Prosiding Seminar lnternasional Pendidikan Bahasa lndonesia Pascasarjana 2013 IT}GI}IBANGAN KARAKTER DAN BUDAYA BACA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN BANGSA YANG UNGGUL Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd. (PPs Universitas Sebelas Maret) (rstleEe) an : 3ns kita implementasikan harus mampu menyiapkan anak didik kita menjadi manusra :t::iaku dan nilai yang berlaku serla mempersiapkan mereka dalam menghadapi tantangan - :r'*:ah-ubah. Proses pendidikan harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk $s;ffi :engetahuan dan keterampilan serta terbentuknya sikap positif. Proses pendidikan harus r-rLru&--: rang besar bagi peserta didik untuk mengembangkan kepercayaan diri dan r-r-: kemampuan dirinya (Samiji Suwandi, 2012: l). .i --:-q nr,i: u i ,jiri dan kemampuan peserta didik tersebut berkaitan erat pengetahuan dan wawasan \\'arvasan pada umumnya ditentukan oleh aktivitas membaca. Berkenaan dengan itu, -mangku kepentingan pendidikan untuk mengembangkan karakter serta minat ln:<-l didik merupakan suatu keniscayaan. dan -. rtas secara normatif sudah terluang dalam berbagai regulasi bidang pendidikan. rnirri:i Ferffr€ndiknas No. 23 Th. 2006 bahwa Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan :e:dasarkan tujuan setiap satuan pendidikan. Pendidikan Dasar bertujuan meletakkan p*engetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan umr::ikan lebih lanjut. Pendidikan Menengah bertujuan meningkatkan kecerdasan, urnbadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti ullrr.lr -,Lillut :*-'rtrn pendidikan tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 i::didikan Nasional. Dalam Pasal 3 secara tegas dinyatakan bahwa "Pendidikan nasional :bangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat 'rc:r;erdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik mru:_-iia 1'ang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat. r:atif. mandiri, dan menjadi warga negata yang demokratis serta bertanggung jawab." *lfl;-r bahwa secara konsep pendidikan kita bukan hanya menekankan pada aspek :mn iuga keterampilan dan sikap. Pendidikan kita juga memberi perhatian yang besar pac: r::al'ter. Ironisnya praktik pendidikan di sekolah-sekolah lebih banyak menekankan E r-: ,netelektual dan penumpukan pengetahuan. Pembentukan dan pengembangan k::...;.-: ftsi:ia didik kurang mendapat porsi yang memadai. Pendidikan budi pekeni C: .-",. .- i: : - r:r.::.:iJaaspekpengetahuanuntukmemahaminotmaataunilai-nilai,danbelumpac: -,. : r , ::-: :::. Jln ilndakan atau perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari. - ' '.:- -^-:l,lupan keseharian, banyak kita saksikan fenomena yang jauh dari etika. Barangkali tic., :- :, :*r,: bagr kita menemukan perilaku tidak jujur di sekolah atau kampus, sepefii siswa nyon.: ::::r . nengerlakan tes atau ujian (bahkan sungguh merupakan paradoks dengan pendidikan kejuju:.irarus ditanamkan, ada guru atau sekolah yang membantu perilaku siswa yang tidak jujur terseb,. ":-: guru atau dosen melakukan plagiasi dalam penyusunan karya ilmiah untuk kenaikan pangkat c.' "da .labatan tnereka, dan ada pula pendidik melakukan rekayasa data untuk keperluan serlifikasi pendidik. , sekolah dan di jalan sering kita saksikan aksi tawuran antarpelajar atau antarmahasiswa. Kurangn!? sir,,ii tenggang rasa dan saling hormat sering memicu munculnya berujung pada tindak kekerasan. konflik. Perselisihan pendapat ser ilt r. ,ll r l - l Wajar saja kalau ada komentar yang menyatakan bahwa pendidikan kita "gagal" dalam menyer,moral dan karakter siswa. Kegagalan itu akan berimplikasi pada gagalnya pembangunan karakter ua:., negara dan bangsa. Jika demikian kondisinya, ikhtiar untuk mewujudkan bangsa yang unggul sdiwujudkan. tl ,i rl Oleh karena itu, upaya mengefektifkan pengembangan karakter (budi pekerli) mendesak dilakul.." Hal ini merupakan salah satu rasional dieksplisitkannya pendidikan budi pekerti dalam rancar:i" Kurikulum 2013, yakni melalui mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Tetapi, up, mengefektifkan pendidikan budi pekerti melalui pendidikan forrnal saja tentu belumlah cukup. Up. . sinergis dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan perlu dilakukan. Pendidikan di lingkur=-rkeluarga, sekolah, dan masyarakat harus berjalan seiring dan sejalan. l:il " I ,lr Pendidikan karakter tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun .' =. berkepribadian atau berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkeinb,-dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama (Suyanto, 2010: l). Pendid., -Lkarakter dan budal'a baca memiliki peran penting bagi upaya mewujudkan sumber daya manusia r--* unggul. Terciptan,va dan tersedianya manusia unggul menjadi variabel determinan bagi terwujui : , rl ll iliL .r,ilii -i.irl 'irir bangsa r ang unggul. litlrL,.,, Berkenaan dengan topik ini, uraian berikut akan menjelaskan konsep karakter dan pendidr, -r karakter; karakter bangsa yang unggul; pengembangan pendidikan karakter; dan pengembangan buc. r, il,, illt baca. 1 lIL B. Karakter dan Pendidikan Karakter i t:ilii Karakter adalah cara berpikir dan betperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup * , bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga. masyarakat, bangsa dan negara. lndividu yang berkara!.r baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempeftanggungjawabkan tiap akibat r:keputusan yang ia buat (Suyanto,20l0: 1). Sementara itu. menurut Akhmad Sudrajat (2010: 21. karai.'r$ , merupakan nilai-nilai perilaku manusia 1'ang berhubur-lsan dengan Tuhan Yang Maha Esa. diri r.n. $ sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan \ang teru'ujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkar..-.f; dan perbuatan berdasarkan norma-norma a-qama. hukum. tata klama, budaya, dan adat istiadat. il f Sejalan dengan itu, Akhmad Sudrajat (2010: 2) lebih lanjut menjelaskan bahwa pendidikan karal. y$ adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi kompor:u I pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tu::r Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia in.,l kamil. l0 lli;,,11 ., Il llit',r lil ) i1., L,'ll,L llrirltLt ,1t,.i ,1 rl, t i I Se- -,a- --ne*i;sjrrrr& in:c^=:= =as==a-,ra _.. " Prosic,-,_: Pendidikan Bahasa rbelum fliwilrir- :r=:-al dari nilai' Suatu nilai yang diwujudkan dalam bentuk perilaku itulah yang disebur Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan ==rensi I !iri\ adalah (l) sidik, (2) amanah, (3) fatonah, dan (a) tablig. Sidik akhlak \abi berarti benar. il i:Je kebenaran, selalu berkata dan berbuat benar, dan berjuang menegakkan kebenaran" I ]:rff- -:ujur atau terpercaya (baik oleh kaum muslim maupun nonmuslim). Fatonah berarti berwawasan luas, terampil, dan profesional. Tablig berarti komunikatif (orang lain 5:,-Itt t'rs::-ir:-ani i ang dibicarakan atau dimaksudkan Rasulullah). Menurut Kesuma dkk (20;;;; ;;,. rilii[: :::-'ebut merupakan esensi, bukan seluruhnya. Nabi Muhammad juga terkenal dengan karakter ,. ketangguuhannya, dan berbagai karakter luhur lainnya. Mffir tnekaii a n\ m kejur: !\\ Ur ter,ceSr Dangkar )endidilngn)'a s lm'Lu'r:-: lapat ser: I menve akter rr Lnrgul s -ff: dilak rancang apl. upel :up. Upal .*1,. Ll" Iin-sk-un lanjut Balitbang Kemendiknas (2010) mengidentifikasi berbagai karakter yang perlu dimiliki cinta damai, peduti sosial, ranggung jawab, jujur, toleransi, disiprin, kerja keras, ]M: :i-'andiri, demokrasi, rasa ingin tahu, dan r"*gui kebangsaan. ciri-ciri ini mengindikasikan ffimfrr**e :€fenamya pendidikan tidaklanya menjadikan peserta didik cerdas, tetapi juga memiliki budi lM i:n sopan santun sehingga keberadaannya s"bugui anggota masyarakat menjadi bermakna, baik l@ r-*,:1a 5T::,tjtorIlYt ataupun bagi masyarakat pada umumnya. r*--:*i dasar mun Ju! :rke )endidi rusia r atr3rd"-, endidi m budarr itu, pendidikan karakter bukan sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan -'-bih (habination) tentang har mana yang lflmmnu "eiingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu ilfimm'fi4':-;in (afektifl nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan fltrournn:-= l ang baik harus melibatkan bukan saja aspek p"ng"tuhoun yang baik, (moral lcnowing), akan :''tr'nr'r "'iga merasakan dengan baik atau loving good (morol dun p"rilaku feeling), yang baik (moral karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus dipraktikkan dan ffiH:"'idikan mnnm' l'r-juan akhir dari pelaksanaan pendidikan karakter sebagaimana disampaikan Battistich (2011:3) diri peserta didik, yakni menjadi anak muda yang cerdas, m'r-'. dan mengutamakan nilai-nilai kebajikan dalam setiap perbu atannya. rr@emi::i'a adalah meningkatkan kebaikan dalam Daiam konteks pendidikan ridup dan :rkarakte ribat dan karakter i sendiri erkataan- karaktel rmponef, p Tuhar ;ia insar di Indonesia, pendidikan karakter bahkan dielaborasi dalam pendidikan in'ul:" a dan karakter bangsa' Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa (Balitbang Kemendiknas, "r '; 7) adalah (l) pengembangan, yaitu pengembangan potensi pesefia didik untuk menjadi pribadi m-'rcrilaku baik; (2) perbaikan, yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab edir;n pengembangan potensi pesefta didik yang rebih tennarrabat: dan (3) penl.aring, yaitu untuk :umraring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain y'an-e tidak sesuai d"ngun nilai-nilai budaya dan u,mkter bangsa yang bermartabat. Sejalan dengan fungsi tersebut, tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa (menurut Balitbang {enendiknas, 2010: 7) meliputi (l) mengembangkan potensi kalbuinurani/afektif pesefta didik sebagai tur:rusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa; (2) mengembangkan {i'el;asaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nllai ,niu"rrul dan tradisi lrirJ3\ a bangsa yang religius; (3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik *:egai generasi penerus bangsa; (4) mengembangkan kemampran peserta didik menjadi manusia yang l1 :{.Tsmn; };t"'rr1a- *-sl]'-l$ r:' 3 :sqnmrra- :an;g; .ll,l'-€€ € :ascasarjana Tlglrr-:.. *al:- 201 3 .1;r*a*asan sekola: kebangsaan; dan (5) mengembangkan lingkungan kehidupan dan persahabatan' serta dengan ralx -::;-.";:lran belajar )ang aman, jujur, penuh kreativitas ljrj:.:. r--ii: J-i-: (dignity)' ] 3ng tinggi dan penuh kekuatan :llll lfllillllilliLl" "JliT" C. Karakter Bangsa Yang Unggul meliputi t ' karakter yang perlu ditanamkan, menurut Indonesia Heritage Foundation jawab' (3) kejujuran' bijaksanl cinta Tuhan dengan segenap ciptaannya, (2) kemandirian dan tanggung dan gotong royong' (6) percaya di: amanah, (4) hormat dan santun, (5) dermawan, suka menolong, rendah hati' dan (9) tolerans kreatif, dan pekerja keras, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) baik dan karakter bangsa yang perlu dibenr kedamaian, dan kesatuan (Kesuma dkk., 2011: 14). Sementara itu, (2) kejujuran' (3) kepemimpinr dan secara terus-menerus dibangun hemat saya meliputi (1) ketuhanan, (8) kesantunan, (9) tanggung jarv: (4) kedisiplinan, (5) etos kerja, (6) kepercayaan diri, (7) kemandirian, dan (10) toleransi. lain berpenciri (1) memil-ufu Karakter bangsa yang unggul, menurut Quraish Shihab (2011), antara (3) mau bekerja keras, disiplin 'r ont persatuan yang mantap, (2) memiliki nilai-nilai luhur yang disepakati, dan keterbukaan' dan (6) ketega: menghargai waktu, (4) memiliki kepedulian yang tinggi, (5) moderasi ringkas ketujuh pandan5 serta keteguhan menghadapi aneka tantangan. Berikut diuraikan secara \ilai-nilai tt il1ilxtilriltil llll{lllilrrli'flm'u 'illfrfflflif:it : rlllllllltrlllfrl,'' r Perintah Al-Qur'an kepada umat manusia agar beramal shaleh serta pujian terhadap mereka aktif melakukannya demikian juga penghargaan kepada waktu bukanlah satu hal yang perlu dibuktikar t2 i I lurrll}i, ,ii[tillllllfililLllr l;J lilllllllliltNillilrnillr! ii rl|lllllllilruilliliLi lill;lir i ,ufitrlilil1llulilill[X],;; ItlfliilH