Pembang unan: Globalisasi dan Ketergantungan

advertisement
Pembang
unan:
danKetergantungan
Globalisasi
ebidin
SaidZainal
Prof. Dr Saicl Zainol Abiditt atlalah Guru Besar Tetap Sekolalt Tirtggi Ilmu Aclnittistritsi
(STIA) Lentbaga Adntittistrasi Negara (LAN). Tulisan ini disantpaikan sebagai
Panclangah Pokar tlalam bedah buku "Ekspose Ekottonika: Globalisme dan Kontpetensi
Salana Ekottoni" olelt Prof. Dr Sri-Edi Swasono yang diselenggarakan olelt STIA I'AN
pacla tanggctl l0 Desentber 2003-red
Pendahuluan
berlangsungselamalebih dari setenganabad, sejaksesudah
l)embangunan ),ans
I Perans Dunia II, telah mampu meningkatkan pendapatanr^ta-rat^ 1'angcukup
tinggi pada hampir semua nesat^ cli dunia. Keadaan ini bedangsungsebagaiakibat
dari perkembanganteknologi vang sangatmenakiubkan selamamasaitu. Kemaiuan
teknologi telah meningkatkan kemampuan manusia untuk melipat gandakan
kecepatan gerak, melakukan rangkaian pekerjaan yang iauh lebih banl'ak secara
simultan clan mengendalikan kegiatan tanpa kehadiran manusia secaralangsung,
baik dalam jarak clekatmaupun dari jarak jauh. Sebagaiakibat dari teknologi iru,
manusia telah mampu menempuh jarak 1'angamat jauh dalam u'aktu )rang amat
cepat. Bersamaandenganitu, dalam bidang komunikasi, hubungan meniadi sangat
instan. Dengan teknolog I'anu ada pada saat ini, orang telah mampu mengakses
informasi clarisuclutdunia manapun clalamwaktu hanva sekeiap.Sesuatu1'angsulit
clibay'angkanlima puluh tahun 1'anelalu. Flubung^n ^nt^f manusia dari belahan
bumi vang berbeda dengan mudah dapat bedangsLrngseperti diantara dua orang
vang seclangbertatapan muka. Peralatanpunmenjadi makin sederhana,sehingga
secaramobil orang clapatberkomunikasi paclasetiap saatdan dimana saiamereka
beracla.Sebabitu tingkat procl-rksir^t^-r^t^ cil-rniameningkat cukr-rptinsut. Dengan
kemajuanitu manusiatelahmampu menghasilkanberbasaimacam keburuhandalam
jumlah vang jauh lebrh banvak clenganberbasaivariasi dan kr-ralitas
vang iauh lebih
lain l'ang lain
dunia
tinggi. Dengan demikian manusia seolah beracladalam satu
dari cl,rnia masa lampau. Singkatnr'^, ap^ r'anr clapar dicapai clengan kemajuan
teknolosi pada saat ini, tidak pernah terbayangkan lima puh-rh tahun 1'zrnglalu.
Ironisni'a, kemajuan teknolosi lang clahstat itii belurn mampli menghiiangkan
kerniskinan, rnemperbaiki nasib clan mcningkatkan tingkat hicli-rpdari bermiliarclunia.
miliar kaum clhu'afavang tersebar cliselr-rruh
I',disi02'lirltttn lX fularet2004
Peniltartsurtttrt
Perertccutaan
2',7
Kemaiuan teknologi dan kenikmatan hidup Yang dicapai itu sa1'angnl,ahanvatersedia untuk sekelompok
or^ngyang terbatas dalam kawasan tertentu atau di neg r^-negara tertentu saia,yang tak mungkin terjangkau
oleh mereka yang hidup menderita dan tidur malam dengan perut serengah kosong dari negara-negx^
berkembang.Dengan kemajuan teknologi yangada, sekelompok negara-negaramajumenguasaihampir seluruh
sumber daya yang ada "di bumi, air dan 1'angterkandung didalamnl'a" untuk kepentingan sekelompok kecil
manusia saia, sambil meninggalkan limbah vang seringkali mencelakakan hidup orang-orang miskin 1.angada
disekitarnr.a.
