Uploaded by Ragil Putra Aditama

psi pend

advertisement
MEMAHAMI AKTIFITAS PSIKOLOGI DALAM BELAJAR
(PENDIDIKAN)
Nama Kelompok:
Fitri Indah Sari
(1713022011)
Ragil Putra Aditama (1713022023)
Della Khoirunnisa
(1753022005)
Mata Kuliah : Psikologi Pendidikan
Dosen
:
Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ MEMAHAMI AKTIFITAS PSIKOLOGI DALAM BELAJAR
(PENDIDIKAN)” ini dengan baik. Dalam penyusunan makalah ini,dengan kerja
keras dan dukungan dari berbagai pihak ,kami telah berusaha untuk dapat
memberikan yang terbaik dan sesuai dengan harapan ,walaupun dalam
pembuatannya kami menghadapi kesulitan ,karena keterbatasan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang kami miliki.
Oleh karena itu pada kesempatan ini,kami mengucapkan terimakasih kepada
Yohana Oktariana,M.Pd. dan juga kepada teman-teman yang telah
memberikan dukungan dan dorongan kepada kami. Kami menyadari bahwa
dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat
menyempurnakannya dimasa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan
dalam makalah inidapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang
berkepentingan.
Bandar Lampung,19 Maret
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 1
DAFTAR ISI ..................................................................................................... 1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 1
II.
PEMBAHASAN
A. Ingatan dan Lupa ...................................................................
B. Berfikir ...................................................................................
C. Metakognisi dalam Belajar ....................................................
D. Perasaan ................................................................................
III.
1
1
1
1
IMPLIKASI
A. Simpulan ................................................................................ 1
B. Saran ...................................................................................... 1
PENGAYAAN................................................................................................... 1
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah kita ketahui,bahwa Psikologi Pendidikan adalah studi yang
sistematis terhadap proses dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan pendidikan. Sedangkan,pendidikan adalah proses
pertumbuhan yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar.
Ada kaitan yang sangat kuat antara psikologi pendidikan dengan
tindakan belajar, hal ini disebabkan karena dalm proses belajar
seorang guru tidak hanya dituntut untuk mengajar materi pelajaran
saja melainkan harus mampu membaca keadaan dan kondisi psikis
peserta didik.
Pada umumnya,dapat diketahui bahwa setiap anak tidak pernah
memiliki respon yang sama persis terhadap situasi belajar mengajar
disekolah,meskipun kedua anak itu adalah anak kembar. Walaupun
keduanya kembar secara identik,tapi tetap terjadi perbedaan dalam
hal pembawaan,kematangan jasmani,intelegensi, dan ketrampilan
motorik atau jasmaniah. Anak-anak itu seperti juga anak-anak
lainnya,relative berbeda dalam kepribadian sebagaimana yang tampak
dalm pennampilan dan cara berfikir atau memrcahkan masalah
mereka masing-masing.
Oleh karena itu, dibuatlah makalah ini agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan para pembaca terutama untuk pendidik
dan calon pendidik. Sebab, agar mereka dapat mengetahui pentingnya
ilmu psikologi dalam dunia pendidikan, terutama yang berkaitan
dengan ingatan dan lupa,berfikir,metakognisi dalam belajar,dan
perasaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas,rumusan masalahnya yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan ingatan dan lupa?
2. Apa yang dimaksud dengan berfikir?
3. Apa yang dimaksud dengan metakognisi dalam belajar?
4. Apa yang dimaksud dengan perasaan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu,
1.
Agar pembaca dapat memahami apa itu pengertian ingatan dan
lupa,berfikir,metakognisi dalam belajar,dan perasaan. Serta hal-hal
lain yang dapat mempengaruhinya.
2.
Agar dapat menambah wawasan bagi pembaca dan
penulis,mengenai aktivitas psikologi dalam belajar (pendidikan)
PEMBHASAN
A. Ingatan dan Lupa
Ingatan (memory) yaitu suatu daya yang dapat menerima,menyimpan
dan memproduksi kembali kesan-kesan tanggapan atau pengertian.