il0 rtr;, ltffiililU ftthillth nilai-nilai Guna memantapkan bahkan mewujudkan persatuan dan kesatuan itu, diperlukan Al-Qr menjadi pandangan hidup bangsa dan menjadi pegangan bersama. Dalam konteks ini yang un karakter bangsa. Ditegaskan oleh euraish Shihab (201 1: 4) bahwa salah satu karakter bangsa yang langgeng. adalah bangsa yang memiliki pandangan hidup berdasar nilai-nilai luhur u 'illlllutillililiitiilifi:,"J, orang Yahudi agama mereka dan bagi orang-orang muslim agama mereka 0uga)." Dari ayat di atas terlihat bahwa setiap umat mempunyai nilai-nilai yang mereka anggap indah dan atas dasar baik. Atas dasar nilai-nilai itulah mereka bersatu, mengarah dan melakukan aktivitas Dengan pula mereka menilai pandangan pihak lain, apakah dapat mereka terima atau mereka tolak. lain, nilai-nilai itu merupakan filter bagi apapun yang datang dari luar komunitas mereka. P Semakin digarisbawahi bahwa apapun nilai 1.ang mereka anut, nilai-nilai itu harus mereka sepakati. unggu-: kesepakatan, semakin mantap dan kuat pula persatuan dan semakin besar peluang bagi l llldlllililtlilil]]uld!:,',lr persatuan dan kesatuan merupakan kebutuhan mendasar bagi sebuah bangsa. Satu bangsa 1' utama untuk keunggulan s: terpecah belah tidaklah dapat tegar dan sebaliknya syarat pertama dan disadari bahwa persatuan : bangsa adalah kemantapan persatuannya. Namun demikian, hendaknya di tengah satu bangsa rkesatun tersebut tidak harus melebur perbedaan agama atau suku yang hidup Yah--r ini dapat terlihat antaralain dalam naskah Perjanjian Nabi Muhammad SAW dengan orang-orang sesungguh:' "Dan ketika beliau baru saja tiba di kota Madinah. Salah satu butir perjanjian itu berbunyi Bagi or::g mukmin' orang-orang orang-orang Yahudi dari Bany 'Auf merupakan satu umat bersama Allah, karena mereka Dan janganlah kamu memaki sembahctn-,sembahan yang mereka sembah selain setiap akan memaki Attah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami iadikan mereka' lalu menganggap baik pekeriaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali (Q'S. A1 An' am [6]: 1 08) memberitakan kepada mereka apa yang clahulu. mereka kerj akan. u -ii; rrrlffiilffntlilil-. tersebut. menegaskan bahwa ,...*i"r ,il1{llililiir,ri .., lllli il,rfl 'lnuurniu,r, ,tfrLrUfl1 'ilruililrll1ilililrit]luul r fi nlmilfi ill||llllNrfdil]il[ il]lmlruilu ,mruulr Prosid ing Senrira' -::.-,:€,.i:o-ia Pendidikan Bahasa lndonesia pascasa-:-: i _ " : tidupan se rta dengan Jn'm :':trrtngsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat clan berasaha ke arah itu dengan sr1/i-{,!:=,,;-:-,{fr maka mereka itu adalah orang-orang yang usaha mereka clisyukuri (Q.S. \i-i-.:. - m,fn: ra adalah mu'min, - l9). -r'ei karena itu, seseorang harus selalu memiliki kesibukan positif. Bila telah berakhir sua:-: ia harus memulai lagi dengan pekerjaan yang lain, dan dengan waktunya selalu terisi. ion meliputi uran, bij 6) percaya an (9) to t perlu di Serkenaan dengan kepedulian, firman Allah dalam Q.S. Ali Imran [3]: 110 menegaskan sebaL, ''an umat Nabi Muhammad SAW, yang artinya'Kamu aclalah ttmat yang terbaik yctno an tmhtk marursia, menyuruh kepada yang ma'ntf, clan mencegah dari yang mttnkar, clctn t:epada Allah. Ayat tersebut menggarisbawahi bahwa keunggulan umat Islam disebabkan oleh r dril0''ian mereka terhadap masyarakat secara umum sehingga mereka tampil melakukan kontrol sosial, $nqlurkan kebaikan dan mencegah kemungkaran disertai keimanan kepada Allah. Kepedulian itu berkaitan dengan pemahaman dan penerapan serta pembelaan terhadap kepemimpi anggung Ja\\ iri (l) 'aja nilai-nilai agama yang universal yang dijelaskan oleh ayat di atas dengan kata al-khair, tetapi nilai-nilai budaya m'urakat yang tidak bertentangang dengan nilai-nilai al-Khair. Kepedulian juga mencakup pemenuhan Itrnrrirrn pokok anggota masyarakat lemah. Kepedulian ini tidak hanya : me disiplin n (6) keteg ras, tetapi mencakup semua anggota masyarakat. terbatas pada orang-orang yang tluh nr bangsa i eunggulan h!;ta gembirakanlah hamba-hamba-Ku, yang persatuan menclengarkan perkataan laltt mengihtti clengan :t"zggtth-sunggtrh apa yang paling bctik di antaranya. Mereka ittilah orang-orang yang tetah Allah :"n:tfti dan mereka ihilah IJlu Al-Albab rtu bangsa. r-orang Ya sesunggu r n. Bagi t-:ng dimaksud dengan mendengar perkatan adalah segala macam ucapan, yang baik dan yang tidak \{ereka mendengarkan semuanya lalu memilah-milah, dan mengambil serta mengamalkan yang ::hkan yang terbaik tanpa menghiraukan dari manapun sumbernya. o rilai-nilai r ini Al-Qur uemang penegasan tentang perlunya menepati janji merupakan sendi utama tegaknya masyarakat t:Ttji bagi seseorang dan suatu komunitas. Sifat dan karakter itutah yang :*::ll:i] f_"*:'berinteraksi anggota masyarakat. lftara kepercayaan Bila kepercayaan itu hilang, b"hk"r";;;;;, *ran lahir kecurigaan yang merupakan benih kehancuran masyarakat. ta mereka na an setiap reka, lalu gap indah atas dasa - Dengan nereka. Semakin gi a unggulnl vang un mereka y dibuktikan, I f paya Sinergis dalam pengembangan Karakter {-paya mewujudkan pendidikan karakter perlu memperhatikan penerapan strategi yang tepat. gi pendidikan karakter meliputi: (l) sosialisasi, _,_-, yakni _'"^_ penyadaran semua psur4rrBllu rwuruq pemangku Kcpgnllngan J kepentingan k1ra,fe1.bans:i.!i.di: cetak dan elektronik perlu berperanserta dalam sosialisasi); (2) Tl^t:i:]" rdikan, yang meliputi pendidikan formal (sekolah), nonformal (kursus), informal ai *,,'urr, t"-pui t & masyarakat; (3) metoda, yang meliputi intervensi regulasi serla pelatihan dan habituasi fiFmSlutuun); $) pemberdayaan, yakni memberdayakan semua pemangku kepentingan (orang tua, m*{ah, onnas, dsb.) agar dapat berperan aktif dalam pendidikan karakter; (5) pembudayaan, yakni mebudayakan perilaku berbudi atau berkarakter dibina dan dikuatkan dengan penanaman nilai-nilai ilp-+"cupan agar menjadi budaya; dan (6) kerjasama, yakni membangun kerjasama sinergis ,"^|j; pmangku kepentingan. ";;";; :*rts{:r-r; i*r na: Te--€s€ - : :.:rrtml*s- i-a-a"e -,:,:FeS a 3aSCaSarjana 2013 -- ::L-:i::, :,ja tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan nonformal, dan da: rrci,- r r-:i, ..r1..'