NASKAH PUBLIKASI SIKAP REMAJA TERHADAP

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT
DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
Oleh :
SYAIFUL ANWAR PRASETYO
YULIANTI DWI ASTUTI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2008
NASKAH PUBLIKASI
SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT
DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Yulianti Dwi Astuti, S.Psi.,M.Soc.Sc.)
SIKAP REMAJA TERHADAP PENYALAHGUNAAN OBAT
DITINJAU DARI KEPERCAYAAN DIRI
Syaiful Anwar Prasetyo
Yulianti Dwi Astuti
INTI SARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara
kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat. Hipotesis awal
yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan negatif antara kepercayaan
diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat”, semakin tinggi kepercayaan
diri, semakin kecil kemungkinan sikap remaja untuk setuju terhadap penyalahgunaan
obat, dan sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri, semakin besar kemungkinan
sikap remaja untuk setuju terhadap penyalahgunaan obat.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA GAMA
YOGYAKARTA, kelas dua, tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 50 subyek.
Teknik pengambilan data penelitian dengan menggunakan skala. Adapun skala yang
digunakan adalah skala kepercayaan diri yang mengacu dari teori Lauster, Anthony,
dan Hakim (dikutip Ambarwati, 1999). Sedangkan skala sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat mengacu dari teori Azwar (1988).
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
fasilitas program SPSS 12.0 for Windows untuk menguji apakah ada hubungan antara
kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat. Hasil analisis
data menunjukkan rXY = -0.337 dengan p=0.008. Karena p<0.05 berarti ada korelasi
negatif yang signifikan antara variabel kepercayaan diri dengan variabel sikap remaja
terhadap penyalahgunaan obat, sehingga hipotesis yang diajukan diterima.
Kata Kunci : Kepercayaan Diri, Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Obat.
PENGANTAR
Latar Belakang Permasalahan
Dewasa ini banyak terjadi kasus penyalahgunaan obat-obatan dan yang sangat
memprihatinkan adalah sebagian besar penggunaannya adalah remaja. Ofter
(Koeswara, 1988) mengemukakan bahwa remaja sering melakukan hal-hal yang
menyimpang atau melakukan pelanggaran hukum, penyalahgunaan zat yang berupa
obat-obatan. Hurlock (1993) mengatakan bahwa masa remaja sebagai periode yang
penting, masa remaja sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode
perubahan, masa remaja sebagai usia bermasalah dan masa remaja sebagai masa
mencari identitas diri. Dengan keadaan psikologis remaja yang demikian, remaja
rentan terhadap penyalahgunaan obat. Salah satu sebab penting yang mendorong para
remaja menggunakan narkoba adalah kecemasan. Keadaan cemas menyebabkan
munculnya perasaan tidak percaya diri. Hal ini mendorong mereka mencari jalan
pintas untuk mengatasinya. Melalui penggunaan narkoba mereka berusaha untuk
memperoleh hidup yang bebas dari kecemasan dan ketidakpercayaan diri. Gejalagejala yang tampak dari adanya pencarian jalan pintas untuk mengatasi
ketidakpercayaan diri adalah meningkatnya penyalahgunaan obat.
Sikap merupakan kesediaan bereaksi terhadap suatu obyek (Gerungan, 1986).
Agar
dapat
mengetahui
kecenderungan-kecenderungan
remaja
terhadap
penyalahgunaan
obat,
perlu
diketahui
bagaimana
sikap
remaja
terhadap
penyalahgunaan obat. Pada kenyataannya ada remaja yang menunjukkan sikap tidak
menyukai penggunaan obat-obatan dimana remaja tersebut menganggap bahwa
menggunakan obat-obatan dan alkohol akan merusak diri sendiri, dan menghambat
aktivitas belajar sehingga dapat merugikan dirinya sendiri (Widjono, 1982). Di sisi
lain sebagian remaja menunjukkan sikap menyukai penggunaan obat-obatan karena
dengan begitu segala persoalan dapat dipecahkan. Ada juga remaja yang beranggapan
bahwa dengan penggunaan obat-obatan akan lebih percaya diri.
Hawari (1996) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada tiga faktor utama
yang mempengaruhi apakah seseorang akan terlibat penyalahgunaan obat yaitu faktor
predisposisi, faktor kontribusi dan faktor pencetus. Variabel-variabel yang masuk di
dalam faktor predisposisi diantaranya kepribadian individu seperti kecemasan,
depresi, atau adanya gangguan kepribadian antisosial. Variabel-variabel yang masuk
dalam faktor kontribusi diantaranya adalah kondisi keluarga, keutuhan keluarga,
kesibukan orang tua dan hubungan interpersonal di dalam keluarga itu sendiri.
Variabel-variabel yang masuk di dalan faktor pencetus diantaranya pengaruh teman
sebaya, peer groups dan kemudahan memperoleh napza itu sendiri.
Salah satu faktor kepribadian yang tidak lepas dari permasalahan
penyalahgunaan obat adalah kepercayaan diri yang dimiliki oleh remaja itu sendiri.
Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau perasaan yakin akan kemampuan
sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan-
tindakannya dan dapat dengan bebas melakukan hal-hal yang disukai dan
bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan, berinteraksi dengan orang
lain, dapat menerima dan menghargai kelebihan dan kekurangannya (Daradjat, 1990).