Ingatan dipengaruhi oleh:
1. Sifat seseorang
2. Alam sekitar
3. Keadaan jasmani
4. Keadaan rohani (jiwa)
5. Umur manusia
Sementara itu ingatan digolongkan menjadi 2 antara lain,
1. Daya ingatan yang mekanis,artinya kekuatan ingatan itu hanya
untuk kesan-kesan yang diperoleh dari pengindraan.
2. Daya ingat logis,artinya daya ingat itu hanya untuk tanggapantanggapan yang mengandung pengertian.
Sehubungan dengan adanya ingatan yang berlainan,maka dalam
mengajar,guru perlu memperhatikan hal-hal tersebut. Terutama dalam
segi kelemahannya yaitu:
a. Dalam menerangkan jangan terlalu cepat penyelesaian bahan
pengajaran.
b. Jangan terlalu banyak bahan yang di ajarkan.
c. Bahan pengajaran itu harus sering di ulang setiap saat (ingat
hukum jost)
d. Mengusahakan dalam mengajar, guru memberi kesempatan
penggunaan alat indera yang sebaik-baiknya sehingga hasil
pengamatan itu mendekati kenyataan,memberi kesan yang dalam
dan memperoleh tanggapan yang sejelas-jelasnya.
e. Melatih anak untuk menggunakan cara-cara yang baik dalam
menghafal,yaitu metode k,b, dan c
Sementara hal-hal yang mudah teringat oleh ingatan ialah:
1.
2.
3.
4.
Suatu hal yang sesuai dengan perasaannya
Hal-hal yang kita alami sebaik-baiknya.
Hal-hal yang dapat menimbulkan minat dan perhatian.
Hal-hal yang dapat mengandung rti bagi seseorang.
Pada diri seseorang bisa terjadi apa yang dinamakan fausse
reconnaissance atau pengenalan kembali yang keliru. Lawan dari
pengenalan kembali yang keliru adalah depersonalisasi yaitu kondisi
kejiwan yang merasa tidak mengenal kembali segala sesuatu yang pernah
dikenal,segala sesuatu yang pernah dikenal tersebut menjadi asing dan
menjadi barang baru. Beberapa gangguan yang terjadi pada ingatan
manusia antara lain:
1. Lupa
Adalah suatu peristiwa seseorang tidak dapat memproduksi
tanggapan meskipun ingatan kita dalam keadaan sehat.
2. Amnesia
Yaitu peristiwa seseorang tedak dapat meemproduksi
tanggapan,karena ingatan dalam keadaan tidak sehat . Misal gegar
otak.
3. Paramnesia
Adalah amnesia yang ringan,jadi masih mampu mengingat sedikitsedikit.
4. Dayayu
Yaitu peristiwa seakan-akan belum kenal sesuatu yang sebenarnya
belum.
5. Jemais yu
Ialah peristiwa yang seakan-akan belum kenal pada peristiwa yang
sebenarnya sudah.
6. Depersonalis
Yaitu suatu peristiwa seseorang tidak mengenal dirinya sendiri.
7. Derealis
Yaitu suatu peristiwaseseorang merasa asingdidalam alam yang rill,
yang sebenarnya.
Secara teori ingatan dapat di bedakan menjadi tiga aspek fungsi yaitu:
a. Mencamkan,yaitu menerima kesan-kesan
b. Menyimpan kesan-kesan
c. Memproduksi kesan-kesan
Atas dasar kenyataan inilah,maka biasannya ingatan di definisikan sebagai
kecakapan untuk menerima,menyimpan,dan memproduksi kesan-kesan.
