BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Motivasi 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Hakikat Motivasi
2.1.1 Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari akar kata "motive" atau "motiwum" yang berarti 'a moving
cause' yang berhubungan dengan 'inner drive, impulse, intension'. Kata "motive" atau "motif" ini
bila berkembang menjadi motivasi, artinya menjadi 'sedang digerakkan atau telah digerakkan
oleh sesuatu, dan apa yang menggerakkan itu terwujud dalam tindakan'. Menyoroti istilah
motivasi dari sumber yang memberikan dorongan, maka dapat ditemukan bahwa sumber
dorongan itu bisa datang dari dalam atau dari sesuatu yang menggerakkan keinginan dari luar.
Sumber penggerak motivasi yang berasal dari dalam cenderung beranjak dari kebiasaan individu
(yang telah berkembang secara kompleks), motivasi yang sumber penggeraknya datang dari luar
selalu disertai oleh persetujuan, kemauan, dan kehendak individu. Dilihat dari segi etika, motif
didefinisikan sebagai pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang menjadi
penyebab seseorang melakukan suatu tindakan. Motivasi di sini berarti dorongan yang
menggerakkan serta mengarahkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang berdasarkan apa
yang dikehendakinya, tertuju kepada tujuan yang diinginkannya.
Dengan demikian, motivasi ialah kekuatan yang mendorong untuk bertindak atau
dorongan oleh kekuatan dari dalam ataupun dari luar (yang dilakukan dengan mendorong atau
menarik). Motivasi jelas datang dari pelbagai macam sumber. Motivasi dapat digerakkan oleh
kebutuhan (yang kompleks) seseorang, ataupun dorongan dari seorang motivator yang memberi
pengaruh motivasi kepada orang lain. (http//motivasibelajar.pdf. diakses pada hari minggu
tanggal 29 november 2010)
Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat di katakan sebagai daya penggerak dari dalam
dan di dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu untuk demi suatu mencapai
tujuan. Berawal dari
kata motif maka di katakan motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. (Azis Wahab, 2006:67)
Menurut Winataputra (1997:102) motivasi adalah dorongan dasar menggerakkan
seseorang tingkah laku, dorongan berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk
melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam diri siswa. Oleh karena itu, perbuatan
seseorang yang di dasarkan atas motivasi tertentu mengadung tema sesuai dengan motivasi yang
medasarinya. Menurut Mc Donald (dalam Raka Jhoni, 2003:71) mengungkapkan bahwa
motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feelling“ dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut Mc
Donald menegaskan bahwa ada tiga elemen yang terkandung dalam motivasi tersebut :
1.
Motifasi mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setap individu manusia.
2.
Motivasi di tandai dengan munculnya rasa seseorang, dalam hal ini motivasi relevan
dengan persoalan-persoalan kejiwaan, dan emosi yang dapat menguatkan tingkah laku
manusia.
3.
Motivasi akan di rangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya
merupakan respon dari sanksi yakni tujuan.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkain usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha untuk mengadakan atau mengelahkan. Perasan tidak suka itu, jadi motivasi ini
dapat di rangsangkan oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh didalam diri
seseorang. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menembuhkan kegiatan belajar,menjamin kelangsungan Dari
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Berdasarkan uraian pengertian motivasi, Tika Rosita, (2006:81) mengemukkan beberapa
ciri- ciri motivasi dalam setiap orang antara lain adalah, (1) tekun menghadapi tugas (dapat
bekerja terus menerues dalam waktu yang lain, tidak permah berhenti sebelum selesai), (2) ulet
dalam menghadapi kesulitan tidak cepat putus asa), (3) menunjukan minat terhadap bermacammacam masalah, (4) lebih senang bekerja sendiri, (5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
Apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri sebagai mana di uraikan, berarti setiap siswa itu, memiliki
motifasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil bila siswa tekun
mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan, dan hambatan secara mandiri. Hal ini semua harus
dipahami agar dapat berinteraksi dengan siswa, dan dapat memberikan motivasi yang tepat dan
optimal.
