BAB II - Jurnal IAIN Ambon

advertisement
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN
PELATIHAN METAKOGNISI PADA MATERI DIMENSI 3 UNTUK
KAJIAN MATEMATIKA SMP JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA IAIN AMBON
Oleh: Ajeng Gelora Mastuti
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Emali: [email protected]
Abstract:
Seiring perkembangan psikologi kognitif, perlu dikembangkan
cara guru mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama
domain kognitif sehingga dapat memperkenalkan metakognisi
belajar terutama dalam menyelesaikan masalah matematika.
Pengembangan perangkat pembelajaran mencakup: modifikasi
model pengembangan perangkat pembelajaran menurut
Thiagarajan, Semmel & Semmel terdiri dari tahap pendefinisian
(define), perancangan (design), pengembangan (develop) dan
penyebaran (disseminate). Tahapan pengembangan dibatasi di
tahap pengembangan (develop) mencakup: rencana pelak-sanaan
pembelajaran (RPP), buku guru, buku siswa, LKS, brosur
strategi Kognitif dan tes hasil belajar. Ketercapaian keefektifan
model pengajaran langsung dengan pelatihan meta-kognisi
didasarkan pada: (1) ketuntasan belajar; (2) kemampuan guru
mengelola pembelajaran; (3) aktivitas siswa; (4) kemam-puan
metakognisi dan (4) respon siswa terhadap pembelajaran. Model
pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi efektif untuk
mengajarkan materi pokok prisma tegak dan limas. Syarat-syarat
keefektifan pembelajaran matematika rea-listik: (1) ketuntasan
belajar secara klasikal: tuntas, 97,7 % siswa memperoleh skor
≥65% dari skor total hasil tes; (2) kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran: efektif; (3) aktivitas siswa: efektif; (4)
kemampuan metakognisi siswa tinggi, (5) respon siswa: positif.
Hasil belajar siswa yang meng-ikuti pembelajaran model
pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi, lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran matematika konvensional untuk materi pokok
Prisma Tegak dan Limas di mahasiswa jurusan pendidikan
matematika untuk kajian matematika SMP.
Kata Kunci: Pembelajaran langsung, metakognisi, dimensi 3.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
41
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
Pendahuluan
Penelitian ini merupakan rancangan dosen pengampu kajian matematika sekolah yang pelaksanaannya dilakukan oleh mahasiswa terpilih
yang bertindak sebagai guru kelas pada kajian matematika SMP, penelitian
ini dilakukan untuk mengukur seberapa efektif pembelajaran langsung
dengan pelatihan metakognisi sebelum diterapkan di siswa SMP.
Suzana, mendefinisikan pembelajaran dengan pendekatan keterampilan metakognisi sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran
bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang
mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana
melakukannya; menitik beratkan pada aktivitas belajar siswa; membantu
dan membimbing siswa jika ada kesulitan; dan membantu siswa untuk
mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika
sehingga siswa dapat belajar secara mandiri.1
Anderson & Kathwohl menyatakan bahwa pengetahuan metakognisi
adalah pengetahuan tentang kognisi, secara umum sama dengan kesadaran
dan pengetahuan tentang kognisi-diri seseorang2. Karena itu dapat dikatakan
bahwa metakognisi merupakan kesadaran tentang apa yang diketahui dan
apa yang tidak diketahui. Sedang strategi metakognisi merujuk kepada cara
untuk meningkatkan kesadaran mengenai proses berpikir dan pembelajaran
yang berlaku sehingga bila kesadaran ini terwujud, seseorang dapat
mengawal pikirannya dengan merancang, me-mantau dan menilai apa yang
dipelajarinya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Livingston bahwa:3
Metacognition refers to higher order thinking which involves active
control over the cognitive processes engaged in learning. Activities
such as planning how to approach a given learning task, monitoring
comprehension, and evaluating progress toward the completion of a
task are metacog-nitive in nature.
Livingston dalam ungkapannya menyatakan bahwa metakognisi
mengacu pada pemikiran yang lebih tinggi yang di dalamnya melibatkan
Suzana, “Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognisi Untuk Meningkatkan
Kemam-puan Pemahaman Matematik Siswa SMU”, Makalah, Disajikan pada Seminar
Nasional Matematika: Matematika dan Kontribusinya terhadap Peningkatan Kualitas SDM
dalam Menyongsong Era Industri dan Informasi, 15 Mei 2004, Bandung.