Penafsiran yang di berikan kepada ingatan juga lalu di berikan kepada
masing-masing aspek itu. Ingatan yang baik mempunyai sifat-sifat:
a. Cepat atau mudah mencamkan
b. Setia,teguh,dan luas dalam menyimpan
c. Siap atau sedia dalam memproduksi kesan-kesan
Ingatan cepat artinya mudah dalam mencamkan suatu hal tanpa
menjumpai kesukaran. Ingatan setia artinya apa yang telah diterima
(dicamkan)itu akan disimpan sebaik-baiknya,tak akan berubah-ubah,jadi
akan tetap cocok dengan keadaaan waktu menerimanya. Ingatan teguh
artinyadapat menyimpan kesan dalam waktu yang lama, tidak mudah
lupa. Ingatan luas artinya dapat menyimpan banyak kesan-kesan. Ingtan
siap artinya mudah dalam memproduksi kesan yang telah disimpannya.
Mengigat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian
saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut
hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan.
Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan dan hal yang dilupakan
adalah hal yang tidak diingat (tidak dapat diingat kembali).
Selajutnya, dalam hubungan dengan soal mencamkan ini perlu
dikemukakan satu soal lagi yang kiranya sangat penting
kedudukannya,yaitu interferensi. Adapun yang dimaksud dengan
interferensi itu ialah menjadi lebih sukarnyabelajar yang disebabkan oleh
hmabatan bahan-bahan yangtelah di pelajari terlebh dulu. Interferensi
yang demikian itu disebut juga interferensi asosiatif. Misalnya bila orang
mempelajari kombinasi-kombinasi yang kedua itu lebih sukar (karena
adanya interferensi). Berdasarkan penelitian dari van ormer (1932),dapat
diketahui bahwa interferensi itu lebih banyak pada waktu jaga dari pada
waktu tidur.
Berkaitan dengan afpek psikologis yang terlibat dalam aktivitas belajar
mengingat, ada beberapa prinsip lain ingatan yang perlu diperhatikan
untuk mengefektifkan ingatan,yaitu:
a. Bahan atau materi yang berarti atau bermakna akan lebih mudah
diingat dari pada yang kurang bermakna.
b. Suatu objek atau peristiwa yang mempunyai kedekatan waktu
atau ruang akan lebih mudah diingat. Karena itu perlu dicari
hubungan antara dua objek yang akan diterangkan agar mudah
diingat siswa atau guru perlu membuat kaitan antar bahan.
c. Kekuatan ingatan dipengaruhi oleh akibat yang ditimbulkannya.
Pelajaran atau materi yang mendatangkan efek
menyenangkan,menarik,bermanfaat,mengurangi ketegangan
cenderung akan bertahan lama dalam ingatan.
d. Kekuatan ingatan akan di pengaruhi oleh frekuensi perjumpaan
dengan objek,perangsang,atau bahan pelajaran.
Prinsip tersebut sebagai bahan pertimbangan guru dalam memberikan
bimbingan guna demi keberhasilan anak. Guru juga perlu menekankan
pada anak agar sering mempelajari kembali pelajaran yang sudah
disampaikan. Ada beberapa metode yang bisa dimanfaatkan dalam
mengingat bacaan,yaitu:
a. Metode g (ganziem),yaitu metode belajar secara keseluruhan.
Misalnya sajak yang tidak terlalu panjang,bisa dihafalkan secara
keseluruhan.
b. Metode t (tilem), yaitu metode belajar bagian demi bagian. Bahan
pelajaran yang panjang,di pelajari dan dihafalkan sedikit demi
sedikit,bagian demi bagian.
c. Metode v (vermittelnde) metode pengantar,yaitu ada yag
dihafalkan bagian demi bagian, dan ada yang secara keseluruhan.
Jadi, metode v adalah kombinasi dari metode t dan metode g
(kartono,1985).
