PROPOSAL PENELITIAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI Diajukan Untuk Seminar Proposal Penelitian Oleh: NAMA MAHASISWA : NOVIA NIM : 4173121036 PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2019 KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat membuat dan menyelesaikan proposal penelitian ini dalam keadaan sehat. Saya juga berterimakasih kepada dosen yang telah membimbing dalam mengerjakan proposal ini serta kepada semua orang yang membantu dalam penyusunan cbr ini. Proposal ini saya susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “METODELOGI PENELITIAN”. Harapan saya hasil dari proposal ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya dan pada khususnya juga pada pada teman-teman di program studi Pendidikan Fisika. Proposal ini disusun untuk membahas tentangPengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar. Demikian lah proposal ini saya susun, penulis sadar bahwa proposal ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Medan , 19 September 2019 Penulis i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap kegiatan pembelajaran, guru memiliki model, strategi ataupun teknik nya sendiri dalam menyampaikan materi agar peserta didik memahami dan mengerti. Banyak model-model pembelajaran yang bisa digunakan guru dalam pembelajaran. Namun tidak semua model pembelajaran sesuai dengan cara belajar siswa atau peserta didik. Dan banyak juga ditemui model-model pembelajaran yang digunakan tidak sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Terdapat model pembelajaran yang mengarah pada pemecahan masalah. Ada juga yang mengarah pada konsep yang ada. Namun terkadang, dalam pemilihan dari model-model pembelajaran tersebut tidak sesuai dengan dasar pertimbangan pemilihan midel pembelajaran yang mempertimbangkan tujuan pembelajaran, bahan atau materi pembelajaran, pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa dab pertimbangan lain yang bersifat nonteknis. Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus, yaitu membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, dalam kurikulum pembelajaran fisika seharusnya dilaksanakan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Pernyataan ini sejalan dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi abad 21, yaitu keterampilan kognitif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan intrapersonal. Sekaitan dengan hal tersebut, 1 keterampilan berpikir kritis dipandang sebagai keterampilan kognitif dalam menginterpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, menjelaskan, dan pengaturan diri. Rendahnya keterampilan proses sains ternyata bernampak pada rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Selama ini proses pembelajaran yang dilakukan guru di sekolah masih didominasi oleh pandangan bahwa belajar merupakan kegiatan menghapal fakta-fakta (rote learning). Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan yang harus ditumbuhkembangkan bagi siswa agar mampu berdaya saing di abad 21, tetapi untuk memacu berkembangnya keterampilan berpikir termasuk keterampilan berpikir kritis, harus dikembangkan keterampilan proses siswa. Dengan terbentuknya keterampilan proses sains maka akan terbentuk pula kemampuan metakognisi siswa. Terkait dengan proses pembelajaran sains, penelitian menunjukkan bahwa guru dalam mengimplementasikan proses dan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan hakikat sains masih sangat lemah. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Khaeruddin (2013a), yang menemukan bahwa (i) tujuan pembelajaran dalam skenario Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat guru tidak spesifik melatihkan keterampilan proses sains. Rumusan tujuan pembelajaran hanya berorientasi pada kognitif produk, bahkan tidak ada satupun tujuan yang mengarah pada kognitif proses, yaitu berpikir tingkat tinggi, (ii) bahan ajar (buku dan LKS) yang digunakan kurang merangsang keterampilan proses sains, Kemampuan metakognisi siswa berkaitan erat dengan kemampuan pemecahan masalah. Pengalaman metakognitif adalah suatu langkah dan tahapan keterampilan atau hasil olah pikir seseorang selama proses dalam menyelesikan masalah-masalah yang dihadapinya. Siswa yang memiliki kemampuan metakognisi baik akan lebih efektif untuk memilih dan menggali informasiinformasi yang penting dalam pemecahan masalah dari pada siswa yang tidak memiliki keterampilan. Pelibatan metakognitif dalam belajar dan memecahkan masalah dapat didorong melalui pemanfaatan masalah yang menantang. 2 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, beberapa masalah dapat diidentifikasi masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah: 1. Siswa menganggap fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dalam kehidupan sehari-hari. 2. Dalam pembelajaran, guru menjadi pusat perhatian sedangkan siswa hanya pasif saja. 3. Model pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan dari pembelajaran yang hendak dicapai. 4. Media pembelajaran yang kurang memadai. 5. Rendahnya keterampilan proses sains yang berpengaruh terhadap kemampuan metakognisi. 6. Siswa belum aktif dalam pemecahan masalah. 1.3 Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan maka perlu digunakan pembatasan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. 2. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA NEGERI 10 Medan T.P 2019/2010. 3. Materi pelajaran fisika yang diteliti adalah kinematika gerak di kelas X. 4. Hal yang akan diteliti adalah penerapan model pembelajaran keterampilan proses sains terhadap kemampuan metakognisi siswa. 3 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kemampuan metakognisi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi Kinematika Gerak Lurus ? 