peran guru ipa/fisika dalam upaya untuk

advertisement
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERAN GURU IPA/FISIKA DALAM UPAYA UNTUK
MEMPERSIAPKAN KARIER SISWA DALAM BIDANG IPA/FISIKA
(STUDI KASUS PADA 5 GURU FISIKA SMA DI YOGYAKARTA)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
DION PASKALIS KOPONG BELOLO
NIM: 111424025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
“INDAH PADA WAKTUNYA”
Kupersembahkan karyaku ini untuk:
1. Kedua orangtuaku tercinta (Amak Ludofikus Lebu
Raya Lamanepa no’o Inak Yuliana Deran Manuk).
2. Kakak dan adik-adikku yang terkasih (ka Siska
Puhugelong, ka Elias Lamanepa, Ina Boi
Lamanepa, & Simon Lamanepa).
3. Kekasih hatiku, Erlin Lasar.
4. Keluarga Bpk. Dominikus Ola Rotok di Tarakan.
5. Tadon Adonara dan suku Lewo Lamanepa.
6. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2011.
7. Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Yesus
Kristus dan kepada Bunda Maria yang telah melimpahkan berkat-Nya sehingga
penulis mampu menyelesaikan skrispi yang berjudul “Peran Guru IPA/Fisika
dalam Upaya untuk Mempersiapkan Karier Siswa Dalam Bidang IPA/Fisika
(Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA di Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini
bertujuan untuk mendapatkan gelar sarjana (S1) pendidikan di Program Studi
Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari
peran serta berbagai pihak yang mendukung dan membantu sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih sebesarbesarnya kepada:
1. Bapak Johanes Eka Priyatna, M.Sc, Ph.D., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma
dan Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan,
motivasi, dan koreksi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan
lancar.
3. Bapak Dr. M. Andi Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan JPMIPA
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Dr. Ign. Edi Santosa, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing penulis masa pendidikan.
5. Kedua Orangtuaku yang telah memberikan cinta, kasih sayang, doa dan
motivasi selama penulis menempuh pendidikan.
6. Keluarga Bapak Dominikus Ola Rotok yang telah mendukung penulis
dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan studi.
7. Kakak dan adik-adikku tercinta; Elias Lamanepa, Ina Boy Lamanepa, dan
Simon Lamanepa yang telah mendoakan penulis dalam menjalankan studi.
8. Kakak Fransiska Benga Ola, yang selalu memberikan semangat dan
inspirasi yang luar biasa buat penulis selama di bangku kuliah.
9. Kekasih hatiku, Erlin Lasar, yang selalu selalu menyemangati dan
mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan studi.
10. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma yang telah
membagikan ilmu dan wawasannya.
11. Ibu Esti, Ibu Tari, Pak Jumadi, Pak Gampang dan Pak Tono yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menjadi subyek penelitian bagi penulis.
12. Kelompok penelitian; Veronika Niken, Perry Surya, dan Eri Pratama atas
kebersamaan, bantuan, dan berbagi ilmu selama penyusunan skrispi ini.
13. Teman-teman Pendidikan Fisika 2011 atas kebersamaan dan cerita yang
kita alami untuk berjuang menyelesaikan studi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
14. Sahabatku, Hendrikus Hendra Knoba, yang telah membantu penulis
selama menyelesaikan studi dari awal sampai pada akhir masa studi.
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyelesaian
skripsi ini sehingga segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca pada
khususnya serta ilmu pengetahuan pada umumnya.
Salam hangat
Penulis
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Dion Paskalis Kopong Belolo.2015. Peran Guru IPA/Fisika dalam Upaya
Untuk Mempersiapkan Karier Siswa dalam Bidang IPA/Fisika:
(Studi Kasus Pada 5 Guru Fisika SMA Di Yogyakarta). Skripsi.
Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatatif yang bertujuan
untuk mengetahui (1) sejauh mana kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang
dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang
IPA/Fisika, (2) sejauh mana pemahaman guru fisika mengenai karakteristik
IPA/Fisika, dan (3) cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui
pengajaran di jurusan IPA/Fisika.
Penelitian ini dilaksanakan pada 4 SMA di kota Yogyakarta pada bulan
Maret-April 2015. Subyek penelitian ini adalah 5 guru fisika yang mengajar di
jurusan IPA. Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah pertanyaan
wawancara.
Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) rata-rata guru fisika memiliki
kesadaran yang cukup tinggi bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa
bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang IPA/Fisika, (2)
rata-rata guru fisika memahami karakteristik IPA/Fisika dimana pemahaman guru
fisika lebih menekankan pada aspek pengetahuan, dan (3) cara guru fisika
mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran di jurusan IPA/Fisika dengan
cara mengembangkan keterampilan proses sains kepada siswa yaitu melalui
kegiatan laboratorium.
Kata kunci: jurusan IPA, guru fisika, karier siswa
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Dion Paskalis Kopong Belolo. 2015. The Role of Science/Physics Teacher in
Preparing Students’ Career in Physics (A Case Study towards
Five High-School Physic Teachers in Yogyakarta).
This is a descriptive-qualitative study that aimed to determine (1) the
extent of teacher awareness that Science/Physics class majoring, which were
chosen by students, aimed to help them preparing on having a career in
Science/Physics, (2) the extent of to which teachers understand the
characteristics of Physics, and (3) the way Physics teachers prepare students'
career through teaching in Physics class.
The research was conducted in four High Schools of Yogyakarta since
March up to April 2015. The subjects of this study were five Physics teachers
who teach in department of IPA. In this study, the instruments used were the
questions of interview.
The results of this study are (1) an average of Physics teachers have a
fairly high awareness that Science majors chosen by students aimed to help
them preparing on having a career in Science/Physics, (2) an average of
Physics teachers understand the characteristics of IPA/Physics which
emphasized on the aspect of knowledge, and (3) the way Physics teachers
prepare students’ career through teaching in Science/Physics major classes is
by developing students’ science process skills through laboratory activities.
Keywords: Science major, Physics teacher, students’ career.
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ....... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. ii
HALAMAN PEGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................................. vi
KATA PENGANTAR ...........................................................................................vii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
ABSTRACT ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 5
A. Pembelajaran IPA/Fisika .............................................................................. 5
B. Pengajaran Untuk Siswa ynag Memilih Jurusan IPA/Fisika ........................ 8
C. Peran Guru IPA/Fisika dalam Membangun Minat Siswa dalam
Mempersiapkan Karier dalam Bidang IPA ............................................... 13
1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa
bertujuan untuk berkarier dalam Bidang IPA/Fisika ............................ 13
2. Guru memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda ...... 15
3. Guru harus mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja ilmiah
kepada siswa ......................................................................................... 17
D. Persepsi Guru terhadap Siswa yang telah Memilih Jurusan IPA ................ 17
E. Bimbingan Karier yang Dilakukan oleh Guru Fisika .................................. 19
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 23
C. Subyek Penelitian ....................................................................................... 24
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 24
E. Desain Penelitian ........................................................................................ 24
1. Kegiatan Penelitian ............................................................................... 24
2. Pengumpulan Data ................................................................................ 25
F. Instrumen Penelitian ................................................................................... 25
G. Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 27
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
H. Analisis Data ............................................................................................... 28
BAB IV DATA, ANALISIS DATA .................................................................... 30
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 30
B. Deskripsi Guru ............................................................................................ 31
C. Data Penelitian ............................................................................................ 33
D. Analisis Data ............................................................................................... 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 61
A. Kesimpulan ................................................................................................. 62
B. Saran ............................................................................................................ 63
C. Daftar Pustaka ............................................................................................. 64
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
4.1. Daftar Pelaksanaan Penelitian......................................................................... 31
4.2. Kesadaran Guru bahwa Jurusan IPA/Fisika yang Dipilih oleh Siswa
Bertujuan untuk Mepersiapkan Siswa Berkarier dalam Bidang IPA/Fisika ... 43
4.3. Pemahaman Guru mengenai Karakteristik yang Membuat IPA/Fisika
Berbeda ........................................................................................................... 49
4.4. Cara Guru Mengembangkan Keterampilan Proses Sains atau Kerja Ilmiah
Kepada Siswa ................................................................................................... 59
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Surat Izin Penelitian ............................................................................................ 65
Lampiran a. SMAN 6 dan SMAN 9 Yogyakarta ........................................... 65
Lampiran b. SMA PIRI 1 Yogyakarta ........................................................... 67
Lampiran c. SMA IMMANUEL Yogyakarta ................................................ 68
Surat Pernyataan Telah Melakukan Penelitian ................................................ 69
Lampiran d. SMAN 6 Yogyakarta ................................................................. 69
Lampiran e. SMAN 9 Yogyakarta ................................................................. 70
Lampiran f. SMA PIRI 1 Yogyakarta ............................................................ 71
Lampiran g. SMA IMMANUEL Yogyakarta ................................................ 72
Pedoman wawancara ........................................................................................... 73
Lampiran h. Pedoman wawancara Guru ........................................................ 73
Contoh hasil wawancara .................................................................................... 74
Lampiran i.Wawancara dengan Guru A ......................................................... 74
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya mengelola kegiatan belajar mengajar fisika kiranya
ada sebuah pertanyaan yang bisa kita lontarkan, yakni iklim baru yang
bagaimana dalam pengajaran fisika dengan mempertimbangkan penalaran
yang dituntut dalam ilmu pengetahuan alam (fisika).
Dalam pemikiran modern selalu dikatakan bahwa imu pengetahuan
tugasnya adalah merumuskan hukum-hukum yang bersifat umum dan
mutlak. Namun dalam pengajaran yang dipentingkan adalah bagaimana
hukum ilmiah serupa itu terbentuk.
Menurut R. Rohandi (Sumaji, 1998: 113), untuk membahas
hakekat IPA, diperlukan sebuah kajian kritis. Ini tentu saja membawa
konsekuensi pada cara pandang orang dalam menanggapi dan menghayati
IPA. Akibat cara pandang orang dalam (guru), mengenai apa itu IPA,
dalam lingkup yang sempit, akan membawa warna pada pembelajaran
yang diterapkan manakala guru melakukan aktivitas bersama anak dalam
pembelajaran sains. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran IPA sangat dipengaruhi oleh persepsi guru tentang sains,
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
terlepas dari materi apa yang akan diajarkan. Ini sering disebut dengan
Hidden curriculum (Cross dalam sumaji dkk, 1998:13).
Oleh karena cara pandang guru tentang IPA sangat mempengaruhi
model pembelajaran IPA, maka untuk proses pembelajaran di jurusan IPA,
dalam hal ini mata pelajaran fisika, guru seharusnya menyadari bahwa
jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu akan memberikan kontribusi
terhadap karier siswa di masa depan. Apabila hal ini tidak disadari oleh
guru maka kemungkinan besar guru hanya akan membekali materi kepada
siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum yang ada. Guru IPA (fisika) harus
menyadari juga apa yang membedakan mengajar/membelajarkan IPA
(fisika) dengan mengajar ilmu lain, misalnya bahasa atau IPS.
Karakteristik apa yang membuat IPA berbeda, dan mengapa guru-guru
IPA mesti memahami karakterisitik tersebut. Apabila guru IPA sudah
menyadari dan memahami hal ini, maka guru dapat membantu siswa
mempersiapkan kariernya ke depan lewat proses belajar yang sesuai
dengan karakteristik IPA.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
permasalahan
di
atas,
dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah guru fisika kelas XI menyadari bahwa jurusan IPA yang
dipilih oleh siswa itu punya kepentingan tertentu yang berkaitan
dengan karier siswa ke depannya di bidang IPA/Fisika?
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
2. Apakah guru fisika kelas XI menyadari karakteristik apa yang
membuat IPA (fisika) berbeda?
3. Bagaimana
cara
guru
fisika
kelas
dalam
membantu
siswa
mempersiapkan kariernya ke depan lewat pengajaran yang sesuai
dengan karakteristik IPA?
C. Tujuan Penelitian
Setelah mengetahui rumusan masalah di atas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana kesadaran guru fisika kelas XI bahwa
jurusan IPA yang dipilih oleh siswa sesungguhnya memiliki
kepentingan tertentu yang berkaitan dengan karier siswa ke depannya.
2. Untuk mengetahui sejauh mana guru fisika kelas XI menyadari dan
memahami karakteristik apa yang membuat IPA (fisika) berbeda.
3. Untuk mengetahui sejauh mana cara guru fisika kelas dalam
membantu siswa mempersiapkan kariernya ke depan lewat pengajaran
yang sesuai dengan karakteristik IPA.
D. Manfaat Penelitian:
Setelah memperoleh jawaban atas masalah yang dirumuskan di
atas maka, diharapkan penelitian ini berguna untuk :
1. Dunia pendidikan, sebagai bahan masukan yang penting dalam
meningkatkan mutu, khususnya dalam hal ini proses belajar-mengajar
di sekolah.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Guru fisika, sebagai
bahan masukan agar dapat
4
membantu
mempersiapkan karir siswa lewat proses belajar mengajar.
3. Peneliti, sebagai informasi yang mendukung ketika peneliti terjun ke
lapangan.
4. Para peneliti lain kelak, sebagai bahan pertimbangan jika melakukan
penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini dalam ruang
lingkup yang lebih luas serta pembahasan yang lebih mendalam.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembelajaran IPA-Fisika
Pembelajaran fisika tidak akan lepas dari hakekat fisika. Fisika
merupakan cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains). Oleh karena itu,
hakekat fisika dapat ditinjau dan dipahami melalui hakekat sains. Menurut
Zen dalam Sumaji dkk (1998: 161), sains adalah suatu eksplorasi ke alam
materi berdasarkan observasi, dan yang mencari hubungan-hubungan
alamiah yang teratur mengenai fenomena yang diamati serta bersifat
mampu menguji diri sendiri. Dawson dalam Sumaji dkk (1998: 161)
menyatakan bahwa sains adalah aktivitas pemecahan masalah oleh
manusia yang termotifasi oleh keingintahuan akan alam di sekelilingnya
dan keinginan memahami, menguasai, dan mengolahnya demi memenuhi
kebutuhan. Sains merupakan bagian dari kehidupan kita dan kehidupan
kita merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pendidikan sains
seharusnya bukan saja berguna bagi anak dalam kehidupannya, melainkan
juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupan yang akan
datang. Menurut Orlich dalam Sumaji dkk (1998: 117), bahwa suatu ciri
pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang
dinamakan fakta. Cross dalam Sumaji dkk (1998: 117) menyatakan bahwa
5
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
belajar sains bukan hanya untuk memahami konsep-konsep ilmiah dan
aplikasinya dalam masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan
berbagai nilai. Menurut R. Rohandi (Sumaji, 1998: 113), pembelajaran
sains (fisika) tidak lain merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui
aktivitas berfikir anak. Dalam keadaan ini anak diberi kesempatan untuk
mengembangkan
pengetahuannya
secara
mandiri
melalui
proses
komunikasi yang menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan
pengetahuan yang akan atau harus ditemukannya. Pembelajaran fisika
seharusnya lebih menekankan pada proses kegiatan yang dialami siswa
melalui interaksi dengan lingkungan dalam menguasai konsep fisika
melalui penerapan aktivitas siswa itu sendiri.
Terdapat dua aspek penting dalam sains yaitu proses sains dan
produk sains. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk
sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau
metode pembelajaran yang salah satunya melalui kegiatan demonstrasi dan
praktik. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan demonstrasi, siswa
memperoleh penjelasan tentang konsep yang abstrak. Melalui kegiatan
praktik, siswa melakukan olah pikir dan tangan. Fisika merupakan
pengetahuan tentang alam, sehingga dalam pembelajarannya harus
mempertimbangkan pendekatan pembelajaran yang sesuai. Salah satu
pendekatan
yang sesuai
dalam
pembelajaran
fisika
yaitu
kerja
laboratorium. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran yang menggunakan
kerja laboratorium siswa akan lebih aktif dalam kegiatan eksperimen atau
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
praktikum, siswa akan langsung berinteraksi dengan alam dan siswa dapat
memperoleh konsep fisika yang dipelajarinya melalui kegiatan eksperimen
tersebut.
Sumaji (1998: 121) mengemukakan beberapa aspek penting yang
dapat diperhatikan dalam memberdayakan peserta didik melalui
pembelajaran IPA (fisika) sebagai berikut:
a. Pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan
pembelajaran,
siswa
telah
memiliki
berbagai
konsepsi,
pengetahuan yang relevan dengan apa yang mereka pelajari.
b. Aktivitas siswa melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam
menjadi hal yang utama dalam pembelajaran IPA (fisika).
c. Dalam setiap pembelajaran IPA (fisika), kegiatan bertanya baik
guru maupun siswa menjadi bagian yang penting, bahkan menjadi
bagian utama dalam pembelajaran.
d. Berkaitan dengan kegiatan bertanya bagi peserta didik, pertanyaan
“mengapa” menjadi hal yang fundamental dalam IPA (fisika).
Kemampuan peserta didik untuk memberi penjelasan tentang
kemengapaan fenomena alam akan sangat berguna dalam
memahami suatu masalah.
Berdasarkan beberapa hal di atas, dalam belajar IPA (fisika)
peserta didik lebih dilibatkan secara aktif dengan tujuan untuk
mengembangkan dan mengajarkan cara berfikir ilmiah. Dengan demkian,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8
kondisi seperti ini akan mampu menjadikan anak berdaya, yang sangat
berperan penting dalam kehidupan mereka sehari-hari
B. Pengajaran Untuk Siswa yang Memilih Jurusan IPA (Fisika)
Pengajaran fisika di kelas sebelum penjurusan dan sesudah
penjurusan tentu akan sedikit berbeda. Perbedaan yang paling mendasar
terletak pada jumlah jam pelajaran. Jumlah jam pelajaran fisika di jurusan
IPA akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jam pelajaran fisika
pada kelas yang belum dijuruskan. Dilihat dari segi siswanya, dapat
dikatakan bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA akan lebih siap
untuk menerima pengajaran di jurusan IPA. Dengan melihat kondisi ini,
maka guru fisika yang mengajar di jurusan IPA harus memperhatikan
pengajaran untuk siswa yang telah memilih jurusan IPA.
Menurut Suryawan (1989), mengajar fisika hanya dengan ceramah
sebenarnya bukanlah mengajar fisika, melainkan sekedar mengenalkan
fisika. Kegiatan laboratorium hendaknya dimasukkan dalam kegiatan
intrakurikuler (wajib, bukan sekedar penunjang), karena kegiatan
laboratorium adalah inti pengajaran fisika.