B. Berfikir
Berfikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan dimana subjek yang
berfikir pasif. Plato beranggapan bahwa berfikir itu adalah berbicara
dalam hati. Sehubngan dengan pendapat plato ini adalah pendapat yang
mengatakan bhwa berfikir adalah aktivitas ideasional. Pada pendapat
yang akhir itu kenyataan, yaitu:
a. Bahwa berfikir itu adalah aktivitas,jadi subjek yang berfikir aktif
b. Bahwa aktivitas itu sifatnya ideasional,jadi bukan sensoris atau
bukan motoris,walaupun dapat disertai oleh kedua hal itu,berfikir
itu mempergunakan abstraksi-abstraksi atau “ideas”.
Selanjutnya ada pendapat yang lebih menekankan kepada tujuan berfikir
itu,yaitu yang mengatakan bahwa berfikir itu adalah meletakkan
hubungan antara bagian-bagian pengetahuan kita. Bagian-bagian
pengetahuan kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki,yang berupa
pengertian-pengertian dan dalam batas tertentu juga tanggapantanggapan. Berfikir adalah proses yang dinamis yang dapat dilukiskan
menurut proses atau jalannya.
Proses atau jalannya berfikir itu pada pokoknya ada tiga langkah,yaitu:
1. Pembentukan pengertian
2. Pembentukan pendapat
3. Penarikan kesimpulan
Untuk dapat berfikir tepat dan merangkum orang harus belajar berfikir
secara abstrak dan skematis, karena itu maka anak-anak didik perlu sekali
dapat memakai bentuk-bentuk kategori pengatur untuk dapat mengatasi
kejamakan tanggapan-tanggapan yang konkret.
Eksperimen-eksperimen mahzab mannheim dapat dianggap merupakan
kelajuan daripada apa yang telah diketemukan dan dirumuskan oleh
mazhab wurzbur. Tujuan utama mazhab ini ialah menyusun teori berfikir
yang benar-benar lepas dari asosiasi. Hal ini tidak berarti bahwa mahzab
ini mengingkari adanya tanggapan dan asosiasi. Asosiasi diakui
adanya,tetapi tidak sebagai proses yang pokok daripada berfikir.
Kalau mahzab wurzburg mempertahankan bahwa proses asosiasi itu
perlu,walaupun tak mencukupi (memberi penyelesaian), maka mahzab
mannheim menolak asosiasi tersebut sebagai hal yang perlu dan pokok
dalam proses berfikir.
Selz (pemimpin mahzab mannheim) mulai di tempat watt dan ach
berhenti,ia mengkui adanya bewusstheit yang dikemukakan oleh ach
yaitu kesadaran tanpa tanggapan tentang adanya sesuatu. Berdasarkan
konsep meinong, alexius, maka pengertian ini di kembangkan menjadi
ajaran tentang “mengetahui tanpa tanggapan(wisne tanpa vorstellung),
yaitu kesadaran tentang kenyataan relasi. Yang dimaksud dengan
kenyataan relasi adalah kenyataan bahwa objek tertentu ada dalam
hubungan tertentu. Misalnya a adalah anaknya b. Kesadaran tentang
kenyataan a dan b ada dalam relasi (hubungan) tertentu, inilah wissen.
Menurut selz, kita punya banyak sekali macam wissen itu,dalam keadaan
potensial berfikir reproduksi, yaitu seperti yang diselidiki oleh watt dan
ach, sebagaian besar adalah terjadi dari aktualisasi dari pada wissenwissen yang potensial itu, dan bukan hasil tendens reproduksi bersamasama dengan aufgabe dan tendens determinasi.
Selz mengemukakan,bahwa di samping berfikir reproduktif itu ada
berfikir produktif,yaitu di mana dapat dihasilkan hasil pikir yang
baru,tidak hanya reproduksi dari pengalaman yang lampau. Ini
merupakan aktualisasi metode pemecahan soal,yang menghasilkan kerja
pikir yang produktif. Suatu bagian yang penting dalam proses pemecahan
ini ialah penemuan lantaran (alat penyelesaian, metode penyelesaian).
