1 BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan berpotensi besar untuk usaha budidaya ikan lele. Sumberdaya perairan Indonesia meliputi perairan umum (sungai, waduk dan rawa), sawah (mina padi), dan kolam dengan total luas lahan 605.990 hektar. Perairan umum seluas 141.690 hektar, sawah (mina padi) seluas 88.500 hektar, dan perairan kolam seluas 375.800 hektar (Anonim, 1994). Dengan potensi perairan tawar yang sangat besar tersebut, Indonesia baru mampu memproduksi 6,7 juta ton ikan/tahun. Hal ini tentu saja masih jauh di bawah produksi dunia yang mencapai 100 juta ton ikan per tahun (Ade, dkk,1994). Ketersediaan sumberdaya perairan yang luas dan sumber daya manusia merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan mengembangkan produksi ikan lele di Indonesia dan sampai tahun 2010 produksi ikan lele mencapai 242.811 ton (Statistik DJPB, 2011). Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang berasal dari Filipina yaitu lele dumbo (Clarias gariepinus) dan lele lokal (Clarias batrachus) dan sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 2 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Seiring dengan semakin tingginya permintaan ikan lele, membuat peluang bisnis budidayanya semakin terbuka. Budidaya ikan lele, baik pembenihan maupun pembesaran dapat dijalankan dengan modal besar, tetapi dengan jumlah modal terbataspun dapat dilakukan. Kini, budidaya lele umumnya dikelola secara intensif. Budidaya lelepun sebagai rantai awal bisnis lele mempunyai peluang yang cukup besar untuk mendukung pemerintah dalam program membuka lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Secara ekonomis, usaha budidaya lele sangat menguntungkan karena ikan lele memiliki nilai ekonomi yang tinggi, tidak memerlukan perawatan yang rumit asalkan airnya cukup dan layak, penghasil protein yang tinggi sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi masyarakat, harga jualnya terjangkau oleh masyarakat, serta mudah didapatkan di pasaran. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 3 BAB f 2 2.1 BIOLOGI IKAN LELE Klasifikasi Klasifikasi ikan lele dumbo menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) secara lengkap sebagai berikut : Kingdom Sub kingdom Filum Sub filum Kelas Sub kelas Ordo Sub ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Metazoa : Chordata : Vertebrata : Pisces : Teleostei : Ostariophysi : Siluroidea : Clariidae : Clarias : Clarias spp Penyebutan nama ikan lele di berbagai Negara berbeda-beda. Ikan lele ada yang dikenal dengan sebutan keli (Malaysia), plamond (Thailand), catetrang (Jepang), Gambar 1. Ikan lele mali (Afrika), gura magura (Srilangka), dan catfish (Inggris). Di berbagai daerah di Indonesia, lele disebut ikan keli atau keeling Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 4 (Makasar/Sulawesi), lele (Pulau Jawa), pintet (Kalimantan), kalang (Sumatera). Disebut catfish karena ikan ini mempunyai kumis seperti kucing. Istilah ini juga berlaku bagi jenis ikan lain yang juga berkumis, seperti : patin dan baung. Beberapa spesies ikan lele yang ada di Indonesia diantaranya : Clarias melanoderma, Clarias nieuhofii, Clarias teijsmanii, Clarias macrochepalus, Clarias batrachus dan Clarias leiacanthus (Surya Gunawan, 2009). 2.2 Ciri morfologis Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan bersungut atau berkumis. Lele memiliki kepala yang panjang, hampir mencapai seperempat dari panjang tubuhnya. Kepalanya pipih ke bawah (depressed) dengan bagian atas dan bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga di atas insang. Di ruangan inilah terdapat alat pernapasan tambahan berupa labirin, yang bentuknya sertpei rimbunan dedaunan dan berwarna kemerahan. Fungsi labirin ini untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi oksigen (O2) yang minimum (Supardi, 2003). Mulut terletak pada ujung moncong (terminal) dengan dilengkapi 4 buah sungut (kumis). Mulut lele dilengkapi gigi atau hanya berupa permukaan kasar di mulut Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 5 bagian depan. Di dekat sungut, terdapat alat olfaktori yang berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan yang kurang berfungsi dengan baik. Lele memiliki tiga buah sirip tunggal, yakni sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal), dan sirip dubur (anal). Sirip punggung dan sirip dubur tersebut berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Sirip dadanya dilengkapi dengan sirip yang keras dan runcing yang disebut patil. Secara umum, morfologi ikan lele dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini. Gambar 2. Morfologi ikan lele (sumber : www.fao.org) Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 6 Dalam menentukan jenis kelamin antara jantan dan betina tidak terlalu sulit. Ini dapat dilihat dari perbedaan kelamin dan bentuk fisiknya. Umumnya, jenis kelaminnya dapat dibedakan saat hendak dipijahkan atau matang kelamin. Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 1. Gambar 3. Perbedaan alat kelamin ikan lele jantan dan betina Keterangan gambar : A. Alat kelamin lele betina C. Ovarium (kantung telur) 2 buah No. 1. B. Alat kelamin lele jantan D. Kantong sperma (testis) lele jantan Tabel 1. Perbedaan antara ikan lele jantan dan betina Ikan lele Jantan Betina Alat kelamin menonjol, bentuknya Bentuk kelamin bulat, meruncing dan berwarna kemerahan kemerahan, dan lubangnya agak kemerahan Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 7 2. 3. 4. 