadi faktor penting terjadinya asimilasi budaya yang berdampak negatif bagi
generasi penerus. Apabila adat atau hukum agama
setempat lebih tegas, maka
budaya luar tidak akan semudah itu masuk ke dalam kehidupan masyarakat.
Pendidikan bukan menjadi hal yang penting bagi masyarakat di sekitar
Universitas, terutama pendidikan agama. Masyarakat lebih banyak menghabiskan
waktu untuk memenuhi kebutuhan duniawi, tanpa mampu menyeimbangkan dengan
kebutuhan akhirat. Pendidikan akademik umum lebih banyak dipilih oleh masyarakat
daripada pendidikan khusus keagamaan, karena menurut mereka pendidikan
akademik umumlah yang nantinya dapat menjamin masa depan anak-anak mereka.
Masyarakatpun tidak banyak peduli terhadap kegiatan keagamaan terutama kegiatan
agama Islam seperti pengajian, TPQ dan kegiatan lain yang dapat menambah ilmu
95
keagamaan umat muslim. Hanya generasi tualah yang mau melaksanakan kegiatan
seperti pengajian tersebut, karena menurut mereka usia diatas 40 tahun adalah saat
dimana mereka harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Di lingkungan sekitar UKSW masih berjalan beberapa kegiatan pengajian oleh
masyarakat muslim meskipun semakin hari semakin berkurang jamaah pengajiannya.
Ada beberapa hari khusus diadakan pengajian rutin oleh masyarakat muslim generasi
tua di lingkungan Kemiri, Somopuro, Domas, dan Cungkup. Sebagai contoh, setiap
malam Sabtu diadakan pengajian yasinan di Mushola Al-Mau‟idhoh, setiap Rabu
wage diadakan “pidaan” di Masjid Ath-Thohiriyyah, setiap malam Jum‟at Kliwon
diadakan pengajian di Madjid Al-Huda, setiap malam Kamis diadakan jamaah
Qur‟anan di RW 08, dan rutin setiap malam Jum‟at diadakan Yasinan bapak-bapak
dan ibu-ibu di kampung masing-masing. Namun tidak banyak yang berminat
mengikuti jamaah pengajian terutama generasi remaja muslim.
Tidak jauh berbeda dengan TPQ yang ada di lingkungan UKSW. Beberapa
tahun yang lalu di lingkungan Kemiri masih ada 3 TPQ ditiap Masjid dan Mushola.
Di Domas dan Somopuro ada 2 TPQ di Masjid Ath-Thohiriyyah dan Mushola AlMau‟idhoh. Di Cungkup terdapat 1 TPQ di Masjid Al-Huda. Namun diantara empat
kampung tersebut kini hanya 3 TPQ yang masih berjalan yaitu TPQ Masjid AlHikmah Kemiri dengan santri ± 15 orang, TPQ Masjid Al-Huda dengan santri ± 7
orang dan TPQ Mushola Al-Ikhlas dengan santri ± 5 orang. Sedangkan TPQ yang
lain tidak berjalan karena banyak santri yang tidak berangkat ngaji karena jadwal
TPQ bertepatan dengan jadwal “Les” pelajaran umum sekolah yang di jadwal dari
pukul 15.00 hingga pukul 18.00 WIB. Itulah yang menjadi pekerjaan rumah para
96
pejuang pendidikan Islam di lingkungan UKSW. Pemikiran masyarakat yang lebih
mementingkan pendidikan akademik umum daripada pendidikan keagamaan, serta
adanya bimbel (bimbingan belajar) yang mengadakan proses pendidikan pada waktuwaktu luang anak-anak yaitu sejak pukul 13.00 sampai 19.00 WIB yang secara
otomatis menyita waktu anak untuk melaksanakan sholat berjamaah di Masjid atau
Mushola dan juga pendidikan keagamaan seperti TPQ. Waktu anak-anak terkuras
habis untuk pendidikan umum, dan kurang adanya perhatian dari orang tua untuk
mengajak anak melakukan sholat berjamaah. Dari pagi sekolah hingga pulang
malam, waktu anak hanya untuk belajar pendidikan umum. Apabila ingin diberi
pendidikan agama selalu ada alasan bahwa anak besok ulangan dan harus les atau
bimbel dan mengesampingkan pendidikan agama. Setiap selesai waktu sholat
Maghrib anak-anak tidak ada waktu untuk belajar membaca Al-Qur‟an karena
waktunya mereka belajar malam dan istirahat karena merasa sudah lelah belajar,
begitulah seterusnya.
1. Lokasi dan Kondisi Alam
Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas merupakan perkampungan di
Kelurahan Salatiga yang terletak di RW 08, 09, dan 11 dengan jumlah penduduk
pendatang terbanyak. Perkampungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas
adalah wilayah terdekat dari kawasan Yayasan terbesar Nasrani di Salatiga yaitu
YPTKSW (Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya Wacana) meliputi PAUD, TK,
SD, SMP, SMA, dan UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana).
Udara Kota Salatiga dikenal sejuk karena secara geografis kota ini terletak di
kaki Gunung Merbabu. Curah hujan tertinggi tercatat sebesar 450 mm pada bulan
97
Januari dan hari hujan terbanyak tercatat sebesar 19 pada bulan Januari dan
Desember. Rata-rata curah hujan Kota Salatiga sebesar 16 mm/hari. Kondisi alam
seperti inilah mengakibatkan banyak pendatang dari luar Jawa seperti Ambon
(Maluku), Papua, Sulawesi, Flores, NTT dan wilayah lainnya memilih untuk
menempuh pendidikan dan bekerja di YPTKSW dan bertempat tinggal di KemiriSomopuro. Penduduk pendatang adalah mereka yang berprofesi sebagai tokoh
agama non-muslim yang membeli tanah bahkan rumah di wilayah perkampungan
Kemiri-Somopuro. Mahasiswa UKSW kebanyakan adalah mahasiswa luar Jawa
yang memperoleh beasiswa dari Yayasan Nasrani atau pemerintahan di tempat asal
mereka dan bertempat tinggal di Kemiri-Somopuro baik kontrak maupun kost.
2. Keagamaan Masyarakat
Masyarakat asli Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas dulunya mayoritas
beragama Islam dan masih banyak para kyai yang memperjuangkan menyebarkan
agama Islam di wilayah tersebut.
Namun beberapa tahun setelah berdirinya
UKSW, para tokoh agama Islam banyak yang meninggal dan pendatang baru
berdatangan, kaum Muslim yang bertempat tinggal di Kemiri, Somopuro, Cungkup,
Domas banyak yang berpindah keyakinan masuk agama Kristen dengan berbagai
alasan. Ada yang beralasan ikut agama suami / istri, seperti yang diungkapkan salah
satu informan yaitu Sdr. Anto.
“Kalau daerah Kemiri dan Somopuro warganya yang pindah haluan dari
Islam banyak, tapi paling banyak di daerah Kemiri. Bahkan yang anak
pondokan, aktif dibidang keagamaan remaja, dari keluarga yang Islamnya
kuat saja bisa ikut agama istrinya apalagi yang sama sekali tidak ada dasar
ilmu agamanya?” (Wawancara dengan Sdr. Anto, 04 September 2015 pukul
22. 15)
98
Adapula yang pindah agama karena tuntutan pekerjaan seperti yang dialami
oleh Bp. Muhammad Arifin sewaktu bekerja menjadi petugas keamanan (satpam)
UKSW yang kini mengundurkan diri dari karyawan UKSW karena tidak
memperoleh hak-haknya dalam beribadah.
“Awal mula saya merasa tidak nyaman itu ketika saya diberi sift kerja di
waktu-waktu ibadah. Saat itu saya kerja hari Jum‟at, dulu ada perjanjian
boleh melaksanakan ibadah. Namun waktu saya ijin mau melaksanakan
sholat Jum‟at malah tidak boleh dan saya dipanggil pimpinan diberi
peringatan. Peraturan karyawan dulu dan sekarang sudah beda, kalau yang
sekarang karyawan UKSW wajib menyertakan surat pembaptisan. Temanteman saya yang masih bekerja di sana saja jadi abu-abu. Maksudnya abu-abu
itu agamanya tidak jelas. Mereka itu sebenarnya Islam, tapi di KTP ditulis
Kristen. Banyak juga yang mau pindah Kristen karena takut kehilangan
pekerjaan, ya... karena memang itu syarat utamanya kalau mau kerja di sana.
“ (Wawancara dengan Bp. Muhammad Arifin, 07 Maret 2015 pukul 19:51)
Adapun yang meninggalkan agama Islam karena himpitan ekonomi dan rasa
berhutang budi atas bantuan yang diberikan tokoh Nasrani kepada orang tersebut
berupa modal usaha, bangunan, kendaraan, pendidikan dan masih banyak lagi.
Pendidikan keagamaan masyarakat Kemiri-Somopuro kurang mendukung,
terutama bagi generasi muda. Para orang tua sekarang lebih memilih memberikan
pendidikan formal kepada anaknya di sekolah yang beryayasan Nasrani daripada
sekolah yang beryayasan Islam, dengan alasan mutu pendidikan yang diperoleh,
lebih terjangkau, beasiswa.
3. Aktivitas Masyarakat
Masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas rata-rata bekerja sebagai
karyawan swasta maupun buruh pabrik. Masyarakat aslipun banyak yang pindah ke
luar kota karena rumah tempat tinggalnya dijadikan usaha baik dikontrakkan, kost
mahasiswa, maupaun disewakan sebagai tempat usaha. Keadaan itulah yang
99
membuat banyak pendatang dari luar Jawa berbondong-bondong menempati
wilayah Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas untuk menempuh pendidikan
maupun membuat wirausaha. Kedatangan mereka memberikan dampak positif bagi
perekonomian masyarakat, namun juga berdampak negatif bagi keagamaan dan
adat istiadat masyarakat.
Sebagai contoh kecil adalah adanya mahasiswa luar Jawa yang kost di
wilayah tersebut memberi dampak negatif bagi perkembangan pendidikan serta
adat istiadat masyarakat yang terpengaruh dari gaya hidup mereka yang kebaratan.
Aktifitas keagamaan masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas saat
ini butuh perhatian. Masjid dan Mushola kini sepi jamaah yang menunaikan ibadah.
Mereka lebih mempentingkan pekerjaannya tanpa memperdulikan kewajibannya
dalam menjalankan ibadah seperti sholat. Ada pula warga muslim yang memelihara
anjing di rumahnya.
Pendidikan kegamaan anak-anak seperti TPApun sudah tidak banyak
peminatnya. Mereka lebih memilih berangkat privat mata pelajaran formal di
tempat bimbingan belajar yang didirikan oleh mahasiswa UKSW dari pada belajar
ilmu agama di TPA.
4. Potensi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan adanya sumber daya
ekonomi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Potensi ekonomi
masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sangat menjanjikan, karena
berada di lingkungan Perguruan Tinggi terbesar di Salatiga yaitu Universitas
Kristen Satya Wacana, Lembaga Pendidikan dari Pendidikan Anak Usia Dini
100
sampai tingkatan Sekolah Menengah Atas, Pabrik-pabrik besar maupun usaha
rumahan yang membuat banyak masyarakat luar wilayah berdatangan ke Kemiri,
Somopuro, Domas, dan Cungkup untuk menempuh pendidikan, kerja bahkan
membuka wirausaha.
Kondisi tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal
maupun pendatang, sehingga banyak warga yang berlomba-lomba membuka usaha
demi mendapatkan pundi-pundi rupiah yang lebih banyak dari pada tahun-tahun
sebelumnya.
Para warga memanfaatkan kondisi tersebut dengan membuka
wirausaha seperti menyediakan tempat kost mahasiswa maupun pabrik, membuka
laundry pakaian, warung makan, toko pakaian, minimarket, bengkel, tambal ban,
counter pulsa, salon, jasa rental pengetikan dan foto copy, rental sepeda motor dan
mobil, dan usaha lain yang dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Hal tersebut membuat warga lebih mementingkan mencari pundi-pundi
rupiah, hingga tidak sedikit yang melupakan kewajibannya menunaikan ibadah
seperti sholat fardhu, puasa Ramadhan, bahkan silaturahmi bersama warga yang
lain.
5. Pendidikan Masyarakat
Perkembangan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusianya serta kualitas intelektual masyarakatnya, salah satu bentuk usaha dalam
pengembangan sumber daya manusia dengan cara meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas sebagian besar
adalah lulusan SMA sederajat. Masyarakat lebih memilih kerja menjadi karyawan
swasta setelah selesai menempuh pendidikan.
101
Pendidikan kegamaan masyarakat saat ini bisa dikatakan memprihatinkan.
Banyak masyarakat yang kurang memperdulikan pentingnya pendidikan agama
Islam, terutama para pemuda. Kewajiban menunaikan ibadahpun sudah tidak
dihiraukan. Para orang tua kebanyakan lebih memilih melanjutkan pendidikan
anak-anaknya di sekolah swasta beryayasan non-Muslim daripada sekolah swasta
Islam atau sekolah negeri. Masyarakat memilih melanjutkan pendidikan anakanaknya karena biaya pendidikan yang terjangkau, mutu pendidikan yang tidak
kalah dengan sekolah negeri bertaraf nasional,
materi pendidikan yang tidak
memberatkan anak didik, serta adanya beasiswa atau bantuan pendidikan yang
dijanjikan oleh pihak sekolah non-Muslim.
Pendidikan kegaamaan non formal seperti Tempat Pendidikan Al-Qur‟an
(TPA) atau Madrasah Diniyah kini sedikit peminatnya. Para orang tua lebih
memilih memberikan pendidikan non formal materi umum seperti bimbingan
belajar di sore atau malam hari daripada memberikan pendidikan non formal berupa
pendidikan keagamaan seperti TPA dan sejenisnya.
Lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas menjadi tempat pilihan
didirikannya lembaga pendidikan karena letaknya yang strategis. Lembaga
pendidikan yang berada di lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas ada
17 sekolah, mulai dari tingkatan usia dini hingga perguruan tinggi.
C. Data tentang Pengaruh Universitas Kristen Satya Wacana Terhadap
Kualitas Pemahaman Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat
Semenjak didirikannya Universitas Kristen Satya Wacana pada tahun 1956,
kualitas pendidikan Agama Islam pada masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan
102
Domas mulai mengalami penurunan. Kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin,
pondok pesantren, kegiatan meramaikan masjid serta kegiatan keagamaan yang lain
dari tahun ke tahun mengalami penurunan jamaah dari masyarakat sekitar
Universitas Kristen Satya Wacana.
Seiring perkembangan jaman, masyarakat kini seakan-akan menganggap pendidikan
Agama Islam pada keluarga dan masyarakat kurang begitu penting bahkan banyak
yang menghiraukan akan pentingnya pendidikan kegamaan tersebut baik dalam diri
sendiri, keluarga maupun masyarakat. Bagi masyarakat saat ini yang terpenting
adalah pendidikan formal akademik karena lebih dibutuhkan dalam kehidupan
bermasyarakat, supaya dapat meningkatkan interaksi sosial masyarakat dan
perekonomian keluarga.
