BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Ekstrinsik 1. Pengertian Motivasi Ekstrinsik Motivasi adalah konsep yang menggambarkan baik kondisi ekstrinsik yang merangsang prilaku tertentu, maupun respon intrinsik yang menampakkan prilaku manusia. Respon intrinsik ditopang oleh sumber energi yang disebut motif (Swanburg, 2000). Motif adalah sesuatu yang merupakan alasan mengapa seseorang memulai tindakan. Motivasi adalah suatu set atau kumpulan prilaku yang memberi landasan bagi seseorang yang bertindak dalam suatu cara yang diarahkan pada suatu tujuan spesifik tertentu (spesific goal directed). Memotivasi adalah menunjukkan arah tertentu kepada seseorang atau sekolompok orang dan mengambil langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai tujuan (Soeroso, 2013). Menurut Stoner dan Fremaan (1995, dalam Nursalam, 2002), motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi konstribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Sedangkan memotivasi adalah proses manejemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang bergerak. Adapun motivasi menurut Purwanto (2000, dalam Nursalam, 2002) adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Mangkunegara (2000, dalam Nursalam, 2002), motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja. 7 8 Dari Herzberg (1996) menyimpulkan bahwa ketidakpuasan dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari dua set faktor yang terpisah. Satu set faktor disebut ektrinsik, faktor penyebab ketidakpuasan faktor hygiene yang terdiri dari : kebijakan perusahaan dan administrasi, supervisi, hubungan dengan supervisor, kondisi kerja, gaji, hubungan dengan rekan sejawat, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status dan keamanan keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan karyawan. Mereka menjadi tidak puas apabila tidak sesuai dalam pengolahan, sehingga menjadikan penampilan rendah dan prilaku negatif. Sedangkan faktor yang kedua disebut kondisi intrinsik motivator atau faktor penyebab kepuasan yang terdiri dari : prestasi, pengakuan, pekerjaanya sendiri, tanggung jawab,kemauan dalam perkerjaan dan pertumbuhan. 2. Jenis-jenis Motivasi Menurut Djamarah (2002) motivasi terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. a. Motivasi intrinsik Menurut Purwanto (1998, dalam Nursalam 2002), bentuk motivasi terdiri dari : Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datangnya dari diri sendiri, antara lain: seperti pengakuan, perasaan terpenuhi, atau pemenuhan kebutuhan sosial. b. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang atau pengaruh dari orang lain sehingga seseorang berbuat sesuatu (Djamarah, 2002) Menurut Taufik (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah : 1. Dorongan keluarga. Dorongan dari keluarga seperti suami, orang tua, teman. Misalnya karena adanya dorongan (dukungan) dari suami, orang tua ataupun anggota 9 keluarga lainnya. Dukungan dan dorongan dari anggota keluarga semakin menguatkan Motivasi perawat dalam melaksanakan tugasnya tersebut. 2. Lingkungan Lingkungan adalah tempat dimana seseorang tinggal. Lingkungan dapat mempengaruhi seseorang sehingga dapat termotivasi untuk melakukan sesuatu. Selain keluarga, lingkungan juga mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya. Dalam sebuah lingkungan yang hangat dan terbuka, akan menimbulkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. 3. Imbalan Seseorang dapat termotivasi karena adanya suatu imbalan sehingga orang tersebut ingin melakukan sesuatu dan akan bertanggung jawab dalam tugasnya. 3. Tujuan Motivasi Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan (Taufik, 2007). Setiap tindakan motivasi seseorang mempunyai tujuan yang akan dicapai. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau akan dicapai, maka semakin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukan. Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil apabila tujuannya jelas dan didasari oleh yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi pada seseorang harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, serta kepribadian orang yang akan dimotivasi (Taufik, 2007). 4. Fungsi Motivasi Menurut Notoatmodjo (2007), motivasi mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu : 10 a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses penyeleksian. 