Bersamaan dengan tingglnya tingkat produksi dan perrumbuhan ekonomi nta-rata durua pada saat ini, 1.,2
miliar ummar manusia hidup dengan pendapatankurang dari g 1 sehari (1993 ppp us $), dan pada tahun 199g
terdapat2,S mtliar manusia hidup dibawah $ 2 sehari.Dalam bidang kesehatan,kemajuanteknologi telah mampu
melakukan pembuahan buatan dan bayi tabung, serta teknolog c/oningTetapi, 968 juta ummat manusia masih
hidup tanpa aksesterhadap sumber ai4'2,4 miliar manusia tak adaaksesterhadap sanitasikesehatan
1,angpaling
dasar sekalipun.34 futa hidup dengan mengidap HIV/AIq
11 juta balita mati setiap tahun karena berbagai
sebabyangsesungguhnyadapatdicegah.
(JNDP, HananDeue/optzentRtport200l:9;Snghtz,2002:253).Bersamaan
dengan itu, perkembangan teknologi juga telah mendekatkan hubungan ^nt^r neg ra, yang pada gilirannl,a telah
mengakibatkan ketergantungan negara-negarz-miskin pada sebagian negara-negaraka1,a.Baik dalam konsumsi,
investasi maupun dalam berbagai kebijakan publik. Pertanyaanny^,rr'engapadengan kemajuan teknologi l,ang
tinggi itu manusia masih tetap belum mampu mengatasiderita dari sejumlah besar kaum dhu'afa tersebut?Dan
mengapa dengan kemaiuan itu, keterganfi-rflgannegara-negaramiskin pada beberap^ neg r^ ka1,amenjadi mak.in
intensif, sekalipun secaraformal mereka sudah menl'atakan diri sebagainegara merdeka
l,angberdaulat? Sementara
ketergantungan dan ketimpangan hidup itu makin melebar, pengerrian tenrang makna dan tujuan pembangunan
yang sesungguhnya masih merupakan perdebatan dan pembahasan
1'angbelum tuntas.
MaknadanTujuanPembangunan
Selamamasa yang panlang iru, pengertiantentang pembangunan berkembang sesuaidengan perkembangan
pemahaman orang tentang rujuan pembangunan.Secaraumum pembangunan dimaksudkanuntuk mewujud[an
kondisi yang lebih baik di masa depan daripada kondisi
I'ang ada pada waktu sekarang (u,alalakhiratu khaira/ /aka
znina/u/a, QS, 93 : 4). Ini mengandung pengertian bahwa rnasyankat selalu berada dalam kondisi yang
dinamis.
Dalam mas1,212L",r'ang dinamis, kondisi masa depan itu berada dalam proses perubahan dan perkembansan
sepanjangwaktu (dlnartic cbang).Proses perubahan itu menggambarkan rangkaian perubahan
vnng b.raer^k
kearah kondisi vang lebih baik. Perubahan itu tidak boleh han1,abedangsungdalam wa\r,asanyang sempit,
r,ang
ha{a tetjadipada sebaglananggotamasvarakats aja, sementarasebagianbesar lai., tetap tidak berubah. perubahan
itu bersifat menveluruh (tbewho/esociefi),
i'ang bedangsungsecarabertahap dari saru kondisi kekondisi 'ang lain.
Sehubungandenganhal di atas,adadua hal vang berhubungandenganprosespembangunantersebut.peftama,
bahu'a pembangunan itu berorientasi ke masa depan (firtr.rre
oienterfi.Artint,a kondisi 1,*g t.Uit baik itu ada di
masa \rang akan datang,\'ang harus dicapai melalui serangkaianupava atau strategi.Kedua,
pencapaiantersebut
tidak sekeuka dapat terwujud. Ada jangka u,akru vang pedu ditempuh dan memerlukan
kesabarr., ^,^., up^,,.
t'ang bersifat terus menerus. Dengan kata lain, pembangunan tidak dapat clilakukanhan1,adalam sekejap
dan
dengansekalipukul, sekalijadi. Tetapi meernedukankerja kerasvang berkesinambungan.Dan
iru tidak berlangsung
secarasporadis,melainkan melalui perubahan1'angdirencanakandan dilakukan secara
bersahaia.Sebabiru daoat
dipahami bila tujua4 pembangunan itu menjadi cita-cita bersama
1'anediingrnk ao (preferab/)oleh selun h *^r,.^.rk^r.
28
Perertcattaan
Pernbartgunan
Edisi 02 TahunIX Maret 2004
Aktifitas masyarakat.
