16 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lingkungan Kerja Menurut Nitisemito (2000), lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan. Sedangkan Sedarmayanti (2001) mendefinisikan lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Lingkungan kerja merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi dirinya dan pekerjaanya saat bekerja. Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun hubungan dengan bawahan, kompensasi serta peraturan dan kebijakan perusahaan. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung. 2.2. Motivasi Motivasi berasal dari kata motif, yang berarti daya penggerak yang mencakup dorongan, alasan dan kemauan yang timbul dari diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat sesuatu (Winardi, 2004). Menurut Arep dan Tanjung (2003), motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bekerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan kekuatan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Teori motivasi merupakan suatu pandangan mengenai cara atau sistem pemberian motivasi yang didalamnya terdapat prinsip-prinsip, norma-norma yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam memberikan motivasi kepada orang-orang atau kelompok tertentu. Ada beberapa macam teori motivasi, salah satunya adalah teori motivasi Higienis Herzberg. Teori 17 motivasi ini disebut juga teori pemiliharaan motivasi (motivation maintenance theory) yang menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kerja pegawai, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik (seperti prestasi, pengakuan, dan tanggung jawab) terkait dengan kepuasan (satisfier) dan motivasi kerja. Sedangkan faktor ekstrinsik (seperti kebijakan dan pengelolaan perusahaan, pengawasan, hubungan antar pribadi dan kondisi kerja) terkait dengan ketidakpuasan kerja (dissatisfier). Menurut Herzberg, faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan terpisah dan berbeda dari yang menghasilkan ketidakpuasan kerja. Oleh sebab itu, penghapusan faktor-faktor yang menciptakan ketidakpuasan kerja hanya dapat menghasilkan harmoni di tempat kerja, namun bukan motivasi. Faktor Higienis merupakan faktor ekstrinsik yang menghilangkan ketidakpuasan kerja tetapi tidak memotivasi, sedangkan motivator adalah faktor intrinsik yang meningkatkan kepuasan kerja dan motivasi. Teori motivasi Herzberg dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Teori motivasi Herzberg Motivator 1. Prestasi 2. Pengakuan 3. Bekerja sendiri 4. Tanggung jawab 5. Perkembangan 6. Pertumbuhan Sangat Memuaskan Netral Faktor Higienis 1. Pengawasan 2. Kebijakan perusahaan 3. Hubungan dangan atasan 4. Kondisi kerja 5. Hubungan dengan rekan kerja 6. Upah 7. Keamanan 8. Kehidupan pribadi 9. Hubungan dengan bawahan 10.Status Sangat Tidak Memuaskan Sumber : Robbins dan Coulter (2005) 2.3. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Motivasi Kerja Lyman dan Porter dalam Stoner dan Freman (1994), mengemukakan bahwa terdapat tiga peubah yang mempengaruhi motivasi kerja seorang karyawan dalam lingkungan perusahaan, yaitu: (1) karakteristik individu yang meliputi minat, sikap pada diri masing-masing, sikap pada pekerjaan, kebutuhan akan prestasi, rasa aman dan sosial, (2) karakteristik pekerjaan meliputi tingkat kepuasan kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan jenis pekerjaan, (3) karakteristik situasi kerja meliputi lingkungan yang 18 menyangkut hubungan sesama karyawan dan hubungan dengan atasan serta kultur organisasi. Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan sangat penting untuk diperhatikan manajemen. Lingkungan kerja mempengaruhi sikap para karyawan terhadap pekerjaannya. Lingkungan kerja yang menyenangkan akan memberikan dampak positif pada hasil kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan semangat dan kepuasan kerja. Faktor lingkungan kerja membantu dalam meningkatkan motivasi kerja karyawan. 2.4. Hasil Penelitian Terdahulu Shanty Indriyani (2005) melakukan penelitian mengenai Persepsi Karyawan terhadap Faktor-faktor Lingkungan Perusahaan yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Karyawan pada PT Lasallefood Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan keseluruhan faktor lingkungan perusahaan yang mempengaruhi motivasi kerja karyawan seperti hubungan atasan dengan bawahan, hubungan dengan rekan kerja, peraturan dan kebijakan perusahaan, kondisi kerja dan kompensasi mempunyai hubungan nyata dengan motivasi kerja karyawan. Artinya dengan semakin erat/puasnya karyawan terhadap faktor-faktor tersebut maka motivasi kerjanya akan meningkat dan peningkatan motivasi kerja karyawan akan tercapai bila didukung oleh perbaikan pada faktor-faktor tersebut. Keeratan hubungan tersebut dinyatakan dalam koefisien korelasi Rank Spearman dengan nilai korelasi masing-masing peubah yaitu: hubungan atasan dengan bawahan 0,742, hubungan dengan rekan kerja 0,391, peraturan dan kebijakan perusahaan 0,840, kondisi kerja 0.776 dan kompensasi 0,520. Penelitian yang dilakukan Kadang (2004) yang berjudul “ Hubungan Persepsi Karyawan Terhadap Lingkungan Perusahaan dengan Motivasi Kerja Karyawan di PT Fast Food Indonesia”. Hasil dari penelitian tersebut adalah secara keseluruhan persepsi karyawan terhadap lingkungan perusahaan cukup baik dan motivasi kerja baik. Hampir seluruh faktorfaktor lingkungan kerja memiliki hubungan sangat nyata dan posistif terhadap motivasi kerja. Nilai korelasi tertinggi terdapat pada faktor pemberian kompensasi.