Pembang unan: danKetergantungan Globalisasi ebidin SaidZainal Prof. Dr Saicl Zainol Abiditt atlalah Guru Besar Tetap Sekolalt Tirtggi Ilmu Aclnittistritsi (STIA) Lentbaga Adntittistrasi Negara (LAN). Tulisan ini disantpaikan sebagai Panclangah Pokar tlalam bedah buku "Ekspose Ekottonika: Globalisme dan Kontpetensi Salana Ekottoni" olelt Prof. Dr Sri-Edi Swasono yang diselenggarakan olelt STIA I'AN pacla tanggctl l0 Desentber 2003-red Pendahuluan berlangsungselamalebih dari setenganabad, sejaksesudah l)embangunan ),ans I Perans Dunia II, telah mampu meningkatkan pendapatanr^ta-rat^ 1'angcukup tinggi pada hampir semua nesat^ cli dunia. Keadaan ini bedangsungsebagaiakibat dari perkembanganteknologi vang sangatmenakiubkan selamamasaitu. Kemaiuan teknologi telah meningkatkan kemampuan manusia untuk melipat gandakan kecepatan gerak, melakukan rangkaian pekerjaan yang iauh lebih banl'ak secara simultan clan mengendalikan kegiatan tanpa kehadiran manusia secaralangsung, baik dalam jarak clekatmaupun dari jarak jauh. Sebagaiakibat dari teknologi iru, manusia telah mampu menempuh jarak 1'angamat jauh dalam u'aktu )rang amat cepat. Bersamaandenganitu, dalam bidang komunikasi, hubungan meniadi sangat instan. Dengan teknolog I'anu ada pada saat ini, orang telah mampu mengakses informasi clarisuclutdunia manapun clalamwaktu hanva sekeiap.Sesuatu1'angsulit clibay'angkanlima puluh tahun 1'anelalu. Flubung^n ^nt^f manusia dari belahan bumi vang berbeda dengan mudah dapat bedangsLrngseperti diantara dua orang vang seclangbertatapan muka. Peralatanpunmenjadi makin sederhana,sehingga secaramobil orang clapatberkomunikasi paclasetiap saatdan dimana saiamereka beracla.Sebabitu tingkat procl-rksir^t^-r^t^ cil-rniameningkat cukr-rptinsut. Dengan kemajuanitu manusiatelahmampu menghasilkanberbasaimacam keburuhandalam jumlah vang jauh lebrh banvak clenganberbasaivariasi dan kr-ralitas vang iauh lebih lain l'ang lain dunia tinggi. Dengan demikian manusia seolah beracladalam satu dari cl,rnia masa lampau. Singkatnr'^, ap^ r'anr clapar dicapai clengan kemajuan teknolosi pada saat ini, tidak pernah terbayangkan lima puh-rh tahun 1'zrnglalu. Ironisni'a, kemajuan teknolosi lang clahstat itii belurn mampli menghiiangkan kerniskinan, rnemperbaiki nasib clan mcningkatkan tingkat hicli-rpdari bermiliarclunia. miliar kaum clhu'afavang tersebar cliselr-rruh I',disi02'lirltttn lX fularet2004 Peniltartsurtttrt Perertccutaan 2',7 Kemaiuan teknologi dan kenikmatan hidup Yang dicapai itu sa1'angnl,ahanvatersedia untuk sekelompok or^ngyang terbatas dalam kawasan tertentu atau di neg r^-negara tertentu saia,yang tak mungkin terjangkau oleh mereka yang hidup menderita dan tidur malam dengan perut serengah kosong dari negara-negx^ berkembang.Dengan kemajuan teknologi yangada, sekelompok negara-negaramajumenguasaihampir seluruh sumber daya yang ada "di bumi, air dan 1'angterkandung didalamnl'a" untuk kepentingan sekelompok kecil manusia saia, sambil meninggalkan limbah vang seringkali mencelakakan hidup orang-orang miskin 1.angada disekitarnr.a. Bersamaan dengan tingglnya tingkat produksi dan perrumbuhan ekonomi nta-rata durua pada saat ini, 1.,2 miliar ummar manusia hidup dengan pendapatankurang dari g 1 sehari (1993 ppp us $), dan pada tahun 199g terdapat2,S mtliar manusia hidup dibawah $ 2 sehari.Dalam bidang kesehatan,kemajuanteknologi telah mampu melakukan pembuahan buatan dan bayi tabung, serta teknolog c/oningTetapi, 968 juta ummat manusia masih hidup tanpa aksesterhadap sumber ai4'2,4 miliar manusia tak adaaksesterhadap sanitasikesehatan 1,angpaling dasar sekalipun.34 futa hidup dengan mengidap HIV/AIq 11 juta balita mati setiap tahun karena berbagai sebabyangsesungguhnyadapatdicegah. (JNDP, HananDeue/optzentRtport200l:9;Snghtz,2002:253).Bersamaan dengan itu, perkembangan teknologi juga telah mendekatkan hubungan ^nt^r neg ra, yang pada gilirannl,a telah mengakibatkan ketergantungan negara-negarz-miskin pada sebagian negara-negaraka1,a.Baik dalam konsumsi, investasi maupun dalam berbagai kebijakan publik. Pertanyaanny^,rr'engapadengan kemajuan teknologi l,ang tinggi itu manusia masih tetap belum mampu mengatasiderita dari sejumlah besar kaum dhu'afa tersebut?Dan mengapa dengan kemaiuan itu, keterganfi-rflgannegara-negaramiskin pada beberap^ neg r^ ka1,amenjadi mak.in intensif, sekalipun secaraformal mereka sudah menl'atakan diri sebagainegara merdeka l,angberdaulat? Sementara ketergantungan dan ketimpangan hidup itu makin melebar, pengerrian tenrang makna dan tujuan pembangunan yang sesungguhnya masih merupakan perdebatan dan pembahasan 1'angbelum tuntas. MaknadanTujuanPembangunan Selamamasa yang panlang iru, pengertiantentang pembangunan berkembang sesuaidengan perkembangan pemahaman orang tentang rujuan pembangunan.Secaraumum pembangunan dimaksudkanuntuk mewujud[an kondisi yang lebih baik di masa depan daripada kondisi I'ang ada pada waktu sekarang (u,alalakhiratu khaira/ /aka znina/u/a, QS, 93 : 4). Ini mengandung pengertian bahwa rnasyankat selalu berada dalam kondisi yang dinamis. Dalam mas1,212L",r'ang dinamis, kondisi masa depan itu berada dalam proses perubahan dan perkembansan sepanjangwaktu (dlnartic cbang).Proses perubahan itu menggambarkan rangkaian perubahan vnng b.raer^k kearah kondisi vang lebih baik. Perubahan itu tidak boleh han1,abedangsungdalam wa\r,asanyang sempit, r,ang ha{a tetjadipada sebaglananggotamasvarakats aja, sementarasebagianbesar lai., tetap tidak berubah. perubahan itu bersifat menveluruh (tbewho/esociefi), i'ang bedangsungsecarabertahap dari saru kondisi kekondisi 'ang lain. Sehubungandenganhal di atas,adadua hal vang berhubungandenganprosespembangunantersebut.peftama, bahu'a pembangunan itu berorientasi ke masa depan (firtr.rre oienterfi.Artint,a kondisi 1,*g t.Uit baik itu ada di masa \rang akan datang,\'ang harus dicapai melalui serangkaianupava atau strategi.Kedua, pencapaiantersebut tidak sekeuka dapat terwujud. Ada jangka u,akru vang pedu ditempuh dan memerlukan kesabarr., ^,^., up^,,. t'ang bersifat terus menerus. Dengan kata lain, pembangunan tidak dapat clilakukanhan1,adalam sekejap dan dengansekalipukul, sekalijadi. Tetapi meernedukankerja kerasvang berkesinambungan.Dan iru tidak berlangsung secarasporadis,melainkan melalui perubahan1'angdirencanakandan dilakukan secara bersahaia.Sebabiru daoat dipahami bila tujua4 pembangunan itu menjadi cita-cita bersama 1'anediingrnk ao (preferab/)oleh selun h *^r,.