Hanya untuk mengejar kebutuhan duniawi banyak masyarakat yang lupa akan
hak dan kewajibannya sebagai pemeluk agama terutama agama Islam. Masyarakat
lokal sedikit demi sedikit meninggalkan tempat kelahirannya dengan memanfaatkan
sebagai lahan usaha bagi para pendatang yang berasal dari luar Jawa. Memanfaatkan
adanya lembaga pendidikan yang terletak di lingkungan Kemiri, Somopuro,
Cungkup dan Domas sebagai proyek perbaikan perekonomian masyarakat.
Masjid kini tidak seramai dahulu. Masjid dibangun megah namun jamaah
sholatnya sama sekali tidak bertambah bahkan mengalami penyusutan. Ketika
panggilan sholat datang masyarakatpun seakan-akan tidak mendengarnya. Mereka
lebih semangat mencari pundi-pundi rupiah daripada sholat berjamaah di Mushola
maupun Masjid. Pendidikan Agama Islam dalam keluarga sudah mulai tidak
dihiraukan. Buktinya masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas banyak
103
sekali yang memilih melanjutkan pendidikan anak-anaknya di sekolah yayasan nonMuslim. Alasannya adalah biaya pendidikan yang terjangkau dan tersedianya
beasiswa apabila sekolah di yayasan tersebut. Pelemahan keimanan umat muslim
melalui pendidikan adalah cara termudah bagi mereka yang mempunyai
perekonomian menengah ke bawah.
Lapangan pekerjaanpun tak luput dari sasaran. Mereka yang pengangguran
diberikan bantuan berupa modal usaha yang tidak terbatas atau diberi pekerjaan yang
dapat membuat pekerja tersebut lupa akan kewajiban ibadahnya sebagai umat
muslim. Salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh para pemuda Somopuro Kidul
adalah merawat beberapa ekor anjing milik seorang pendeta yang berada di daerah
tersebut dengan upah tiap bulannya. Pekerjaan tersebut sekilas mudah, namun
dampak yang terjadi adalah pemuda tersebut akan menghabiskan waktunya untuk
merawat anjing sehingga membuatnya lupa akan kewajibannya melakukan sholat
lima waktu. Setiap harinya pemuda tersebut akan berhadapan dengan najis
mugholladzoh (besar) yang akhirnya akan membuatnya malas apabila harus
membersihkan najis tersebut sesuai ajaran dalam Islam.
Interaksi sosial masyarakat menjadi langkah yang tidak mudah dibaca oleh
masyarakat pada umumnya. Gejala-gejala pelemahan keimanan umat muslim banyak
dimasukkan dalam kegiatan sosial masyarakat seperti PKK, Dasawisma dengan
membuat acara tersebut sejak sore hingga waktu maghribpun habis. Memberikan
bantuan tidak terbatas bagi masyarakat dewasa maupun anak-anak.
Kaum remajapun menjadi sasaran dengan cara pacarisasi dan hamilisasi hingga
akhirnya terjadi pernikahan beda agama yang membuat salah satu pihak harus
104
mengikuti agama pasangannya. Gejala-gejala pelemahan keimanan umat Muslim
sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu, namun tidak banyak masyarakat yang
menyadari akan akibat yang akan diperoleh apabila hal tersebut tetap dibiarkan
berkembang biak di lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas. Hal
tersebut dikarenakan minimnya kualitas pendidikan Agama Islam pada keluarga dan
masyarakat.
D. Profil Informan
Untuk mengetahui kondisi dan kualitas pendidikan agama Islam masyarakat
Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas maka penulis melakukan wawancara secara
langsung dengan masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, Domas baik beragama
Islam maupun non-Islam di sekitar lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana.
Ada beberapa informan yang berkenan memberikan keterangannya terhadap
pengaruh lembaga pendidikan Kristen terhadap kualitas keagamaan masyarakat
adalah sebagai berikut :
Informan 1 : Elmo Baskoro ( 14 tahun)
Elmo Baskoro adalah seorang pelajar SMP Katholik Pangudi Luhur Salatiga
kelas VIII. Elmo merupakan anak tunggal dari ibu Yuyun yang bertempat tinggal di
Jl. Kemiri Raya no. 32 B (belakang UKSW) yang lahir di Salatiga pada 21 Maret
2001. Dia tumbuh dalam keluarga mu‟alaf, sedangkan saudara-saudara dari ibunya
beragama Kristen dan Katholik. Sejak kecil dia tidak pernah dikenalkan dengan
ajaran agama Islam oleh orang tuanya. Pilihan pendidikanpun menjadi tidak terarah,
sehingga Elmo memilih sekolah di Yayasan non-Muslim daripada sekolah negeri.
Lingkungan tempat dia tinggal adalah mayoritas Nasrani karena berada di belakang
105
Universitas Kristen Satya Wacana dan kebanyakan adalah warga pendatang dan
mahasiswa.
Informan 2 : Bu Agus Salim ( 67 tahun )
Bu Agus S. adalah seorang janda yang lahir di Solo, 8 Desember 1947, tinggal
di belakang UKSW, Kemiri Raya. Beliau mempunyai 4 orang putri yang 3
diantaranya sudah berkeluarga. Sejak kecil beliau hidup di lingkungan keluarga
Kristen dan Katholik. Diantara beberapa saudaranya bu Agus adalah satu-satunya
yang pindah ke agama Islam karena mengikuti suaminya yang beragama Islam. Pada
saat menikah bersama suaminya, beliau masih beragama Kristen hingga memiliki 2
orang putri. Lambat laun beliau merasa kurang nyaman dengan perbedaan yang ada
di dalam rumah tangganya, kemudian beliau memutuskan untuk menganut agama
Islam. Dulu memang tidak ada masalah dengan keluarganya yang non-Muslim.
Namun kini beliau merasa kehadirannya sudah tidak dianggap di dalam keluarga
besarnya. Bahkan di lingkungan masyarakat tempat beliau tinggal juga merasa tidak
diperhatikan oleh tetangga Muslim karena faktor kecemburuan sosial. Lingkungan
tempat tinggal beliau adalah mayoritas beragama Kristen dan Katholik.
Banyak para pendatang dari luar Jawa yang berdomisili di tempat tersebut
untuk bekerja atau menempuh pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana.
Beliau belajar agama Islam bersama KH. Fathoni (alm.) dan H. „Ali (alm.) dalam
kegiatan pengajian mingguan. Namun sekarang belum ada pengganti beliau tokoh
agama masyarakat setelah para tokoh tersebut meninggal dunia.
106
Informan 3 : Setyo Afandi (24 tahun )
Setyo Afandi adalah seorang mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana
Fakultas Teknik Informatika tahun 2010 hingga sekarang. Afandi lahir di Salatiga
tanggal 8 Maret 1991, bertempat tinggal di Somopuro Lor Rt 02 Rw 08 Salatiga.
Afandi adalah anak terakhir dari 4 bersaudara bapak Slamet Djumadi yang bekerja
sebagai perajin kursi rotan. Afandi dididik dari keluarga muslim dan berada di
lingkungan yang mayoritas beragama Islam. Dari tiga saudaranya hanya dia yang
dapat mendapat kesempatan menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
Saudara-saudaranya hanya dapat menempuh pendidikan hingga SMK dan sekarang
bekerja menjadi pegawai pabrik dan pengasuh panti asuhan. Afandi memilih
melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana karena perguruan
tinggi tersebut sudah terkenal dengan mutu pendidikannya yang tinggi di kota
Salatiga. Menurut dia ilmu umum lebih penting karena banyak dibutuhkan dalam
dunia kerja nyata, sedangkan pendidikan agama adalah pilihan individu masyarakat
yang menjalaninya.
Informan 4 : Muhammad Arifin ( 37 tahun )
Muhammad Arifin adalah karyawan swasta penjaga keamanan SMP Al-Azhar
Salatiga, lahir di Salatiga pada tanggal 11 Agustus 1978, bertempat tinggal di
Somopuro Lor. Bapak Arifin mempunyai dua orang putra bernama Bintang dan Abu
yang masing-masing adalah pelajar SD kelas 6 dan TK. Bapak Arifin dididik oleh
keluarga muslim yang kuat dan berada di lingkungan mayoritas beragama Islam.
Sebelumnya bapak Arifin bekerja menjadi penjaga keamanan (Satpam) di
Universitas Kristen Satya Wacana bersama saudara-sudaranya karena perjanjian
107
“tukar guling” (jual beli tanah) antara Almh. Mbah Muslimah (nenek bapak Arifin)
bersama pihak pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana beberapa waktu
silam. Perjanjian tersebut menghasilkan kesepakatan apabila Universitas tersebut
berdiri maka beberapa pewaris tanah Mbah Muslimah akan ditempatkan menjadi
karyawan Universitas Kristen Satya Wacana tanpa ujian atau tes kepegawaian. Awal
beliau kerja di tempat tersebut masih merasa nyaman, hingga tahun lalu beliau
mengundurkan diri menjadi karyawan Universitas Kristen Satya Wacana karena
sudah tidak mendapatkan hak-haknya dalam menjalankan ibadah sesuai agamanya.
Informan 5 : KH. Muhammad Haris ( 60 tahun )
KH. Muhammad Haris adalah seorang tokoh agama yang bertempat tinggal di
Domas. Beliau memiliki 2 orang putri dan seorang putra. Istri beliau dulunya adalah
seorang Nasrani yang kemudian beralih menjadi agama Islam setelah menikah
bersama bapak KH. Muhammad Haris. Beliau termasuk tokoh agama yang aktif
menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Domas, Somopuro, Cungkup melalui
jamaah pengajian mingguan ibu-ibu dan bapak-bapak. Beliau termasuk orang yang
disegani masyarakat karena keterbukaan beliau menerima siapa saja yang mau
belajar agama baik fenomena yang terjadi di masyarakat maupun belajar kitab tanpa
pandang usia. Hal yang menurut beliau perlu diperhatikan adalah generasi muda
yang sudah mulai lupa dan tidak peduli dengan ajaran agama Islam karena pengaruh
lingkungan dan gaya hidup. Jamaah pengajian yang beliau pimpin rata-rata adalah
para bapak dan ibu yang usianya lebih dari 40 tahun. Sedangkan kegiatan kagamaan
anak-anak atau remaja sudah tidak lagi berjalan seperti dulu.
108
Informan 6 : Ustadz Danuri ( 63 tahun )
Ustadz Danuri adalah seorang tokoh agama yang bertempat tinggal di Kemiri
dan mempunyai seorang putri. Ustadz Danuri termasuk aktifis keagamaan di Salatiga
yang pernah ikut serta membuat gerakan 25 Desember di Salatiga sebagai
perwujudan protes terhadap kebijakan kaum Nasrani yang tidak memperbolehkan
masjid Darul Amal mengumandangkan adzan disetiap tanggal 25 Desember (Misa
Natal).
Beliau juga termasuk orang yang gigih dalam memperjuangkan agama Islam di
tempat beliau tinggal. Disaat lingkungan Kemiri dipadati para pendatang nonMuslim beliau berusaha untuk memegang masyarakat satu RT supaya tidak mudah
terpengaruh dengan budaya yang dibawa oleh para pendatang.
Awal mula beliau membangun Mushola kecil di depan tempat tinggalnya
dengan harapan masyarakat di sekitarnya mau sholat berjamaah di Mushola. Hingga
banyak yang peduli terhadap perjuangan beliau dan kini Mushola tersebut dapat
dibangun menjadi Masjid. Beliau mulai mengajak anak-anak kecil untuk belajar alQur‟an di Masjid setiap sore hari. Memang tidak mudah untuk mengajak masyarakat
mau beribadah bersama di Masjid. Karena faktor dari luar juga sangat berpengaruh.
Namun perjuangan beliau membuahkan hasil, kini beliau mempunyai banyak santri
bahkan dari luar lingkungannya. Aktifitas keagamaan yang beliau perjuangkan
memang belum menyeluruh, hanya sebatas lingkup tempat tinggal beliau (RT).
Sedangkan lingkungan luar tempat tinggal beliau yang masih dalam wilayah Kemiri
banyak yang berpindah agama dari Islam menjadi Kristen.
109
Informan 7 : Oma Rita ( 57 tahun )
Oma Rita adalah seorang pendatang dari Manado yang bertempat tinggal di
Somopuro sejak 2 tahun yang lalu. Beliau mempunyai 2 orang anak yang berbeda
agama Kristen dan Islam. Keluarga beliau merupakan tokoh agama Nasrani di
Manado. Oma Rita hidup di Salatiga bersama cucunya yang sekolah di SMA Kristen
Satya Wacana. Beliau merasa nyaman hidup di Somopuro karena mudah dekat
dengan warga-warganya. Oma Rita sering main ke rumah tetangga-tetangganya satu
RT sekedar berbagi cerita atau memberi hasil masakannya. Beliau juga rajin pergi ke
Gereja bersama cucunya.
Informan 8 : Anto ( 32 tahun)
Anto adalah seorang pegawai kebun SMK N 2 Salatiga sudah 5 tahun bekerja.
Anto merupakan anak ke lima dari delapan bersaudara. Dibesarkan oleh keluarga
muslim di Somopuro Lor. Beliau termasuk orang yang mudah bersosialisasi dan haus
akan ilmu agama. Anto sangat senang apabila ada diskusi tentang beda agama,
karena keluarga besar dari ibunya adalah beragama Kristen dan Katholik, sehingga
sedikit banyak beliau tahu tentang ajaran Kristen dan Katholik. Beliau sering
bertukar pikiran dengan tokoh agama Kristen maupun Katholik seperti pendeta,
biarawati, pastor dan masyarakat non-Muslim lainnya.
Beliau merupakan saksi terjadinya gejala kristenisasi di lingkungan Kemiri dan
Somopuro, karena beliau juga pernah dekat dengan pendeta yang melakukan hal
tersebut. Bahkan anggota keluarganyapun juga pernah mendapat tawaran oleh
pendeta tersebut dengan memberi bantuan pendidikan maupun modal usaha.
110
Anto merupakan pemuda yang aktif dalam kegiatan keagamaan bersama
jamaah pengajian bapak-bapak, dan jamaah pengajian di luar lingkungan SomopuroDomas. Beliau juga merasa prihatin terhadap generasi Muslim di lingkungan tempat
tinggalnya. Generasi Muslim di lingkungan tempat tinggalnya kini seperti
menganggap pendidikan agama sudah tidak penting. Tempat ibadah dibangun
megah, namun sedikit yang mau berkunjung di tempat tersebut. Bahkan untuk
melaksanakan sholat berjamaahpun terasa berat bagi pemuda Kemiri, Somopuro,
Cungkup dan Domas. Anak-anak kecil kurang tertarik untuk belajar ilmu agama, dan
lebih tertarik dengan belajar ilmu umum yang dilakukan oleh para mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana melalui bimbingan belajar sepulang sekolah.
111
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menyajikan temuan data lapangan dalam bentuk deskripsi
mengenai Kualitas Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat di sekitar Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga. Penulisan ini akan memberikan pemahaman secara
lebih mendalam tentang dampak Lembaga Pendidikan Kristen terhadap pendidikan
keagamaan serta kehidupan masyarakat muslim, dan bagaimana pandangan
masyarakat tentang gejala-gejala pelemahan keimanan masyarakat muslim yang
dilakukan oleh tokoh-tokoh agama Kristen.