2
Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R. A Taxonomy For Learning, Teaching, and
Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives). New York:
Addision Wesley Longman, Inc.2001.
3
Livingston, J., (1997). Metacognition: An overview. Retrieved Sept. 23, 2012 from
http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm
1
42
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam belajar. Aktivitas seperti
perencanaan bagaimana cara menyelesaikan tugas, pengertian pemantauan,
dan mengevaluasi kemajuan terhadap penyelesaian suatu tugas adalah
metakognisi alami.
Pada prinsipnya, dalam pembelajaran matematika keterlibatan aspek
metakognisi dalam belajar menarik untuk dikaji karena aspek metakognisi
merupakan aspek yang paling kompleks yang mengacu pada pemikiran
yang lebih tinggi. Dalam revisi taksonomi Bloom aspek metakognisi
menempati posisi paling tinggi tingkatannya dalam taksonomi. Di samping
itu, aspek metakognisi selama ini kurang mendapat perhatian dari guru atau
siswa karena aspek metakognisi lebih banyak berhubungan dengan obyek
kajian tidak langsung dari pembelajaran matematika itu sendiri. Sampai saat
ini pembelajaran matematika di sekolah pada umumnya masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional, meskipun metode
pembelajaran konvensional banyak menuai kritik karena pembelajaran
hanya berpusat pada guru dan dianggap kurang memberi ruang pada siswa
untuk berkembang dan mengembangkan potensi berfikir mereka.
Perbaikan kegiatan belajar mengajar merupakan faktor penting yang
perlu mendapat perhatian. Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab profesional seorang guru.
Salah satu upaya peningkatan kualitas pengajaran seorang guru itu
memperbaikai pola pembelajaran dengan menerapkan pendekatan atau
model belajar yang dinilai efektif dan efisien oleh guru untuk diterapkan di
kelas. Fungsi pembelajaran seharusnya bukan hanya sebagai suatu upaya
transformasi informasi (pengetahuan), melainkan juga merupakan suatu
upaya membangun pemahaman secara sadar terhadap informasi tersebut.
Dalam penelitian ini, model pengajaran langsung dipilih sebagai model
pembelajaran yang di dalamnya disisipkan pelatihan metakognisi. Model
pengajaran langsung dipilih dalam penelitian ini, karena menurut Nur,
pengajaran langsung pada umumnya merupakan model pembelajaran yang
seharusnya digunakan guru pada saat mengajarkan strategi-strategi belajar
termasuk diantaranya strategi metakognisi pada siswa mereka4. Selain itu
juga karena pembelajaran langsung lebih dekat dengan pembelajaran konvensional yang selama ini banyak digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar. Penyisipan pelatihan metakognisi dalam pembelajaran
dimaksudkan untuk memberikan nilai tambah dari model pengajaran
langsung yang selama ini hanya mengedepankan aktivitas guru (teacher
center) menjadi aktivitas guru dan siswa. Aktivitas guru di samping sebagai
4
Nur, M. Teori-Teori Pembelajaran Kognitif (Edisi 2) (Pusat Studi Matematika dan
IPA Sekolah UNESA Surabaya, 2005). Hal 41-46
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
43
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
presentator dan demonstrator dari materi yang disampaikan, juga bertugas
sebagai fasilitator dalam pelatihan metakognisi. Adapun aktivitas siswa
lebih dominan pada bagaimana siswa memahami, dan menggunakan strategi
kognitif secara sadar dalam belajarnya baik dalam memahami materi yang
disampaikan guru maupun dalam menyelesaikan masalah matematika.
Ertmer dan Newby (1993) menyatakan bahwa tidak ada hanya satu
teori pembelajaran yang paling baik, tetapi teori-teori pembelajaran harus
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan atau dipelajari oleh siswa5.
Masing-masing metode mempunyai kekuatan dan kelemahan sehingga
pemilihan kombinasi metode mengajar yang tepat dapat lebih meningkatkan hasil proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pemilihan kombinasi
metode, strategi, atau model pembelajaran perlu dipertimbangkan penerapannya sebagaimana yang dikenal dengan penggunaan multi metode,
multi strategi, atau multi model dalam pembelajaran.