Dalam bidang kebijakanpubLik,
kriteria kriteria yang dipakai
tidak lagi sekedar kriteria
ekonomi seperti tingkat
pe rtumbuhan pendapatan,
pertumbuhankonsumsi,investasi,
tingkat pertumbuhan dan jumlah
ekspor atau impor dan
sebagainya. Tetapijuga
mencakup tingkat kesehatan
masyarakat, harapan hidup,
tingkat pendidikan masyarakat,
ketergantunganpolitik dan
ekonomi keluar negeri,
kemantpuan kemandirian sebuah
claerah otonom dan lain-lain.
Sejalan dengan perkembangan baru, pembangunan tidak lag1 dapat dil-ihat hanya terbatas dalam bidang
ekonomi, tetapi telah meliputi berbagai bidang kehidupan. Maka itu makna pembangunan iuga menjadi lebih
luas. Karena itu indikator I'ang dipakai untuk mengukur perkembangan pembangunan juga menjadi lebih luas
dari sekedar indikator-indikator ekonomi saia. Dalam bidang kebijakan publik, kriteria yang dipakai dalam
proses perumusan strategi/kebijakan pembangunan juga berubah. Artinl'a kriteria yang dipakai tidak lagi sekedar
kriteiaekonomi seperti tingkatpertumbuhan pendapatan,pertumbuhan konsumsi, im'estasi,tingkatpemrmbuhan
dan jumlah ekspor atau impor dan sebagainl'a. Tetapi iuga mencakup tingkat kesehatan masyarakat, harupan
hidup, tingkat pendidikan masyarakat,ketergantungan politik dan ekonomi keluar nbgeri, kemampuan kemandirian
sebuahdaerah otonom dan lain-lain
Dilihat pada perubahanoiientasi ini, selamabeberapadecadeterakhir terdapat tiga kecenderungan pengertian
tersebut
1,ang dipakai dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara'.Ketiga pengertian
menggambarkan pemahaman orang tentang pembangunan. Pengertian itu pada waktu yang lalu sering disebutkan
sebagaiTrilog Pembangunan )'ang tercermin dalam prioritas Rencana Pembangunan Lima Tahun (X.epelita)di
Indonesia. Yang pertama pengertian berdasatkan tingkat perrumbuhan pendapatan per kapita. Jumlah total
produksi nasional (GNP atau GDP) dibagi dengan jumlah penduduk. Ukuran ini meniadi safi:-saflrnya ukuran
yang sangat dominan sampai pada awal tahun 70-an. Tetapi karena berbagai kelemahan yangada, pengertian ini
mendapat kritik dari ban;'ak pihak. (Ntahbub'ul Haq,1976, H.B.Chenerri 1979, Everett E. Hagen, 1980, E.
WavneNafziger, 1990,J.G.Wiilamson, 1991).
Diantan beberapa kelemahan 1'ang dikritik pan ah[ iru adalah, pertama, perhitungan pendapatan nasional
hanya dilakukan berdasarkan nilai pasar. Akibatnya, komponen-komponen pendapat^n at^u beberapa kegiatan
produktif yang tidak dapat diukur dengan harga pasar,terabaikan. Pekeriaan ibu rumah t^ngg misalnya, tidak
termasuk dalam perhitgng4n pendapatannaasional,sementarakegiatanpembantu, termasuk dalam perhitungdn
tersebut. Kedua, perhitungan pendapatan per kapita pada umumn ,s,adidasarkan pada nilai mata uang dolar (JS
$). Padahal da1'abeli dalam negeri sesuatu mata uang seringkali tidak sama dengan ni.lai rukar mata uang yang
bersangkutanterhadap dolar. Ketiga, pengertianberdasarkanpendapatanper kapita mengabaikanunsur keadilan
masyarakatdan pemerataan. Pendapatan per kapita sebagaihasil-bagi dari total pendapatan terhadap iumlah
Per?ncanaanPembanpunan Edisi 02 Tahtut lX Maret 2004
29
Globalisasi
Perbangunan
pendudr-rkboleh jadi meninskat karenapeningkatantotal pendapxtanvang lebih tinugi dari ringkat perturnbuhan
penduduk. Padahalpeninrkatan total pendaparaniru boleh jadi hanya berasaldari penclapatansekelompok kecil
anggotamasi'arakat.Akibatni'a, pembangunari'dianggaptelah berlangsungsecafame),akinkan,serlenrarasebagain
besarpenduduk lain, tidak mengalarniperubahan.Dampak dari pengertianvans demikian tedihat pada pemihakan
berbagai kebiiakan publik pada kepenunganjgolonganvang berpendapatanringsi.
