BUDIDAYA LELE SANGKURIANG (Clarias sp)

advertisement
1
BAB
1
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas
dan berpotensi besar untuk usaha budidaya ikan lele.
Sumberdaya perairan Indonesia meliputi perairan umum
(sungai, waduk dan rawa), sawah (mina padi), dan kolam
dengan total luas lahan 605.990 hektar. Perairan umum
seluas 141.690 hektar, sawah (mina padi) seluas 88.500
hektar, dan perairan kolam seluas 375.800 hektar (Anonim,
1994). Dengan potensi perairan tawar yang sangat besar
tersebut, Indonesia baru mampu memproduksi 6,7 juta ton
ikan/tahun. Hal ini tentu saja masih jauh di bawah produksi
dunia yang mencapai 100 juta ton ikan per tahun (Ade,
dkk,1994). Ketersediaan sumberdaya perairan yang luas dan
sumber daya manusia merupakan modal dasar untuk
meningkatkan dan mengembangkan produksi ikan lele di
Indonesia dan sampai tahun 2010 produksi ikan lele
mencapai 242.811 ton (Statistik DJPB, 2011).
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar
yang berasal dari Filipina yaitu lele dumbo (Clarias
gariepinus) dan lele lokal (Clarias batrachus) dan sudah
dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia
terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat
dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air
yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi
budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat,
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
2
3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang
dibutuhkan relatif rendah.
Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan
lele, membuat peluang bisnis budidayanya semakin
terbuka. Budidaya ikan lele, baik pembenihan maupun
pembesaran dapat dijalankan dengan modal besar, tetapi
dengan jumlah modal terbataspun dapat dilakukan. Kini,
budidaya lele umumnya dikelola secara intensif. Budidaya
lelepun sebagai rantai awal bisnis lele mempunyai peluang
yang cukup besar untuk mendukung pemerintah dalam
program membuka lapangan kerja dan meningkatkan
pendapatan masyarakat.
Secara ekonomis, usaha budidaya lele sangat
menguntungkan karena ikan lele memiliki nilai ekonomi
yang tinggi, tidak memerlukan perawatan yang rumit
asalkan airnya cukup dan layak, penghasil protein yang
tinggi sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi
masyarakat, harga jualnya terjangkau oleh masyarakat,
serta mudah didapatkan di pasaran.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
3
BAB f
2
2.1
BIOLOGI IKAN LELE
Klasifikasi
Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Hasanuddin
Saanin dalam Djatmika et al (1986) secara lengkap sebagai
berikut :
Kingdom
Sub kingdom
Filum
Sub filum
Kelas
Sub kelas
Ordo
Sub ordo
Famili
Genus
Spesies
: Animalia
: Metazoa
: Chordata
: Vertebrata
: Pisces
: Teleostei
: Ostariophysi
: Siluroidea
: Clariidae
: Clarias
: Clarias spp
Penyebutan nama ikan lele
di berbagai Negara berbeda-beda.
Ikan lele ada yang dikenal dengan
sebutan keli (Malaysia), plamond
(Thailand), catetrang (Jepang),
Gambar 1. Ikan lele
mali (Afrika), gura magura
(Srilangka), dan catfish (Inggris). Di berbagai daerah di
Indonesia, lele disebut ikan keli atau keeling
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
4
(Makasar/Sulawesi), lele (Pulau Jawa), pintet (Kalimantan),
kalang (Sumatera). Disebut catfish karena ikan ini
mempunyai kumis seperti kucing. Istilah ini juga berlaku bagi
jenis ikan lain yang juga berkumis, seperti : patin dan baung.
Beberapa spesies ikan lele yang ada di Indonesia
diantaranya : Clarias melanoderma, Clarias nieuhofii, Clarias
teijsmanii, Clarias macrochepalus, Clarias batrachus dan Clarias
leiacanthus (Surya Gunawan, 2009).
2.2
Ciri morfologis
Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin,
berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Lele
memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat
dari panjang tubuhnya. Kepalanya pipih ke bawah
(depressed) dengan bagian atas dan bawah kepalanya
tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk
ruangan rongga di atas insang. Di ruangan inilah terdapat
alat pernapasan tambahan berupa labirin, yang bentuknya
sertpei rimbunan dedaunan dan berwarna kemerahan.
Fungsi labirin ini untuk mengambil oksigen langsung dari
udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan lele
mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2) yang
minimum (Supardi, 2003).
Mulut terletak pada ujung moncong (terminal)
dengan dilengkapi 4 buah sungut (kumis). Mulut lele
dilengkapi gigi atau hanya berupa permukaan kasar di mulut
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
5
bagian depan. Di dekat sungut, terdapat alat olfaktori yang
berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan
yang kurang berfungsi dengan baik. Lele memiliki tiga buah
sirip tunggal, yakni sirip punggung (dorsal), sirip ekor
(caudal), dan sirip dubur (anal). Sirip punggung dan sirip
dubur tersebut berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
Sirip dadanya dilengkapi dengan sirip yang keras dan
runcing yang disebut patil. Secara umum, morfologi ikan lele
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Morfologi ikan lele (sumber : www.fao.org)
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
6
Dalam menentukan jenis kelamin antara jantan dan betina
tidak terlalu sulit. Ini dapat dilihat dari perbedaan kelamin
dan bentuk fisiknya. Umumnya, jenis kelaminnya dapat
dibedakan saat hendak dipijahkan atau matang kelamin.
Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina dapat dilihat
pada Gambar 2 dan Tabel 1.
Gambar 3. Perbedaan alat kelamin ikan lele jantan dan betina
Keterangan gambar :
A. Alat kelamin lele betina
C. Ovarium (kantung telur) 2 buah
No.
1.
B. Alat kelamin lele jantan
D. Kantong sperma (testis) lele jantan
Tabel 1. Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina
Ikan lele
Jantan
Betina
Alat kelamin menonjol, bentuknya Bentuk
kelamin
bulat,
meruncing dan berwarna kemerahan
kemerahan, dan lubangnya agak
kemerahan
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
7
2.
3.
4.
5.
