1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan dan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang memiliki suatu tujuan yang
pasti.
Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan
hasil yang
diharapkan peserta didik setelah melaksanakan pengalaman belajar. Tercapai tidaknya
tujuan pengajaran , salah satunya adalah terlihat dari prestasi belajar yang diraih oleh
peserta didik. Dengan prestasi yang tinggi, peserta didik mempunyai indikasi
berpengetahuan yang baik. Salah satu factor yang mempengaruhi prestasi peserta didik
adalah motivasi.
Menurut Mc.Donald (dalam Djamarah 2011) “motivation is a energy change
within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions”.
Motivasi adalah suatu perubahan energy di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Oemar
Hamalik (1992) (dalam Djamarah 2011) perubahan enery dalam diri seseorang
mempunyai tujuan nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan
tertentu dari aktivitasnya, misalnya ingin memperoleh nilai yang tinggi maka seseorang
mempunyai dorongan / motivasi yang kuat untuk mencapainya.
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi yang dikemukakan oleh Santrock
(dalam Damadi) seperti yang dikutip oleh Kompri (2015), yaitu (1) Motivasi intrinsk
ialah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalnya, murid belajar untuk menghadapi ujian karena dia senang pada mata
pelajaran yang diujikan itu, bukan karena pengaruh dari luar dirinya. Maka individu
yang rajin dan bertanggungjawab tidak perlu menunggu perintah untuk belajar dengan
baik. (2) Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang
lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, murid belajar keras dalam
menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik.
Sementara Schunk, Pintrich dan Meece
(2012) menyatakan bahwa motivasi
intrinsik mengacu pada motivasi melibatkan diri dalam sebuah aktivitas karena
nilai/manfaat aktivitas itu sendiri. Individu-individu yang termotivasi secara intrinsik
mengerjakan tugas-tugas karena mereka mendapati tugas-tugas tersebut menyenangkan.
Partisipasi pengerjaan tugas merupakan penghargaan yang didapatkan dari mengerjakan
1
2
tugas itu sendiri dan tidak bergantung pada penghargaan eksplisit. Sedangkan motivasi
ekstrinsik adalah motivasi melibatkan diri dalam sebuah aktivitas sebagai cara mencapai
sebuah tujuan. Individu-individu yang termotivasi secara ekstrinsik mengerjakan tugas
karena mereka yakin bahwa partisipasi tersebut akan menyebabkan berbagai
konsekwensi yang diinginkan, seperti mendapatkaan hadiah, menerima pujian dari guru
atau terhindar dari hukuman.
Belajar memerlukan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik. Motivasi , baik
dari dalam maupun dari luar diri seseorang, merupakan suatu kekuatan yang dapat
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan, termasuk belajar. Dengan
adanya motivasi, peserta didik akan belajar lebih keras, ulet, tekun dan memiliki
konsentrasi penuh dalam proses pembelajaran karena didorong untuk mendapatkan nilai
yang tinggi, demi masa depan mereka. Dorongan motivasi dalam belajar merupakan
salah satu hal yang perlu dibangkitkan dalam upaya pembelajaran di sekolah, dari tingkat
Pendidikan Dasar sampai Pendidikan Tinggi agar peserta didik mampu mencapai prestasi
yang diharapkan.
Prestasi Belajar menurut Winkel dalam Sunarto (2009) adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan
belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Sementara Nawawi (1981) menyatakan
keberhasilan murid dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang dinyatakan
dalam bentuk nilai atau skor dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.
(http://fatekunima.blogspot.co.id/2013/07/
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Menurut Hamalik (2011)
seperti yang dikutip oleh Kompri motivasi sangat menentukan tingkat berhasil atau
gagalnya perbuatan belajar siswa. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya akan sangat
sulit untuk berhasil. Sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar,
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Choosri (2013) –mahasiswa
prodi Bahasa dan Seni dari Prince of Songkla University dan Intharaksa – dosen
Linguistic pada Universitas yang sama, menunjukkan bahwa motivasi memiliki relasi
yang positif dengan prestasi belajar bahasa Inggris para mahasiswa. Sementara itu,
Hsiang-Yung Feng dan Hui-Zhen dari National United University serta Jin-Jun Fan dari
National Pingtung Institutue of Comerce- Taiwan (2013) menyatakan bahwa berdasarkan
hasil penelitian mereka, prestasi belajar bahasa Inggris dipengaruhi oleh motivasi.
Mereka juga mengungkapkan bahwa motivasi merupakan factor kunci dalam belajar
3
bahasa Inggris. Sedangkan Sikhwari (2014)
berdasarkan hasil penelitiannya juga
menyatakan bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara motivasi dan prestasi
akademik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Widiastuti terhadap 26 mahasiswa di
ASM Bina Insani pada tahun 2011juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara motivasi terhadap prestasi belajar peserta didik. (www.binainsani.ac.id)
Hal ini berarti bahwa jika peserta didik memiliki motivasi yang tinggi maka prestasi
belajarnya pun akan baik, sebaliknya jika peserta didik memiliki motivasi rendah maka
prestasi belajarnya pun akan rendah.