5. Unsur-Unsur motivasi Menurut Luthans (1988, dalam Nursalam, 2002), ada tiga pokok penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang, baik fisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi. Sedangkan unsur-unsur motivasi menurut Purwanto (1998, dalam Nursalam 2002), terdiri dari : a. Motivasi merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar. b. Motivasi seringkali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi. c. Motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif pencapaian tujuan. d. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia. 11 6. Model Motivasi Terdapat beberapa model dalam penerapan motivasi. Meskipun demikian tidak ada satu modelpun yang dapat digunakan untuk setiap orang pada setiap kesempatan. Menurut Soeroso (2003), model motivasi antara lain : a. Model manusia rasional Dalam model ini seseorang akan termotivasi mendapatkan penghargaan berupa uang bila berprestasi atau hukuman bila tidak berprestasi. b. Model hubungan manusia Model ini dikembangkan oleh para peneliti yang memiliki asumsi bahwa program insentif resmi sering tidak berfungsi karena adanya sabotase, karena tidak menyentuh kebutuhan dasar manusia lainnya. Model ini menunjukan bahwa produktifitas berhubungan dengan kepuasan kerja yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor instrinsik, seperti pengakuan, perasaan terpenuhi, atau pemenuhan kebutuhan sosial, dari pada oleh faktor ekstrinsik seperti gaji dan lingkungan kerja. c. Model aktualisasi diri d. Model dikembangkan oleh Maslow (1970, dalam Nursalam, 2002) dimana Maslow memandang manusia sebagai hirarki lima macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan fisiologis yang paling mendasar sampai kebutuhan tertinggi yaitu aktualisasi diri. Menurut Maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol atau paling kuat bagi mereka pada waktu tertentu. e. Model kompleks Motivasi adalah sesuatu yang kompleks dan manusia merupakan mahluk yang kompleks, sedangkan situasi lingkungan kerja yang berpengaruh memiliki hubungan yang kompleks serta dinamis sehingga selalu ada kemungkinan mengalami perubahan. Model ini memandang dua faktor utama yang menentukan motivasi seseorang pada saat diberikan tugas yaitu : nilai penghargaan kepada individu dan harapan bahwa usaha yang dilakukan akan menghasilkan penghargaan yang mereka inginkan. Dua variabel lain yang mempengaruhi motivasi adalah : kemampuan individu (kecerdasan, 12 ketrampilan, dan pengetahuan) dan persepsi peranan, perasaan individu tentang pekerjaan yang ditugaskan. Saat mengkaji motivasi kerja perawat muncul permasalahan dimana motivasi seseorang akan berbeda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor baik instrinsik maupun ekstrinsik. Menurut Herzberg (1966, dalam Nursalam, 2002), kepuasan kerja berasal dari keberadaan instrinsik motivator dan ketidak puasan berasal dari ketidak beradaan faktor-faktor ekstrinsik. 7. Faktor-faktor Motivasi Secara Ekstrinsik Yang Membuat Ketidakpuasan atau Faktor Hygiene adalah: a. Kehidupan Pribadi Pada hakekatnya manusia merupakan pribadi yang utuh dan memiliki sifatsifat sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Kehidupan pribadi seseorang menyangkut berbagai aspek, yakni aspek emosional, sosial psikologis dan sosial budaya, dan kemampuan intelektual yang terpadu secara integrative dengan faktor kehidupan lingkungan. b. Gaji Adalah upah yang dibayarkan pada waktu yang tetap, harga yang dibayarkan kepada orang- orang yang menyelenggarakan jasa. c. Kondisi kerja Merupakan serangkaian kondisi atau keadaan lingkungan kerja dari suatu perusahaan yang menjadi tempat bekerja dari para karyawan yang bekerja didalam lingkungan tersebut. Yang dimaksud disini adalah kondisi kerja yang baik yaitu nyaman dan mendukung pekerja untuk dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik, meliputi segala sesuatu yang ada di lingkungan karyawan yang dapat mempengaruhi kinerja, serta keselamatan dan keamanan kerja, temperatur, kelembaban, ventilasi penerangan , dan lainlain. 