Laboratorium fisika adalah suatu tempat untuk melakukan
percobaan dan penelitian. Laboratorium fisika pada umumnya berupa
ruangan tertutup, tetapi dapat juga berupa ruangan terbuka.
Ditinjau dari tujuan dan fungsi pengajaran fisika di SMA serta
ditinjau dari hakekat dan sejarah/perkembangan fisika, laboratorium
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
sebagai tempat mengadakan percobaan dan penelitian sangat dibutuhkan
dan memegang peranan penting (essensial). Di lain pihak hasil penelitian
psikologi kependidikan menunjukkan bahwa banyak siswa SMA bahkan
mahasiswa yang belum berkembang cara berpikir formalnya. Ternyata
pola berpikir konkrit masih banyak digunakan secara luas. Dalam kaitan
inilah laboratorium fisika di SMA semakin terasa dibutuhkan, karena
melalui laboratorium beserta alatnya dapat diperoleh pengalaman langsung
dan dapat menampilkan obyek/benda konkrit dalam pengajaran fisika.
Menurut Suryawan (1989), ditinjau dari pendekatan dan metode
pengajaran fisika sesuai dengan hakekat fisika, peranan laboratorium
sangat penting dan sangat menunjang. Sebagaimana diketahui dalam
perkembangan fisika, peranan laboratorium bagi para ilmuwan dalam
menghasilkan produk/ilmu sangat dominan. Dengan demikian diharapkan
dan selalu ditekankan agar melalui kegiatan laboratorium, peran siswa
dalam proses belajar mengajar mempunyai porsi yang tinggi sehingga
dapat diharapkan kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik dapat berkembang secara lebih baik. Dalam pengajaran
fisika ditekankan tiga metode pokok dalam keseluruhan proses belajar
mengajar, yaitu: metode eskperimen, metode demonstrasi dan metode
diskusi informasi. Dua metode yang disebut terdahulu, di samping juga
metode yang ketiga sangat membutuhkan adanya laboratorium serta
pemanfaatannya yang optimal.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Ilmu
Pengetahuan
Alam
(fisika)
merupakan
10
himpunan
pengetahuan yang tersusun secara sistematik yang diperoleh dan
dikembangkan dengan metode ilmiah seperti observasi, klasifikasi,
eksperimen, dsb. Dengan alasan ini pengajaran fisika tidak hanya
menekankan pada perolehan produk/hasil (penguasaan konsep) tetapi juga
proses perolehan produk/hasil tersebut. Mengajar dengan pendekatan
keterampilan proses berarti memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menghayati fisika yang sebenarnya, yaitu yang menyangkut:
1. hasil ilmu,
2. proses berpikir atau penemuan, dan
3. sikap ilmiah.
Keterampilan proses dalam fisika mencakup keterampilan proses dasar
dan keterampilan proses lanjutan.
Sebagai salah satu sarana dalam pengajaran fisika, laboratorium
fisika dapat digunakan untuk menunjang/mengefektifkan kegiatan belajar
mengajar fisika di dalam kelas. Tetapi sebaliknya, kegiatan kelas dapat
pula
diusahakan
agar
menunjang
kegiatan
laboratorium.
Agar
laboratorium dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya tentulah
harus dilakukan pengelolaan yang baik. Kondisi laboratorium itu sendiri
juga menentukan. Penjagaan keamanan, pemeliharaan, pengaturan jadwal
pemakaian, penetapan peraturan dan tata tertib harus dilakukan.
Laboratorium fisika harus didesain sedemikian rupa agar memungkinkan
terlaksananya kegiatan-kegiatan laboratorium dengan baik.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
Menurut Suryawan (1989), di samping yang sudah disebutkan di
atas, dalam rangka mengoptimalkan penggunaan laboratorium perlu
diambil langkah-langkah:
1. Guru.
Guru harus dibekali keterampilan dan ditingkatkan kemampuannya
dalam menggunakan alat-alat laboratorium fisika. Di samping itu
faktor kemauan dari guru itu sendiri untuk terus belajar harus ada,
sehingga guru dapat cakap dan terampil dalam mengelola dan
mempersiapkan kegiatan-kegiatan laboratorium.
2. Siswa.
Kemauan dan kesadaran dari siswa harus ada dan perlu terus
ditingkatkan. Di samping pemberian keterampilan/kecakapan dalam
menggunakan alat-alat laboratorium fisika, peningkatan motivasi siswa
untuk belajar memahami fisika dengan proses berfikir ilmiah melalui
bantuan laboratorium juga harus terus ditingkatkan.
3. Petugas laboratorium.
Petugas
laboratorium
mengembangkan
hendaklah
mempunyai
pengetahuan/pemahaman
dan
tentang
terus
alat-alat
laboratorium
4. Fasilitas.
Walaupun disadari bahwa fasilitas/alat-alat laboratorium tidak mutlak
harus canggih (hasil teknologi), namun akan lebih baik lagi seandainya
fasilitas laboratorium terus ditingkatkan/disempurnakan. Di samping
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12
itu pemilihan alat-alat yang relevan tentu sangat menunjang
pendayagunaan laboratorium fisika.
5. Metode.
Untuk lebih mendayagunakan atau mengoptimalkan pengunaan
laboratorium, maka metode yang dapat digunakan adalah
a. Metode experiment. Sering disebut metode laboratorium.
b. Metode demonstrasi. Model pembelajaran dengan demonstrasi
diartikan sebagai model mengajar dengan pendekatan visual
agar siswa mengamati proses, informasi, perisitiwa, dan alat
dalam pelajaran fisika.
c. Widya wisata/karya wisata (Field Trip).
Mengajar dengan
wisata artinya guru mengajar para siswa untuk belajar fisika
bukan di ruang kelas, tetapi mereka diajak pergi ke tempat
wisata yang mengandung nilai fisika atau saintifik.
d. Pameran karya fisika. Yang dimaksud dengan karya fisika
adalah karya siswa entah pribadi atau kelompok, yang memang
ditugaskan guru untuk dibuat, dan setelah selesai karya-karya
itu akan dipamerkan untuk umum, untuk siswa sekolah lain,
untuk orang tua, dan juga peminat pendidikan.
e. Pemanfaatan laboratorium untuk kegiatan Karya Ilmiah
Remaja (KIR), khususnya yang berkaitan dengan fisika.
6. Perencanaan dan waktu pelaksanaan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
Perencanaan kegiatan laboratorium hendaknya dilakukan secermat dan
setepat mungkin sehingga dengan waktu yang tersedia dapat
dilaksanakan kegiatan-kegiatan laboratorium dengan baik.
C. Peran Guru IPA/Fisika dalam Membangun Minat Siswa dalam
Mempersiapkan Karier dalam Bidang IPA
Untuk membangun minat siswa dalam mempersiapkan karier siswa
dalam bidang IPA, guru diharapkan memahami beberapa aspek selain
materi fisika yang diajarkan. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa
bertujuan untuk berkarier dalam Bidang IPA/Fisika.
Dengan menyadari bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh
siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk dapat berkarier di
bidang
IPA/Fisika,
guru
diharapkan
mampu
secara
optimal
mengembangkan peserta didik dengan tidak hanya sebagai pembelajar,
melainkan juga sebagai pembimbing peserta didik dalam mengenal
dirinya dan lingkungannya. Dengan kesadaran ini guru berusaha
membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang
dimilikinya,
membimbing
siswa
agar
dapat
mencapai
dan
melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan
ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu
yang mandiri dan produktif. Kesadaran guru akan hal ini juga
didasarkan pada Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14
Kompetensi Mata Pelajaran, dimana di sana dijelaskan 5 tujuan mata
pelajaran fisika di SMA antara lain:
a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran
Tuhan Yang Maha Esa.
b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis
dan dapat bekerjasama dengan orang lain.
c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang
dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan
secara lisan dan tertulis.
d. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah,
mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang
dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan
menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan
secara lisan dan tertulis.
e. Menguasai
konsep
dan
prinsip
fisika
serta
mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang
lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
2. Guru memahami karakteristik yang membuat IPA/Fisika berbeda
dilihat dari hakekat IPA/Fisika itu sendiri.
Bidang ilmu sosial atau IPS dapat diartikan dengan
“penelaahan atau kajian tentang masyarakat”. Dalam mengkaji
masyarakat, guru dapat melakukan kajian dari berbagai perspektif
sosial, seperti kajian melalui pengajaran sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, politik-pemerintahan, dan aspek psikologi
sosial yang disederhanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Sedangkan IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains
merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif
dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode
tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku
secara universal”. selain itu IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang
diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu
dengan
melakukan
observasi,
eksperimentasi,
penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya
kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Cara memahami karakteristik IPA/fisika dengan memahami
hakekat dari sains itu sendiri. Karena fisika merupakan bagian dari
sains, maka hakekat fisika dapat dilihat dari hakekat sains. Perhatikan
definisi-definisi sains berikut ini.
Science is a problem solving activity conducted by humans who
are motivated by a curiosity about the world around them and a desire
to understand that world, or by a desire to manipulate the world in
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
16
order to satisfy other wants or needs, or by both of these. (Dawson
dalam Severinus, 2013)
Science is not just a collection of laws, a catalogue of facts, it
is a creation of human mind with its freely invented ideas and
concepts. Physical theories try to form a picture of reality and to
establish its connentions with the wide world of sense impressions.
(Einstein & Infield 1938 dalam Severinus, 2013)
Science is
a) Body of knowledge
b) Method
c) Way of knowing, or the values and beliefs inherent to scientific
knowledge and its development (Ledermann, Norman, dalam
severinus, 2013)
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sains
termasuk di dalamnya fisika, memiliki tiga aspek yaitu (1) aspek
pengetahuan, (2) aspek proses, (3) aspek sikap.
Aspek pengetahuan.
Fisika sebagai body of knowledge berisi fakta, konsep, prinsip,
hukum dan teori. Ini adalah produk ilmiah dari fisika.
Aspek proses.
Fisika sebagai proses ilmiah berisi keterampilan proses ilmiah
yang harus dilaksanakan untuk menghasilkan produk ilmiah. Ini
dikenal sebagai metode ilmiah (scientific method) yang berisi langkahlangkah merumuskan masalah, menyusun hipotesis, melakukan
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik
kesimpulan.
Aspek sikap.
Dalam melaksanan proses ilmiah, seorang fisikawan didorong
dan dikendalikan oleh sikap-sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17
skeptis atau selalu minta bukti, terbuka terhadap pendapat lain, jujur,
obyektif, setia pada data, teliti, kerjasama, dan tidak mudah menyerah.
3. Guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa.
Semiawan
(1985)
mengidentifikasi
empat
alasan
yang
melandasi perlunya diterapkan pendekatan keterampilan proses dalam
kegiatan belajar-mengajar sehari-hari. Alasan pertama, perkembangan
ilmu pengetahuan semakin cepat sehingga tak mungkin lagi para guru
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Alasan kedua,
para ahli psikologi umumnya sependapat bahwa anak-anak mudah
memahami konsep-konsep yang rumit dan abstrak jika disertai dengan
contoh-contoh konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, dengan mempratekkan sendiri upaya
penemuan konsep melalui perlakuan terhadap pernyataan fisik, melalui
penanganan benda-benda yang bersifat nyata. Alasan ketiga,
penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak benar seratus
persen, penemuan bersifat relatif. Alasan keempat, dalam proses
belajar-mengajar seyogyanya pengembangan konsep tidak dilepaskan
dari pengembangan sikap dan nilai dalam diri anak didik.
D. Persepsi Guru terhadap Siwa yang telah Memilih Jurusan IPA
Pengindraan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat indera. Namun, proses tersebut tidak berhenti sampai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18
di situ saja. Pada umumnya stimulus tersebut diteruskan ke syaraf otak
sebagai pusat susunan syaraf dan proses selanjutnya merupakan proses
persepsi. Proses pengindraan terjadi setiap saat, yaitu pada waktu individu
menerima stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera
merupakan penghubung antara individu dengan dunia luar (Woodworth
dan Marquis dalam Bimo Walgito, 1991:53). Persepsi adalah proses
pemberian arti oleh seseorang kepada berbagai rangsangan atau stimulus
yang diterimanya (Hiam dan Schewe, 1994:212). Mengutip Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1990:675), persepsi diartikan sebagai suatu tanggapan
(penerimaan langsung atau proses seseorang mengetahui beberapa hal
melalui pancaindra. Semua orang sangat mudah melakukan perbuatan
melihat, mendengar, membaui atau mencium, merasakan dan menyentuh,
yaitu proses-proses yang sudah semestinya ada. Namun, informasi yang
datang
dari
organ-organ
indera
kiranya
perlu
terlebih
dahulu
diorganisasikan dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, proses ini
dinamakan persepsi/ perception (Soenardi, 1988:83)
Menurut Purwantini dan Purwanti (2007) menyatakan bahwa
persepsi adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasikan dan
menginterpretasikan rangsangan dari luar/lingkungan melalui panca indera
sehingga individu mengerti dan menyadari apa yang ditangkap oleh
inderanya.
Dalam
hal
ini,
persepsi
merupakan
proses
pemahaman,
penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian oleh guru terhadap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
proses pembelajaran di jurusan IPA. Guru fisika harus menyadari dan
memahami bahwa siswa yang telah memilih jurusan IPA karena
mempunyai kepentingan tertentu, yaitu karier yang akan digeluti di masa
depan, yang berkaitan dengan jurusan IPA. Sehingga dengan pandangan
ini guru mengupayakan pengajaran yang menuntun siswa untuk lebih
mengenal dirinya.
E. Bimbingan Karier yang Dilakukan oleh Guru Fisika
Masa remaja merupakan masa pembentukan identitas. Identitas
karier merupakan bagian dari identitas diri yang dibentuk pada masa
remaja. Identitas karier adalah jalur pekerjaan atau karier yang ingin
ditekuni di masa depan (Santrock, 2013). Untuk dapat menemukan
identitas karier, remaja perlu menempuh proses perkembangan karier dan
mencapai kematangan karier.
Karier itu sendiri didefinisikan sebagai gabungan dan rangkaian
peran yang dijalani individu dalam kehidupannya (Super, 1980). Menurut
Greenhauss, Callanan dan Godshalk dalam wirastari dkk (2013), karier
merupakan pola pengalaman yang berkaitan dengan pekerjaan dalam
sepanjang hidup individu. Selanjutnya, Arnold dalam Wirastari (2013)
menjelaskan bahwa pengalaman dalam pekerjaan juga berkaitan dengan
posisi, peranan, dan aktivitas yang mendukung proses kerja individu.
Pendidikan, kegiatan hobi, peran keluarga dan tugas rumah tangga juga
dapat mendukung proses bekerja, meskipun hal-hal tersebut tidak
langsung berhubungan dengan pekerjaan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
Berdasarkan definisi dari para ahli tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa karier merupakan peran dan pengalaman individu,
baik yang berkaitan langsung dengan pekerjaan maupun yang tidak
langsung mendukung pekerjaan yang ditekuni dalam kehidupannya.
Setelah diperoleh pemahaman tentang pengertian karier, maka
akan dikemukakan tentang pengertian bimbingan karier. Bimbingan karier
lebih menitikberatkan kepada perencanaan kehidupan, yang terlebih
haruslah mempertimbangkan potensi-potensi diri yang dimilikinya serta
lingkungan sekitar agar mereka memperoleh dan memiliki pandangan
yang cukup luas dari pengaruh terhadap berbagai peranan positif yang
layak dilaksanakan dalam masyarakat.
Menurut pengertian Donald E. Super dalam Sukardi (1987: 21-22),
bimbingan karier memiliki beberapa ciri-ciri, di antaranya:
a. Bimbingan karier adalah merupakan suatu proses yang bertujuan untuk
membantu individu menumbuhkan gambaran dirinya.
b. Bimbingan karier adalah suatu bantuan layanan untuk membantu
individu menumbuhkan dan menerima peranan yang dilakukannya
dalam dunia kerja.
c. Bimbingan karier adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang
bertujuan membantu individu memperoleh kesempatan untuk mencoba
dan memilih pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
d. Bimbingan karier adalah suatu bentuk layanan bimbingan yang
bertujuan untuk membantu individu memperoleh gambaran dirinya
dalam dunia kerja.
Dari defenisi di atas, disimpulkan bahwa bimbingan karier tidak
semata-mata hanya dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling
melainkan guru mata pelajaran dalam hal ini guru fisika juga ikut terlibat
dalam mengarahkan siswa mencapai karier
yang diinginkannya.
Bimbingan karier yang dilakukan oleh guru fisika menekankan pada
penyelenggaraan pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, atau dengan
kata lain guru fisika membantu siswa untuk memperoleh gambaran diri
siswa lewat proses belajar mengajar. Guru fisika mendidik, mengajar,
mengarahkan, melatih, dan membimbing siswa lewat proses pengajaran
yang dilakukan. Ini merupakan cara yang dilakukan oleh guru untuk
memperiapkan karier siswa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam sebuah penelitian sangat erat hubungannya dengan suatu
metode, karena penggunaan metode dalam penelitian harus disesuaikan
dengan permasalahan dan tujuan yang akan dikaji. Keberhasilan dalam
sebuah penelitian tidak terlepas dari suatu metode yang digunakan dalam
pelaksanaan pengumpulan data dan analisis data. Dalam penelitian ini
metode yang digunakan adalah studi deskriptif yang sifatnya penelitian
kualitatif.
Riset kualitatif mempunyai setting alamiah sebagai sumber
langsung data dan peneliti merupakan instrumen kunci. Peneliti terlibat
langsung dalam sekolah atau tempat yang diteliti. Insight peneliti menjadi
dasar analisis. Konteks penelitian sangat penting karena anggapannya
adalah sesuatu hal dapat dimengerti lebih baik dalam konteksnya.
Anggapan dasar lain: tingkah laku manusia dipengaruhi oleh setting di
mana hal itu terjadi.
Riset kualitatif bersifat deskriptif. Data dikumpulkan dalam bentuk
kata-kata, gambar, keadaan, daripada bilangan. Termasuk data adalah
transkrip interview, fieldnotes, foto, videotapes, dokumen pribadi dan
ofisial, memo dan record lain. Peneliti menganalisis data dengan segala
22
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
23
kekayaannya sedekat mungkin, dengan bentuk-bentuk data yang terekam.
Anggapannya: semuanya punya andil dalam menjelaskan apa yang sedang
dipelajari. Informasi dan pengungkapan detail sangat penting dalam riset
kualitatif; bukan hanya kesimpulan atau rangkuman.