^.rk^r. 28 Perertcattaan Pernbartgunan Edisi 02 TahunIX Maret 2004 Aktifitas masyarakat. Dalam bidang kebijakanpubLik, kriteria kriteria yang dipakai tidak lagi sekedar kriteria ekonomi seperti tingkat pe rtumbuhan pendapatan, pertumbuhankonsumsi,investasi, tingkat pertumbuhan dan jumlah ekspor atau impor dan sebagainya. Tetapijuga mencakup tingkat kesehatan masyarakat, harapan hidup, tingkat pendidikan masyarakat, ketergantunganpolitik dan ekonomi keluar negeri, kemantpuan kemandirian sebuah claerah otonom dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan baru, pembangunan tidak lag1 dapat dil-ihat hanya terbatas dalam bidang ekonomi, tetapi telah meliputi berbagai bidang kehidupan. Maka itu makna pembangunan iuga menjadi lebih luas. Karena itu indikator I'ang dipakai untuk mengukur perkembangan pembangunan juga menjadi lebih luas dari sekedar indikator-indikator ekonomi saia. Dalam bidang kebijakan publik, kriteria yang dipakai dalam proses perumusan strategi/kebijakan pembangunan juga berubah. Artinl'a kriteria yang dipakai tidak lagi sekedar kriteiaekonomi seperti tingkatpertumbuhan pendapatan,pertumbuhan konsumsi, im'estasi,tingkatpemrmbuhan dan jumlah ekspor atau impor dan sebagainl'a. Tetapi iuga mencakup tingkat kesehatan masyarakat, harupan hidup, tingkat pendidikan masyarakat,ketergantungan politik dan ekonomi keluar nbgeri, kemampuan kemandirian sebuahdaerah otonom dan lain-lain Dilihat pada perubahanoiientasi ini, selamabeberapadecadeterakhir terdapat tiga kecenderungan pengertian tersebut 1,ang dipakai dalam mengukur keberhasilan pembangunan suatu negara'.Ketiga pengertian menggambarkan pemahaman orang tentang pembangunan. Pengertian itu pada waktu yang lalu sering disebutkan sebagaiTrilog Pembangunan )'ang tercermin dalam prioritas Rencana Pembangunan Lima Tahun (X.epelita)di Indonesia. Yang pertama pengertian berdasatkan tingkat perrumbuhan pendapatan per kapita. Jumlah total produksi nasional (GNP atau GDP) dibagi dengan jumlah penduduk. Ukuran ini meniadi safi:-saflrnya ukuran yang sangat dominan sampai pada awal tahun 70-an. Tetapi karena berbagai kelemahan yangada, pengertian ini mendapat kritik dari ban;'ak pihak. (Ntahbub'ul Haq,1976, H.B.Chenerri 1979, Everett E. Hagen, 1980, E. WavneNafziger, 1990,J.G.Wiilamson, 1991). Diantan beberapa kelemahan 1'ang dikritik pan ah[ iru adalah, pertama, perhitungan pendapatan nasional hanya dilakukan berdasarkan nilai pasar. Akibatnya, komponen-komponen pendapat^n at^u beberapa kegiatan produktif yang tidak dapat diukur dengan harga pasar,terabaikan. Pekeriaan ibu rumah t^ngg misalnya, tidak termasuk dalam perhitgng4n pendapatannaasional,sementarakegiatanpembantu, termasuk dalam perhitungdn tersebut. Kedua, perhitungan pendapatan per kapita pada umumn ,s,adidasarkan pada nilai mata uang dolar (JS $). Padahal da1'abeli dalam negeri sesuatu mata uang seringkali tidak sama dengan ni.lai rukar mata uang yang bersangkutanterhadap dolar. Ketiga, pengertianberdasarkanpendapatanper kapita mengabaikanunsur keadilan masyarakatdan pemerataan. Pendapatan per kapita sebagaihasil-bagi dari total pendapatan terhadap iumlah Per?ncanaanPembanpunan Edisi 02 Tahtut lX Maret 2004 29 Globalisasi Perbangunan pendudr-rkboleh jadi meninskat karenapeningkatantotal pendapxtanvang lebih tinugi dari ringkat perturnbuhan penduduk. Padahalpeninrkatan total pendaparaniru boleh jadi hanya berasaldari penclapatansekelompok kecil anggotamasi'arakat.Akibatni'a, pembangunari'dianggaptelah