Iiarena iru, pada bagian akhir tahun 1.970-an,timbul kecenderunganunruk menssandkan arau rnelengkapi
pengertian berdasarkan ukuran pendapatan per kapita dengan pemeraraan pendapatan dianrara penduduk.
Pembangunandianggap berhasil, kalau sebagianbesar penduduk dapat menikmati hasil dari pembangunan itu.
Jadi, disamping pertumbuhan, diperlukan adanl'apemerataanpendapatanantar kelompok atau golongan dalam
masl'arakat.Perhitungan vang demiki^n ant^r^ lain ditunjukkan dengan ketimpangan ekstrim, ketimpangan
sedangdan kedmpangan moderat. Sejak masa iru, pemeraraan (eqtnlig) menjadi pertimbangan penring dalam
proses perumusan kebijakan publik. Tetapi kernudian,pengertian tersebut juga tidak sepenuhnyaditerima para
ilmuan. Persolannvatedetak pada pertimbangan keadilandalam berusaha.Pengertianini dianggap masih kurang
tepat, karena pemerataanhanya berdasarkanhasil dari pembangunan, bukan pembangunan itu sendiri. Dalam
hal ini, ada dua pertimbangan ),angdapat dikemukakan.Pertama,pemeraraanhasil munekin terjadi han1,akarena
sebagiankecil anggota masl'arakatbekerja dengan sungguh-sungguhdalam pembangunan,sedangkansebagian
besar lainnl'a tidak bekerja ^pa-^p^ dan tidak ikut mengahasilkan sesuatu, tetapi ikut menikmati hasil-hasil
pembangunan, Kedua, proses pembangunan hanl'a bedangsr-rngdalam lingkungan )'ans terbatas dan berada
dalam kekuasaanatau dominasi sebagiankecil penduduk. Densan katalain, terdapatketerganrungandari sebagian
besar penduduk berpend^p^tan rendah pada sebagiankecil mereka i'ang berpendapatantinggi. I{elemahan ini
teriadi karena strategiproduksi tidak disusun sen).awadengan strategidistribusi (Ntahbub 'ul FIaq, 1976:32-34)
Kemudian, sejak awal tahun 1980-an timbul pengerrian t.ang melihat pembangunan sebagaipemernraan
pembangunandan hasil-hasilnl'a.Artinl'a, pembangunanbaru dianggap sukseskalau terjadi pemerataankegiatan
pembangunan diantara berbagai golongan dalam masvarakatdan terdapat pemerataanhasil-hasil dari kegiatan
iru. Pemerataandisini bukan terladi karenapembagianpendapatandari hasil usahaorang lain, tetapi sebagaihasil
usahanl'a sendiri. Dengan kata lain terdapat partisipasi aktif dari sebagianbesar anggora ma51,212liat
dalam
pembangunan. Yang dimaksudkan dengan pardsipasi aktif disini adalah bahv'a keterlibatan mereka dalam
pembangunan bukan karena ada desakan atau tekanan dari luar, tetapi sebagaipilihan berdasarkan kemauan
sendiri sesuaidengan kemampuan yang dimilikinl'a. Pengertian kemauan menl'angkut azas demokrasi, sebagai
hak dari setiaP warg^ negar^. Sebagai w^rs^ negara, disamping mempunl.ai hak, dia juea mempunl-a.i
tanggungiawabvang harus dipikulnl'a. Sementarakemampuan men)'angkut kepeduan adanl,apendidikan dan
pengembanganketrampilan.Ini berkaitandengankewajibanpemerintah unruk pemberdal.n2ndan pengembangan
kemampuan sumberday'amanusia.Singkatnl'a,pembanzunan baru dianggapberhasil kalau secararerus menerus
terdapat pemberdal'aan dan pengembangan kemampuan rakl,at untuk dapat berpartisipasi dalam keeiatan
pembangunandan menikmati hasil-hasilnva.