Penelitian kualitatif lebih tertarik pada proses daripada hasil akhir.
Strategi kualitatif menekankan bagaimana harapan-harapan diterjemahkan
dalam kegiatan-kegiatan, prosedur dan interaksi setiap hari.
Peneliti kualitatif cenderung menganalisis data secara induktif.
Tidak mencari data/bukti untuk membuktikan atau tidak membuktikan
hipotesis yang dipunyai sebelumnya; tetapi lebih mengabstraksikan hal-hal
yang khusus. Meaning atau makna merupakan perhatian utama bagi
pendekatan kualitatif. Maka peneliti boleh terus bertanya, apa maksud dari
data-data itu (Paul Suparno ,2010: 153-154).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitan dilakukuan di beberapa SMA di Yogyakarta. Adapun
SMA-SMA tersebut yakni: SMA K, SMA L, SMA M, dan SMA N.
2. Waktu
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 Tahun
Ajaran 2014/2015.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru fisika kelas XI di 4 sekolah yang
berbeda dimana keempat sekolah tersebut semuanya berada di
Yogyakarta. Keempat sekolah tersebut dalam penelitian ini disimbolkan
atau diberi inisial. Keempat sekolah ini adalah sekolah K, sekolah L,
sekolah M, dan sekolah N. Guru fisika kelas XI yang menjadi subyek
penelitian karena ruang lingkup penelitian ini adalah penjurusan, dimana
guru kelas XI sangat berperan penting pada tingkat ini. Alasan lain yang
mendasari adalah peneliti berasal dari jurusan pendidikan fisika.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, variabelnya adalah persepsi guru fisika kelas
XI mengenai siswa yang telah memilih jurusan IPA.
E. Desain Penelitian
1. Kegiatan Penelitian
Penelitian ini diawali dengan mencari sekolah-sekolah yang bisa
menerima penelitian di semester genap tahun ajaran 2014/2015. Dari
kegiatan awal ini diperoleh dua sekolah negeri dan dua sekolah swasta.
Setelah pihak sekolah mengizinkan untuk diadakan penelitian maka,
langkah selanjutnya adalah berkoordinasi dengan guru fisika kelas XI
untuk memberikan gambaran tentang teknik pengambilan data dan
jadwal pengambilan data. Jadwal pengambilan data ini disepakati oleh
guru dengan peneliti dengan catatan tidak mengganggu jadwal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
25
mengajar guru yang bersangkutan. Jadwal pengambilan data ini
disesuaikan juga antara satu sekolah dengan sekolah yang lain
sehingga menghindari adanya jadwal yang bertabrakan.
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen
wawancara. Wawancara yang dilakukan bersifat terstruktur dengan
adanya pedoman wawancara. Dari jawaban hasil wawancara bersama
guru fiska kelax IX bisa menghasilkan pertanyaan tambahan untuk
mendapatkan data yang lebih lengkap. Data tentang informasi
mengenai persepsi guru fisika kelas IX dari tiap sekolah yang
diperoleh kemudian dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil
dan kesimpulan dari penelitian.
F. Instrumen Penelitian
Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data.
Termasuk di dalamnya bagaimana memilih atau mendesain instrumen dan
menentukan keadaan agar instrumen itu dapat digunakan/dipraktekkan.
Maka termasuk di dalamnya: di mana data akan dikumpulkan; kapan data
akan dikumpulkan; berapa kali data akan dikumpulkan; instrumen yang
mau digunakan, dan siapa yang mengumpulkan data.
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian. Bentuknya dapat berupa: tes tertulis, angket, wawancara,
dokumentasi, dan observasi (Paul Suparno, 2010:56).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
26
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa
pedoman wawancara. Pedoman wawancara tersebut dibuat sendiri oleh
peneliti.
Pedoman wawancara merupakan sebuah alat yang dapat membantu
diperolehnya informasi yang lebih akurat. Wawancara dalam pengambilan
dilakukan secara bebas terstruktur. Artinya, peneliti mempunyai pedoman
wawancara namun, dari hasil wawancara dengan narasumber bisa
diperoleh pertanyaan baru yang dapat ditanyakan pada narasumber untuk
memperkaya data yang didapatkan. Pada pedoman wawancara berisi
beberap pertanyaan terkait dengan persepsi guru fisika kelas XI mengenai
siswa yang telah memilih jurusan IPA. Adapun pedoman wawancara yang
digunakan oleh peneliti untuk pengambilan data yaitu sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran seperti apa yang guru berikan kepada siswa
setelah siswa dijuruskan ke IPA.
2. Proses pembelajaran yang guru berikan kepada siswa apakah
sesuai dengan kebutuhan siswa (memperhatikan karir/cita-cita
siswa dan faktor lainnya atau hanya sesuai tuntutan sekolah) atau
tidak.
3. Pada saat mengajar, guru hanya memperhatikan materi fisika yang
harus dikuasai atau dimiliki siswa saja atau ada hal lain.
4. Guru memperhatikan atau tidak karier atau cita-cita pekerjaan yang
ingin diraih siswa.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
5. Cara guru fisika yang mengajar di kelas IPA mempersiapkan karir
atau cita-cita siswa IPA kelak.
6. Guru menyadari atau tidak bahwa kelas IPA harus memiliki atau
menguasai keterampilan proses sains atau kerja ilmiah.
7. Cara guru mengimplementasikan keterampilan proses sains atau
kerja ilmiah kepada siswa dalam proses belajar.
8. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa IPA (melalui Lab).
9. Kondisi dan kelengkapan alat-alat yang tersedia di Lab dan
seberapa sering guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan
atau pratikum di Lab.
10. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains jika alat-alat
yang tersedia di Lab kurang lengkap atau kondisi Lab yang kurang
kondusif atau jarangnya melakukan praktikum di Lab.
G. Metode Pengumpulan Data
Metode perolehan data dalam penelitian ini menggunakan
instrumen pertanyaan untuk wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dalam wawancara berupa pertanyaan untuk memperoleh
informasi perihal persepsi guru fisika kelas XI mengenai siswa yang telah
memilih jurusan IPA. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada
narasumber berasal dari pedoman wawancara yang telah dipersiapkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
28
lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan dalam wawancara dapat berkembang
berdasarkan jawaban dari narasumber.
H. Analisis Data
Menurut Paul Suparno (2010: 121-122) analisis data sesudah
pengumpulan data adalah membuat transkrip, kategorisasi coding, dan
mekanika mengerjakan data.
Semua data yang masih belum berwujud bahasa tertulis perlu
ditranskrip ke tulisan terlebih dahulu. Dalam penelitian ini data masih
dalam wujud rekaman sehingga perlu ditulis dalam bentuk tulisan.
Pengambilan data hasil wawancara memerlukan bantuan alat rekam untuk
merekam percakapan saat wawancara berlangsung. Alat rekam yang
digunakan saat pengambilan data minimal menggunakan dua alat rekam,
hal ini dilakukan untuk antisipasi jika salah satu alat rekam kurang baik
saat merekam ataupun menghindari kemungkinan kehilangan data dalam
rekaman tersebut. Adapun rekaman hasil wawancara ditulis secara
keseluruhan untuk mendapatkan data yang asli.
Data-data yang sudah ditranskrip, dibaca dengan teliti dan diberi
tanda (coding). Coding diwujdukan dalam suatu kata yang menunjukan isi
dari bagian data tertentu. Data-data yang sama Coding-nya disatukan,
sehingga peneliti menjadi tahu pola yang sering muncul. Pola yang sama
itu kemudian diberi nama dengan konsep tertentu yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
29
Dalam mekanika mengerjakan data, secara sederhana, peneliti
memotong-motong data yang sudah diberi kode. Kemudian data-data yang
berkode sama disatukan. Setelah disatukan, diberi nama dengan suatu
kategori yang menyatakan isinya. Setelah itu kategori yang dekat
disatukan dalam konsep yang sama. Langkah selanjutnya peneliti
mengurutkan konsep-konsep yang ditemukan. Langkah terakhir adalah
menulis laporan secara lengkap berdasarkan konsep-konsep yang
ditemukan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
DATA, ANALISIS DATA
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015 tahun ajaran
2014/2015. Penelitian di empat sekolah tersebut dilaksanakan pada hari
dan tanggal yang berbeda. Penelitian ini dilaksanakan di empat Sekolah
Menengah Atas (SMA) di Yogyakarta. Agar lebih mudah dalam
menganalisis dan membahas, peneliti mengganti nama SMA dan nama
guru. Untuk SMA pertama yang diteliti diberi nama Sekolah K, Untuk
SMA kedua yang diteliti diberi nama Sekolah L, untuk SMA ketiga yang
diteliti diberi nama Sekolah M, dan untuk SMA keempat yang diteliti
diberi nama Sekolah N. Sekolah K dan Sekolah L adalah sekolah negeri,
sedangkan Sekolah M dan Sekolah N adalah sekolah swasta.
Penelitian pada keempat sekolah ini melibatkan 5 orang guru fisika
kelas IX. Pertimbangan peneliti untuk meneliti lima guru di 4 sekolah
yang berbeda adalah faktor efisiensi waktu, tenaga, dan biaya. Menurut
peneliti, apabila hanya meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh
belum cukup dan kurang bervariasi. Penelitian pada sekolah K melibatkan
dua guru perempuan (sebut saja Guru A dan Guru B), penelitian pada
sekolah L melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja Guru C),
penelitian pada sekolah M melibatkan seorang guru laki-laki (sebut saja
guru D), dan penelitian pada sekolah N melibatkan seorang guru laki-laki
30
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
(sebut saja guru E). Kegiatan pengambilan data berupa wawancara dengan
kelima guru fisika kelas IX ini dilaksanakan pada waktu luang dari
masing-masing guru sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar
mengajar di kelas. Kegiatan yang dilaksanakan selama peneltian dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 4.1
Daftar Pelaksanaan Penelitian
No
Tanggal Pelaksanaan
1 Kamis
26 Maret 2015
Pukul 12.30 - selesai
2
3
4
5
Jumad
27 Maret 2015
Pukul 09.18 – selesai
Senin
30 Maret 2015
Pukul 09.41 – selesai
Rabu
1 April 2015
Pukul 10.47 – selesai
Kamis
9 April 2015
Pukul 12.40 – selesai
Perlakuan
Wawancara dengan
Guru A di sekolah K
Wawancara dengan
Guru B disekolah K
Wawancara dengan
Guru C di sekolah L
Wawancara dengan
Guru D di sekolah M
Wawancara dengan
Guru E di sekolah N
B. Deskrispi Guru
Pada penelitian ini subyek yang diteliti merupakan guru SMA di
Yogyakarta. Peneliti mengambil subyek penelitian sebanyak 5 guru dari
empat sekolah yang berbeda. Dari kelima guru itu masing-masing
memiliki pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Kelima guru ini di
beri inisial karena tujuan penelitian ini bukan untuk membandingkan guru
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
mana yang lebih baik antara yang satu dengan lainnya, melainkan untuk
memperbanyak pengetahuan peneliti tentang pengajaran yang dilakukan
oleh guru di jurusan IPA sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi bekal
untuk peneliti waktu mengajar nantinya. Menurut peneliti, apabila hanya
meneliti satu guru saja, dirasa data yang diperoleh belum cukup dan
kurang bervariasi. Selain itu juga untuk memudahkan peneliti dalam
menganalisis datanya. Untuk lebih jelasnya, kelima guru tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Guru A
Guru A adalah seorang guru perempuan lulusan salah
satu Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1989. Guru A
termasuk dalam kategori guru senior dikarenakan pengalaman
mengajar sebagai guru fisika sudah mencapi 26 tahun.
2. Guru B
Guru B adalah seorang guru perempuan lulusan salah
satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 1999.
Pengalaman mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah
mencapai 16 tahun
3. Guru C
Guru C adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu
Unversitas swasta di Yogyakarta pada tahun 1995. Pengalaman
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
33
mengajar sebagai guru fisika sampai saat ini sudah mencapi 20
tahun.
4. Guru D
Guru D adalah seorang guru laki-laki lulusan salah satu
Universitas negeri di Yogyakarta pada tahun 1982. Guru D
merupakan guru senior. Pengalaman mengajar sebagi guru
fisika sampai saat ini sudah mencapi 26 tahun
5. Guru E
Guru E adalah seorang guru laki-laki muda lulusan
salah satu Universitas swasta di Yogyakarta pada tahun 2014.
Sampai saat ini lama mengajar sebagai guru fisika sudah
mencapai satu setengah tahun.
C. Data Penelitian
Peneliti telah melakukan proses pengumpulan data dengan
merekam kegiatan wawancara dengan masing-masing guru. Dari data
yang diperoleh kemudian di transkrip.
D. Analisis Data
Peneliti telah melakukan penelitian kepada Guru A, Guru B, Guru
C, Guru D dan Guru E, dan mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk proses analisis data. Peneliti melakukan analisis data secara
deskriptif kualitatif.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
Untuk mengetahui peran guru dalam membangun minat siswa
dalam mempersiapkan karier dalam bidang IPA, peneliti membagi
menjadi tiga kriteria yaitu (1) Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika
yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier
dalam bidang IPA/Fisika, (2) Pemahaman guru mengenai karakteristik
yang membuat IPA/Fisika berbeda, (3) Cara guru mengembangkan
keterampilan proses sains atau kerja ilmiah kepada siswa.
1. Kesadaran guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa
bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam Bidang
IPA/Fisika.
Nama
Guru
Pernyataan
Guru A
“Oh ia sih menurut saya, itu
heterogen ada yang memang
senangnya belajar IPA artinya
karena dia merasa lebih enjoy
belajar IPA dari pada belajar IPS.
Tapi ada juga yang tidak menutup
kemungkinan, sekarang jurusan
IPA kan lebih banyak mempunyai
peluang untuk masuk perguruan
tinggi daripada yang IPS, lebih
banyak lebih luas itu sehingga
mereka pilih itu. Kalau zaman
sekarang orang tua kayanya ngga
terlalu memaksakan anaknya tapi
hanya mendukung aja gitu
yah.Tetapi yah memang itulah
rata-rata memilih jurusan IPA
kalau ditanya satu per satu anakanak yah kebanyakan karena
memang pengennya, senangnya
Analisis
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru A, peneliti menemukan bahwa Guru A
menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu
disebabkan karena memang siswa merasa senang untuk
belajar IPA. Namun di lain pihak guru juga menyadari
bahwa siswa mempunyai pengembangan cara berpikir
yang berbeda dimana siswa memandang jurusan IPA
yang dipilihnya itu akan mempunyai peluang lebih besar
untuk masuk ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu
perguruan tinggi dari pada jurusan IPS.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
tuh belajar IPA dari pada IPS”.
[pernyataan Guru A hal 74]
“Kalau harapan saya pribadi yah
konsisten gitu yah sudah memilih
IPA yah mestinya terus konsisten,
alasannya apa dulu memilih IPA,
karena saya lebih senang belajar
IPA, setelah itu yah mesti harus.
kalau saya menangkapnya seperti
itu, tapi toh itu pilihan mereka,
kita ngga ngerti yah, dalam benak
nanti mereka tidak masuk
pekerjaan yang di bidang IPA pun
mesti ada. Peluang untuk masuk
ke non IPA juga besar juga,tapi
paling tidak menurut saya pola
pikir orang IPA itu kan apapun itu
tetap beda dengan orang IPS.
berpikir tahap teknis habis itu ini,
habis itu ini itu, mungkin dengan
model pembelajaran IPA lebih
besar cara seperti itu”.
35
Selain menyadari alasan dari siswa sendiri kenapa
memilih jurusan IPA, guru A juga mempunyai kesadaran
dan harapan untuk siswa yang telah memilih jurusan
IPA. Kesadaran yang dimiliki oleh Guru A yaitu siswa
yang telah memilih jurusan IPA akan mempunyai pola
pikir yang berbeda dengan siswa yang memilih bukan
jurusan IPA. Pola pikir yang berbeda di sini yaitu anak
memiliki pola pikir yang lebih kritis. Pola pikir kritis
anak tersebut merupakan salah satu sikap ilmiah yang
harus dimilikinya. Harapan yang dimiliki oleh Guru A
yaitu siswa yang telah memilih jurusan IPA/Fisika
nantinya akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
[pernyataan Guru A hal 75]
lebih tinggi di bidang IPA/Fisika dan nantinya juga akan
berkarier di bidang yang sama yaitu bidang IPA/Fisika.
“Mesti sebelum bekerja kan
mereka harus anu dulu harus ke
perguruan tinggi dulu kan,nah itu
kalau
menurut
saya
kan
memangnya yang dibangun bukan
cuma harus ngerti ilmunya yah
tapi yang dibangun itu adalah
kecintaanya pada yang mau
ditekuni. Supaya dia tekun disitu
kan dia harus cinta dulu”.
“Ternyata memang ada beberapa
anak itu cinta fisika sekalipun
mungkin dari sisi nilai dia ngga
bagus. Tapi itu saya menekankan,
ibu tidak melatih kamu untuk
mengejar nilainya, tapi kejarlah
ilmunya fisikanya”.
Guru A mempunyai kesadaran bahwa siswa yang
masuk jurusan IPA/Fisika ini nantinya akan melanjutkan
ke perguruan tinggi. Oleh sebab itu dalam pengajaran
yang dilakukan, Guru A berusaha untuk membuat siswa
mencintai fisika-nya. Guru A menyadari bahwa dalam
proses belajarnya, anak harus dibuat mencintai apa yang
sedang dan nanti dipelajari. Dengan membuat anak
mencintai fisika-nya, maka anak tersebut akan semangat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“Memberikan wawasan bahwa
banyak kok fisika itu tidak
sekedar pelajaran fisika tapi
banyak hampir semua yang ada di
lingkungan kita itu semua itu
butuh fisika”.
[pernyataan Guru A hal 76,77]
36
dan tekun dalam belajar fisika. Cara Guru A
mengembangkan kecintaan anak terhadap fisika yaitu
memberikan motivasi terhadap anak dengan cara
membuka pikiran anak bahwa segala sesuatu yang ada di
sekitar kita selalu berhubungan atau berkaitan dengan
fisika, atau secara sederhana mengkaitkan kehidupan
sehari-hari dengan fisika-nya. Guru A menyadari anak
masih memiliki proses yang lebih panjang sehingga
dengan membuat mereka mencintai ilmunya, anak akan
lebih tekun dan lebih kreatif. Hal ini ditunjukkan dengan
beberapa anak yang menurut Guru A mempunyai nilai
pelajaran fisika yang tidak begitu tinggi tapi melanjutkan
ke perguruan tinggi dengan memilih jurusan teknik
fisika. Alat ukur kemampuan seorang anak tidak hanya
diukur dari kemampuan mengerjakan soal ujian tapi
masih banyak alat ukur yang lain misalkan keterampilan
membuat alat, dimana yang ditekankan di sini adalah
kreativitas anak.