Batok kepala lebih kecil dan lebih pipih
daripada betina
Perutnya ramping, dan bila diurut akan
keluar cairan putih/sperma
Gerakan lebih gesit
Warnanya lebih terang dari biasanya
2.3
Batok kepala lebih cembung dan
lebih besar daripada jantan
Perutnya gendut, bila dielus
terasa lembut dan jika diurut
keluar cairan berwarna kuning
Gerakan lebih lamban
Warnanya lebih gelap dari
biasanya
Habitat
Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan
di perairan tawar, di dataran rendah hingga sedikit payau.
Di alam, ikan lele hidup di sungai-sungai yang arusnya
mengalir secara perlahan atau lambat, kolam, danau,
waduk, rawa, serta genangan air tawar lainnya. Ikan ini
lebih menyukai perairan yang tenang, tepian dangkal dan
terlindung, ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau
menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam
(Rachmatun, 2007).
2.4
Tingkah laku
Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak
mencari makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya
berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan
lele dilengkapi pernafasan tambahan berupa modifikasi dari
busur insangnya dan bernafas dengan bantuan labirin yang
berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya,
fungsinya sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara
sekitarnya. Maka dalam keadaan tertentu ikan lele dapat
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
8
beberapa jam berdiam di permukaan tanah yang lembab
dan sedikit kadar oksigennya (Rachmatun, 2007).
2.5
Makanan dan kebiasaan makan
Ikan lele adalah pemakan hewan dan pemakan
bangkai (carnivorousscavanger). Makanannya berupa
binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (daphnia,
cladocera, copepoda), cacing, larva (jentik-jentik serangga),
siput kecil dan sebagainya. Ikan ini biasanya mencari
makanan di dasar perairan, tetapi bila ada makanan yang
terapung maka lele juga dengan cepat memakannya. Dalam
mencari makanan, lele tidak mengalami kesulitan karena
mempunyai alat peraba (sungut) yang sangat peka terhadap
keberadaan makanan, baik di dasar, pertengahan maupun
permukaan perairan. Pertumbuhan lele dapat dipacu
dengan pemberian pakan berupa pelet yang mengandung
protein minimal 25% (sesuai SNI 01-4087-2006). Jika ikan lele
diberi pakan yang banyak mengandung protein nabati, maka
pertumbuhannya lambat. (Ghufran, 2010).
Walaupun ikan lele bersifat nokturnal, akan tetapi
pada kolam pemeliharaan terutama budidaya secara intensif
lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi atau siang
hari walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberi
pada waktu malam hari. Ikan lele relatif tahan terhadap
kondisi lingkungan yang kandungan oksigennya sangat
terbatas. Pada kondisi kolam dengan padat penebaran yang
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
9
tinggi dan kandungan oksigennya minimum, ikan lele pun
masih dapat bertahan hidup (Khairuman SP, 2008).
2.6
Laju pertumbuhan
Menurut Suhenda (1988), laju pertumbuhan ikan lele
sebesar 1,25% per hari apabila diberi pakan yang
mengandung protein 45 % dan energy 3.000 Kcal/kilogram
pakan (Fuad, 2005). Di kolam tergenang, dengan diberi
pakan buatan ikan lele dumbo dapat tumbuh mencapai 300
gram dari berat awal ± 30 gram dalam waktu 2 bulan
(SEAFDEC/AQD, 1994). Sedangkan ikan lele dumbo yang
dipelihara dalam KJA dengan padat tebar 50 ekor/m3 dapat
mencapai berat 16 kilogram (Khairuman SP, 2008).
2.7
Jenis-jenis lele
Menurut Ghufran (2010), jenis-jenis ikan lele yang
sudah banyak dibudidayakan antara lain :
a. Lele lokal
Lele lokal (Clarias batrachus) merupakan lele asli
perairan umum Indonesia. Lele lokal sudah dibudidayakan
sejak tahun 1975 di daerah Blitar, Jawa Timur. Daging lele
lokal sangat gurih dan renyah karena tidak mengandung
banyak lemak. Namun pemeliharaannya memerlukan waktu
yang lebih lama dibandingkan lele dumbo (Clarias
gariepinus). Untuk mencapai ukuran 500 gram per ekor,
dibutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 1 tahun.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
10
Oleh karena itu, budidaya lele lokal tidak sebanyak lele
dumbo. Walaupun demikian, lele lokal tetap dibudidayakan
karena konsumen fanatik lele lokal cenderung tidak
menyukai daging lele dumbo.
b. Lele dumbo
Lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah ikan introduksi
yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1985. Lele
dumbo merupakan lele hybrid dari hasil persilangan lele
lokal Afrika spesies C. Mossambicus dengan lele lokal Taiwan
spesies C. Fuscus. Perkawinan silang tersebut menggunakan
C. Mossambicus jantan dan C. Fuscus betina.
Lele dumbo merupakan lele unggul, selain
pertumbuhannya cepat, ukurannya pun sangat besar. Untuk
mencapai ukuran 500 gram per ekor, lele dumbo hanya
butuh waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan. Oleh karena
itu, lele dumbo sangat popular sebagai ikan budidaya di
Indonesia. Sebagian konsumen tidak menyukai lele dumbo
karena lemaknya cukup tinggi.
c.
Lele keli
Lele keli (Clarias meladerma)
merupakan salah satu ikan lele
lokal.
Lele
keli
mulai
dibudidayakan pada tahun 1987
oleh Sub Balitkanwar Palembang
dan berhasil dipijahkan pada Gambar 4. Perbedaan bentuk kepala
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
11
tahun 1989. Lele ini banyak ditemukan di daerah Keli,
Sumatera Selatan. Karena itulah lele ini disebut “Lele Keli”.
Berdasarkan uji coba, lele keli lebih unggul dari lele
lokal. Untuk tumbuh mencapai 500 gram per ekor,
diperlukan waktu 5-6 bulan. Lele keli juga mudah
beradaptasi pada berbagai perairan tawar dan tahan
terhadap serangan penyakit, khususnya bakteri Aeromonas
yang sering menyerang ikan lele. Pertumbuhannya pun lebih
cepat dari lele lokal, meskipun masih di bawah lele dumbo.