A. Kehidupan Sosial Keagamaan Masyarakat di Sekitar UKSW
Beragamnya
penganut
agama
pada
masyarakat
di
sekitar
UKSW
mengaharuskan para penduduknya bersikap baik, ramah, dan saling tolong
menolong. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat di sekitar UKSW sangat baik,
karena masyarakat yang beragam agamanya dapat bergabung menjadi satu kesatuan
masyarakat yang demokratis, solidaritas tinggi tanpa membedakan strata maupun
agama. Namun dari kehidupan sosial tersebut banyak pula yang akhirnya lepas dari
ajaran agama yang dianut oleh individu tersebut.
Pergaulan anak muda yang banyak masyarakat tidak menyadarinya yaitu proses
pelemahan keimanan melalui pacarisasi, hamilisasi dan pernikahan beda agama
dengan orang-orang Nasrani, yang mengakibatkan mereka pemuda pemudi muslim
yang memiliki pasangan agama non Muslim akan mudah mengikuti kemauan
pasangannya.
“Sekarang yang paling rawan itu anak-anak muda, yang perempuan dikenalkan
laki-laki non Muslim, yang laki-laki dikenalkan dengan perempuan non
Muslim. Di ajak main kemana-mana. Nah itu malah berbahaya apabila tidak
112
bisa menjaga. Cara mereka adalah dengan memecah belah umat muslim
menjadi berbagai aliran, apabila sudah terpecah belah maka mereka akan lebih
mudah mempengaruhi keimanan umat muslim. Sering juga mahasiswa UKSW
yang dikirim ke sini untuk menanyakan perihal kegiatan umat muslim. Kalau
ke sini juga waktunya maghrib. Jadi menurutku itu mereka sengaja untuk
mengorek-orek info tentang umat muslim.” (Wawancara dengan Ustadz
Danuri, tanggal 1 April 2015)
“.. ya, anak muda itu masih gampang dipengaruhi. Apalagi masanya kan masih
labil. Liat sendirilah di Somopuro sini bagaimana. Remaja atau mahasiswa
UKSW otomatis punya temen atau kenalan agama non Muslim kan. Carane ya
mereka yang muslim diajak main ke kost mahasiswa Kristen itu. Nanti di sana
kalau sesama laki-laki ya diajak main playstation sampai lupa waktu sholat.
Kalau yang perempuan ya diajak free sex, nanti jadinya hamil, secara otomatis
pasti meminta pertanggung jawaban dengan menikah. Nah kalau menikah gak
bisa kan beda agama. Salah satu harus mengalah. Proses pernikahan Nasrani
itu juga tidak mudah lho dek. Sebelum menikah itu calon pengantinnya harus
menghafal doa di Gereja selama satu bulan. Kalau sudah baru dibaptis, dan
menikahnya orang non Muslim itu tidak bisa disembarang Gereja dek. Bisanya
ya di tempat dimana dia terdaftar menjadi jemaat Gereja. Dan orang Nasrani
itu kalau sudah menikah sulit cerai. Di sini banyak yang pindah agama Kristen
karena ikut suami atau istri. Bahkan anak ulama atau lulusan pondok pesantren
sekalipun.” (Wawancara dengan Sdr. Anto, tanggal 4 September 2015)
Pemberian bantuan tidak terbatas kepada masyarakat yang membutuhkan
adalah cara yang paling banyak ditempuh untuk melemahkan keimanan umat
muslim.
“..kalau orang muslim yang pindah agama di Kemiri gak usah ditanya lagi.
Sudah sebagian besar sana, kalau di Somopuro, Domas ya masih beberapa
orang. Contohnya saja itu keluarga Bp. MS Somopuro Kidul, satu keluarga
sekarang beda-beda agama. Awale ya anak-anaknya itu di kasih beasiswa di
sekolah Kristen. Terus disuruh merawat anak anjinge pendeta Bagus itu.
Temen-temenku ya banyak yang mau kerja merawat anjing dari pendeta Bagus
itu. Dulu aq juga ditawari, mau dikasih modal usaha juga, tapi aku tidak mau.
Jadi yang pendeta Bagus itu sistemnya gini, dia kasih anak anjing ke pemuda
Somopuro Kidul, suruh merawat nanti tiap bulannya digaji. Semua kebutuhan
anjing sudah disediakan sama pendeta itu. Tuntutane anjing itu harus dilatih
berburu. Karena sibuk nglatih berburu itu, akhirnya mereka lupa waktu sholat.
Apalagi kan itu ya najis tho dek. Mereka saja tidak tau gimana cara
menghilangkan najis dari air liur anjing itu. Kalau tidak salah mereka digaji
tiap bulannya Rp. 350.000,00. Nah nanti kalau sudah besar, anjing itu
dikasihkan yang merawat biar jadi hak milik. Kenyataannya sekarang temantemanku yang mau merawat anjing juga udah pindah Kristen kok. “
113
“.. ya, bantuan materi itu lumayan berhasil lah, apalagi masyarakat sini kan
ekonominya menengah ke bawah. Contohnya warga Somopuro Lor. Mas L itu
dikasih kendaraan, modal usaha buat tambal ban yang sekarang di perempatan
itu. Rumahnya saja dibangunke sama pendeta Bagus itu. Banyak sih jane kalau
kasus pemberian modal kayak gitu. Malah sekarang Mas L gak jelas itu
agamane pakai aliran apa. Tetangganya pernah diajakin katanya kalau sholat
fardlu itu cukup sehari sekali kalau jam duabelas malam. Anaknya juga tidak
boleh sekolah umum. Selain modal usaha adikku sendiri, D itu ditawari mau
dikuliahkan di UKSW. Tapi ya itu, tidak boleh keluar dari tempat itu. Kan
otomatis harus mengikuti agamanya mereka. Mereka yang membawa misi kan
bisa memurtadkan orang muslim itu sebagai tabungannya nanti. Pendeta itu
pekerjaan lho dek. Pendeta tidak boleh menikah kalau belum punya jamaah.
Gereja-gereja itu juga semua milik pribadi dek. Aku tau kayak gini ya dikasih
tau temen tempat aku kerja, dia pendeta. Jadi kalau pendeta belum punya
jemaat dan belum bisa mendirikan gereja ya berarti belum dapat gaji dan belum
boleh menikah. Kalau mendirikan gereja itu kan ada syaratnya harus punya
sekian jemaat gitu. Supaya bisa terpenuhi ya memang caranya seperti itu, kasih
bantuan sana sini biar mereka bisa membuat umat muslim pindah ke Kristen.
Kalau sudah punya gereja nanti uang yang dikeluarkan dia selama proses
kristenisasi itu akan diganti sama jemaatnya lewat iuran wajib tiap ibadah. Dan
kalau mau menikah pendeta itu tidak bisa menikah di Gerejanya sendiri. Kalau
tidak bisa memenuhi target ya sudah, dia tidak dapat gaji dan dinyatakan gagal.
Sama kaya yang jadi Rama, kalau mau jadi Rama juga harus keluar biaya lagi.
Dia harus berjuang selama 6 tahun dengan memberi bantuan tidak terbatas.
Pastur juga sama. Semua tokoh agama Kristen atau Katholik punya proses
sesuai tingkatannya. Bahkan perjuangan hidup mereka sebenarnya lebih sulit
dari agama Islam. Aku pernah juga ketemu sama calon biarawati sewaktu dia
melarikan diri di Pondoknya ustadzku karena mau dibunuh. Ya aku tau semua
ini karena aku sering main ke Gereja, ngobrol sama tokoh agama Kristen
Katholik, ya keluarga dari ibuku kan tidak ada yang Islam jadi banyak hal yang
aku tau dari proses mereka.” (Wawancara dengan Sdr. Anto, tanggal 4
September 2015)
Kegiatan
sosial
masyarakat
Islam
dengan
Nasrani
bertujuan
untuk
mendekatkan tali persaudaraan antar umat beragama.
“... kalau di lingkungan sini orang Islam sama non muslim akur mbak. Bahkan
yang non muslim itu ramah sekali, perhatian banget. Sering banget kasih
bantuan, main ke rumah-rumah yang muslim, bawa makanan. Kalau ada orang
muslim yang sakit ya dijenguk, kadang juga dibantu biaya Rumah sakitnya.
“Di sini ada 11 KK mbak, yang muslim cuma 4 keluarga. Waktu perayaan
Natal ya kita sering dapat undangan perayaan di rumah warga yang agama
merayakan. Kalau dikasih undangan apa ya mau ditolak, nanti dikira orang
Islam orang yang susah. Kalau lebaran juga mereka ikut merayakan sama kita
114
umat muslim. Mereka juga ikut keliling waktu lebaran ke rumah tetangga yang
muslim.” (Wawancara dengan Ibu Agus Salim, tanggal 18 Maret 2015)
“... aku senang hidup di sini, sudah nyaman saya di sini. Ya kayak gini,
seringlah main ke rumah tetangga, dari timur sampai barat semua aku kenal.
Kalau perayaan Natal gitu, aku selalu masak makanan banyak. Nanti makanan
itu aku kasihlah sama tetangga-tetangga samping rumah, depan rumah. Kadang
juga kalau liat itu anak nongkrong di jalan, aku kasih mereka main ke rumah.
Anakku yang satu juga ikut suaminya jadi muslim di Jakarta. Kalau lebaran ya
aku ikut bikin makanan yang banyak. Apa itu namanya, ketupat, opor, kue
lebaran banyak sekalilah. Keliling juga berkunjung ke rumah tetangga yang
muslim, ikut seneng ajalah.” (Wawancara dengan Oma Rita, tanggal 29 Maret
2015)
Toleransi antar umat beragama di masyarakat tentang mengucapkan selamat
pada hari besar keagamaan Nasrani seperti Natal, Paskah dan hari besar lainnya
sudah menjadi hal biasa dalam masyarakat Kemiri dan Cungkup. Namun tidak
menurut para Kyai di lingkungan Domas.
“wong muslim ngerayakake Natal yen aku ra iso. Tetep tak larang, yen pas
upacarane lho. Kui hukume tetep haram. Kecuali gowo jabatan orapopo, wong
kui carane ngemong masyarakat. Koyo pak Lurah yen pidato ngucapke Natal
kui rapopo, mergone gowo jabatan udu pribadine.”
“orang muslim merayakan Natal kalau saya tetap tidak bisa. Tetap saya larang,
kalau pada saat upacara perayaannya lho. Itu hukumnya tetap haram. Kecuali
apabila membawa jabatan tidak mengapa, karena itu sebagai cara mengayomi
masyarakat, seperti pak Lurah apabila pidato mengucapkan selamat Natal tidak
apa-apa, karena atas nama jabatan bukan atas nama pribadi.” (Wawancara
dengan K.H M.Kharis, tanggal 29 Maret 2015)
B. Kualitas Pendidikan Agama Islam terhadap Keberagamaan Masyarakat
Muslim di Sekitar UKSW
Melalui data-data yang penulis peroleh, pendidikan agama Islam dan
lingkungan tempat tinggal mempengaruhi kualitas keagamaan baik perseorangan
maupun masyarakat. Lingkungan yang berada di sekitar Yayasan Perguruan Tinggi
Kristen Satya Wacana menjadi sasaran terjadinya misi Kristenisasi berupa
115
pelemahan keimanan umat Muslim dengan menjauhkan umat Muslim dari kebiasaan
melakukan ibadah dan ajaran yang sesuai syari‟at Islam. Berikut beberapa bukti
adanya misi Kristenisasi dengan pola pelemahan keimanan umat Muslim di
lingkungan Kemiri, Somopuro, Cungkup dan Domas yang penulis dapatkan :
Target yang paling mudah untuk pelemahan keimanan umat muslim yaitu
dengan mempengaruhi anak-anak kecil. Para penganut agama non muslim secara
perlahan memberi doktrin kepada anak-anak yang belum menguasai pendidikan
keagamaan dengan tawaran-tawaran yang menarik. Seperti yang dialami oleh
informan pelajar SMP muslim yang sekolah di sekolah Katholik berikut ini :
“aku memilih sekolah di SMP Pangudi Luhur karena kata nenek gampang
kalau sekolah di situ. Keluarga besar nenek kan semuanya beragama
Katholik mbak. Aku dari kecil tidak pernah diajari agama sama mama.
Katanya di sekolah-sekolah Islam di Salatiga itu anak-anaknya bandel. Kata
om aku kalau sekolah di sekolah Islam nanti diajari jadi teroris.”
(Wawancara dengan Elmo Baskoro, tanggal 2 Maret 2015)
Informasi yang kurang tepat mengenai lembaga pendidikan Islam di Salatiga
memberi pengaruh para orang tua dalam memilih pendidikan formal, tanpa
menimbang dan memperhatikan akan pentingnya pendidikan agama Islam bagi
anaknya.
Doktrin yang berbahaya bagi anak muslim yang masih di bawah umur adalah
dengan cara mempengaruhi pikiran anak bahwa agama Islam itu jahat di mata agama
lain, dan membujuk anak kecil untuk mengikutinya masuk ke agama Kristen maupun
Katholik dengan berbagai cara yang menarik bagi anak kecil, seperti yang diutarakan
pelajar SMP berikut ini :
“...aku juga bimbang mbk sama agama Islam. Aku sering diajak om aku pergi
ke gereja. Kata om aku yang agamanya Katholik, Islam itu sulit. Orang Islam
itu jahat dengan orang Katholik gitu mbak. Kalau sama om aku, aku selalu
116
dikasih uang, dibeliin mainan, aku diajak biar masuk agama Katholik. Tapi aku
kok merasa nyaman kalau dekat dengan orang Islam mbak.” (Wawancara
dengan Elmo Baskoro, tanggal 2 Maret 2015)
Tidak hanya pelajar SMP namun mahasiswa muslimpun diberi doktrin negatif
tentang agama Islam melalui pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana
sebagai berikut :
“...ya semua yang kuliah di UKSW kan pasti ada mata kuliah agama Kristen.
Sejak awal masuk waktu OSPEK juga udah diajari nyanyian puji-pujian. Kalau
yang belum faham ya pasti langsung mikir. Mereka (mahasiswa dan pelajar) itu
di doktrin kalau “Islam itu Jahat”. Sedangkan sekolah yang berbasis Islam itu
terlalu banyak aturan. Makanya mungkin itu juga yang membuat banyak orang
tidak mau sekolah di sekolah yang berbasis Islam.” (Wawancara dengan Setyo
Afandi, tanggal 4 Maret 2015)
Tidak dipungkiri proses kristenisasi itu memang benar adanya didalam
lembaga pendidikan yayasan Kristen tersebut. Sasarannya adalah mahasiswa UKSW
yang beragama muslim seperti yang dikisahkan oleh seorang mahasiswa UKSW
sebagai berikut :
“... sebenarnya semua ajaran itu punya misi tersendiri. Kalau di UKSW
pembawa misi yang terlihat banget itu bukan dari pihak yayasannya, tapi dari
dosen sama mahasiswa yang dari luar jawa itu lho. Memang dasarnya aku
orang cuek ya, kalau bergaul ya sama siapa saja aku oke. Tapi sering itu kalau
lagi kumpul sama mahasiswa luar jawa pasti ngajak bahas tentang agama
Kristen sama Islam. Ya ngomongin macam-macam lah. Temenku banyak yang
ditawari suruh masuk Kristen, ada yang mau dibeliin tanah, rumah, terus
dikasih pekerjaan, di kasih kendaraan. Aku juga pernah ditawari mau dikasih
inilah itulah, tapi aku kan orange cuek, gak tak gubris omongane.” (Wawancara
dengan Setyo Afandi, tanggal 4 Maret 2015)
Masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacanapun merasakan
dampak negatif terhadap kualitas pendidikan agama Islam, dari hal terkecil
sekalipun.