Peneliti: Apakah dalam proses
pembelajaran itu selain motivasi
ibu memberikan sesuatu di luar
motivasi untuk bisa meningkatkan
keterampilan mereka itu bu?
Guru A juga mempunyai kesadaran bahwa dalam
meningkatkan keterampilan anak dalam hal ini bersikap
ilmiah, tidak hanya dalam hal motivasi tetapi juga lewat
Guru A: Biasanya itu yang bisa
dilakukan dalam keadaan yang
terbatas yah paling hanya alat-alat
lab. Ngga ada alat yang cukup yah
biasanya demonstrasi gitu yah.
pembelajaran di laboratorium. Apabila sekolah memiliki
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Demonstrasi artinya biar kita itu
biar anak-anak itu ngga anu yah
walaupun banyak yah sekarang
misalnya mau merangkai itu kan
sekarang udah ada animasi itu
loh,cuma kan ngga lihat alatnya
yang benar juga kadang bingung.
[pertanyaan dan pernyataan Guru
A hal 78]
37
keterbatasan alat maka diganti dengan demonstrasi.
Salah satu tujuan demonstrasi ini yaitu menghindari
kebingungan siswa apabila siswa tidak melihat alatnya
secara
langsung
melainkan
lewat
video
animasi
pembelajaran.
Dari hasil analisis permyataan Guru A, dapat
dikatakan bahwa Guru A mempunyai kesadaran yang
tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika
akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran
Guru A itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu
dengan membangun kecintaan anak terhadap ilmu fisika
dengan cara memotivasi siswa serta meningkatkan
keterampilan siswa lewat pengajaran fisika melalui
laboratorium.
Guru B
“Karena di K 13 memang
diharuskan seperti itu yah. Jadi
karakteristik anak itu betul-betul
diperhatikan, itu kan kalau jumlah
siswanya sedikit, karena ini
kembali ke KTSP dimana jumlah
siswanya banyak, tidak mungkin
ibu memperhatikan kebutuhan
anak satu per satu. Jadi saya
global saja, rata-rata dari anak ini
yang saya olah seperti itu. Jadi
ngga memandang satu persatu
gitu, karena kita kan terkendala
waktu. Waktu mengajar efektif
kan cuman sebentar, banyak
liburnya padahal materi kan sudah
harus selesai”.
[pernyataan Guru B hal 93]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru B, peneliti menemukan bahwa dalam
proses belajar mengajar, Guru B mempunyai kendala
terutama dalam hal waktu. Guru B menganggap waktu
efektif
untuk
pembelajaran
menjadi
berkurang
disebabkan karena banyaknya hari libur dalam tiap
semester, padahal materi yang dituntut dalam kurikulum
yang
sudah
ditetapkan
oleh
pemerintah
harus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
diselesaikan. Hal ini berdampak juga pada kesadaran
Guru B untuk memperhatikan kebutuhan anak yang
sudah memilih jurusan IPA. Kebutuhan tiap anak tidak
menjadi hal yang diutamakan tapi penyelesaian materi
yang menjadi hal yang lebih diutamakan. Dengan jumlah
siswa yang banyak dan waktu efektif yang sudah
berkurang karena banyaknya hari libur sementara materi
harus diselesaikan sehingga tidak memungkinkan Guru
B memperhatikan kebutuhan tiap masing-masing anak.
Kebutuhan anak diperhatikan secara umum.
Dalam pengajaran di Jurusan IPA, Guru B
“Kalau di kelas X saya tidak
mengunggul-unggulkan
IPA
kalau IPA itu lebih itu ngga
karena saya juga menghormati
anak-anak yang bakatnya tidak di
IPA tapi begitu mereka di kelas
XI dan sudah jelas jurusannya
IPA, saya selalu memberikan
angin segar bahwa kalau di IPA
itu untuk masa depan itu lebih
luas jangkuannya, saya selalu
memberi motivasi seperti itu.
Kalian mau dimana saja bisa,
bahkan mau meramba ke IPS pun
bisa bahkan bersaing dengan anak
IPS itu bisa, itu kelebihan kamu
yang harus kalian kembangkan”.
[pernyataan Guru B hal 93]
memiliki pengembangan pola berpikir yang berbeda
mengenai siswa yang berada di jurusan IPA. Guru B
memiliki pandangan bahwa siswa yang di jurusan IPA
akan mempunyai peluang lebih luas untuk memasuki
dunia kerja. Hal ini disebabkan karena siswa yang telah
memilih jurusan IPA bisa bersaing dengan siswa yang
telah memilih jurusan IPS untuk merebut peluang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
dalam bidang sosial dan nantinya akan bekerja di bidang
sosial juga.
Dari analisis pernyataan Guru B, dapat dikatakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
39
bahwa Guru B kurang mempunyai kesadaran bahwa
siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier
dalam bidang IPA/Fisika.
Guru C
“Banyak
diantara
mereka
mengambil itu karena kepingin
kuliah di IPA yah, misalnya di
teknik dan lain sebagainya. Itu
bapa menyadari hal itu, karena
memang sebagian besar arahnya
kesana, mereka pingin ke teknik,
ke dokteran dan lain sebagainya.
Jadi kita berikan sesuai dengan
kebutuhan sesuai kita jangan
menyimpang dari kurikulum,
silabus, RPP.”
[pernyataan Guru C hal 97]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru C, peneliti menemukan bahwa, Guru C
menyadari bahwa jurusan IPA yang telah dipilih oleh
siswa
itu
karena
siswa
memiliki
tujuan
untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi yang
berkaitan dengan IPA/Fisika. Guru C menyadari bahwa
siswa yang mengambil jurusan IPA karena keinginan
untuk melanjutkan kuliah di bidang IPA. Dalam
pengajarannya, Guru C memberikan sesuai dengan
kebutuhan siswa itu sendiri. Kebutuhan yang dimaksud
oleh Guru C ini adalah kebutuhan yang sesuai dengan
harapan dari kurikulum yang tertuang dalam silabus dan
RPP.
“misalnya sebagian besar kan
anak itu kan cendrung ke teknik
misalnya gitu yah, yah untuk
fisikanya kita tekankan pada
dinamika rotasi, kesimbangan
benda tegar itu kita kuatkan dan
itu salah satu dasar dari teknik
misalnya tekik sipil juga perlu,
arsitekjuga
perlu,
membuat
jembatan juga rumah dan
sebagainya juga perlu dasar-dasar
itu.
Kemudian
untuk
termodinamika misalnya, anak
Pengajaran yang dilakukan oleh Guru C dimana
sesuai dengan kebutuhan siswa ini dicontohkan dengan
memberi
penekanan
pada
materi-materi
tertentu.
Penekanan pada materi-materi tertentu ini dikarenakan
Guru C menyadari bahwa sebagian besar siswanya akan
melanjutkan ke bangku kuliah dengan mengambil
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
pasti masuk kedokteran pasti juga
akan kembali diberikan materi itu
kaitannya dengan termodinamika
suhu dan lain sebaginya pasti ada
kaitanya
dengan
kebutuhan
mereka selain kita juga harus
memberikan materi-materi yang
harus kita selipkan, penekanan
penting”.
[pernyataan Guru C hal 97]
40
jurusan sesuai dengan materi-materi yang ditekankan
tersebut.
Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat
dikatakan bahwa Guru C mempunyai kesadaran yang
tinggi bahwa siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika
akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika. Kesadaran
Guru C itu diimplementasikan lewat pengajaran yaitu
dengan banyak memberi penekanan-penekanan pada
materi yang yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
Guru D
“Jadi ada anak itu dikira
kemampuan
kimianya
udah
cukup, saya besok mau ke teknik
kimia, waduh mas jangan kamu
tidak keterima, karena apa great
seseorang bisa masuk ke UGM,
itu tidak hanya nilai mas, faktor
yang ngga kelihatan, yang ngga
kelihatan itu apa, e istilahnya apa
toh tapi itu menyangkut sekolah,
bukan nama baik”.
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru D, dalam pengajaran yang dilakukannya,
Guru D kadang-kadang menginformasikan kepada siswa
tentang bagaimana caranya untuk bisa
lolos seleksi
masuk ke perguruan tinggi dengan melihat berbagai
macam faktor antara lain dengan melihat kondisi pribadi
[pernyataan Guru D hal 105]
atau kemampuan intelektual, dan keadaan orang tua.
Menurut Guru D, ketika siswa melanjutkan ke perguruan
tinggi negeri adalah suatu kebanggaan tersendiri dari
orang tua siswa sehingga dalam hal ini Guru D lebih
menekankan bagaimana caranya agar para siswa bisa
lolos ke perguruan tinggi negeri dengan cara memilih
jurusan yang jarang diminati. Dalam hal ini juga, Guru D
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
menyarankan kepada siswa agar memilih jurusan tidak
hanya dengan kemampuan intelektual saja tapi lihat juga
kondisi sekolah tempat siswa itu belajar.
Dari pernyataan ini secara tidak langsung membuat
motivasi siswa menjadi menurun untuk menekuni bidang
yang disukainya. Guru D memberikan saran kepada
siswa yang menyukai bidang IPA bahwa ketika
melanjutkan ke perguruan tinggi, siswa bisa memilih
jurusan lain yang tidak terkait dengan bidang IPA.
Dari analisis pernyataan Guru D, dapat dikatakan
bahwa Guru D kurang mempunyai kesadaran bahwa
siswa yang memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier
dalam bidang IPA/Fisika.
Guru E
“Di lab lab dia mau belajar
sungguh-sungguh atau cuman
main-main yah nanti kelihatan
disana. Kalau anak-anak yang
kelihatan main-main nanti saya
tegur saya suruh kerjakan ulang.”
[pernyataan Guru E hal 114]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara,
Guru E mempunyai pandangan bahwa siswa yang
memilih jurusan IPA akan mempunyai karier di bidang
IPA. Dengan kesadaran itu Guru E memperhatikan sikap
siswa dalam tiap proses pembelajarannya. Dengan
kesadaran
itu
Guru
siswanya
untuk
mau
E
benar-benar
belajar
membimbing
menekuni
bidang
IPA/Fisika. Hal ini terlihat dari keseriusan Guru E dalam
membimbing siswanya untuk mengadakan praktikum di
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
42
laboratorium. Apabila ada siswa yang kurang serius
dalam melaksanakan pratikum, maka Guru E akan
meminta siwa itu untuk mengulanginya. Hal ini
dilakukan oleh Guru E dengan tujuan untuk membuat
anak lebih serius untuk menekuni bidang yang nanti di
pilih di jenjang pendidikan selanjutnya.
“Ada hal lain ada hubungannya,
paling ngga hubungannya dalam
kehidupan kita sehari-hari, ada
hubungannya gitu. Jadi apa yang
kita pelajari nanti dihubungkan
sama kejadian yang kita lakukan
setiap hari misalnya contohnya
simple misalnya gaya gesek,
kenapa mobil itu dibuat ujungnya
kaya kepala ikan, anak itu diberi
gambaran seperti itu, tujuannya
apa, untuk mengurangi gesekan
udara, biar mobil kecepatannya
bisa lebih tinggi seperti itu saya
gambarkan seperti itu.”
[pernyataan Guru E hal 113]
Dengan menyadari bahwa siswa akan berkarier di
bidang IPA/Fisika, Guru E menerapakan pembelajaran
fisika yang kontekstual dengan menghubungkan kejadian
sehari-hari yang berkaitan dengan fisika sehingga
membuat siswa termotivasi karena pembelajaran fisika
sangat dekat dengan kehidupan atau fenomena di sekitar
kita.
Dari hasil analisis pernyataan Guru E, dapat
disimpulkan bahwa Guru E memiliki kesadaran yang
tinggi bahwa siswa yang telah memilih jurusan
IPA/Fisika akan berkarier di bidang IPA/Fisika.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
Tabel 4.2
Kesadaran Guru bahwa jurusan IPA/Fisika yang dipilih oleh siswa
bertujuan untuk mempersiapkan siswa berkarier dalam bidang
IPA/Fisika
Mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang
Guru A
memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang
IPA/Fisika.
Kurang mempunyai kesadaran bahwa siswa yang memilih
Guru B
jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika.
Mempunyai kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang
Guru C
memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang
IPA/Fisika.
Kurang mempunyai kesadaran bahwa siswa yang memilih
Guru D
jurusan IPA/Fisika akan berkarier dalam bidang IPA/Fisika.
Memiliki kesadaran yang tinggi bahwa siswa yang telah
Guru E
memilih jurusan IPA/Fisika akan berkarier di bidang
IPA/Fisika.
Dari hasil analisis di atas mengenai peran guru dalam membangun
minat siswa dalam mempersiapkan karier dalam bidang IPA/Fisika, guru
memiliki persepsi atau pandangan masing-masing mengenai siswa yang
sudah memilih jurusan IPA, ada guru yang mempunyai pandangan bahwa
jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier dalam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
44
bidang IPA tetapi ada juga yang memiliki pola pikir yang berbeda, yaitu
siswa yang memilih jurusan IPA mempunyai peluang lebih besar untuk
masuk ke bidang karier yang lain selain karier di bidang IPA. Pandangan
yang berdasarkan bahwa siswa yang memilih jurusan IPA akan berkarier
dalam bidang IPA memiliki pengaruh yang lebih baik untuk guru yang
bersangkutan dan untuk siswa terutama. Hal ini dikarenakan dengan
perpandangan bahwa siswa yang memilih jurusan IPA akan berkarier
dalam bidang IPA maka dalam pembelajaran guru akan berfokus pada
pengajarannya untuk mengarahkan siswa mempelajari IPA, dalam hal ini
adalah ilmu fisika. Dengan kata lain, guru berfokus pada siswa untuk
memberi penguasaan konsep dan prinsip fisika serta mempunyai
keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri
sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pemahaman guru mengenai karakteristik yang membuat IPA/Fisika
berbeda
Nama
Guru
Pernyataan
Guru A
“Kalau orang IPA kan ciri
khasnya berpikir kritis yah,
berpikir sains gitu, memecahkan
masalah gitu yah, dengan metode
tahapan seperti itu. Ada masalah
dia prediksi sendiri lalu cari
benaranya seperti apa, dari
prediksinya itu benar apa ngga
entah lewat eksperimen, entah
lewat membaca,
entah lewat
Analisis
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawacara,
Guru A mengatakan bahwa ciri khas orang IPA adalah
berpikir kritis dalam memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi. Cara memecahkan masalah yang dihadapi
adalah dengan memprediksi kemungkinan jawaban yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
mencoba hal-hal yang sederhana
seperti itu.”
[pernyataan Guru A hal 89]
45
ada kemudian dibuktikan. Cara pembuktiannya yaitu
melalui eksperimen, membaca, dan mencoba hal-hal
yang sederhana.
Dari hasil analisis Pernyataan Guru A, dapat
dikatakan bahwa Guru A memahami Karakteristik
IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru A lebih
menekankan pada Aspek Proses dan Aspek Sikap yang
harus dimiliki oleh siswanya yang ada di jurusan
IPA/Fisika.
Guru B
“Yang membedakan ilmu fisika
dengan ilmu yang lain, ilmu fisika
itu kan ilmu fakta alam jadi sebisa
mungkin apa yang kita sampaikan
itu anak membuktikan. Lalu saya
selalu menekankan ke anak
bahwa fisika itu bukan pelajaran
diawang-awang tapi yang dekat
dengan kita. Jadi selalu saya
hubungkan dengan keseharian
yang sering kita alami gitu. jadi
untuk soal ini dalam kasarannya,
dalam kehidupan sehari-hari
contohnya seperti ini. Kadang
saya yang mencari, kadang anak
yang saya minta suruh mencari,
mungkin bedanya disitu kalau
dengan pelajaran yang lain”.
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, Guru B mengatakan bahwa ilmu fisika itu
adalah ilmu yang mempelajari tentang fenomena atau
kejadian-kejadian alam jadi dalam mempelajarinya harus
diperlukan pembuktian akan fakta-fakta yang terjadi.
Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar Guru B
mengaitkan materi pengajaran fisika dengan kejadian
sehari-hari yang dialami oleh siswa.
Dari hasil analisis pernyataan Guru B, dapat
[pernyataan Guru B hal 92]
dikatakan bahwa Guru B memahami Karakteristik
IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru B lebih
menekankan kepada Aspek Pengetahuan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Guru C
“terutama fisika itu kan harus
dengan praktek mas, tidak hanya
sekedar teori saja, sejauh yang
kita laksanakan dalam proses
pembelajaran itu yah selain teori
juga praketek. Itu kan istilahnya
apa tadi, pembelajaran sains yah”.
[pernyataan Guru C hal 98]
46
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawacara,
Guru C mengatakan bahwa sains itu selalu berkaitan
dengan teori dan praktikum. Artinya bahwa kedua hal ini
sangat berkaitan erat. Pembelajaran IPA/Fisika
harus
dipraktekkan tidak hanya teorinya saja atau tidak hanya
sekedar teori saja yang diberikan kepada siswa. Dengan
pembelajaran lewat praktikum ini membuat siswa yang
lebih berperan aktif dan menemukan sendiri atau
membuktikan sendiri teori-teori yang sudah ada.
Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat
dikatakan bahwa Guru C memahami karakteristik
IPA/Fisika berbeda, dimana pemahaman Guru C lebih
menekankan kepada Aspek Pengetahuan dan Aspek
Proses.
Guru D
“cuman biasanya kalau untuk
yang bahasa itu tidak ada dasar
matematikanya jadi
penyampaiannya mungkin
penyampaian seperti itu”.
[pernyataan Guru D hal 103]
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara
dengan Guru D, pembelajaran IPA/Fisika itu berbeda
dengan ilmu yang lain semata-mata pada materi yang
disampaikan. Perbedaan yang paling mendasar menurut
Guru D adalah dasar matematikanya.
“Perbedaanya adalah nanti kita
IPA nanti itu ada angka-angka
sedangkan kalau itu bahasa atau
itu nanti biologi tetap nanti dia
cuman hafalan. Cuman bedanya
kalau biologi itu banyak istilah
Dalam ilmu lain, misalkan ilmu bahasa, di sana
tidak ada dasar matematikanya. Selain itu Guru D tidak
memiliki pemahaman yang menyeluruh terkait bidang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
asing. Kalau IPA nanti harus ada
matematikanya”.
