Bangsa Indonesia kini tengah terpuruk dalam berbagai segi, yaitu segi ekonomi, politik, keamanan, dll. Keterpurukan ini merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia ke depan apalagi dalam menghadapi arena globalisasi yang makin kompleks. Kita tidak dapat menyalahkan pemerintah atau mengkambinghitamkan seseorang ataupun suatu kelompok, justru kita harus lebih menilai diri kita, sejauh mana kontribusi kita terhadap bangsa ini. Bila kita berkaca pada sejarah, para pahlawan rela berkorban jiwa dan raganya demi bangsa ini merdeka, maka patut kita renungkan keberadaan kita sekarang yang hidup di situasi berbeda yang bukan lagi bentuknya peperangan fisik namun yang harus kita hadapi adalah peperangan dengan pemikiran kita untuk kemajuan negeri ini. Memajukan bangsa merupakan visi kita kini dan ke depannya. Tanpa satu visi, mustahil bangsa ini akan mengalami perubahan. Allah SWT memberi kita berbagai macam anugrah yang salah satunya adalah otak. Secara umum, kita mengetahui kalau fungsi otak adalah untuk berpikir dan merencanakan apa yang terekam oleh panca indra kita. Sangatlah disayangkan sekali kalau otak yang kita punya ini tidak digunakan dengan sebaik-baiknya. Mungkin kita harus memperhatikan pertanyaan-pertanyaan yang dipaparkan oleh fakta-fakta ilmiah yang diungkapkan oleh almarhum Profesor Isaac Asimov dalam The Brain : Mengapa kita tidak menjadi pembelajar yang lebih baik padahal kita memiliki 200 miliar sel otak? (Ini sama banyaknya dengan jumlah bintang di sejumlah galaksi). Mengapa kita tidak bisa lebih baik dalam mengingat sesuatu hal padahal otak kita mampu menyimpan sekitar 100 miliar bit informasi? (Ini ekuivalen dengan 500 ensiklopedia). Mengapa kita tidak bisa menjadi pemikir yang lebih cepat padahal pikiran kita mengalir dengan kecepatan lebih dari 540 km per jam? (Ini lebih cepat daripada kereta api tercepat yang ada). Mengapa kita tidak lebih baik dalam memahami sesuatu hal padahal otak kita mempunyai lebih dari 100 triliun kemungkinan koneksi/sambungan? (Ini akan menjadi komputer yang paling canggih). Mengapa kita tidak lebih kreatif padahal kita rata-rata melakukan 4000 pemikiran setiap 24 jam. (Itu berarti 40 dolar sehari, apabila satu sen per pikiran). Bangsa Indonesia khususnya sumber daya manusianya harus mampu memanfaatkan potensi yang Allah SWT berikan ini. Otak yang kita punya haruslah kita gunakan juga untuk berpikir bagi masa depan bangsa. Oleh karena itu manusia-manusia Indonesia harus mampu berpikir kritis dan kreatif. Tentu saja dalam batas-batas yang positif dan tidak mengedepankan konflik walaupun cara berpikir setiap orang berbeda, tetapi itu bukanlah halangan melainkan proses untuk menciptakan pemikiran yang lebih baik. Pengertian kreativitas dalam kamus adalah mewujudkan atau menciptakan sesuatu dari tidak ada menjadi ada. Kriteria yang utama dalam kreativitas adalah produk. Seseorang dapat dikatakan kreatif apabila secara konsisten dan terusmenerus menghasilkan sesuatu yang kreatif, yaitu hasil yang asli/orsinal dan sesuai dengan keperluan. R.J. Marzono (1988) mengatakan bahwa untuk menjadi kreatif, seseorang harus : Bekerja di ujung kompetensi, bukan di tengahnya. Kita melakukan pekerjaan dengan kompetensi tinggi tetapi kita belum menguasainya, keadaan ini akan menantang kita untuk menyelesaikan suatu permasalahan meskipun kita belum memiliki kompetensi dalam bidang itu. Situasi ini akan mendorong untuk berpikir kreatif. Tinjau ulang ide. Usaha untuk meninjau ulang dan memikirkan ide ini bisa membuahkan ide yang lebih baik untuk dikembangkan. Melakukan sesuatu karena dorongan internal dan bukan karena dorongan eksternal. Pola pikir divergen (menyebar). Artinya memikirkan satu hal dari aspek yang berbeda atau memberikan jawaban sebanyak mungkin untuk satu pertanyaan. Pola pikir lateral (imajinatif). Artinya mengembangkan kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Sedangkan berpikir kritis itu sendiri menurut R.H. Ennis (1991) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ian Wright dan C.L. Bar (1987), L.M. Sartorelli (1989) dan R. Swartz dan S. Parks (1992) adalah sebagai berikut : 1. Membaca dengan kritis. Untuk berpikir secara kritis, seseorang harus membaca dengan kritis pula. Adapun cara membaca secara kritis adalah : Baca sekilas secara keseluruhan dari bahan bacaan. Hubungkan teks dengan konteksnya. Buat pertanyaan tentang kandungan teks. Reflesikan kandungan teks dengan pendapat Anda sendiri. Buat ringkasan dengan kata-kata sendiri. Evaluasi teks dari segi logika, kredibilitas, dan reliabilitas. Bandingkan persamaan dan perbedaan dengan teks lain. 2. Meningkatkan daya analitis. Caranya dengan membuat diskusi kelompok dan dengan diskusi itu cari permasalahan dan solusi dari permasalahan tersebut. 3.Mengembangkan kemampuan observasi (mengamati). Untuk meningkatkan kemampuan mengamati, seseorang harus : Peka/tanggap terhadap lingkungan. Melatih diri sendiri untuk mengoptimalkan pemakaian indra. Bisa langsung mengungkapkan secara verbal komentar yang ada di dalam pikiran. 4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi. Meningkatkan rasa ingin tahu didapat dengan cara banyak bertanya, pertanyaan yang diajukan hendaklah dengan jawaban yang bukan sesuatu hal yang pasti. 5. Metakognisi. Metakognisi berarti memahami cara berpikir sendiri. Metakognisi dapat berupa : Merencanakan cara berpikir. Menyadari dan mengawasi cara berpikir. Menamai proses berpikir yang khusus. Menjelaskan tahap-tahap berpikir untuk setiap proses khusus yang dilalui. Mengevaluasi tahap berpikir untuk menuju efisiensi. 6. Mengamati “model” dalam berpikir kritis. Orang yang dianggap sebagai ‘model’ atau contoh dalam berpikir kritis, menunjukkan sifat-sifat tertentu : Mampu menjelaskan alasan tindakan mereka dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang mengamatinya. Bertanggung jawab atas tindakan mereka, mengakui kekurangan, kegelisahan dan kesuksesan yang dialami. Mengakui dilema dan kerancuan atau ketidakjelasan yang mereka hadapi. Tidak mengubah tingkah laku atau respon mereka terhadap situasi yang kurang beralasan atau tidak rasional. 7. Diskusi yang ‘kaya’. Kesempatan untuk diskusi yang ‘kaya’ didapat melalui : Forum perdebatan atas isu-isu yang kontroversial. Menghadiri pertemuan-pertemuan di masyarakat tempat pandangan dan pendapat yang berbeda-beda diungkapkan. Menulis surat pembaca atau artikel ke surat kabar untuk menyampaikan pendapat atas isu yang sedang hangat dibicarakan. Menganalisis artikel dari surat kabar atau bahan-bahan lainnya untuk mencari kekurangan dan kelamahan dalam penulisan. Membaca literatur yang menggambarkan nilai-nilai dan tradsi yang berbeda-beda. Tulisan di atas akan sangat bermanfaat jika dilakukan dengan tindakan yang nyata. Tulisan di atas hanya satu dari banyak alat yang mudah-mudahan menyegarkan pemikiran, memotivasi, dan belajar bagi diri terutama penulis, dalam usaha membangun dan mencerdasakan kehidupan bangsa ini bersama, serta mensyukuri apa yang Allah SWT berikan, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mau belajar. Bandung, 8 Maret 2008 Helmi Indrajaya Referensi : Hassoubah, Z. I., “Developing Creative and Critical Thinking Skills”, Penerbit Nuansa, Bandung, 2004 Stine, J. M., “Double Your Brain Power”, Prentice Hall Direct, 1997 Kali ini kita akan berbicara tentang kemampuan berpikir kritis, kreatif dan proaktif. Para orang tua dan guru yang berbahagia mengapa saya sering sekali mengangkat masalah pembelajaran yang berbasiskan hafalan.....Karena cara pembelajaran ini akan berakibat sangat fatal terhadap kemampuan level berpikir otak anak-anak kita. Ada 3 tingkatan kualitas otak dalam berpikir Yang pertama adalah berpikir Kritis, Yang Lebih Tinggi lagi adalah berpikir Kreatif dan yang paling tinggi adalah berpikir Pro aktif. Para orang tua dan guru yang berbahagia.....Apa kira-kira perbedaan dari masing-masing level cara berpikir tersebut...? Yang pertama Kritis; Kritis adalah suatu pola tingkatan berpikir kita yang selalu dapat melihat sisi-sisi kekurangan dari sebuah konsep atau pemikiran; terutama konsep dan pemikiran