“... ya otomatis yen UKSW gowo misi kristenisasi. Sak pungguhku yen Kemiri,
Somopuro Kidul sing keno misine kui. Cah nom sing ngingu kirik. Kelemahan
dalam segi keimanan terjadi erosi lan diinceng urusan weteng, kui paling
rawan. Sing tuwa-tuwa wae berat leh ngurusi apa maneh sing cah nom.
117
Masalahe kui warga yen ngaji yo mung ngrungokke ceramah, moco buku ora
ngoceki opo isine. InsyaAllah yen Domas iseh aman.”
“... ya otomatis apabila UKSW membawa misi kristenisasi. Setau saya Kemiri,
Somopuro Kidul itu yang sudah menjadi korban misi tersebut. Anak muda
yang memlihara anjing. Kelemahan dalam segi keimanan terjadi erosi dan yang
menjadi sasaran adalah urusan perut (ekonomi) itu yang paling rawan. Yang
tua-tua saja berat mengurusinya apalagi yang anak muda. Masalahnya itu
warga yang ngaji (mempelajari ilmu agama Islam) hanya mendengarkan
ceramah, membaca buku tanpa memahami maknanya. InsyaAllah kalau Domas
masih aman.” (Wawancara dengan K.H. M. Kharis, tanggal 29 Maret 2015)
Misi kristenisasi kini dikaitkan dengan kegiatan pendidikan non formal
terutama bagi anak-anak kecil. Cara mereka adalah memberi pengaruh terhadap
pikiran anak-anak melalui lagu, bacaan, doa-doa, maupun majalah. Menyita waktu
anak-anak supaya tidak ada kesempatan belajar ilmu agama di Masjid-masjid
setempat.
“Sebetulnya terget mereka yang paling mudah itu anak-anak kecil. Lewat
bimbingan belajar apa kegiatan bermain itu lho dek. Aku bisa cerita karena aku
sudah membuktikan sendiri. Keponakanku sendiri pernah dek, diajak sama
mahasiswa UKSW belajar katanya. Mereka berkelompok dek, ngajak anakanak kecil mainan bersama, belajar bersama. Setiap pertemuan itu anak-anak
kecil dikasih makanan yang sekiranya bisa menarik buat anak-anak kecil, ya..
seperti permen, coklat, banyak lah. Sistem belajare itu, mereka ngajari anakanak kecil nyanyi-nyanyi pakai bahasa Inggris, kan kalau anak-anak kecil
belum mudeng sama lagu asing seperti itu. Terus diajari doa-doa pakai bahasa
Indonesia sama Inggris. Nah, kalau sudah selesai anak-anak kecil itu dikasih
majalah kecil gitu, disuruh bawa pulang, dibaca sendiri. Pernah buku
keponakanku tak pinjem, aku penasaran tak baca. Ternyata isine itu ya tentang
pendidikan agama Kristen. Ya memang kemasane kelihatane menarik, ada
gambar-gambarnya, tapi kalau dibaca bener-bener ternyata isine menjurus ke
situ. Kalau lewat lagu, majalah kan anak seumuran PAUD, TK gampang
banget nyantel, karena daya ingat anak masih bagus banget. Nah, lewat cara
seperti itu ternyata mereka memberi pengaruh kepada anak-anak kecil.”
(Wawancara dengan Sdr. Anto, tanggal 4 September 2015)
“Pendidikan agama Islam anak-anak menurun yang pertama karena adanya les
atau bimbingan belajar itu. Itu menghancurkan generasi muslim dengan tidak
mengenalkan Masjid. Kalau di sini warga Kristen hanya memberi bantuan
berupa sembako. “(Wawancara dengan Ustadz Danuri, tanggal 1 April 2015)
118
C. Pengaruh
Masyarakat
terhadap
Pemahaman
dan
Keberagamaan
Masyarakat Muslim
Berdirinya Perguruna Tinggi Yayasan Kristen pasti memberi pengaruh
terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya, baik dalam faktor ekonomi, pendidikan,
sosial, bahkan keagamaan. Pengaruh yang sangat dirasakan masyarakat muslim di
sekitar UKSW adalah tentang perkembangan masyarakat muslim itu sendiri.
Masyarakat muslim kini semakin banyak yang merasa tidak peduli terhadap aturan
dan masa depan agamanya sendiri, buktinya banyak masyarakat muslim yang kurang
merespon terhadap kegiatan keagamaan di Masjid maupun Mushola baik pengajian
maupun TPQ. Masyarakat muslim lebih memilih pendidikan umum daripada
pendidikan agama, karena menurut mereka pendidikan umumlah yang nantinya
dapat
menjamin
masa
depan
anak
dan
keluarganya.
Masyarakat
lebih
mengedepankan kepentingan duniawi tanpa menyeimbangkan kepentingan akhirat.
Selain mahasiswa, para pegawai dan karyawan muslimpun ikut menjadi target.
Mantan penjaga keamanan UKSW mengutarakan beberapa kejadian yang membuat
beliau mengundurkan diri dari pekerjaan sebagai penjaga keamanan di Universitas
tersebut.
“.. masalah pengangkatan kepegawaian (masuk dan pengangkatan pangkat)
dituntut harus menyertakan surat keterangan “Baptis”. Hubungannya dengan
kristenisasi pasti ada, di UKSW itu ada hari tertentu kalau tidak salah setiap
hari Senin diadakan kegiatan ibadah bersama, dan pegawai yang muslim
diwajibkan untuk mengikuti. Untuk kesempatan sholat sebenarnya disediakan
ruangan khusus di pasca sarjana, tapi kan tergantung dari pimpinan masingmasing. Di UKSW itu ada kubu-kubu. Pada saat itu aku ditemui oleh
pimpinanku, dia itu anggota majelis Gereja. Pas aku masuk kerja hari Jum‟at
aku mau sholat Jum‟at itu di tegur. Katanya aku siap meninggalkan sholat. Nah
iku yang tak luruske, aku siap menunaikan kewajiban tapi tidak meninggalkan
ibadah. Aku dibanding-bandingke sama satpam juga orang Kemiri siap
meninggalkan sholat dan KTPnya itu Kristen. Padahal dia itu muslim, dia
119
punya KTP dua. Di UKSW itu sering dikasih sesuatu, “hei orang muslim,
kesinilah tak kasih sesuatu” sering banget seperti itu. Dan disitu tidak ada
toleransi job, pegawai yang senior dikasih libur. Kalau aku lebaran saja tidak
boleh ambil cuti. Di Asrama UKSW itu ada mahasiswa dari Kalimantan sekitar
80 orang diberi beasiswa tapi tuntutannya harus masuk Kristen. “ (Wawancara
dengan Bpk Arifin, tanggal 7 Maret 2015)
“..termasuk UKSW kui yen wisuda ditibakke dino Jum‟at supaya wong muslim
ora iso jumatan. Pepinginane yo mung gampang, kowe ra usah melu agamaku,
mung tak gawe keset leh ngibadah wae.”
“..termasuk UKSW apabila melaksanakan wisuda pasti dijatuhkan pada hari
Jum‟at supaya orang muslim tidak dapat menjalankan ibadah sholat Jum‟at.
Keinginannya sederhana, kamu tidak harus mengikuti agamaku, hanya saya
buat agar kamu malas beribadah.” (Wawancara dengan K.H. M. Kharis,
tanggal 29 Maret 2015)
1. Pernikahan beda agama
Pernikahan merupakan penyatuan dua keluarga yang berbeda menjadi satu
bagian melalui tali ikatan yang suci. Ibu UN sejak kecil berasal dari keluarga
muslim turunan arab, kemudian menikah dengan suaminya yang beragama kristen
yang memaksa ibu UN untuk masuk agama Kristen supaya dapat menikah dengan
laki-laki tersebut.
Bapak JMR adalah seorang turunan muslim berasal dari Jogjakarta,
keluarganya merupakan donatur salah satu masjid agung di Semarang. Kemudian
menikah dengan seorang perempuan beragama Kristen yang mengakibatkan pak
Jumiran mengikuti ajaran istrinya hingga sekarang menjadi pembawa misi
kristenisasi di daerah Somopuro dan Domas sejak 40 tahun yang lalu.
Bapak TMR adalah seorang santri pondok Tegalrejo, Magelang, keponakan
dari seorang ulama yaitu KH. Muntaha, Tegaron Muncul, Banyubiru. Beliau
menikah dengan seorang perempuan beragama Kristen yang memaksa beliau harus
mengikuti agama istrinya.
120
Ibu JM, ibu HJ dahulunya juga beragama muslim, namun setelah menikah
beliau mengikuti agama suaminya. Karena keluarga besarnya beragama muslim dan
beliau mendapat ancaman akan dihapus dari daftar warisan, kini beliau kembali lagi
menjadi agama Islam berbeda dengan suaminya.
Ibu WRS (Cungkup), bu JMR ( Domas), bu TMR (Somopuro Tengah), ibu
KMSY (Somopuro Tengah) merupakan beberapa orang yang membawa misi
kristenisasi melalui beberapa kegiatan masyarakat seperti PKK, Dasawisma,
Posyandu dan kegiatan sosial lainnya.
2. Pacarisasi dan Hamilisasi
NRM adalah seorang lulusan S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana,
putri dari Bapak H. SR dan Ibu YD berasal dari keluarga muslim. NRM
mempunyai kekasih bernama SD yang beragama Kristen, yang mengakibatkan
hamil diluar nikah, keduanya dituntut untuk
menikah dalam tradisi muslim
sehingga memaksa laki-laki beragama Kristen tersebut mengucap kalimah syahadat
supaya dapat menikahi perempuan ini. Beberapa bulan setelah menikah laki-laki
tersebut kemudian berpindah kembali ke agama yang sebelumnya yaitu Kristen
hingga sekarang.
NI adalah mahasiswi Universitas Kristen Satya Wacana seorang putri dari
pengusaha emas. Berawal dari menjalin hubungan dengan teman kuliahnya di
Universitas yang sama kemudian berlanjut hingga pergaulan bebas yang
mengakibatkan hamil di luar nikah.
SA merupakan mahasiswa Fakultas Informatika Universitas Kristen Satya
Wacana yang menjalin hubungan dengan teman sekampusnya beragama Kristen.
121
Hubungan tersebut membuat dia harus mengikuti kegiatan keagamaan perempuan
tersebut seperti ke gereja dan
ikut merawat anjing yang dimiliki kekasihnya
tersebut.
FS adalah lulusan S1 PGSD Universitas Kristen Satya Wacana bertempat
tinggal di Somopuro Lor. Sejak masa kuliah FS menjalin hubungan dengan teman
kuliahnya yang beragama Kristen. Hubungan tersebut membuat FS sedikit banyak
mengetahui kegiatan kekasihnya, seperti diajak untuk mengantar pergi ke gereja,
mengikuti pesta natal dan hari perayaan agam a Kristen lainnya, diajak melakukan
pergaulan bebas dan kegiatan yang dapat melemahkan keimanan umat Muslim
lainnya.
3. Pendidikan
Biaya sekolah yang kian mahal juga dimanfaatkan untuk menjerumuskan
kaum Muslimin. Banyaknya masyarakat yang tidak memiliki lapangan pekerjaan
dijadikan umpan menjalankan misi kristenisasi dengan memberikan lapangan
pekerjaan yang dapat membuat umat Muslim lupa akan kewajibannya menjalankan
ibadah sesuai ajaran agama Islam. Berikut beberapa kasus yang terjadi di
masyarakat lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana :
Melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang yang lebih adalah impian semua
orang. Masyarakat Somopuro sebagian besar adalah keluarga ekonomi kelas
menengah ke bawah. Keluarga yang memiliki keadaan ekonomi seperti itulah yang
banyak ditawari oleh pihak Yayasan atau pemuka agama Kristen untuk melanjutkan
pendidikan di Yayasan non-Muslim, seperti saudari DW adalah lulusan SMK N 1
Salatiga. Setelah lulus dia ditawari oleh seorang pendeta setempat untuk
122
melanjutkan pendidikan di Universitas Kristen Satya Wacana hingga selesai.
Namun ada syarat yang harus dijalani, yaitu DW tidak boleh keluar dari tempat
tersebut dan harus mengikuti semua yang diajarkan di Universitas tersebut.
Secara tidak langsung seorang yang memilih melanjutkan pendidikan di
sekolah swasta non-Muslim pasti diharuskan mengikuti mata pelajaran agama
sekolah tersebut. Seperti Sekolah Laboratorium Kristen Satya Wacana juga
mengharuskan siswanya mengikuti mata pelajaran agama Kristen meskipun siswa
tersebut beragama non-Kristen. Begitu juga mahasiswa di Universitas Kristen Satya
Wacana, secara perlahan apabila tidak dapat memfilter ilmu yang didapat tersebut
dapat mengakibatkan melemahnya keimanan mahasiswa yang beragama Islam.
Maka wajar saja jika lambat laun pemahaman umat islam terhadap Al-Qur‟an dan
sunnah menjadi samar. Salah satu doktrin mereka terhadap para mahasiswanya
adalah “lepaskan pemikiran islam yang ada dalam benak anda yang pernah
diperoleh di institusi sebelumnya”. Mereka punya target (perang pemikiran)
sehingga akhirnya para mahasiswa terbawa arus pemikiran liberal dan meragukan
Islam.
Target selanjutnya adalah anak-anak kecil melalui pendidikan non formal
seperti bimbingan belajar atau kelompok bermain. Seperti yang dialami keponakan
dari salah satu warga Somopuro. Keponakan saudara AT diajari oleh mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana dalam kegiatan belajar dan bermain bersama.
Anak-anak tersebut diajarkan menyanyi, doa-doa dalam bahasa Indonesia dan
Inggris, setiap pertemuan anak-anak diberi makanan kesukaan anak kecil seperti
coklat, permen dan lain-lain. Kemudian setiapa anak diberi majalah supaya anak-
123
anak membaca dan mempelajarinya. Namun ternyata buku tersebut berisi ajaran
agama Kristen yang dikemas dengan bahasa yang menarik untuk anak-anak, berisi
nyanyian pujaan, memperkenalkan akan adanya Tuhan Yesus sebagai juru
keselamatan dan materi lainnya.
4. Tawaran Pekerjaan
Lapangan kerja juga menjadi lahan subur untuk melancarkan aksinya
melemahkan keimanan umat muslim. Para pemuda muslim di lingkungan
Somopuro diberi pekerjaan merawat anak anjing salah seorang pendeta yang
bertempat tinggal di lingkungan tersebut hingga anjing tersebut besar. Semua
kebutuhan anjing mulai dari makanan, vitamin dan lain-lain sudah disediakan oleh
pendeta Bagus. Pemuda yang merawat anak anjing tersebut tiap bulannya digaji
senilai Rp 350.000,00. Apabila anjing tersebut sudah besar maka anjing tersebut
akan menjadi hak milik pemuda yang merawatnya.
