Motivation Motivation and Early Theories Motivasi adalah rangkaian proses yang menyebabkan intensitas, arah dan kegigihan seorang individu dalam mencapai suatu tujuan. Intensitas : seberapa keras seseorang berusaha Direction (arah) : menyalurkan upaya ke arah yang bermanfaat bagi perusahaan Kegigihan : seberapa lama seseorang dapan mempertahankan upaya Early Theories of Motivation Hierarchy of Needs Theory Menurut Maslow, ketika setiap kebutuhan menjadi terpuaskan, kebutuhan selanjutnya akan menjadi dominan. Two-Factor Theory Faktor intrinsik seperti kemajuan, pengakuan, tanggungjawab dan pencapaian terkait dengan kepuasaan kerja. Faktor ekstrinsik seperti pengawasan, gaji, kebijakan perusahaan dan lingkungan kerja terkait dengan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja terpisah dan berbeda dari yang menyebabkan ketidakpuasan kerja. Karena itu, manajer yang berupaya menghilangkan faktor-faktor yang dapat menciptakan ketidakpuasan kerja dapat menciptakan kedamaian di kalangan pekerja, tetapi belum tentu memotivasi. Jika kita ingin memotivasi orang dalam melakukan pekerjaan mereka, kita harus menekankan faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil yang secara langsung berasal dari pekerjaan tersebut, seperti peluang promosi, peluang pertumbuhan pribadi, pengakuan, tanggung jawab, dan prestasi McClelland’s Theory of Needs Need for achievement (nAch) : dorongan untuk unggul dan mencapai suatu standar Need for power (nPow) : kebutuhan untuk membuat orang lain bertindak dengan cara yang mempengaruhi dan memerintah Need for affiliation (nAff) : keinginan memiliki pertemanan dan hubungan interpersonal yang dekat Orang-orang yang berprestasi tinggi melakukan yang terbaik ketika mereka melihat kemungkinan mereka sukses 0,5 - yaitu peluang 50-50. Mereka tidak suka berjudi dengan peluang keberhasilan rendah karena mereka tidak mendapat kepuasan pencapaian dari kesuksesan yang datang dari murni kesempatan. Mereka tidak menyukai peluang keberhasilan tinggi karena dengan demikian tidak ada tantangan untuk keterampilan mereka. McGregori’s Theory X and Theory Y Theory X Karyawan tidak memiliki ambisi Karyawan tidak suka bekerja Selalu menghindari tanggungjawab Theory Y Karyawan mandiri Karyawan menyukai pekerjaan Bertanggungjawab Contemporary Theories of Motivation Self-Determination Theory Teori mengenai efek menguntungkan dari motivasi intrinsik dan efek berbahaya dari motivasi ekstrinsik. Orang lebih memilih untuk merasa memiliki control atas tindakan mereka, sehingga sesuatu yang membuat tugas lebih terasa seperti kewajiban daripada aktivitas yang dipilih sendiri akan menurunkan motivasi. Cognitive evaluation theory menyaakan bahwa penghargaan ekstrinsik akan mengurangi ketertarikan intrinsik pada sebuah pekerjaan. Mengejar tujuan dari motif intrinsik (seperti minat yang kuat pada pekerjaan itu sendiri) lebih mendukung motivasi seseorang daripada imbalan ekstrinsik. Self concordance adalah seberapa konsisten alasan seseorang untuk mengejar suatu tujuan dengan minat dan nilai-nilai inti mereka. Job Engagement Investasi energi fisik, kognitif, dan emosional karyawan ke dalam kinerja pekerjaan Karyawan akan lebih terlibat jika mereka yakin pekerjaan itu bermakna dan memberikan manfaat Keterlibatan juga dapat memprediksi hasil pekerjaan lebih baik daripada sikap pekerjaan tradisional Goal-Setting Theory Teori yang menyatakan bahwa tujuan spesifik meningkatkan kinerja; tujuan yang sulit, ketika diterima, menghasilkan kinerja lebih tinggig daripada tujuan yang mudah; dan umpan balik mengarah pada kinerja yang lebih tinggi daripada tanpa umpan balik. Tiga faktor pribadi mempengaruhi goals-performance relationship: Goal commitment : seorang individu percaya ia dapat mencapai tujuan dan ingin mencapainya Task characteristics : tujuan akan lebih memengaruhi kinerja ketika tugas-tugas sederhana daripada rumit, dipelajari dengan baik daripada tugas baru/asing, independen daripada interdependen National culture : menetapkan tujuan individu yang spesifik dan sulit, mungkin memiliki efek berbeda dalam budaya yang berbeda Self-Efficacy Theory Keyakinan seseorang bahwa dia mampu melakukan suatu tugas. Tingkat efikasi dipengaruhi oleh : 1. Keberanian 2. Keyakinan 3. Ketekunan menghadapi masalah 4. Respon