Globalisasi
Perkembanganteknologi seperti telah dikernukakan tcrdahulu membarvadunia berada clalam eia baru, era
informasi. Dalam era ini terjadi interelasidalam hampir seluruh bidang kehidupan. Tidak hanva dalam masinsmasing bidang, tetapi juga ^nt^t^ satr,rbidans denqan biclang lain. Bidans bisnis terkair erar denqan bidang
keuangan,bidang produksi densan bidang konsurmsi,bidang pemerintahan dengan kehic|-rpanrakyat. Dalam
30
PerettcatnanPembart.qurntt
Edisi 02'faltun IX Maret 2004
tembok-tembok pengamafland^fl
terbr-rkakarena informasi merintas melampaui
r-neniacli
efa ini, segalasesuarLr
atau membuat
lagi menutup cliri' mengambil sesuatu kepr-rtusan
baras-batasne€lara.Pemeli.,tnh ticlak dapat
c^r^ berpikir
^talr
d".tg^., itu terjadi perubahan paradigma
sesuatu kebijakan te4epas dari rak'at. B.rrnro^o.
*^"'"'akat' misalnl'a' tidak lagi diukur
seseorangatau
dalam kehidr-rp^nt ..^irf ^r^kat.Nilai kemakmuran
"'^"'
modal (fle
haln.vapada era pertanian' atau pada ukutan pemilikan
berdasarkanjumlah kekayaan@roPutl)seperti
memanfaatkan
ittt tlit'kt" Pad-t Peng"asaan dan kemampuan
accilmulalionof capilalspada era industri' Tetapi
keka'aan dan modal dalam kehidupan
k"i"d"k^t
informasi. Singkatn'a, informasi t.loh *".rggantikan
dan
landasan dan memberi dukungan pada munculnl'a
bermasvarakat.Keadaan ini selaniutnr.u*.rrinai
b e r k e m b a n g n l , a k e g i a t a n e k o n o m i d a n b i s n i s l , a n g b e r s k a l a i n t e r n a s i o n a l . P e r d a g a n dan
ganm
eluasm
embalva
ratusan
bahkan
irri...rasional. Ini ditopang oleh puluhan
keterkaitan antara produksi dan konsumsi ,".^.o
di
ini'
saat
diseluruh dunia' Pada
transnasional1'angmenguasaisumberd^1'nd"t'pa'ir
perusahaan-perusahaan
Eropa dan Amedka
tl0 perusahaantran.snasionalmilikJepang,
Asia Tenggara salaterdapat tidak kurang dari
pembuatan mobil'
laintergerak dalam bidang-bidang elektronik,
serikat. perusahaan-p.rurah^r' tersebut antara
metal, telekomunikasi dan petrokimia'
Beberapa karakteristik TNC daiTiga
di Asia Tenggara
No.
Keterangan
1.
Jumlah TNC
2.
Rata-rata Jumlah
pekeria
3.
Nledium-Jlh
pekerla
4.
Bidang usaha
utama
Milik JePang
89
Kekuatan Ekonomi
MiJik EroPa
19
Nlilik Amedka
z.)
46.500orang
52.300orang
3.000orang
16.000orang
50.000orang
mobil, metaldan
elektronik
telekom,
perrokimia dan
kimla.
7.200orang
telekom,
pettokimia dan
kimia
database'1999
Revnolds,Global Logic' 2002' dari ASE'AN FDI'
Sumber:Chdstopher
disebut globalisasi'membawa
proses integrasi ^nt^f neg fa dan antatmas)-arakatdi seluruh dunia ini, }'ang
manfaat dati
negatif. Dampak positif tt*?:]^::o^gat
berbagai dampak. Baik yan! positif maupun ),ang
l-ingkungan'Dengan
oJ'ltiaanionntiaz) untuk mamPu menguasai
perkembangan potensl akal manusia (improuentent
Secaraoptimal.
*^,,.,,iu, ,,*pai batas teftentu, dimanfaatkarr
iru, alam vang diciptakan A]lah unruk kepen.i,,9,.'
