MEMAHAMI AKTIFITAS PSIKOLOGI DALAM BELAJAR (PENDIDIKAN) Nama Kelompok: Fitri Indah Sari (1713022011) Ragil Putra Aditama (1713022023) Della Khoirunnisa (1753022005) Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan Dosen : Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan UNIVERSITAS LAMPUNG 2018 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ MEMAHAMI AKTIFITAS PSIKOLOGI DALAM BELAJAR (PENDIDIKAN)” ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini,dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak ,kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan ,walaupun dalam pembuatannya kami menghadapi kesulitan ,karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang kami miliki. Oleh karena itu pada kesempatan ini,kami mengucapkan terimakasih kepada Yohana Oktariana,M.Pd. dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam makalah inidapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang berkepentingan. Bandar Lampung,19 Maret Penyusun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1 DAFTAR ISI ..................................................................................................... 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................. 1 C. Tujuan .................................................................................... 1 II. PEMBAHASAN A. Ingatan dan Lupa ................................................................... B. Berfikir ................................................................................... C. Metakognisi dalam Belajar .................................................... D. Perasaan ................................................................................ III. 1 1 1 1 IMPLIKASI A. Simpulan ................................................................................ 1 B. Saran ...................................................................................... 1 PENGAYAAN................................................................................................... 1 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah kita ketahui,bahwa Psikologi Pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan,pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Ada kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan tindakan belajar, hal ini disebabkan karena dalm proses belajar seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajar materi pelajaran saja melainkan harus mampu membaca keadaan dan kondisi psikis peserta didik. Pada umumnya,dapat diketahui bahwa setiap anak tidak pernah memiliki respon yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar disekolah,meskipun kedua anak itu adalah anak kembar. Walaupun keduanya kembar secara identik,tapi tetap terjadi perbedaan dalam hal pembawaan,kematangan jasmani,intelegensi, dan ketrampilan motorik atau jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak lainnya,relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak dalm pennampilan dan cara berfikir atau memrcahkan masalah mereka masing-masing. Oleh karena itu, dibuatlah makalah ini agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan para pembaca terutama untuk pendidik dan calon pendidik. Sebab, agar mereka dapat mengetahui pentingnya ilmu psikologi dalam dunia pendidikan, terutama yang berkaitan dengan ingatan dan lupa,berfikir,metakognisi dalam belajar,dan perasaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas,rumusan masalahnya yaitu: 1. Apa yang dimaksud dengan ingatan dan lupa? 2. Apa yang dimaksud dengan berfikir? 3. Apa yang dimaksud dengan metakognisi dalam belajar? 4. Apa yang dimaksud dengan perasaan? C. Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini yaitu, 1. Agar pembaca dapat memahami apa itu pengertian ingatan dan lupa,berfikir,metakognisi dalam belajar,dan perasaan. Serta hal-hal lain yang dapat mempengaruhinya. 2. Agar dapat menambah wawasan bagi pembaca dan penulis,mengenai aktivitas psikologi dalam belajar (pendidikan) PEMBHASAN A. Ingatan dan Lupa Ingatan (memory) yaitu suatu daya yang dapat menerima,menyimpan dan memproduksi kembali kesan-kesan tanggapan atau pengertian. Ingatan dipengaruhi oleh: 1. Sifat seseorang 2. Alam sekitar 3. Keadaan jasmani 4. Keadaan rohani (jiwa) 5. Umur manusia Sementara itu ingatan digolongkan menjadi 2 antara lain, 1. Daya ingatan yang mekanis,artinya kekuatan ingatan itu hanya untuk kesan-kesan yang diperoleh dari pengindraan. 