Umumnya, lele keli mempunyai warna badan lebih gelap
(hitam kekuningan) dari lele lokal yang berwarna lebih muda
(terang), sirip-siripnya lebih lebar dari lele lokal, ukuran
kepalanya lebih besar dari lele lokal dan tidak mempunyai
patil (patilnya tidak tajam).
d. Lele sangkuriang
Lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var) merupakan
salah satu varietas atau strain unggul yang dihasilkan oleh
peneliti di Indonesia. Lele ini merupakan hasil perbaikan
genetik lele yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan melakukan
silang balik (backcross) terhadap induk lele dumbo yang ada
di Indonesia antara induk betina generasi kedua (F2) dengan
induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2
merupakan koleksi yang ada di BBPBAT Sukabumi yang
berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
12
ke Indonesia pada tahun 1985, sedangkan induk jantan F6
merupakan sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi.
Pada tahun 1994, lele sangkuriang resmi dilepas sebagai
varietas lele unggul berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. KP.26/MEN/2004 tertanggal 21
Juli 2004.
Lele sangkuriang memiliki keunggulan dibandingkan lele
dumbo. Keunggulan lele sangkuriang dibandingkan dengan
lele dumbo antara lain fekunditas telur yang lebih banyak,
yaitu mencapai 60.000 butir dengan derajat penetasan telur
> 90%, sedangkan lele dumbo hanya 30.000 butir dengan
derajat penetasan > 90%, panjang rata-rata benih lele
sangkuriang usia 26 hari dapat mencapai 3-5 cm, sedangkan
lele dumbo hanya 2-3 cm, nilai konversi pakan atau FCR lele
sangkuriang berada pada kisaran 0,8 - 1, sedangkan nilai FCR
lele dumbo lebih dari 1 (Khairuman, 2008). Perbedaan
karakter lele sangkuriang dengan lele dumbo dapat dilihat
pada Tabel 2. berikut ini.
Tabel 2. Perbedaan karakter pertumbuhan Lele Sangkuriang dengan
Lele Dumbo
Karakter Pertumbuhan
Pembeda
Lele Sangkuriang
Pendederan 1 (benih umur
5-26 hari) :
Pertumbuhan harian (%)
29,26
Panjang standar (cm)
3-5
Kelangsungan hidup (%)
>80
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
Lele Dumbo
20,38
2–3
> 80
13
Pendederan 2 (benih umur
26-40 hari) :
Pertumbuhan harian (%)
Panjang standar (cm)
Kelangsungan hidup (%)
Pembesaran :
Pertumbuhan harian selama
3 bulan (%)
Pertumbuhan harian calon
induk (%)
Konversi pakan
13,96
5-8
> 90
12,18
3–5
> 90
3,53
2,73
0,85
0,62
0,8 - 1
>1
Sumber : BBPBAT 2007
e.
Lele phiton
Lele phiton (Clarias gariepinus var) dihasilkan oleh
Kelompok Sinar Kehidupan Abadi (SKA), kelompok
pembudidaya lele Bayumundu, Pandeglang, Banten. Lele
phiton merupakan lele hasil silang antara lele dumbo asal
Thailand (lele D89F2) dengan lele dumbo asal Afrika (F6).
Lele phiton juga merupakan salah satu varietas lele
unggul yang dihasilkan oleh penangkar lokal. Ciri-ciri fisiknya
dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini.
Tabel 3. Ciri-ciri fisik lele phyton
No
1.
Bagian tubuh
Kepala
2.
Sungut
Ciri-ciri
Kecil, pipih memanjang, terdapat
punuk di bagian belakangnya
Relatif lebih panjang dibanding lele
dumbo biasa
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
14
3.
Badan
4.
Bentuk ekor
Punggung atas sampai pangkal ekor
berwarna hijau kehitaman, dengan
bintik hijau kecokelatan. Pada bagian
bawah dari depan sampai pangkal
ekor putih cerah
Bulat
Keunggulan dari lele phiton adalah pertumbuhannya
lebih cepat. Ukuran benih 7-8 cm membutuhkan waktu
sekitar 50-55 hari pemeliharaan untuk mencapai ukuran
konsumsi, sedangkan pemeliharaan ukuran benih 9-10 cm
hanya membutuhkan waktu 40-45 hari untuk mencapai
ukuran konsumsi. Disamping itu, lele phiton dapat
dibudidayakan di lingkungan yang bersuhu dingin.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
15
BAB
3
LOKASI PEMELIHARAAN
Teknologi kolam terpal merupakan salah satu
alternatif teknologi budidaya ikan yang diterapkan pada
lahan sempit, ketersediaan pasokan air terbatas, dan lahan
yang tanahnya porous terutama tanah berpasir. Lokasi yang
baik untuk budidaya lele di kolam terpal adalah area kolam
yang bebas banjir, sedangkan kuantitas dan kualitas air tidak
menjadi faktor pembatas atau air tersedia sesuai kebutuhan
(RSNI3 pembesaran lele di kolam terpal).
Pemanfataan lahan sempit atau kritis untuk
pembangunan kolam terpal perlu mempertimbangkan
beberapa aspek sebagai berikut :
1.
Aspek teknis
Kolam terpal dapat dibangun di berbagai tempat,
termasuk di halaman rumah. Beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan dalam membangun kolam terpal
yaitu :
a. Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber
air tersebut dapat berasal dari air sumur, air PAM dan
sumber air lainnya yang layak untuk digunakan.
Tetapi lebih ideal lagi apabila kolam terpal mendapat
pasokan air dari sungai, saluran irigasi, waduk atau
danau.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
16
b. Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait
dengan suhu air. Untuk budidaya ikan lele, ketinggian
yang cocok adalah 0-700 m dpl.
c. Ukuran ikan lele yang hendal dipelihara perlu
dipertimbangkan karena terkait dengan kedalaman
air didalam kolam, misalnya benih lele cocok
dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk
menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam
dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm.
d. Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata,
begitu pula dengan kerangka yang digunakan tidak
berbahan tajam karena dapat membuat terpal sobek.
Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari
pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain
berfungsi meratakan tanah, kedua bahan tersebut
dapat menstabilkan suhu.
e. Untuk kolam yang dibangun di daerah permukiman
penduduk, perlu dipikirkan penanganan limbah air
kolam. Perlu diupayakan penampungan untuk
buangan air limbah sehingga air limbah dari
pemeliharaan ikan dapat diolah lebih dahulu sebelum
dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat pula
membangun bak atau sumur resapan untuk
menampung limbah yang dibuang, atau membangun
saluran permanen yang terhubung langsung dengan
sungai atau kanal besar.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
17
Untuk parameter kualitas air yang baik untuk budidaya lele
di kolam terpal dapat dilihat dalam Tabel 4. berikut ini.
Tabel 4. Parameter kualitas air pemeliharaan lele
No
1
2
5
6
Paerameter
Suhu
pH
Oksigen terlarut
Amoniak (NH3)
Nilai
25 - 30
6,5 - 8,5
minimal 2
maksimal 0,3
Satuan
0
C
mg/l
mg/l
Sumber : RSNI3 Pembesaran lele di kolam terpal, 2011
Untuk pembesaran di kolam terpal sebaiknya lokasi
pembuatan kolam di tempat yang teduh tetapi tidak berada
dibawah pohon yang daunnya mudah rontok, dapat
memanfaatkan lahan pekarangan atau lahan marginal
lainnya. Namun bila budidaya dikembangkan dengan skala
massa, harus tetap memperhatikan tata ruang dan
lingkungan sosial sekitarnya. Artinya, kawasan budidaya
yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang
dilakukan pemerintah setempat.
2.
Aspek sosial ekonomi
Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu
mempertimbangkan faktor sosial ekonomi sebagai berikut :
a. Lokasi pemeliharaan bukanlah lokasi sengketa.
Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan
dipindahkan, sebaiknya lokasi yang dipersengketakan
tidak dipilih karena dapat merugikan.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
18
b. Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan
lele sehingga memudahkan untuk memperoleh induk
atau benih.
c. Tersedia sarana dan prasarana transportasi yang
memadai untuk memudahkan pengadaan alat,
bahan, transportasi benih, hasil panen dan lainnya.
d. Adanya alat dan bahan di sekitar lokasi dan
pengadaannya mudah.
e. Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi,
baik pasar lokal maupun pasar ekspor, serta harga
yang menjanjikan.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
19
BAB
4
4.1
BAHAN DAN ALAT
Kolam Terpal
Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun
sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat
mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah
maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk
membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh
pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga
tidak terjadi kebocoran.
Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik
bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang
diinginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di
pekarangan ataupun di halaman rumah. Lahan yang
digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang
belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan,
tetapi kurang produktif. Keuntungan dari kolam terpal
adalah :
a.
Terhindar dari pemangsaan ikan liar.
b. Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat
untuk memudahkan pergantian air maupun panen.
Selain itu untuk mempermudah penyesuaian
ketinggian air sesuai dengan usia ikan.
c.
Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
20
d.
Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat
tampak bersih, dan tidak berbau dibandingkan
pemeliharaan di wadah lainnya.
Gambar 5. Kolam terpal pemeliharaan lele
Langkah-langkah pembuatan kolam terpal (Ghufran,
2010) adalah sebagai berikut :
1.
Kolam terpal dengan kerangka bambu/kayu
Kolam
terpal
dengan
kerangka bambu atau kayu
dibuat di atas permukaan
tanah.
Ukuran
kolam
disesuaikan dengan luas lahan
yang tersedia. Ukuran kolam
yang
dibuat
disesuaikan
Gambar 6. Rangka bambu
dengan
ukuran
terpal,
misalnya : 2x3x1 meter, 4x5x1 meter, 6x4x1 meter, atau
4x8x1 meter. Langkah-langkah pembuatannya adalah
sebagai berikut :
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
21
a. Persiapkan lahan untuk kolam terpal dengan
membersihkannya
dari
benda-benda
yang
mengganggu seperti rumput dan lainnya, kemudian
ratakan tanah.
b. Jika tanah tidak rata atau miring, perataan dapat
dilakukan dengan menggunakan pelepah pisang atau
sekam padi dengan ketebalan sekitar 10 cm. Selain
dapat meratakan tanah, kedua bahan tersebut juga
dapat menstabilkan suhu.
c. Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu dan
tancapkan di setiap sudut kolam. Jika kolam terpal
yang dibangun lebih dari satu petak, atur tata letaknya
agar terlihat rapi.
d. Untuk membuat kerangka, bambu/kayu dipotong
sesuai ukuran kolam yang akan dibuat. Untuk
menyatukan kerangka ke tiang, dapat menggunakan
paku, tali atau kawat. Sedangkan untuk membuat
dinding bisa menggunakan bambu, kayu atau papan.
e.
Jika kerangka sudah terbentuk, atur kemiringannya ke
salah satu sisi untuk memudahkan pengeringan kolam
dan pemanenan ikan.
f.
Setelah kerangka kolam terpal selesai, langkah
selanjutnya adalah memasang plastic terpal. Siapkan
terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam berukuran
6x4x1 meter gunakan terpal berukuran 8x6 meter,
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
22
sedangkan untuk kolam ukuran 4x5 meter gunakan
terpal berukuran 6x7 meter. Bagian sudut terpal dilipat
agar terlihat rapi dan tidak mengerut, dan di bagian
dinding kolam paling atas terpal dijepit dengan bilah
bambu.
g. Pada salah satu sudut yang telah diatur kemiringannya
dipasang paralon sebagai saluran pembuangan air.
h. Isi air ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman
sesuai kebutuhan. Bila bocor, segera lakukan
penambalan.
2.
Kolam terpal dengan kerangka pipa/besi
Kolam terpal dengan kerangka
pipa atau besi merupakan
kolam terpal di atas permukaan
tanah. Pembuatannya sama
seperti pembuatan kolam
terpal dengan kerangka bambu
atau kayu, hanya teknik
pembuatannya
saja
yang
sedikit
berbeda
sebagai
berikut:
Gambar 7. Rangka pipa/besi
a. Siapkan lahan dengan meratakan tanah.
b. Jika menggunakan pipa ledeng, penyambungan pipa
dilakukan dengan menggunakan bengkokan pipa,
sedangkan bila menggunakan besi siku maka dapat
dilakukan dengan cara dilas.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
23
c. Selanjutnya kerangka dipasangi dinding dari kawat
anyam dan dipasangi plastik terpal. Bagian tepi terpal
yang telah dilubangi dengan ring logam dimasukkan
tali untuk mengikatkan terpal ke pipa atau kawat
anyam.
d. Pasang pipa paralon atau PVC untuk saluran
pembuangan. Selanjutnya kolam telah siap diisi air.