Berkaitan dengan model pengajaran langsung yang berlatar belakang
teoritik pada teori Behaviorism dan pelatihan metakognisi yang didukung
secara teoritik oleh teori cognitivism. Ertmer dan Newby menyatakan bahwa
terdapat sedikit perbedaan yang dapat dideteksi antara dua teori (cognitivism
dan behaviorism) dalam aktivitas pembelajaran. Cognitivism, seperti juga
behaviorism memperhatikan peran kondisi lingkungan dalam memfasilitasi
proses belajar.6 Presentasi, demonstrasi, contoh ilustrasi, sesuai atau tidak
sesuai dengan contoh, dan peran latihan dan umpan balik semuanya
merupakan instrumen untuk mengarahkan belajar siswa.
Penggunaan model Pengajaran Langsung untuk pelatihan metakognisi dipilih berdasarkan alasan-alasan yang dikemukakan tersebut.
Pengajaran langsung dilakukan untuk menyampaikan dan memahai suatu
konsep sampai pada pengembangannya. Sedangkan penyisipan pelatihan
strategi metakognisi dalam pembelajaran langsung memiliki peranan
penting dalam melatih ketrampilan metakognisi siswa untuk mengatur dan
mengontrol proses-proses kognitifnya dalam belajar dan berpikir, sehingga
belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa menjadi lebih efektif dan
efisien. Untuk menggunakan pembelajaran dengan model pengajaran
langsung dengan pelatihan metakognisi, sebelumnya perlu dikembang-kan
perangkat pembelajaran yang meliputi: buku siswa, buku guru, LKS, dan
Brosur strategi kognitif.
Terdapat tiga masalalah pokok dalam penelitian ini, yaitu:
5
Ertmer,P. & Newby. (1993). Behaviorm, Cognitivism, Constructivism; Available :
http,uow.ico5.janison.com/ed/subjects/edgi911w/readings/ertmerp1.pdf -, April 14,2013.
6
Ertmer,P. & Newby. (1993). Behaviorm, Cognitivism, Constructivism; Available :
Hal 58-59
44
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
1.
2.
3.
Bagaimana pengembangan perangkat pada Model Pengajaran Langsung dengan pelatihan metakognisi?
Apakah Model Pengajaran Langsung dengan pelatihan metakognisi
efektif dalam mengajarkan materi bangun ruang dimensi tiga?
Apakah siswa yang diajar dengan model Pengajaran Langsung dengan
pelatihan metakognisi memperoleh hasil belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional?
Model Pengajaran Langsung dengan Pelatihan Metakognisi (PLPM)
Untuk dapat mengembangkan kemampuan metakognisi siswa, perlu
direncanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kemampuan
metakognisi, yaitu pembelajaran yang di dalamnya memuat pelatihan
metakognisi sekaligus penyampaian materi ajar itu sendiri. Dalam tulisan ini
pembelajaran yang dirancang untuk dapat menumbuhkan kemampuan
metakognisi siswa di integrasikan dalam pembelajaran langsung.
Untuk memastikan bahwa siswa memahami secara benar strategi
kognitif dalam belajar, pelatihan metakognisi untuk beberapa pertemuan
pertama disampaikan secara tersendiri pada awal pembelajaran. Pada kurun
waktu tersebut pembelajaran dirancang dalam dua siklus, yaitu siklus
pertama pelatihan metakognisi dalam kerangka pengajaran langsung, dan
siklus kedua pembelajaran materi ajar dengan pengajaran langsung yang di
dalamnya diintegrasikan penerapan strategi kognitif dalam belajar. Jika
dalam beberapa pertemuan strategi kognitif telah disampaikan pada siswa,
maka selanjutnya pelatihan metakognisi dilakukan terintegrasi langsung
(include) dalam fase-fase pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang
diperlukan dalam kegiatan pelatihan siklus pertama Brosur strategi kognitif
yang diberikan pada siswa.
Pada siklus pertama, pelatihan metakognisi dilakukan dengan menggunakan model pengajaran langsung. Langkah-langkah pembelajaran pada
siklus pertama mengadopsi apa yang diuraikan oleh Anwar, bahwa tahaptahap Pengajaran Langsung dalam melatihkan Strategi Belajar (strategi
kognitif), adalah sebagai berikut:7
Fase-1: 1) menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) memotivasi siswa.