berlangsungsecafame),akinkan,serlenrarasebagain besarpenduduk lain, tidak mengalarniperubahan.Dampak dari pengertianvans demikian tedihat pada pemihakan berbagai kebiiakan publik pada kepenunganjgolonganvang berpendapatanringsi. Iiarena iru, pada bagian akhir tahun 1.970-an,timbul kecenderunganunruk menssandkan arau rnelengkapi pengertian berdasarkan ukuran pendapatan per kapita dengan pemeraraan pendapatan dianrara penduduk. Pembangunandianggap berhasil, kalau sebagianbesar penduduk dapat menikmati hasil dari pembangunan itu. Jadi, disamping pertumbuhan, diperlukan adanl'apemerataanpendapatanantar kelompok atau golongan dalam masl'arakat.Perhitungan vang demiki^n ant^r^ lain ditunjukkan dengan ketimpangan ekstrim, ketimpangan sedangdan kedmpangan moderat. Sejak masa iru, pemeraraan (eqtnlig) menjadi pertimbangan penring dalam proses perumusan kebijakan publik. Tetapi kernudian,pengertian tersebut juga tidak sepenuhnyaditerima para ilmuan. Persolannvatedetak pada pertimbangan keadilandalam berusaha.Pengertianini dianggap masih kurang tepat, karena pemerataanhanya berdasarkanhasil dari pembangunan, bukan pembangunan itu sendiri. Dalam hal ini, ada dua pertimbangan ),angdapat dikemukakan.Pertama,pemeraraanhasil munekin terjadi han1,akarena sebagiankecil anggota masl'arakatbekerja dengan sungguh-sungguhdalam pembangunan,sedangkansebagian besar lainnl'a tidak bekerja ^pa-^p^ dan tidak ikut mengahasilkan sesuatu, tetapi ikut menikmati hasil-hasil pembangunan, Kedua, proses pembangunan hanl'a bedangsr-rngdalam lingkungan )'ans terbatas dan berada dalam kekuasaanatau dominasi sebagiankecil penduduk. Densan katalain, terdapatketerganrungandari sebagian besar penduduk berpend^p^tan rendah pada sebagiankecil mereka i'ang berpendapatantinggi. I{elemahan ini teriadi karena strategiproduksi tidak disusun sen).awadengan strategidistribusi (Ntahbub 'ul FIaq, 1976:32-34) Kemudian, sejak awal tahun 1980-an timbul pengerrian t.ang melihat pembangunan sebagaipemernraan pembangunandan hasil-hasilnl'a.Artinl'a, pembangunanbaru dianggap sukseskalau terjadi pemerataankegiatan pembangunan diantara berbagai golongan dalam masvarakatdan terdapat pemerataanhasil-hasil dari kegiatan iru. Pemerataandisini bukan terladi karenapembagianpendapatandari hasil usahaorang lain, tetapi sebagaihasil usahanl'a sendiri. Dengan kata lain terdapat partisipasi aktif dari sebagianbesar anggora ma51,212liat dalam pembangunan. Yang dimaksudkan dengan pardsipasi aktif disini adalah bahv'a keterlibatan mereka dalam pembangunan bukan karena ada desakan atau tekanan dari luar, tetapi sebagaipilihan berdasarkan kemauan sendiri sesuaidengan kemampuan yang dimilikinl'a. Pengertian kemauan menl'angkut azas demokrasi, sebagai hak dari setiaP warg^ negar^. Sebagai w^rs^ negara, disamping mempunl.ai hak, dia juea mempunl-a.i tanggungiawabvang harus dipikulnl'a. Sementarakemampuan men)'angkut kepeduan adanl,apendidikan dan pengembanganketrampilan.Ini berkaitandengankewajibanpemerintah unruk pemberdal.n2ndan pengembangan kemampuan sumberday'amanusia.Singkatnl'a,pembanzunan baru dianggapberhasil kalau secararerus menerus terdapat pemberdal'aan dan pengembangan kemampuan rakl,at untuk dapat berpartisipasi dalam keeiatan pembangunandan menikmati hasil-hasilnva. Globalisasi Perkembanganteknologi