pada giliftnnya
disertai oreh batasan-batasankeimanan' yang
Tetapi kemampuan memanfaatkan iru seringk"tita"t
menik-*l
untuk
kesempatan
manusia' N'lanusia1'angdiberi
1]1"7
telah merusakkan alam dan kehidupan sesama
menimpa manusla
menciptakan sebabdari timbulnl'a bencana;'ang
telah
keserakahannl,a,
karena
karunia,
sebagai
mereka)'angtidak berdal'aketimbang mereka
karenakebodohannYa,bencanaitu menimpa
iru sendiri. Sayanppt,a,
vang menciPtakankerusakan'
kemampuan
akibat dari keserakahan1'angdisertai dengan
Bersamaandengan adanyadampak negatif sebagai
maiu' Negaranig^.^-n"gu'a berkembang pada negara-fle€Jara
tersebur,telah menimbuikan pula keterganrungan
memperoleh
sudah
negaf^-neg^rabekas iajahan'sekalipun
neg faberkembangyang pada umumnva *.*pok".,
Edisi 02 Talttu'rlX Maret 2004
PerencanaanPentbttrtgtutant
kemerdekaan setelah Perang Dunia II, namun belum mampu melepaskan diri dari keterganrungan pada negar'anegx^ bekas penjajah. Keadaan ini tidak sala disebabkan karena mereka tidak mampu untuk berdiri sendiri,
tetapi juga karcna doktrin yang diterima membeflarkan keterganrungan itu. Sebab itu, dalam perkembangan
dunia sekarang,ketergantungan itu meluas, tidak saja pada.negara-negar^bekaspenjajah, tetapi juga pada negara'negara'kuat latnnya. Karena ketergantungan itu lebih berdasar pada keyakinan dan pemahaman yang dianggap
keliru, makapara penganjur teoi dEendenrl,dan ilmuan strukturalis, antanlain seperti Prof. Dr. N{ubiyarto, Prof.
Dr. Sri-Edi Swasono,Prof. Dr. Sritua Arief di Indonesia dan Fernando H. Cardoso, Samir Amin, David Gould
di belahan dunia lain menganjurkan adanyarekonstruksi terhadap pemikiran dan pengajaranpembangunan dan
ilmu ekonomi di Perguruan-Perguruan Tinggi dari terori yanghanl,aberorientasai pada teori Neo-Klasik kepada
pemikiran dan ajaranyang lebih realistis.Globalisasi yang dilandasi oleh teori kebebasanpasar dari Neo Klasik itu
menjadi tidak realistis terhadap kondisi negat^-flegara berkembang. Keadaan ini diperparah lagi karena sikap
munafik dan pedakuan yang tidak fair dari negara-negara maju dalam menerapkan konsep pembangunan )rang
digagasinya sendiri terhadap negata-negaraberkembang.
Konsep pembangunan berdasarkan pasar bebas menjadi strategi global melalui sebuah konsensus ant^r^
lMF, IWorldBank dan IJS Treasary,yang disebut sebagai "lWasbingtonConsensul'pada tahun 1980. Konsep yang
disepakati itu disebut mereka sebagai strategi yang "tepat" untuk neg^ra-neg ra berkembang. Strategi tersebut
menurut Stigliz lebih berorientasi pada permasalahanyang dih adapi negara-neg^r^ Amerika Latin yang kehilangan
kontrol terahadap Anlgaran Belanja Negara dan inflasi. yang cukup tinggi pada waktu itu. Konsep itu melalui
IMF hendak dipaksakan bagi semua negara, sekalipun kondisi makro dan mikro dari negara-neg r^-neg^t^
tersebut tidak sama. Sebab itu menumt Stiglitz, konsep IMF itu lebih banyak membawa bencana ketimbang
manfaatbag1neg r^-neg^ra berkembang. Konsep persaingan bebas yang tidak seimbangant^takekuatan raksasa
dari negan-fleg^ra maju dengan neg ra-neg ra berkembangyaLng miskin dan masih lemah benar-benar tidak
masuk akal. Di samping itu terdapat sikap hipokritdari negara-negaramaju. Di satu pihak menganjurkan liberalisasi
pasar dengan penghapusan proteksi dan subsidi pada nega:a-negar^ berkembang, dilain pihak, pada saat yang
sama mempedakukan proteksi dan subsidi terhadap hasil-hasil pertanian dari negaranl'a sendiri. Sebab itu tidak
heran konsep globalisasi demikian mendapat kritik tajam diseluruh dunia (Stigliz,2002: 3-22; dan p. 23 - 52).
