motivasi, kreativitas dan implikasinya dalam - E

advertisement
MOTIVASI, KREATIVITAS DAN IMPLIKASINYA
DALAM PEMBELAJARAN DI SD/MI
Jum Anidar
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang
Email : [email protected]
Abstract: Motivation is the reinforcing factor of someone in case of doing something. The motivation itself are
divided into two types. The intrinsic motivation is having a condition when the inside factor pull someone to do
something. The extrinsic motivation in is the outside condition of a person pull him to do something. Meanwhile
creativity is defined as the experience in expressing and actuate the identity comprehensively, with nature, and
other people. An educator must be able to give motivation and creativity to his student. Especially in Elementary
or Islamic Elementary School, the application must be suited with the student characteristic. The character can
be seen in two point of view, the purpose and the learner him self.
Key words: motivation, creativity, instructional
Abstrak: Motivasi merupakan faktor pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motivasi ini ada dua yaitu
motivasi Instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam
diri individu yang dapat mendorongnya melakukan sesuatu. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan
yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan tertentu. Sementara kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Pendidik harus mampu memberikan dan
meningkatkan motivasi dan kreativitas peserta didiknya. Khusus untuk di SD/MI pelaksanaanya harus disesuaikan dengan karakteristik anak SD/MI tersebut. Karakteristik anak SD/MI dapat dilihat dari dua segi yaitu segi tujuan pendidikan di SD dan segi peserta didik di SD/MI.
Kata kunci: motivasi, kreativitas, pembelajaran di SD/MI
A. Pendahuluan
Apabila orang bertanya “apa yang memotivasi seseorang mempertaruhkan nyawanya
untuk menyelamatkan orang lain? atau bekerja
berjam-jam untuk mencapai suatu tujuan khusus?” maka yang biasanya dimaksudkan ialah
“mengapa orang berperilaku demikian?” Sebagaimana telah digunakan secara populer, istilah
motivasi mengacu pada sebab atau mengapa dari prilaku. Apabila dipakai dalam arti ini, maka
motivasi akan meliputi segala aspek psikologi.
Walaupun demikian, para psikolog membatasi
konsep motivasi sampai pada faktor-faktor yang
menguatkan perilaku dan memberikan arahannya. Suatu organisme yang dimotivasi akan terjun dalam suatu aktivitas secara lebih giat dan
lebih efisien daripada yang tanpa dimotivasi.
Selain menguatkan organisme itu, motivasi cenderung mengarahkan perilaku. Contoh seorang
yang lapar dimotivasi untuk mencari makanan
untuk dimakan, dan orang yang haus dimotivasi
untuk mencari minum.
Meskipun kebanyakan psikolog akan setuju
dengan definisi motivasi ini, batasan tersebut
masih merupakan suatu konsep yang kontroversial. Beberapa psikolog merasa bahwa motivasi hanya mempertanggungjawabkan penguatan aspek-aspek prilaku, dan bahwa mekanisme
lainnya (belajar dan kognisi) berlaku untuk
pengarahan perilaku. Beberapa lainnya bahkan
berargumentasi bahwa konsep motivasi tidak
perlu (Bolles, 1975 dalam Atkinson, 1991).
Istilah motivasi baru digunakan sejak awal
abad ke dua puluh. Selama beratus-ratus tahun,
pandangan utama para pakar filsafat dan teologi
ialah bahwa manusia adalah makhluk rasional
dengan intelek, yang memilih tujuan dan menentukan sederetan perbuatan secara bebas.
Nalarlah yang menentukan apa yang dilakukan
manusia dan konsep motivasi tidaklah perlu.
Manusia bebas untuk memilih dan pilihan ada
445
Jum Anidar: Motivasi, Kreatifitas dan implikasinya dalam pembelajaran di SD/MI | 446
yang baik atau yang buruk, tergantung pada intelegensi dan pendidikan individu itu. Diasumsikan bahwa pilihan yang baik kalau diketahui
akan dipilih secara otomatis. Menurut konsepsi
yang disebut rasionalisme ini seseorang bertanggung jawab atas perilakunya sendiri.