Fase- 2: 1) secara klasikal menjelaskan tentang strategi menggarisbawahi,
membuat catatan pinggir, membuat rangkuman, pemetaan konsep, strategi
heuristik, strategi berfikir maju, dan strategi berfikir mundur, 2) memodelkan strategi mengarisbawahi, membuat catatan pinggir, membuat rang7
Anwar Holid, Tahap-tahap Pengajaran Langsung dalam Melatihkan Strategi
Belajar, 2009. Available : http://www.psyc.memphis.edu/trg/meta.html. April 22, 2013.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
45
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
kuman, pemetaan konsep, strategi heuristik, strategi berfikir maju, dan
strategi berfikir mundur.
Fase- 3: melatihkan siswa menggunakan strategi menggarisbawahi, membuat catatan pinggir, membuat rangkuman, pemetaan konsep, strategi
heuristik, strategi berfikir maju, dan strategi berfikir mundur di bawah
bimbingan guru.
Fase- 4: 1) memeriksa pemahaman siswa terhadap strategi menggarisbawahi, pemetaan konsep, membuat rangkuman, pemetaan konsep, strategi
heuristik, strategi berfikir maju, dan strategi berfikir mundur, 2) memberi
umpan balik hasil pemahaman siswa terhadap strategi menggarisbawahi dan
pemetaan konsep.
Fase- 5: melatih siswa untuk menerapkan strategi belajar menggarisbawahi,
membuat catatan pinggir, membuat rangkuman, pemetaan konsep, strategi
heuristik, strategi berfikir maju, dan strategi berfikir mundur secara mandiri.
Adapun aktivitas guru dalam proses pembelajaran untuk masingmasing fase dapat dilihat pada tabel. berikut:
a. Siklus pertama:
FASE
AKTIVITAS GURU
Fase 1: Penyampaian 1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
tujuan pembelajaran dan 2. Memotivaasi siswa dengan menjelaskan
Memotivasi siswa
pentingnya strategi kognitif dalam belajar.
3. Mengingatkan
(appersepsi)
kembali
beberapa strategi kognitif yang sudah
dipelajari oleh siswa.
Fase 2: Penyajian infor- Menyampaikan strategi kognitif dalam belajar
masi strategi kognitif yaitu menggaris bawahi, membuat catatan
dalam belajar.
pinggir, membuat rangkuman,, pemetaan
konsep, strategi heuristik, strategi berfikir
maju, dan strategi berfikir mundur.
Fase 3: Pelatihan ter- Melatihkan siswa menggunakan strategi
bimbing dan penyampai- menggarisbawahi, membuat catatan pinggir,
an strategi metakognisi membuat rangkuman, pemetaan konsep,
pemecahan masalah serta strategi heuristik, strategi berfikir maju, dan
refleksi penerapannya
strategi berfikir mundur.
Fase 4: Umpan balik, dan 1. Memeriksa pemahaman siswa terhadap
pengecekan tugas siswa
strategi menggarisbawahi, membuat catatan
pinggir pemetaan konsep, strategi heuristik,
strategi berfikir maju, dan strategi berfikir
mundur.
2. Memberi umpan balik hasil pemahaman
46
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
Fase 5: Pelatihan lanjutan
siswa terhadap strategi kognitif tersebut.
Melatih siswa untuk menerapkan strategi
belajar menggarisbawahi membuat catatan
pinggir, membuat rangkuman, pemetaan
konsep, strategi heuristik, strategi berfikir
maju, dan strategi berfikir mundur secara
mandiri.
b. Siklus kedua
FASE
AKTIVITAS GURU
Fase 1: Penyampaian 1.
tujuan pembelajaran dan 2.
memotivasi siswa
3.
4.
Fase 2: Penyajian materi 1.
dan penyampaian informasi strategi kognitif
menguasai bahan ajar
serta refleksi penerapan- 2.
nya
Fase 3: Pelatihan ter- 1.
bimbing dan refleksi
penerapan strategi metakognisi
pemecahan 2.
masalah.
3.
Fase 4: Umpan balik, 1.
dan pengecekan tugas
siswa
Menyampaikan tujuan pembela-jaran
Menyampaikan
metode
belajar
yang
digunakan.
Memotivasi siswa dengan menyampaikan
kegunaan materi yang akan diajarkan, baik
kaitannya dengan materi lain maupun
kehidupan sehari-hari
Memotivasi siswa untuk menggunakan
strategi kognitif menguasai bahan ajar.