*1ul. Ketiga jalur pendidikan tersebut mestinya bersifat lengkap-melengkapi dala: t--::-i: ne:cidikan budi pekerti. Perlu dijalin komunikasi yang efektif dan berbagi nilai di anta--r \ ru; 1LtrfilMilnillil[u];l ']l;1 rtt]ilmitl]tilu",,':r Pendidikan informal-pendidikan keluarga dan lingkungan-memiliki peran yang penting dac strategis dalam menentukan keberhasilan pendidikan. Hal tersebut terkait dengan kenyataaan bahwa pu sis\\ a rata-rata hanya sekitar tujuh jam (kurang dari 30 Vo dari waktu yang mereka miliki per harinl. mengrkuti pendidikan di sekolah. Selebihnya, peserta didik berada dalam keluarga dan lingkung sekitarnya. Ini ll t|i,,il - --":ia- sekolah. organi sasi keagamaan dan masyarakat. -.r illuuitilfi|, ,,tll:j,].il n :.j llllllllllllllltlti :,t, rll llllilllN|Tm:' .Jtil rllflllllllltlllltuli;lilts!,,""l, Seiama ini, menumt Akhmad Sudrajat (2010: 3), pendidikan informal terutama dalam lingkung keluarga belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian kompetensi pembentukan karakter peserta didik. Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang .,i,l"- .iilillllllllll relatif tinggi, kurar: nya pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan Si lingkungan sekitar, dan pengaruh media elektronik ditengarai bisa berpengaruh negatif terh perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik. Salah satu alternatif untuk mengat:sr permasalahan tersebut adalah upaya terpadu dalam pendidikan budi pekerti, yaitu memadukan mengoptimalkan kegiatan pendidikan informal lingkungan keluarga dengan pendidikan formal di sekol" Dalam hal ini, waktu belajar peserta didik di sekolah perlu dioptimalkan agar peningkatan mutu ha;i belajar dapat dicapai, terutama dalam pembentukan atau pembangunan karakter peserla didik. rlllltilfjltrilrl: 'rrrr1 r i.I ,liiltflllltrl] 'i*frlltNlluf''i:r itlill!triillililluljr lltrllllllltlll'tr , ,*r ir I depan. sekolah, pendidikan karakter diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata pelajar' Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata pelajaran pe: dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, Di belajaran nilai-nilai tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada internalisasi, c pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari di masyarakat (Sarwiji Suwandi, 2011b). 1 rlllllllfillillrillrliliirir. * , r. ,, fllllllill]lltrNriLi 'ldllNlltltttlltrt,,i u tttillilltillttLtrrili:* r-t ilfl* ri-1"1 r f[ {ffillnil0lllilllr,; .._rL *r1 T lilil|I::il m ti lllllllliluilfllillitll]ilIIl;l l llllllllill{lil|ll LilllllllllllfllllllliulLllL Lembaga pendidikan memiliki peranan yang sangat besar dalam pendidikan karakter. Pendidil diyakini sebagai tempat penanaman nilai-nilai luhur kehidupan; tempat penyemaian nilai-nilai baru r a disepakati oleh masyarakat untuk mengahadapi perubahan; dan tempat melestarikan nilai-nilai luhur ,iI Jl Ittitiirtirnmnrlu*r':r, llfiilllIllltlll Keluarga memiliki peran penting dalam pendidikan budi pekerti. Seluruh anggota keluai hendaknya memiliki persepsi, sikap, dan pola tindak yang sama dalam pengembangan karakter. Oran-e : perlu melakukan penegakan tata tertib dan budi pekerti dalam keluarga; penguatan perilaku berkarakl* dan melakukan pembelajaran yang efektif kepada anak. Selain upaya di rumah, orang tua perlu menja komunikasi yang efektif dengan guru di sekolah (Sarwiji Suwandi, 2011a). t.J:t *uy r tiTl I {lfrffilllllllilIilli,|lr.$ Llllll&lllllllulilfl- llffiIlilil Jl nu! ini, il" ljl rrr:l-"1 *p,11q11q11111 ifllllllxllilrll|ll]lf,ll i, ;rir, ''i ;i rffiilllilliluii ,i ,ti p Kegiatan ekstra kurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu mec yang potensial untuk pembinaan budi pekerli dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegia Ekstra Kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di iuar mata pelajaran untuk membantu pengemban peseda didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang sec khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan kewenangan di sekolah. Melalui kegiatan ekstra kurikuler diharapkan dapat dikembangkan kemampu dan rasa tanggungjau'ab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik. fiflfrlflq]Iltni"ii[-' llilllJlilrulllllrliu iiruilfliluluu:.-ri mruuur, t4 ::lllr/,ll il11,::rfi ihmmurilnnl' ii$r ulmrulllllillltil Pendidikan karakter di sekolah juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan sekoi Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan budi pekerli direncanakan, dilaksanakan. dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di sekolah secara memadai. Pengelolaan tersebut an ,*dlll l]tlilrirw rl]IlfitrilM]r il(itll Prosiding Semt nar i -:er-*,rr.a Pendidikan Bahasa lndonesia pascasar-a.e 21 ,: 'rmal, dan ngkapi da illai di a :;iai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian. pendi,3ik msmardikan. dan komponen terkait lainnva. tulnr'ui i,: karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekoiah. r aini rnelandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktiklian {q''rnrN''r} a srga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter lftmru- ran citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. T**-'" i::g eru;nro t penting m bahwa i per hari n sc'rnr ketiga jaiur pendidikan di atas, media massa (baik cetak maupun elektronik) dapat mengambii I i'mmi >nategis dalam pendidikan karakter dan budaya bangsa. Televisi (dan rumah-rumah produksi) t"ill'r l '-loit memiliki tanggung jawab sosial terhadap pembangunan budi pekerli dan karakter bangsa. lurrim Pratomo (2003) tentang sinetron Indonesia menyimpulkaan bahwa tema-tema yang 'i $ pada masalah perebutan harta, tahta, dan perselingkuhan. Intrik-intrik a"nju*, dimunculfitnah, dan umuar ;nenjadi warna dominan sinetron kita. Sinetron kita hanya menjual