Dalam penemuan antara lain ada tiga macam hal,yaitu:
a. Aktualisasi routine mengenai alat yang dikenal
b. Abstraksi alat
c. Penggunaan secara tepat alat-alat yang telah ditetapkan dalam
abstraksi
Atas dasar hasil-hasil penelitian mahzab mannheim itu selz merumuskan
pedapat tentang proses berfikir itu yang pokoknya demikian:
1). Berfikir itu berarah tujuan.
Selz setuju dengan tendens determinan ach, dan menganggap bahwa
berfikir bukanlah berlangsunya tanggapan-tanggapan proses berfikir
itu punya sifat berarah tujuan.jadi, berfikir adalah aktivitas yang
abstrak,dengan arah yang ditentukan oleh soal yang harus
dipecahkan.
2). Proses berfikir itu adalah proses melengkapkan kompleks
(komplexerganzung, complex completion). Tiap kompleks (selama
belum lengkap) mempunyai kecenderungan untuk terisi atau
bertambah sampai benar-benar menjadi kesatuan yang bulat. Dengan
kata lain tiap-tiap bagian kompleks mempunyai tendens untuk
menimbulkan seluruh kompleks itu dalam kesadaran.
Selz memberikan tiga buah hukum mengenai perlengkapan kompleks
itu,yaitu:
a. Suatu bagan komleks mempunyai tendens untuk
memproduksikan sseluruh kompleks
b. Suatu bagan antisipasi suatu kompleks punya tendens untuk
memproduksi seluruh kompleks.
c. Determinan yang diarahkan kepada perlengkapan suatu
kompleks yang telah diantisipasikan secara bagan
menyebabkan adanya tendensi untuk melengkapi seluruh
kompleks.
3). Bagan antisipasi
bagan antisipasi yaitu metode penyelesaian yang berwujud bagan
yang timbul atau ditimbulkan oleh tugas pikir. Bagan ini merupakan
pendahuluan penyelesaian.
4). Berfikir adalah mempergunakan metode penyelesaian soal yang
umumnya berlangsung tanpa mempengaruhi metode penyelesaian itu.
Berhubungan dengan hal yang disebutkan paling akhir itu,yaitu (4)
maka mazhab mannheim lalu mendapatkan penelitian secara luas
mengenai dapat diajarkan dan tidaknya metode penyelesaian
ersebut,dan mendapatkan kesimpulan bahwa metode penyelesaian
soal tersebut memang dapat diajarkan. Justru metode penyelesaian
soal inilah yang harus diberikan kepada anak-anak didik kita.
C. Metakognisi dalam belajar
Istilah metakognisi yang dalam bahasa inggris dinyatakan dengan
metacognition berasal dari dua kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi
(cognition). Istilah meta berasal dari bahasa yunani yang dalam bahasa
inggris diterjemahkan dengan after,beyond,with,adjacent,adalah suatu
prefik yang digunakan dalam bahasa inggris untuk menunjukan pada suatu
abstraksi dari suatu konsep. Sedangkan cognition,menurut ensklopedia
tersebut berasal dari bahasa latin yaitu cognoscere,yang berarti
mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize).
Sedangkan, pengertian metakognisi menurut Matlin adalah
pengetahuan,kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi
pada diri sendiri. Umumnya metakognisi adalah berfikir tentang berfikir.
Kemampuan belajar seseorang dalam belajar,yang mencangkup
bagaimana sebaiknya belajar dilakukan,apa yang sudah dan belum
diketahui.
Metakognisi(metacognition) merupakan suatu istilah yang diperkenalkan
oleh Flavell pada tahun 1976. Menurut Flavell (1997) metakognisi dibagi
menjadi dua yaitu,pengetahuan metakognitif dan pengalaman (regulasi
metakognitif). Pengetahuan menunjuk pada diperolehnya pengetahuan
tentang proses-proses kognitif, pengetahuan yang dapat dipakai untuk
mengontrol proses kognitif. Sementara pengalaman adalah proses-proses
yang dapat di terapkan untuk mengkontrol aktivitas-aktivitas kognitif dan
mncapai tujuan-tujuan kognitif.