13 d. Keamanan kerja Keamanan kerja adalah unsur – unsur penunjang yang mendukung terciptanya suasana kerja yang aman, baik berupa materi (baju kerja, sepatu, sarung tangan,kaca mata, helm) dan non materi (buku petunjuk penggunaan alat, rambu- rambu dan isyarat bahaya, himbauan-himbauan, petugas keamanan). e. Hubungan dengan teman dan atasa Tingkat keeratan hubungan dengan teman dan atasan mempunyai pengaruh terhadap mutu dan intensitas interaksi yang terjadi dalam suatu kelompok. f. Kebijakan dan administrasi instansi. Suatu mekanisme yang menetapkan batasan atau batas untuk tindakan administratif dan menetukan arah untuk diikuti. Sedangkan faktor penyebab kepuasan atau faktor intrinsik yang memotivasi adalah : a. Tanggung jawab Sesuatu yang harus kita lakukan agar kita menerima sesuatu yang dinamakan hak. b. Potensi tumbuh a. Kesempatan untuk berkembang, karir dan promosi. b. Dukungan untuk tumbuh dan berkembang: pelatihan, beasiswa, pelatihan manajemen bagi staf yang dipromosikan. c. Pekerjaan itu sendiri Sejauh mana karyawan memandang pekerjaannya sebagai pekerjaan yang menarik, memberikan kesempatan untuk belajar dan peluang untuk menerima tanggung jawab. 14 d. Kemajuan dalam pekerjaan Suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan – peningkatan status seseorang dalam suatu organisasi yang bersangkutan. e. Pengakuan Pengakuan adalah keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau keinginan untuk menjadi apapun yang seseorang mampu untuk mencapainya. f. Prestasi Prestasi adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas – tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu. Dari beberapa pengertian motivasi, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah segala sesuatu baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang merangsang dan mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktifitas atau tindakan untuk mencapai tujuan. Tidak adanya kondisi ini bukan berarti membuktikan kondisi sangat tidak puas, tetapi jika ada akan membentuk motivasi yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. 8. Teori Motivasi a. Teori-Teori Awal Tentang Motivasi 1. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow Teori motivasi yang paling dikenal mungkin adalah Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Maslow adalah psikolog humanistik yang berpendapat bahwa pada diri tiap orang terdapat hierarki lima kebutuhan. a. Kebutuhan fisik: makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasan seksual, dan kebutuhan fisik lain. 15 b. Kebutuhan keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi. c. Kebutuhan sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima oleh teman-teman, dan persahabatan. d. Kebutuhan harga diri: faktor harga diri internal, seperti penghargaan diri, otonomi, pencapaian prestasi dan harga diri eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. e. Kebutuhan aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dia mampu capai. Menurut Maslow, jika ingin memotivasi seseorang kita perlu memahami ditingkat mana keberadaan orang itu dalam hierarki dan perlu berfokus pada pemuasan kebutuhan pada atau diatas tingkat itu.(Robbins & Coulter, 2007). 2. Teori X dan Y Mc Gregor Douglas McGregor terkenal karena rumusannya tentang dua kelompok asumsi mengenai sifat manusia: Teori X dan Teori Y.Teori X pada dasarnya menyajikan pandangan negatif tentang orang. Teori X berasumsi bahwa para pekerja mempunyai sedikit ambisi untuk maju, tidak menyukai pekerjaan, ingin menghindari tanggung jawab, dan perlu diawasi dengan ketat agar dapat efektif bekerja.Teori Y menawarkan pandangan positif. Teori Y berasumsi bahwa para pekerja dapat berlatih mengarahkan diri, menerima dan secara nyata mencari tanggung jawab, dan menganggap bekerja sebagai kegiatan alami. McGregor yakin bahwa asumsi Teori Y lebih menekankan sifat pekerja sebenarnya dan harus menjadi pedoman bagi praktik manajemen (Robbins & Coulter, 2007). 16 3. Teori Motivasi Higienis Herzberg Teori ini menyatakan bahwa kepuasan dan ketidak-puasan seseorang dipengaruhi oleh dua kelompok faktor independen yakni faktor-faktor penggerakan motivasi dan faktor-faktor pemelihara motivasi. Menurut Herzberg, karyawan memiliki rasa kepuasan kerja dalam pekerjaannya, tetapi faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan berbeda jika dibandingkan dengan faktor-faktor ketidak-puasan kerja. Rasa kepuasan kerja dan rasa ketidak-puasan kerja tidak berada dalam satu kontinum. Lawan dari kepuasan adalah tidak ada kepuasan kerja sedangkan lawan dari ketidakpuasan kerja adalah tidak ada ketidak-puasan kerja (Robbins, 2003). 