Mempresentasikan materi pelajaran dan
mengarahkan siswa untuk memahami obyekobyek matematika (fakta, konsep, prinsip dan
keterampilan)
Meminta siswa untuk menerapkan strategi
kognitif dasar menguasai bahan ajar seperti
menggaris bawahi dan membuat catatan
pinggir pada buku siswa.
Meminta siswa untuk mengerjakan tugas
pada buku siswa seperti yang telah disampaikan oleh guru.
Mengajak dan melatih siswa untuk menerapkan strategi kognitif pemecahan masalah
seperti heuristik, berfikir maju, berfikir
mundur
Mengamati dan memberikan bantuan pada
siswa dalam menerapkan strategi kognitif
dalam menyelesaikan masalah.
Menunjuk beberapa siswa untuk men-jelaskan
hasil tugasnya di papan tulis dan mengecek
apakah siswa telah menggunakan strategi
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
47
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
2.
Fase
5:
lanjutan
Pelatihan 1.
2.
3.
kognitif.
Memberikan umpan balik terhadap hasil
pekerjaan siswa baik secara lisan maupun
tulisan
Meminta siswa untuk mengerjakan soal di
LKS.
Membimbing siswa menggunakan strategi
kognitif dalam pemecahan masalah.
Membimbing siswa dalam menerapkan
strategi kognitif lanjutan (membuat rangkuman dan petakonsep)
Menyisipkan pelatihan metakognisi dilakukan dalam kelima fase
pembelajaran langsung. Pada fase-1 pelatihan metakognisi yang diberikan
dalam bentuk kegiatan memberikan motivasi tentang pentingnya menggunakan strategi kognitif dalam belajar karena pada fase tersebut pada
pembelajaran langsung hanya bertujuan mempersiapkan siswa untuk belajar.
Strategi kognitif dasar menguasai bahan ajar yaitu strategi menggarisbawahi
dan membuat catatan pinggir disisipkan pada fase ke-2 karena pada fase
tersebut, guru menyampaikan dan mendemonsttrasikan materi ajar sehingga
untuk memahami materi ajar yang disampikan oleh guru, siswa
menggunakan strategi kognitif menggarisbawahi atau membuat catatan
pinggir dari ide-ide penting yang ada dalam buku siswa atau yang
disampaikan oleh guru. Adapun strategi kognitif lanjutan dalam menguasai
bahan ajar disisipkan pada fase ke-5, karena pada fase ke-5 pembelajaran
langsung kegiatan yang dilaksanakan adalah pelatihan lanjutan. Strategi
kognitif lanjutan dalam hal ini membuat rangkuman dan petakonsep.
Rangkuman dan peta konsep dibuat berdasarkan pada ide-ide penting yang
telah ditangkap oleh siswa pada strategi kognitif dasar.
Strategi kognitif memecahkan masalah yaitu strategi heuristik, berfikir maju, berfikir mundur, berfikir deduktif dan berfikir induktif disisipkan pada fase pembelajaran yang ke-3 dan ke 5. Karena pada fase tersebut
kegiatan yang dilakukan siswa memecahkan masalah baik dengan situasi
yang sama dengan yang dicontohkan oleh guru (fase-3), maupun situasi
yang lebih rumit dari yang dicontohkan oleh guru (fase-5).
Metode Penelitian
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimen yang
diawali dengan penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan yang
dimaksud penelitian yang dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), Buku Guru, Buku
48
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), brosur strategi kognitif dan Tes
Hasil Belajar. Hal ini untuk menjawab pertanyaan penelitian yang pertama
yaitu bagaimana pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran Model Pengajaran Langsung dengan pelatihan metakognisi yang
baik/valid untuk pokok bahasan Dimensi Tiga pada kajian matematika
SMP. Sedangkan dikatakan penelitian eksperimen karena ditandai ada perlakuan yang dirancang secara sengaja untuk mengubah suatu kondisi yakni
menerapkan pembelajaran Model Pengajaran Langsung dengan pelatihan
metakognisi dengan menggunakan perangkat pembelajaran dari hasil
penelitian pengembangan.
Gejala pertama yang diselidiki dalam penelitian ini gambaran dari
beberapa hal yang berkaitan dengan pembelajaran model pengajaran
langsung dengan pelatihan metakognisi yaitu kemampuan guru mengelola
pembelajaran, aktivitas siswa, ketuntasan belajar secara klasikal, respon
siswa terhadap pembelajaran serta kemampuan metakognisi siswa. Hal ini
untuk menjawab pertanyaan penelitian yang kedua, apakah pembelajaran
model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi efektif untuk
mengajarkan materi Dimensi Tiga. Gejala kedua yang diselidiki perbedaan
hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran Model
Pengajaran Langsung dengan pelatihan metakognisi dengan hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional. Hal ini untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang ketiga yaitu apakah hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran Model Pengajaran Langsung dengan
pelatihan metakognisi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional untuk materi
Dimensi Tiga.
Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahap yaitu: tahap persiapan,
tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data.
1.
2.
3.
4.
Tahap persiapan
Tahap pelaksanaan
Tahap analisis data
Tahap Penulisan Laporan
Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Analisis Awal Akhir
Analisis
Siswa
Analisis
Analisis
Pendefinisi
Tugas
Materi
an
Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Tujuan
Keguruan
Ambon
Spesifikasi
danIAIN
Indikator
Hasil
49
Belajar
Pemilihan
Media
Pemilihan
Perancanga
Format
n
Perancangan Awal Perangkat
Pembelajaran
Draft
I
Validasi
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
1.
Rancangan penelitian
Kelas
Pretes
Eksperimen
T1
Kontrol
T1
Keterangan:
Perlakuan
X
Y
Post test
T2
T2
T1 = Pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
T2 = Postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
50
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
X
= Pelakuan, yaitu penerapan pembelajaran model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi untuk materi Dimensi Tiga.
Y = Perlakuan, yaitu penerapan pembelajaran konvensional pada materi
Dimensi Tiga
T1 = T2
Instrumen Penelitian
Untuk mengumpulkan data dalam rangka eksperimen, digunakan hasil
revisi instrumen yang telah digunakan pada tahap uji coba. Instrumen
penelitian ini terdiri dari lembar observasi (pengamatan), tes hasil belajar
dan angket respon siswa yang masing-masing akan digunakan untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk menjawab pertanyaan penelitian
nomor 2 dan 3.
Ada tiga lembar evaluasi yang disusun, yaitu: (1) tes hasil belajar
Matematika dan (2) tes kemampuan metakognisi dalam memahamai materi
matematika. Tes ini disusun mengacu pada kompetensi dasar dan indikator
hasil pelatihan strategi kognitif dalam memahami Dimensi Tiga. Tes ini
dikembangkan berdasarkan kisi-kisi tes sebagai berikut:
Kisi-kisi Tes Kemampuan Metakognisi dalam Memahami materi
No
Indikator
Aspek
1
Siswa dapat menggaris bawahi bagian Strategi mengulang
penting dari materi pokok prisma tegak
dan limas yang telah dipelajari
2
Siswa dapat membuat catatan pinggir Strategi mengulang
tentang konsep dan prinsip dari materi
pokok prisma tegak dan limas yang
telah dipelajari
3
Siswa dapat membuat rangkuman dari Strategi elaborasi
Prisma Tegak dan Limas yang telah
dipelajari
4
Siswa dapat membuat peta konsep dari Strategi organisasi
(3) tes kemampuan metakognisi dalam pemecahan masalah matematika. Tes
ini disusun mengacu pada kompetensi dasar dan indikator hasil pelatihan
strategi kognitif dalam memahami Geometri.
Kisi-kisi Tes Kemampuan Metakognisi dalam Memecahkan Masalah
No
Indikator
Strategi
1. Siswa dapat menggunakan heuristik dalam meHeuristik
mecahkan masalah matematika
2. Siswa dapat menggunakan strategi berfikir Berpikir mundur
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
51
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
3.
mundur dalam memecahkan masalah matematika
Siswa dapat menggunakan strategi berfikir maju
dalam memecahkan masalah matematika
Berpikir maju
Teknik Pengumpulan Data
a. Data Observasi (Pengamatan)
Lembar observasi diberikan kepada seorang pengamat untuk diisi
dengan cara menuliskan cek list () sesuai dengan keadaan yang diamati.
b. Data Hasil Belajar
Data hasil belajar siswa dikumpul-kan melalui pemberian tes, yakni
pretes diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung dan postes
diberikan setelah proses pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
c. Data Respon Siswa
Data ini akan dikumpulkan dengan menggunakan angket yang
diberikan kepada siswa kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui
respon siswa terhadap pembelajaran Model Pengajaran Langsung dengan
pelatihan metakognisi. Pelaksanaan kegiatan ini pada saat pembelajaran
selesai.