5. Batok kepala lebih kecil dan lebih pipih daripada betina Perutnya ramping, dan bila diurut akan keluar cairan putih/sperma Gerakan lebih gesit Warnanya lebih terang dari biasanya 2.3 Batok kepala lebih cembung dan lebih besar daripada jantan Perutnya gendut, bila dielus terasa lembut dan jika diurut keluar cairan berwarna kuning Gerakan lebih lamban Warnanya lebih gelap dari biasanya Habitat Habitat atau lingkungan hidup lele banyak ditemukan di perairan tawar, di dataran rendah hingga sedikit payau. Di alam, ikan lele hidup di sungai-sungai yang arusnya mengalir secara perlahan atau lambat, kolam, danau, waduk, rawa, serta genangan air tawar lainnya. Ikan ini lebih menyukai perairan yang tenang, tepian dangkal dan terlindung, ikan lele memiliki kebiasaan membuat atau menempati lubang-lubang di tepi sungai atau kolam (Rachmatun, 2007). 2.4 Tingkah laku Ikan lele bersifat nokturnal yaitu aktif bergerak mencari makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele dilengkapi pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya dan bernafas dengan bantuan labirin yang berbentuk seperti bunga karang di bawah badannya, fungsinya sebagai penyerap oksigen yang berasal dari udara sekitarnya. Maka dalam keadaan tertentu ikan lele dapat Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 8 beberapa jam berdiam di permukaan tanah yang lembab dan sedikit kadar oksigennya (Rachmatun, 2007). 2.5 Makanan dan kebiasaan makan Ikan lele adalah pemakan hewan dan pemakan bangkai (carnivorousscavanger). Makanannya berupa binatang-binatang renik, seperti kutu-kutu air (daphnia, cladocera, copepoda), cacing, larva (jentik-jentik serangga), siput kecil dan sebagainya. Ikan ini biasanya mencari makanan di dasar perairan, tetapi bila ada makanan yang terapung maka lele juga dengan cepat memakannya. Dalam mencari makanan, lele tidak mengalami kesulitan karena mempunyai alat peraba (sungut) yang sangat peka terhadap keberadaan makanan, baik di dasar, pertengahan maupun permukaan perairan. Pertumbuhan lele dapat dipacu dengan pemberian pakan berupa pelet yang mengandung protein minimal 25% (sesuai SNI 01-4087-2006). Jika ikan lele diberi pakan yang banyak mengandung protein nabati, maka pertumbuhannya lambat. (Ghufran, 2010). Walaupun ikan lele bersifat nokturnal, akan tetapi pada kolam pemeliharaan terutama budidaya secara intensif lele dapat dibiasakan diberi pakan pelet pada pagi atau siang hari walaupun nafsu makannya tetap lebih tinggi jika diberi pada waktu malam hari. Ikan lele relatif tahan terhadap kondisi lingkungan yang kandungan oksigennya sangat terbatas. Pada kondisi kolam dengan padat penebaran yang Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 9 tinggi dan kandungan oksigennya minimum, ikan lele pun masih dapat bertahan hidup (Khairuman SP, 2008). 2.6 Laju pertumbuhan Menurut Suhenda (1988), laju pertumbuhan ikan lele sebesar 1,25% per hari apabila diberi pakan yang mengandung protein 45 % dan energy 3.000 Kcal/kilogram pakan (Fuad, 2005). Di kolam tergenang, dengan diberi pakan buatan ikan lele dumbo dapat tumbuh mencapai 300 gram dari berat awal ± 30 gram dalam waktu 2 bulan (SEAFDEC/AQD, 1994). Sedangkan ikan lele dumbo yang dipelihara dalam KJA dengan padat tebar 50 ekor/m3 dapat mencapai berat 16 kilogram (Khairuman SP, 2008). 2.7 Jenis-jenis lele Menurut Ghufran (2010), jenis-jenis ikan lele yang sudah banyak dibudidayakan antara lain : a. Lele lokal Lele lokal (Clarias batrachus) merupakan lele asli perairan umum Indonesia. Lele lokal sudah dibudidayakan sejak tahun 1975 di daerah Blitar, Jawa Timur. Daging lele lokal sangat gurih dan renyah karena tidak mengandung banyak lemak. Namun pemeliharaannya memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan lele dumbo (Clarias gariepinus). Untuk mencapai ukuran 500 gram per ekor, dibutuhkan waktu pemeliharaan sekitar 1 tahun. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 10 Oleh karena itu, budidaya lele lokal tidak sebanyak lele dumbo. Walaupun demikian, lele lokal tetap dibudidayakan karena konsumen fanatik lele lokal cenderung tidak menyukai daging lele dumbo. b. Lele dumbo Lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah ikan introduksi yang didatangkan ke Indonesia pada tahun 1985. Lele dumbo merupakan lele hybrid dari hasil persilangan lele lokal Afrika spesies C. Mossambicus dengan lele lokal Taiwan spesies C. Fuscus. Perkawinan silang tersebut menggunakan C. Mossambicus jantan dan C. Fuscus betina. Lele dumbo merupakan lele unggul, selain pertumbuhannya cepat, ukurannya pun sangat besar. Untuk mencapai ukuran 500 gram per ekor, lele dumbo hanya butuh waktu pemeliharaan sekitar 3-4 bulan. Oleh karena itu, lele dumbo sangat popular sebagai ikan budidaya di Indonesia. Sebagian konsumen tidak menyukai lele dumbo karena lemaknya cukup tinggi. c. Lele keli Lele keli (Clarias meladerma) merupakan salah satu ikan lele lokal. Lele keli mulai dibudidayakan pada tahun 1987 oleh Sub Balitkanwar Palembang dan berhasil dipijahkan pada Gambar 4. Perbedaan bentuk kepala Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 11 tahun 1989. Lele ini banyak ditemukan di daerah Keli, Sumatera Selatan. Karena itulah lele ini disebut “Lele Keli”. Berdasarkan uji coba, lele keli lebih unggul dari lele lokal. Untuk tumbuh mencapai 500 gram per ekor, diperlukan waktu 5-6 bulan. Lele keli juga mudah beradaptasi pada berbagai perairan tawar dan tahan terhadap serangan penyakit, khususnya bakteri Aeromonas yang sering menyerang ikan lele. Pertumbuhannya pun lebih cepat dari lele lokal, meskipun masih di bawah lele