9. Teori Motivasi Modern a. Teori Tiga Kebutuhan David McClelland menyebutkan ada tiga kelompok motivasi kebutuhan yang dimiliki seseorang yaitu kebutuhan berprestasi,kebutuhan kekuasaan, dan kebutuhan afiliasi. Kebutuhan prestasi (achievement) yaitu adanya keinginan untuk mencapai tujuan yang lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dapat dicapai dengan cara merumuskan tujuan, mendapatkan umpan balik, memberikan tanggung jawab pribadi, dan bekerja keras. Kebutuhan kekuasaan (power) artinya yaitu adanya kebutuhan kekuasaan yang mendorong seseorang bekerja sehingga termotivasi dalam pekerjaannya. Cara bertindak dengan kekuasaan tergantung kepada pengalaman masa kanak-kanak, kepribadian, pengalaman kerja, dan tipe organisasi. Kebutuhan afiliasi artinya kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat dicapai dengan cara bekerja sama dengan orang lain, dan sosialisasi (Ishak, dkk, 2003). 17 b. Teori Penentuan Sasaran Teori penentuan sasaran ini menyatakan bahwa orang akan bekerja lebih baik jika mereka mendapatkan umpan balik mengenai sejauh mana mereka maju menuju sasaran, karena umpan balik membantu mengidentifikasi kesenjangan antara apa yang telah mereka lakukan dan apa yang ingin mereka lakukan. Selain umpan balik, ada tiga faktor lain telah yang mempengaruhi hubungan sasaran kinerja. Faktor-faktor itu mencakup komitmen pada sasaran, kemampuan diri yang memadai, dan budaya nasional. Teori penentuan sasaran mensyaratkan bahwa individu berkomitmen pada sasaran tadi artinya individu berniat tidak menurunkan atau meninggalkan sasaran tadi. Komitmen sangat cenderung terjadi jika sasaran itu diumumkan, jika individu tersebut mempunyai tempat kendali internal, dan jika sasaran itu ditentukan sendiri, bukan diberikan. Efektifitas diri merujuk ke keyakinan seseorang bahwa ia mampu melaksanakan tugas tertentu. Semakin tinggi efektifitas diri kita, semakin yakin kita kita akan kemampuan berhasil pada tugas tertentu. Jadi dalam situasi-situasi sulit, kami menemukan bahwa orang yang rendah efektivitas dirinya lebih cenderung mengurangi usaha mereka atau sepenuhnya menyerah kalah, sedangkan orang- orang yang tinggi efektifitas dirinya akan berusaha lebih keras, mengatasi tantangan itu (Robbins & Coulter, 2007). c. Teori Penguatan Teori penguatan menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi tindakan dimasa depan dalam proses belajar. Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respons rangsangan pada pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu (Nursalam, 2007). Teori penguatan mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi dari akibat. Teori penentuan sasaran menyatakan bahwa maksud individu mengarahkan perilakunya. Teori penguatan mengatakan bahwa perilaku itu ditimbulkan dari luar. Apa yang mengendalikan perilaku adalah penguat, akibat yang bila diberikan dengan segera setelah perilaku tertentu 18 dilakukan, meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang (Robbins & Coulter, 2007). Berlawanan dengan teori penentuan sasaran, kunci teori penguatan ialah mengabaikan faktor-faktor seperti sasaran, harapan, dan kebutuhan. Sebagai gantinya, teori itu hanya memusatkan perhatian pada apa yang terjadi dengan seseorang ketika dia mengambil tindakan tertentu (Robbins & Coulter, 2007). Berdasarkan teori penguatan, para manajer dapat mempengaruhi perilaku karyawan dengan memperkuat tindakan yang mereka anggap menguntungkan. Namun, karena penekanan itu terletak pada penguatan positif, bukan hukuman, para manajer seharusnya mengabaikan, bukannya menghukum perilaku yang tidak menguntungkan. Meskipun hukuman lebih cepat menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan dibanding tindakan bukan penguatan, dampak hukuman itu sering hanya sementara dan dikemudian hari akan mempunyai efek samping yang tidak menyenangkan, seperti perilaku disfungsi berupa konflik di tempat kerja, ketidakhadiran, dan tingkat keluar masuknya karyawan (Robbins & Coulter, 2007). B. Asuhan keperawatan 1. Pengertian Asuhan Keperawatan Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan keperawatan sebagai kesehatan. Dilaksanakan suatu profesi berdasarkan kaidah-kaidah yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistik, dan berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien, dimulai dari pengkajian (pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah) diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan. Asuhan 19 keperawatan diberikan dalam upaya memenuhi kebutuhan klien. Menurut A Maslow ada lima kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan fisiologis meliputi oksigen, cairan, nutrisi, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa asuhan keperawatan merupakan seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang optimal. 