2. Daya ingat logis,artinya daya ingat itu hanya untuk tanggapantanggapan yang mengandung pengertian. Sehubungan dengan adanya ingatan yang berlainan,maka dalam mengajar,guru perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Terutama dalam segi kelemahannya yaitu: a. Dalam menerangkan jangan terlalu cepat penyelesaian bahan pengajaran. b. Jangan terlalu banyak bahan yang di ajarkan. c. Bahan pengajaran itu harus sering di ulang setiap saat (ingat hukum jost) d. Mengusahakan dalam mengajar, guru memberi kesempatan penggunaan alat indera yang sebaik-baiknya sehingga hasil pengamatan itu mendekati kenyataan,memberi kesan yang dalam dan memperoleh tanggapan yang sejelas-jelasnya. e. Melatih anak untuk menggunakan cara-cara yang baik dalam menghafal,yaitu metode k,b, dan c Sementara hal-hal yang mudah teringat oleh ingatan ialah: 1. 2. 3. 4. Suatu hal yang sesuai dengan perasaannya Hal-hal yang kita alami sebaik-baiknya. Hal-hal yang dapat menimbulkan minat dan perhatian. Hal-hal yang dapat mengandung rti bagi seseorang. Pada diri seseorang bisa terjadi apa yang dinamakan fausse reconnaissance atau pengenalan kembali yang keliru. Lawan dari pengenalan kembali yang keliru adalah depersonalisasi yaitu kondisi kejiwan yang merasa tidak mengenal kembali segala sesuatu yang pernah dikenal,segala sesuatu yang pernah dikenal tersebut menjadi asing dan menjadi barang baru. Beberapa gangguan yang terjadi pada ingatan manusia antara lain: 1. Lupa Adalah suatu peristiwa seseorang tidak dapat memproduksi tanggapan meskipun ingatan kita dalam keadaan sehat. 2. Amnesia Yaitu peristiwa seseorang tedak dapat meemproduksi tanggapan,karena ingatan dalam keadaan tidak sehat . Misal gegar otak. 3. Paramnesia Adalah amnesia yang ringan,jadi masih mampu mengingat sedikitsedikit. 4. Dayayu Yaitu peristiwa seakan-akan belum kenal sesuatu yang sebenarnya belum. 5. Jemais yu Ialah peristiwa yang seakan-akan belum kenal pada peristiwa yang sebenarnya sudah. 6. Depersonalis Yaitu suatu peristiwa seseorang tidak mengenal dirinya sendiri. 7. Derealis Yaitu suatu peristiwaseseorang merasa asingdidalam alam yang rill, yang sebenarnya. Secara teori ingatan dapat di bedakan menjadi tiga aspek fungsi yaitu: a. Mencamkan,yaitu menerima kesan-kesan b. Menyimpan kesan-kesan c. Memproduksi kesan-kesan Atas dasar kenyataan inilah,maka biasannya ingatan di definisikan sebagai kecakapan untuk menerima,menyimpan,dan memproduksi kesan-kesan. Penafsiran yang di berikan kepada ingatan juga lalu di berikan kepada masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat: a. Cepat atau mudah mencamkan b. Setia,teguh,dan luas dalam menyimpan c. Siap atau sedia dalam memproduksi kesan-kesan Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan suatu hal tanpa menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima (dicamkan)itu akan disimpan sebaik-baiknya,tak akan berubah-ubah,jadi akan tetap cocok dengan keadaaan waktu menerimanya. Ingatan teguh artinyadapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingtan siap artinya mudah dalam memproduksi kesan yang telah disimpannya. Mengigat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat (tidak dapat diingat kembali). Selajutnya, dalam hubungan dengan soal mencamkan ini perlu dikemukakan satu soal lagi yang kiranya sangat penting kedudukannya,yaitu interferensi. Adapun yang dimaksud dengan interferensi itu ialah menjadi lebih sukarnyabelajar yang disebabkan oleh hmabatan bahan-bahan yangtelah di pelajari terlebh dulu. Interferensi yang demikian itu disebut juga interferensi asosiatif. Misalnya bila orang mempelajari kombinasi-kombinasi yang kedua itu lebih sukar (karena adanya interferensi). Berdasarkan penelitian dari van ormer (1932),dapat diketahui bahwa interferensi itu lebih banyak pada waktu jaga dari pada waktu tidur. Berkaitan dengan afpek psikologis yang terlibat dalam aktivitas belajar mengingat, ada beberapa prinsip lain ingatan yang perlu diperhatikan untuk mengefektifkan ingatan,yaitu: a. Bahan atau materi yang berarti atau bermakna akan lebih mudah diingat dari pada yang kurang bermakna. b. Suatu objek atau peristiwa yang mempunyai kedekatan waktu atau ruang akan lebih mudah diingat. Karena itu perlu dicari hubungan antara dua objek yang akan diterangkan agar mudah diingat siswa atau guru perlu membuat kaitan antar bahan. c. Kekuatan ingatan dipengaruhi oleh akibat yang ditimbulkannya. Pelajaran