seperti telah dikernukakan tcrdahulu membarvadunia berada clalam eia baru, era informasi. Dalam era ini terjadi interelasidalam hampir seluruh bidang kehidupan. Tidak hanva dalam masinsmasing bidang, tetapi juga ^nt^t^ satr,rbidans denqan biclang lain. Bidans bisnis terkair erar denqan bidang keuangan,bidang produksi densan bidang konsurmsi,bidang pemerintahan dengan kehic|-rpanrakyat. Dalam 30 PerettcatnanPembart.qurntt Edisi 02'faltun IX Maret 2004 tembok-tembok pengamafland^fl terbr-rkakarena informasi merintas melampaui r-neniacli efa ini, segalasesuarLr atau membuat lagi menutup cliri' mengambil sesuatu kepr-rtusan baras-batasne€lara.Pemeli.,tnh ticlak dapat c^r^ berpikir ^talr d".tg^., itu terjadi perubahan paradigma sesuatu kebijakan te4epas dari rak'at. B.rrnro^o. *^"'"'akat' misalnl'a' tidak lagi diukur seseorangatau dalam kehidr-rp^nt ..^irf ^r^kat.Nilai kemakmuran "'^"' modal (fle haln.vapada era pertanian' atau pada ukutan pemilikan berdasarkanjumlah kekayaan@roPutl)seperti memanfaatkan ittt tlit'kt" Pad-t Peng"asaan dan kemampuan accilmulalionof capilalspada era industri' Tetapi keka'aan dan modal dalam kehidupan k"i"d"k^t informasi. Singkatn'a, informasi t.loh *".rggantikan dan landasan dan memberi dukungan pada munculnl'a bermasvarakat.Keadaan ini selaniutnr.u*.rrinai b e r k e m b a n g n l , a k e g i a t a n e k o n o m i d a n b i s n i s l , a n g b e r s k a l a i n t e r n a s i o n a l . P e r d a g a n dan ganm eluasm embalva ratusan bahkan irri...rasional. Ini ditopang oleh puluhan keterkaitan antara produksi dan konsumsi ,".^.o di ini' saat diseluruh dunia' Pada transnasional1'angmenguasaisumberd^1'nd"t'pa'ir perusahaan-perusahaan Eropa dan Amedka tl0 perusahaantran.snasionalmilikJepang, Asia Tenggara salaterdapat tidak kurang dari pembuatan mobil' laintergerak dalam bidang-bidang elektronik, serikat. perusahaan-p.rurah^r' tersebut antara metal, telekomunikasi dan petrokimia' Beberapa karakteristik TNC daiTiga di Asia Tenggara No. Keterangan 1. Jumlah TNC 2. Rata-rata Jumlah pekeria 3. Nledium-Jlh pekerla 4. Bidang usaha utama Milik JePang 89 Kekuatan Ekonomi MiJik EroPa 19 Nlilik Amedka z.) 46.500orang 52.300orang 3.000orang 16.000orang 50.000orang mobil, metaldan elektronik telekom, perrokimia dan kimla. 7.200orang telekom, pettokimia dan kimia database'1999 Revnolds,Global Logic' 2002' dari ASE'AN FDI' Sumber:Chdstopher disebut globalisasi'membawa proses integrasi ^nt^f neg fa dan antatmas)-arakatdi seluruh dunia ini, }'ang manfaat dati negatif. Dampak positif tt*?:]^::o^gat berbagai dampak. Baik yan! positif maupun ),ang l-ingkungan'Dengan oJ'ltiaanionntiaz) untuk mamPu menguasai perkembangan potensl akal manusia (improuentent Secaraoptimal. *^,,.,,iu, ,,*pai batas teftentu, dimanfaatkarr iru, alam vang diciptakan A]lah unruk kepen.i,,9,.' pada giliftnnya disertai oreh batasan-batasankeimanan' yang Tetapi kemampuan memanfaatkan iru seringk"tita"t menik-*l untuk kesempatan manusia' N'lanusia1'angdiberi 1]1"7 telah merusakkan alam dan kehidupan sesama menimpa manusla menciptakan sebabdari timbulnl'a bencana;'ang telah keserakahannl,a, karena karunia, sebagai mereka)'angtidak berdal'aketimbang mereka karenakebodohannYa,bencanaitu menimpa iru sendiri. Sayanppt,a, vang menciPtakankerusakan' kemampuan akibat dari keserakahan1'angdisertai dengan Bersamaandengan adanyadampak negatif sebagai maiu' Negaranig^.