[pernyataan Guru D hal 103]
47
IPA. Pemahaman yang tidak menyeluruh disini terkait
dengan lingkup bidang IPA, misalkan Biologi. Guru D
memiliki pandangan bahwa Biologi hanya ilmu yang
semata-mata berupa hafalan, padahal di sini ilmu biologi
termasuk
dalam
ruang
lingkup
IPA
dimana
karakteristiknya atau hakekatnya sama dengan ilmu
fisika.
Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa
Guru D kurang memahami karakteristik yang membuat
IPA/Fisika itu berbeda
Guru E
“Ya kalau fisika menurut saya,
kalau fisika saya lebih suka
karena apa fisika tuh ada
abstraksinya ada bayangan. Kita
di fisika selain belajar ilmu kita
juga belajar merenung. Setelah
belajar teori, kita pahami, kita
abstrasikan, kita renungkan lalu
kita lakukan penelitian. Memang
fisika
tuh
menangnya
dipenelitiannya jadi kita bisa
mencari kesimpulan misalnya
diteori ini ideal ternyata di lab
kok ngga ideal berarti ada
istilahnya kita ada cari sesuatu
disitu, misalnya ada ralat atau apa
banyak sekali, yah seperti itulah”.
Menurut data yang diperoleh dari hasil wawancara,
Guru E mengatakan bahwa karaketeristik yang membuat
IPA/Fisika itu berbeda adalah dari segi penelitian.
Penelitian ini yang mendasari lahirnya suatu teori. Dan
dari penelitian itu kita bisa menemukan masalah dan kita
harus memahami masalah tersebut. Dengan penelitian
kita bisa mencari suatu kesimpulan dari suatu masalah,
misalkan dalam percobaan di laboratorium hasil yang
diperoleh berbeda dengan teori yang ada sehingga di situ
[pernyataan Guru E hal 114]
kita harus mencari tahu di mana letak masalahnya
sehingga data yang didapatkan tidak sesuai dengan teori
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
48
yang ada.
Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa
Guru E memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
dimana pemahaman Guru E lebih menekankan kepada
Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
49
Table 4.3
Pemahaman Guru mengenai Karakteristik yang Membuat IPA/Fisika
Berbeda
Guru A memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
Guru A
dimana pemahaman Guru A lebih menekankan pada Aspek
Proses dan Aspek Sikap yang harus dimiliki oleh siswanya
yang ada di jurusan IPA/Fisika.
Guru B memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
Guru B
dimana pemahaman Guru B lebih menekankan kepada
Aspek Pengetahuan.
Guru C memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
Guru C
dimana pemahaman Guru C lebih menekankan kepada
Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses.
Guru D kurang memahami karakteristik yang membuat
Guru D
IPA/Fisika itu berbeda.
Guru E memahami Karakteristik IPA/Fisika berbeda,
Guru E
dimana pemahaman Guru E lebih menekankan kepada
Aspek Pengetahuan dan Aspek Proses.
Pandangan dari guru untuk mempersiapkan karier dalam bidang
IPA/Fisika juga tidak telepas dari pemahaman guru mengenai karakteristik
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
pengajaran IPA/Fisika itu sendiri. Dengan memahami karateristik
IPA/Fisika, maka dalam pengajarannya guru akan lebih mengutamakan
pengajaran yang sesuai dengan hakekat pengajaran IPA/Fisika itu sendiri.
3. Cara Guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa.
Nama
Guru
Pernyataan
Guru A
“Harusnya lewat kegiatan Lab.
Kegiatan lab itu kan mestinya
ngga cuman bekerja di dalam lab
sebetulnya bisa dilakukan diluar
lab gitu yah yang penting ada alat
ukurnya, ada yang dipake untuk
mengukur alat ukurnya, misalnya
aja diajak kemana, outbond
misalnya. Outbond kan bukan
milik anak IPS aja yah misalnya
mereka belajar ekonomi tentang
perbankkan mereka di lepas ke
bank tapi mereka bisa aja anak
IPA di lepas ke parangtritis
mengukur tekanan udara disana,
kecepatan angin dan sebagainya
itu kan jadi sebuah proyek
pekerjaan.”
[pernyataan Guru A hal 89]
Analisis
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru A mengembangkan keterampilan
proses sains adalah melalui kegiatan di laboratorium.
Kegiatan laboratorium ini tidak hanya dilaksanakan di
dalam ruangan atau biasa disebut dengan ruang
laboratorium tetapi juga bisa dilaksanakan di alam
terbuka. Kegiatan di alam terbuka ini merupakan salah
satu
metode
untuk
lebih
mendayagunakan
atau
mengoptimalkan penggunaan laboratorium. Kegiatan di
alam terbuka ini biasa disebut dengan widya wisata atau
karya wisata.
“Kalau kelas XI itu kalau sini kan
praktikum sore yah, satu tahun
ajaran ada 8 praktikum tapi
dengan alat terbatas tidak
semuanya. saya tidak menerapkan
praktikum didalam pembelajaran
saya yang terpadu tapi disini
Dalam proses pengembangan keterampilan proses
sains
atau
kerja
ilmiah
siswa,
Guru
A
tidak
menerapkannya dalam pembelajaran yang terpadu atau
pembelajaran di kelas sesuai dengan jam pelajaran fisika
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
programnya pratikum tujuannya
nanti pas ujian praktek itu mereka
bisa, cuman nanti saya masukan
dipembelajaran itu karena dia
sudah
melakukan percobaan
misalnya saja waktu saya
membahas tentang elastisitas itu
sudah
praktikum
tentang
menentukan konstanta pegas”.
51
tapi dilakukan pada sore hari yaitu dengan mengadakan
pratikum di lab. Namun tujuan dari pelaksanaan
pratikum ini hanya semata-mata untuk memenuhi
administrasi dari kurikulum dimana pada mata pelajaran
fisika itu ada nilai pratek yang harus dimasukkan.
[pernyataan Guru A hal 90]
Dalam proses pengembangan keterampilan proses
“Kendala pertamanya itu satu alat,
yang kedua waktu, mungkin juga
karena
saya,
saya
mau
menyalahkan
diri
sendiri,
manajemen waktu saya kurang
bagus mungkin, tapi yah saya
lihat hampir rata-rata semua guru
untuk fisika yah itu merasakan
ngga bisa memanej waktu. Jadi
ngga ngerti mungkin yang salah
gurunya atau sistemnya yah.
Kalau saya ngga menyalahkan
sistem yah saya sendiri yang saya
salahkan untuk saya ngga bisa
memanage waktu atau membuat
sebuah
pembelajaran
yang
terpadu, yang melibatkan metode
laboratorium tapi sekaligus…ee
kan gitu yah kita memperhatikan
proses yah, kita mengutamakan
akhirnya kan proses, tapi pada
kenyataannya pada saat ujian itu
kan bukan proses apalagi cek
point jadi yah saya pribadi
merasakan evaluasi ujian nasional
jadi tidak sinkron dengan printah
menanamkan konsep itu dengan
proses”.
“Sebetulnya kalau praktikum tu
anak-anak cenderung lebih suka
karena lebih otak atik otak atik
gitu yah. Cuman kadang-kadang
untuk
memasukan
metode
pembelajaran yang ideal yang
ini
juga,
Guru
A
menyadari
bahwa
anak-anak
menyenangi pratikum karena anak terlibat langsung
untuk mengenal alat-alat kemudian memakai alat-alat
tersebut. Namun dalam pengajarannya, Guru A tidak
melaksanakan semua pratikum yang telah direncanakan.
Ada beberapa faktor yang menghambat Guru A dalam
melaksanakan pengajaran seperti itu, antara lain: (a)
peralatan laboratorium fisika yang kurang lengkap atau
kurang memadai; (b) Guru A tidak bisa mengatur waktu
secara efektif untuk melaksanakan kegiatan pratikum.
Namun
secara
tidak
langsung faktor
lain
yang
berpengaruh adalah efek dari evaluasi kurikulum yang
dibuat pemerintah dimana alat pengukur evaluasi itu
adalah mengadakan ujian nasional. Ujian nasional
berupa check point ini tidak sejalan dengan tuntutan dari
kurikulum itu sendiri yaitu penanaman konsep terhadap
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
seperti yah saya pun juga punya
anuh
yah
punya
pandangan/gambaran idealisnya
orang ngajar itu seperti apa tapi
pada akhirnya saya tidak bisa
melaksanakan seperti idealism
yang saya pikirkan itu Untuk
menyiapkan alat dengan tugas
saya yang begitu banyak, artinya
ngga ada waktu artinya ada orang
yang menyiapkannya disana.
Harus ada orang laborannya”.
anak lewat proses. Peralatan laboratorium yang kurang
[pernyataan Guru A hal 78, 81]
adalah peralatan lab yang lebih murah sementara untuk
memadai
ini
salah
satunya
disebabkan
karena
laboratorium dari sekolah negeri hanya mengandalkan
bantuan dari pemerintah. Sementara itu yang dipenuhi
tidah hanya peralatan lab fisika tetapi juga lab kimia dan
lab biologi. Dimana peralatan yang lebih dulu dipenuhi
lab fisika peralatannya rata-rata lebih mahal daripada lab
kimia dan lab biologi. Dan terkait dengan masalah
waktu, Guru A berharap harus ada laboran yang bisa
menyiapkan peralatan lab sehingga Guru A tidak
membuang waktu menyiapkan peralatan yang akan
dipakai untuk pembelajaran di lab.
Untuk
mengatasi
mengefektifkan
melakukannya
kekurangan
pengajaran
dengan
cara
fisika,
namun
Guru
demonstrasi
dapat
A
dan
pembelajaran yang menggunakan multimedia.
Dari hasil analisis pernyataan Guru A, dapat
dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru A belum
secara maksimal mengembangkan keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena
sesuai dengan alasan-alasan yang disebutkan sebelumnya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
di atas.
Guru B
“Yah itu mereka diberi peluang
untuk praktikum itu kan salah
satunya itu. Disitu mereka
mencari data, menganalisis data,
kemudian membuat laporan, dari
laporan itu mereka mengambil
hipotesa,
lalu
menganalisa,
menyimpulkan seperti itu”.
[pernyataan Guru B hal 95]
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru B mengembangkan keterampilan
proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Melalui
kegiatan pratikum ini, anak akan mencari data,
menganalisis data kemudian membuat laporan sesuai
dengan praktikum yang telah dilakukan. Dalam laporan
itu anak akan menganalisis data yang telah diperoleh dari
hasil pratikum dan dari analisis itu anak akan sampai
pada kesimpulan akan data yang sebelumnya telah
dianalisis.
Namun
“Kalau lab fisika itu jauh dari kata
sempurna karena kita tahu sendiri
kita kan sekolah negeri jadi apaapa itu kan menunggu bantuan
dari pemerintah. Kita sering tiap
tahun itu kan mengusulkan ala ini,
alat ini rusak, mnta ditambah alat
ini tapi realisasinya sampe
sekarang ngga pernah ada, jadi
yah kia hanya gunakan alat apa
yang ada di lab. Itu kendalanya,
dan tidak semua materi bisa kita
praktekkan karena kendala alat
itu.”
dalam
kenyataan
dalam
proses
pembelajaran, Guru B tidak melaksanakan semua
kegiatan pratikum yang telah direncanakan sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan alat laboratorium
atau dengan kata lain, alat laboratorium yang tersedia
belum memadai. Dalam upaya untuk menambah fasilitas
atau alat-alat laboratorium, Guru B dan guru-guru
lainnya di sekolah telah berusaha untuk mengusulkan
[pernyataan Guru B hal 95]
kepada pemerintah setempat mengenai pengadaan alat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
54
laboratorium yang belum ada, mengganti alat yang telah
rusak atau yang sudah tidak layak untuk digunakan dan
menambah alat-alat yang sudah ada karena dirasa belum
mencukupi untuk jumlah siswa yang banyak. Namun
pada kenyataannya alat-alat yang telah diusulkan itu
belum pernah didatangkan oleh pemerintah.
“Harus pake alat peraga, tapi saya
kendalanya waktu, kadang tidak
punya bakat untuk ke arah sana,
membuat alat peraga Kita banyak
dapat bantuan alat peraga dari
universitas lain ketika mereka
melakukan penelitian, banyak
sekali dapat bantuan alat peraga
dan itu lebih sederhana, biayanya
murah dan mudah digunakan
seperti itu jadi anak lebih muda
mencapai sesuatu kesimpulan
yang kita inginkan itu muda dari
alat peraga yang mahasiswa buat
itu”.
Untuk
pengajarannya
mengatasi
Guru
kekurangan
B
ini,
mengatasinya
dalam
dengan
menggunakan alat peraga. Namun karena terkendala
waktu dan kurang terampilnya guru dalam membuat alat
peraga, maka alat peraga yang digunakan oleh Guru B
ini adalah alat peraga hasil bantuan dari mahasiswamahasiswa yang melaksankan penelitian di sekolah
tersebut. Dengan alat peraga ini keterbatasan alat di
“Kalau ngga ada lab yang
memadai ibu ada tayangantayangan animasi itu, bisa ibu cari
di internet atau kalau ngga anak
yang saya suruh nyari atau buat
power point seperti itu”.
laboratorium bisa teratasi. Alat peraga ini juga bisa
[pernyataan Guru B hal 95, 96]
untuk
membantu siswa mencapai kesimpulan terhadap materi
yang sedang dipelajari. Selain menggunakan alat peraga
mengatasi
kekurangan
ini,
Guru
B
juga
menggunakan tayangan animasi atau melalui powerpoint
presentation.
Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan dalam
mengajarkan fisika, Guru B belum secara maksimal
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
55
mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa. Hal itu karena keterbatasan alat
laboratorium.
Guru C
“Senang mas, anak senang karena
selain…kita memang punya anak
yang senang gitu yah karena
memang sudah jurusan mereka,
karena mereka sudha yakin betul
ini jurusan saya yang harus saya
laksanakan”.
[pernyataan Guru C hal 99]
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru C mengembangkan keterampilan
proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Guru C
mengatakan
bahwa
fisika
itu
perlu
pembuktian
kebenarannya. Pembuktian kebenaran ini dengan melalui
pratikum. Pengajaran melalui pratikum yang dilakukan
ini menurut Guru C, disenangi oleh siswa karena
kembali lagi pada dasarnya yaitu anak yang berperan
aktif. Guru C melihat bahwa siswa merasa senang karena
mereka sudah menyadari betul bahwa jurusan IPA yang
dipilih oleh mereka itu harus melakukan hal-hal yang
seperti itu.
“Untuk misalnya materi-materi
tertentu untuk bisa kita prakteka
yah, kecuali kalau termodinamika
kan susah yah. Teori kinetik gas
paling ngga kita memberikan
animasi pembelajaran karena alat
kita memang terbatas. Yang bisa
misalnya gaya gesek itu bisa kita
laksanakan, kemudian optik,
kemudian grafitasi itu kan sains
semua, dan lan sebaginya”.
“Kalau masih kurang sih masih
yah, nanti kaitannya dengan dana,
nanti kita punya apa ngga”.
Dalam mengembangkan keterampilan proses ini,
Guru C mengalami keterbatasan alat sehingga upaya
untuk mengoptimalkannya, Guru C menggunakan
tayangan animasi sesuai dengan materi yang mau
diajarkan. Menurut Guru C keterbatasan alat ini karena
berkaitan dengan keterbatasan dana yang dimiliki oleh
sekolah ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
[pernyataan Guru C hal 99, 101]
56
Dari hasil analisis pernyataan Guru C, dapat
dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru C belum
secara maksimal mengembangkan keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena
keterbatasan alat laboratorium.
Guru D
“Nah terus terang untuk saya
pribadi, itu belum begitu banyak
mas,belum begitu banyak untuk
menyelenggarakan yang saintifik
atau kerja ilmiah itu”.
[pernyataan Guru D hal 112]
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru D mengembangkan keterampilan
proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Namun
pada kenyataannya, Guru D jarang melaksanakan
pembelajaran yang seperti ini.
“Kendalanya
sih
banyak,
kendalanya itu ee bukan kendala
yah, dikatakan kendala yah ada,
memang banyak faktor, belum
tentu alat yang saya sampaikan
sesuai dengan materi itu ada,
kemudian memang kondisi anak,
sebenarnya kan sebelum saya
menyampaikan materi itu kan
saya sudah memberi informasi
kan, nak besok materinya seperti
ini, ada bukunya ini, halaman ini,
kalian punya buku mohon dibaca
dulu sehingga anak itu udah tahu
sudah ada masukan dulu baru
besok
kita
mengadakan
pembelajaran saintifik mulai dari
pratikum
atau
mulai
dari
percobaan”.
Pembelajaran yang menitikberatkan keterampilan
proses sains ini menjadi jarang dilakukan oleh Guru D
disebabkan oleh faktor-faktor antara lain: kondisi alat
lab yang kurang lengkap atau kurang memadai serta
kondisi anak yang belum terlalu siap untuk memulai
proses belajar mengajar sehingga akan menghambat
pemebelajaran yang seperti ini. Kondisi anak yang
menurut Guru D sangat susah untuk diatur karena
memiliki latar belakang yang sedikit berbeda dari siswasiswa yang lainnya.
[pernyataan Guru D hal 112]
Selain itu juga karena terkendala waktu sehingga
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
“Yang namanya laboran ada,
maunya yah seperti yang sekolahsekolah besar itu, tenaga laboran
ada, kemudian kita sebagai guru
hanya mas, ngomong sama
laboranya, besok pertemuan ini
tanggal ini disiapka ini yah mas,
dengan laborannya, laborannya
yang menyiapkan. Sini ngga
mungkin, yah guru, yah laboran,
yah tukang bersih-bersih lab”.
[pernyataan Guru D hal 109]
57
membuat Guru D jarang melakukan pratikum. Dari segi
keterbatasan waktu itu, Guru D mengharapkan agar di
sekolah harus ada laboran sehingga waktu praktikum
tidak tersita untuk menyiapkan alat-alat yang mau
digunakan untuk praktikum pada saat itu.
Dari hasil analisis pernyataan Guru D, dapat
dikatakan dalam mengajarkan fisika, Guru D belum
secara maksimal mengembangkan keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah kepada siswa. Hal itu karena
keterbatasan alat laboratorium, kondisi siswa dan
keterbatasan waktu.