Pekerjaan merawat anjing memang terlihat mudah, namun pekerjaan itu
berdampak negatif kepada kualitas keimanan pemuda muslim. Pemuda muslim
yang merawat anjing dituntut untuk melatih anjing tersebut supaya dapat berburu,
sehingga banyak menyita waktu yang berdampak lupa waktu melakukan ibadah
wajib yaitu sholat lima waktu. Perawat anjingpun akan terbiasa dengan najis dari
air liur anjing, dan akan merasa malas untuk mensucikan najis tersebut sesuai
syariat Islam. Rasa malas mensucikan najis itu yang membuat pemuda perlahan
meninggalkan kewajiban menjalankan ibadah sholat fardlu. Tidak sedikit pemuda
muslim yang merawat anjing pendeta Bagus memilih untuk meninggalkan agama
124
Islam dan beralih ke agama Kristen disertai berbagai iming-iming yang
menggiurkan.
Universitas Kristen Satya Wacana berdampak positif bagi perekonomian
masyarakat di sekitarnya. Universitas Kristen Satya Wacana banyak merekrut
masyarakat menjadi karyawan di Universitas terbesar se-Salatiga tersebut. Bapak
ARF adalah salah satu saksi adanya kegiatan kristenisasi dengan cara pelemahan
keimanan umat muslim yang bekerja di tempat tersebut. Bapak ARF adalah mantan
penjaga keamanan kampus UKSW yang mengundurkan diri karena merasa tidak
dipenuhi haknya sebagai umat beragama Islam. Selama bekerja menjadi Satpam
UKSW beliau dituntut untuk mengikuti peraturan atasan antara lain, bekerja pada
hari Jum‟at dan tidak diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah sholat Jum‟at.
Hari-hari besar Islam seperti Hari Raya „Idul Fitri karyawan muslim tidak
diperbolehkan mengambil cuti atau libur. Mewajibkan karyawan muslim untuk
mengikuti kegiatan ibadah agama Kristen bersama. Beberapa tahun terakhir dalam
proses pengangkatan pegawai UKSW, pelamar pekerjaan harus menyertakan surat
Baptis. Bapak ARF mengundurkan diri karena mendapat ancaman dari salah satu
anggota majelis gereja yang mengharuskannya siap untuk meninggalkan sholat
apabila bekerja di tempat tersebut.
Masyarakat yang pendidikan di bawah SMU dan merupakan keluarga dengan
perekonomian menengah ke bawah disarankan untuk membuat usaha sendiri.
Apabila tidak memiliki modal, maka pihak utusan yayasan akan memberikan
bantuan dana. Seperti yang dialami oleh salah satu warga Somopuro bernama bapak
LS. Bapak LS mendapat bantuan dana sebesar Rp 20.000.000,00 dari seorang
125
pendeta Bagus untuk membuat usaha tambal ban di lingkungan UKSW, diberiakan
kendaraan bermotor dan direnovasikan rumahnya sehingga tampak lebih bagus.
Keluarga Bapak LS merasa terbantu dalam mencari nafkah, hal ini yang membuat
keluarga ini seakan-akan buta dengan ilmu agama yang telah dianutnya. Target
mereka saat ini adalah menjauhkan umat islam dari ajaran islam yang benar dengan
memutarbalikkan ayat-ayat Al-Qur‟an dan menghasut hadis Rasulullah dengan
berbagai dalih yang “seolah” masuk akal tetapi sebenarnya menipu dan
menyesatkan. Kini beliau sekeluarga menjalankan ibadah agama Islam yang tidak
sewajarnya yaitu mengajarkan kepada anak serta istrinya bahkan mengajak
tetangganya untuk menjalankan sholat fardlu satu kali dalam sehari setiap pukul
duabelas malam atau pukul 00.00 WIB. Dan masih banyak lagi para warga yang
ditawari membuat usaha sendiri dengan modal dari pendeta tersebut, bahkan
dicukupi semua kebutuhannya baik tempat tinggal, pendidikan maupun kendaraan.
5. Dukungan tokoh muslim liberal
Proyek kristenisasi ternyata mendapat `dukungan‟ dari beberapa orang yang
sering disebut cendekiawan Muslim. Tokoh-tokoh ini memperkenalkan paham
liberalisme dan pluralisme yang kerap mengusung slogan `membangun dunia baru‟,
dengan penyatuan agama dan melepaskan fanatisme agama. Hal ini terjadi pada
masyarakat Kemiri dan Cungkup dalam memperingati hari besar keagamaan.
Seperti halnya kegiatan halal bi halal dalam bulan Syawall, yang sejak dulu
menjadi tradisi umat Muslim sebagai wadah mempererat tali persaudaraan antar
umat muslim setelah merayakan kemenangan menjalankan ibadah puasa Ramadhan
selama satu bulan. Namun ntuk menghilangkan fanatisme agama Islam dan
126
Nasrani, acara halal bi halal direncanakan dan dipanitiai gabungan umat Muslim
dan Nasrani di wilayah Kemiri dan Cungkup.
Umat Nasrani juag dianjurkan untuk mengucapakan “Selamat „Idul Fitri”
kepada umat muslim dan ikut serta merayakannya dengan cara bersilaturahmi ke
rumah tetangganya yang beragama Islam dan memberi makanan seperti tradisi
membuat opor, ketupat dan kue kering kepada tetangganya yang beragama Islam.
Begitu pula dengan masyarakat beragama Nasrani, pada perayaan hari besar
keagamaan seperti Natal, Paskah, Wafat Isa Almasih mereka juga mengundang
warga muslim untuk sekedar merayakan kegembiraan bersama. Ada bebrapa tokoh
muslim yang menghimbau untuk mengucapkan selamat Natal bagi pemuka agama
Nasrani yang merayakan, sehingga hal tersebut diikuti oleh masyarakat muslim
lainnya.
6. Kegiatan Sosial Masyarakat
Kegiatan sosial bertujuan untuk mempererat persaudaraan dan kerukunan
antar warga. Hal ini yang dimanfaatkan oleh para tokoh agama Nasrani untuk
memperoleh kepercayaan dari warga yang beragama Islam. Kasus yang terjadi di
lingkungan Kemiri, Somopuro dan Cungkup yaitu melalui kegiatan PKK dan
Dasawisma ibu-ibu rutin satu bulan sekali. Pertemuan dilakuakan pada tanggal 14
pukul 14.00 di tempat berurutan sesuai giliran atau permintaan. Apabila tuan rumah
pertemuan adalah warga non Muslim maka waktu berakhirnya kegiatan dibuat
melebihi waktu dari biasanya yaitu melebihi waktu sholat maghrib. Tidak hanya
itu, warga beragama Kristen mengambil simpati warga dengan memberikan
dorprice (hadiah), memberikan sembako kepada warga yang berangkat PKK.
127
Memberikan bantuan dana yang cukup besar untuk melancarkan kegiatan
umum masyarakat seperti peringatan HUT RI, peringatan sumpah hari Kartini,
peringatan Sumpah Pemuda maupun kegiatan sosial masyarakat lainnya.
7. Membuat Wadah Bersama (Kristen dan Islam)
Proyek ini digunakan untuk menarik simpati umat Islam dengan dalih yang
beraneka ragam, perayaan malam tahun baru bersama, perayaan duka cita bersama,
perayaan halal bi halal bersama dan sejenisnya.
8. Bantuan Tidak Terbatas
Memberi bantuan menjadi cara yang paling diandalkan untuk melemahkan
keimanan umat muslim, dengan cara melihat target perekonomian masyarakat di
lingkungannya. Jenis bantuan yang ditawarkanpun beraneka macam. Seperti yang
dialami oleh warga sekitar Universitas Kristen Satya Wacana berikut ini.
Seorang warga Somopuro bernama NB bekerja sebagai tukang becak
memiliki seorang putra bernama AK yang dahulu adalah pelajar di salah satu
sekolah menengah pertama di Salatiga. Semasa sekolah AK terjerat kasus
kriminalitas sehingga membuatnya harus berurusan dengan hukum pidana di
Salatiga. Kondisi ekonomi keluarga yang melemah membuat bapak NB kesulitan
menebus anaknya yang berada di sel tahanan Salatiga. Melihat kondisi tersebut
pendeta Bagus memberi bantuan uang untuk menebus AK supaya dapat keluar dari
sel dan dapat melanjutkan pendidikannya kembali.
Setelah keluar dari sel AK dibiayai oleh pendeta tersebut melanjutkan
pendidikannya hingga tamat SMK. Karena rasa hutang balas budi tersebut
membuat keluarga bapak NB mau menuruti apapun yang diinginkan oleh pemberi
128
bantuan antara lain menyuruh AK memlihara anjing, mengajaknya pergi ke gereja
dan kegiatan yang lain.
Warga yang memiliki kondisi perekonomian menengah ke bawah juga
mendapat bantuan tidak terbatas seperti memberikan bantuan modal usaha,
memberi bantuan biaya pendidikan, memberikan tempat tinggal atau perbaikan
rumah, memberikan kendaraan, memberikan biaya kesehatan bagi warga yang
sakit. Sdr LS, SW, SA juga menceritakan mendapatkan tawaran bantuan berupa
pekerjaan, modal usaha, rumah, dan kendaraan apabila mereka mau meninggalkan
ajaran agama Islam. Semua kebutuhan hidupnya akan dicukupi apabila warga
tersebut mau mengikuti ajaran yang dianutnya.
129
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan
hasil penelitian bahwa kualitas pendidikan agama Islam pada masyarakat di sekitar
Universitas Kristen Satya Wacana sebagai berikut :
1. Kehidupan sosial keagamaan masyarakat di sekitar UKSW
Kehidupan sosial keagamaan masyarakat sangatlah baik, namun dibalik
kehidupan sosial tersebut terdapat indikasi adanya program Kristenisasi dengan
melemahkan keimanan umat Muslim yang tidak disadari oleh kebanyakan
masyarakat Muslim di sekitar UKSW.
Metode-metode yang digunakan untuk melemahkan keimanan umat Muslim
antara lain dengan cara :
a.
Pernikahan Beda Agama
b.
Pacarisasi dan Hamilisasi
c.
Pendidikan
d.
Tawaran Pekerjaan
e.
Dukungan Tokoh Muslim Liberal
f.
Kegiatan Sosial Masyarakat
g.
Membuat Wadah Bersama (Kristen dan Islam)
h.
Bantuan Tidak Terbatas
130
2. Kualitas pendidikan agama Islam terhadap keberagamaan masyarakat
muslim di sekitar UKSW
Kualitas pendidikan agama Islam semakin lama semakin menurun karena
anggapan bahwa pendidikan kegamaan kurang begitu penting. Para orang tua
sebagian besar memilih melanjutkan pendidikan formal anaknya di sekolah swasta
non Muslim, serta pendidikan non formal dengan mementingkan bimbingan belajar
akademik sehingga menyita waktu anak-anak belajar ilmu agama. Kurangnya
pemahaman pendidikan agama Islam pada masyarakat muslim menjadi faktor
utama menurunnya kualitas keberagamaan tersebut.
3. Pengaruh
masyarakat
terhadap
pemahaman
dan
keberagamaan
masyarakat muslim
Universitas Kristen Satya Wacana memberi pengaruh positif terhadap
perkembangan perekonomian masyarakat, namun memberikan dampak negatif
terhadap pemahaman agama Islam dan kualitas keberagamaan masyarakat Muslim
di sekitarnya.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan di atas dapat dilihat kualitas pendidikan agama
Islam masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, dan Domas. Masalah ekonomi dan
rendahnya pemahaman terhadap agama menjadi faktor primer terjadinya gejala
kristenisasi sebagai upaya pelemahan keimanan. Diharapkan studi tentang pengaruh
Universitas Kristen Satya Wacana terhadap pemahaman pendidikan agama Islam dan
keberagamaan pada masyarakat ini dapat disempurnakan dengan mengadakan
penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang
131
lengkap tentang gejala-gejala yang ditimbulkan dan dapat mempengaruhi masa
depan umat muslim terutama di wilayah Salatiga.
Setelah melihat fenomena tersebut maka penulis selanjutnya akan merumuskan
beberapa rekomendasi dan saran sebagai solusi terhadap permasalahan-permasalahan
yang terjadi pada masyarakat Kemiri, Somopuro, Cungkup, dan Domas. Adapun
saran dan rekomendasi dirumuskan sebagai berikut :
1. Internalisasi nilai-nilai aqidah.
2. Rekonsiliasi umat Islam secara paripurna.
3. Masjid di jadikan Sebagai Pusat (Sentral) Pembinaan Umat.
4. Memiliki komitmen untuk mengaplikasikan syariat Islam.
5. Keteladanan ulama dan Pemimpin Pemerintahan.
6.
Menata manajemen dakwah yang handal.
7. Pemetaan lokasi dakwah (mapping) yang representatif.
8. Perlu meningkatkan wawasan tentang kristologi dan berbagai aliran atau paham
yang berkembang.
9. Perlunya membuat sistem perekonomian yang Islami, dan perlu membuat
jaringan bisnis dari para agnia/pengusaha muslim dalam rangka mengangkat
perekonomian umat
132
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syamsuddin. 1997. Agama dan Masyarakat :Pendekatan Sosiologi
Agama. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Al-Munawar, Said Agil Husin. 2004. Hukum Islam dan Pluralitas Sosial. Jakarta :
Penamadani.
Arief, Armai. 2004. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga
Pendidikan Islam Klasik. Bandung : Angkara.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
Berry, David. 2003. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologis. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada
Hanafie, SRDm Rita dan Soetiono. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi
Penelitian. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.
Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Cet. ke-4. Jakarta: PT Raja
Grafindo
Hendropuspito. 1986. Sosiologi Agama. Yogyakarta : Kanisius.
Husain, Adian. 2004. Tinjauan Historis Yahudi, Kristen, Islam. Jakarta : Gema
Insani.
133
J.S. Roucek dan R.I. Warren. 1984. Sociology An Introduction (Pengantar
Sosiologi). Jakarta : Bina Aksara.
Jalaludin, H. 2012. Psikologi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Kaelany. 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara.
Madjid, Nurcholish. 2001. Pluralitas Agama : Kerukunan dalam Keragaman.
Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa.
Yogyakarta : TrustMedia.
Michel, Thomas, S.J. Tanpa tahun. Pokok-Pokok Iman Kristiani(Sharing Iman
Seorang Kristiani dalam Dialog Antar Agama). Terjemahan oleh Y.B.
Adimassana dan F. Subroto Widjojo, S.J. Yogyakarta : Universitas Sanata
Dharma.
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei. 2001. Pengembangan Masyarakat
Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Proceeding Konferensi Regional International Association for teh History of
Religions. 2004. Kehidupan Beragama: Problem, Parktik dan Pendidikan.
Yogyakarta dan Semarang : Harmoni.
Prof. Dr. Imam Suprayogo dan Drs. Tobroni, Metode Penelitian Sosial-Agama,
2001. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
134
Salim, Moh Haitami. 2013. Pendidikan Agama dalam Keluarga: Revitalisasi
Peran Keluarga dalam Membangun Generasi Bangsa yang Berkarakter.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.
Scott, John. 2013. Cet ke-2. Sosiologi The Key Concept. Penerjemah: Tim
Penerjemah Labsos FISIP UNSOED. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Siradj, Said Aqiel. 2001. Menuju Dialog Teologis Kristen-Islam. Yogyakarta :
PBMR Andi.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabet.
Suprayogo, Imam. 2003. Metodologi Penelitian Sosial Agama. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suwito dan Faizan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.