^-n"gu'a berkembang pada negara-fle€Jara tersebur,telah menimbuikan pula keterganrungan memperoleh sudah negaf^-neg^rabekas iajahan'sekalipun neg faberkembangyang pada umumnva *.*pok"., Edisi 02 Talttu'rlX Maret 2004 PerencanaanPentbttrtgtutant kemerdekaan setelah Perang Dunia II, namun belum mampu melepaskan diri dari keterganrungan pada negar'anegx^ bekas penjajah. Keadaan ini tidak sala disebabkan karena mereka tidak mampu untuk berdiri sendiri, tetapi juga karcna doktrin yang diterima membeflarkan keterganrungan itu. Sebab itu, dalam perkembangan dunia sekarang,ketergantungan itu meluas, tidak saja pada.negara-negar^bekaspenjajah, tetapi juga pada negara'negara'kuat latnnya. Karena ketergantungan itu lebih berdasar pada keyakinan dan pemahaman yang dianggap keliru, makapara penganjur teoi dEendenrl,dan ilmuan strukturalis, antanlain seperti Prof. Dr. N{ubiyarto, Prof. Dr. Sri-Edi Swasono,Prof. Dr. Sritua Arief di Indonesia dan Fernando H. Cardoso, Samir Amin, David Gould di belahan dunia lain menganjurkan adanyarekonstruksi terhadap pemikiran dan pengajaranpembangunan dan ilmu ekonomi di Perguruan-Perguruan Tinggi dari terori yanghanl,aberorientasai pada teori Neo-Klasik kepada pemikiran dan ajaranyang lebih realistis.Globalisasi yang dilandasi oleh teori kebebasanpasar dari Neo Klasik itu menjadi tidak realistis terhadap kondisi negat^-flegara berkembang. Keadaan ini diperparah lagi karena sikap munafik dan pedakuan yang tidak fair dari negara-negara maju dalam menerapkan konsep pembangunan )rang digagasinya sendiri terhadap negata-negaraberkembang. Konsep pembangunan berdasarkan pasar bebas menjadi strategi global melalui sebuah konsensus ant^r^ lMF, IWorldBank dan IJS Treasary,yang disebut sebagai "lWasbingtonConsensul'pada tahun 1980. Konsep yang disepakati itu disebut mereka sebagai strategi yang "tepat" untuk neg^ra-neg ra berkembang. Strategi tersebut menurut Stigliz lebih berorientasi pada permasalahanyang dih adapi negara-neg^r^ Amerika Latin yang kehilangan kontrol terahadap Anlgaran Belanja Negara dan inflasi. yang cukup tinggi pada waktu itu. Konsep itu melalui IMF hendak dipaksakan bagi semua negara, sekalipun kondisi makro dan mikro dari negara-neg r^-neg^t^ tersebut tidak sama. Sebab itu menumt Stiglitz, konsep IMF itu lebih banyak membawa bencana ketimbang manfaatbag1neg r^-neg^ra berkembang. Konsep persaingan bebas yang tidak seimbangant^takekuatan raksasa dari negan-fleg^ra maju dengan neg ra-neg ra berkembangyaLng miskin dan masih lemah benar-benar tidak masuk akal. Di samping itu terdapat sikap hipokritdari negara-negaramaju. Di satu pihak menganjurkan liberalisasi pasar dengan penghapusan proteksi dan subsidi pada nega:a-negar^ berkembang, dilain pihak, pada saat yang sama mempedakukan proteksi dan subsidi terhadap hasil-hasil pertanian dari negaranl'a sendiri. Sebab itu tidak heran konsep globalisasi demikian mendapat kritik tajam diseluruh dunia (Stigliz,2002: 3-22; dan p. 23 - 52). Ketergantungan Ketergantungan negara-negaraberkembang pada neg;rra-negra maiumenjadi lebih intensif melalui proses globalisasi yang digagaskan negara-negara maju itu. Tetapi sebab dari keterganrungan rersebur secara inheren sebenarnya sudah tedebih