Guru E
“Khusus yang fisika sudah cukup
memadai”
“Semua tapi ada sebagian alat
yang belum bisa dipake karena
saya sendiri belum pernah make
itu, saya belum berani otak-atik”.
Menurut
data
yang
diperoleh
dari
hasil
wawancara, cara Guru E mengembangkan keterampilan
proses sains adalah melalui kegiatan praktikum. Setiap
materi yang diajarkan oleh Guru E nantinya akan ada
[pernyataan Guru E hal 116]
pratikumnya. Dari setiap pratikum itu sebagian besar
siswa merasa senang karena siswa lebih diajak untuk
terlibat dalam belajar. Menurut Guru E dengan belajar di
Laboratorium, anak-anak seolah-olah belajar sambil
bermain mereka mengunakan alat dan mengatur alat atau
memposisikan
diinginkan.
alat
sehinga
sesuai
dengan
yang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
58
Dalam mengembangkan keterampilan proses sains
atau kerja ilmiah ini, Guru E merasa alat yang tersedia di
laboratorium fisika sudah cukup memadai untuk
melaksanakan semua pratikum yang telah direncanakan.
Namun di lain sisi, dengan ketersediaan alat yang cukup
memadai tersebut masih ada kendala yang menghambat
proses pembelajaran yang dilakukan yang datang dari
Guru E sendiri, yaitu ada beberapa alat yang menurut
Guru E belum bisa dioperasikan karena Guru E memiliki
keterbatasan pengetahuan atau keterampilan tentang
pengoperasian beberapa alat tersebut.
Dari hasil analisis di atas, dapat dikatakan dalam
mengajarkan fisika, Guru E belum secara maksimal
mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa. Hal itu karena keterbatasan Guru
dalam mengoperasikan alat laboratorium tersebut
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
Tabel 4.4
Cara Guru Mengembangkan Keterampilan Proses Sains atau Kerja
Ilmiah Kepada Siswa.
Cara
Mengembangkan
Keterampilan
Proses Sains
Guru
A
Guru
B
Guru
C
Guru
D
Guru
E
Fakta
Kendala
Melalui kegiatan
laboratorium
Belum secara maksimal
mengembangkan
keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah
kepada siswa
(a) Peralatan laboratorium
fisika yang kurang
lengkap atau kurang
memadai; (b) Guru A
tidak bisa mengatur waktu
secara efektif untuk
melaksanakan kegiatan
pratikum.
Melalui kegiatan
laboratorium
Belum secara maksimal Keterbatasan alat
mengembangkan
laboratorium.
keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah
kepada siswa
Melalui kegiatan
laboratorium
Belum secara maksimal Keterbatasan alat
mengembangkan
laboratorium.
keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah
kepada siswa.
Melalui kegiatan
laboratorium
Belum secara maksimal
mengembangkan
keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah
kepada siswa.
Karena keterbatasan alat
laboratorium, kondisi
siswa yang belum siap
untuk mengikuti
pembelajaran dan
keterbatasan waktu.
Melalui kegiatan
laboratorium
Belum secara maksimal
mengembangkan
keterampilan proses
sains atau kerja ilmiah
kepada siswa.
Keterbatasan pengetahuan
atau keterampilan untuk
mengoperasikan beberapa
alat tersebut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa dalam pengajaran di
jurusan IPA dalam hal ini pengajaran fisika, kegiatan laboratorium
menjadi inti pengajaran fisika. Namun dalam kenyataannya guru-guru
belum memaksimalkan kegiatan laboratorium ini. Dalam penelitian ini
ditemukan masih dijumpai adanya kendala-kendala dalam pengajaran dan
pendayagunaan laboratorium fisika dan pemanfaatan secara optimal.
Kendala-kendala yang ditemukan antara lain:
a. Peralatan laboratorium fisika yang kurang lengkap atau tidak lengkap serta
kondisi laboratorium yang buruk.
b. Keterbatasan waktu yang tersedia.
c. Guru yang kurang atau tidak terampil/ mengelola dan menggunakan alatalat laboratorium fisika.
d. Kondisi siswa yang belum siap untuk menerima kondisi pembelajaran
yang seperti itu.
Oleh karena itu harus ada upaya untuk mengoptimalkan
pendayagunaan laboratorium dari kendala-kendala yang ada antara lain:
(a) walaupun disadari bahwa fasilitas/alat-alat laboratorium tidak mutlak
harus canggih, namun akan lebih baik lagi fasilitas laboratorium terus
disempurnakan/ditingkatkan terlepas dari itu juga, fasilitas laboratorium
juga dapat mengarah pada perkembangan teknologi; (b)
keterbatasan
waktu yang tersedia ini bisa diatasi dengan adanya petugas laboratorium
atau yang biasa dinamakan dengan laboran. Apabila laboran ini ada, maka
laboran
hendaklah
mempunyai
dan
terus
mengembangkan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
pengetahuan/pemahaman tentang alat-alat laboratorium; (c) guru harus
dibekali keterampilan dan ditingkatkan kemampuannya dalam pengunaan
alat-alat laboratorium fisika. Salah satu cara untuk meningkatkan
kemampuan ini dengan cara diadakannya pelatihan pengunaan alat-alat
laboratorium fisika; selain itu guru harus dituntut untuk kreatif dalam
membuat alat peraga yang sederhana yang dapat dibuat dengan biaya yang
murah namun tetap mengutamakan sisi pemanfaat dan tidak terlepas dari
materi yang mau diajarkan dengan menggunakan alat peraga itu sendiri (d)
peningkatan motivasi siswa untuk belajar memahami fisika dengan proses
berfikir ilmiah melalui bantuan laboratorium harus tarsus ditingkatkan.
Kemauan dan kesadaran dari siswa harus ada dan terus ditingkatkan, di
samping pemberian keterampilan/kecakapan dalam menggunakan alat-alat
laboratorium fisika.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan analisis data, dapat disimpulkan beberapa hal
mengenai peran guru IPA/Fisika dalam upaya untuk mempersiapkan karier
siswa dalam bidang IPA/Fisika sebagai berikut:
1. Rata-rata guru fisika memiliki kesadaran yang cukup tinggi bahwa
jurusan IPA yang dipilih oleh siswa bertujuan untuk berkarier
dalam bidang IPA/Fisika.
2. Semua guru fisika menyadari karakteristik IPA/Fisika berbeda
dengan ilmu yang lainnya. Namun rata-rata guru fisika belum
memahami karakteristik IPA/Fisika secara menyeluruh yang
seharusnya diterapkan dalam pengajaran. Rata-rata guru fisika
lebih menekankan pada Aspek Pengetahuan dalam pengajarannya
3. Cara guru fisika mempersiapkan karier siswa melalui pengajaran
adalah dengan mengembangkan keterampilan proses sains kepada
siswa melalui kegiatan laboratorium. Namun rata-rata guru fisika
belum maksimal mengembangkan kegiatan laboratorium dalam
pengajarannya.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, peneliti menyampaikan
beberapa saran, yaitu:
Sebagai seorang guru fisika, harus terus mengembangkan keterampilan dalam
mengunakan alat-alat laboratorium fisika.
1. Harus ada kerjasama yang baik antara guru fisika dan pihak sekolah
untuk pengadaan fasilitas laboratorium.
2. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melihat bagaimana persepsi siswa
terhadap pengajaran oleh guru fisika melalui kegiatan laboratorium ini.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Undang-undang Republik
Indonesia, No. 20, Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Diakses 11 april 2015. hhtp://www.Depdiknas.90.id
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka
Druxes, Herbert dkk. 1986. Kompendium Didaktik Fisika. Bandung: Remadja
Karya CV.
Hiam, Alexander dan Charles D.S. 1994.(Alih bahasa Agus Maulana). The
portable MBA: Pemasaran. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ledermann, Norman. 2007. “Nature of Science: past, present and future”., dalam
Handbook of Research On Science Eduction, hal. 831-879
Liem, T.L. 2007. Asyiknya Meneliti Sains. Bandung: Pudak Scientific.
Pudjijogyanti, C.R. 1985. Konsep Diri dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Pusat Penelitian UNIKA Atma Jaya.
Purwantini, Corneliom dan Purwanti, R.E. 2007. “Persepsi Guru, Siswa dan
Orangtua terhadap UN”; dalam Jurnal, Widya Dhrma vol. 18, No. 1.
Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata Dharma.
Rohandi, R. 1998. “Memberdayakan Anak Melalui Pendidikan Sains”; dalam
Sumaji.dkk (Eds.). Pendidikan Sains yang Humanistis, hlm. 112-124.
Yogyakarta: Kanisius.
Rohandi, R. 2000. “Menuju Kebiasaan Bertanya dalam Pembelajaran Sains di
Sekolah Dasar”; dalam Sudarminta.dkk (Eds.). Transformasi Pendidikan,
edit. Atmadi & Setiyaningsih, hlm. 199-211. Yogyakarta: Kanisius.
Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
64
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
Santrock J. W. (2013). Life Span Development. New York: McGraw-Hill.
Semiawan, C., Tangyong, Belen, S., Matahelemual, Y. 1985. Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Soenardi. 1998. Pengantar Psikologi. Edisi 2. Jakarta : Erlangga.
Sukardi. 1987. Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Suparno, P. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Super, D.E. (1980). A Life-Span, Life-Space Approach to Career Development.
Journal of Vocational Behavior 16: 282-289
Suryawan, E.A. 1989. “Pendayagunaan Laboratorium Fisika dalam Pengajaran
Fisika di SMA”; dalam Rangkuman Seminar Pendidikan Fisika se-Jawa.
IKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Severinus, Domi. 2013. “Pembelajaran Fisika seturut Hakekatnya serta
Sumbangannya dalam Pendidikan Karakter Siswa”., dalam Lontar Physics
Forum. Diakses pada tanggal 2 juni 2015
http://prosiding.upgrismg.ac.id/index.php/lpf2013/lpf2013/paper/viewFile/
121/73
Walgito,Bimo.1991.Psikologi Sosial: Suatu pengantar.Yogyakarta: Andi Offset
Wirastari, Maria & Ajisuksmo, C.R.P. 2013. “Kematangan Karier Peserta Didik
Kelas XII sebuah SMA Swasta di Jakarta”.; dalam Jurnal Widya Dharma
vol.25, N0. 1. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Surat Izin penelitan
Lampiran a. SMAN 6 dan SMAN 9 Yogyakarta
65
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
66
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran b. SMA PIRI
67
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran c. SMA IMANUEL KALASAN
68
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Surat Pernyataan telah Melakukan Penelitian
Lampiran d. SMAN 6 Yogyakarta
69
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran e. SMAN 9 Yogyakarta
70
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran f. SMA PIRI I Yogyakarta
71
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Lampiran g. SMA Imanuel Kalasan
72
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
Pedoman wawancara
Lampiran h. Pedoman wawancara Guru
1. Proses pembelajaran seperti apa yang guru berikan kepada siswa
setelah siswa dijuruskan ke IPA
2. Proses pembelajaran yang guru berikan kepada siswa apakah
sesuai dengan kebutuhan siswa (memperhatikan karir/cita-cita
siswa dan faktor lainnya atau hanya sesuai tuntutan sekolah)
3. Pada saat mengajar, guru hanya memperhatikan materi fisika yang
harus dikuasai atau dimiliki siswa saja atau ada hal lain
4. Guru memperhatikan atau tidak karier atau cita-cita pekerjaan yang
ingin diraih siswa
5. Cara guru fisika yang mengajar di kelas IPA mempersiapkan karir
atau cita-cita siswa IPA kelak
6. Guru menyadari atau tidak bahwa kelas IPA harus memiliki atau
menguasai keterampilan proses sains atau kerja ilmiah
7. Cara guru mengimplementasikan keterampilan proses sains atau
kerja ilmiah kepada siswa dalam proses belajar
8. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains atau kerja
ilmiah kepada siswa IPA (melalui Lab)
9. Kondisi dan kelengkapan alat-alat yang tersedia di Lab dan
seberapa sering guru mengajak siswa untuk melakukan percobaan
atau pratikum di Lab
10. Cara guru mengembangkan keterampilan proses sains jika alat-alat
yang tersedia di Lab kurang lengkap atau kondisi Lab yang kurang
kondusif atau jarangnya melakukan praktikum di Lab
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
74
Contoh hasil wawancara
Lampiran i.Wawancara dengan Guru A
Peneliti: Terima kasih sebelumnya ibu, sekedar menceritakan sedikit, sebelumnya
kami sudah wawancara dengan guru BK mengenai penjurusan dan berikutnya
kami mewawancarai ibu untuk mengetahui proses belajar mengajar di jurusan IPA
sendiri karena pada saaat siswa di juruskan.
Guru A : Jadi kalau saya tuh memberi informasi yang sudah dijuruskan gitu kan.
Kalau tadi kan yang proses penjurusanya kelas X ini kan kelas XI.
Peneliti: Setelah di juruskan terutama siswa IPA nya dan proses pembelajaran
IPA nya (fisika). proses belajar mengajar terutama pelajaran fisika yah bu,apakah
ibu menyadari bahwa jurusan IPA yang dipilih oleh siswa itu punya kepentingan
tertentu bagi siswanya sendiri.
Guru A: Oh ia sih menurut saya, itu heterogen ada yang memang senangnya
belajar IPA artinya karena dia merasa lebih enjoy belajar IPA dari pada belajar
IPS. Tapi ada juga yang tidak menutup kemungkinan, sekarang jurusan IPA kan
lebih banyak mempunyai peluang untuk masuk perguruan tinggi daripada yang
IPS, lebih banyak lebih luas itu sehingga mereka pilih itu. Tapi ada juga yang
mungkin orang tuanya mungkin itu sebagian kecil kalau itu. Kalau zaman
sekarang orang tua kayanya ngga terlalu memaksakan anaknya tapi hanya
mendukung aja gitu yah, mungkin ada yang memang orang tuanya yang pengen
anaknya masuk IPA dengan alasan tertentu gitu. Tetapi yah memang itulah ratarata memilih jurusan IPA kalau ditanya satu per satu anak-anak yah kebanyakan
karena memang pengennya, senangnya tuh belajar IPA dari pada IPS
tapi
mungkin kalau menurut perhitungan saya mungkin karena mereka sudah ngerti
nanti setelah lulus itu lebih luas peluang untuk masuk ke perguruan tingginya itu
jika dia memilih jurusan IPA. Anak IPA kan bisa memilih IPS, walupun setelah
lulus akhirnya yang dipilih fakultasnya yang IPS gitu yah. Kalau bahasa saya
meletas, gimana kok meletas, belajar fisika kok malah yang dipilih IPS.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
75
Peneliti: Ee misalkan mendengkarkan ada beberapa persoalan belum tertentu
orang dengan porsi IPA kemudian bekerja di bidang IPA. Diluar itu apakah ibu
menyadari bahwa siswa yang masuk di jurusan IPA itu nanti akan bekerja di
dalam atau bidang yang nanti digeluti di masa depan itu berkaitan dengan bidang
IPA?
Guru A: maksudnya?
Peneliti: Dalam benak ibu apakah ibu menyadari bahwa apakah siswa yang nanti
masuk di jurusan IPA itu masa depannya ke jurusan IPA juga atau bekerja di
bidang IPA juga?
Guru A Kalau harapan saya pribadi yah ee konsisten gitu yah sudah memilih IPA
yah mestinya terus konsisten, alasannya apa dulu memilih IPA, karena saya lebih
senang belajar IPA, setelah itu yah mesti harus, kalau saya menangkapnya seperti
itu, tapi toh itu pilihan mereka, kita ngga ngerti yah, dalam benak nanti mereka
tidak masuk pekerjaan yang di bidang IPA pun mesti ada. Peluang untuk masuk
ke non IPA juga besar juga. Tapi paling tidak menurut saya pola pikir orang IPA
itu kan apapun itu tetap beda dengan orang IPS. Walaupun sama-sama pinternya,
di IPA dan IPS itu cara berpikirnya tetap berbeda. Walaupun mungkin ada anak di
IPS yang model berpikirnya seperti orang IPA misalnya poin-poin, tetapi kita kan
juga punya kelemahan yah ngga fleksibel tapi untuk berpikir tahap teknis habis itu
ini, habis itu ini itu, mungkin dengan model pemebelajaran IPA lebih besar cara
seperti itu,tapi kita punya kelemahan yang ngga luwes gitu. Saya mesti sama anak
selalu yah saya karena guru kelas XI yah jadi sudah mereka sudah memilih.
Kalau saya guru kelas X, saya akan memberi anak-anak seperti itu. IPA sama IPS
itu kan semua punya konsekuensi sendiri-sendiri yah. Silahkan kamu memilih apa
IPA atau IPS tapi harus konsisten harus konsekuen dan harus bertanggung
jawab,tidak mau asal senang aja tapi kenyataannya nilainya tidak ada usaha lah.
peneliti: Harapan ibu nantinya anak ibu yang masuk ke jurusan IPA akan bekerja
di bidang IPA juga, proses pembelajaran yang seperti apa sehingga mengantar
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
siswa sendiri untuk bisa kedepannya mencapai cita-cita mereka itu seperti apa
Bu?
Guru A Mesti sebelum bekerja kan mereka harus anu dulu harus ke perguruan
tinggi dulu kan,nah itu kalau menurut saya kan memangnya yang dibangun bukan
Cuma harus ngerti ilmunya yah tapi yang dibangun itu adalah kecintaanya pada
yang mau ditekuni. Supaya dia tekun disitu kan dia harus cinta dulu. Kadangkadang kan saya lihat itu ada juga yang fisikanya waktu saya mengajar itu
menurut saya bukan golongan menengah ke atas, tapi yah boleh di katakan
menengah ke bawa, artinya mereka standar yah KKMnya tuh hanya karena dilatih
terus. Itu tapi setelah kelas 3 (tiga) itu terus dia saya tanya mau milih atau ambil
apa dek jawabanya fisika. Ternyata memang ada beberapa anak itu cinta fisika
sekalipun mungkin dari sisi nilai dia ngga bagus. Tapi itu saya menekankan, ibu
tidak melatih kamu untuk tidak mengejar nilainya, tapi kejarlah ilmunya
fisikanya. Kalau suka fisika yah ilmu fisikanya itu diambil nanti nilai itu akan
mengikuti ilmu yang kamu peroleh walaupun mungkin tidak seperti yang kamu
harapakan bangetnya, ilmunya banyak, itu mungkin karena kamu kurang berlatih.