Para pakar filsafat tidak meninggalkan konsep rasionalisme itu samapai abat ke tujuh belas
dan delapan belas. Pada saat itu beberapa pakar
filsafat menganut pandangan mekanistik tentang
perilaku dan berpendapat bahwa perbuatan timbul dari kekuatan internal atau eksternal di luar
kontrol manusia itu sendiri. Pada abad ke tujuh
belas, Hobbes menyatakan bahwa apapun alasan
yang diberikan seseorang untuk perilakunya,
sebab-sebab terpendam dari semua perilaku itu
adalah kecendrungan untuk mencari kesenangan
dan menghindari kesusahan. Doktrin hedonisme
ini masih memegang peranan penting dalam beberapa teori motivasi.
B. Pembahasan
1. Motivasi
a. Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya
(Pintrich, 2003).
Menurut Santrock (2008), motivasi adalah
proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki
motivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2000).
Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas,
Ormrod (2009) menyatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize),
mengarahkan dan mempertahankan perilaku;
motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak. Petri (1981)
menggambarkan motivasi sebagai yang bertindak pada organisme yang mendorong dan
mengarahkan perilakunya
Istilah motivasi terkadang dibedakan pengertiannya dengan motif. Winkell (1996)
menyatakan bahwa motivasi adalah motif yang
sudah menjadi aktif pada saat tertentu, sedangkan motif adalah daya penggerak dalam
diri seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu demi mencapai suatu tujuan tertentu. Alek
Sobur (2003) menyatakan bahwa motif adalah
suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan
atau bersikap tertentu, sedangkan motivasi merupakan istilah yang lebih umum menunjuk
pada seluruh proses gerakan, termasuk situasi
yang mendorong dorongan yang timbul dalam
diri individu, tingkah laku yang ditimbulkannya,
dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.
b. Perspektif tentang Motivasi
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi
dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif
yaitu behavioral, humanistik, kognitif dan sosial
(Santrock, 2008).
1) Perspektif behavioral, menekankan pada imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci
dalam menentukan motivasi. Insentif adalah
peristiwa atau stimuli positif atau negatif
yang dapat memotivasi prilaku.
2) Perspektif humanistis, menekankan pada kapasitias untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib, dan kualitas
positif (seperti peka terhadap orang lain).
Persepktif ini berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan
dasar tertentu harus dipuaskan terlebih
dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang
lebih tinggi. Hirarki kebutuhan maslow tersebut adalah: fisiologis, keamanan, cinta dan
rasa memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.
3) Perspektif kognitif, menurut pandangan ini
pemikiran siswa akan memandu motivasi
mereka. Pada perspektif ini dikenal konsep
447 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm 445-452
motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang
termotivasi untuk menghadapi lingkungan
mereka secara efektif, mengausai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien.
4) Perspektif sosial, menurut perspektif ini kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah
motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman.
c.
Teori tentang Motivasi
Morgan, dkk (1996) mengemukakan empat
teori motivasi yaitu : teori Drive, teori Insentif,
teori Oppnent-process, dan teori optimal-level.
1) Teori Drive, teori ini digambarkan sebagai
toeri dorongan motivasi. Menurut teori ini
perilaku didorong ke arah tujuan dengan
kondisi drive (tergerak) dalam diri manusia
atau hewan. Menururt teori ini motivasi terdiri dari: 1) kondisi tergerak, 2) perilaku diarahkan ke tujuan yang diawali dengan kondisi tergerak, 3) pencapaian tujuan secara tepat, 4) reduksi kondisi tergerak dan kepuasan subjektif dan kelegaan tatkala tujuan tercapai.
2) Teori Insentif, teori ini digambarkan sebagai
teori pull (tarikan). Menurut teori ini objek
tujuan menarik perilaku ke arah mereka. Objek tujuan yang memotivasi perilaku dikenal
sebagai insentif.
3) Teori Opponent-process, teori ini mengambil pandangan hedonistik tentang motivasi,
yang memandang bahwa manusia dimotivasi untuk mencari tujuan yang memberi
perasaan emosi senang dan menghindari tujuan yang menghasilkan ketidaksenangan.
4) Teori Optimal-level, menurut teori ini individu dimotivasi untuk berperilaku dengan
cara tertentu untuk menjaga level optimal
pembangkitan yang menyenagkan.
Kempat teori yang dikemukan oleh
Morgan, dkk. tersebut dapat dikatakan pandangan lama tentang motivasi. Elliot, dkk
(1996) mengemukakan empat teori motivasi
yang saat ini banyak dianut, yaitu: teori hierarki
kebutuhan Maslow, teori kognitif Bruner, teori
kebutuhan berprestasi dan teori Atribusi,
sebagaimana berikut ini:
1) Teori hierarki kebutuhan Maslow, menurut
teori ini orang termotivasi terhadap sesuatu
perilaku karena ia memperoleh pemuasan
kebutuhannya. Hierarki kebutuhan Maslow
sudah di jelaskan sebelumnya.