Ketergantungan
Ketergantungan negara-negaraberkembang pada neg;rra-negra maiumenjadi lebih intensif melalui proses
globalisasi yang digagaskan negara-negara maju itu. Tetapi sebab dari keterganrungan rersebur secara inheren
sebenarnya sudah tedebih dahulu ada. Ketergantungan itu dapat dijelaskan melalui dua pendekaran, pendekatan
historis dan pendekatan struktural. Pandangan historis melihatnl'a pada perkembangan pembangunan sepanjang
waktu 1'angterjadi di Amerika Latin dan Afrika. Seperti sudah disebutkan diatas, sekalipun neg^r^-negatabekas
jaiahan telah menyatakan kemerdekaan,namun masih tetap menjadi satelit dari negat^ bekas penjajah. Proses
pembangunan di negara-negaratersebut tidak berorientasi pada kepentingan rakyam;,a, tetapi lebih cenderung
menjadi pelayanbaglnegara-negarainduk bekas penjajah.Akibatnl'a, pembangunan menjadi tidak realisristerhadap
lingkungan dan kondisi masyarakat yangada. Sementara pendekatan structural menjelaskan ketergantunngan ini
sebagai akibat dari ketidak-selarasan kepentingan atau liaing conditionantar kelompok dan ^ntar neg r^
flohan
Galrurig, dalam Siregar, L991.:131;Cardoso et.al, 1979: xiv -xviii). Menurut pendekatan Strukrural ini, dunia
dapat dibagi atas dua bagqanyang terdiri dari bangsa.bangsa ata;u negara-negaraPusat dan neg t^ Pinggiran.
Pada tiap negar^,baik negara Pusat maupun negara Pinggiran ada kolompok masy,arakatpusar dan kelompok
masyarakatpinggiran. Dengan demikian di negaraPusat ada kelompok pusat-Pusat dan adakelompok pinggiranPusat. Demikian iuga pada negara Pinggiran, ada pusat-Pinggiran dan pinggiran-Pinggiran.
32
PerencanaanPembangwtan Edisi 02 TahunIX Maret 2004
Pembangunan
Interaksi ant^t^ neg^ramaju dengan neg ra miskin selaniutn)'amenjacli hubungan 1'angbersifat dominasi
yang bersifat permanen oleh negaramaju (negaraPusat) terhadap negaf^ berkembang (negaraPinggiran), vang
kekuatan
disJut sebagaiimperialisme. Pengertian imperialisme disini tidak sama dengan penaklukan dengan
ini
bedangsung
Hal
negara.
senjataatau penjajahanpolitik 1,angdapat hapus dengan adanyakmerdekaan suatu
secarapermanen karena tiga kondisi:
ada keselarasanhubungan antarakelompok masvarakatpusat dalam neg t^ Pusat dengan kelompok masYarakat
pusat dalam neg^r^ Pinggiran.
1.
di
2. ketidak selarasanhubungan antara kelompok masy,arakatpusat dengan kelompok masl'arakatpinggiran
dengan
pusat
masyarakat
kelompok
antara
hubungan
neg rapinggiran lebih besar daripadaketidak selarasan
kelompok masyarakatpinggiran di negara Pusat.
3.
tidak ada keselarasanhubungana anrarakelompok masyarakatpinggiran dalam negara Pusat dengan kelompok
masyarakatpinggiran dalam negara Pinggiran..
dinegara
Dalam keadaan demikian dapat dimengerti kalau kelompok elit (kelompok masyarakat pusat)
pinggiran lebih cenderung membela kepentingan elit (kelompok masyarakat pusat) di negara maiu ketimbang
sendiri. Sementara
-.mb"l^ kepentingan -^sy"r^k^t miskin (kelompok masyarakat pinggiran) dinegatanya
masyarakat
kelompok amsyarakatpinggiran d-inegara mafu lebih cenderung membela kepentingan elit (kelompok
pinggiran' Dengan
pusat) di negannyasendiri ketimbang kepent-ingan sesamakelompok pinggiran dati negara
dipinggirkan atau
yang
kelompok
iemikian kelompok masyarakat miskin di negaan berkembang menjadi
dikorbankan.