Sebagian besar pakar psikologi menyatakan bahwa motivasi merupakan konsep yang
menjelaskan alasan seseorang yang berperilaku. Pengertian ini masih bersifat umum, sehingga
banyak dihadapkan pada pembahasan spesifik tentang makna motivasi yang dilandasi oleh
berbagai asumsi dan terminologi. Demikian pula masalah yang paling mendasar dalam
memahami konsep motivasi adalah tidak adanya kemampuan seseorang dalam mengamati dan
menyentuh secara langsung. Konsep motivasi yang di kenal di dalam literatur psikologi
merupakan konstruk hipotetik dan motivasi itu memberikan ketetapan yang menjelaskan tentang
kemungkinan sebab-sebab perilaku siswa. Oleh karena itu motivasi tidak dapat diukur secara
langsung, seperti halnya mengukur panjang atau lebar suatu ruangan.
Motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut
merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Jadi motif tersebut merupakan suatu
driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah- laku, dan di dalam
perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu.Setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia
selalu di mulai dengan motivasi (niat).
Definisi motovasi menurut beberapa ahli diantaranya ,Wexley & Yukl (dalam
As’ad, 1987) motivasi adalah pemberian atau penimbulan motif, dapat pula diartikan hal
atau keadaan menjadi motif, senada dengan itu Mitchell (dalam Winardi, 2002) motivasi
mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan
terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan
tertentu.
Menurut Gray (dalam Winardi, 2002) motivasi merupakan sejumlah proses, yang
bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi, dalam hal melaksanakan kegiatan- kegiatan tertentu,
selanjutnya Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang
sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan
yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh
keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals
or ends of such behavior, haL ini sejalan dengan pendapat McDonald, menurutnya
motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Suprihanto (2003:34) menyatakan bahwa motivasi merupakan masalah kompleks
dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu
dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik
secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang
berbeda pula, demikan pula Soemanto (2007:45) secara umum mendefinisikan motivasi
sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi
pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat
menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkahlaku
mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan,
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan. (Uzer Usman: 2000:67).
Senada dengan itu Nasution (2005:67)
menyatakan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga
anak itu mau melakukan sesuatu. Chung dan Megginson yang dikutip oleh Faustino
Cardoso Gomes, menerangkan bahwa pengertian motivasi adalah tingkat usaha yang
dilakukan oleh seseorang yang mengejar suatu tujuan dan berkaitan dengan kepuasan
kerja dan perfoman pekerjaan.
Hani Handoko (2005:45) mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan pribadi
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan. Mangkunegara, (2005:67) memberikan pengertian motivasi dengan
kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang
berubungan dengan lingkungan kerja. H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi
sebagai suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu kegiatan
karena ingin mencapai tujuan tertentu dalam hidup dan kehidupannya. Motivasi berasal
dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak. Motivasi ini hanya
diberikan kepada manusia, khususnya kepada para bawahan atau pengikut (Hasibuan,
2005: 92)
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan sejumlah
proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya
persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik
yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi.
2.1.2 Fungsi Motivasi
Elinda Prayitno, (2009: 97) Mengemukakan motivasi mempunyai arti dalam belajar,
menurut teori kebutuhan manusia termotivasi untuk lebih bertindak kalau ingin memenuhi
kebutuhannya. Motivasi belajar siswa merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan
dalam setiap kegiatan belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa sangat ditentukan oleh
tinggi rendannya motivasi belajar yang dimiliki siswa. Dalam kegiatan belajar, maka motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang dapat memberikan
arahan pada kegiatan belajar sehinga tujuan yang di kehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai.
Motivasi dapat dikatakan sesuatu yang mendasari setiap kegiatan manusia, tercapai di
dalamnya kegiatan pendidikan. Dalam kegiatan pendidikan terutama dalam kegiatan belajar
mengajar, motivasi sangat perlu di terapkan pada pihak yang melakukan pembelajaran, dalam hal
ini siswa agar tumbuh memotivasi pada dirinya. Sehinga mereka akan dapat melahirkan prestasi
yang baik dan mencapai perkembangan yang optimal. Seiring dengan hal ini Hamalik, (2008:82)
mengemukakan motivasi “Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi.
Dalam hubungaannya dengan kegiatan belajar mengajar di SMA misalnya: Seorang
siswa yang memiliki intelegensi yang cukup tinggi bisa gagal dalam belajar dan tidak dapat
berbuat suatu yang seharusnya di kerjakan karena di sebabakan kemauan yang kurang dan
kurangnya motivasi. Motivasi yang kurang dapat menyebabkan dorongan kemauannya tidak kuat
dalam pencapaian tujuan yang di inginkan.