dahulu ada. Ketergantungan itu dapat dijelaskan melalui dua pendekaran, pendekatan historis dan pendekatan struktural. Pandangan historis melihatnl'a pada perkembangan pembangunan sepanjang waktu 1'angterjadi di Amerika Latin dan Afrika. Seperti sudah disebutkan diatas, sekalipun neg^r^-negatabekas jaiahan telah menyatakan kemerdekaan,namun masih tetap menjadi satelit dari negat^ bekas penjajah. Proses pembangunan di negara-negaratersebut tidak berorientasi pada kepentingan rakyam;,a, tetapi lebih cenderung menjadi pelayanbaglnegara-negarainduk bekas penjajah.Akibatnl'a, pembangunan menjadi tidak realisristerhadap lingkungan dan kondisi masyarakat yangada. Sementara pendekatan structural menjelaskan ketergantunngan ini sebagai akibat dari ketidak-selarasan kepentingan atau liaing conditionantar kelompok dan ^ntar neg r^ flohan Galrurig, dalam Siregar, L991.:131;Cardoso et.al, 1979: xiv -xviii). Menurut pendekatan Strukrural ini, dunia dapat dibagi atas dua bagqanyang terdiri dari bangsa.bangsa ata;u negara-negaraPusat dan neg t^ Pinggiran. Pada tiap negar^,baik negara Pusat maupun negara Pinggiran ada kolompok masy,arakatpusar dan kelompok masyarakatpinggiran. Dengan demikian di negaraPusat ada kelompok pusat-Pusat dan adakelompok pinggiranPusat. Demikian iuga pada negara Pinggiran, ada pusat-Pinggiran dan pinggiran-Pinggiran. 32 PerencanaanPembangwtan Edisi 02 TahunIX Maret 2004 Pembangunan Interaksi ant^t^ neg^ramaju dengan neg ra miskin selaniutn)'amenjacli hubungan 1'angbersifat dominasi yang bersifat permanen oleh negaramaju (negaraPusat) terhadap negaf^ berkembang (negaraPinggiran), vang kekuatan disJut sebagaiimperialisme. Pengertian imperialisme disini tidak sama dengan penaklukan dengan ini bedangsung Hal negara. senjataatau penjajahanpolitik 1,angdapat hapus dengan adanyakmerdekaan suatu secarapermanen karena tiga kondisi: ada keselarasanhubungan antarakelompok masvarakatpusat dalam neg t^ Pusat dengan kelompok masYarakat pusat dalam neg^r^ Pinggiran. 1. di 2. ketidak selarasanhubungan antara kelompok masy,arakatpusat dengan kelompok masl'arakatpinggiran dengan pusat masyarakat kelompok antara hubungan neg rapinggiran lebih besar daripadaketidak selarasan kelompok masyarakatpinggiran di negara Pusat. 3. tidak ada keselarasanhubungana anrarakelompok masyarakatpinggiran dalam negara Pusat dengan kelompok masyarakatpinggiran dalam negara Pinggiran.. dinegara Dalam keadaan demikian dapat dimengerti kalau kelompok elit (kelompok masyarakat pusat) pinggiran lebih cenderung membela kepentingan elit (kelompok masyarakat pusat) di negara maiu ketimbang sendiri. Sementara -.mb"l^ kepentingan -^sy"r^k^t miskin (kelompok masyarakat pinggiran) dinegatanya masyarakat kelompok amsyarakatpinggiran d-inegara mafu lebih cenderung membela kepentingan elit (kelompok pinggiran' Dengan pusat) di negannyasendiri ketimbang kepent-ingan sesamakelompok pinggiran dati negara dipinggirkan atau yang kelompok iemikian kelompok masyarakat miskin di negaan berkembang menjadi dikorbankan. y' Pusat Negara. Pusat / / t- \i,'si,,,, Negaar Pinggiran '/ 'u'u' \ \i,,gqi,",' tidak selaras - I I I I l I L- bersifat asimetris' Konsekuensi dari posisi dan hubungan yang demikian mengakib arkan adanyainteraksi vang dengan (negataberkembang) raPinggiran yakni proses interaksi