orang lain. Oleh karena itu pada tingkatan berpikir Kritis seseorang akan selalu melakukan Kritisi terhadap konsep atau hasil karya orang lain tanpa bisa memberikan solusinya. Tingkatan yang lebih tinggi yakni Kreatif; Kreatif adalah suatu pola tingkatan berpikir kita yang tidak hanya bisa melihat sisi lemah sebuah konsep atau pemikiran namun sekaligus ia juga bisa mengusulkan berbagai ide yang dapat digunakan sebagai pemecahannya. Oleh karena itu pada tingkatan berpikir kreatif seseorang tidak hanya berhasil menemukan sisi lemah dari sebuah konsep namun juga melahirkan konsep-konsep baru yang jauh lebih sempurna. Salah satu contoh buah pemikiran kreatif yang luar biasa adalah Kecerdasan Beragam atau Multiple Intelligence; yang dicetuskan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Tingkatan yang paling tinggi dari semuanya adalah cara berpikir proaktif; Proaktif adalah suatu tingkatan pola berpikir manusia yang bisa memprakirakan hal-hal apa mungkin menjadi permasalahan manusia dimasa mendatang dan mulai mempersiapkan solusinya sejak masa sekarang. Salah satu contoh pemikiran yang fenomenal tentang hal ini adalah Buku Karangan Alvin Tofler yang berjudul The Future Shock. Dengan Gamblang Tofler memberikan pandangan-pandangan bahwa akan terjadi pergeseran besar dalam sistem budaya manusia, dari sekian banyak pergeseran, salah satunya adalah pergeseran dari Budaya Mendengar menjadi Budaya Melihat ; Efek dari hal ini akan menimbulkan serentetan pergeseran di bidang-bidang lain dimana kita tidak hanya harus siap menghadapi bahkan sangat perlu mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi. Ada lagi sebuah pemikiran yang luar biasa dasyat tentang berpikir proaktif ini telah dituangkan kedalam buku yang berjudul “Management by Two Thousand XXX” karangan George Berner. George Berner secara garis besar melukiskan kemajuan perjalanan teknologi manusia sampai dengan tahun 2500 an, buku yang luar biasa dasyat ini telah melahirkan sebuah prediksi pemikiran bahwa pada tahun 2500; manusia sudah akan mulai bermigrasi ke Planet Mars, karena pada tahun 2400an ; manusia telah berhasil menciptakan teknologi pengatur Iklim, hal ini terjadi setelah kira-kira tahun 2300an manusia telah bisa membuat sistem tata udara dst..... Anda mungkin bisa saja berpikir bahwa....”ah itu kan hanya sebuah khayalan dan impian manusia saja....?” Namun ternyata di negara maju, buku ini telah mengispirasi banyak Ilmuan dan peneliti untuk semakin giat melakukan berbagai riset dan penelitiannya. Luar biasa bukan......? Sementara bangsa-bangsa lain sudah berada pada tingkatan berpikir Pro Aktif..... jauh kedepan memikirkan suatu proses migrasi manusia untuk membentuk sebuah kehidupan baru di Planet Mars, sementara menurut anda sudah berada dilevel manakah pola berpikir mayoritas bangsa kita saat ini.....? Para orang tua dan guru yang berbahagia...Edward De Bono menyatakan bahwa yang paling membuat saya sedih saat ini adalah bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan disekolah pada umumnya yang cenderung bersifat hafalan ini bahkan telah membuat anak-anak kita sulit sekali untuk bisa mencapai tataran berpikir kritis sekalipun. Para orang tua dan guru yang berbahagia......Sekali lagi mari kita renungkan kembali......kira-kira sudah berada dilevel manakah pola berpikir bangsa kita saat ini.......? dengan model pembelajaran hafalan yang masih terus dipertahankan oleh sekelahsekolah anak kita sampai saat ini Menurut anda, kira-kira akan mencapai level manakah pemikiran anak-anak generasi penerus bangsa kita kelak....? Indonesia pada hakikatnya merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga yang tersebar dilebih dari 12.000 pulau yang ada di Nusantara. Apabila keluarga-keluarga ini kuat, maka Indonesia akan menjadi Bangsa dan Negara yang Kuat dgn sendirinya tanpa perlu konsep yg berbelit-belit dan biaya yang membebani negara. Pastikan keluarga kita dan keluarga sanak famili kita di seluruh tanah air telah menjadi bagian dari GERAKAN MEMBANGUN INDONESIA YANG KUAT DARI KELUARGA !