3.
Kolam terpal dengan dinding batako
Kolam
terpal
dengan
dinding batako atau batu
bata juga merupakan kolam
terpal di atas permukaan
tanah.
Pembuatannya
sangat
mudah
dan
sederhana karena hanya
Gambar 8. Dinding batako
membutuhkan dinding penahan dari batako atau batu bata.
Kelemahannya hanya mudah roboh terutama bila dinding
penahan kurang tebal. Cara pembuatannya sebagai berikut :
a. Siapkan lahan dengan meratakan tanah.
b. Susun batako atau batu bata membentuk pondasi atau
pematang dengan ketinggian yang diinginkan. Lebar
susunan batako minimal 30 cm.
c. Jika dinding kolam sudah terbentuk, pasang plastik
terpal. Ujung terpal menutup bagian atas pondasi atau
pematang (susunan batako), kemudian ditindih lagi
dengan batako atau pot tanaman.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
24
d. Pasang pipa paralon atau PVC untuk saluran
pembuangan. Selanjutnya, kolam siap diisi air.
4.
Kolam terpal dengan dinding tanah
Kolam terpal dengan dinding
tanah adalah kolam terpal di
bawah permukaan tanah.
Biasanya kolam terpal ini
dibangun pada tanah yang
poros. Kelebihan kolam ini
adalah suhu air lebih stabil
Gambar 9. Dinding tanah
dibandingkan dengan kolam terpal yang dibangun di atas
permukaan tanah. Cara pembuatannya sebagai berikut :
a. Siapkan lahan untuk kolam terpal dengan cara
membersihkannya
dari
benda-benda
yang
mengganggu seperti rumput dan pepohonan.
b. Jika ingin membuat kolam terpal berukuran 6x4 meter,
lakukan penggalian tanah sedalam 50-60 cm. Rapikan
galian dan bentuk pematang.
c. Jika kolam sudah terbentuk, plastik terpal berukuran
8x6 meter siap untuk dipasang. Bagian atas terpal
dapat dijepit atau ditimbun dengan tanah agar
posisinya tidak berubah.
d. Pasang pipa paralon atau PVC untuk saluran
pembuangan. Selanjutnya kolam siap untuk diisi air.
e. Untuk mencegah kolam dari banjir, buatkan tanggul
penahan yang tinggi.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
25
5.
Kolam terpal dengan dinding kolam beton
Kolam atau bak beton
berlapis terpal bisa berupa
kolam yang dibangun diatas
permukaan tanah atau kolam
yang dibangun dibawah
permukaan tanah. Kolam
Gambar 10. Dinding kolam beton
beton yang dilapisi plastik
biasanya dikarenakan retak atau bocor, sedangkan kolam
tanah yang dilapisi plastik biasanya dikarenakan tanahnya
poros. Cara pembuatannya sebagai berikut :
a. Kolam yang akan dilapisi terpal dibersihkan dari bendabenda yang mengganggu.
b. Pastikan di dasar kolam tidak ada air, sehingga pada
saat pemasangan terpal tidak akan menggelembung.
c. Ukuran kolam biasanya sangat luas sehingga terpal
yang tersedia tidak sesuai. Untuk mengatasinya, terpal
dapat disambung dengan cara di pres.
d. Pasang terpal hingga rapat ke tepi, lipat bagian
sudutnya agar terlihat rapi. Bagian atas terpal dijepit
dengan kayu atau ditindih dengan batako.
e. Pasang pipa paralon atau PVC pada tempat yang
ditentukan. Selanjutnya kolam siap untuk diisi air.
Kelebihan dan kekurangan kolam terpal dengan
berbagai bentuk dan bahan sebagai berikut :
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
26
Tabel 5. Perbedaan berbagai jenis kolam terpal
Jenis Kolam Terpal
Kolam terpal diatas
permukaan tanah





Kolam terpal dalam
tanah




Kolam terpal
dengan kerangka
bambu kayu
Kelebihan
Praktis dan lebih
mudah
pembuatannya
Ikan tidak mudah
lepas
Tidak mudah
terkena banjir
Pemanenan lebih
mudah
Serangan hama bisa
dieliminir
Investasi lebih kecil
Kolam lebih kuat
dan tidak mudah
rusak
Lebih mudah untuk
mengisi air
Suhu air lebih stabil
 Mudah dan praktis,
terutama untuk
ukuran cukup besar
 Biaya lebih murah
 Bisa di lahan
terbatas
Kekurangan
 Bila konstruksi
kolam tidak kuat
mudah jebol
 Suhu kurang stabil
 Lebih rawan
terhadap predator
 Lebih mudah
terkena banjir
 Lebih sulit untuk
membuat saluran
pembuangan air
 Investasi lebih
besar
 Kalau di daerah
rayap tidak tahan
lama
 Bila tidak kuat
pengunci/pengikat
nya, kolam bisa
pecah
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
27
Kolam terpal
dengan kerangka
besi
Kolam terpal
dengan kerangka
pipa
4.2
 Lebih kuat
 Praktis dibuat pada
lahan sempit
 Bila berkarat,
dapat merusak
terpal
 Biaya relatif mahal
 Agak sulit dalam
pembuatannya
 Agak kuat, yakni
 Membuatnya lebih
bila anyaman rapat
sulit
 Lebih praktis (knock  Bila anyaman tidak
down)
rapat, kerangka
bisa melengkung
 Praktis untuk lahan
sempit
Peralatan
Beberapa jenis peralatan lapangan yang diperlukan
selama proses produksi diantaranya adalah alat sortir,
hapa/waring, ember, serok, alat timbang dan pompa bila
diperlukan. Alat-alat tersebut biasanya dipakai untuk
memanen ikan atau pada saat kegiatan sampling
pertumbuhan bobot tubuh ikan. Untuk grading dilakukan
setiap 3 minggu - 1 bulan sekali pada ukuran 30 - 50 gram
dan 1 bulan berikutnya ukuran ikan 75-100 gram.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
28
Gambar 11. Timbangan, serok dan ember (kiri ke kanan)
Selain peralatan lapangan tersebut diatas,
dibutuhkan juga alat untuk monitoring kualitas air seperti :
termometer, pH indikator (kertas lakmus), DO meter, water
test kit dan lainnya. Monitoring kesehatan ikan dan
lingkungan sebaiknya dilakukan secara periodik minimal 2
minggu sekali atau bila terjadi perubahan kualitas air yang
ekstrim.