Universitas Kristen Satya Wacana. 2011. Pedoman Kredit Keaktifan Mahasiswa.
Salatiga : UKSW.
Yahya, Yudrik. 2003. Wawasan Kependidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Dirjen Dikdasmen dan Dirtendik.
Yulius, Bonet. 1982. Teori Sosiologi tentang Pribadi dalam Masyarakat. Jakarta :
Ghalia Indonesia.
Zakiah Daradjat., dkk. 1992. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. Ke-2. Jakarta: Bumi
135
Zuhairani,dkk.1983.Metode Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha
Nasional.
Baidhawy, Zakiyuddin. 2011. Kebebasan Beragama Perspektif HAM dan Islam.
Salatiga : STAIN Salatiga Press.
Budiharjo. 2007. Konflik Antar Umat Agama Samawi dan Solusinya. Yogyakarta :
Sumbangsih Press.
C.Guillot. 1985. Kiai Sandrach Riwayat Kristenisasi di Jawa. Jakarta : Grafiti
Pers.
Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta:Rajawali Pers.
Nadroh, Siti. 2000. Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid. Jakarta :
Rajawali Pers.
Zainuddin, M. 2010. Pluralisme Agama (Pergulatan Dialogis Islam-Kristen di
Indonesia). Jakarta : UIN Maliki Press.
Ali, Mukti. 2009. Pluralitas Bukan Sekedar Diversitas: Telaah atas Kondisi
Keberagamaan di Amerika.Jakarta : Harmoni (Jurnal Multikultural dan
Multireligius) vol. VIII April – Juni.
Hidayah, Aniswatun. 2012. Judul Hambatan Pendidikan Agama Islam dalam
Keluarga pada Masyarakat Nelayan di Desa Ujungnegoro Kecamatan Tulis
Kabupaten Batang. Skripsi. STAIN Salatiga.
136
KTI, Koordinator. 2011. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Makassar :
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. (online), (www.freeebook.net/t.174. diakses 19 Januari 2015 pukul 12:57 WIB)
Rahma, Ayu Nisfatu. 2011. Judul Studi Kasus Tentang Pengaruh Kegiatan
Keagamaan Buddha terhadap Pendidikan Agama Islam Masyarakat Bejijong
Trowulan Mojokerto. Tesis. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wulandari, Listyarini Dyah. 2011. Judul Zending : Kristenisasi di Margorejo
Kecamatan Dukuhseti Kabupaten Pati Tahun 1852-1942. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Ummi, Dwi Septiawati. 30 Januari 2014. Cermati, Awasi dan Laporkan 6 Modus
Kristenisasi. (Online), (http://www.voa-islam.com. Diakses 24 September 2014
pukul 22:03)
http://bphl.uksw.edu/pages/sekilas-salatiga (diakses 23 September 2014 pukul
22:50 WIB)
http://www.dudung.net/artikel-Islami/Sekularisme-dalam-sistem-pendidikan-html.
(diakses 14 Maret 2016 pukul 08:05 WIB)
http://www.kbbi.web/id.php/pengaruh (diakses 11 September 2015 pukul 14:11
WIB)
http://www.minbarindo.com/Media,_Dakwah_Dan_Publikasi/Ancaman_Dan_Me
tode_Gerakan_Kristenisasi.aspx (diakses 24 September 2014 pukul 21:22 WIB)
137
http://www.uksw.edu/id.php/tentang (diakses 23 September 2014 pukul 23:03
WIB)
https:// DosaTerbesarAdalahKesyirikan/posts/ (diakses 24 September 2014 pukul
20:18 WIB)
modus-kristenisasi-ini/#sthash.aud0kuy7.dpbs ( diakses 24 September 2014 pukul
22:03 WIB)
138
Lampiran 1
LEMBAR PERTANYAAN WAWANCARA
1. Apa yang anda ketahui tentang Universitas Kristen Satya Wacana?
2. Adakah dampak positif maupun negatif yang anda rasakan sejak
berdirinya Universitas tersebut hingga sekarang?
3. Menurut anda apakah adanya UKSW berpengaruh terhadap perkembangan
kehidupan
masyarakat?
Bagaimana
pengaruhnya
terhadap
tingkat
keimanan dan pendidikan Islam masyarakat muslim disekitarnya?
4. Bagaimana kualitas pendidikan agama Islam masyarakat muslim di sekitar
UKSW?
5. Bagaimana kehidupan sosial keagamaan masyarakat di sekitar UKSW?
6. Adakah perlakuan khusus dalam hal pekasanaan ibadah bagi mahasiswa
muslim yang menempuh studi di UKSW atau masyarakat muslim yang
bekerja di UKSW?
7. Menurut anda, apakah pendidikan agama dalam masyarakat itu penting?
8. Bagaimana cara dari agama anda dalam usaha mempererat persaudaraan
antar umat beragama di Salatiga, khususnya di wilayah KemiriSomopuro- Domas- Cungkup? (non-muslim)
9. Apa pendapat anda tentang kabar yang beredar dimasyarakat mengenai
misi kristenisasi dalam upaya melemahkan keimanan umat muslim?
10. Apa usaha anda dalam meningkatkan keimanan dan mutu pendidikan
Islam terutama dalam keluarga?
139
11. Kaitannya dengan ilmu agama, apakah semua mahasiswa UKSW diberi
tambahan ilmu tentang pendidikan kegamaan termasuk mahasiswa muslim
sebagai pengtahuan lintas agama atau toleransi keberagamaan?
12. Bagaimana pendapat anda mengenai perpindhaan agama baik dari muslim
ke nasrani maupun nasrani ke muslim pada masyarakat sekitar UKSW?
13. Apa saja yang dilakukan oleh masyarakat muslim khususnya masyarakat
Kemiri- Cungkup-Somopuro-Domas untuk mencegah masuknya pengaruh
buruk pengikisan keimanan masyarakat muslim?
14. Bagaimana cara anda untuk menjaga toleransi keberagamaan masyarakat
di sekitar UKSW?
15. Tahukah anda bahwa di Salatiga marak dengan kabar kristenisasi dan
terkenal di luar daerah dengan mayoritas penduduk beragama Nasrani?
Apa pendapat anda mengenai kabar tersebut?
16. Menurut anda, apakah Pendidikan agama Islam itu penting dalam
masyarakat Kemiri-Cungkup-Somopuro-Domas terutama bagi generasi
muda dimasa-masa sekarang ini?
17. Lebih memilih mana memberikan pendidikan anak atau menyekolahkan
anak di Yayasan Nasrani atau Yayasan Islam? Adakah pengaruh terhadap
masa depan anak?
Salatiga,
Maret 2015
Penulis
140
HASIL WAWANCARA
Informan 1
Nama:Elmo Baskoro
Tempat/tgl lahir:Salatiga, 21 Maret 2001
Agama:Islam
Pekerjaan:Pelajar
Alamat:Jl. Kemiri Raya No. 32 B
Kesimpulan Wawancara: Elmo merupakan seorang pelajar SMP Pangudi Luhur
Salatiga kelas X, yang ingin belajar agama Islam. Dia berasal dari keluarga mu‟alaf
dan sebagian besar kleuarganya adalah non muslim (Katholik). Elmo merasa belum
mengetahui tentang agama Islam karena tidak pernah mendapat pendidikan agama
Islam sejak kecil. Dia sekolah di yayasan non muslim karena saran dari neneknya
yang dulu adalah seorang Katolik kemudian setelah menikah mengikuti suami
menjadi agama Islam. “aku memilih sekolah di SMP Pangudi Luhur karena kata
nenek gampang kalau sekolah di situ. Keluarga besar nenek kan semuanya
beragama Katholik mbak. Aku dari kecil tidak pernah diajari agama sama mama.
Katanya di sekolah-sekolah Islam di Salatiga itu anak-anaknya bandel. Kata om aku
kalau sekolah di sekolah Islam nanti diajari jadi teroris.”
Secara tidak langsung apabila seorang anak sekolah di yayasan non muslim
pasti akan mendapatkan pendidikan keagamaan sesuai agama sekolah tersebut, yang
141
berakibat akan melemahkan pengetahuan mereka tentang ajaran agamanya sendiri
yaitu Islam. Keluargapun mempengaruhi banyak terhadap pemahaman agama Islam
Elmo. Satu keluarga beda agama memberi dampak membingungkan bagi anak
tersebut, seperti memberi doktrin tidak baik tentang agama Islam. “...aku juga
bimbang mbk sama agama Islam. Aku sering diajak om aku pergi ke gereja. Kata om
aku yang agamanya Katholik, Islam itu sulit. Orang Islam itu jahat dengan orang
Katholik gitu mbak. Kalau sama om aku, aku selalu dikasih uang, dibeliin mainan,
aku diajak biar masuk agama Katholik. Tapi aku kok merasa nyaman kalau dekat
dengan orang Islam mbak.Om juga pernah bilang kalau orang Islam itu jahat
dengan Katholik”
.Informan 2
Nama: Bu Agus Salim
Tempat/tgl lahir: Solo, 8 Desember 1947
Agama: Islam
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Alamat: Jl. Kemiri Raya No. 32 B
Kesimpulan Wawancara: Bu Agus Salim adalah seorang mu‟alaf dari agama
Katholik ke agama Islam, karena beliau menikah dengan TNI beragama Islam.
Beliau masuk agama Islam karena kesadaran diri setelah lahir anak kedua.
Lingkungan tempat bu Agus tinggal adalah lingkungan dengan masyarakat
heterogen atau berbeda agama. Toleransi antar penganut agama terjalin dengan
142
baik dengan saling tolong menolong. “... kalau di lingkungan sini orang Islam
sama non muslim akur mbak. Bahkan yang non muslim itu ramah sekali,
perhatian banget. Sering banget kasih bantuan, main ke rumah-rumah yang
muslim, bawa makanan. Kalau ada orang muslim yang sakit ya dijenguk, kadang
juga dibantu biaya Rumah sakitnya.”
Begitu pula dengan perayaan hari besar agama, masyarakat membaur jadi
satu sebagai bentuk toleransi antar agama. “Di sini ada 11 KK mbak, yang muslim
cuma 4 keluarga. Waktu perayaan Natal ya kita sering dapat undangan perayaan
di rumah warga yang merayakan. Kalau dikasih undangan apa ya mau ditolak,
nanti dikira orang Islam orang yang susah. Kalau lebaran juga mereka ikut
merayakan sama kita umat muslim. Mereka juga ikut keliling waktu lebaran ke
rumah tetangga yang muslim.”
Beliau mempunyai semangat dalam mendalami agama Islam. Beliau mengikuti
pengajian bersama ibu-ibu di lingkungan sekitar di Masjid atau Mushola lingkungan
Kemiri. Namun seiring berjalannya waktu, setelah para Kyai atau Ustadz meninggal
dunia, pengajaran agama Islam di lingkungannya semakin berkurang. ”di sini ada
kelompok pengajian mbak di satu Rw. Saya sering diajak ibu-ibu ikut pengajian di
Masjid atau Mushola. Dulu saya sering ikut ngaji di tempat pak Haji „Ali, pak K.H.
Fathoni, tapi setelah beliau meninggal dunia saya sudah jarang ikut pengajian,
karena sudah tidak ada yang mimpin ngaji seperti dulu. Jadi saya hanya melihat
pengajian-pangajian di televisi, amalan apa yang diajarkan di televisi saya ikuti,
seperti dzikir membaca surat pendek dan lain-lain. Tapi saya bisanya membaca
dengan tulisan latin mbak, karena saya tidak bisa membaca Al Qur‟an.”
143
Sikap toleransi yang ditunjukkan orang non muslim terhadap bu Agus sempat
membuat beliau ingin berubah pikiran kembali lagi ke agama Katholik seperti
dahulu. Karena toleransi dan kepedulian masyarakat non muslim lebih besar
dibandingkan dengan sesama muslim.
Informan 3
Nama: Setyo Afandi
Tempat/tgl lahir: Salatiga, 8 Maret 1991
Agama: Islam
Pekerjaan: Mahasiswa
Alamat: Jl. Somopuro Lor No. 35 02/08 Salatiga
Kesimpulan Wawancara: Setyo Afandi adalah seorang mahasiswa UKSW
jurusan TI tahun 2010. Menurut dia adanya UKSW di lingkungan tempat tinggal
memberi dampak terhadap kemajuan masyarakat terutama segi ekonomi dan
pendidikan. Alasan kuliah di UKSW adalah karena UKSW universitas yang terkenal
dan bisa mengeluarkan lulusan yang baik. Gampang cari kerja di mana-mana, apalagi
di Salatiga. Resiko menempuh pendidikan di yayasan non muslim pasti ada
kaitannya dengan ajaran agama tersebut. “...ya semua yang kuliah di UKSW kan
pasti ada mata kuliah agama Kristen. Sejak awal masuk waktu OSPEK juga udah
diajari nyanyian puji-pujian. Kalau yang belum faham ya pasti langsung mikir.
Mereka (mahasiswa dan pelajar) itu di doktrin kalau “Islam itu Jahat”. Sedangkan
144
sekolah yang berbasis Islam itu terlalu banyak aturan. Makanya mungkin itu juga
yang membuat banyak orang tidak mau sekolah di sekolah yang berbasis Islam.”
Misi Kristenisasi sudah ada sejak mahasiswa masuk pertama kali, dan banyak
juga yang karena pergaulan akhirnya mau melepas agama Islam, terutama pergaulan
dengan anak luar Jawa. Banyak mahasiswa yang ditawari masuk agama Kristen
dengan berbagai macam iming-iming, seperti pendidikan, harta, pekerjaan. “...
sebenarnya semua ajaran itu punya misi tersendiri. Kalau di UKSW pembawa misi
yang terlihat banget itu bukan dari pihak yayasannya, tapi dari dosen sama
mahasiswa yang dari luar jawa itu lho. Memang dasarnya aku orang cuek ya, kalau
bergaul ya sama siapa saja aku oke. Tapi sering itu kalau lagi kumpul sama
mahasiswa luar jawa pasti ngajak bahas tentang agama Kristen sama Islam. Ya
ngomongin macam-macam lah. Temenku banyak yang ditawari suruh masuk Kristen,
ada yang mau dibeliin tanah, rumah, terus dikasih pekerjaan, di kasih kendaraan.
Aku juga pernah ditawari mau dikasih inilah itulah, tapi aku kan orange cuek, gak
tak gubris omongane.”
Informan 4
Nama: Muhammad Arifin
Tempat/ tgl lahir: Salatiga, 11 Agustus 1978
Agama: Islam
Pekerjaan: Karyawan Swasta
Alamat: Jl. Pattimura Somopuro Lor
145
Kesimpulan Wawancara: Muhammad Arifin merupakan mantan karyawan
UKSW bagian keamanan. Pengangkatan pangkat dan kepegawaian harus
menyertakan surat baptis. Ada hari-hari tertentu yang diwajibkan mengikuti acara
jemaat, dan pimpinan memberi ancaman apabila tidak mengikutinya. Sering juga ada
penampilan seni di lapangan itu mahasiswa non muslim menampilkan shalawatan.
Penyebaran agama Kristen dari Salib Putih terbilang sukses karena sebagian besar
pegawai kebun adalah dari Kopeng.“.. masalah pengangkatan kepegawaian (masuk
dan pengangkatan pangkat) dituntut harus menyertakan surat keterangan “Baptis”.