Tapi nanti seiring dengan perkembangan psikisnya itu kan nanti mereka juga akan
berubah. Itu banyak kok anak-anak yang dulunya yah menurut guru itu dia biasa
saja, tapi kenyataannya setelah mereka bekerja, setelah lulus kuliah bekerja
mereka sukses. Itu kan karena melalui proses yang menurut saya harus
dikembangkan pertama itu kecintaanya pada itu supaya dia tekun disitu, supaya
dia semangat untuk belajar tidak dilihat dari susah banget eee, ngga senang aku,
susah banget ee, itu kan ngga tekun lagi, ngga cinta lagi. Kalau cinta itu yo sulit
seperti apapun tetap dia pinginya mempelajari itu. Jadi kalau pelaksanaanya
bagaimana yah menurut saya standar-standar saja. Di tempat kita yah misalnya
hanya dengan praktikum kah atau dengan media pembelajaran yang IT kan sudah
biasa yah, menurut saya yah semenarik-menariknya itu kalau hatinya tidak cinta
yah susalah. Membangunnya itu yah tetap aja kalau dipandang, kalau standar kita
nilai yah nilainya akan dari dulu sampai sekarang segitu-gitu terus.yah namanya
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
77
nilai fisika. Supaya dia konsisten,tekun menekuninya. Terus nanti untuk bekerja
pun saya inginnya ke situ.
Peneliti: Cara ibu mengembangkannya?
Guru A: Memotivasi mereka
Peneliti: Terus cara ibu memotivasinya dengan bagaimana?
Guru A Saya biasanya anuh diskusi dengan mereka. Kalau bahasa garis kerasnya
itu memasukan konsep tentang kecintaan kita terhadap sebuah ilmu.itu supaya
kita konsisten itu dengan cara diskusi dengan mereka, terus yang kedua kita juga
memberikan wawasan bahwa banyak kok fisika itu tidak sekedar pelajaran fisika
tapi banyak hamper semua yang ada di lingkungan kita itu semua itu butuh fisika.
Sebagai contoh orang IPS mau tidak mau itu yang namanya handphone kan dia
pake. Saya selalu bilang sebenci-bencinya kamu dengan fisika,
fisik itu di
sekitarmu pake, sekalipun milih IPS sekalipun kalau HP ngga ngerti ngga
mungkin, kita mau menghidupkan lampu di rumah atau mengganti bohlam lampu
yang sudah rusak
itu kan fisika juga. Terus gimana cara menggunakan
Handphone yang benar misalnya terkait dengan radiasi dengan apa itu dengan
fisika juga. Terkait dengan gelombang, itu tuh tetap ada fisikanya. Jadi membuka
pikiran mereka gitu, yah memang itu metodenya mesti setiap orang berbeda-beda
yah. Tapi kalau saya pribadi memang kalau ada waktu memang saya sisipi itulah.
Mau bahas masalah gelombang misalnya itu yah 15 menit itu masukin itu supaya
mereka termotivasi ternyata luas benar dan itu bisa dimanfaatkan. Tapi saya
bisanya ngomong doang ngga bisa menerapkan, tapi anak-anak itu masih panjang,
dia masih bisa berkembang dengan luar biasa jadi harus ditekankan seperti itu
dan anak kok menurut saya, yang saya lihat itu meskipun belum begitu banyak
yah, beberapa masuk teknik fisika,.dengan nilai fisika yang tidak tinggi bukan
kemampuannya yah, dengan nilai pelajarannya itu loh ulangan dan sebaginya kan
alat ukurnya sebetulnya ngga cuman it toh mereka kreatif misalnya bikin alat ini
ini ini. kalau konsepnya ngga paham yah udah ngga bisa lah bikin alat seperti itu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
78
donk, saya saja ngga bisa, berartikan konsep saya masih kalah dengan mereka
meskipun kalau mengerjakaa soal nilainya lebih bagus saya daripada mereka.
Peneliti: Cara ibu membuat kecintaan mereka dengan memberikan motivasi,
mengkaitkan suatu hal dengan kehidupan yang nyata dengan ilmu fisikanya. Salah
satu kecintaan yang kita bangun itu kan kecintaan terhadap bagaimana dia
bersikap ilmiah. Di fisika kan harapan kita kan dia bisa menjadi seorang yang
konsisten dan focus disitu dan bisa menjadi seorang peneliti di bidang fisika
seperti itu. Apakah dalam proses pembelajaran itu selain motivasi ibu
memberikan sesuatu di luar
motivasi untuk bisa meningkatkan keterampilan
mereka itu bu?
Guru A: Biasanya itu yang bisa dilakukan dalam keadaan yang terbatas yah
paling hanya alat-alat lab. Ngga ada alat yang cukup yah biasanya demonstrasi
gitu yah. Demonstrasi artinya biar kita itu biar anak-anak itu ngga anu yah
walaupun banyak yah sekarang misalnya mau merangkai itu kan sekarang udah
ada animasi itu loh. Cuman kan ngga lihat alatnya yang benar juga kadang
bingung, misalnya statip kadang-kadang mereka ngga ngerti statip itu seperti apa
kalau mereka ngga kita tunjukan, padahalkan cuman statip, Cuma karena kita
udah tau statip. Tapi kalu misalanya siapkan statip cuman gitu yah, statip tuh yang
mana bu, jadi tetap itu harus diberitahukan. Sebetulnya kalau praktikum tu anakanak cenderung lebih suka karena lebih otak atik otak atik gitu yah. Cuman
kadang-kadang untuk memasukan metode pembelajaran yang ideal yang seperti
yah saya pun juga punya anuh yah punya pandangan/gambaran idealisnya orang
ngajar itu seperti apa tapi pada akhirnya saya tidak bisa melaksanakan seperti
idealism yang saya pikirkan itu kan harus semaksimal mungkin saya harus
melakukan itu. Kalau idealism saya misalnya saya mau menanamkan konsep
umpamannya e misalnya hukum ohm gitu aja yah, konsep hukum ohm itu kan
saya harus menyediakan dulu, menyiapkan alat lab. Untuk menyiapkan alat
dengan tugas saya yang begitu banyak, artinya ngga ada waktu artinya ada orang
yang menyiapkannya disana. Harus ada orang laborannya. Nah apakah laboran itu
tersedia di sekolah. Seandainya idealisme saya, ada yang bagian yang sudah mulai
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
79
ngurusi bagian itu mereka sudah paham betul, saya tinggal tanya, saya tinggal
bilang hari ini saya mau jam pertama kedua besok pagi saya mau praktikum
hokum ohm, lalu dia Ok bu sudah siap, saya tinggal masuk tidak buang-buang
waktu itu mungkin cukup waktunya, terus di ukurkan R-nya dengan V sekian
Arus ketemunya berapa, gimana kalau beda potensialnya diganti, power
supplynya ditambahi dari 3 ke 6 ohh arusnya ternyata berubah juga, terus
sekarang coba dibandingkan coba V kamu bagi dengan I-nya dari tabel itu kan,
nah itu sebelumnya kan dalam idealisme saya mestinya terus dari praktikum tadi
mereka bisa menyimpulkan terus nanti digiring toh R itu tergantung dari V ngga
karena anak-anak secara matematika itu kan R itu V/I. itu matematika, kalau
Cuma lihat matematikanya mestinya kalau V-nya lebih besar R-nya akan lebih
besar dengan I yang sama. Tapi R=V/I menurut Ohm, hasil percobaan itn tidak
seperti yang kita lakukan, itulah bedanya matematika dengan fisika. Jadi gga bisa
kalau punya V-nya gede nanti R-nya ikut gede. Dari hasil percobaan kalau V-nya
besar I-nya mengikut perubahan menjadi besar sehingga menghasilkan R yang
konstan gitu. Nanti kalau kita pengen memberitahukan konsep bahwa R itu
tergantung dari hambat jenisnya, tergantung dari apa itu ee panjangnya, itu kan
harus pake praktek juga. Jadi nanti mereka anuh idealisme saya itu, praktikumnya
agak lama itu yah kalau hambatan nikelinnya sama tembaga misalnya beda
hambat jenis nanti akan menghasilkan R yang berbeda walaupun panjangnya
sama, luas penampangnya sama gitu kan, nanti variabelnya diganti yang rhonya
sama tapi panjangnya beda. Itu memakan waktu yang cukup banyak tapi cukup
untuk mengajarkan konsep beda itu karena kita belum terbiasa tadi, mungkin
kalau dari SD itu sudah dibiasakan seperti itu yah nanti sampai kita SMA tinggal
istilahnya melanjutkan saja, kalau idealisme saya seperti itu tapi kenyataannya
kan tidak seperti itu sehingga saya harus menyesuaikan diri antara waktu yang
tersedia dengan materi mereka harus tuntas dan dengan alat yang seadanya.
Peneliti: Sebenarnya ibu berharap bahwa pelajaran fisika itu lewat eksperimen di
lab seperti itu tapi karena….
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
80
Guru A: Anuh harus terpadu, kalau Cuma dengan eksperimen saja ngga bisa.
Saya pernah itu ada anak dari Taiwan, disini waktu ngobrol-ngobrol sama… kalau
anak-anak sama dengan anak-anak bahasa inggrisnya udah klop yah kalau dengan
saya ngga. Itu saya pernah tanyakan, coba ditanyakan kalau pembelajaran disana
gimana kok sih anak itu bisa, anak-anak menganggapnya pinter kok Bu anaknya
itu bisa kalau matematika. Terus setelah ditanya, pembelajarannya disana itu
anuh lama, jadi pake fisiknya kalau cuman dengerin gitu dia anuh dia mungkin
ngga ngerti bahasanya juga yah jadi ngantuk gitu yah. Tapi mereka tuh dengan
menggunakan medianya tuh multi, multimedia. Cuman lab saja ngga tapi mereka
melakukan dan multimedia dan itu memang waktu yang diperlukan banyak karena
pelajarannya ngga sebanyak kita. Pengennya fisika yah belajarnya banyak fisika,
yang kedua alatnya itu mencukupi tapi ceramahnya tetap ada. Kemarin waktu kita
tukar dari Cibain University itu mereka memberikan kebetulan materi yang
diberikan itu anuh kolaborasi antara calon guru bahasa inggris jadi kuliah juga
toh dengan kalian yang dua orang itu, kemudian yang satu tuh mahasiswa teknik
elektro kalau ngga salah itu sudah hampir lulus, dia mau skripsi matematika terus
anuh apa dia berkolaborasi yang mahasiswa teknik elektronya itu mau membuat
alat kan terus yang menjelaskanya adalah yang bahasa inggrisnya. Terus yang
menyampaikan kan yang elektro kan ngga begitu pintar menyampaikan dalam
bahasa inggris karena orang jepang, terus yang anuh mahasiswa teknik elektronya
itu yang punya alatnya itu yang melakukan. Dia itu membuat alat amanya apa,
lupa saya. Konsep alat itu bahwa ada pemantulan bunyi, terus alatnya itu speaker.
Speakernya itu kecil-kecil, kalau dipantulkan kesana, anak-anak disuruh merem
gitu, suruh pejam matanya itu, seolah-olah suara itu datang dari sana. Nah itu
yang menjelaskan mahasiwa bahasa inggrisnya tapi konsepnya itu dirumuskan
oleh mahasiswa elektronya itu. Itu kan pembelajaran yang menarik menurut saya,
dulu pernah ada tim teaching yah, jadi satu kelas yang ngajar ngga cuman satu,
dua guru. Tempat kita ngga ngerti ini, kaya guru TK itu kan yang ngajar satu
kelas ngga cuman satu guru terus SMA pun sebetulnya bagus juga kalau tim
teaching gitu tapi optimal gitu loh, kerja sama yang harus solid optimal. Bisa itu
anak itu, menarik sekali tapi yah kalau saya amati cuman membahas tentang
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
81
pemantulan bunyi butuh waktu berapa jam yah dek sekitar 2 jam itu 120 menit
cuman pemantulan gelombang bunyi dan dengan alat yang banyak multimedia
menjelaskan juga paling ngga menjelaskan, power point juga, tapi membuat
power point juga mestinya kalau persiapan lama juga itu menurut saya, karena
power pointnya juga bagus, persiapanya banyak toh dan itu kalau hanya
dipersiapkan oleh satu orang guru ngga mungkin selesai dalam waktu yang
singkat itu harus tim, jelas tim harus kerja sama. Kalau mau ideal loh yah, kalau
ideal itu kan seperti yang saya sampaikan idealisme saya. Coba yah kalau anak,
kalau kita mampu seperti itu, yah semua ada kelebihan dan kekurangannya. Orang
luar kan mempelajarinya tidak global yah jadi fokus k… seperti anak-anak disini
senang untuk…tapi kan dia ngga mungkin menyelesaikan ngga cuman fisika saja,
menyelesaikan kimia, biologi, matematika. Masih yang lainnya yang IPS pun
masuk situ, bahasa inggris.
Peneliti: Selama pembelajaran, ibu mengampuh pelajaran fisika ini, ibu merasa
materi fisika yang diajarkan itu terlalu banyak sehingga waktu untuk
kaya…apalagi ibu merasa harus ada keseimbangan antara materi pengajaran di
kelas dengan praktikum di lab. kalau dari ibu sendiri, apakah ibu berharap supaya
untuk kenyataannya disini seperti apa, apakah proses pembelajaran di kelas
dengan di laboratorium itu seimbang atau sepertinya kurang berimbang?
Guru A: Yang sekarang dirasakan untuk saat ini? yah kurang berimbang
Peneliti: Kendala utamanya itu karena apa?
Guru A: Kendala pertamanya itu satu alat, yang kedua waktu, mungkin juga
karena saya, saya mau menyalahkan diri sendiri, manajemen waktu saya kurang
bagus mungkin, tapi yah saya lihat hampir rata-rata semua guru ee untuk fisika
yah itu merasakan ngga bisa memanej waktu. Jadi ngga ngerti mungkin yang
salah gurunya atau sistemnya yah. Kalau saya ngga menyalahkan sistem yah saya
sendiri yang saya salahkan untuk saya ngga bisa memanej waktu atau membuat
sebuah pembelajaran yang terpadu, yang melibatkan metode laboratorium tapi
sekaligus…ee kan gitu yah kita memperhatikan proses yah, kita mengutamakan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
82
akhirnya kan proses, tapi pada kenyataannya pada saat ujian itu kan bukan proses
apalagi cek point jadi yah saya pribadi merasakan evaluasi ujian nasional jadi
tidak sinkron dengan printah menanamkan konsep itu dengan proses. Jadi kalau
ujiannya tidak sama dengan waktu saya kuliah yah misalnya waktu saya kuliah
kan kita hampir ngga kenal ujian cek pont yah tapi esai jadi sebetulnya yah
sebenanrnya saya mesti isi, jadi mau tidak mau saya harus belajar beneran ini
gimana toh cara kerjanya kok bisa gitu. Waktu saya pernah kecewa juga, waktu
kurikulum baru KBK dahulu (Kurikulum Berbasis Kompetensi) memang
mengenai proses yang diutamakan setelah evaluasinya masih cek point gitu yah
ngga cocok. Mungkin masih kesulitan kita untuk membuat sistem yang bagus gitu
yah, yah bertahaplah. Itu kan kita harus laksanakan dalam keadaan apapun kan
harus secara maksimal. Untuk fisika yah konsep fisikanya punyalah meskipun
nanti ternyata dia tidak menggeluti itu tapi paling tidaklah kita harus punya
kenangan konsep yang matematis gitu, kan mungkin aja yah orang laki-laki
misalnya dulu lulusan IPA gitu yah, kalau konsep fisika matang gitu nanti logika
dia dalam kehidupan sehari-hari tetap pake tuh loh jadi kan paling ngga ada
manfaatnya sekalipun setelah bekerja ternyata di Bank misalnya itu kan ngga ada
kaitanya yah dengan fisika tapi paling tidak andai ada alat untuk anuh uang gitu
yah paling nda sedikit dia tau lah. Ohh ini alatnya, masuk dia. Itu nanti di rumah
dimanfaatkanlah supaya konsep fisika yang dia bawa itu bermanfaat sekalipun
hanya kecil konsep tapi manfaatnya besar.
Peneliti:Kalau menurut ibu sendiri, tadi kan ibu sudah bercerita banyak. Kalau
pembelajaran yang efektif untuk fisika tuh yang seperti apa Bu?
Guru A: Efektifnya yang memandang fisika efektif dari mana?
Peneliti: Efektifnya itu maksudnya ee prosesnya baik dan nilainya juga baik.
Yang menurut ibu yang paling efektif untuk mendapatkan dua hasil yang nilainya
baik dan prosesnya juga baik
Guru A: Dengan keadaan yang tidak mau diubah seperti sekarang ini yah… yah
tetap kalau menurut saya multimedia yah. Multimedia yang semaksimal yang ada.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
83
Misalnya: kok alatnya cuman satu, yah udah kita pake demonstrasi aja. Jadi selain
misalnya aja waktu saya menjelaskan elastisitas itu kan pegas yah, yah saya bawa
pegas
atau bawa karet gitu toh terus habis itu nanti dipandu juga dengan
powerpoint itu yah ada toh.ngambil dari yang anuh itu, misalnya gambar aja pegas
nanti ditarik pake beban lalu dia bisa narik sendir, di lepas dia bisa bolak-balik
gitu toh. Nah itu kan mereka lihat ohh gitu toh caranya tapi saya hanya
menunjukan demonstrasinya itu ngga ngitung menghitung gitu yah, ini ditarik
ngulur, dalam kenyataan benar toh sama panjang beneran nanti baru kita
demosntrasikan lewat power pointnya itu lewat animasi sehingga oh yah itu tidak
sekedar animasi tapi dalam kenyataan memang seperti itu pegas ditarik dia
akan…bahkan mungkin susah toh dek kadang terlalu panjang bisa mental gitu
kan, supaya anuh kita contohkan sekali yah ini kalau beneran gitu yah tarik sedikit
itu kan gerakannya cepat sekali susah diikuti kalau digambar itu kan gampang, ini
kenyataannya, terus kalau mau diperhatikan diteliti dengan baik gerakannya itu
seperti apa pake animasi. Tapi paling ngga mereka…itu kan memaksimalkan
kondisi yang tidak maksimal, alatnya ngga maksimal, mungkin keterbatasan
waktu juga gitu. Menurut saya yah yang efisien yah itu harus multimedia cuman
memang harus gurunya itu supaya apa namanya memang tugasnya belum begitu
ini sih. Kalau mau jadi guru beneran itu tidak cuek yah, yang beneran tidak usah
seratus yah
nilainya taruh aja yang KKM 80 gitu aja sudah cukup bagus toh
diatas KKM. Guru yang 80 itu tadi itu yah memang waktunya bener-bener terisi
toh nah harus menyiapkan gitu tapi kalau parallel aja masih mending yah jadi
kelas berbeda dengan kelas yang lain yah kasihan dia menyiapkan dan jam yang
diampuh beda misalnya saya nggajar kelas X, kelas XI, kelas XII kasihan itu,
kalau misalnya kelas XI aja mungkin masih bisalah dilakukan walaupun habis
waktu itu, belum lagi menyiapkan misalnya koreksiannya, materinya, itu memang
senang bener kalau ngga senang yah nanti akan jadi jelek. Jadi ngga ada keinginan
dari hati kita untuk memberikan ke anak itu nanti apa targetnya yang mau kita
capai. Kalau saya terus terang ngga sekedar nilainya bagus.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
84
Peneliti: Terus kalau soal materi pembelajaran yang mungkin dari soal ketika
kuriklum 2013 dialihkan ke kurikulum 2006 kemudian kembali lagi dari
kurikulum 2013 ke 2006 tapi pandangan kita kan untuk pembelajaran fisikanya
sendiri mungkin tidak menjadi permasalahan tentang kurikulum karena perubahan
kurikulum apapun tetap pembelajaran fisika itu berbasis saintifik jadi yah tetap itu
yah tetap itu. Jadi kalau soal perubahan kurikulum, dari guru fisika mungkin tidak
terlalu berpengaruh, yang penting disini proses saintifiknya apalagi anak fisika
untuk itu dalam proses pembealajarannya itu cara ibu bagaimana sehingga bisa
menerapkan proses saintifik yang ada dalam fisika tersebut?