y' Pusat
Negara. Pusat /
/
t-
\i,'si,,,,
Negaar Pinggiran
'/
'u'u'
\
\i,,gqi,",'
tidak selaras
-
I
I
I
I
l
I
L-
bersifat asimetris'
Konsekuensi dari posisi dan hubungan yang demikian mengakib arkan adanyainteraksi vang
dengan
(negataberkembang)
raPinggiran
yakni proses interaksi y,angmakin melebarkan ketimpangan untat^rleg
bagi
besar
lebih
neg rapusat (negar, -^jf . Pengaruhnl,a tedihat pada berbagai keuntungan dan dominasi 1'ang
PerencanaanPernbang,unanEdisi 02 Tahm IX Maret 2004
JJ
negaramaiu dalam bidang ekonomi, politis, dalam struktur hubungan internasional,militer, komunikasi, pendidikan,
psikologis dan pengaruh sosial lainnya. (f ohan Galtung, 1991: 136-143).Proses asimetrisini tidak dapat diralat
sekedardengan kebiiakan moneter atau dengan menaikkan harga penjualan bahan mentah, karena hal itu ridak
dapat menyumbang pada ketimpangan Pengafrth antar aktor dan stakeholders dari proses tersebut. Sal,angnya,
seperti yahg dikemukakan Prof. Dr. Sri-Edi Swasono (Sri-Edi Swasono, 2003:p.16), studi ilmu ekonomi selama
ini masih kurang menaruh perhatian terhadap strukrur sosial dan proses interaksi
1,angdemikian. Sebab itu
diperlukan adanyapengkajian ulang terhadap studi ekonomi dan pembangunafl unruk lebih menaruh perhauan
padakaiian tentang strukrur sosialdan politik sertapada perkembang^n ^nt^rwaktu dari pengaruh
1,angtimbul
dari hubungan tersebut. Kalau tidak, kiian iru akan menjadi tidak realistis terhadap lingkungan masl,arakat
1,ang
ada.
Kesimpulan
1. Perkembangan teknologi telah dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk menguasai lingkungan,
meningkatkan kecepatan gerak, mempermudah hubungan antar manusia dan meningkatakan jumlah dan
ienis produksi yang fauh lebih banyak daipadayang dapat dilakukan lima puluh tahun l,ang lalu. Akan tetapi,
bersamaan dengan itu, bermiliarmi)tar ummat manusia masih hidup pada ingkat kemiskinan y^ng am t
. parah diseluruh dunia.
2. Petkembangan teknologi itu iuga telah menyebabkan terjadinya globalisasi atau proses integrasi ^ntr
neg ra
dan antar masyarakat diseluruh dunia menjadi lebih intensif. Namun karena inisiatif dari interaksi tersebut
datangnya dari negara-negaramaju,proses itu lebih banyak mewakili aspirasi dan kepentin g^r-negara-negan
maju. Akibatn;'a, hubungan iru menjadi asimetris,sehinggalebih mernpedebar kesenjangandan ketergan*ng".,
negara-negaraberkembang pada negara-negaramaiu...
3. Karena keterganrungan dan proses interaksi tersebut lebih banyak berakar padakajianbidang-bidang ilmu
lain diluar kaiian ilmu ekonomi konvensional, srudi pembangunan dan ilmu ekonomi di Indonesia
masih
kutang menaruh minat pada studi struktural dan akibat-akibat
ditimbulkannya
sepanjangwaktu. Sebab
1,ang
itu sangat dianjurkan untuk segera melakukan kajian ulang dan restrukturisasi kurikulum
dalam studi
pembangunan dan ilmu ekonomi 1'ang tedalu berorientasi pada teori Neo Clasik kepada kajian
l,ang lebih
reairsusI
Dafiu
Pusr*a
An-ef,Sritua,Ill!F!*igF!4ll-44F!a,..S3rakqu:
Cardoso. Fcmunrjo g.miq*
u.t gru
MuhanxDadiyahUnjvcrsir)i prcss,2OOl
tot.u,,.
(translated). Berkeley. Los Angcles: University ofCalifi)mia
L.g"in. Phitipp..
o*n w.'.1.t''nr.
Eiitili-iil,lilif,iiiiiilffi:.uunymo. mcnrhanpuur Sisrcnr Ekonomi.
"orh"h,ur
ylrgyrkrro: BpFE. IOOO.
_-,
--=-
Ekonomi Pancasila, yogyakmj Fakulru Ekolomi UCM. 2002
and Daliel W Bondev. Devel,rnnrenr Alrpm:,rir. lirr r^,r-.,";..
Stigliu, Josepb.
C
Swusono,
Sri-Etli.
34
press, 1979
Singapore and Ncw Yrrrk: Prenrice Hali. 2002
I991.
llndon:
Allcn Lure
Books.2002
, Jakurra: UI - Prss. f003.
PerencanaanPentbangunanEdisi 02 Tahwt IX Maret 2004
Download