Hubungannya dengan kristenisasi pasti ada, di UKSW itu ada hari tertentu kalau
tidak salah setiap hari Senin diadakan kegiatan ibadah bersama, dan pegawai yang
muslim diwajibkan untuk mengikuti. Untuk kesempatan sholat sebenarnya
disediakan ruangan khusus di pasca sarjana, tapi kan tergantung dari pimpinan
masing-masing. Di UKSW itu ada kubu-kubu.
Pada saat itu aku ditemui oleh
pimpinanku, dia itu anggota majelis Gereja. Pas aku masuk kerja hari Jum‟at aku
mau sholat Jum‟at itu di tegur. Katanya aku siap meninggalkan sholat. Nah iku yang
tak luruske, aku siap menunaikan kewajiban tapi tidak meninggalkan ibadah. Aku
dibanding-bandingke sama satpam juga orang Kemiri siap meninggalkan sholat dan
KTPnya itu Kristen. Padahal dia itu muslim, dia punya KTP dua. Di UKSW itu
sering dikasih sesuatu, “hei orang muslim, kesinilah tak kasih sesuatu” sering
banget seperti itu. Dan disitu tidak ada toleransi job, pegawai yang senior dikasih
libur. Kalau aku lebaran saja tidak boleh ambil cuti. Di Asrama UKSW itu ada
mahasiswa dari Kalimantan sekitar 80 orang diberi beasiswa tapi tuntutannya harus
masuk Kristen. “
146
Pendidikan agama Islam sangat penting bagi beliau terutama bagi anak.
Pelemahan agama Islam banyak dipengaruhi oleh budaya yang dibawa pendatang
dari luar Jawa yang jauh dari Islami yang sangat mudah diikuti oleh masyarakat
terutama remaja.
Informan 5
Nama: K.H. Muhammad Haris
Agama: Islam
Pekerjaan: Tokoh Agama Masyarakat
Alamat: Jl. Pattimura, Domas 04/08 Salatiga
Kesimpulan Wawancara: KH. Muhammad Haris adalah seorang tokoh agama
yang bertempat tinggal di Domas. Beliau termasuk tokoh agama yang aktif
menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah Domas, Somopuro, Cungkup melalui
jamaah pengajian mingguan ibu-ibu dan bapak-bapak. Beliau termasuk orang yang
disegani masyarakat karena keterbukaan beliau menerima siapa saja yang mau
belajar agama baik fenomena yang terjadi di masyarakat maupun belajar kitab tanpa
pandang usia. Hal yang menurut beliau perlu diperhatikan adalah generasi muda
yang sudah mulai lupa dan tidak peduli dengan ajaran agama Islam karena pengaruh
lingkungan dan gaya hidup
Begitu pula dengan toleransi agama yang semakin hari mengikis
pemahaman terhadap agama Islam sendiri, dari yang kurang memahami agama
menjadi tidak faham agama. Hal kecil yang sering terjadi di masyarakat adalah
147
merayakan dan mengucapkan hari besar agama lain. “wong muslim ngerayakake
Natal yen aku ra iso. Tetep tak larang, yen pas upacarane lho. Kui hukume tetep
haram. Kecuali gowo jabatan orapopo, wong kui carane ngemong masyarakat.
Koyo pak Lurah yen pidato ngucapke Natal kui rapopo, mergone gowo jabatan
udu pribadine.”
Masyarakat muslim di sekitar Universitas Kristen Satya Wacanapun merasakan
dampak negatif terhadap kualitas pendidikan agama Islam, dari hal terkecil
sekalipun.
“... ya otomatis yen UKSW gowo misi kristenisasi. Sak pungguhku yen Kemiri,
Somopuro Kidul sing keno misine kui. Cah nom sing ngingu kirik. Kelemahan
dalam segi keimanan terjadi erosi lan diinceng urusan weteng, kui paling rawan.
Sing tuwa-tuwa wae berat leh ngurusi apa maneh sing cah nom. Masalahe kui
warga yen ngaji yo mung ngrungokke ceramah, moco buku ora ngoceki opo isine.
InsyaAllah yen Domas iseh aman.”
“..termasuk UKSW kui yen wisuda ditibakke dino Jum‟at supaya wong muslim
ora iso jumatan. Pepinginane yo mung gampang, kowe ra usah melu agamaku,
mung tak gawe keset leh ngibadah wae.”
Informan 6
Nama: Ustadz Danuri
Agama: Islam
Pekerjaan: Tokoh Agama Masyarakat
148
Alamat: Kemiri
Kesimpulan Wawancara: Ustadz Danuri adalah seorang tokoh agama yang
bertempat tinggal di Kemiri dan mempunyai seorang putri. Ustadz Danuri termasuk
aktifis keagamaan di Salatiga yang pernah ikut serta membuat gerakan 25 Desember
di Salatiga sebagai perwujudan protes terhadap kebijakan kaum Nasrani yang tidak
memperbolehkan masjid Darul Amal mengumandangkan adzan disetiap tanggal 25
Desember (Misa Natal).
Beliau juga termasuk orang yang gigih dalam memperjuangkan agama Islam di
tempat beliau tinggal. Disaat lingkungan Kemiri dipadati para pendatang nonMuslim beliau berusaha untuk memegang masyarakat satu RT supaya tidak mudah
terpengaruh dengan budaya yang dibawa oleh para pendatang.
“Sekarang yang paling rawan itu anak-anak muda, yang perempuan
dikenalkan laki-laki non Muslim, yang laki-laki dikenalkan dengan perempuan non
Muslim. Di ajak main kemana-mana. Nah itu malah berbahaya apabila tidak bisa
menjaga. Cara mereka adalah dengan memecah belah umat muslim menjadi
berbagai aliran, apabila sudah terpecah belah maka mereka akan lebih mudah
mempengaruhi keimanan umat muslim. Sering juga mahasiswa UKSW yang dikirim
ke sini untuk menanyakan perihal kegiatan umat muslim. Kalau ke sini juga
waktunya maghrib. Jadi menurutku itu mereka sengaja untuk mengorek-orek info
tentang umat muslim.”
Awal mula beliau membangun Mushola kecil di depan tempat tinggalnya
dengan harapan masyarakat di sekitarnya mau sholat berjamaah di Mushola. Hingga
banyak yang peduli terhadap perjuangan beliau dan kini Mushola tersebut dapat
149
dibangun menjadi Masjid. Beliau mulai mengajak anak-anak kecil untuk belajar alQur‟an di Masjid setiap sore hari.
“Pendidikan agama Islam anak-anak menurun yang pertama karena adanya
les atau bimbingan belajar itu. Itu menghancurkan generasi muslim dengan tidak
mengenalkan Masjid. Kalau di sini warga Kristen hanya memberi bantuan berupa
sembako. “
Memang tidak mudah untuk mengajak masyarakat mau beribadah bersama di
Masjid. Karena faktor dari luar juga sangat berpengaruh. Namun perjuangan beliau
membuahkan hasil, kini beliau mempunyai banyak santri bahkan dari luar
lingkungannya. Sedangkan lingkungan luar tempat tinggal beliau yang masih dalam
wilayah Kemiri banyak yang berpindah agama dari Islam menjadi Kristen.
Informan 7
Nama: Oma Rita
Agama: Kristen
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Alamat: Somopuro Tengah 06/08 Salatiga
Kesimpulan Wawancara: Oma Rita adalah seorang pendatang dari Manado
yang bertempat tinggal di Somopuro sejak 2 tahun yang lalu. Keluarga beliau
merupakan tokoh agama Nasrani di Manado. Oma Rita hidup di Salatiga bersama
cucunya yang sekolah di SMA Kristen Satya Wacana. Beliau merasa nyaman hidup
150
di Somopuro karena mudah dekat dengan warga-warganya. Oma Rita sering main ke
rumah tetangga-tetangganya satu RT sekedar berbagi cerita atau memberi hasil
masakannya. Beliau juga rajin pergi ke Gereja bersama cucunya.
Toleransi antar agamapun ditunjukkan beliau kepada masyarakat di sekitar
lingkungan tempat tinggalnya.“... aku senang hidup di sini, sudah nyaman saya di
sini. Ya kayak gini, seringlah main ke rumah tetangga, dari timur sampai barat
semua aku kenal. Kalau perayaan Natal gitu, aku selalu masak makanan banyak.
Nanti makanan itu aku kasihlah sama tetangga-tetangga samping rumah, depan
rumah. Kadang juga kalau liat itu anak nongkrong di jalan, aku kasih mereka main
ke rumah. Anakku yang satu juga ikut suaminya jadi muslim di Jakarta. Kalau
lebaran ya aku ikut bikin makanan yang banyak. Apa itu namanya, ketupat, opor,
kue lebaran banyak sekalilah. Keliling juga berkunjung ke rumah tetangga yang
muslim, ikut seneng ajalah.”
Informan 8
Nama: Anto
Agama: Islam
Pekerjaan: Pegawai
Alamat: Somopuro Lor 02/08 Salatiga
Kesimpulan Wawancara: Anto adalah seorang pegawai kebun SMK N 2
Salatiga sudah 5 tahun bekerja. Keluarga besar dari ibunya adalah beragama Kristen
dan Katholik, sehingga sedikit banyak beliau tahu tentang ajaran Kristen dan
151
Katholik. Beliau sering bertukar pikiran dengan tokoh agama Kristen maupun
Katholik seperti pendeta, biarawati, pastor dan masyarakat non-Muslim lainnya.
Beliau merupakan saksi terjadinya gejala kristenisasi di lingkungan Kemiri dan
Somopuro, karena beliau juga pernah dekat dengan pendeta yang melakukan hal
tersebut. Bahkan anggota keluarganyapun juga pernah mendapat tawaran oleh
pendeta tersebut dengan memberi bantuan pendidikan maupun modal usaha.
“..kalau orang muslim yang pindah agama di Kemiri gak usah ditanya lagi.
Sudah sebagian besar sana, kalau di Somopuro, Domas ya masih beberapa
orang. Contohnya saja itu keluarga Bp. MS Somopuro Kidul, satu keluarga
sekarang beda-beda agama. Awale ya anak-anaknya itu di kasih beasiswa di
sekolah Kristen. Terus disuruh merawat anak anjinge pendeta Bagus itu. Tementemenku ya banyak yang mau kerja merawat anjing dari pendeta Bagus itu. Dulu
aq juga ditawari, mau dikasih modal usaha juga, tapi aku tidak mau. Jadi yang
pendeta Bagus itu sistemnya gini, dia kasih anak anjing ke pemuda Somopuro
Kidul, suruh merawat nanti tiap bulannya digaji. Semua kebutuhan anjing sudah
disediakan sama pendeta itu. Tuntutane anjing itu harus dilatih berburu. Karena
sibuk nglatih berburu itu, akhirnya mereka lupa waktu sholat. Apalagi kan itu ya
najis tho dek. Mereka saja tidak tau gimana cara menghilangkan najis dari air
liur anjing itu. Kalau tidak salah mereka digaji tiap bulannya Rp. 350.000,00.
Nah nanti kalau sudah besar, anjing itu dikasihkan yang merawat biar jadi hak
milik. Kenyataannya sekarang teman-temanku yang mau merawat anjing juga
udah pindah Kristen kok. “
152
“.. ya, bantuan materi itu lumayan berhasil lah, apalagi masyarakat sini kan
ekonominya menengah ke bawah. Contohnya warga Somopuro Lor. Mas L itu
dikasih kendaraan, modal usaha buat tambal ban yang sekarang di perempatan itu.
Rumahnya saja dibangunke sama pendeta Bagus itu. Banyak sih jane kalau kasus
pemberian modal kayak gitu. Malah sekarang Mas L gak jelas itu agamane pakai
aliran apa. Tetangganya pernah diajakin katanya kalau sholat fardlu itu cukup
sehari sekali kalau jam duabelas malam. Anaknya juga tidak boleh sekolah umum.
Selain modal usaha adikku sendiri, D itu ditawari mau dikuliahkan di UKSW. Tapi
ya itu, tidak boleh keluar dari tempat itu. Kan otomatis harus mengikuti agamanya
mereka. Mereka yang membawa misi kan bisa memurtadkan orang muslim itu
sebagai tabungannya nanti. Pendeta itu pekerjaan lho dek. Pendeta tidak boleh
menikah kalau belum punya jamaah. Gereja-gereja itu juga semua milik pribadi dek.
Aku tau kayak gini ya dikasih tau temen tempat aku kerja, dia pendeta. Jadi kalau
pendeta belum punya jemaat dan belum bisa mendirikan gereja ya berarti belum
dapat gaji dan belum boleh menikah. Kalau mendirikan gereja itu kan ada syaratnya
harus punya sekian jemaat gitu. Supaya bisa terpenuhi ya memang caranya seperti
itu, kasih bantuan sana sini biar mereka bisa membuat umat muslim pindah ke
Kristen. Kalau sudah punya gereja nanti uang yang dikeluarkan dia selama proses
kristenisasi itu akan diganti sama jemaatnya lewat iuran wajib tiap ibadah. Dan
kalau mau menikah pendeta itu tidak bisa menikah di Gerejanya sendiri. Kalau tidak
bisa memenuhi target ya sudah, dia tidak dapat gaji dan dinyatakan gagal. Sama
kaya yang jadi Rama, kalau mau jadi Rama juga harus keluar biaya lagi. Dia harus
berjuang selama 6 tahun dengan memberi bantuan tidak terbatas. Pastur juga sama.
153
Semua tokoh agama Kristen atau Katholik punya proses sesuai tingkatannya.
Bahkan perjuangan hidup mereka sebenarnya lebih sulit dari agama Islam. Aku
pernah juga ketemu sama calon biarawati sewaktu dia melarikan diri di Pondoknya
ustadzku karena mau dibunuh. Ya aku tau semua ini karena aku sering main ke
Gereja, ngobrol sama tokoh agama Kristen Katholik, ya keluarga dari ibuku kan
tidak ada yang Islam jadi banyak hal yang aku tau dari proses mereka.”
Beliau juga merasa prihatin terhadap generasi Muslim di lingkungan tempat
tinggalnya. Generasi Muslim di lingkungan tempat tinggalnya kini seperti
menganggap pendidikan agama sudah tidak penting. Tempat ibadah dibangun
megah, namun sedikit yang mau berkunjung di tempat tersebut. Bahkan untuk
melaksanakan sholat berjamaahpun terasa berat bagi pemuda Kemiri, Somopuro,
Cungkup dan Domas.
“.. ya, anak muda itu masih gampang dipengaruhi. Apalagi masanya kan
masih labil. Liat sendirilah di Somopuro sini bagaimana. Remaja atau mahasiswa
UKSW otomatis punya temen atau kenalan agama non Muslim kan. Carane ya
mereka yang muslim diajak main ke kost mahasiswa Kristen itu. Nanti di sana kalau
sesama laki-laki ya diajak main playstation sampai lupa waktu sholat. Kalau yang
perempuan ya diajak free sex, nanti jadinya hamil, secara otomatis pasti meminta
pertanggung jawaban dengan menikah. Nah kalau menikah gak bisa kan beda
agama. Salah satu harus mengalah. Proses pernikahan Nasrani itu juga tidak mudah
lho dek. Sebelum menikah itu calon pengantinnya harus menghafal doa di Gereja
selama satu bulan. Kalau sudah baru dibaptis, dan menikahnya orang non Muslim
itu tidak bisa disembarang Gereja dek. Bisanya ya di tempat dimana dia terdaftar
154
menjadi jemaat Gereja. Dan orang Nasrani itu kalau sudah menikah sulit cerai. Di
sini banyak yang pindah agama Kristen karena ikut suami atau istri. Bahkan anak
ulama atau lulusan pondok pesantren sekalipun.”Anak-anak kecil kurang tertarik
untuk belajar ilmu agama, dan lebih tertarik dengan belajar ilmu umum yang
dilakukan oleh para mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana melalui bimbingan
belajar sepulang sekolah.