2) Teori kognitif Bruner, kunci untuk membangkitkan motivasi bagi bruner adalah
discovery learning. Siswa dapat melihat
makna pengetahuan, keterampilan, dan sikap bila mereka menemukan semua itu sendiri.
3) Teori kebutuhan berprestasi, individu yang
memiliki kebutuhan berprestasi adalah mereka yang berupaya mencari tantangan,
tugas-tugas yang cukup sulit, dan ia mampu
melakukannya dengan baik, mengharapkan
umpan balik yang mungkin, serta juga mudah merasa bosan dengan keberhasilan yang
terus menerus.
4) Teori Atribusi, menurt teori ini perilaku seseorang ditentukan bagaimana atribusinya
terhadap penyebab perilaku yang sama sebelumnya.
d. Jenis-jenis motivasi
Syah (1999) menyatakan bahwa motivasi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri yang mendorongnya melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya untuk melakukan sesuatu kegiatan. Sementara Santrock
(2008) menjelaskan bahwa motivasi ektrinsik
adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan).
Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif ekstrenal seperti imbalan dan hukuman.
Motivasi instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri
(tujuan itu sendiri).
Terdapat dua jenis motivasi intrinsik, yaitu:
1) Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi
diri dan pilihan personal. Dalam pandangan
ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan
eksternal. Minat intrinsik siswa akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan
peluang untuk mengambil tanggung jawab
personal atas pembelajaran mereka.
Jum Anidar: Motivasi, Kreatifitas dan implikasinya dalam pembelajaran di SD/MI | 448
2) Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman
optimal. Pengalaman optimal kebanyakan
terjadi ketika orang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu
aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang
mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah.
e. Peranan Motivasi dalam proses belajar
dan pembelajaran
Dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri individu yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelansungan kegiatan
belajar, dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki
akan tercapai (Sardiman, 1990). Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non
intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam
penumbuhan gairah, perasan dan semangat untuk belajar (Khodijah, 2014).
Dengan demikian motivasi memilki peran
yang strategis dalam belajar, baik pada saat mmulai belajar, saat sedang belajar, maupun saat
berakhrinya belajatr. Agar perannya lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam aktivitas belajar haruslah dijalankan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah:
1) Motivasi sebagai penggerak yang mendorong aktivitas belajar
2) Motivasi instrinsik lebih utama dari motivasi
ekstrinsik dalam belajar.
3) Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada
hukuman
4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan belajar
5) Motivasi dapat memupuk optimisme dalam
belajar
6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar.
2. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Menurut Clark Moustakis (1967), ahli psikologi humanistic menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam
bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri
sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain.
Sementara Rogers (1962) menekankan bahwa
sumber dari kreativitas adalah kecendrungan un-
tuk mengaktualisasikan diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi
matang, kecendrungan untuk menekspresikan
dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Menurut Rhodes (1961), umumnya kreativitas didefinisikan sebagai Person, Process,
Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan,
yaitu Pribadi (Person) kreatif yang melibatkan
diri dalam proses (Process) kreatif, dan dengan
dorongan dan dukungan (Press) dari lingkungan, menghasilkan produk (Product) kreatif.
1) Person (Pribadi), tindakan kreatif muncul
dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
Sternberg (1988) kreativitas merupakan titik
pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan
kepribadian/motivasi.
2) Process (Proses), proses kreatifitas pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam
metode ilmiah.
3) Product (Produk), produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti definisi Barron
(1969) yang menyatakan bahwa kreativitas
adalah kemampuan untuk menghasilkan/
menciptakan sesuatu yang baru. Rogers
(dalam Vernon, 1982) mengemukakan kriteria produk kreatif adalah: 1) produk itu harus nyata (observabel), 2) produk itu harus
baru, 3) produk itu adalah hasil dari kualitas
unik individu dalam interaksi dengan lingkungan.