mimpi. Berdasarkan ;:u: terhadap adegan-adegan di 229 episode sinetron yang ditayangkan di delapan stasiun t9 2003 disimpulkan bahwa adegan-adegan antisosial ,Drqr (yang :'j::"T::--"1 1',1llu indikator-inaifltSr :"T1,: Y:-' \J 4rr5 -""11';:::*: slnerti, pengani avaan, kekerasan, dan ucapan ,sI kasar) t\4D@lrt :"^:",* persentase tidak lebih banyak : :5'10o/o' Sungguhpun dibandinghkan dengan adegan-adeg# *ri"sial dalam sinetron kita bukan sekedar ,,bumbu,, untuk menciptakan ;:a::::ii:*i: ini menjauhkan fungsi sinetron sebagai "cermin" budi-pekerti - --{al luhur bangsa. Sungguhpun :ejalui penelitian, tampkanya tayangan sinetron di berbagai stasiun televisi masih menampakkan lingk m lingkun npetensi n,egi, ku pergaulan arif rk nadukan al di n mutu rta r;a demikian. kelu ie;rn :r. Orang :rlu menja Pendidi P*nbelalajaran pada dasarnya merupakan interaksi ai baru v edukatif antara siswa dan guru dan sumber nr lainnya untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Belajar merupakan kegiatan aktif siswa m rnembangun makna' Untuk itu, guru perlu memberikan dorongan kepada siswa unfuk ilai iuhur ikian, tlisasi, 2011b). satu (. gemba 'ang r dan emamp n seko rakan, :but antan di atas, guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengembangkan maupun di ruar pemberajaran. Guru harus mampu ffS;:i:,iti'|!:,'l::1:,I:',:o:o:1ueraj11n *ian cara berpikir positif pada disi siswa. Sebagaimana ditegaskan oleh orick (2002: g6) bahwa positif adalah langkah yang paling penting yang bisa kita ambil sebagai individu dan masyarakat :€rnpengaruhi perubahan ny ata. berkara a pelaja laran pe unsur-unsur -"nr*rnul ranggung jawab b"iaja, berada daram diri siswa, tetapi )r5wa, lgtapl Frtanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong prakarsa, motivasi, dan tanggun-e ps I1 uU r4r<1111 15 '"olljT* havat (Suwa ndi, 2007b;20r0). Ditegarkun pura daram LL \o -\O. ltue li- lt)05 bahwa guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar. membimbin_e. irvr.eqr rrrwl men_earahkan. melatih. ,-F'm:ri. dan mengevaluasi pesefta T'##j"t:::::Tl*:l_t?.9::,i"nva. ::::::jilo"l'j* didik. Sis['a akan terus belajar dan belajar secara aktifjika kondisi pembelajaran dibuat menrensng]isn. ro@an. dan jauh dari perilaku yang menyakitkan perasaan sis*a. Diperlukan suasana belajar lang ffimtgnn'gkan karena otak tidak akan bekerja optimal bila perasaan dalam keadaan tertekan. Untuk itu, 'rqn€eimana ditegaskan Brown (2000: 7), guru memiliki tugas pentine membimbin_e dan memfasilitasi 'me dalam belajar. Pembelajaran yang aktif, efektif, dan menyenan-ekan menuntut peran guru sebagai fasilitator yang hmmt dan dinamis' Guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran atau nur;ajemen kelas yang bervariasi, mengafur kelas dalam suasana )'ang menyenangkan, mengembangkan mMeri sesuai dengan kebutuhan pembelajaran, serta men'iapkan dan menggunukun media pembelajaran '1qg menarik dan menantang parlisipasi aktif sisrva dalam kegiatan berkomunikasi. I5 >rjSE][.E :€'-.lr,g -=r*asrotral br:r:ll.a- 3aesa '\:cr€sia Pascasaqana 2013 G-:-* p*:u m*ntrasendensikan proses pembelajaran, ,r',: .u:r mencoba memandangnya sebagai sesuatu ) pembelajaran itu melekat transfer informasi atau pengetahuan. Dalam aktivitas =kar1ar karakter-karakter ung empati, ketendahan hati, kreativitas, keikhlasan, dan Jnsui-unsur ka:ih sa,vang, ia:r.nr a. Seiain bersumblr pada nilai-n ilai agama, unsur-unsur tersebut dapat pula kita temukan da i;an a sastra. para pembelajar bertum Guru hendaknya memiliki hasrat yang menggelora untuk melihal yang mampu memberdaya dan mengaktuali bermetamorfosis, dan menyempurna menjadi insan-insan sungguh nilai-nilai yang akan membuat kan dirinya. ttulah hal yang perlu dimiliki oleh para guru' Ini menjadi a legend,yang akan dikel bukanlahTl st orclinary teacher,melainkan a Sreat teacher, bahkan M., 2006: 18)' oleh banyak jiwa-jiwa pembelajar kita sepanjang masa (Dani Ronnie E. Peningkatan Minat dan Budaya Baca pelajar-m Kiranya kita bisa bersetuju bahwa minat dan budaya masyarakat kita-termasuk dan lebih berkualitas, maka harus rendah. Menyadari permasalahan di atas, jika bangsa ini mau maju masyarakat untuk mendongkrak minat i upaya-upaya yang lebih konkret baik dari pemerintah maupun pada kebiasaan dan budaya memb Urau'u tu"u -u.yu.akat. Peningkatan minat baca harus diarahkan (reacling society). Selanjutnya, melalui kebias serta terwujudnya masyarakat berkebutuhan membaca terwujudnya masyarakat bel membaca itu akan dapat dikembangkan kegemaran menulis serta yang cer (learning society) dan masyarakat cerdas. Hanya dengan mempertinggi kualitas kehidupan yang maju, mandiri, sejahtera, dan meni tersebut, kita dapat membangun peradaban lndonesia modern bangsa yang unggul (Sarwiji Suwandi, 2007a:3)' semua Masyarakat. "Sasaran dari gerakan ini adalah pengembangan dan pemberdayaan perpu khusus, perpustakaan, seperti perpustakaan nasional, perpustakaan umum' perpustakaan adalah mas gerakan ini dari p"rg,r*un tinggi, dan perpustakaan sekolah. Hasil yang diinginkan gemar membaca, masyarakat gemar menulis, masyarakat belajar, dan masyarakat cerdas' Upaya menumbuhkan minat dan budaya baca belum dilakukan dengan sungguh-sungg pencanangan gerakan selama ini terkesan masih sebatas formalitas dan seremonial. Tradisi formal dengan pencanal seperti itu tampaknya memang sudah membudaya dalam kehidupan kita' Apakah Sudah tentu ti gemar membaca tersebut serta mefia minat baca siswa dan masyarakat bertumbuh? dan berkelanj Lebih dari sekadar gerakan, yang sangat diperlukan sebenarnya adalah upaya sistematis yang melibatkan semua pihak (s t akeho I der s)' (terencana, Upaya menumbuhkembangkankan buday'a baca harus dilakukan secara sistematis Upaya ifu dan efisien. yang efektif menerus, dan dapat dievaluasi) dengan menggunakan metode ditempatkan secara tidak terpisahkan dengan aktivitas berbagai sektor kehidupan masyarakat. jawab bersama seluruh kom karena itu, upaya menumbuhkan budaya baca merupakan tanggung llm rMl ffi