Kedua komponen metakognisi,yaitu pengetahuan metakognitif dan
regulasi metakognitif, masing-masing memiliki sub komponen sebgaimana
disebutkan dalam(OLRC News.2004) antara lain,
1). Pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition) terdiri
dari sub komponen sebagai berikut,
a. Declarative knowledge
b. Procedural knowledge
c. Conditional knowledge
2). Regulasi tentang kognisi(regulation about cognision)
a. Planing
b. Information managementstrat egies
c. Debugging strategies
d. Evaluation
Pengetahuan tentang kognisi adalah pengetahuan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kondisinya,yang mencakup tiga sub komponen.
Komponen pertama, deglarative knowledge, yaitu pengetahuan tentang
diri sendiri sebagai pembelajar serta strategi,ketrampilan,dan sumbersumber belajar yang dibutuhkan untuk keperluan belajar. Komponen
kedua,prosedural knowledge yaitu pengetahuan tentang bagaimana
menggunakan apa saja yang telah diketahui dalam declarative knowledge
tersebut dalam aktivitas belajarnya. Komponen ketiga,conditional
knowladge adalah pengetahuan tentang bilamana menggunakan suatu
prosedur,ketrampilan,atau strategi dan bilamana hal-hal tersebut tidak
digunakan.
Regulasi kognisi terdiri dari sub komponen sebagai berikut. Pertama yaitu
planing,adalah kemampuan merencanakan aktivitas belajarnya.
Kedua,information management strategies,adalah kemampuan strategi
mengelola informasi berkenaan dengan proses belajar yang dilakukan.
Ketiga,comprehension monitoring, merupakan kemampuan dalam
memonitor proses belajarnya dan hal-hal yang berhubungan dengan
proses tersebut. Keempat,debugging strategies, adalah kemampuan
strategi-strategi debugging yaitu strategi yang digunakan untuk
membetulkan tindakan-tindakan yang salah dalam belajar.
Kelima,evaluation adalah kemampuan mengevaluasi aktivitas strategi
belajarnya, apakah ia mengubah strateginya,menyerah pada keadaan,atau
mengakhiri kegiatan tersebut.
Tahapan metakognisi antara lain:
a. Perencanaan, yaitu apa ayng harus dipelajari, bagaimana, dan
kapan mempelajari.
b. Pemantauan, yaitu tentanng proses belajar yang dilakukan
c. Evaluasi, yaitu tentang apa yang telah
direncanakan,dilakukan,serta hasil dari proses.
Pokok pengertian dari metakognisi itu sendiri yaitu,
a. Kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi.
b. Kemampuan untuk menyadari,mengetahui,proses yang tejadi.
c. Kemampuan untuk mengarahkan proses yang terjadi pada diri
sendiri.
d. Kemampuan belajar meliputi proses perencanaan,pemantauan,
dan evaluasi.
e. Aktivitas berfikir tingkat tinggi, karena mampu mengontrol proses
berfikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri.
D. PERASAAN
Perasaan biasanya didefinisikan sebagai gejala psikis yang bersifat
subjektif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala
mengenal,dan dialami dalam kualitas sengan atau tidak senang dalam
berbagai taraf.
Berlainan dengan berfikir,maka perasaan itu bersifat subjektif, banyak
dipengaruhi oleh keadaan diri seseorang. Apa yang
enak,indah,menyenangkan bagi seseorang tertentu,belum tentu juga
enak,indah,menyenangkan bagi orang lain.
Perasaan umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal,artinya
perasaan dapat timbul karena
mengamati,menanggap,mengkhayal,mengingat-ingat,atau memikirkan
sesuatu. Dengan demikian perasaan bukanlah hanya sekadar gejala
tambahan dari fungsi pengenalan saja,melainkan adannya sungsi
tersendiri. Juga perasaan seringkali bersangkut paut dengan gejala
jasmaniah tetapi juga tetap fungsi tersendiri (Woodworth dan
Marquis,1955:365-366).