4) Press (dorongan) baik dorongan internal
maupun dorongan ekternal.
b. Teori tentang pembentukan pribadi
kreatif
1) Teori Psikoanalisis, pada umumnya teoriteori psikoanalisis melihat kreativitas sebagai hasil mangatasi suatu masalah, yang
biasanya mulai di masa anak. Pribadi kreatif
dipandang sebagai seorang yang pernah
mempunyai pengalaman traumatis, yang dihadapi dengan memungkinkan gagasangagasan yang disadari dan yang tidak disadari bercampur menjadi pemecahan inovatif
dari trauma. Diantara tokohnya adalah Freud
(1856-1939), Teori Kris (1900-1957), dan
Carl Jung (1875-1961).
449 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm 445-452
2) Teori Humanistis, melihat kreatifitas sebagai
hasil dari kesehatan psikologis tingkat tinggi. Krativitas dapat berkembang selama hidup, dan tidak terbatas pada lima tahun pertama. Tokohnya antara lain Abraham
Maslow (1908-1970) dan Rogers (19021987)
c. Ciri-ciri Kreativitas
Rogers (1902-1987) dalam Munandar
(1999) mengemukakan tiga kondisi dari pribadi
yang kreatif ialah:
1) Keterbukaan terhadap pengalaman.
2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal
locus of evaluation).
3) Kemampuan untuk bereksperimen, untuk
„bermain” dengan konsep-konsep.
Munandar (1999) menyebutkan ciri-ciri pribadi kreatif adalah:
1) Imajinatif
2) Mempunyaai prakarsa
3) Mempunyai minat luas
4) Mandiri dalam berfikir
5) Melit
6) Senang berpetualang
7) Penuh enrgi
8) Percaya diri
9) Bersedia mengambil resiko
10) Berani dalam pendirian dan keyakinan
Ormrod (2009) menjelaskan strategi untuk
meningkatkan kreativitas di kelas adalah:
1) Tunjukan kepada siswa bahwa kreativitas itu
dihargai
2) Fokuskan perhatian siswa pada penghargaan
internal dari pada penghargaan ekternal
3) Dorong siswa menguasai suatu area mata pelajaran
4) Berikan pertanyaan yang mengasah pikiran
5) Berikan siswa kebebasan dan rasa aman
yang dibutuhkan untuk mengambil resiko
6) Sediakan waktu yang memadai untuk mendorong tumbuhkembangnya kreativitas.
3. Implikasi Motivasi dam Kreativitas
dalam Pembelajaran di SD/MI
Sebelum diuraikan lebih lanjut tentang implikasi motivasi dan kreativitas dalam pembelajaran di SD/MI, terlebih dahulu perlu dijelaskan tentang karakteristik pendidikan di SD/MI.
Adapun karakteristik atau kekhususan pendi-
dikan di SD/MI dapat dilihat sekurang-kurangnya dari dua segi yaitu tujuan pendidikan dan
peserta didiknya (Prayitno dkk,1997).
a. Tujuan Pendidikan SD/MI
Tujuan pendidikan SD berlandaskan dan
menunjang tercapainya tujuan pendidikan
nasional. Dalam kerangka tujuan pendidikan
nasional tersebut, tujuan umum pendidikan
di SD ialah memberi bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk: 1) mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota
umat manusia, 2) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah.
b. Peserta didik SD/MI
Peserta didik di SD adalah mereka yang berusia sekitar 6-12/13 tahun, yang sedang
menjalani tahap perkembangan masa anakanak dan memasuki masa awal remaja. Tugas perkembangan yang hendak dicapai
oleh siswa SD itu, agar selajutnya mampu
memasuki dengan sukses awal masa remajanya, pada pokoknya adalah: 1) menanamkan
dan mengembangkan kebiasaan dan sikap
dalam beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa, 2) mengembangkan
keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung, 3) mengembangkan
konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan
sehari-hari, 4) belajar bergaul dan bekerja
dengan sekelompok sebaya, 5) belajar menjadi pribadi yang mandiri, 6) mempelajari
keterampilan fisik sederhana yang diperlukan baik untuk permainan maupun kehidupan, 7) mengembangkan kata hati, moral
dan nilai-nilai sebagai pedoman prilaku, 8)
membina hidup sehat untuk diri sendiri dan
lingkungan, 9) belajar menjalankan peranan
sosial sesuai dengan jenis kelaminnya, 10)
mengembangkan sikap terhadap kelompok
dan lembaga sosial, 11) mengembangkan
pemahaman dan sikap awal untuk perencanaan masa depan (Prayitno dkk, 1997)
Tahap perkembangan anak usia SD merupakan suatu masa dimana mereka sedang mempersiapkan dirinya untuk kelangsungan perkembangan hidupnya kelak. Dalam menjalankan tugas perkembangannya itu anak sering menemui
hambatan-hambatan dan permasalahan-permasalahan, sehingga mereka banyak tergantung pa-
Jum Anidar: Motivasi, Kreatifitas dan implikasinya dalam pembelajaran di SD/MI | 450
da orang lain, terutama orang tua dan guru. Oleh
sebab itu anak usia SD memerlukan perhatian
khusus dari para guru atau pendidiknya. Penyelenggaraan pembelajaran diharapkan dapat
sebesar-besarnya menunjang pencapaian tugastugas perkembangan itu sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional dan tujuan pendidikan di
SD
Setelah diuraikan karakteristik pendidikan
SD, maka akan implikasi motivasi dalam pembelajaran di SD adalah sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Ormrod (2009) yang mengatakan bahwa motivasi memilki beberapa pengaruh
terhadap pembelajaran dan perilaku:
1) Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan
tertentu. Orang menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri dan mengarahkan prilaku
mereka. Jadi motivasi mempengaruhi pilihan yang dibuat oleh siswa.