atau materi yang mendatangkan efek menyenangkan,menarik,bermanfaat,mengurangi ketegangan cenderung akan bertahan lama dalam ingatan. d. Kekuatan ingatan akan di pengaruhi oleh frekuensi perjumpaan dengan objek,perangsang,atau bahan pelajaran. Prinsip tersebut sebagai bahan pertimbangan guru dalam memberikan bimbingan guna demi keberhasilan anak. Guru juga perlu menekankan pada anak agar sering mempelajari kembali pelajaran yang sudah disampaikan. Ada beberapa metode yang bisa dimanfaatkan dalam mengingat bacaan,yaitu: a. Metode g (ganziem),yaitu metode belajar secara keseluruhan. Misalnya sajak yang tidak terlalu panjang,bisa dihafalkan secara keseluruhan. b. Metode t (tilem), yaitu metode belajar bagian demi bagian. Bahan pelajaran yang panjang,di pelajari dan dihafalkan sedikit demi sedikit,bagian demi bagian. c. Metode v (vermittelnde) metode pengantar,yaitu ada yag dihafalkan bagian demi bagian, dan ada yang secara keseluruhan. Jadi, metode v adalah kombinasi dari metode t dan metode g (kartono,1985). B. Berfikir Berfikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subjek yang berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir itu adalah berbicara dalam hati. Sehubngan dengan pendapat plato ini adalah pendapat yang mengatakan bhwa berfikir adalah aktivitas ideasional. Pada pendapat yang akhir itu kenyataan, yaitu: a. Bahwa berfikir itu adalah aktivitas,jadi subjek yang berfikir aktif b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional,jadi bukan sensoris atau bukan motoris,walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu,berfikir itu mempergunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”. Selanjutnya ada pendapat yang lebih menekankan kepada tujuan berfikir itu,yaitu yang mengatakan bahwa berfikir itu adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita. Bagian-bagian pengetahuan kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki,yang berupa pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapantanggapan. Berfikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Proses atau jalannya berfikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,yaitu: 1. Pembentukan pengertian 2. Pembentukan pendapat 3. Penarikan kesimpulan Untuk dapat berfikir tepat dan merangkum orang harus belajar berfikir secara abstrak dan skematis, karena itu maka anak-anak didik perlu sekali dapat memakai bentuk-bentuk kategori pengatur untuk dapat mengatasi kejamakan tanggapan-tanggapan yang konkret. Eksperimen-eksperimen mahzab mannheim dapat dianggap merupakan kelajuan daripada apa yang telah diketemukan dan dirumuskan oleh mazhab wurzbur. Tujuan utama mazhab ini ialah menyusun teori berfikir yang benar-benar lepas dari asosiasi. Hal ini tidak berarti bahwa mahzab ini mengingkari adanya tanggapan dan asosiasi. Asosiasi diakui adanya,tetapi tidak sebagai proses yang pokok daripada berfikir. Kalau mahzab wurzburg mempertahankan bahwa proses asosiasi itu perlu,walaupun tak mencukupi (memberi penyelesaian), maka mahzab mannheim menolak asosiasi tersebut sebagai hal yang perlu dan pokok dalam proses berfikir. Selz (pemimpin mahzab mannheim) mulai di tempat watt dan ach berhenti,ia mengkui adanya bewusstheit yang dikemukakan oleh ach yaitu kesadaran tanpa tanggapan tentang adanya sesuatu. Berdasarkan konsep meinong, alexius, maka pengertian ini di kembangkan menjadi ajaran tentang “mengetahui tanpa tanggapan(wisne tanpa vorstellung), yaitu kesadaran tentang kenyataan relasi. Yang dimaksud dengan kenyataan relasi adalah kenyataan bahwa objek tertentu ada dalam hubungan tertentu. Misalnya a adalah anaknya b. Kesadaran tentang kenyataan a dan b ada dalam relasi (hubungan) tertentu, inilah wissen. Menurut selz, kita punya banyak sekali macam wissen itu,dalam keadaan potensial berfikir reproduksi, yaitu seperti yang diselidiki oleh watt dan ach, sebagaian besar adalah terjadi dari aktualisasi dari pada wissenwissen yang potensial itu, dan bukan hasil tendens reproduksi bersamasama dengan aufgabe dan tendens determinasi. Selz mengemukakan,bahwa di samping berfikir reproduktif itu ada berfikir produktif,yaitu di mana dapat dihasilkan hasil pikir yang baru,tidak hanya reproduksi dari pengalaman yang lampau. Ini merupakan aktualisasi metode pemecahan soal,yang menghasilkan kerja pikir yang produktif. Suatu bagian yang penting dalam proses pemecahan ini ialah penemuan lantaran (alat penyelesaian, metode penyelesaian). Dalam penemuan antara lain ada tiga macam hal,yaitu: a. Aktualisasi routine mengenai alat yang dikenal b. Abstraksi alat c. Penggunaan secara tepat alat-alat yang telah ditetapkan dalam abstraksi Atas dasar hasil-hasil penelitian mahzab mannheim itu selz merumuskan pedapat tentang proses berfikir itu yang pokoknya demikian: 1). Berfikir itu berarah tujuan. Selz setuju dengan tendens determinan ach, dan menganggap bahwa berfikir bukanlah berlangsunya tanggapan-tanggapan proses berfikir itu punya sifat berarah tujuan.jadi, berfikir adalah aktivitas yang abstrak,dengan arah yang ditentukan oleh soal yang harus dipecahkan. 