2.1.3 Jenis-Jenis Motivasi
Uzer Usman (2001:29) mengemukakan motivasi terdiri atas dua jenis sebagai akibat yang
muncul dari adanya motif diri individu maupun diluar individu yang dilakukan dengan tugas
guru dalam membangkitkan motivasi siswa.
a. Motivasi intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada
paksaan atau dorongan dari orang lains, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya ingin
belajar karena ingin memperoleh ilmu pengetahuan, dan ingin menjadi orang berguna
bagi nusa, bangsa dan negara, oleh karena itu, dia rajin belajar tanpa ada suruhan dari
orang lain.
b. Motivasi ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, baik karena adanya
ajakan, atua paksaan dari orang lain sehingga kondisi yang demikian akhirnya dia mau
melakukan sesuatu atau belajar, misalnya ia mau belajar karena dia disuruh orang tuanya,
agar mendapat peringkata pertama dikelasnya.
Motivasi ada dua jenis, yaitu: 1. Motivasi Intristik Motivasi yang berasal dari
dalam diri siswa/orang itu sendiri. 2. Motivasi Ekstrinsik Motivasi : Dorongan yang ada
pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Namun dorongan
tersebut dating dari luar individu yang bersangkutan. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
Motivasi seperti ini perlu diterapkan oleh sekolah karena dalam interaksi belajar
mengajar siswa kadang sering tidak menaruh minat dan perhatian terhadap suatu kegiatan
yang sedang berlangsung. Oleh sebab itu di dalam kegiatan interaksi belajar, guru dalam
hal ini memegang peranan sangat penting dalam upaya menumbuhkan serta
meningkatkan motivasi ekstrinsik siswa secara menyeluruh. Dengan demikian siswa akan
lebih aktif berperan serta berpartisipasi positif di dalam kegiatan pembelajaran yang
sedang berlangsung.Mengingat motivasi ekstrinsik ini terjadi karena rangsangan dan
pengaruh dari luar diri siswa. Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media
dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan demikian jelas siswa akan lebih tumbuh serta berkembang dalam
upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka
kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya
siswa akan selalu bersikap pasif. http : // wildan39 . wordpress. Com /2010/02/25/jenisjenis-motivasi.
Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi
internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang
dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada
seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri
pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa
hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi
motivasi)
http://re-
searchengines.com/1007arief4.html.
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal
adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi;
(d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang
dihasilkan.Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain
ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c)
organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang
berlaku dan cara penerapannya.
http://iril-superhandz.blogspot.com/2009/11/pengertian-motivasi.html
Motivasi ada dua, yaitu motivasi Intrinsik dan motivasi ektrinsik. Motivasi
Intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan
dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi Ekstrinsik. Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya
ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa
mau melakukan sesuatu atau belajar. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi
pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa
tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan
kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak
terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya,
kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa
yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan
dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan
motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar (Sobry Sutikno, Jurnal Peran
Guru Dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, Kamis, 11 September 2011.
www.depdiknas.go.id )
2.1.4 Faktor-Faktor Mempengaruhi Motivasi
Seorang anak yang telah termotivasi untuk melakukan sesuatu, dia akan berusaha dan tekun
mengejar sesuatu. Sebaliknya, apabila sese orang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk
melakukan sesuatu dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal yang lain.
Ada 6 faktor yang di dukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang
memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar siswa.
a. Sikap Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi, dan emosi yang dihasilkan di
dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok gagasan, peristiwa, atau objek tertentu
secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.
b. Kebutuhan Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai suatu
kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.
c. Rangsangan Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan
lingkungan yang membuat seseorang bersifat aktif.
d. Afeksi Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional, kesemasan, kepedulian, dan
pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar.
e. Kompetensi Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alamiah berusaha keras
untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
f. Penguatan Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan
kemungkinan respon.
2.1.5 Pengertian Belajar
Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi anatara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga meraka
dapat mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku,
baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilan, maupun dalam sikapnya. Perubahan tingkah
laku dalam aspek
pengetahuan adalah, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh
menjadi pintar; dari aspek keterampilan adalah dari tidak bisa, menjadi bisa, dari tidak trampil
menjadi trampil; dari aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dan dari tidak sopan
menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar.
