BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. (Trianto, 2010:1) Menurut Ki Hajar Dewantara : Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan oleh kebahagiaan setingi-tingginya. Menurut Depdiknas RI (Sisdiknas) Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Tri Widiarto dan Esther Arianti (2005:18). Tanggung jawab kita sekarang adalah mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Fokus mereka, kaum kolonial itu, adalah pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara, karena itu mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tak pernah peduli dengan kualitas manusia di Nusantara. Kini kita sudah 70 tahun merdeka. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai kita hanya tahu tentang kekayaan alam tetapi tidak tahu kualitas manusia di negeri kita. Kita harus berkonsetrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. Kita tidak boleh mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang terfokus hanya pada kekayaan alam tetapi melupakan soal kualitas manusia. (Mentri pendidikan, Anies Baswedan) Pendidikan nasional mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartbabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3). Yang bertujuan untuk berkembangnya potensi perserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan berttaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang Demokratis serta bertanggung jawab (Engkoswara dan Aan Komariah. 2010:6). Berdasarkan fungsi Pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi kunci keberhasilan dalam nisi pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan keperluan dan perkembangan yang terjadi baik tingkat lokal, nasional,, maupun global. Salah satu komponen penting dari Sistem pendidikan tersebut adalah Kurikulum. Dalam Uurepublik indonesia tahun 1989 pasal 1 (9) meyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan belajar-mengajar”. (Depdikbud. 1989:3). Kurikulum (curriculum) secara etimologi berasal dari bahasa yunani yaitu curir yang artinya “pelari” dan currer yang berarti “tempat berpacu’’. Tetapi secara terminologis istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan dengan pengertian semula ialah sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai suatu tingkatan atau ijazah (Sudirman N, A. Tabrani Rusyan 1991; 101) Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang melakukan penyederhanaan, dan tematikintegratif, menambah jam pelajaran dan bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran dan diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik. Penerapan kurikulum 2103 menuntut aktivasi siswa dan partisipasi para siswa yang lebih banyak dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran penggunaan metode sangat diperlukan karena akan memperngaruhi hasil pencapaian pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMA Kristen Satya Wacana Salatiga adalah Sejarah. Pengajaran Sejarah memiliki tujuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran nasionalisme. Tanpa mengetahui sejarahnya, tidak mungkin bangsa tersebut mengenal dan memiliki identitas (Sartono Kartodirdjo, 1992:247) Pada kenyataanya hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah di SMA Kristen Satya Wacana di kelas X MIA 2 untuk tahun ajaran 2015/2016 jumlah siswa yang mencapai KKM 65 baru mencapai 84% dari jumlah total 25 siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran Sejarah di kelas X MIA 2 diperlukan metode belajar yang tepat, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat tergantung pada proses belajar mengajar . Salah satu cara agar pembelajaran sejarah dapat berjalan secara aktif, inovatif kreatif, efektif, menyenangkan (PAIKEM) adalah melalui penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Sejarah. B. Identifikasi Masalah 1. Hasil Belajar Siswa Kelas X MIA 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 2015/2016 dalam mata pelajaran Sejarah belum semua siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) 2. Dalam proses belajar guru belum menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran Sejarah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas adalah Apakah Peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah dapat diupayakan dengan metode pembelajaran Make a Match pada siswa kelas X MIA 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester 1 tahun 2015/2016. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sejarah dapat diupayakan dengan metode pembelajaran Make a Match pada siswa kelas X MIA 2 SMA Kristen Satya Wacana Salatiga Semester 1 Tahun pelajaran 2015-2016 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan informasi di bidang pendidikan (Sunardi, 2011:81). 2. Manfaat Praktis 1. Siswa: proses belajar mengajar Sejarah menjadi lebih efektif, menarik, dan menyenangkan serta hasil belajar Sejarah lebih meningkat, memberikan motivasi pada siswa. 2. Guru: Ditemukan pembelajaran Sejarah strategi yang pembelajaran aktif, inovatif, yang kreatif, tepat. Meningkatkan dan menyenangkan (PAIKEM). 3. Sekolah: Meningkatkan mutu pendidikan sekolah melalui peningkatan hasil belajar pada pembelajaran Sejarah.