2). Proses berfikir itu adalah proses melengkapkan kompleks (komplexerganzung, complex completion). Tiap kompleks (selama belum lengkap) mempunyai kecenderungan untuk terisi atau bertambah sampai benar-benar menjadi kesatuan yang bulat. Dengan kata lain tiap-tiap bagian kompleks mempunyai tendens untuk menimbulkan seluruh kompleks itu dalam kesadaran. Selz memberikan tiga buah hukum mengenai perlengkapan kompleks itu,yaitu: a. Suatu bagan komleks mempunyai tendens untuk memproduksikan sseluruh kompleks b. Suatu bagan antisipasi suatu kompleks punya tendens untuk memproduksi seluruh kompleks. c. Determinan yang diarahkan kepada perlengkapan suatu kompleks yang telah diantisipasikan secara bagan menyebabkan adanya tendensi untuk melengkapi seluruh kompleks. 3). Bagan antisipasi bagan antisipasi yaitu metode penyelesaian yang berwujud bagan yang timbul atau ditimbulkan oleh tugas pikir. Bagan ini merupakan pendahuluan penyelesaian. 4). Berfikir adalah mempergunakan metode penyelesaian soal yang umumnya berlangsung tanpa mempengaruhi metode penyelesaian itu. Berhubungan dengan hal yang disebutkan paling akhir itu,yaitu (4) maka mazhab mannheim lalu mendapatkan penelitian secara luas mengenai dapat diajarkan dan tidaknya metode penyelesaian ersebut,dan mendapatkan kesimpulan bahwa metode penyelesaian soal tersebut memang dapat diajarkan. Justru metode penyelesaian soal inilah yang harus diberikan kepada anak-anak didik kita. C. Metakognisi dalam belajar Istilah metakognisi yang dalam bahasa inggris dinyatakan dengan metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi (cognition). Istilah meta berasal dari bahasa yunani yang dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan after,beyond,with,adjacent,adalah suatu prefik yang digunakan dalam bahasa inggris untuk menunjukan pada suatu abstraksi dari suatu konsep. Sedangkan cognition,menurut ensklopedia tersebut berasal dari bahasa latin yaitu cognoscere,yang berarti mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Sedangkan, pengertian metakognisi menurut Matlin adalah pengetahuan,kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri. Umumnya metakognisi adalah berfikir tentang berfikir. Kemampuan belajar seseorang dalam belajar,yang mencangkup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan,apa yang sudah dan belum diketahui. Metakognisi(metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell (1997) metakognisi dibagi menjadi dua yaitu,pengetahuan metakognitif dan pengalaman (regulasi metakognitif). Pengetahuan menunjuk pada diperolehnya pengetahuan tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk mengontrol proses kognitif. Sementara pengalaman adalah proses-proses yang dapat di terapkan untuk mengkontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan mncapai tujuan-tujuan kognitif. Kedua komponen metakognisi,yaitu pengetahuan metakognitif dan regulasi metakognitif, masing-masing memiliki sub komponen sebgaimana disebutkan dalam(OLRC News.2004) antara lain, 1). Pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition) terdiri dari sub komponen sebagai berikut, a. Declarative knowledge b. Procedural knowledge c. Conditional knowledge 2). Regulasi tentang kognisi(regulation about cognision) a. Planing b. Information managementstrat egies c. Debugging strategies d. Evaluation Pengetahuan tentang kognisi adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kondisinya,yang mencakup tiga sub komponen. Komponen pertama, deglarative knowledge, yaitu pengetahuan tentang diri sendiri sebagai pembelajar serta strategi,ketrampilan,dan sumbersumber belajar yang dibutuhkan untuk keperluan belajar. Komponen kedua,prosedural knowledge yaitu pengetahuan tentang bagaimana menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge tersebut dalam aktivitas belajarnya. Komponen ketiga,conditional knowladge adalah pengetahuan tentang bilamana menggunakan suatu prosedur,ketrampilan,atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak digunakan. Regulasi kognisi terdiri dari sub komponen sebagai berikut. Pertama yaitu planing,adalah kemampuan merencanakan aktivitas belajarnya. Kedua,information management strategies,adalah kemampuan strategi mengelola informasi berkenaan dengan proses belajar yang dilakukan. Ketiga,comprehension monitoring, merupakan kemampuan dalam memonitor proses belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan proses tersebut. Keempat,debugging strategies, adalah kemampuan strategi-strategi debugging yaitu strategi yang digunakan untuk membetulkan tindakan-tindakan yang salah dalam belajar. Kelima,evaluation adalah kemampuan mengevaluasi aktivitas strategi belajarnya, apakah ia mengubah strateginya,menyerah pada keadaan,atau mengakhiri kegiatan tersebut. Tahapan metakognisi antara lain: a. Perencanaan, yaitu apa ayng harus dipelajari, bagaimana, dan kapan mempelajari. b. Pemantauan, yaitu tentanng proses belajar yang dilakukan c. Evaluasi, yaitu tentang apa yang telah direncanakan,dilakukan,serta hasil dari proses. Pokok pengertian dari metakognisi itu sendiri yaitu, a. Kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi. b. Kemampuan untuk menyadari,mengetahui,proses yang tejadi. c. Kemampuan untuk mengarahkan proses yang terjadi pada diri sendiri. d. Kemampuan belajar meliputi proses perencanaan,pemantauan, dan evaluasi. e. Aktivitas berfikir tingkat tinggi, karena mampu mengontrol proses berfikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri. D. PERASAAN Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal,dan dialami dalam kualitas sengan atau tidak senang dalam berbagai taraf. Berlainan dengan berfikir,maka perasaan itu bersifat subjektif, banyak dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Apa yang enak,indah,menyenangkan bagi seseorang tertentu,belum tentu juga enak,indah,menyenangkan bagi orang lain. Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal,artinya perasaan dapat timbul karena mengamati,menanggap,mengkhayal,mengingat-ingat,atau memikirkan sesuatu. Dengan demikian perasaan bukanlah hanya sekadar gejala tambahan dari fungsi pengenalan saja,melainkan adannya sungsi tersendiri. Juga perasaan seringkali bersangkut paut dengan gejala jasmaniah tetapi juga tetap fungsi tersendiri (Woodworth dan Marquis,1955:365-366). Bigot dengan kawan-kawannya (1950:534) telah memberikan ikhtisar mengenai macam-macam perasaan itu yang kirannya sangat berguna sebagai rangka pembicaraan. Macam-macam perasaan yaitu: a. Perasaan Rendah (jasmaniah) 1. Perasaan Indriah,yaitu perasaan-perasaan yanng berhubungan dengan perangsangan terhadap pancaindra seperti,sedap,manis,pahit,panas,dan sebagainya. 2. Perasaan vital,yaitu perasaan-perasaan yng berhungan dengan keadaan jasmani pada umumnya,seperti perasaan-perasaan segar,letih,sehat,lemah,tak berdaya, dan sebagainya. b. Perasaan Luhur (ruhaniah) 1. Perasaan intelektual,ialah perasaan yang bersangkutan dengan kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problemproblem yang dihadapi. Misalnya rasa senang yang dialami oleh seseorang yang dapat menyelesaikan soal ujian (perasaan intelektual positif),atau perasaan kecewa yang dialami oleh seseorang yang sama sekali tak dapat mengerjakan soal ujian. 2. Perasaan kesusilaan (perasaan etis) ialah tentang baik-buruk. Tiap-tiap orang tentu mempunyai ukuran baik-buruk sendirisendiri yang bersifat individual,yang sering disebut juga norma individu. Disamping itu,kita mengetahui bahwa didalam masyarakat tertentu terdapat norma yang berlaku bagi masyarakat,yang biasanya disebut norma sosial. Perasaan kesusilaan bersangkut paut degan pelaksanaan norma-norma tersebut. Perasaan kesusilaan ada dua macam,yaitu positif dan negatif. Perasaan yang positif misalnya dialami sebagai rasa puas kalau orang telah melakukan hal yang baik,dan yang negatif misalnya dialami sebagai rasa menyesal kalau orang telah melakukan hal yang tidak baik. 3. Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau yang timbul karena seseorang yang menghayati sesuatu yang indah atau yang tidak indah. 4. Perasaan sosial ialah perasaan yang mengikatkan individu degan sesama manusia,perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan sesama manusia,untuk bergaul,saling tolong menolong,memberi dan meneima simpati serta antipati,rasa setia kawan dan sebagainya. 