2) Motivasi meningkatkan usaha dan energi.
Motivasi meningkatkan jumlah usaha dan
energi yang dikeluarkan siswa diberbagai
aktifitas yang secara lansung berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan mereka.
3) Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi)
dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas.
Siswa lebih cenderung memulai suatu tugas
yang benar-benar mereka inginkan . Mereka
juga lebih cenderung melanjutkan pekerjaan
yang diinginkan sampai mereka menyelesaikannya meskipun terkadang diganggu atau
merasa frustasi selama mengerjakannya.
4) Motivasi mempengaruhi proses kognitif.
Motivasi mempengaruhi apa yang diperhatikan oleh siswa dan seberapa efektif mereka
memprosesnya.
5) Motivasi menentukan konsekuensi mana
yang memberi penguatan dan menghukum.
Semakin besar motivasi siswa mencapai kesuksesan akademik, semakin besar kecenderungan mereka untuk bangga terhadap
nilai tinggi atau kecewa dengan nilai rendah.
6) Motivasi sering meningkatkan performa.
Siswa yang paling termotivasi untuk belajar
dan unggul di berbagai aktivitas kelas cenderung menjadi siswa yang paling sukses.
Jadi, implikasi prinsip motivasi bagi siswa
adalah disadari bagi siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-mene-
rus. Siswa dapat melakukan dengan mengetahui
tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi
secara positif pujian/dorongan orang lain.
Sementara implikasi prinsip motivasi bagi
guru adalah memilih bahan ajar sesuai minat
siswa, menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa, mengoreksi sesegera
mungkin pekerjaan siswa dan memberitahukan
hasilnya kepada siswa, memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon terhadap pertanyaan, dan memberikan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa.
Adapun implikasi kreativitas dalam pembelajaran di SD/MI adalah apabila lingkungan
mendukung untuk pengembangan kreativitas
tersebut. Sebagaiman yang diungkapkan
Claxton (1998) lingkungan yang membimbing
kondisi kreatif, dapat muncul ketika individu
merasa bebas dari tekanan, aman dan positif.
Iklim tersebut sangat berpengaruh pada perancangan pembelajaran. Perancang pembelajaran
akan menjadi kreatif terutama ketika tugas mereka cukup menarik, memotivasi dan menantang
dan disertai dengan hadirnya perasaan aman.
Iklim yang ada juga harus memberi kesempatan
dosen untuk mengeksplorasi kreativitas, dalam
membentuk cara mengatasi penghalang, menghasilkan gagasan, mengidentifikasi peluang,
membuat penilaian, eksperimen, menggunakan
trial and error. Semua hal tersebut jelas melatih
kreativitas, karena sebagai human being, kita sebenarnya adalah creative being. Ketika kita tidak menciptakan, kita tidak tumbuh dan belajar.
Terdapat sejumlah aspek yang berbeda, dalam
perancangan pembelajaran :
1) Inovasi pribadi sebagai tindakan kreatif.
Inovasi bukan hanya merupakan sesuatu
yang secara umum diketahui sebagai hal baru, tetapi sesuatu yang baru bagi individu, atau tentang transfer dan adaptasi gagasan dari satu konteks ke konteks lainnya.