Bigot dengan kawan-kawannya (1950:534) telah memberikan ikhtisar
mengenai macam-macam perasaan itu yang kirannya sangat berguna
sebagai rangka pembicaraan. Macam-macam perasaan yaitu:
a. Perasaan Rendah (jasmaniah)
1. Perasaan Indriah,yaitu perasaan-perasaan yanng berhubungan
dengan perangsangan terhadap pancaindra
seperti,sedap,manis,pahit,panas,dan sebagainya.
2. Perasaan vital,yaitu perasaan-perasaan yng berhungan dengan
keadaan jasmani pada umumnya,seperti perasaan-perasaan
segar,letih,sehat,lemah,tak berdaya, dan sebagainya.
b. Perasaan Luhur (ruhaniah)
1. Perasaan intelektual,ialah perasaan yang bersangkutan dengan
kesanggupan intelek (pikiran) dalam menyelesaikan problemproblem yang dihadapi. Misalnya rasa senang yang dialami oleh
seseorang yang dapat menyelesaikan soal ujian (perasaan
intelektual positif),atau perasaan kecewa yang dialami oleh
seseorang yang sama sekali tak dapat mengerjakan soal ujian.
2. Perasaan kesusilaan (perasaan etis) ialah tentang baik-buruk.
Tiap-tiap orang tentu mempunyai ukuran baik-buruk sendirisendiri yang bersifat individual,yang sering disebut juga norma
individu. Disamping itu,kita mengetahui bahwa didalam
masyarakat tertentu terdapat norma yang berlaku bagi
masyarakat,yang biasanya disebut norma sosial. Perasaan
kesusilaan bersangkut paut degan pelaksanaan norma-norma
tersebut. Perasaan kesusilaan ada dua macam,yaitu positif dan
negatif. Perasaan yang positif misalnya dialami sebagai rasa puas
kalau orang telah melakukan hal yang baik,dan yang negatif
misalnya dialami sebagai rasa menyesal kalau orang telah
melakukan hal yang tidak baik.
3. Perasaan keindahan yaitu perasaan yang menyertai atau yang
timbul karena seseorang yang menghayati sesuatu yang indah
atau yang tidak indah.
4. Perasaan sosial ialah perasaan yang mengikatkan individu degan
sesama manusia,perasaan untuk hidup bermasyarakat dengan
sesama manusia,untuk bergaul,saling tolong menolong,memberi
dan meneima simpati serta antipati,rasa setia kawan dan
sebagainya.
5. Perasaan harga diri,dapat dibedakan menjadi dua yaitu,perasaan
harga diri yang positif dan perasaan harga diri yang negatif.
Perasaan harga diri positif ialah misalnya perasaan
puas,senang,gembira,bangga yang dialami oleh seseorang yang
mendapatkan penghargaan dari pihak lain (misalnya
mendapatkan pujian,hadiah,tanda jasa,dan sebagainya).
Perasaan harga diri negatif ialah misalnya perasaan kecewa,tak
senang,tak berdaya,kalau seseorang mendapat
celakan,dimarahi,mendapatkan hukuman dan sebagainya.
6. Perasaan keagamaan yaitu perasaan yang bersangkut paut
dengan kepercayaan seseorang tentang adanya Yang Maha Kuasa
seperti,rasa kagum akan kebesaran Tuhan,rasa syukur setelah
lepas dari martabatnya secara ajaib,dan sebagainya.
Perasaan melatar belakangi aktivitas-aktivitas manusia. Karena itu dalam
memberikan pendidikan seharusnya diusahakan adanya perasaan yang
dapat membantu pelaksanaan usaha yang sedang dilakukan itu.
Umumnya diketahui,bahwa kegembiraan bersifat
menggiatkan,kekecewaan melembekkan,dan melemahkan. Karena
itu,alangkah baiknya kalau pendidikan dan pengajaran yang kita berikan
dapat diterima oleh ank-ank didik kit dalam suasana gembira.