Pembelajaran merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan, dimana guru sebagai
pemegang peranan utama. Uzer (2004:4) mengemukakan bahwa” peristiwa pembelajaran banyak
berangkat dari berbagai pandangan dan konsep.
Oleh karena itu, perwujudan proses
pembelajaran dapat terjadi dari berbagai model”.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan
guru siswa atas dasar hubungan timbal balik yang terjadi dalam situasi edukatif dalam mencapai
tujuan tertentu. Dengan demikian, maka proses pembelajaran tidak sekedar proses penyampaian
pesan berupa materi kepada siswa, tetapi lebih luas lagi yaitu untuk menanamkan sikap dan nilai
pada diri siswa yang sedang belajar.
Senada dengan itu Corey (dalamRuminiati 2007 : 14) mengungkapkan pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang dikelola secara disengaja untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam kondisi-kondisi khusus
akan menghasilkan respons terhadap situasi tertentu juga. Sedangkan menurut Nurani (dalam
Rumiati 2007 : 14) konsep pembelajaran merupakan sistem lingkungan yang dapat menciptakan
proses belajar pada siswa selaku peserta didik dan guru sebagai pendidik, dengan didukung oleh
seperangkat kelengkapan, sehingga terjadi pembelajaran.
Dengan demikian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk membantu, membimbing, dan motivasi siswa mempelajari suatu informasi tertentu dalam
suatu proses yang telah dirancang secara masak mencakup segala kemungkinan yang terjadi.
Belajar merupakan usaha manusia membangun pengetahuan dalam dirinya. Serangkaian
dengan
keinginan manusia yang lebih baik, maka banyak usaha yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas belajar.
Belajar merupakan suatu proses dari seseorang individu yang berupaya untuk pencapaian
tujuan tertentu. Belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang
relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif, Gredler (dalam Suryosubroto, 2002:21) sementara Brown and Knight (dalam
Hamalik, 2005:23) ,mengatakan bahwa belajar pada hakekatnya adalah “change in knowledge
understanding, skill and attitudes brought about by experience and reflection upon that
experience, yang mempunyai cirri : belajar adalah mengingat, penemuan fakta, membuat sesuatu
bermakna dan menyadari kenyataan. Selanjutnya Hergenth and Oslon (dalam Hamalik, 2005:24)
membagi kategori belajar ada lima hal yang berkaitan dengan proses belajar yakni : (1) belajar
menunjukan pada suatu perubahan, (2) perubahan tingkah laku tersebut relative menetap (3)
perubahan tingkah laku tidak terjadi segera setelah mengikuti pengalaman belajar (4) perubahan
tingkah laku merupakan hasil pengalaman dan latihan (5) pengalaman dan latihan terus diberi
penguatan
Menurut Winataputra, dkk (2003:148) bahwa “belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku”. Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang terjadi melalui latihan atau
pengalaman. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif menetap. Tingkah
laku yang mengalami perubahan karena menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik
maupun psikis, seperti perubahan dan pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan atau sifat.
Dari pengertian tersebut jelas bahwa inti dari belajar adalah perubahan tingkah laku
individu. Perubahan tersebut diperoleh melalui latihan maupun pengamatan. Marpaung
(2002:10) mengemukakan bahwa “Pengalaman dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi
antara individu dengan lingkungan”.
Pengertian lain mengenai belajar dikemukakan pula oleh Uzer dan Setiawati (2001:4)
bahwa “belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya
interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”.
Dengan demikian diperoleh suatu kesimpulan bahwa belajar pada dasarnya merupakan
proses perbahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut
meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan dan kebiasaan.
2.1.6 Tujuan Belajar
Seorang pelajar (siswa) harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat
hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi,
belajar dialami oleh pebelajar terkait dengan petumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada
sisi lain, kegiatan belajar yang berupa perkembangan mental tersebut juga didorong oleh
tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar ada kaitannya dengan usaha
atau rekayasa pembelajaran. Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan
pertumbuhan jasmani dan perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai
dampak pengiring, selanjutnya, dampak pengiring tersebut akan menghasilkan program belajar
sendiri sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan
belajar siswa merupakan akibat dari tindak mendidik atau kegiatan mengajar. Proses belajar
siswa tersebut sebagai dampak pengajaran.