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains? 3. Adakah pengaruh yang signifikan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains terhadap kemapuan metakognisi siwa pada materi Kinematika Gerak Lurus? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kemampuan metakognisi siswa dengan penerapan model pembelajaran berbasis keerampilan proses sains 2. Untuk mengaplikasikan tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran berbasis keterampialn proses sains pada aktivitas belajar siswa pada materi Gerak Harmonis Sederhana. 3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains terhadap kemampuan metakogisi siswa pada materi Gerak Harmonis Sederhana. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi penerapan model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada materi pokok Gerak Harmonis Sederhana. 2. Sebagai bahan informasi alternative pemilihan model pembelajaran yang sesuai digunakan oleh guru. 4 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru. Menurut Sudjana (1989): “belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.”1 Menurut Hamalik (2007) : “belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakukan melalui pengalaman.” 2 Dari pengertian diatas dapat didefenisikan belajar adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan dalam bentuk usaha guna menambah wawasan, mengubah tikah laku untuk mencapai tujuan yang diingkan. Belajar dapat dilakukan dimana saja. Pada saat disekolah, belajar merupakan kegiatan yang dilakukan bersama-sama dan juga dapat dilakukan secara mandiri atau individual. Belajar juga dapat dikatakan sebagai latihan-latihan sebagai proses pembentukan kebiasaan dan juga menitikberatkan pada interaksi individu dengan lingkungan. 2.1.2 Pengertian Pembelajaran Istilah pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang behavioristik, pembelajaran sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa melalui pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Sedangkan pembelajaran dari sudut pandang teori kognitif, didefinisikan sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan penguasaan materi yang baik 1 Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning Center Sidoarjo. 2 Husamah, dkk.2016. Belajar dan Pembelajaran. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang. 6 terhadap materi pelajaran. Pembelajaran dari sudut pandang teori interaksional didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Istilah umum yang dikenal dalam kegiatan belajar mengajar adalah model pembelajaran dan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Menurut Iskandarwassid (2009): “strategi pembelajaran meliputi kegiatan atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ke tahap evaluasi, serta program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.” Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang lebih bersifat student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction). Terkait dengan desain pembelajaran, peran guru adalah mengkreasi dan memahami modelmodel pembelajaran inovatif. Joyce &Weil (1980) mendefinisikan: “model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Dalam interaksi pembelajaran di kelas, baik pengajar maupun peserta didik mempunyai peranan yang sama.” Perbedaannya terletak pada fungsi dan peranannya masing-masing. Untuk itu peranan pengajar dalam kegiatan pengajaran haruslah berupaya secara terus menerus membantu peserta didik membangun potensi-potensinya. Pengajar harus memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Gulo (2002): “Seorang pengajar yang professional tidak hanya berpikir tentang apa saja yang akan diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang menerima pelajaran, apa makna belajar, dan kemampuan apa yang ada pada peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.” Pandangan Reigulth dan Merrill (2003) menyatakan “perbaikan pembelajaran harus didasarkan pada teori pembelajaran.” Dalam teori 7 pembelajaran dikenal berbagai paradigma pembelajaran, mulai dari pandangan behavioristik yang menempatkan penguasaan dan transfer isi atau bahan belajar (subject matter) sebagai fokus utamanya, pandangan kognitisvistik berfokus pada penataan isi atau bahan belajar untuk memdorong pemahaman yang bermakna. Sementara itu, pandangan konstruktivistik menempatkan pesertamdidik (learner) sebagai pusat dan subyek belajar.3 Pembelajaran konstruktivisme menekankan pada proses belajar, bukan mengajar. Peserta didik diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pengalaman nyata. Pembelajaran konstruktivistik tidak mengarah pada teacher centered, tetapi tidak juga pada student centered. Namun sebaliknya, konstruktivistik memposisikan kesetaraan guru-siswa dalam proses pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya proses elaborasi terhadap prinsip-prinsip dan konsep yang dipelajari guna membangun pengetahuan baru yang bermakna. Oleh karena itu, mengajar haruslah “menghidupkan” topik yang mati sehingga tercipta pemahaman, penguasaan, dan rasa cinta pada materi yang diajarkan serta tumbuh komitmen untuk mempelajarinya lebih dalam. Mengajar idealnya mampu memberikan pengalaman baru dan pencerahan pada siswa sehingga mereka mengalami “ketagihan” (addictive) untuk belajar sendiri lebih dalam. Ringkasnya, konstruktivisme memandang penting peran siswa untuk dapat membangun constructive habits of mind dalam diri masing-masing siswa melalui setiap proses pembelajaran.4 Jadi pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku dari belajar. Pembelajaran tidak lepas dengan interaksi sosial syang diperkuat oleh buku 1 diatas. Pembelajaran inovatif merupakan pembelajaran yang lebih bersifat berpusat pada siswa. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri dan dimediasi oleh teman sebaya. Dalam menciptakan pembelajaran yang efektif didalam kelas, 3 Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning Center Sidoarjo. 4 Helmiati. 2012. Model Pembelajaran. Minomartani: Aswaja Pressindo. 8 seorang guru harus mampu membuat suasa kelas lebih aktif dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai. 2.1.3 Model Pembelajaran Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilahistilah tersebut adalah: (1) model pembelajaran (2) pendekatan pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) strategi pembelajaran; (5) teknik pembelajaran; dan (6) taktik pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut. Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan tehnik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Strategi atau tehnik pembelajaran adalah cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesif. Strategi dimaknai sebagai cara bagaimana meramu, mengelola dan menyajikan bahan pembelajaran menjadi menarik dan mengesankan, sehingga tidak mudah dilupakan. Taktik pembelajaran adalah gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara 9 khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. 2.1.3.1 Dasar Pertimbangan Pemilihan Model Pembelajaran Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu. 1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan– pertanyaan yang dapat diajukan adalah: a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor? b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? Dan c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik? 2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran adalah: a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu? b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak? c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu? 3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa: a) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik? b) Apakah model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik? c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik? 4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis: a) Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu model saja? b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu–satunya model yang dapat digunakan? c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?5 5 Nurdyansyah dan Eni Fariyatul Fahyuni. 2016. Inovasi Model Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning Center Sidoarjo. 10 2.1.4 Model Pembelajaran berbasis Keterampilan Proses Sains Menurut Karamustafaoglu (2011), “pengembangan keterampilan proses sains memungkinkan siswa mengkonstruk dan menyelesaikan masalah serta berpikir kritis. Kemungkinan ini dapat terjadi karena komponen-komponen berpikir kritis sebagian besar merupakan komponen keterampilan proses sains seperti designing experiments, testing hypotheses, hypothesizing, predicting, infering, classifying, measuring, observing” (Hassard, J., 2005, p.332). Dengan demikian, jika keterampilan proses sains siswa berkembang, maka keterampilan berpikir kritis mereka juga akan berkembang. Dalam sintaks diuraikan secara rinci cara mengawali pembelajaran, cara menyajikan informasi termasuk mengelola pembelajaran, bagian informasi yang harus disajikan, cara mengakhiri pembelajaran. Panjang atau pendeknya sintaks suatu model pembelajaran bergantung pada beberapa faktor, yaitu 1) intensitas partisipasi siswa yang diinginkan, 2) jenjang dan kompleksitas kemampuan yang ingin dibangun, 3) kesulitan dan kebaruan bahan ajar. Adapun sintaks model pembelajaran fisika yang dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis seperti tabel berikut. Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Keterampilan Proses Sains Fase Identifikasi ide Perilaku Guru Guru mengajukan pertanyaan atau masalah Guru melibatkan siswa dalam kelompok belajar Kolaborasi dalam rangka menyelesaikan masalah dan atau tugas secara bersama untuk menghasilkan suatu produk Investegasi autentik: Science Processes Skills Diskusi Kelas dan Presentasi Guru membimbing dan melakukan analisis, interpretasi dan inferensi berbasis data hasil investegasi kelompok Guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan interpretasi dan inferensi tekait dengan data hasil investigasi kelompok melalui diskusi. 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMAN 10, Jl. Tilak No. 108, Sei RengseI,Kec. Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara 20214. 3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi yang akan digunakan adalah seluruh Siswa kelas X SMA Negeri 10 Medan. 3.3 Variabel Penelitian Yang akan menjadi variabel peneitian ini adalah : 1. Variabel bebas : Penggunaan Model Pembelajaran Pembelajaran Fisika Berbasis Keterampilan Proses Sains. 2. Variabel terikat : Kemampuan metakognisi pada materi kinematika gerak lurus. 3.4 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan yaitu dengan metode quasi eksperimen dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen dimana kedua kelas mendapat perlakuan yang berbeda 3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Instrumen Tes Hasil Belajar Instrumen yang akan digunakan pada Tes Hasil Belajar adalah 2 tahap. Tahapannya yaitu pre-test dan post-test dimana tahapan tersebut diberi 5 soal berbentuk essai 3.5.2 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa yang akan digunakan adalah lembar pengamatan seluruh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran 1