Salah satu mata kuliah penting di Fakultas Sains dan Teknologi adalah Bahasa
Inggris. Sebagai calon Ilmuwan, para mahasiswa seharusnya menguasai ketrampilan
berbahasa Inggris baik lisan maupun tulisan. Fakta yang mendukung bahwa bahasa
Inggris menjadi sarana penting dalam jaman ini adalah bahwa (1) 95% penelitian ilmiah
dipublikasikan dalam bahasa Inggris, dan hanya 50% dari penulisnya yang berasal dari
dari Negara berbahasa Inggris ( http://www.umy.ac.id/hadapi -abad-21-Bahasa-inggrismutlak-dipelajarai.html); (2) 80% komunikasi bisnis di seluruh dunia menggunakan
Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi. Hasil survey Job Street: 54,7 % karyawan
yang diterima di perusahaan tempat bekerja diharuskan menguasai Bahasa Inggris secara
aktif. (www.jobstreet.co.id/aboutus/penerapan-Bhasa-inggris-di-dunia-kerja-htm);
(3)
Sekitar 1,5 milyar orang di dunia berbahasa Inggris; 1 milyar lainnya sedang
mempelajarinya. (http://www.britishcouncil.org/learning-research-english-next.pdf).
Bahasa Inggris menjadi bahasa resmi di 53 negara, serta digunakan sebagai
bahasa ibu oleh sekitar 400 juta orang di seluruh dunia. Bahasa Inggris adalah bahasa
Industri media. Media-media yang ada sekarang –internet, TV, pers- memberikan akses
hampir tak terbatas terhadap pengetahuan tentang subyek-subyek favorit kita. Namun
sebagian besar pengetahuaan itu dalam Bahasa Inggris. Website, Buku-buku, Pers,
Berita, hampir semua dalam bahasa Inggris. “English is the language of technology and
science, aviation, genetics and medicine, computers, diplomacy, and tourism.”
Berdasarkan kenyataan di atas, tersiratlah bahwa bahasa Inggris telah mendominasi
berbagai bidang kehidupan terutama bidang ekonomi, politik, pariwisata, kesehatan dan
teknologi.
Sementara itu untuk memasuki era perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara,
Asean Free Trade Area (AFTA) yang telah dicanangkan sejak tahun 1991, serta
Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) yang telah diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari
4
2016, bangsa kita khususnya generasi muda harus mempersiapkan diri untuk terjun ke
dunia kerja yang kemungkinan besar akan didominasi oleh tenaga kerja dari Negaranegara Asia Tenggara yang lain. Kemampuan berbahasa Inggris pasip dan aktif
merupakan syarat utama untuk memasuki persaingan dalam perdangan bebas dan MEA
ini karena bahasa Inggris merupakan bahasa global yang digunakan dalam pergaulan
internasional (Crystal, 2003). Oleh karena itu, penguasaan bahasa Inggris baik lisan
maupun tertulis dapat menjadi bekal yang sangat menunjang agar mampu turut bersaing
dalam dunia kerja.
Para mahasiswa FST, secara khusus dari Prodi Sistem Informasi dan Informatika
telah menerima pelajaran bahasa Inggris sejak mereka mengikuti pembelajaran di
Sekolah Dasar, Menengah Pertama dan Menengah Atas. Para mahasiswa yang telah
mengalami pendidikan Bahasa Inggris di Sekolah Dasar dan Menengah tersebut
seharusnya telah memiliki kemampuan yang cukup untuk berbahasa Inggris baik lisan
maupun tertulis. Namun dalam kenyataan sebagian besar dari mahasiswa itu memiliki
kemampuan yang rendah dalam mengerjakan soal-soal latihan bahasa Inggris, bahkan
seolah-olah mereka baru pertama kali menerima pelajaran bahasa Inggris. Berdasarkan
hasil kumulatif nilai-nilai : NTR yang berbobot 35%, nilai Ujian Tengah semester 25%,
dan nilai Ujian akhir semester 40%, dari 31 mahasiswa , yang memperoleh nilai A = 5
orang (15,5%); nilai B = 6 orang (18,6%); nilai C = 3 orang (9,3%); nilai D = 8 orang
(24,8%); dan nilai E = 9 orang (27,9%). Sehingga jumlah mahaiswa yang memperoleh
nilai rendah ( D dan E) = 24,8% + 27,9% = 52,7%.
1.2 Identifikasi Masalah
Kemungkinan besar
para mahasiswa FST memiliki prestasi belajar rendah
karena memang kurang berminat atau kurang memiliki motivasi belajar bahasa Inggris,
maka mereka memilih jurusan Sains dan Teknologi, dengan asumsi mereka tidak harus
belajar banyak tentang bahasa Inggris.
Padahal sebagai calon ilmuwan yang harus
menghadapi persaingan berat dalam era globalisasi , serta dengan diberlakukannya
Masyarakat Ekonomi Asia, para mahasiswa harus memiliki bekal yang memadai yaitu
kemampuan berbahasa Inggris baik lisan maupun tertulis.
Alasan bagi para mahasiswa FST yang memiliki prestasi rendah mungkin karena:
a. Kurang memiliki motivasi untuk belajar bahasa Inggris
b. Kurangnya fasilitas untuk belajar bahasa Inggris seperti buku-buku referensi
c. Metode mengajar dosen yang kurang menarik
5
d. Suasana pembelajaran yang kurang kondusif
e. Relasi dosen dengan mahasiswa yang kurang baik
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang , sebagian besar mahasiswa FST Prodi SI dan
IF memiliki prestasi yang rendah dalam belajar bahasa Inggris, dengan beberapa alasan
seperti yang dijelaskan dalam identifikasi masalah. Namun karena keterbatasan waktu,
tenaga dan dana maka dalam penelitian ini hanya akan mengamati apakah motivasi
belajar mahasiswa Prodi SI dan IF Tahun Akademik 2015/2016 berpengaruh pada
prestasi belajar mereka (prestasi kognitif) untuk mata kuliah Bahasa Inggris.
Download