2.1.7 Manfaat Belajar
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme,
pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya,
bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan
kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botolbotol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal tersebut maka, Tasker (2002: 30) mengemukakan tiga penekanan
dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam
mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara
gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan
dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (2001: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua manfaat dalam
pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh
secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat
adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif
dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui
lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan
lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang
lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu
dari
seseorang
akan
mempengaruhi
terjadinya
proses
belajar
tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar
konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan
manfaat belajar, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide
yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3)
strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20)
mengungkapkan beberapa manfaat yang berkaitan manfaat belajar sebagai berikut: (1) memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi
kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif
dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa
untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu
kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam
mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang
telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
2.1.8 Hasil belajar
Pada dasarnya semua orang dapat melakukan perbuatan belajar. Namun tidak semua
orang berhasil dengan baik di dalam belajar. Hasil belajar yang baik merupakan gambaran
prestasi belajar yang tinggi dari seseorang. Pada umumnya semua orang yang belajar
menginginkan untuk mendapatkan hasil belajar
yang memuaskan. Sudah barang tentu ini
memerlukan usaha yang ulet dan sungguh-sungguh.
Hasil belajar adalah hasil perubahan tingkah laku seorang siswa setelah memperoleh
pelajaran. Hasil belajar biasanya digambarkan dengan nilai angka atau huruf. Dalam hubungan
ini, Hamalik (2003:56) mengemukan bahawa hasil belajar seseorang merupakan perilaku yang
dapat diukur, hasil belajar menunjukkan kepada individu sebagai pelakunya, hasil belajar dapat
dievaluasi dengan menggunakan standar tertentu baik berdasarkan kelompok atau norma yang
telah titetapkan. Hasil belajar ditunjukkan oleh hasil kegitan yang dilakukan secara sengaja dan
sadar.
Menurut Sumartono (2007:81) bahwa, “hasil belajar atau prestasi belajar adalah suatu
nilai yang menunjukkan hasil yang tertinggi dalam belajar, yang dicapai menurut kemampuan
anak dalam mengajarkan sesuatu pada saat tertentu”
Berkaitan dengan hasil belajar, Purwanto (2000:86) menyebutkan bahwa hasil belajar
adalah prestasi yang dihadapi, dilaksanakan, dan dikerjakan. Sedangkan Dimyati dan Mujiono
(2004: 26) memberi pengertian tentang hasil belajar yaitu sebuah kegiatan belajar mengajar yang
menghendaki tercapainya tujuan pengajaran, dimana hasil belajar siswa ditandai dengan skala
nilai.
Uraian diatas menunjukkan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai perolehan siswa
setelah menjalani kegiatan belajar, namun dapat juga diartikan sebagai prestasi yang dihadapi,
dilaksanakan maupun dikerjakan, yang ditandai dengan nilai.
Selanjutnya, lingkup hasil belajar yang diukur melalui tiga ranah atau kawasan, Imron
(1996:22) menyebutkan ketiga ranah tersebut yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah
kognitif terdiri atas 6 (enam) aspek yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), (2) Pemahaman
(comprehension), (3) aplikasi (application), (4) analisa (analiysis), (5) sintesis (synthesis),dan (6)
evaluasi (evaluation). Sedangkan untuk kawasan atau ranah afektif meliputi 5 (lima) aspek yaitu
: (a) penerimaan (receiving), (b) pemberian tanggapan (responden), (c) pemberian nilai
(valuing), (d) pengorganisasian (organization), dan (e) karakterisasi dengan suatu nilai
(characterization buy or value complex). Selanjutnya, untuk kawasan atau ranah psikomotor
terdiri atas 7 (tujuh) aspek, yaitu : (1) persepsi (perception), (2) kesiapan (set), (3) respon
terpimpin (guided respon), (4) mekanisme (mechanism), (5) respon nyata yang kompleks
(complekx overt respon), (6) penyesuaian (adaptasion), dan (7) penciptaan (origination).
Berdasarkan pengertian di atas dapatlah diartikan bahwa hasil belajar adalah hasil yang
dicapai oleh seseorang (peserta didik) setelah memerlukan kegiatan belajar.
Perkembanggan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai perkembanggan sosial
budaya sekarang ini, menuntut peningkatan mutu pendidikan, sehubungan dengan kegagalan
guru yang begitu saja dapat mempermasalakan siswa, mungkin saja guru tidak berhasil dalam
memberikan motivasi yang mampu membangkitkan semangat dan kegiatan siswa untuk belajar.