dumbo. Umumnya, lele keli mempunyai warna badan lebih gelap (hitam kekuningan) dari lele lokal yang berwarna lebih muda (terang), sirip-siripnya lebih lebar dari lele lokal, ukuran kepalanya lebih besar dari lele lokal dan tidak mempunyai patil (patilnya tidak tajam). d. Lele sangkuriang Lele sangkuriang (Clarias gariepinus Var) merupakan salah satu varietas atau strain unggul yang dihasilkan oleh peneliti di Indonesia. Lele ini merupakan hasil perbaikan genetik lele yang dilakukan oleh Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dengan melakukan silang balik (backcross) terhadap induk lele dumbo yang ada di Indonesia antara induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F6). Induk betina F2 merupakan koleksi yang ada di BBPBAT Sukabumi yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 12 ke Indonesia pada tahun 1985, sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di BBPBAT Sukabumi. Pada tahun 1994, lele sangkuriang resmi dilepas sebagai varietas lele unggul berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. KP.26/MEN/2004 tertanggal 21 Juli 2004. Lele sangkuriang memiliki keunggulan dibandingkan lele dumbo. Keunggulan lele sangkuriang dibandingkan dengan lele dumbo antara lain fekunditas telur yang lebih banyak, yaitu mencapai 60.000 butir dengan derajat penetasan telur > 90%, sedangkan lele dumbo hanya 30.000 butir dengan derajat penetasan > 90%, panjang rata-rata benih lele sangkuriang usia 26 hari dapat mencapai 3-5 cm, sedangkan lele dumbo hanya 2-3 cm, nilai konversi pakan atau FCR lele sangkuriang berada pada kisaran 0,8 - 1, sedangkan nilai FCR lele dumbo lebih dari 1 (Khairuman, 2008). Perbedaan karakter lele sangkuriang dengan lele dumbo dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini. Tabel 2. Perbedaan karakter pertumbuhan Lele Sangkuriang dengan Lele Dumbo Karakter Pertumbuhan Pembeda Lele Sangkuriang Pendederan 1 (benih umur 5-26 hari) : Pertumbuhan harian (%) 29,26 Panjang standar (cm) 3-5 Kelangsungan hidup (%) >80 Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal Lele Dumbo 20,38 2–3 > 80 13 Pendederan 2 (benih umur 26-40 hari) : Pertumbuhan harian (%) Panjang standar (cm) Kelangsungan hidup (%) Pembesaran : Pertumbuhan harian selama 3 bulan (%) Pertumbuhan harian calon induk (%) Konversi pakan 13,96 5-8 > 90 12,18 3–5 > 90 3,53 2,73 0,85 0,62 0,8 - 1 >1 Sumber : BBPBAT 2007 e. Lele phiton Lele phiton (Clarias gariepinus var) dihasilkan oleh Kelompok Sinar Kehidupan Abadi (SKA), kelompok pembudidaya lele Bayumundu, Pandeglang, Banten. Lele phiton merupakan lele hasil silang antara lele dumbo asal Thailand (lele D89F2) dengan lele dumbo asal Afrika (F6). Lele phiton juga merupakan salah satu varietas lele unggul yang dihasilkan oleh penangkar lokal. Ciri-ciri fisiknya dapat dilihat pada Tabel 3. berikut ini. Tabel 3. Ciri-ciri fisik lele phyton No 1. Bagian tubuh Kepala 2. Sungut Ciri-ciri Kecil, pipih memanjang, terdapat punuk di bagian belakangnya Relatif lebih panjang dibanding lele dumbo biasa Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 14 3. Badan 4. Bentuk ekor Punggung atas sampai pangkal ekor berwarna hijau kehitaman, dengan bintik hijau kecokelatan. Pada bagian bawah dari depan sampai pangkal ekor putih cerah Bulat Keunggulan dari lele phiton adalah pertumbuhannya lebih cepat. Ukuran benih 7-8 cm membutuhkan waktu sekitar 50-55 hari pemeliharaan untuk mencapai ukuran konsumsi, sedangkan pemeliharaan ukuran benih 9-10 cm hanya membutuhkan waktu 40-45 hari untuk mencapai ukuran konsumsi. Disamping itu, lele phiton dapat dibudidayakan di lingkungan yang bersuhu dingin. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 15 BAB 3 LOKASI PEMELIHARAAN Teknologi kolam terpal merupakan salah satu alternatif teknologi budidaya ikan yang diterapkan pada lahan sempit, ketersediaan pasokan air terbatas, dan lahan yang tanahnya porous terutama tanah berpasir. Lokasi yang baik untuk budidaya lele di kolam terpal adalah area kolam yang bebas banjir, sedangkan kuantitas dan kualitas air tidak menjadi faktor pembatas atau air tersedia sesuai kebutuhan (RSNI3 pembesaran lele di kolam terpal). Pemanfataan lahan sempit atau kritis untuk pembangunan kolam terpal perlu mempertimbangkan beberapa aspek sebagai berikut : 1. Aspek teknis Kolam terpal dapat dibangun di berbagai tempat, termasuk di halaman rumah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membangun kolam terpal yaitu : a. Ada sumber air untuk mengisi kolam terpal. Sumber air tersebut dapat berasal dari air sumur, air PAM dan sumber air lainnya yang layak untuk digunakan. Tetapi lebih ideal lagi apabila kolam terpal mendapat pasokan air dari sungai, saluran irigasi, waduk atau danau. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 16 b. Ketinggian lokasi perlu diperhatikan karena terkait dengan suhu air. Untuk budidaya ikan lele, ketinggian yang cocok adalah 0-700 m dpl. c. Ukuran ikan lele yang hendal dipelihara perlu dipertimbangkan karena terkait dengan kedalaman air didalam kolam, misalnya benih lele cocok dipelihara pada kedalaman air 30-40 cm. Untuk menampung air sedalam 40 cm, cukup dibuat kolam dengan ketinggian atau kedalaman sekitar 60 cm. d. Dasar tanah untuk peletakan kolam terpal harus rata, begitu pula dengan kerangka yang digunakan tidak berbahan tajam karena dapat membuat terpal sobek. Bila tanah tidak rata, sebaiknya diberi lapisan dari pelepah batang pisang atau sekam padi. Selain berfungsi meratakan tanah, kedua bahan tersebut dapat menstabilkan suhu. e. Untuk kolam yang dibangun di daerah permukiman penduduk, perlu dipikirkan penanganan limbah air kolam. Perlu diupayakan penampungan untuk buangan air limbah sehingga air limbah dari pemeliharaan ikan dapat diolah lebih dahulu sebelum dibuang ke saluran umum. Selain itu, dapat pula membangun bak atau sumur resapan untuk menampung limbah yang dibuang, atau membangun saluran permanen yang terhubung langsung dengan sungai atau kanal besar. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 17 Untuk parameter kualitas air yang baik untuk budidaya lele di kolam terpal dapat dilihat dalam Tabel 4. berikut ini. Tabel 4. Parameter kualitas air pemeliharaan lele No 1 2 5 6 Paerameter Suhu pH Oksigen terlarut Amoniak (NH3) Nilai 25 - 30 6,5 - 8,5 minimal 2 maksimal 0,3 Satuan 0 C mg/l mg/l Sumber : RSNI3 Pembesaran lele di kolam terpal, 2011 Untuk pembesaran di kolam terpal sebaiknya lokasi pembuatan kolam di tempat yang teduh tetapi tidak berada dibawah pohon yang daunnya mudah rontok, dapat memanfaatkan lahan pekarangan atau lahan marginal lainnya. Namun bila budidaya dikembangkan dengan skala massa, harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya. Artinya, kawasan budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan pemerintah setempat. 2. Aspek sosial ekonomi Budidaya ikan lele di kolam terpal juga perlu mempertimbangkan faktor sosial ekonomi sebagai berikut : a. Lokasi pemeliharaan bukanlah lokasi sengketa. Sekalipun kolam terpal mudah dibongkar dan dipindahkan, sebaiknya lokasi yang dipersengketakan tidak dipilih karena dapat merugikan. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 18 b. Dekat dengan daerah pengembangan budidaya ikan lele sehingga memudahkan untuk memperoleh induk atau benih. c. Tersedia sarana dan prasarana transportasi yang memadai untuk memudahkan pengadaan alat, bahan, transportasi benih, hasil panen dan lainnya. d. Adanya alat dan bahan di sekitar lokasi dan pengadaannya mudah. e. Pasar cukup terbuka untuk menampung produksi, baik pasar lokal maupun pasar ekspor, serta harga yang menjanjikan. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 19 BAB 4 4.1 BAHAN DAN ALAT Kolam Terpal Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton. Terpal yang dibutuhkan untuk membuat kolam ini adalah jenis terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran. Ukuran terpal yang di sediakan oleh pabrik bermacam ukuran sesuai dengan besar kolam yang diinginkan. Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan di pekarangan ataupun di halaman rumah. Lahan yang digunakan untuk kegiatan ini dapat berupa lahan yang belum dimanfaatkan atau lahan yang telah dimanfaatkan, tetapi kurang produktif. Keuntungan dari kolam terpal adalah : a. Terhindar dari pemangsaan ikan liar. b. Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan pergantian air maupun panen. Selain itu untuk mempermudah penyesuaian ketinggian air sesuai dengan usia ikan. c. Dapat dijadikan peluang usaha skala mikro dan makro. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 20 d. Lele yang dihasilkan lebih berkualitas, lele terlihat tampak bersih, dan tidak berbau dibandingkan pemeliharaan di wadah lainnya. Gambar 5. Kolam terpal pemeliharaan lele Langkah-langkah pembuatan kolam terpal (Ghufran, 2010) adalah sebagai berikut : 1. Kolam terpal dengan kerangka bambu/kayu Kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu dibuat di atas permukaan tanah. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Ukuran kolam yang dibuat disesuaikan Gambar 6. Rangka bambu dengan ukuran terpal, misalnya : 2x3x1 meter, 4x5x1 meter, 6x4x1 meter, atau 4x8x1 meter. Langkah-langkah pembuatannya adalah sebagai berikut : Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 21 a. Persiapkan lahan untuk kolam terpal dengan membersihkannya dari benda-benda yang mengganggu seperti rumput dan lainnya, kemudian ratakan tanah. b. Jika tanah tidak rata atau miring, perataan dapat dilakukan dengan menggunakan pelepah pisang atau sekam padi dengan ketebalan sekitar 10 cm. Selain dapat meratakan tanah, kedua bahan tersebut juga dapat menstabilkan suhu. c. Siapkan tonggak/tiang dari bambu atau kayu dan tancapkan di setiap sudut kolam. Jika kolam terpal yang dibangun lebih dari satu petak, atur tata letaknya agar terlihat rapi. d. Untuk membuat kerangka, bambu/kayu dipotong sesuai ukuran kolam yang akan dibuat. Untuk menyatukan kerangka ke tiang, dapat menggunakan paku, tali atau kawat. Sedangkan untuk membuat dinding bisa menggunakan bambu, kayu atau papan. e. Jika kerangka sudah terbentuk, atur kemiringannya ke salah satu sisi untuk memudahkan pengeringan kolam dan pemanenan ikan. f. Setelah kerangka kolam terpal selesai, langkah selanjutnya adalah memasang plastic terpal. Siapkan terpal sesuai ukuran kolam. Untuk kolam berukuran 6x4x1 meter gunakan terpal berukuran 8x6 meter, Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 22 sedangkan untuk kolam ukuran 4x5 meter gunakan terpal berukuran 6x7 meter. Bagian sudut terpal dilipat agar terlihat rapi dan tidak mengerut, dan di bagian dinding kolam paling atas terpal dijepit dengan bilah bambu. g. Pada salah satu sudut yang telah diatur kemiringannya dipasang paralon sebagai saluran pembuangan air. h. Isi air ke dalam kolam hingga mencapai kedalaman sesuai kebutuhan. Bila bocor, segera lakukan penambalan. 