positif terhadap umpan balik negatif Meningkatkan self-efficacy: 1. Enactive mastery : mendapatkan pengalaman yang relevan dengan pekerjaan 2. Vicarious modeling : menjadi lebih percaya diri karena melihat orang lain melakukan pekerjaan tersebut 3. Verbal persuasion : ketika seseorang meyakinkan bahwa kita memiliki kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi sukses 4. Arousal : keadaan berenergi yang membuat kita melakukan pekerjaan dengan lebih baik Cara terbaik bagi seorang manajer untuk menggunakan persuasi verbal adalah melalui Pygmalion Effect, sebuah istilah yang didasarkan pada mitos Yunani tentang seorang pematung (Pygmalion) yang jatuh cinta pada patung yang diukirnya. Pygmalion Effect adalah bentuk ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya di mana memercayai sesuatu dapat membuatnya menjadi kenyataanr. Di sini, sering digunakan untuk menggambarkan “apa yang diharapkan seseorang dari orang lain dapat menyebabkan ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya.” Reinforcement Theory Memandang perilaku sebagai sesuatu yang disebabkan oleh lingkungan. Reinforcement sangat mempengaruhi perilaku tetapi bukan menjadi satu-satunya penyebab perilaku tersebut. Teori Operant Conditioning berpendapat bahwa orang belajar berperilaku untuk mendapatkan sesuatu yang mereka inginkan atau untuk menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Social-learning theory and reinforcement berpendapat bahwa individu dapat belajar dengan diberitahu atau dengan mengamati apa yang terjadi pada orang lain, serta secara langsung melalui pengalaman. Model merupakan pusat dari sudut pandang pembelajaran sosial. Empat proses menentukan pengaruhnya terhadap individu: 1. Attentional processes : orang-orang belajar dari model hanya ketika mereka mengenali dan memperhatikan fitur-fitur kritisnya. Kita cenderung paling terpengaruh oleh model yang menarik, tersedia berulang kali, penting bagi kita, atau mirip dengan kita 2. Retention processes : pengaruh model tergantung pada seberapa baik individu tersebut mengingat tindakan model setelah model tidak lagi tersedia. 3. Motoric reproduction processes : setelah seseorang melihat perilaku baru dengan mengamati model, menonton harus dikonversi menjadi melakukan. Proses ini menunjukkan bahwa individu dapat melakukan kegiatan yang telah dimodelkan. 4. Reinforcement processes : individu termotivasi untuk menunjukkan perilaku model jika diberikan insentif positif. Perilaku yang diperkuat diberi lebih banyak perhatian, dipelajari lebih baik, dan dilakukan lebih sering. Equity Theory/Organizational Justice Individu membandingkan input pekerjaan mereka dan hasilnya dengan orang lain dan kemudian menanggapi untuk menghilangkan segala ketidakadilan. Teori Keadilan - 4 keputusan keadilan Self-inside, pengalaman orang tersebut dalam pekerjaan yang berbeda di organisasi yang sama Self-outside, pengalaman orang tersebut dalam pekerjaan yang berbeda di organisasi yang berbeda Other-inside, individu atau kelompok lain dalam organisasi Other-outside, individu atau kelompok lain di luar organisasi Berdasarkan teori ekuitas, karyawan yang merasakan ketidakadilan akan memilih salah satu dari enam pilihan: 1. Ubah input (lakukan lebih sedikit usaha jika dibayar kurang atau lebih jika dibayar lebih). 2. Ubah hasil (individu yang dibayar berdasarkan besaran upah per satuan dapat meningkatkannya upahnya dengan memproduksi jumlah unit yang lebih tinggi dengan kualitas lebih rendah). 3. Mendistorsi persepsi diri (“Saya dulu berpikir saya bekerja dengan kecepatan sedang, tetapi sekarang saya menyadari bahwa saya bekerja jauh lebih keras daripada orang lain ”). 4. Mendistorsi persepsi orang lain ("Pekerjaan Mike tidak seperti yang saya duga"). 5. Pilih referensi yang berbeda (“Saya mungkin tidak menghasilkan sebanyak kakak saya, tapi saya melakukan jauh lebih baik daripada ayah saya ketika dia seusia saya "). 6. Tinggalkan bidang (keluar dari pekerjaan). Expectance Theory Teori yang mengatakan bahwa kuatnya kecenderungan untuk bertindak dengan cara tertentu tergantung pada kekuatan suatu ekspektasi (harapan) bahwa tindakan tersebut akan diikuti oleh suatu hasil dan pada daya tarik hasil itu kepada individu tersebut. Integrating Contemporary Theories of Motivation