Teknik Analis Data
Untuk menjawab pertanyaan ketiga dan untuk menguji hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, setelah data terkumpul dilakukan analisis
dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik
inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mem-peroleh
jawaban tentang keefektifan pembelajaran Model pengajaran langsung
dengan pelatihan metakognisi pada materi pokok Prisma tegak dan limas,
sedangkan analisis statistik inferensial digunakan untuk mem-peroleh
jawaban tentang hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan
pembelajaran Model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi dan
pendekatan pembelajaran konvensional.
Hasil Penelitian
Hasil Analisis Deskriptif
1.
Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas siswa, terlihat, secara
keseluruhan aktivitas siswa selama pembelajaran efektif. Persentase
kesesuaian waktu ideal yang telah ditetapkan pada setiap aspek penga-matan
aktivitas siswa berada dalam batas toleransi 3 %. Rata-rata waktu yang
52
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
banyak digunakan dalam tujuh pertemuan untuk menerapkan strategi
kognitif dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan masalah.
Hal ini menunjukkan pembelajaran model pengajaran langsung dengan
pelatihan metakognisi dapat mengaktifkan siswa, dan lebih efektif dalam
pembelajaran.
2. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
telah dianalisis secara deskriptif kuanti-tatif pada Bab IV menunjukkan
bahwa nilai rata-rata yang diperoleh guru dalam setiap aspek yang diamati
dalam mengelola pembelajaran adalah berkisar antara 3,75 sampai 4,75.
Nilai ini sudah mencapai kategori efektif berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
3. Respon siswa terhadap pembelajaran
Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa respon siswa
terhadap komponen pembelajaran model pengajaran langsung dengan
pelatihan metakognisi adalah positif, dan siswa berminat untuk mengikuti
pembelajaran berikutnya dengan pendekatan pembelajaran model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi. Minat positif dari siswa akan
membuat siswa antusias untuk belajar, sehingga siswa diharapkan dapat
memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Pendapat siswa terhadap bahasa
yang digunakan dalam buku siswa, LKS dan tes hasil belajar sebagian besar
menyatakan jelas dan mereka tertarik pada penampilan buku siswa, LKS
dan tes hasil belajar. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran model
pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi sangat diminati oleh
siswa.
4. Hasil belajar siswa
Berdasarkan hasil analisis ketuntasan hasil belajar siswa secara
klasikal ternyata ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran
model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi tercapai.
Sedangkan untuk kelas kontrol ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal
tidak tercapai. Dari data yang diperoleh menunjukkan banyak siswa yang
tuntas belajar adalah 100 % untuk kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas
kontrol 60%. Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa untuk kelas
eksperimen 84,61, sedangkan untuk kelas kontrol 64. Dengan demikian,
pembelajaran model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
5. Kriteria Pencapaian Kemampuan Metakognisi
Berdasarkan hasil analisis kemampuan metakognisi diperoleh bahwa
siswa yang mendapat pembelajaran model pengajaran langsung dengan
pelatihan metakognisi memiliki kemampuan metakognisi yang rata-rata
tinggi yaitu 3,21 berdasarkan kriteria kemampuan metakognisi.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
53
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
6.
Kriteria Pencapaian Efektivitas Pembelajaran
Berdasarkan kriteria pencapaian efektivitas pembelajaran model
pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi yang telah ditetapkan
peneliti, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran efektif untuk mengajarkan
pokok bahasan dimensi tiga materi pokok bangun ruang sisi datar materi
pokok prisma tegak dan limas di mahasiswa jurusan pendidikan matematika
untuk kajian matematika SMP. Sedangkan pembelajaran matematika secara
konvensional tidak efektif untuk mengajarkan pokok bahasan tersebut. Hal
ini karena kriteria keefektifan pembelajaran yang pertama, ketuntasan
belajar, tidak terpenuhi walaupun kriteria yang lain tidak diukur pada kelas
kontrol.
Hasil Analisis Statistik Inferensial
Berikut ini dikemukakan diskusi penelitian berdasarkan hasil analisis
statistik inferensial sebagai berikut.
Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan
awal siswa dan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran Pengajaran Langsung dengan Pelatihan Metakognisi YE =
44,036 + 0,943 XE. Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan
kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran matematika konvensional YK = 23,688 + 1,184
XK. Berdasarkan analisis uji independensi untuk kedua model regresi
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dari hasil analisis uji linieritas, ternyata kedua model regresi di atas memenuhi model regresi linear.