Selain itu, perasaan rohaniah harus diperkembangkan sebaikbaiknya,dan ini dapat dilakukan dalam hampir disemua situasi
pendidikan. Perasaan-perasaan tertentu sangat jelas perkembangannya
pada masa remaja,seperti misalnya perasaan kebangsaan,perasaan
sosial,dan perasaan keagamaan. Para pendidik harus mempergunakan
masa peka ini secara sebaik-baiknya. Secara ideal perasaan-perasaan itu
harus diperkembangkan ecara ideal dan selaras.
Perasaan memiliki sifat-sifat antara lain,
1. Senang dan sedih atau tidak senang
2. Kuat dan lemah
3. Lama dan sebentar
4. Relatif
5. Tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan.
Perasaan jiwa manusia digolongkn menjadi dua yaitu,
1. Golongan Eukoloi,yaitu golngan orang yang selalu merasa
senang,gembira,dan optimis.
2. Golongan Diskoloi,yaitu golongan orang yang selalu sedih atu
tidak senang,murung,dan pesimis.
Nilai perasaan bagi manusia pada umumnya yaitu,
a. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan alam sekitar.
b. Kita dapat ikut serta mengalami.
c. Menimbulkan rasa senasib dan sekewajiban sebagai manusia
(perasaan religius).
d. Dapat membedakan antara makhluk bahwa manusia merupakan
makhluk yanng mempunyai perasaan.
Nilai perasaan dalam pendidikan yaitu,
a.
b.
c.
d.
e.
Dapat mendidik ke arah kebaikan dan keburukan.
Dapat menimbulkan kebahagiaan terutama perasaan rohani.
Jangan cerita yang menimbulkan rasa takut kepada anak didik.
Menghindari perasaan rendah diri pada anak didik.
Dapat menanamkan rasa intelek pda ank didik.
Perasaan selalu berkaitan dengan emosi. Emosi sendiri merupakan
perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang
relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Emosi pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan
reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai
contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehigga secara psikologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong
seseorang berlaku menangis. Perbedaan perasaan dan emosi tidak dapat
dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu
kelangsungan kualitas yang tidak jelas batasnya. pada susatu saat
tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi
juga dikatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan emosi
disini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi
setiap keadaan pada setiap diri seseorang yang disertai dengan warna
efektif, baik pada tingkatan yang lemah(dangkal) maupun pada tingkatan
yang kuat(mendalam).
IMPLIKASI
A. Smpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat diketahui bahwa ilmu psikologi
sangat berperan penting dalam sistem pendidikan atau kegiatan
pembelajaran. Terutama tentang apa itu ingatan dan
lupa,berfikir,metakognisi dalam belajar,dan perasaan. Ingatan sendiri
berarti suatu daya yang dapat menerima,menyimpan,dan mereproduksi
kembali kesan-kesan tanggapan atau pengertian. Namun pada dasarnya,
mengigat dan lupa biasanya juga ditunjukkan dengan satu pengertian
saja, yaitu retensi, karena memang sebenarnya kedua hal tersebut
hanyalah memandang hal yang satu dan sama dari segi yang berlainan.
Hal yang diingat adalah hal yang tidak dilupakan dan hal yang dilupakan
adalah hal yang tidak diingat (tidak dapat diingat kembali). Selain
itu,pengertian berfikir adalah meletakkan hubungan antara bagian-bagian
pengetahuan kita. Sementara, pengetahuan,kesadaran,dan kontrol
terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri disebut dengan
metakognisi. Namun,metakognisi juga sering disebut dengan kemampuan
seseorang dalam belajar yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar
dilakukan apa yang sudah dan belum diketahui. Dan yang terakhir yaitu
perasaan, ialah gejala psikis yang bersifat subjektif yang umumnya
berhubungan dengan gejala-gejala mengenal,dan dialami dalam kualitas
senang atau tidak senang dalam berbagai taraf.
B. SARAN
Download