5. Perasaan harga diri,dapat dibedakan menjadi dua yaitu,perasaan harga diri yang positif dan perasaan harga diri yang negatif. Perasaan harga diri positif ialah misalnya perasaan puas,senang,gembira,bangga yang dialami oleh seseorang yang mendapatkan penghargaan dari pihak lain (misalnya mendapatkan pujian,hadiah,tanda jasa,dan sebagainya). Perasaan harga diri negatif ialah misalnya perasaan kecewa,tak senang,tak berdaya,kalau seseorang mendapat celakan,dimarahi,mendapatkan hukuman dan sebagainya. 6. Perasaan keagamaan yaitu perasaan yang bersangkut paut dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa seperti,rasa kagum akan kebesaran Tuhan,rasa syukur setelah lepas dari martabatnya secara ajaib,dan sebagainya. Perasaan melatar belakangi aktivitas-aktivitas manusia. Karena itu dalam memberikan pendidikan seharusnya diusahakan adanya perasaan yang dapat membantu pelaksanaan usaha yang sedang dilakukan itu. Umumnya diketahui,bahwa kegembiraan bersifat menggiatkan,kekecewaan melembekkan,dan melemahkan. Karena itu,alangkah baiknya kalau pendidikan dan pengajaran yang kita berikan dapat diterima oleh ank-ank didik kit dalam suasana gembira. Selain itu, perasaan rohaniah harus diperkembangkan sebaikbaiknya,dan ini dapat dilakukan dalam hampir disemua situasi pendidikan. Perasaan-perasaan tertentu sangat jelas perkembangannya pada masa remaja,seperti misalnya perasaan kebangsaan,perasaan sosial,dan perasaan keagamaan. Para pendidik harus mempergunakan masa peka ini secara sebaik-baiknya. Secara ideal perasaan-perasaan itu harus diperkembangkan ecara ideal dan selaras. Perasaan memiliki sifat-sifat antara lain, 1. Senang dan sedih atau tidak senang 2. Kuat dan lemah 3. Lama dan sebentar 4. Relatif 5. Tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan. Perasaan jiwa manusia digolongkn menjadi dua yaitu, 1. Golongan Eukoloi,yaitu golngan orang yang selalu merasa senang,gembira,dan optimis. 2. Golongan Diskoloi,yaitu golongan orang yang selalu sedih atu tidak senang,murung,dan pesimis. Nilai perasaan bagi manusia pada umumnya yaitu, a. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitar. b. Kita dapat ikut serta mengalami. c. Menimbulkan rasa senasib dan sekewajiban sebagai manusia (perasaan religius). d. Dapat membedakan antara makhluk bahwa manusia merupakan makhluk yanng mempunyai perasaan. Nilai perasaan dalam pendidikan yaitu, a. b. c. d. e. Dapat mendidik ke arah kebaikan dan keburukan. Dapat menimbulkan kebahagiaan terutama perasaan rohani. Jangan cerita yang menimbulkan rasa takut kepada anak didik. Menghindari perasaan rendah diri pada anak didik. Dapat menanamkan rasa intelek pda ank didik. Perasaan selalu berkaitan dengan emosi. Emosi sendiri merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehigga secara psikologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berlaku menangis. Perbedaan perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitas yang tidak jelas batasnya. pada susatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan emosi disini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkatan yang lemah(dangkal) maupun pada tingkatan yang kuat(mendalam). IMPLIKASI A. Smpulan Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa ilmu psikologi sangat berperan penting dalam sistem pendidikan atau kegiatan pembelajaran. Terutama tentang apa itu ingatan dan lupa,berfikir,metakognisi dalam belajar,dan perasaan. Ingatan sendiri berarti suatu daya yang dapat menerima,menyimpan,dan mereproduksi kembali kesan-kesan tanggapan atau pengertian. Namun pada dasarnya, mengigat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan. Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan dan hal yang dilupakan adalah hal yang tidak diingat (tidak dapat diingat kembali). Selain itu,pengertian berfikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita. Sementara, pengetahuan,kesadaran,dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri disebut dengan metakognisi. Namun,metakognisi juga sering disebut dengan kemampuan seseorang dalam belajar yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan apa yang sudah dan belum diketahui. Dan yang terakhir yaitu perasaan, ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenal,dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. B. SARAN