Prosiding Ser -a- -:3-3: :-i Pendidikan Bahasa lndonesia pas:asa-:-_ .l_,, : flri-n[,:r-]] masyarakat, mulai dari instifusi sosial paling kecil (rumah tangga) sampai ke ,:-.: :_. , lrwJilr, pemerintah). r:tri'r:3'-terutama orang tua-mempunyai peran yang sangat menenfukan. Fungsi keluarga b.ui.: us*r'ili hanya melakukan fungsi reproduksi atau fungsi perlindungan, juga r'tit'*:i a'li"u: :ungsi soasialisasi-termasuk m:r tetapi bertanggung -ja* a: di dalamnya mendidik anak agar memiliki perilaku gemai rLrang tua perlu mengarahkan perhatian mereka dari televisi ke buku, dari budaya menonton ke tut rnut in U.r*'";;;*. -n]:: tua dapat berperan ganda, yaitu sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator, orang tua 'r *:':*\an buku-buku ataubacaan serla kebutuhan yang lainnya untuk menopang kegiatan membaca i'i{Llkan oleh anak sehingga dapat mencapai tujuan sebagaiman a yang dikehendakinya. r*rftilrrnrnrLr:r: ilililllllll r:1 Sebagai Ix5--' orang tua 'perlu dengan sabar senantiasa mendorong dan membimbing anaknya untuk k-* melakukan kegiatan membaca dan mencintai bacaan. Kepada mereka perlu kita tumbuhkan ne:nl positif terhadap kegiatan membaca dan bacaan sejak dini. r-r:gkah naifnya orang tua yang berharap anaknya rajin membaca, tetapi mereka sendiri tidak urr-ntuhkan jiwa anak dengan kegemaran membaca. Bagaimana orang Dagarrnana tua dapat menyuruh anak_ 'rvrrrudvd. anak':'l untuk membaca buku-buku yang baik dan sehat, jika dirinya sendiri merasa cukup dengan m-"a i suat kabar dan majalah hiburan. Ditegaskan oleh Syafinuddin al Mandari (2004: l1g-119), :{:ng tua yang setiap hari rajin membacaakan menarik anak-anak mereka untuk mengikutinya. rerwujlg- g."r. perilaku u,,ur ;,r.u orang tunya tidak ru4\ memper_ urvlt lP(rl ;in.l:j:j"l]::r.lt:::.:i-,aran r"ebiasaan hidup teratur dalam rumah. walhasil, apapun yang iu''*u: diharapkan menjadi sikap jiwa dan tuanya. Anak-anak tertanam sejak dini. Kesemuanya berpangkal "r- kehidupan anak, hendaklah terdorong berkat contoh yung dita-pilkan orang nHl ikapi suatu tindakan karena kebiasaan hidup yang *rr:-ah' dan akarnva berupa teladan orang rua. Dengan iJalah keteladanan. :*kut ini dikemukakan kiat yang disebut nr-:lhkan minat dan budaya baca anak. d::rperkenalkan buku sejak dini l0 demikian,;;;j;;;;;""0,0;o* di rumah M yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk q'.-a perlu memperkenalkan buku kepada anak sejak dini, seperli kita memperkenalkan mainan. Buku banyak gambar wama-warni dan sedikit tulisan menjadi pilihan pertama unfuk kegiatan ini. -rlnbar yang berwarna akan jauh lebih menarik daripada gambar hitam putih. Buku cerita -:tr'rk untuk balita adalah yang memiliki banyak 'an_q gambar d.n-nun tulisan 1an-u sedikit. Bahkan. '*;iatan ini perlu pula dirakukan kepada anak barita, meskipun it::an ra belum bisa membaca. :rnudahkan j angkauan buku -!:''rempatkan ,{ buku ataubacaan pada tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh anak. Buku harus ditempatkan di tempat kusus atau ruang belajar. Selain di ruang belajar, buku dapat i::mpatkan di sudut ruang tamu, ruang keruarga, *ung tidur, mushora, atau tempat lain yang ::cmungkinkan anak berinteraksi dengan buku. Kita ,."u* sengaja menggiring dan menumbukkan ruta anak-anak pada buku' Dengancataitu, anak dengan mudah akan mendapatkan buku sewaktun':ktu diperlukan' Sudah barang pasti kita perlu mempertimbangkan jenis bacaan vsvqqrr 4P@ apa )yangperlu kita L*npatkan di tempat-tempat itu. :'-k ,{:mbuat perpustakaan keluarga :erbeda dengan kiat kedua, kita dapat mengupayakan terwujudnya perpustakaan ;:rpustakaan keluarga. tersebut tidak harus d"ngan banyak rak dan banyak buku. Kebe rad,aan rak kita :"xir:r-q iel rei- +-:eas €lal ang{: irs- ia-esa -,-31- o-s a P ascasa rj a na 20 1 3 l itu dapat difungsikan untuk menempatkan les =.-r,l:r ,jengan kebutuhan. Yang penting rak di atas meja dan keluarga d :.e:::r* ian mudah dijangkau anak. Bukuiapat pula ditempatkan tersedia, kita perlu ,-1" meliba '-olihq L"r"t. Setelah perpustakaan j ;*;r: =luruh ;# ffiil;; ";, membaca' ansgota keluarga untuk beraktivitas -1. \{enunjukkan arti penting (menghargai) buku Banlak cara yans dapat dilakukan untuk menunjukkan "ntl'1::T^1i:::iTi::l'J:1;J buah tangan setelah bepergian' hac dan mengoleksi buku dengan baik, untuk membeli buku dicapai, dan mengajari anak menabung ulang tahun, hadiah atas prestasi yang cerita Mendongeng atau membacakan buku g ataumembacakan buku cerita dapat dilakukan ;fifiu||f,atffJ.t"*" ). Mendongen H:T:tt"T-ti:" o*ili -"-;;;' atau sedang i;f ffi;;",*"**rnatikan Til:Ttf:1T:lll,t""? uerarar:"Tbi"":1:i:::::"":::t:,i"";i#l"I*n'H dilakukan lafal, intonasi, dan jeda vang tepat serta dengan penjiwaan)ugu,u,,ukdapatmerasaseolah-olahberadadidalamceritatersebut. 6. Memberi teladan membaca Anakpertamakalimendapatpendidikandarikeluarga.Bilaorangtua ikut gemar yang tinggi terhadap buku' maka anak akan menunjukkan minat gemar membaca membaca. Orar: harus menjadi teladan Yang baik' 7 . Mengajak rekreasi edukatif ar"* (keluarga) dapat dilakukan dengan mengajak Rekreasi tidak selalu di tempat wisata. Rekreasi hl ^^;,,*1-L membaca sejumlah Di toko buku anak diberi kebebebasan untuk ;il ffi;;;iilrrrtuturr,. anak buku-buku kesukaannya' Gunakan tabungan dan membelinya. Biarkan anak memilih met anak Jika secukupnva' untuk membeli buku dan berilah tambahan , --^ ;ilffi;;;J;o;;"" ^--L^-+,' -noL' . buku,kitapunjugamembelinya.Sementaraitu,diperpustakaan,orangfuamembantuanak buku yang diinginkan' menjadi anggora perpustakaan dan mencari 8. Meminta anak bercerita dan berdialog Br'' untuk menceritakan isi buku yang dibacanYa. Orang tua perlu memberi kesempatan anak mengetahui apresiasi o"-entar atas isi buku itu. Hal ini penting untuk ffi-#;#"i"*" ;:il,ilffi;;;;'..*" ' 1- --,^^.-^-. ^^L^^-i pencr sebagai ^on,4, Kita berperan mengembangkan keterampilan berbicara. yang baik atas cerita yang disampaikan anak' 9. Mengajak anak bereksPerimen dari bahan bacaan lebih bermakna' orang tua: Agar pengetahuan atau informasi yang diperoleh konsep-konsep tertentu' iu: mengajak atau membimbing anak untuk "mengeksperimenkan" -.li^ornl+ pengetahuan dan menjadikan pengetahuan vang diperolei .?