4.3
Persiapan kolam
Persiapan kolam untuk budidaya lele di kolam terpal
meliputi : pembersihan dasar dan pinggir kolam, desinfeksi,
pengisian air serta pemupukan. Desinfeksi kolam terpal
dilakukan dengan menggunakan desinfektan yang sudah
terdaftar. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan
plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami
bagi benih lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
organik/kandang yang sudah dikomposkan dengan dosis
250 gram/m2. Tahapan pemupukannya adalah mula-mula
kolam diisi air setinggi 50 cm dan dibiarkan selama satu
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
29
minggu sampai warna air kolam berubah menjadi kehijauan.
Ini menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang
tumbuh sebagai makanan alami lele. Kemudian secara
bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele
ditebar.
Pertumbuhan pakan alami pada media pemeliharaan
(fitoplankton dan zooplankton) juga dapat dibantu dengan
penggunaan probiotik yang telah terdaftar di Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. Penggunaan probiotik yang
berlebihan (baik yang dicampur dalam pakan maupun
ditebar langsung pada badan air/kolam) bukanlah tindakan
yang bijak. Idealnya jenis dan takaran probiotik untuk setiap
kolam berbeda-beda, tergantung dari kondisi masingmasing kolam berdasarkan hasil pemantauan berkala
terhadap nilai pH (derajat keasaman), DO (oksigen terlarut),
salinitas, suhu serta tingkat kejernihan air kolam, dan
lainnya. Jenis dan
kepadatan/konsentrasi kandungan
bakteri pada setiap merk produk probiotik berbeda-beda.
Dengan demikian penggunaannya pun hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pemakaian probiotik yang
berlebihan justru tidak tepat sasaran.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
30
BAB
5
PENEBARAN BENIH
Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih disuci
hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan air
garam dengan dosis 2-5 ppm selama 5-10 menit. Penebaran
benih hendaknya dilakukan pada pagi/sore hari. Pada kedua
kondisi ini umumnya perbedaan nilai suhu air pada
permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar. Jika
perbedaan suhu air wadah benih dan air kolam tebar cukup
signifikan, maka perlu dilakukan upaya penyamaan suhu air
wadah benih secara bertahap terlebih dahulu agar benih
tidak stres saat ditebarkan.
Kedalaman air kolam tebar pun hendaknya
disesuaikan dengan jumlah dan ukuran benih. Sedapat
mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik
matahari secara langsung. Sebaiknya benih ikan tidak
ditebar langsung dari wadah ke kolam. Cara yang sering
dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan
benih ikan ke dalam kolam tebar secara hati-hati, perlahan
dan bertahap. Benih ikan akan mendapat kesempatan
beradaptasi (walau sebentar) dengan lingkungan air kolam
tebar sedini mungkin meskipun masih berada dalam
wadahnya. Kemudian benih ikan dibiarkan keluar dengan
sendirinya dari wadah secara bertahap menuju lingkungan
air kolam tebar.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
31
Gambar 12. Benih ikan lele
Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan
sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih
menuju lingkungan yang baru. Hal ini berarti bahwa
perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam
dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Benih
lele yang ditebar berukuran 8-12 cm (sesuai SNI 01-6484.22000) dengan padat tebar 200 ekor/m2.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
32
BAB
6
PEMBERIAN PAKAN
Dalam usaha budidaya, pakan merupakan komponen
biaya terbesar selama pemeliharaan yaitu berkisar antara
80-85% dari total biaya produksi. Kebutuhan pakan yang
berkualitas sangat berpengaruh bagi pertumbuhan lele.
Ada dua jenis pakan yang dibutuhkan dalam
budidaya lele, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Benih
lele sangat menyukai pakan alami, berupa zooplankton
seperti : rotifer sp, moina sp atau daphnia sp, termasuk
serangga air yang ada pada media hidupnya. Upaya untuk
menumbuhkan pakan alami dapat dilakukan dengan
menambahkan pupuk organik pada saat persiapan kolam
pemeliharaan. Jumlah pupuk yang diperlukan, sangat
bergantung pada tingkat kesuburan lahan. Tetapi pada
umumnya dosis pupuk organik adalah 250-500 gram/m2.