y,angmakin melebarkan ketimpangan untat^rleg bagi besar lebih neg rapusat (negar, -^jf . Pengaruhnl,a tedihat pada berbagai keuntungan dan dominasi 1'ang PerencanaanPernbang,unanEdisi 02 Tahm IX Maret 2004 JJ negaramaiu dalam bidang ekonomi, politis, dalam struktur hubungan internasional,militer, komunikasi, pendidikan, psikologis dan pengaruh sosial lainnya. (f ohan Galtung, 1991: 136-143).Proses asimetrisini tidak dapat diralat sekedardengan kebiiakan moneter atau dengan menaikkan harga penjualan bahan mentah, karena hal itu ridak dapat menyumbang pada ketimpangan Pengafrth antar aktor dan stakeholders dari proses tersebut. Sal,angnya, seperti yahg dikemukakan Prof. Dr. Sri-Edi Swasono (Sri-Edi Swasono, 2003:p.16), studi ilmu ekonomi selama ini masih kurang menaruh perhatian terhadap strukrur sosial dan proses interaksi 1,angdemikian. Sebab itu diperlukan adanyapengkajian ulang terhadap studi ekonomi dan pembangunafl unruk lebih menaruh perhauan padakaiian tentang strukrur sosialdan politik sertapada perkembang^n ^nt^rwaktu dari pengaruh 1,angtimbul dari hubungan tersebut. Kalau tidak, kiian iru akan menjadi tidak realistis terhadap lingkungan masl,arakat 1,ang ada. Kesimpulan 1. Perkembangan teknologi telah dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk menguasai lingkungan, meningkatkan kecepatan gerak, mempermudah hubungan antar manusia dan meningkatakan jumlah dan ienis produksi yang fauh lebih banyak daipadayang dapat dilakukan lima puluh tahun l,ang lalu. Akan tetapi, bersamaan dengan itu, bermiliarmi)tar ummat manusia masih hidup pada ingkat kemiskinan y^ng am t . parah diseluruh dunia. 2. Petkembangan teknologi itu iuga telah menyebabkan terjadinya globalisasi atau proses integrasi ^ntr neg ra dan antar masyarakat diseluruh dunia menjadi lebih intensif. Namun karena inisiatif dari interaksi tersebut datangnya dari negara-negaramaju,proses itu lebih banyak mewakili aspirasi dan kepentin g^r-negara-negan maju. Akibatn;'a, hubungan iru menjadi asimetris,sehinggalebih mernpedebar kesenjangandan ketergan*ng"., negara-negaraberkembang pada negara-negaramaiu... 3. Karena keterganrungan dan proses interaksi tersebut lebih banyak berakar padakajianbidang-bidang ilmu lain diluar kaiian ilmu ekonomi konvensional, srudi pembangunan dan ilmu ekonomi di Indonesia masih kutang menaruh minat pada studi struktural dan akibat-akibat ditimbulkannya sepanjangwaktu. Sebab 1,ang itu sangat dianjurkan untuk segera melakukan kajian ulang dan restrukturisasi kurikulum dalam studi pembangunan dan ilmu ekonomi 1'ang tedalu berorientasi pada teori Neo Clasik kepada kajian l,ang lebih reairsusI Dafiu Pusr*a An-ef,Sritua,Ill!F!*igF!4ll-44F!a,..S3rakqu: Cardoso. Fcmunrjo g.miq* u.t gru MuhanxDadiyahUnjvcrsir)i prcss,2OOl tot.u,,. (translated). Berkeley. Los Angcles: University ofCalifi)mia L.g"in. Phitipp.. o*n w.'.1.t''nr. Eiitili-iil,lilif,iiiiiilffi:.uunymo. mcnrhanpuur Sisrcnr Ekonomi. "orh"h,ur ylrgyrkrro: BpFE. IOOO. _-, --=- Ekonomi Pancasila, yogyakmj Fakulru Ekolomi UCM. 2002 and Daliel W Bondev. Devel,rnnrenr Alrpm:,rir. lirr r^,r-.,";.. Stigliu, Josepb. C Swusono, Sri-Etli. 34 press, 1979 Singapore and Ncw Yrrrk: Prenrice Hali. 2002 I991. llndon: Allcn Lure Books.2002 , Jakurra: UI - Prss. f003. PerencanaanPentbangunanEdisi 02 Tahwt IX Maret 2004