Guru adalah satu komponen dalam belajar mengajar, dalam arti khusus dapat di katakan
bahwa pada guru terletak tanggungjawab untuk membahwa para siswa pada kedewasaan, atau
tarapan kematangan tertentu. Dengan demikian, peran guru telah meningkatkan dari sebagai
pengajaran menjadi penanggung jawab yang lebih komplek.
Sehubungan dengan hal itu, berikut akan di temukan beberapa upaya yang dapat
dilakukan oleh guru dalam meningkatkan motivasi belajar.
1. Sebagai intormateri, hendaknya guru dapat melaksanakan cara mengajar
intermateri
dan sumber intormateri kegiatan akademi maupun umum.
2. Peran guru sebagai motivator, agar dapat menjadikan siswa maupun memberikan respon,
selanjutnya tertarik merasa senang dan bukan merasa terpaksa untuk belajar guru harus dapat
merangsan dan memberikan penghargaan dan hadiah, misalnya dalam diskusi dan
tanyajawab dalam permainan simulasi siswa akan memmberikan dapat atau jawaban akan di
berikan.
3. Sebagai organisator, guru dapat mengorganisasikan semua komponen-komponen yang
berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar seperti : kegiatan akademik, menyusun jadwal
pelajaran, sehinga dapat tercapai evektivitas dan evensiensi dalam belajar.
4. Sebagai mediator guru dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya sebagai penengah
misalnya dalam kegiatan atau diskusi, jika ada kemacetan, maka guru dapat memberikan
jalan keluar atau sebagai penengah.
5. Sebagai transmiter, guru dalam kegiatan belajar, mengajar akan bertindak penyegar
kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
Dari uraian tersebut dapat di mengerti bahwa demikian pentingnya kedukan guru dalam
membangkitkan motivasi, sebab motivasi selain berasal dari diri siswa sendiri juga dari
lingkungannya seperti guru, masyarakat maupun orang lain. Pembelajaran di dasarkan pada
pikiran bahwa belajar secara berarti dapat terjadi apabilah belajar menyatu dan akrab dengan
lingkungan belajar. Belajar yang berlangsung demikian di sebut belajar aktif dalam konteks ini
anak belajar dari pengalamannya dengan lingkungan belajar dan mengintreaksikan apa yang di
pelajari dengan apa yang sudah ada pada dirinya. Semangat siswa untuk belajar, dan semua dapat
meresap dan mengalir yang menemukan hal-hal baru yang di kombinasikan dengan yang lama
pada diri siswa.
Agar tujuan pengajaran tujuan pembelajaran yang dikehendaki siswa khususnya sebagai
pengajar. Maka perlu adanya usaha-usaha agar terjadi kegiatan yang efektif dan membelajarkan
siswa dengan baik. Dalam kegiatan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan
kembangkan motivasi ada bermacam-macam, tetapi untuk motivasi kadang-kadang tepat dan
kadang juga kurang sesuai, hal ini justru hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan
motivasi bagi kegiatan belajar para siswa. Menurut Sardiman (2001: 90-92) ada beberapa bentuk
dan macam untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu, (1) Memberi
angka dalam hal ini angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajar, (2) Hadiah-hadiah dapat
juga dikatakan sebagai motivasi,tetapi tidaklah selalu demikian,karenahadian itu untuk sesuatu
pekerjaan,mungkin tidak akan menarik bagi seorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk
sesuatu pekerjaan tersebut. (3) Memberi ulangan para siswa akan memberi lebih giat belajar
kalau mengetahui ada ulangan. (4) Pujian, apabilah ada siswa yang sukses yang berasil
menyelasaikan tugas dengan baik, perlu pujian (Depdikbud. 1990:54) dan seiring dengan uraian
di atas Winataputra (1997:114) juga menegaskan bahasa untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa guru juga dapat melakukan berbagai cara, (5) Kerja kelompok. (6) Persaingan, (7)
Penilaian, (8) Film, (9) Belajar melalui radio.
Dari uraian di atas yang penting bagi seorang guru BK dan guru mata pelajaran bahasa
indonesia sangan berperan aktif untuk meningkatkan hasil belajar maupun motivasi belajar siswa
Download