Guru A: Proses saintifik kalau mau dibuat… kan tidak setiap tatap muka harus
dengan proses…
Peneliti: Dari segi pembelajaran ibu bisa menerapkan proses saintifik seperti apa
bu?
Guru A: Biasanya kita memberikan ini yah misalnya aja contoh dalam…
misalnya kita mau apa yang dibahas, umpamannya apa yah gelombang gitu aja,
misalnya mau membahas tentang gelombang nah itu yah diberi permasalahan dulu
anuh apa bukan permasalahan tapi diberi sebuah keadaan yang nanti
memunculkan jawaban gelombang gitu, jadi mereka nanti nyambung antara
materi yang mau kita bahas dengan apa yang konsep dasar yang sudah mereka
punya, gelombang tuh apa yah menurut saya yah sedikit, kalau fisika memang
dengan memberi ini terus nanti mereka bertanya atau saya yang bertanya mereka
yang dipancing toh kadang-kadang kalau mereka suruh langsung bertanya kan
kadang juga belum terbiasa kalau sudah terbiasa ngga masalah. Ada sih kelas
yang ada satu orang anak, oh yah karena mungkin mereka ada yang tertarik anak
itu, tapi kan ngga semuanya tertarik seperti itu. Itu yah kita anuh kita pancing
supaya mereka bertanya. Kadang-kadang kalau anuh yah kalau kita mengajari
yang nilainya 80 itu cape banget karena kita harus ngomong-ngomong dengan
anak-anak. Mengajar tapi omong-omong, kita ngomong muridnya jawab nanti
terus gantian nanti mempunyai kemungkinan lain nanti ada yang nyahut lagi terus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
85
nanti saya menegaskan, melakukannya agak sulit yah jadi sampai materi itu
masuk yah tapi sudah dibatasi dulu digiringnya kemana supaya mereka bertanya
sesuai dengan yang mau dibahas.
Peneliti: menurut ibu dalam pembelajaran itu antara praktikum dengan teorinya,
menurut pandangan ibu sendiri lebih baiknya mengajar materi dulu baru
praktikum yang menyangkut materi itu atau praktikum dulu baru mendalami
materi yang berkaitan dengan praktikum tadi?
Guru A: kalau menurut ngga bisa di…saya bilang praktikum dulu atau tergantung
pokok bahasannya, karena ada pokok bahasan yang bisa cocok dengan praktikum
dulu baru nanti penjelasan tapi ada juga yang bahaya kalau praktikum langsung
kalau tidak diberi pengantarnya dulu. Jadi harus kondisional lah.
Peneliti: dari selama ibu disini, ibu biasanya mungkin tidak tentu tapi
frekuensinya keseringan ibu mengajarkan materi
dulu baru praktikum atau
praktikum dulu baru teorinya?
Guru A: kalau saya lebih suka praktikum dulu baru materi. Cuman lebih
banyaknya tidak dilepas langsung, meski ada pengantar dulu. Tidak terus mereka
dikasih LKS kemudian disuruh membaca sendiri kemudian praktek nanti baju
dijelaskan teorinya, ngga bisa seperti itu juga. Kadang-kadang kalau memang
kira-kira bisa mengerjakan dengan itu mesti harus tetap dengan pengantar dulu.
Untuk kita mau membahas…waktunya memang cukup panjang karena memberi
bantuan itu contoh aja yang sederhana misalnya umpamannya mau alat optik yang
paling sederhana, yang paling sederhana misalnya lup gitu yah, terus kita mau
percobaan dengan menggunakan lup, menentukan fokusnya lup itu berapa, nah itu
anuh kok itu juga harus pake pengantar dulu karena kan materi alat optik itu di
kelas X sementara dulu di SMP mereka belajar optika geometri di SMA tidak
diuluang lagi optika geometrinya rata-rata sudah lupa yah, terus fokus itu apa juga
sudah lupa makanya harus diberi petunjuk praktikumnya setelah itu dikomeni
dulu, kalau tidak nanti tidak fokus mencarinya itu. Jadi nanti hasil yang kita
peroleh ngga sama dengan yang kita harapkan gitu jadi tetap harus dibimbing
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
86
dulu. Bimbing dulu kasih tujuannya apa diberitahukan baru kemudian mereka
percobaan mengarah kesitu baru kemudian diterangkan lewat gambarnya. Secara
geometris kan digambar yah ini pembentukan bayangan seperti itu. Sebenarnya
kalau teori dulu baru praktikum itu anuh yah, contoh yang mudah misalnya kita
ingin menunjukan gelombang stasioner kemudian ingin menentukan cepat rambat
gelombang dalam tali itu mungkin itu bisa pratikum langsung dengan LKS itu
ditunjukan tapi pernah suatu saat itu kita kan praktikumnya lepas dari KBM jadi
praktikum sore itu ada itu terus pas jatah praktikum perocobaan melde itu yah dia
ngga ngerti pokonya asal percobaan sesuai dengan ini tapi tujuannya ngga dibaca
jadi ngga bermakna gitu loh bagi dia. Nanti setelah begitu usai terus saya pasti
menjelaskan itu terus saya tanyakan sudah pernah melihat gelombang stasioner
baru terus…bingung kalau gelombang stasioner tiba-tiba saya tanya seperti itu dia
ngga ngerti karena ngga pernah lihat jadi percobaan melde itu gitu. Nanti setelah
kita jelaskan gelombang stasioner itu terbentuk ini ini ini misalnya gitu gitu gitu.
Baru nanti dia bisa jawab yang kemarin percobaan melde itu. Jadi memang harus
barang itu, sampe angel to itu kalau praktikum terpisah. Lebih efisien itu kalau
jumlah gurunya ngga cuman satu jadi praktikum yang satu ni alatnya gini gini
nanti diselingi dengan penjelasan langsung.
Peneliti: Menurut ibu disini selama ini apakah labnya sudah standar untuk
pembelajaran yang baik atau bagaimana?
Guru A: Belum, belum karena biasanya lab-lab di sekolah negeri itu kan hanya
mengandalkan bantuan dari pemerintah terus apalagi sekarang-sekarang ini kan
tidak boleh yah menarik dana orang tua itu kan sudah sangat-sangat dibatasi,
sementara kita tau alat-alat lab itu kan fisika terutama harganya mahal jadi yah
menurut saya yah belum mencukupi artinya sangat terbatas banget dan sekolah
kalau memenihi kan ngga cuman fisika saja ada kimia, ada biologi, mestiya yang
dipenuhi dulu yang tidak terlalu mahal yah. Misalnya besic meter gitu aja, mau
beli untuk 8 kelompok berarti harus beli 8 ia toh minimal, itu kalau cuman ampere
meter doang kalau voltmeter, basic meter yang bisa untuk anuh yah belinya
berarti 2 kali 16 kan gitu jadi…hampir semua sekolah negeri masih anuh dek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
87
masih kurang, mungkin kalau agak cukup itu dulu SMA 7 disini itu kan karena
SMA 7 dulu untuk workshop untuk pusat pembelajaran lab itu di SMA 7. Dulu
ibu soalnya ada disana 11 tahun gitu yah jadi agak tahu perbedaanya yah kalau
labnya sana sama labnya sini. Saya pindah kesini pertama juga…memang sekolah
riset yah tapi mereka, anak-anak itu benar-benar kreatif sendiri sementara alat-alat
di sekolah tidak mendung/belum mendukung, belum bisa dikatakan memenuhi
syarat sebagai sekolah atau tempat untuk memfasilitasi riset mereka jadi mereka
kerja sama dengan UGM gitu biasanyauntuk pinjam alat disana. Kalau di
sekolahnya sendiri malah belum tersedia. Bahakan kalau mau praktikum itu tidak
bisa satu kelas 6 kelompok gitu terus tersedia 6 alat yang sama bisa. Intinya yang
praktikum sore itu satu kelas beda-beda alatnya karena alatnya terbatas toh yang
penting dalam satu semester bisa menyelesaikan misalnya bisa memberikan
sekian gitu. Intinya semua sekolah negeri dari anak-anak yang sering saya tanya
dari SMA mana-mana yang negeri yah khususnya itu yah saya tanya, belum
pernah melihat. Sudah pernah melihat CRO, jawabanya belum padahal sudah
kelas 12 yah. CRO tuh apa, terus saya harus memperlihatkan gambarnya kalau
cara membacanya gimana yah ngga tau. Saya aja baru tau cara membaca, kalau
mengoperasikan juga masih lihat-lihat petunjuknya atau coba-coba. Dari dulu
sampai sekarang yah masih seperti itu.
Peneliti: Terus alat-alat lab itu kan misalkan ibu menyadari bahwa masih kurang
terutama fisika. Untuk pengadaan barang-barang alat-alat lab itu sekolah dikasih
jatah pertahun atau gimana Bu untuk pembelian alat-alat lab?
Guru A: Mengajukan, tapi kalau ini anuh e kalau selama saya disini 3 tahun
terakhir saya disini itu anuh yah hanya mengajukan gitu kalau ada dananya yah
belilah kalau ngga ada dananya yah dipending.
Peneliti: Itu ibu sudah pernah mengajukan pembeliaan alat-alat lab tapi dari
pemerintah sendiri belum…
Guru A: ooo belum itu kan harus lewat sekolah dong. Itu pun juga mungkin
prosedurnya, mungkin sekolah sudah tahu prosedurnya gimana, lama atau gimana,
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
88
atau hasilnya nanti akan seperti apa mungkin sekolah tahu tapi terus terang saya
ngga pernah mengorek keterangan misalnya mengajukan ke anuh terus
prosedurya gimana, saya ngga tau. Yang jelas kalau mengajukan alat lab yah
lewat sekolah, misalnya ada edaran yang fisika butunya apa gitu, tapi yah itu
belum tentu…
Peneliti: Pernah diedarkan ke ibu suratnya?
Guru A: Bukan surat, cuman alat-alat yang dibutuhkan
Peneliti: Itu dari pemerintah yang..
Guru A: Ibu ngga tahu, itu sekolah yang urus, tapi ibu ngga pernah cari tahu gitu
loh, mungkin saya kurang informasi tapi pernah.
Peneliti: Barang-barang yang selama ibu list pernah didatangkan ke sekolah?
Guru A: Yah ada sih tapi ngga.. ada yah kan sesuai dengan dana mungkin yah
misalnya kemarin itu beli basic meter.
Peneliti: Kalau di SMA 6 ini kan kalau alat lab itu kan dapat dari bantuan
pemerintah, nah kalau buku buat siswanya sendiri bagaimana Bu, biasa pake buku
paket, LKS atau dua-duanya?
Guru A: Dua-duanya
Peneliti: Kalau buku, pinjaman dari perpustakaan…
Guru A: Yah ada, ada beberapa yang pinjam dari perpus tapi ada juga yang beli.
Kalau selama saya disini, kalau untuk fisika, anak-anak itu bebas tidak saya suruh
beli yang apa, yang penting pinjam juga boleh yang penting ada materi yang
sedang kita bahas gitu aja tapi harus punya. Kamu harus usaha loh, andai tidak
punya pun pada saat butuh barangnya itu harus ada karena untuk latihan, LKS
untuk latihan-latihan soal, kan ngga mungkin dibahas di kelas semua toh itu
belajarnya saya mewajibkannya seperti itu. Beli boleh, pinjam juga silahkan.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
89
Peneliti: Menurut ibu, karakteristik orang IPA terutama fisika itu harus bisa apa
Bu?
Guru A: Mungkin kan mestinya anaknya itu logis yah. Karena kadang-kadang
logika itu,kalau logika bagus itu kadang-kadang tidak usah diberi turnya, itu kan
dia mengadapi anuh…Kalau orang IPA kan ciri khasnya berpikir kritis yah,
berpikir sains gitu, memecahkan masalah gitu yah, dengan metode tahapan seperti
itu. Ada masalah dia prediksi sendiri lalu cari benaranya seperti apa, dari
prediksinya itu benar apa ngga entah lewat eksperimen, entah lewat membaca,
entah lewat mencoba hal-hal yang sederhana seperti itu.
Peneliti: Karakterisitik orang MIPA itu seperti yang ibu sampaikan tadi kan bisa
meneliti, bisa merumuskan masalah terus bisa menganalisis, kalau dalam proses
pembelajaran IPA itu diimpelementasikan lewat sehingga mereka bisa
mengembangkan karakteristik orang IPA terutama fisika?
Guru A: Harusnya lewat kegiatan Lab. Kegiatan lab itu kan mestinya ngga cuman
bekerja di dalam lab sebetulnya bisa dilakukan diluar lab gitu yah yang penting
ada alat ukurnya, ada yang dipake untuk mengukur alat ukurnya, misalnya aja
diajak kemana, outbond misalnya. Outbond kan bukan milik anak IPS aja yah
misalnya mereka belajar ekonomi tentang perbankkan mereka di lepas ke bank
tapi mereka bisa aja anak IPA di lepas ke parangtritis mengukur tekanan udara
disana, kecepatan angin dan sebagainya itu kan jadi sebuah proyek pekerjaan.
Kalau orang IPA logikanya lah yang harus dikembangkan. Logikanya dan dia
harus menghadapi apa yah keadaan yang dia temukan itu, pengen mencari
solusinya. Kalau kita mungkin yang lebih kerennya yah berpikir ilmiah.
Peneliti: Dari ibu sendiri, sejauh ini apakah merasa sudah membekali siswa
dengan kemampuan seperti itu?
Guru A: Belum bisa maksimal. Saya sudah berusaha maksimal tapi hasilnya
menurut saya belum maksimal karena tidak semua anak, nda usah tidak semua,
tidak 50% tapi mungkin lebih kecil dari 50% yang mampu seperti itu. Kalau anak
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
90
sini masih mending karena ada pelatihan dasar penelitian yah jadi awalnya
mereka sering dipaksa toh nantinya lama-lama karena tau kebiasaanya kaya gini
lama-lama mereka bisa sendiri jauh lebih bisa daripada gurunya. Gurunya ngga
bisa membuat yang anuh… dia bisa. Karena dia ini yah tertarik dengan… tapi itu
tidak signifikan dengan nilai fisikanya loh makanya pemerintah tinggal mintanya
yang mana.kalau dari pemerintah kan minta nilai. Anak itu pas pelajaran, nilai
fisikanya…Selama ini saya tidak pernah lihat dia mendapatkan nilai yah artinya
bersama teman-teman yang lain karena yang bagus hanya satu dua orang tapi dia
konsisiten memilihnya. Waktu saya tanya juga, kamu ambil apa dek, kalau tidak
fisika saya milih teknik nuklir. Waktu dia mengajukan beasiswa ke turki yang
dipilih apa dek “fisika”. Beasiswa ke turki kan dia dulu membuat periskop terus
tingkat nasional juara 2 tapi fisikanya tidak signifikan antara nilai fisikanya dan
kecintaan dia terhadap fisika. Kalau dia tidak senang ngga mungkin dia memilih
jurusan fisika karena dia tau konsekwensinya. Konsekwensinya kenyataanya dia
nilainya ngga pernah bagus. Mungkin konsep fisika dia bagus cuman ngga cocok.
Kalau saya pribadi saya lebih suka dia tahu konsepnya tapi nilainya itu saya nanti
gampanglah. Yang penting dia berusaha diremedi gitu sampai tuntas. Kalau
pemerintah kan ngukurnya dari situ.
Peneliti: Dari pengamatan ibu ketika ekpserimen, mereka menyenangi
eksperimennya atau ?
Guru A : Sebagian besar menyenangi apalagi kalau anak itu tahu konsepnya yah.
Tapi kalau tidak yah sekedar caranya ini untuk nyari ini, dicari ini dulu cuman
gitu doang. Kalau bahasa saya ngga bermakna.
Peneliti: Sejauh ini berapa praktikum yang sudah ibu terapkan ke siswa kelas XI?
Guru A: Kalau kelas XI itu kalau sini kan praktikum sore yah, satu tahun ajaran
ada 8 praktikum tapi dengan alat terbatas tidak semuanya. saya tidak menerapkan
praktikum didalam pembelajaran saya yang terpadu tapi disini programnya
pratikum tujuannya nanti pas ujian praktek itu mereka bisa, cuman nanti saya
masukan dipembelajaran itu karena dia sudah melakukan percobaan misalnya saja
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
waktu saya membahas tentang
91
elastisitas itu sudah praktikum tentang
menentukan konstanta pegas. Itu kalau mereka belum belajar elastisitas kan
mereka ngga mudeng konstanta pegas itu apa kan ditulis tujuan menentukan
konstanta pegas, cara kerja ini diukur awalnya berapa, digantungi beban sekian
gram bertambah berapa dan seterusnya toh nah nanti pada saat pembelajaran
karena mereka sudah melakukan toh. Sudah toh praktikum menentukan konstanta
pegas, sudah, masih ingat caranya, masih.
Download