“Sebetulnya terget mereka yang paling mudah itu anak-anak kecil. Lewat
bimbingan belajar apa kegiatan bermain itu lho dek. Aku bisa cerita karena aku
sudah membuktikan sendiri. Keponakanku sendiri pernah dek, diajak sama
mahasiswa UKSW belajar katanya. Mereka berkelompok dek, ngajak anak-anak
kecil mainan bersama, belajar bersama. Setiap pertemuan itu anak-anak kecil
dikasih makanan yang sekiranya bisa menarik buat anak-anak kecil, ya.. seperti
permen, coklat, banyak lah. Sistem belajare itu, mereka ngajari anak-anak kecil
nyanyi-nyanyi pakai bahasa Inggris, kan kalau anak-anak kecil belum mudeng sama
lagu asing seperti itu. Terus diajari doa-doa pakai bahasa Indonesia sama Inggris.
Nah, kalau sudah selesai anak-anak kecil itu dikasih majalah kecil gitu, disuruh
bawa pulang, dibaca sendiri. Pernah buku keponakanku tak pinjem, aku penasaran
tak baca. Ternyata isine itu ya tentang pendidikan agama Kristen. Ya memang
kemasane kelihatane menarik, ada gambar-gambarnya, tapi kalau dibaca benerbener ternyata isine menjurus ke situ. Kalau lewat lagu, majalah kan anak seumuran
PAUD, TK gampang banget nyantel, karena daya ingat anak masih bagus banget.
Nah, lewat cara seperti itu ternyata mereka memberi pengaruh kepada anak-anak
kecil.
155
Lampiran 2
Peta Lingkungan UKSW dan sekitarnya
156
Lampiran 3
TABEL 3.1
Pengelompokan Penduduk berdasar Agama
No.
Keterangan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
Islam
5471
5579
11050
2.
Kristen
1526
1696
3222
3.
Katholik
755
784
1539
4.
Hindu
2
6
8
5.
Budha
42
41
83
6.
Konghucu
0
0
0
7.
Kepercayaan
1
1
2
7797
8107
15904
Jumlah Total
(Sumber : Visual Integrated Operating System (VIOS) Kota Salatiga 04/03/2015
9:36:11)
TABEL 3.2
Pengelompokan Penduduk berdasar Pendidikan
No.
Keterangan
1.
Tidak / Belum Sekolah
1108
1159
2267
Belum Tamat SD / Sederajat
782
800
1582
3.
Tamat SD / Sederajat
891
1259
2150
4.
SLTP / Sederajat
1030
1159
2189
5.
SLTA / Sederajat
2681
2439
5120
6.
Diploma 1 / 2
51
94
145
2.
Laki-Laki Perempuan Jumlah
157
7.
Akademi / Diploma 3 Sarjana
Muda
288
341
629
8.
Diploma 4 / Strata 1
873
788
1661
9.
Strata 2
86
62
148
10.
Strata 3
7
6
13
7797
8107
15904
Jumlah Total
(Sumber : Visual Integrated Operating System (VIOS) Kota Salatiga 04/03/2015
9:38:15)
TABEL 3.3
Pengelompokan Penduduk berdasar Pekerjaan
No.
Keterangan
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1.
Belum / Tidak Bekerja
1417
1360
2777
Mengurus Rumah Tangga
5
2055
2060
3.
Pelajar / Mahasiswa
1672
1499
3171
4.
Pensiunan
294
204
498
5.
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
234
189
423
6.
Tentara Nasional Indonesia
(TNI)
46
0
46
7.
Polri
43
4
47
8.
Perdagangan
22
21
43
9.
Petani / Pekebun
9
5
14
10.
Peternak
0
1
1
11.
Industri
2
5
7
12.
Konstruksi
5
0
5
2.
158
13.
Transportasi
6
0
6
14.
Karyawan Swasta
1752
1184
2936
15.
Karyawan BUMN
45
19
64
16.
Karyawan BUMD
7
6
13
17.
Karyawan Honorer
21
19
40
18.
Buruh Harian Lepas
638
323
961
19.
Buruh Tani / Perkebunan
15
2
17
Buruh Peternakan
4
0
4
21.
Pembantu Rumah Tangga
0
34
34
22.
Tukang Cukur
5
1
6
23.
Tukang Listrik
6
0
6
Tukang Batu
15
0
15
25.
Tukang Kayu
9
0
9
26.
Tukang Sol Sepatu
1
0
1
27.
Tukang Las / Pandai Besi
4
0
4
28.
Tukang Jahit
6
9
15
29.
Penata Rias
1
1
2
30.
Penata Rambut
0
1
1
31.
Mekanik
13
0
13
32.
Seniman
6
0
6
33.
Tabib
1
0
1
34.
Perancang Busana
0
1
1
20.
24.
159
35.
Pendeta
16
3
19
36.
Pastor
4
0
4
37.
Wartawan
3
1
4
38.
Ustad / Mubaligh
1
0
1
39.
Juru Masak
2
1
3
40.
Anggota DPRD Kabupaten /
Kota
2
0
2
41.
Dosen
44
35
79
42.
Guru
87
192
279
43.
Pengacara
2
0
2
44.
Notaris
0
1
1
45.
Arsitek
3
0
3
46.
Akuntan
1
1
2
47.
Konsultan
0
1
1
48.
Dokter
7
8
15
49.
Bidan
0
11
11
50.
Perawat
1
10
11
51.
Apoteker
2
2
4
52.
Psikiater / Psikolog
0
1
1
53.
Pelaut
5
0
5
54.
Peneliti
1
3
4
55.
Sopir
64
0
64
56.
Pedagang
117
158
275
160
57.
Biarawati
0
5
5
58.
Wiraswasta
1128
729
1857
59.
Pekerjaan Lainnya
3
1
4
7797
8106
15903
Jumlah Total
(Sumber : Visual Integrated Operating System (VIOS) Kota Salatiga 04/03/2015
9:46:05)
TABEL 3.4
Daftar Nama Tempat Ibadah
No.
Nama Tempat Ibadah
Agama
Lokasi
1.
Masjid Ath-Thohiriyyah
Islam
Domas
2.
Mushola Nurussalam
Islam
Domas
3.
Mushola Ar-Rahman
Islam
Domas
4.
Mushola Al-Mau‟idhoh
Islam
Somopuro Lor
5.
Mushola An-Nur
Islam
Somopuro Kidul
6.
Mushola Nurul Hidayah
Islam
Somopuro Tengah
7.
Masjid Al-Huda
Islam
Cungkup
8.
Masjid Darul Istiqomah
Islam
Kemiri
9.
Mushola Ar-Rahman
Islam
Kemiri
10.
Masjid Istiqomah
Islam
Kemiri
11.
Masjid Al-Ikhlas
Islam
Kemiri
12.
Gereja Berea (STTB)
Kristen
Kemiri
13.
Masjid Al-Hikmah
Islam
Kemiri
161
TABEL 3.5
Data Lembaga Pendidikan
No
Nama Lembaga Pendidikan
Jenjang
Pendidikan
1.
PAUD Ath-Thohiriyyah Salatiga
PAUD
Domas
2.
PAUD Laboratorium Kristen Satya
Wacana
PAUD
Cungkup
Pos PAUD Kasih Bunda 09 Salatiga
PAUD
Kemiri
4.
TK Ath-Thohiriyyah Salatiga
TK
Domas
5.
TK Laboratorium Kristen Satya
Wacana
TK
Cungkup
6.
TK Pertiwi Salatiga
TK
Kemiri
7.
SD N 08 Salatiga
SD
Domas
8.
SD N 12 Salatiga
SD
Domas
SD
Cungkup
SMP
Cungkup dan
Kemiri
3.
Lokasi
10.
SD Laboratorium Kristen Satya
Wacana
SMP Laboratorium Kristen Satya
Wacana
11.
SMP Kristen 02 Salatiga
SMP
Kemiri
12.
SMA Laboratorium Kristen Satya
Wacana
SMA
Cungkup dan
Kemiri
13.
SMK Kristen 01 Salatiga
SMK
Kemiri
14.
SMK Teresiana Salatiga
SMK
Kemiri
SMA N 01 Salatiga
SMA
Kemiri
Perguruan Tinggi
Kemiri
Perguruan Tinggi
Kemiri
9.
15.
16.
17.
Sekolah Tinggi Teologi Berea
(STTB)
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
162
Lampiran 4
Wawancara dengan Bp. M. Arifin
Warga non-Muslim ikut merayakan Hari Raya Idul Fitri
163
Pertokoan sekitar UKSW
164
Jalan pintu belakang UKSW
165
Perkampungan Kemiri – Salatiga
Rumah Kos Putra di Somopuro Lor - Salatiga
166
Rumah Kos Putri di Somopuro Lor – Salatiga
Masjid Darul Istiqomah, Kemiri - Salatiga
167
PAUD Ath-Thohiriyyah Domas – Salatiga
TPQ Mushalla Al-Mau‟idhoh, Somopuro Lor - Salatiga
168
Wawancara dengan K.H. Muh. Haris
Warga Muslim yang memelihara anjing
169
Gedung Sekolah Tinggi Teologi BAREA
Komplek Biara Betlehem
170
171
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama
: Walidatul Ikromah
Fakultas/Jurusan : FTIK / PAI
NIM
: 11110107
Dosen PA
: Muna Erawati, M.Si.
No
Nama Kegiatan
Tanggal
Keterangan
Nilai
Pelaksanaan
1.
OPAK
25 s.d 27
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
8
Peserta
2
2
Agustus 2010
2.
User Education (Pendidikan
20 s.d 25
Pemakai) STAIN Salatiga
September
2010
3.
Pendidikan dan Latihan Calon
08 s.d 11
Penegak Pandega ke-20 (PLCPP
Oktober 2010
XX)
4.
Gladi Wira Brigsus ke-17 (GWB
26 s.d 29
XVII) Brigade Khusus Naga
Nopember 2010
Sandhi
5.
National Workshop of
19 Desember
Entrepreneurship and Basic
2010
Cooperation 2010
6.
7.
Pembrivetan dan Pelantikan
25 s.d 26
Brigade Khusus Naga Sandhi
Desember 2010
SK Komandan Brigsus Racana
31 Desember
Anggota
Kusuma Dilaga- Woro Srikandhi
2010
Brigsus Naga
tentang Penetapan Nomor
Sandhi
Registrasi Brigsus
8.
Kursus Pembina Pramuka Mahir
25 s.d 30
172
Panitia
8
Tingkat Lanjutan (KML) ke-3
Januari 2011
Se-Jawa
9.
Temu Prestasi Penggalang dan
18 s.d 20
Penegak se- Salatiga dan
Februari 2011
Panitia
4
Peserta
2
Pengurus
4
Sekitarnya
10. Latihan Gabungan (LATGAB)
Brigsus Nogo Sosro Sabuk Inten
25 s.d 27
Februari 2011
STAIN Kudus dan Brigsus Naga
Sandhi STAIN Salatiga bersama
Racana Se- Jawa
11. SK Ketua Stain Salatiga tentang
23 Maret 2011
Pengangkatan Pengurus Racana
(TekPram
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
02.238)
Masa bakti 2011/2012
12. Sosialisasi Nasional Undangundang No. 12 th 2010 tentang
25 s.d 27 Maret
Peserta
8
Peserta
8
15 Mei 2011
Peserta
2
24 s.d 26 Juni
Panitia
3
Panitia
3
Peserta
8
2011
Gerakan Pramuka
13. Kursus Pembina Pramuka Mahir
Tingkat Dasar di Pusdiklatda
21 s.d 24 April
2011
Jawa Timur
14. Bhakti Sosial Racana Sultan
Agung 2011 tingkat se- Jawa
Tengah
15. Jambore dan Olimpiade Anak
Sholeh Hidayatullah se- Jawa
2011
Tengah
16. Pendidikan dan Latihan Calon
30 September
Pramuka Pandega ke
s.d 03 Oktober
-21 (PLCPP XXI)
2011
17. Perkemahan Wirakarya X
21 s.d 30
173
Perguruan Tinggi Agama Islam
November 2011
(PTAI) se-Indonesia di IAIN
Ambon
18
Workshop Nasional 2 Hari “Bisa
10 s.d 11
Ngomong Inggris Kuasai 500
Desember 2011
Peserta
8
Pengurus
4
Kosakata, Kuasai Grammar”
19. SK Kepala UPK STAIN Salatiga
03 Januari 2012
tentang Pengangkatan Pengurus
(Giat Ops
Racana Kusuma Dilaga-Woro
02.238)
Srikandhi masa bakti 2012
20. Latihan Gabungan (LATGAB)
Brigsus STAIN Salatiga dan
5 s.d 7 April
Panitia
3
Peserta
2
Panter 344
2
2012
Brigsus STAIN Kudus
21. Gladi Tangguh Brigsus ke-7
Brigsus Naga Sandhi STAIN
25 s.d 26
Februari 2012
Salatiga
22. SK Komandan Brigsus Racana
26 April 2012
Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi
(PBB)
tentang Penetapan Penjurusan
Panter
23. SK tentang Pengangkatan
15 Juli 2012
Tutor PAUD
4
12 s.d 13
Peserta
4
Panitia
3
Kepengurusan PAUD “SITI
RAHMA” Pabelan
24. Kemah Bhakti ke-V Racana seJawa dan Penegak se- Jepara
Januari 2013
Racana INISNU Jepara
25. Kursus Pembina Pramuka Mahir
Tingkat Dasar (KMD)
27 Maret s.d 01
April 2013
174
175
176
\
177
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Walidatul Ikromah lahir di Salatiga,
merupakan anak pertama dari 4 bersaudara,
dari
pasangan Bapak Munawir dan Ibu
Shoimah tanggal 9 April 1992. Bertempat
tinggal di Jalan Somopuro Lor Rt 02 Rw
08, Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga.
Riwayat pendidikan, TK Tarbiyatul Banin I
Salatiga ( 1998), SD Negeri 08 Salatiga (
2004), SMP Negeri 02 Salatiga ( 2007), MA Negeri Salatiga (2010 ), kemudian
melanjutkan pendidikannya di Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga)
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan program studi Pendidikan Agama Islam.
Organisasi selama menjadi mahasiswi di IAIN Salatiga adalah sebagai pengurus
Racana Kusuma Dilaga Woro Srikandhi (2010-2014). Organisasi di luar IAIN
Salatiga adalah anggota Himpunan Pendidik Anak Usia Dini (HIMPAUDI)
Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang (2013 hingga sekarang).
Skripsi yang berjudul “Kualitas Keberagamaan Masyarakat di sekitar
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga tahun 2016 ” adalah karya Ida yang
disusun guna memenuhi syarat untuk diperolehnya gelar Sarjana dalam
menempuh pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, yaitu Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I).
178
Download