#;;;;';;r*konstruksikan menjadibermakna.Melaluikegiataninikemampuanpsikomotorikdanefektifsiswadapatditilg kan. 10. Memberi kesemPatan mengarang perlu dikembangkan melalui ak: pengetahuan 1,ang telah diperoleh melalui kegiatan membaca dilatih untuk berpikir secara kritis atas informasi b menulis. Melalui kegiatan menulis siswa gagasan dengan baik' yang diperolehnl'a serta kemampuan menuangkan diperlukan' Guru harus men partisipasi aktif guru untuk meningkatkan minat baca siswa sangat oleh S memiliki kemampuan membaca yang baik' Ditegaskan kan contoh gemar m"rnbu.u dan .^on lreterqr Dengan ketera oun*u guru dituntut memliki keterampilan berbahasa. Lo-Lo i fan para siswa' baik vang berkaitan dapat menjadi model vang baik bagi fi]]uii;;;;;^ ,i) ;ilffi:"til;i"';* l8 Prcs: -; Se- -,:- T:*asl,:rdi ::s:*:-e-; - - l Pendidikan Bahasa lncc-es atkan uarga meliba = :e:nahasa (yang mencakup empat aspek keterampilan berbahasa) maupun .:i.:-: : ,-' lniry-,1 rl';1s diharapkan dapat berperan sebagai figur yang dapat diteladani. Selain i:-. .*--nurir :;-akan bahan bacaan dan juga secara aktif meningkatkan kemampuan membaca pai-: ::-i,i,: roru-: sebagai figur contoh, hal-hal berikut ini dapat diperlimbangkan untuk dilakukan guru r :-e:ringkatkan budaya baca siswa. buku. r nder-, uian, ha reli buku. a bagi Lkan de ngan 'mbaca . Orane ;:-:: ediakan pojok buku (book corner) di ruang-ruang kelas Sall-: -koiah-sekolah yang sebenarnya memiliki koleksi buku yang memadai atau bahkan dalam mnn-,i banyak, tetapi tidak memiliki ruang perpustakaan (termasuk ruang baca) yang memadai. tild"l-,:3n ini dapat dicobakan. Prinsip dasar kegiatan ini adalah mendekatkan buku pada diri sisrva. -'.iur- nenempatkan sejumlah buku (misalnya 50 judul dan jumlahnya bisa disesuaikan) di sudut ttr"r" kelas yang telah disediakan. Buku itu dapat ditempatkan dalam almari atau rak buku. ene:rpatan buku di kelas didahului dengan kegiatan pemetaan koleksi buku yang dimiliki sekolah. -u- -:ri dimaksudkan agar guru secara berkala d'apat mengganti buku-buku itu dengan judul buku "rng lain' Demikian pula yang dilakukan di kelas lain. Guru juga menyediakan buku pinjam. i*::jutnya, siswa ditugasi membaca dan membuat ringkasan atau sinopsisnya dalam buku yang telah Untuk melatih tanggung jawab siswa, guru meminta siswa untuk menc atatkanjudul buku 'n'r"r::iukan. tr; dipinjam, tanggal pinjam, dan tanggal kembali pada buku pinjam yang telah disediakan. Jika uu.-:l-iangka waktu tertentu buku-buku itu telah dibaca oleh siswa, guru menggantinya dengan buku iiitt-tr:\ a. qak anak umlah anak r ak memi anak un r a. Bia 35las1 s1s r penden! 1!{ :, :l,ukan kampanye membaca -r'-:l perlu membuat program kampanye membaca dan memilih dan menentukan pemenangnya. di pojok buku, perpustakaan sekolah, atau m-rstakaan lainnya dan meminta mereka menyusun sinopsis (untuk buku fiksi) atau rangkuman r'::k buku nonfiksi). Dalam setiap minggu anak dapat meminjam l-2 buku (fleksibel menurut ni'':'r-ruhan). Setelah itu, anak-anak ditanyai tentang isi buku yang dipinjam. Bentuknya bisa berbagai ]l|liii!'aln: anak diminta mengulang cerita yang dibaca di depan kelas atau menjawab pertanyaan dari g;i seputar isi buku yang dibaca. Bagi siswa yang bisa menjawab atau menceritakan dengan baik ml' buku yang dibacanya, siswa itu bakal dapat stampel di bagian belakang buku harian anak tersebut mir dapat juga diberi bintang (disiapkan guru). Pada akhir semester, guru akan mengumumkan u';:a\-anak dapat meminjam buku yang telah tersedia 3 icak pembaca buku terbanyak dan mereka akan mendapat hadiah. Program ini dapat memicu dan ]r:E:lnacu minat baca siswa. Mereka akan berkompetisi untuk mendapatkan predikat pembaca terbaik lg tua ru. Me iperoleh rt diting rn".i terbanyak. -:ruk lebih menggairahkan siswa membaca, guru dapat memprogramkan pemberian hadiah u:rbahan yang berupa voucher. Misalnya, kalau anak berhasil mengumpulkan 5 tanda bintang, ia nuran mendapatkan voucher minum (drink voucher). Itu murah sekali, tapi yang penting bagi anakrcak adalah penghargaan terhadap usaha mereka. \{eningkatkan kemampuan membaca siswa ui aktivi rasi bac s membel leh Sanr :terampi tan de Uakin maju dan berkembangnya informasi 1'ang drkemas dalam bentuk tulisan, khususnya yang :€rupa buku, menjadi tantangan bagi guru. Guru dituntut memiliki keterampilan membaca dengan :ark. Namun demikian, karena kita tidak memiliki banl.ak wakfu, kita bukan sekadar dituntut kemampuan membaca, tetapi yang diperlukan adalah kemampuan membaca cepat dan ::iktif. Berkenaan dengan pembelajaran membaca, guru perlu memahami faktor-faktor yang :renghambat siswa dalam membaca cepat dan efektif dan harus beruoaya secara optimal untuk :emiliki Senra -e"oml"s- 3a-ese q:c"les'|e pascasarjana 20I3 ;.|rlsn!rE :1E=r'*es€nA, ::r:-:r.::l;.::l Guru pe:u sampai pada taraf yang efektif. kemampuan membaca siswa hingga :ffJ:.arnenerapkanberbagaistrategimembacaefektifdanefisien,sepertiSQ3R(Stu"vey-Qtrcstit',w Reat].-Summarize-Test), dan sebagainya. .?;;;-,Rc!jte -Retiev,),PQRST (Preview-Qttestion, ketersediaan buku dan sangat menentukan' Persoalan Feran pemerintah jelas sangat diperlukan istilah campur tangan pemerintah. Meminjam ba;ean. misalnya, penanggulangannya menuntut *Tl':::"j::t hanya dipikirkan dan diatasi oleh inisiatit Rersidi. masalahnya terralu nasional untuk te hanya dihadapi secara 'o:'?1: Sebagaimana perpustak' baik dengan usaha pengadaan perpustakaan, dikemukakan, penyedian buku berkaitan .