Pakan buatan yang diberikan harus memenuhi
kebutuhan optimal protein bagi pertumbuhan ikan. Pakan
yang digunakan harus sesuai dengan SNI dan harus terdaftar
pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk
budidaya lele. Syarat mutu pakan buatan untuk budidaya
ikan lele sesuai SNI dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
33
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tabel 6. Syarat mutu pakan buatan ikan lele
Persyaratan
Benih
Pembesaran
Satuan
Jenis Uji
Grower/finisher
(as feed)
12
12/12
Kadar air, maksimal
%
13
13/13
Kadar abu, maksimal
%
30
28/25
Kadar protein, minimal
%
5
5/5
Kadar lemak, minimal
%
6
8/8
Kadar serat kasar, maksimal
%
0,20
0,20
Non protein nitrogen, maksimal
%
<2
2-3/3-4
Diameter pelet
mm
80
80
Floating rate, min
%
15/5
15/5
Kestabilan dalam air, min
menit
Kandungan mikroba/toksin
<50
<50
-Aflatoxin
ppb
-Salmonella
kol/g
- (neg)
- (neg)
0
0
Kandungan antibiotik
g/kg
Nitrofuran
Ronidozol
Dapson
Chloramphenicol
Cholichicin
Chlorpromazone
Trichlorfon
Dimetildazole
Metrodazole
Aristolochia spp
Sumber : SNI Nomor 01-4087-2006, SNI Budidaya Air Tawar 2010
Pertumbuhan lele relatif cepat sehingga disarankan
untuk melakukan sampling setiap bulan untuk menentukan
kesesuaian jumlah pakan yang harus diberikan.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
Induk
12
13
30
5
8
0,20
>4
80
15/5
<50
- (neg)
0
34
Gambar 13. Pelet apung (kiri) dan tenggelam (kanan)
Penentuan jumlah pakan adalah dengan cara
sampling yaitu mengambil beberapa ekor ikan dan
menimbang bobotnya, sehingga dapat diduga bobot total
(biomass) sebagai berikut :
Bobot total = rata-rata bobot ikan sampling x jumlah ikan total
Pakan buatan ini diberikan dengan dosis 2-3 % dari
bobot biomassa per hari dan frekuensi pemberiannya
sebanyak 2-3 kali sehari (pagi, siang dan sore). Pemberian
pakan buatan diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu
pakan berupa bentuk serbuk halus. Kemudian berangsurangsur gunakan pelet diameter 1 milimeter, lalu beralih ke
pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele). Hal
ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan
lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir
terjadinya variasi ukuran ikan lele selama pertumbuhan.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
35
BAB
7
PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN
LINGKUNGAN
Kegiatan budidaya lele sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada
kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat
buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik,
morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari
kondisi normal karena beberapa penyebab baik dari dalam
(internal) maupun dari luar (eksternal).
Beberapa upaya yang harus dilakukan dalam rangka
pengendalian penyakit secara keseluruhan antara lain :
1. Persiapan lahan/wadah budidaya yang baik :
pengeringan, pengapuran, pembalikan tanah dasar,
dan lainnya.
2. Desinfeksi semua wadah dan peralatan sebelum dan
selama proses produksi.
3. Menjaga kualitas air pemeliharaan tetap pada kondisi
yang optimal untuk kehidupan ikan yang
dibudidayakan.
4. Melakukan penebaran dengan padat tebar yang
sesuai untuk mengurangi terjadinya kontak antar
ikan secara langsung dan untuk menghindari
kanibalisme.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
36
5. Seleksi induk/benih dengan cara penggunaan benih
yang sehat (melalui screaning PCR) dan atau telah
tersertifikasi.
6. Pemberian imunostimulan dan vitamin C untuk
menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan
tubuh ikan secara rutin selama pemeliharaan.
7. Vaksinasi terhadap induk/benih untuk meningkatkan
kekebalan ikan.
Pengobatan atau penyembuhan merupakan
tindakan yang perlu dilakukan apabila alternatif
penyembuhan lainnya sudah tidak memberikan hasil yang
signifikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal
pengobatan adalah :
a. Dosis dan waktu pengobatan harus tepat (sesuai
dengan petunjuk yang tertera dalam label).
b. Pengobatan dapat dilakukan secara langsung pada
ikan sakit atau melalui pakan dengan menggunakan
obat yang sudah terdaftar.
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan
oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur,
dan protozoa yang berukuran kecil. Berikut ini beberapa
jenis penyakit yang menyerang ikan lele :
1. Penyakit Merah
Penyebab : Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas
hydrophylla
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
37
Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage
(cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini
digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5
mikron.
Gejala :
 Warna tubuh kusam/gelap, nafsu makan menurun,
mengumpul dekat saluran pembuangan, kulit kasat, dan
ekses lender.
 Pendarahan pada pangkal sirip, ekor, sekitar anus dan
bagian tubuh lainnya.
 Sisik lepas, luka di sekitar mulut, dan bagian tubuh
lainnya.
 Pada infeksi berat, perut lembek dan bengkak yang
berisi cairan merah kekuningan.
 Ikan mati lemas sering ditemukan di permukaan maupun
dasar kolam.
Pengendalian :
 Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses
pemeliharaan.
 Pemberian unsur imunostimulan (penambahan vitamin C
pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan.
 Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama
mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau
meningkatkan frekuensi penggantian air baru.
 Perendaman dengan larutan garam dapur dengan
konsentrasi 500-1.000 ppm selama 24 jam.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
38
Gambar 14 . Ikan lele yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila,
mengalami bengkak pada bagian perut (dropsy)
Dari gambar di atas terlihat jelas terjadi
pembengkakan pada perut ikan lele yang berisi cairan
berwarna kekuningan.
2. Penyakit Pseudominiasis
Penyebab : Bakteri Pseudomonas spp.
Gejala :
 Ikan lemah, bergerak agak lambat, bernapas megapmegap di permukaan air.
 Waerna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap.
 Terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar
tubuhnya dan kerusakan pada sirip, insang dan kulit.
Pengendalian :
 Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama
mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau
meningkatkan frekuensi penggantian air baru.
 Kurangi pemberian pakan dan jumlah ikan dalam kolam.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
39

Perendaman dalam larutan garam dapur 500-1000 ppm.
Gambar 15. Ikan lele yang terinfeksi bakteri Pseudomonas spp.,
mengalami pendarahan pada seluruh bagian tubuh
3. Penyakit Saprolegniasis
Penyebab : Saprolegnia spp. dan Achlya spp.
Gejala :
 Serangan bersifat akukronis hingga akut, dapat
mengakibatkan kematian hingga 100%.
 Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertile untuk
memproduksi spora infektif.


Pengendalian :
Menaikkan dan mempertahankan suhu air ≥ 280C
dan/atau penggantian air baru yang lebih sering.
Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil selama 10-60
menit.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
40
4. Penyakit bintik putih dan gatal/Trichodiniasis
Penyebab : Ichthyophthirius multifilis.
Gejala :
 ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di
permukaan air.
 Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip
dan insang.
 Ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau
dinding kolam.
Pengendalian :
 air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
 Perendaman dengan larutan garam dapur dengan
konsentrasi 500-1.000 ppm selama 24 jam, kemudian
ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3
hari.