2) Kreativitas sebagai kerja yang mampu melewati batasan-batasan kemampuan menerima
di dalam konteks khusus: Termasuk di dalamnya mengambil resiko.
3) Kreativitas sebagai disain yang mempromosikan gagasan menyeluruh dari keberhasilan.
Kemampuan untuk menghubungkan dan untuk melakukan sesuatu dengan segala sesua-
451 | Jurnal Tarbiyah al-Awlad, Volume IV Edisi 2 hlm 445-452
tu yang telah dipelajari, serta menggunakan
pengetahuan tersebut dalam situasi yang
lain.
4) Kreativitas sebagai jalan akal keluar dari
kompleksitas.
Munandar (1999) menjelaskan strategi mengajar yang dapat meningkatkan kreativitas adalah dengan memperhatikan :
1) Pemberian penilaian tidak hanya oleh guru
tapi juga siswa.
2) Pemberian hadiah sebaiknya yang intangibel
(yang tidak berupa materi), dan berkaitan
dengan kegiatan yang sedang dilakukan.
3) Memberikan kesempatan kepada anak untuk
memilih topik atau kegiatan belajar sampai
batas tertentu (setelah yang minimal disyaratkan selesai).
4. Penutup
1. Kesimpulan
Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan dan mempertahankan perilaku; motivasi membuat siswa bergerak,
menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu,
dan menjaga mereka agar terus bergerak.
Perspektif psikologis menjelaskan motivasi
dengan cara yang berbeda berdasarkan perspektif yang berbeda pula. Ada empat perspektif yaitu behavioral, humanistik, kognitif dan sosial.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Pengaruh motivasi terhadap pembelajaran
dan perilaku adalah :
a. Motivasi mengarahkan perilaku ke tujuan
tertentu
b. Motivasi meningkatkan usaha dan energi
c. Motivasi meningkatkan prakarsa (inisiasi)
dan kegigihan terhadap berbagai aktivitas
d. Motivasi mempengaruhi proses kognitif
e. Motivasi menentukan konsekuensi mana
yang memeberi penguatan dan menghukum
f. Motivasi sering menigkatkan performa.
Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Rogers
(dalam Vernon, 1982) mengemukakan kriteria
produk kreatif adalah: 1) produk itu harus nyata
(observabel), 2) produk itu harus baru, 3) pro-
duk itu adalah hasil dari kualitas unik individu
dalam interaksi dengan lingkungan.
Implikasi motivasi dan kreativitas dalam
pembelajarn di SD/Mi adalah pendidik harus
mampu mengembangkan motivasi dan kreativitas yang ada pada peserta didik dengan cara
menyediakan lingkungan yang dapat membangkitkan motivasi dan mengembangkan kreativitas. Hal itu harus dilakukan sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan anak usia SD/MI.
2. Saran
Dengan mengetahui manfaat motivasi dan
pentingnya pengembangan kreatifitas anak dalam pembelajaran, maka disarankan kepada seluruh aspek terutama para pendidik, khususnya
pendidik di SD/MI untuk mampu memberi dan
meningkatkan motivasi peserta didik. Serta
mampu menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif sehingga peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya.
Refensi
Atkinson, dkk, Introduction to psycho-logy, alih
bahasa Nurdjanah Taufiq, Jakarta :
Erlangga, 1991
Khodijah, Nyayu, Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014
Morgan, CT; King, R.A; weis,J.R ; Schopler, J.,
Introduction to Psychology, Seventh
Edition, New York :McGraw-Hill Book
Co, 1986
Munandar, Utami, 1999 Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, Jakarta: Rineka
Cipta, 1986
Ormrod, Jeanne E, Psikologi Pendidikan
Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Jakarta : Erlangga, 2009
Petri, H.L, Motivation: Theory and Research.
USA: Wadsworth, Inc, 1981
Prayitno, dkk, SPPBKS- Pelayanan Bimbingan
dan Konseling di Sekolah Dasar,
Jakarta: PT Ikarar Mandiri, 1997
Jum Anidar: Motivasi, Kreatifitas dan implikasinya dalam pembelajaran di SD/MI | 452
Santrock, Jhon W, Psikologi Pendidikan, Edisi
kedua, Jakarta : Kencana, 2008
Slavin, R. E, Educational Psychology (8th ed).
Boston: Pearson Publ, 2006
Sobur,
Alex, Psikologi Umum,
Pustaka Setia, 2003
Bandung:
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1999
Download