-+"L memneri perguruan tinggi. Selain itu, untuk memperi ffn:TiltJH;'sekolah, maupun perpustakaanbaca' Pemberd?T:1.:,T,::,t*:1",'ittl:liJ:l jangkaun pelayanan pada masvarakat dalam hal akses penyediaan buku-buku vang baik, berbobor dilakukan. segera r;,il:?fiil;#_endesak untuk dan melengkapi perpustakaan-perpustakaan tersebut akan m memperhatikan konteks untuk mengisi xl;: ,H:?;:'il;;il;;;;il;-;;;;;;k gemar membaca' memprovokasi pelajar dan masyarakat agar yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah nemberdavalfl:l*1l1"1#ff:i: upaya tain perpustakaan.Tidaktersedianyapustakawanataupengelolapetpustakaandisekolah-atauada koleksi buku yang dimiliki tidak tidak memiliki kompetensi yang dituntut-menjebabkan dimanfaatkan dengan baik oleh anak didik' Selainmembantupemberdayaanperpustakaandenganmemberihadiahatauhibahbuku,pl dengan menerapkan j"*n:t,1i:,y:^?]:IiiJ:t:::il::: masyarakat dapat diwujrrOt u" antatalain jam itu disepakati tidak menghidu; belajar dari pukul tq.0o-zt.oO dan pada kegr menciptakan lingkungan yang kondusif untuk televisi. Komitmen ini diperlukan dalam upaya ini tentu tidak akan membuahkan hasil yang optimal belajar bagi pelajar dan mahasis*a. upaya ;il;#r"*r,i*," aktivitas membaca' orang tua pada jam tersebut tidak terlibat dengan F. PenutuP atau cita-cita semua elemen bangsa' Ba: Menjadi bangsa yang unggul merupakan kehendak 1.o.oLtat -- ^^^ karakter melalui pengembangan ikhti;;';;offii*kan unruk mewujudkanya, yang attaralain dapat dihasilkan peserta didik yang ce: budaya baca. I)engan pendidikan karakter akan mengimpler Untukr- *^.^^:*-l-i""J*t*t"", o"**t"o mulia, sefia dalam upaya membangun karakter bangsa' kanpendidikankarakterdenganbaikdiperlukankerjasamaSemuapihakyangterlibatdalampendio l,h ^^*^-i-+.h dan- pemerintah (-iJr.t d;**?"0*rtngan pendidikan). Keluarga' guru, sekolah' masyarakat' pendidikan karakter tidak berhenti pada s1c perannya masing-masing secara optimal agar memainkan tetapi betul-betul menj adi kenyataan' minat juga perlu dilakukan dalam menumbuhkembangkan Kerja sinergis antara berbagai pihak budaya baca akan mampu mewujudkan mas)'a: budaya baca siswa dan masyarakat. Peningkatan yang memiliki kegemaran menulis, dan masl a: berkebutuhan membaca (reacling sociee),masyarakat cerdas. Dengan makin tingginya kualitas kehidupan 1 belajar (learning society), dan masyarakat peradaban Indonesia modem yang maju, mandiri, sejahteracerdas tersebut, kita dapat membangun menjadi bangsa yang unggul' Semoga' Prostcrr:g Se- -,=- T.*-*.;rra Pendidikan Bahasa lndones,a !=s-=-a-; _tl - l t'. Guru pe DAFTAR PUSTAKA n'ey-Que tva. iaan buku n d Sudrajat' 2010. "Tentang Pendidikan Karakter" htta:;/akhi::adsridiaiat.g,orinri:: -. -. I0I G/'ii8r2iilpeirriirlikan-i.:araktcr,di-sinprz, diunduh I3 Novembe r 2010. ng Kemendiknas' 2010 ' Bahan Pelatihan: Pengtntan Metoclologi Pembelajaran Berclctsctrl;ori Btrclaya unhtk Membenhtk Daya saing clan Karakter Bangsa. Jakarta: pusat istilah A, tara orang gaimana t perpusta k ljlaimilai Kurikulum memperl 2011' Pedoman Pelaksanaan Peneliclikan Kctrctkter. Jakafta: pusat Kurikulum :1i1ing - berbobot Perbukuan. ut akan ich' victor' 2010' "character Education, Prevention, . and positive youth 1. n' H' Douglas' 2000' Principles of Langtnge Learning ancl Teaching, Foufth Edition. Englewood Cliffs, NJ.: Prentice Hall Regents. tau ada. tidak dan Development,,. Diunduh pada 2September 201 atau penge i dan perbukuan. d Ronnie M' 2006' The Power of Emotional & Aclversity Qtrctient for Teachers: Menghaclirkan Prinsip-Prinsip Kecerclasan Emosionctl clan Adversitas clalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jakafta: Penerbit Hikmah (pT Mizan publika). h buku, 'sa mas men Agama Republik Indonesia' lgg3. menghidu rntuk kegi g optimal Al Quran clan Terjemahannya.Semarang: cv. Alwaah.;4, rna' Dhatma dkk' 201 1' Penelidikan Kctrakter; Kctiian Teori clan praktik cti sekolah.Bandung: pr remaja Rosdakarya. -r I mgsa. Banr n karakter ]-ang :ngimple Terry' 2002' Nurturing Positive Living Skills for children: Feeding the Heart and Soul of Humanity . Jotrnal of Excellence . 7. g6_9g. ;:tran Menteri Pendidikan J{asional Reprrblik Indonesia Reptbtik Inclonesia l\romor 23 Tahm 2006 tentang standar Kompetensi Ltilusan unhrk satt.tan Penclidikan Dasar dctn Menengah. '' Yani' 2003' "Karakteristik Sinetron Indonesia: Suatu Analisis Isi dengan Menggunakan Konsep Prososial dan Antisosial,'. rm pendidi nerintah ha ti pada sl sish Shihab, M. 20r r. " Karakter Bangsa yang unggul Menurut Ar-eur,an,, ) nr+i kan minat m masya an masya :hidupan i sejahtera, content&vi icle&id:8 12:kar Suwandi' 2007a' "Meneratas Jalan Menuju Peningkatan \'finat dan Budal,a Baca pelajar dan Masyarakat" Makalah dipresentasikan dalam Seminar r ang diselenggarakan antara kerja sama Prodi PBSI FKIP, Balai Bahasa Jateng, dan Barai pusraka. r0 ,\{aret. 2007b' "Membangun Profesionalisme Guru dalam N{eu uiudkan pembelajaran yang Efbktif,,, -' makalah dibentangkan pada Seminar Nasional progam UNS, 12 Maret. 1'an-e diseseienggarakan pascasarjana _.2010. "Peran Guru dalam Mewujudkan peserta Didik Berkarakter,,,Makalah dipresentasikan dalam Seminar yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Kabupaten pacitan, l4 November. 21 FmffdmE Strwmr rkrrrac,gEr S*ca krdornsia Pmcasarjana 2013 ffi -r-r1ia "lmplementasi Pendidikan Karakter: Peran Sinergis Seluruh Pemangku Fenriidikan untuk Mewujudkannya," Makalah dipresentasikan dalam Seminar Karalter l ang diselenggarakan PGRI Kab. Grobogan, l7 November. . 201lb. "Peran Sastra dalam Pendidikan Karakter bagi Peserla Didik," Makalah dipre kan dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter yang diselenggarakan FKIP Unive Sebelas Maret, 30 April. . 2012. "Pendidikan Budi Pekerti sebagai Pilar Penting dalam Pencerdasan dan Pembang Karakter Bangsa," Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan Bahasa Jawa Tengah, Semarang, 24 }l4ei. Syafinuddin al Mandari. 2004. Rumahht Sekolahktt. Jakarta: Pustaka Zahra, Suyanto. 2010. "Urgensi Pendidikan Karakter". urserisi- pendi d i kafi -k-arakterl, diunduh 1 3 November 20 I0. ? ft I lt/t I-Indang-tJndang Republik Indonesia Nomor 20 Tahtm 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. t-Indang-tJndang Republik Indonesia Nomor 22 l4 Tahttn 2005 tentang Gunt dan Dosen.