2. Kolam terpal dengan kerangka pipa/besi Kolam terpal dengan kerangka pipa atau besi merupakan kolam terpal di atas permukaan tanah. Pembuatannya sama seperti pembuatan kolam terpal dengan kerangka bambu atau kayu, hanya teknik pembuatannya saja yang sedikit berbeda sebagai berikut: Gambar 7. Rangka pipa/besi a. Siapkan lahan dengan meratakan tanah. b. Jika menggunakan pipa ledeng, penyambungan pipa dilakukan dengan menggunakan bengkokan pipa, sedangkan bila menggunakan besi siku maka dapat dilakukan dengan cara dilas. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 23 c. Selanjutnya kerangka dipasangi dinding dari kawat anyam dan dipasangi plastik terpal. Bagian tepi terpal yang telah dilubangi dengan ring logam dimasukkan tali untuk mengikatkan terpal ke pipa atau kawat anyam. d. Pasang pipa paralon atau PVC untuk saluran pembuangan. Selanjutnya kolam telah siap diisi air. 3. Kolam terpal dengan dinding batako Kolam terpal dengan dinding batako atau batu bata juga merupakan kolam terpal di atas permukaan tanah. Pembuatannya sangat mudah dan sederhana karena hanya Gambar 8. Dinding batako membutuhkan dinding penahan dari batako atau batu bata. Kelemahannya hanya mudah roboh terutama bila dinding penahan kurang tebal. Cara pembuatannya sebagai berikut : a. Siapkan lahan dengan meratakan tanah. b. Susun batako atau batu bata membentuk pondasi atau pematang dengan ketinggian yang diinginkan. Lebar susunan batako minimal 30 cm. c. Jika dinding kolam sudah terbentuk, pasang plastik terpal. Ujung terpal menutup bagian atas pondasi atau pematang (susunan batako), kemudian ditindih lagi dengan batako atau pot tanaman. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 24 d. Pasang pipa paralon atau PVC untuk saluran pembuangan. Selanjutnya, kolam siap diisi air. 4. Kolam terpal dengan dinding tanah Kolam terpal dengan dinding tanah adalah kolam terpal di bawah permukaan tanah. Biasanya kolam terpal ini dibangun pada tanah yang poros. Kelebihan kolam ini adalah suhu air lebih stabil Gambar 9. Dinding tanah dibandingkan dengan kolam terpal yang dibangun di atas permukaan tanah. Cara pembuatannya sebagai berikut : a. Siapkan lahan untuk kolam terpal dengan cara membersihkannya dari benda-benda yang mengganggu seperti rumput dan pepohonan. b. Jika ingin membuat kolam terpal berukuran 6x4 meter, lakukan penggalian tanah sedalam 50-60 cm. Rapikan galian dan bentuk pematang. c. Jika kolam sudah terbentuk, plastik terpal berukuran 8x6 meter siap untuk dipasang. Bagian atas terpal dapat dijepit atau ditimbun dengan tanah agar posisinya tidak berubah. d. Pasang pipa paralon atau PVC untuk saluran pembuangan. Selanjutnya kolam siap untuk diisi air. e. Untuk mencegah kolam dari banjir, buatkan tanggul penahan yang tinggi. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 25 5. Kolam terpal dengan dinding kolam beton Kolam atau bak beton berlapis terpal bisa berupa kolam yang dibangun diatas permukaan tanah atau kolam yang dibangun dibawah permukaan tanah. Kolam Gambar 10. Dinding kolam beton beton yang dilapisi plastik biasanya dikarenakan retak atau bocor, sedangkan kolam tanah yang dilapisi plastik biasanya dikarenakan tanahnya poros. Cara pembuatannya sebagai berikut : a. Kolam yang akan dilapisi terpal dibersihkan dari bendabenda yang mengganggu. b. Pastikan di dasar kolam tidak ada air, sehingga pada saat pemasangan terpal tidak akan menggelembung. c. Ukuran kolam biasanya sangat luas sehingga terpal yang tersedia tidak sesuai. Untuk mengatasinya, terpal dapat disambung dengan cara di pres. d. Pasang terpal hingga rapat ke tepi, lipat bagian sudutnya agar terlihat rapi. Bagian atas terpal dijepit dengan kayu atau ditindih dengan batako. e. Pasang pipa paralon atau PVC pada tempat yang ditentukan. Selanjutnya kolam siap untuk diisi air. Kelebihan dan kekurangan kolam terpal dengan berbagai bentuk dan bahan sebagai berikut : Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 26 Tabel 5. Perbedaan berbagai jenis kolam terpal Jenis Kolam Terpal Kolam terpal diatas permukaan tanah Kolam terpal dalam tanah Kolam terpal dengan kerangka bambu kayu Kelebihan Praktis dan lebih mudah pembuatannya Ikan tidak mudah lepas Tidak mudah terkena banjir Pemanenan lebih mudah Serangan hama bisa dieliminir Investasi lebih kecil Kolam lebih kuat dan tidak mudah rusak Lebih mudah untuk mengisi air Suhu air lebih stabil Mudah dan praktis, terutama untuk ukuran cukup besar Biaya lebih murah Bisa di lahan terbatas Kekurangan Bila konstruksi kolam tidak kuat mudah jebol Suhu kurang stabil Lebih rawan terhadap predator Lebih mudah terkena banjir Lebih sulit untuk membuat saluran pembuangan air Investasi lebih besar Kalau di daerah rayap tidak tahan lama Bila tidak kuat pengunci/pengikat nya, kolam bisa pecah Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 27 Kolam terpal dengan kerangka besi Kolam terpal dengan kerangka pipa 4.2 Lebih kuat Praktis dibuat pada lahan sempit Bila berkarat, dapat merusak terpal Biaya relatif mahal Agak sulit dalam pembuatannya Agak kuat, yakni Membuatnya lebih bila anyaman rapat sulit Lebih praktis (knock Bila anyaman tidak down) rapat, kerangka bisa melengkung Praktis untuk lahan sempit Peralatan Beberapa jenis peralatan lapangan yang diperlukan selama proses produksi diantaranya adalah alat sortir, hapa/waring, ember, serok, alat timbang dan pompa bila diperlukan. Alat-alat tersebut biasanya dipakai untuk memanen ikan atau pada saat kegiatan sampling pertumbuhan bobot tubuh ikan. Untuk grading dilakukan setiap 3 minggu - 1 bulan sekali pada ukuran 30 - 50 gram dan 1 bulan berikutnya ukuran ikan 75-100 gram. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 28 Gambar 11. Timbangan, serok dan ember (kiri ke kanan) Selain peralatan lapangan tersebut diatas, dibutuhkan juga alat untuk monitoring kualitas air seperti : termometer, pH indikator (kertas lakmus), DO meter, water test kit dan lainnya. Monitoring kesehatan ikan dan lingkungan sebaiknya dilakukan secara periodik minimal 2 minggu sekali atau bila terjadi perubahan kualitas air yang ekstrim. 4.3 Persiapan kolam Persiapan kolam untuk budidaya lele di kolam terpal meliputi : pembersihan dasar dan pinggir kolam, desinfeksi, pengisian air serta pemupukan. Desinfeksi kolam terpal dilakukan dengan menggunakan desinfektan yang sudah terdaftar. Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih lele. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik/kandang yang sudah dikomposkan dengan dosis 250 gram/m2. Tahapan pemupukannya adalah mula-mula kolam diisi air setinggi 50 cm dan dibiarkan selama satu Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 29 minggu sampai warna air kolam berubah menjadi kehijauan. Ini menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele. Kemudian secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar. Pertumbuhan pakan alami pada media pemeliharaan (fitoplankton dan zooplankton) juga dapat dibantu dengan penggunaan probiotik yang telah terdaftar di Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Penggunaan probiotik yang berlebihan (baik yang dicampur dalam pakan maupun ditebar langsung pada badan air/kolam) bukanlah tindakan yang bijak. Idealnya jenis dan takaran probiotik untuk setiap kolam berbeda-beda, tergantung dari kondisi masingmasing kolam berdasarkan hasil pemantauan berkala terhadap nilai pH (derajat keasaman), DO (oksigen terlarut), salinitas, suhu serta tingkat kejernihan air kolam, dan lainnya. Jenis dan kepadatan/konsentrasi kandungan bakteri pada setiap merk produk probiotik berbeda-beda. Dengan demikian penggunaannya pun hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan. Pemakaian probiotik yang berlebihan justru tidak tepat sasaran. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 30 BAB 5 PENEBARAN BENIH Sebelum benih ditebar, sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan air garam dengan dosis 2-5 ppm selama 5-10 menit. Penebaran benih hendaknya dilakukan pada pagi/sore hari. Pada kedua kondisi ini umumnya perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar. Jika perbedaan suhu air wadah benih dan air kolam tebar cukup signifikan, maka perlu dilakukan upaya penyamaan suhu air wadah benih secara bertahap terlebih dahulu agar benih tidak stres saat ditebarkan. Kedalaman air kolam tebar pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dan ukuran benih. Sedapat mungkin hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara langsung. Sebaiknya benih ikan tidak ditebar langsung dari wadah ke kolam. Cara yang sering dilakukan adalah menenggelamkan sekaligus wadah dan benih ikan ke dalam kolam tebar secara hati-hati, perlahan dan bertahap. Benih ikan akan mendapat kesempatan beradaptasi (walau sebentar) dengan lingkungan air kolam tebar sedini mungkin meskipun masih berada dalam wadahnya. Kemudian benih ikan dibiarkan keluar dengan sendirinya dari wadah secara bertahap menuju lingkungan air kolam tebar. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 31 Gambar 12. Benih ikan lele Benih yang sudah teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju lingkungan yang baru. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Benih lele yang ditebar berukuran 8-12 cm (sesuai SNI 01-6484.22000) dengan padat tebar 200 ekor/m2. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 32 BAB 6 PEMBERIAN PAKAN Dalam usaha budidaya, pakan merupakan komponen biaya terbesar selama pemeliharaan yaitu berkisar antara 80-85% dari total biaya produksi. Kebutuhan pakan yang berkualitas sangat berpengaruh bagi pertumbuhan lele. Ada dua jenis pakan yang dibutuhkan dalam budidaya lele, yaitu pakan alami dan pakan buatan. Benih lele sangat menyukai pakan alami, berupa zooplankton seperti : rotifer sp, moina sp atau daphnia sp, termasuk serangga air yang ada pada media hidupnya. Upaya untuk menumbuhkan pakan alami dapat dilakukan dengan menambahkan pupuk organik pada saat persiapan kolam pemeliharaan. Jumlah pupuk yang diperlukan, sangat bergantung pada tingkat kesuburan lahan. Tetapi pada umumnya dosis pupuk organik adalah 250-500 gram/m2. Pakan buatan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan optimal protein bagi pertumbuhan ikan. Pakan yang digunakan harus sesuai dengan SNI dan harus terdaftar pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya untuk budidaya lele. Syarat mutu pakan buatan untuk budidaya ikan lele sesuai SNI dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 33 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tabel 6. Syarat mutu pakan buatan ikan lele Persyaratan Benih Pembesaran Satuan Jenis Uji Grower/finisher (as feed) 12 12/12 Kadar air, maksimal % 13 13/13 Kadar abu, maksimal % 30 28/25 Kadar protein, minimal % 5 5/5 Kadar lemak, minimal % 6 8/8 Kadar serat kasar, maksimal % 0,20 0,20 Non protein nitrogen, maksimal % <2 2-3/3-4 Diameter pelet mm 80 80 Floating rate, min % 15/5 15/5 Kestabilan dalam air, min menit Kandungan mikroba/toksin <50 <50 -Aflatoxin ppb -Salmonella kol/g - (neg) - (neg) 0 0 Kandungan antibiotik g/kg Nitrofuran Ronidozol Dapson Chloramphenicol Cholichicin Chlorpromazone Trichlorfon Dimetildazole Metrodazole Aristolochia spp Sumber : SNI Nomor 01-4087-2006, SNI Budidaya Air Tawar 2010 Pertumbuhan lele relatif cepat sehingga disarankan untuk melakukan sampling setiap bulan untuk menentukan kesesuaian jumlah pakan yang harus diberikan. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal Induk 12 13 30 5 8 0,20 >4 80 15/5 <50 - (neg) 0 34 Gambar 13. Pelet apung (kiri) dan tenggelam (kanan) Penentuan jumlah pakan adalah dengan cara sampling yaitu mengambil beberapa ekor ikan dan menimbang bobotnya, sehingga dapat diduga bobot total (biomass) sebagai berikut : Bobot total = rata-rata bobot ikan sampling x jumlah ikan total Pakan buatan ini diberikan dengan dosis 2-3 % dari bobot biomassa per hari dan frekuensi pemberiannya sebanyak 2-3 kali sehari (pagi, siang dan sore). Pemberian pakan buatan diberikan sejak benih berumur 2 minggu yaitu pakan berupa bentuk serbuk halus. Kemudian berangsurangsur gunakan pelet diameter 1 milimeter, lalu beralih ke pelet ukuran 2 milimeter (sesuai dengan umur ikan lele). Hal ini dimaksudkan agar pelet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran ikan lele selama pertumbuhan. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 35 BAB 7 PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN Kegiatan budidaya lele sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan. Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Beberapa upaya yang harus dilakukan dalam rangka pengendalian penyakit secara keseluruhan antara lain : 1. Persiapan lahan/wadah budidaya yang baik : pengeringan, pengapuran, pembalikan tanah dasar, dan lainnya. 2. Desinfeksi semua wadah dan peralatan sebelum dan selama proses produksi. 3. Menjaga kualitas air pemeliharaan tetap pada kondisi yang optimal untuk kehidupan ikan yang dibudidayakan. 4. Melakukan penebaran dengan padat tebar yang sesuai untuk mengurangi terjadinya kontak antar ikan secara langsung dan untuk menghindari kanibalisme. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 36 5. Seleksi induk/benih dengan cara penggunaan benih yang sehat (melalui screaning PCR) dan atau telah tersertifikasi. 6. Pemberian imunostimulan dan vitamin C untuk menjaga stamina dan meningkatkan ketahanan tubuh ikan secara rutin selama pemeliharaan. 7. Vaksinasi terhadap induk/benih untuk meningkatkan kekebalan ikan. Pengobatan atau penyembuhan merupakan tindakan yang perlu dilakukan apabila alternatif penyembuhan lainnya sudah tidak memberikan hasil yang signifikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengobatan adalah : a. Dosis dan waktu pengobatan harus tepat (sesuai dengan petunjuk yang tertera dalam label). b. Pengobatan dapat dilakukan secara langsung pada ikan sakit atau melalui pakan dengan menggunakan obat yang sudah terdaftar. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil. Berikut ini beberapa jenis penyakit yang menyerang ikan lele : 1. Penyakit Merah Penyebab : Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 37 Bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak, berukuran 0,7–0,8 x 1–1,5 mikron. Gejala : Warna tubuh kusam/gelap, nafsu makan menurun, mengumpul dekat saluran pembuangan, kulit kasat, dan ekses lender. Pendarahan pada pangkal sirip, ekor, sekitar anus dan bagian tubuh lainnya. Sisik lepas, luka di sekitar mulut, dan bagian tubuh lainnya. Pada infeksi berat, perut lembek dan bengkak yang berisi cairan merah kekuningan. Ikan mati lemas sering ditemukan di permukaan maupun dasar kolam. Pengendalian : Desinfeksi sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan. Pemberian unsur imunostimulan (penambahan vitamin C pada pakan) secara rutin selama pemeliharaan. Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru. Perendaman dengan larutan garam dapur dengan konsentrasi 500-1.000 ppm selama 24 jam. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 38 Gambar 14 . Ikan lele yang terinfeksi bakteri Aeromonas hydrophila, mengalami bengkak pada bagian perut (dropsy) Dari gambar di atas terlihat jelas terjadi pembengkakan pada perut ikan lele yang berisi cairan berwarna kekuningan. 2. Penyakit Pseudominiasis Penyebab : Bakteri Pseudomonas spp. Gejala : Ikan lemah, bergerak agak lambat, bernapas megapmegap di permukaan air. Waerna insang pucat dan warna tubuh berubah gelap. Terdapat bercak-bercak merah pada bagian luar tubuhnya dan kerusakan pada sirip, insang dan kulit. Pengendalian : Memperbaiki kualitas air secara keseluruhan, terutama mengurangi kadar bahan organik terlarut dan/atau meningkatkan frekuensi penggantian air baru. Kurangi pemberian pakan dan jumlah ikan dalam kolam. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 39 Perendaman dalam larutan garam dapur 500-1000 ppm. Gambar 15. Ikan lele yang terinfeksi bakteri Pseudomonas spp., mengalami pendarahan pada seluruh bagian tubuh 3. Penyakit Saprolegniasis Penyebab : Saprolegnia spp. dan Achlya spp. Gejala : Serangan bersifat akukronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%. Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertile untuk memproduksi spora infektif. Pengendalian : Menaikkan dan mempertahankan suhu air ≥ 280C dan/atau penggantian air baru yang lebih sering. Garam dapur pada konsentrasi 1-10 promil selama 10-60 menit. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 40 4. Penyakit bintik putih dan gatal/Trichodiniasis Penyebab : Ichthyophthirius multifilis. Gejala : ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air. Terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang. Ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam. Pengendalian : air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya. Perendaman dengan larutan garam dapur dengan konsentrasi 500-1.000 ppm selama 24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari. Gambar 16. Parasit Ichthyophthirius multifiliis, sel yang dipenuhi oleh nutrisi dan makro-nukleus yang menyerupai bentuk tapal kuda. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 41 BAB 8 PEMANENAN Pemanenan ikan lele di kolam terpal dapat dilakukan dengan cara panen sortir atau dengan panen sekaligus (semua). Panen sortir adalah dengan memilih ikan yang sudah layak untuk dikonsumsi/sesuai dengan keinginan pasar, kemudian ukuran yang kecil dipelihara kembali. Panen sekaligus biasanya dengan menambah umur ikan agar ikan dapat dipanen semua dengan ukuran yang sesuai keinginan pasar. Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 50-80 hari, dengan ukuran panen antara 75-150 gram/ekor. Umumnya, sintasan dalam budidaya lele di kolam terpal sebesar 80 - 90 % dan FCR (maksimal) nya adalah 1,3. Pemanenan dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan air kolam. Ikan lele akan berkumpul, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain pemanenan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan di dasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk ke dalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 42 Gambar 17. Ikan lele ukuran konsumsi Ikan-ikan yang dipanen kemudian dipacking dalam kemasan plastik untuk diangkut/dipasarkan, dengan terlebih dahulu dilakukan pemberokan guna mengurangi kematian ikan sampai daerah pemasaran. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 43 BAB 9 ANALISA USAHA Di dalam dunia bisnis, analisa usaha merupakan kegiatan yang sangat penting, karena dari analisa usaha tersebut dapat diketahui besarnya keuntungan usaha tersebut. Analisa usaha lele sangatlah bervariasi, dan ini disebabkan oleh perhitungan biaya operasional yang dipengaruhi oleh besarnya unit usaha, alat dan bahan yang digunakan, serta letak lokasi usaha. Besarnya biaya yang tercantum dalam analisa usaha ini dapat berubah setiap waktu menurut kondisi, besar usaha serta pasarnya. Tabel 7. Analisa usaha pembesaran ikan lele di kolam terpal No. I 1 2 II 1 2 3 4 III 1 2 IV 1 URAIAN INVESTASI Kolam terpal Peralatan Jumlah MODAL KERJA Benih Pakan Tenaga kerja Persiapan kolam Jumlah JUMLAH MODAL Investasi Modal kerja Jumlah RUGI-LABA Hasil produksi VOLUME SATUAN HARGA NILAI 10 1 unit paket 500.000 100.000 5.000.000 100.000 5.100.000 20.000 2.000 1 10 ekor kg Orang Paket 250 6.000 1.000.000 50.000 5.000.000 12.000.000 2.000.000 500.000 19.500.000 5.100.000 19.500.000 24.600.000 2.000 kg 11.000 Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 22.000.000 44 2 a b Biaya operasional Modal kerja Penyusutan Jumlah Keuntungan Per tahun Keterangan 1 siklus 1 tahun I unit FCR SR Kepadatan Ukuran benih Tenaga kerja Peralatan R/C ratio : Cash flow Payback period 19.500.000 1.020.000 20.520.000 1.480.000 5.920.000 : 2 (dua) bulan : 4 (empat) siklus : 10 m2 :1 : 80% : 200 ekor/m2 : 8-12 cm/ekor : 1 (satu) orang x 2 bulan x Rp. 1.000.000 : seser, timbangan, ember penerimaan total / biaya total Rp. 22.000.000 / Rp.19.500.000 1,13 Artinya, setiap Rp.1,00 yang dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar Rp. 1,13 keuntungan + biaya penyusutan Rp. 5.920.000 + Rp. 1.020.000 Rp. 6.940.000 (biaya investasi + biaya variabel)/cash flow (dlm tahun) (Rp.5.100.000+Rp.19.500.000)/Rp.4.940.000 4,98 tahun Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 45 Biaya per kg total biaya produksi / total panen Rp. 20.520.000 / 2000 kg Rp. 10.260,00 Rentabilitas ekonomi keuntungan / (biaya investasi + biaya variabel) x 100% Rp. 5.920.000 / (Rp. 5.100.000 + Rp. 19.500.000) x 100% 24,06 % Break Event Point biayatetap/(1-(biaya variabel/pendapatan) (BEP) atau titik Rp. 1.020.000 / (1- (Rp. 19.500.000 / impas Rp.22.000.000 Rp. 1.020.000 / (1-0,88) Rp. 1.020.000 / 0,12 Rp. 8.500.000 BEP volume total biaya produksi / harga jual per kg Rp. 18.820.000 / Rp. 11.000 1710,91 kg/thn Artinya, titik impas usaha dicapai pada hasil ikan minimal 1710.91 kg/thn BEP harga total biaya produksi / total produksi Rp. 20.520.000 / 2000 Rp. 10.260 kg/thn Artinya, titik impas usaha dicapai pada harga ikan minimal Rp. 10.260/kg Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 46 DAFTAR PUSTAKA Djatmika, D.H., Farlina, Sugiharti, E. 1986. Usaha Budidaya Ikan Lele. C.V Simplex. Jakarta. Ghufran M. 2010. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Khairuman SP, 2008. Toguan Sihombing, Khairul Amri, S.Pi,M.Si. Budidaya Lele Dumbo di Kolam Terpal. Agromedia Pustaka. Rachmatun. S, Dra dan Suyanto. 2007. Budidaya Ikan Lele (Edisi Revisi). Penebar Swadaya. Jakarta. Statistik Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. Statistik Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Supardi Lee. 2003. Kiat Sukses Budidaya Lele di Lahan Sempit. Surya Gunawan. 2009. Kiat Sukse Budidaya Lele di Lahan Sempit. Agromedia Pustaka. Jakarta __________. SNI 01-6484-2000. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) kelas benih sebar. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. __________. 2011. RSNI3 Pembesaran ikan lele (Clarias spp.) di Kolam Terpal. Jakarta. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal 47 __________. 2010. Pakan buatan untuk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) SNI 01-4087-2006. SNI Budidaya Air Tawar. Direktorat Produksi, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Jakarta. Dit. Produksi | Petunjuk Teknis Budidaya Lele di Kolam Terpal