Gambar 16. Parasit Ichthyophthirius multifiliis, sel yang dipenuhi
oleh nutrisi dan makro-nukleus yang menyerupai bentuk
tapal kuda.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
41
BAB
8
PEMANENAN
Pemanenan ikan lele di kolam terpal dapat dilakukan
dengan cara panen sortir atau dengan panen sekaligus
(semua). Panen sortir adalah dengan memilih ikan yang
sudah layak untuk dikonsumsi/sesuai dengan keinginan
pasar, kemudian ukuran yang kecil dipelihara kembali. Panen
sekaligus biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan
dapat dipanen semua dengan ukuran yang sesuai keinginan
pasar.
Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah
dibesarkan selama 50-80 hari, dengan ukuran panen antara
75-150 gram/ekor. Umumnya, sintasan dalam budidaya lele
di kolam terpal sebesar 80 - 90 % dan FCR (maksimal) nya
adalah 1,3. Pemanenan dilakukan dengan cara membuka
saluran pembuangan air kolam. Ikan lele akan berkumpul,
sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring
atau lambit. Cara lain pemanenan yaitu dengan
menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu
diletakkan di dasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan,
ikan lele akan masuk ke dalam ruas bambu/paralon, maka
dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele
hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa
ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus
mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut
diangkut untuk dipasarkan.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
42
Gambar 17. Ikan lele ukuran konsumsi
Ikan-ikan yang dipanen kemudian dipacking dalam
kemasan plastik untuk diangkut/dipasarkan, dengan terlebih
dahulu dilakukan pemberokan guna mengurangi kematian
ikan sampai daerah pemasaran.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
43
BAB
9
ANALISA USAHA
Di dalam dunia bisnis, analisa usaha merupakan
kegiatan yang sangat penting, karena dari analisa usaha
tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha
tersebut. Analisa usaha lele sangatlah bervariasi, dan ini
disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang
dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, alat dan bahan yang
digunakan, serta letak lokasi usaha. Besarnya biaya yang
tercantum dalam analisa usaha ini dapat berubah setiap
waktu menurut kondisi, besar usaha serta pasarnya.
Tabel 7. Analisa usaha pembesaran ikan lele di kolam terpal
No.
I
1
2
II
1
2
3
4
III
1
2
IV
1
URAIAN
INVESTASI
Kolam terpal
Peralatan
Jumlah
MODAL KERJA
Benih
Pakan
Tenaga kerja
Persiapan kolam
Jumlah
JUMLAH MODAL
Investasi
Modal kerja
Jumlah
RUGI-LABA
Hasil produksi
VOLUME SATUAN
HARGA
NILAI
10
1
unit
paket
500.000
100.000
5.000.000
100.000
5.100.000
20.000
2.000
1
10
ekor
kg
Orang
Paket
250
6.000
1.000.000
50.000
5.000.000
12.000.000
2.000.000
500.000
19.500.000
5.100.000
19.500.000
24.600.000
2.000
kg
11.000
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
22.000.000
44
2
a
b
Biaya operasional
Modal kerja
Penyusutan
Jumlah
Keuntungan
Per tahun
Keterangan
1 siklus
1 tahun
I unit
FCR
SR
Kepadatan
Ukuran benih
Tenaga kerja
Peralatan
R/C ratio :
Cash flow
Payback period
19.500.000
1.020.000
20.520.000
1.480.000
5.920.000
: 2 (dua) bulan
: 4 (empat) siklus
: 10 m2
:1
: 80%
: 200 ekor/m2
: 8-12 cm/ekor
: 1 (satu) orang x 2 bulan x Rp. 1.000.000
: seser, timbangan, ember
penerimaan total / biaya total
Rp. 22.000.000 / Rp.19.500.000
1,13
Artinya, setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan
akan mendapatkan
penerimaan sebesar Rp. 1,13
keuntungan + biaya penyusutan
Rp. 5.920.000 + Rp. 1.020.000
Rp. 6.940.000
(biaya investasi + biaya variabel)/cash flow
(dlm tahun)
(Rp.5.100.000+Rp.19.500.000)/Rp.4.940.000
4,98 tahun
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
45
Biaya per kg
total biaya produksi / total panen
Rp. 20.520.000 / 2000 kg
Rp. 10.260,00
Rentabilitas ekonomi keuntungan / (biaya investasi + biaya
variabel) x 100%
Rp. 5.920.000 / (Rp. 5.100.000 + Rp.
19.500.000) x 100%
24,06 %
Break Event Point biayatetap/(1-(biaya variabel/pendapatan)
(BEP)
atau
titik Rp. 1.020.000 / (1- (Rp. 19.500.000 /
impas
Rp.22.000.000
Rp. 1.020.000 / (1-0,88)
Rp. 1.020.000 / 0,12
Rp. 8.500.000
BEP volume
total biaya produksi / harga jual per kg
Rp. 18.820.000 / Rp. 11.000
1710,91 kg/thn
Artinya, titik impas usaha dicapai pada
hasil ikan minimal 1710.91 kg/thn
BEP harga
total biaya produksi / total produksi
Rp. 20.520.000 / 2000
Rp. 10.260 kg/thn
Artinya, titik impas usaha dicapai pada
harga ikan minimal Rp. 10.260/kg
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
46
DAFTAR PUSTAKA
Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya
Ikan Lele. C.V Simplex. Jakarta.
Ghufran M. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal.
Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Khairuman SP, 2008. Toguan Sihombing, Khairul Amri,
S.Pi,M.Si. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal.
Agromedia Pustaka.
Rachmatun. S, Dra dan Suyanto. 2007. Budidaya Ikan Lele
(Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta.
Statistik Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011.
Statistik Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Jakarta.
Supardi Lee. 2003. Kiat Sukses Budidaya Lele di Lahan
Sempit.
Surya Gunawan. 2009. Kiat Sukse Budidaya Lele di Lahan
Sempit. Agromedia Pustaka. Jakarta
__________. SNI 01-6484-2000. Benih ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) kelas benih sebar. Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
__________. 2011. RSNI3 Pembesaran ikan lele (Clarias spp.)
di Kolam Terpal. Jakarta.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
47
__________. 2010. Pakan buatan untuk ikan lele dumbo
(Clarias gariepinus) SNI 01-4087-2006. SNI
Budidaya Air Tawar. Direktorat Produksi,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta.
Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal
Download