2. Tujuan Asuhan Keperawatan Adapun tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan antara lain: a. Membantu individu untuk mandiri. b. Mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan c. Membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatannya. d. Membantu individu memperoleh derajat kesehatan yang optimal. 3. Fungsi proses keperawatan Proses Keperawatan berfungsi sebagai berikut: a. Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memecahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. b. Memberi ciri profesionalisasi asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien. c. Memberi kebebasan pada klien untuk mendapat pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhanya dalam kemandirianya di bidang kesehatan. 20 4. Tahap-tahap Proses Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan. 1. Pengumpulan Data Tujuan : Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus di ambil untuk mengatasi fisik,mental,sosial masalah dan tersebut spiritual serta yang faktor menyangkut lingkungan aspek yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis. Jenis data antara lain data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,kepala pusing, nyeri,dan mual. Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi : a. Status kesehatan sebelumnya dan sekarang b. Pola koping sebelumnya dan sekarang c. Fungsi status sebelumnya dan sekarang d. Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan e. Resiko untuk masalah potensial f. Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien 2. Analisa Data Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan. 21 3. Perumusan Masalah Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang kesehatan dan keperawatan. b. Diagnosa Keperawatan Pengertian diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000). Perumusan diagnosa keperawatan : 1. Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang ditemukan. 2. Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di lakukan intervensi. 3. Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan. 4. Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera yang lebih tinggi. 22 5. Syndrom : diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa keperawatan actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu. c. Rencana Keperawatan Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994). Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang (Potter,1997). d. Implementasi Keperawatan Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagai berikut : Tahap 1 : Persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap perencanaan. 23 Tahap 2 : Intervensi Focus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan keperawatan meliputi tindakan : independen,dependen,dan interdependen. Tahap 3 : Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan. e. Evaluasi Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut : 1. Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun. 2. Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di rumuskan dalam rencana evaluasi. Hasil evaluasi Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu : (1) Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan. (2) Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya. (3) Tujuan tidak tercapai,apabila pasien tidak menunjukan perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, 24 tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan. Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi kepada pasien, seluruh tindakannya harus di dokumentasikan dengan benar dalam dokumentasi keperawatan. f. Dokumentasi keperawatan Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang (Potter 2005). Potter (2005) juga menjelaskan tentang tujuan dalam pendokumentasian yaitu : 1. Komunikasi Sebagai cara bagi tim kesehatan untuk mengkomunikasikan (menjelaskan) perawatan klien termasuk perawatan individual,edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan. 2. Tagihan financial Dokumentasi dapat menjelaskan sejauhmana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi (reimburse) atas pelayanan yang diberikan bagi klien. 3. Edukasi Dengan catatan ini peserta didik belajar tentang pola yang harus ditemui dalm berbagai masalah kesehatan dan menjadi mampu untuk mengantisipasi tipe perawatan yang dibutuhkan klien. 4. Pengkajian Catatan memberikan mengidentifikasi dan data yang mendukung digunakan diagnose perawat keperawatan untuk dan merencanakan intervensi yang sesuai. 