Hubungan kemampuan awal siswa dengan hasil belajar dapat dinyatakan
dalam bentuk regresi linier. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi
kemampuan awal siswa, semakin tinggi pula hasil belajar siswa tersebut.
Dari hasil analisis uji kesamaan, ternyata kedua model regresi di atas
tidak sama, dan dari analisis uji kesejajaran, ternyata kedua model regresi di
atas sejajar karena kedua model regresi linier untuk kelas eksperimen dan
kelas kontrol tidak sama dan sejajar, disimpulkan bahwa ada perbedaan
hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran
model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi dengan siswa
yang diajar dengan menggunakan pembelajaran matematika konvensional.
Garis regresi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar dan konstanta
regresi untuk kelas eksperimen lebih besar dari konstanta garis regresi untuk
kelas kontrol, hal ini mengindikasikan ada perbedaan yang signifikan.
Secara geometris garis regresi untuk kelas eksperimen garis regresi untuk
kelas kontol, berarti hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi
54
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Keefektifn Model Pembelajaran Langsung, Ajeng Gelora Mastuti
lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan pembelajaran matematika konvensional pada materi pokok
prisma tegak dan limas.
Penutup
Ketercapaian keefektifan model pengajaran langsung dengan pelatihan metakognisi didasarkan pada: (1) ketuntasan belajar; (2) kemampuan
guru mengelola pembelajaran; (3) aktivitas siswa; (4) kemampuan metakognisi dan (4) respon siswa terhadap pembelajaran. Model pengajaran
langsung dengan pelatihan metakognisi efektif untuk mengajarkan materi
pokok prisma tegak dan limas. Syarat-syarat keefektifan pembelajaran
matematika realistik: (1) ketuntasan belajar secara klasikal: tuntas, 97,7 %
siswa memperoleh skor ≥65% dari skor total hasil tes; (2) kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran: efektif; (3) aktivitas siswa: efektif; (4)
kemampuan metakognisi siswa tinggi, (5) respon siswa: positif. Hasil
belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model pengajaran langsung
dengan pelatihan metakognisi, lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
siswa yang mengikuti pembelajaran matematika konvensional untuk materi
pokok Prisma Tegak dan Limas di mahasiswa jurusan pendidikan
matematika untuk kajian matematika SMP.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, O.W. & Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy For Learning,
Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom’s Taxonomy of
Educational Objectives). New York: Addision Wesley Longman, Inc.
Anwar Holid, 2009, Tahap-tahap Pengajaran Langsung dalam Melatihkan
Strategi
Belajar,
Available:
http://www.psyc.memphis.edu/trg/meta.html. April 22, 2013
Ertmer,P. & Newby. (1993). Behaviorm, Cognitivism, Constructivism;
Available
:
http,uow.ico5.janison.com/ed/subjects/edgi911w/readings/ertmerp1.p
df -, April 14,2013.
Livingston, J., (1997). Metacognition: An overview. Retrieved Sept. 23,
2008 from http://www.gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/Metacog.htm
Nur, M. 1987. Pengantar Teori Tes. Depdikbud Dirjen Dikti. P2PTK. Jakarta.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
55
Horizon Pendidikan, Vol. 8, Nomor 1, Januari-Juni 2013: 41-56
-----------------, 1999. Teori Belajar. University Press, Universitas Negeri
Surabaya. Surabaya.
-----------------, 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Pusat Studi
Matematika dan IPA Sekolah UNESA Surabaya.
------------------, 2002. Butir-butir Penting Teori pemrosesan Informasi
(Edisi 2). Makalah. Surabaya: Pusat Studi Matematika dan IPA
Sekolah UNESA Surabaya.
------------------, 2004. Teori-Teori Pembelajaran Kognitif (Edisi 2): Pusat
Studi Matematika dan IPA Sekolah UNESA Surabaya.
------------------, 2005. Guru yang berhasil dan Model Pengajaran
Langsung, Pusat Studi Matematika dan IPA Sekolah UNESA
Surabaya.
Suzana (2004). Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognisi Untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa SMU. Disajikan
pada Seminar Nasional Matematika: Matematika dan Kontribusinya
terhadap Peningkatan Kualitas SDM dalam Menyongsong Era Industri dan
Informasi, 15 Mei 2004, Bandung.
56
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan IAIN Ambon
Download