5. Riset Perawat dapat menggunakan catatan klien selama studi riset untuk mengumpulkan informasi tentang faktor-faktor tertentu. 25 6. Audit dan pemantauan Tinjauan teratur tentang informasi pada catatan klien memberi dasar untuk evaluasi tentang kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan dalam suatu institusi. 7. Dokumentasi legal Pendokumentasian yang akurat adalah salah satu pertahanan diri terbaik terhadap tuntutan yang berkaitan dengan asuhan keperawatan. Dokumentasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan perawatan klien secara individual. Ada enam penting penting dalam dokumentasi keperawatan yaitu : a. Dasar factual Informasi tentang klien dan perawatannya harus berdasarkan fakta yaitu apa yang perawat lihat,dengar dan rasakan. b. Keakuratan Catatan klien harus akurat sehingga dokumentasi yang tepat dapat dipertahankan klien. c. Kelengkapan Informasi yang dimasukan dalam catatan harus lengkap,mengandung informasi singkat tentang perawatan klien. d. Keterkinian Memasukan data secara tepat waktu penting dalam perawatan bersama klien. e. Organisasi Perawat mengkomunikasikan informasi dalam format atau urutan yang logis. Contoh catatan secara teratur menggambarkan nyeri klien, pengkajian dan intervensi perawat dan dokter. f. Kerahasiaan Informasi yang diberikan oleh seseorang keorang lain dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa informasi tersebut tidak akan dibocorkan. Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan 26 keperawatan pada klien. Hal ini akan bermanfaat bagi peningkatan mutu pelayanan dan bahan pertimbangan dalam kenaikan jenjang karir/kenaikan pangkat. Selain itu dokumentasi keperawatan juga dapat menggambarkan tentang kinerja seorang perawat. C. Pengaruh Motivasi Ektrinsik Terhadap Pelaksanaan Asuhan Kepeawatan Menurut Mangkunegara (2000), Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja (Suarli, 2010). Menurut Yunaro (2009) dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunaro (2009)menyebutkan bahwa sebesar 63,7% perawat di Irna B Bedah Rs.Dr.M Djamil Padang mempunyai motivasi rendah dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Marni (2003) menyebutkan bahwa dari hasil analisa bivariat terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi yang meliputi supervisi kepala ruangan, kebijakan institusi tenaga berhubungan keperawatan, dengan sarana, kelengkapan pengetahuan, dokumentasi atau sikap perawat. pelaksanaan Yang asuhan keperawatan adalah faktor sikap perawat dan instrumen sarana. Sedangkan faktor pengetahuan, supervisi tenaga, kebijakan tidak berhubungan dengan pelaksanaan dokumentasi. Hasil penelitian selanjutnya oleh Berthiana (2012) menyebutkan bahwa motivasi kerja perawat mempunyai hubungan yang bermakna dengan ketepatan pengisian 27 dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat RSUD Buntok. Dari penelitian dan pengolahan data mentah didapatkan faktor-faktor intrinsik yang mempengaruhi motivasi yaitu : pendidikaan DIII Keperawatan 70%, jenis kelamin perempuan 90%, lama kerja kurang dari 5 tahun 43,3%, status perkawinan sudah menikah 76,6%, dan umur kurang dari 30 tahun 63,3%. Faktor motivasi ekstrinsik atau faktor yang timbul dari luar memang menunjukkan hubungan yang positif yang dibuktikan dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,01% kecuali faktor gaji dan hubungan antar pribadi. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Lenni (2002) menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor motivator dan faktor hygiene dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian asuhan keperawatan (nilai p=0,011 dengan alpha=0,05). Angka koefiesien korelasi antara faktor motivator dengan kinerja 0,511 dan angka koefiesien korelasi antara faktor hygiene dengan kinerja sebesar 0,508 angka ini menunjukkan hubungan yang cukup kuat. Arah hubungan dua variabel tersebut positif artinya semakin tinggi faktor-faktor motivasi kerja makan akan berpengaruh semakin tinggi kinerja perawat dan sebaliknya semakin rendah faktor-faktor motivasi maka semakin rendah kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. D. Kerangka konsep Skema 2.1 Kerangka Konsep Variabel Bebas Motivasi Esktrinsik Variabel Terikat Pelaksanaan Asuhan Keperawatan E. Hipotesa Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi ekstrinsik terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan diruang rawat inap RSU Sari Mutiara Medan 2014.