Dengan tingginya kepercayaan diri, diharapkan remaja mampu menentukan arah
sikap dimana dalam sikap positif yaitu mendekati, menyenangi, mengharapkan
ataukah dalam sikap negatif yaitu menjauhi, menghindari, membenci dan tidak
menyukai terhadap penyalahgunaan obat (Sarwono, 1987).
Berdasarkan uraian di atas maka muncul pertanyaan, “Apakah ada hubungan
antara kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat”.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis:
Memberikan
masukan
bagi
disiplin
Psikologi,
khususnya
Psikologi
Perkembangan Remaja.
2. Manfaat Praktis:
Sebagai bahan acuan untuk masyarakat guna menahan atau mengurangi
jumlah penyalahgunaan obat dan mencegah penyalahgunaan obat.
TINJAUAN PUSTAKA
Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Obat
Sikap berasal dari bahasa Inggris, attitude yang artinya kesediaan bereaksi
terhadap suatu hal (Gerungan, 1981). Sikap tersebut berhubungan dengan obyek dan
memberikan penilaian terhadap obyek yang dihadapi. Allport memberikan gambaran
sedikit berbeda mengenai sikap, menurutnya sikap adalah keadaan mental dan syarat
dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik
atau terarah terhadap respon individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan
dengannya (Sears, dkk, 1988).
Azwar (dikutip Ambarwati, 1999) menyatakan bahwa sikap mempunyai
komponen-komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu obyek.
Sejalan dengan pernyatakan Azwar tersebut adalah pernyataan dari Baron dan
Byrne, juga Myers dan Gerungan (dikutip oleh Walgito, 1991). Yang menyatakan
bahwa sikap mengandung tiga komponen, yaitu:
a. Komponen kognitif atau komponen persepsi, merupakan komponen yang
berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaiman orang membuat persepsi terhadap obyek sikap.
b. Komponen afektif atau komponen perasaan yaitu komponen yang berhubungan
dengan rasa senang dan tidak senang terhadap obyek sikap.
c. Komponen konatif atau komponen perilaku, yaitu komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertidak terhadap obyek sikap.
Pembentukan sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal meliputi: konsep diri, harga diri, kepercayaan diri, usia, pengalaman
pribadi, dan pengaruh faktor emosional. Sedangkan faktor eksternal meliputi:
pengaruh kebudayaan, keluarga, dan tingkat pendidikan.
Penyalahgunaan obat adalah penggunaan obat yang tidak ditujukan untuk
pengobatan, tetapi obat tersebut dipergunakan untuk mendapatkan kenikmatan.
Sedangkan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat adalah kesediaan remaja
untuk menerima atau menolak penggunaan obat yang bukan untuk tujuan medik atau
pengobatan.
Kepercayaan Diri
Walgito (1991) menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kepercayaan
seseorang pada kemampuan yang ada dalam dirinya. Sedangkan Angelish (1997)
kepercayaan diri adalah suatu keyakinan dalam hati bahwa segala tantangan hidup
apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu.
Individu yang percaya diri akan memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan
oleh Lauster, Anthony, dan Hakim (dikutip Ambarwati, 1999) sebagai berikut:
1) Kemandirian: Adanya kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri
sendiri dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa tergantung dengan orang
lain.
2) Komitmen: Individu memiliki kemampuan dalam memegang komitmen yang
sudah ia buat serta bagaimana orang tersebut mematuhinya.
3) Pemahaman diri: Pemahaman diri secara objektif akan memungkinkan seorang
individu bisa melihat kelebihan-kelebihannya yang dapat membuatnya percaya
diri untuk bisa berbuat segala sesuatu, sekalipun harus bersaing.
4) Penyesuaian diri: Adanya kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di
lingkungan tempat ia berada dalam artian orang tersebut bisa di terima sebagai
salah satu anggota masyarakat yang di butuhkan oleh orang lain.
5) Tegas dan berani menyatakan pendapat: Individu memiliki ketegasan dan
keberanian menyatakan pendapat yang meliputi kemampuan mengungkapkan
perasaan, kemampuan mengungkapkan keyakinan, dan pemikiran secara terbuka
dan terakhir adalah kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi.
Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Sikap Remaja
Terhadap Penyalahgunaan Obat
Narkoba atau penyalahgunaan obat sangat dekat dengan kehidupan remaja.
Remaja yang masih labil akan mudah terpengaruh sehingga mudah tergiur oleh
tawaran teman yang tidak baik dan bukannya tidak mungkin mereka akan mencoba
memakai obat-obatan terlarang atau narkoba. Remaja yang memiliki rasa percaya diri
biasanya optimis dalam menjalani hidup, memiliki keyakinan akan berhasil, selain itu
setiap persoalan yang datang akan dihadapi dengan hati yang tenang (Daradjat,
1990). Rasa kurang percaya diri dapat terjadi karena dihantui rasa tidak mampu
sebelum mencoba serta kurangnya kekuatan mental dalam menghadapi suatu
peristiwa (Rubin, 1989). Remaja yang memiliki rasa percaya diri, mempunyai sikap
mandiri atau tidak terpengaruh kepada orang lain (Langter, 1994).
Kepercayaan diri yang dimiliki remaja berkaitan erat dengan sikap terhadap
penyalahgunaan obat. Semakin tinggi kepercayaan diri maka remaja akan memiliki
sikap tidak setuju terhadap penyalahgunaan obat, karena remaja cenderung
mempunyai kepercayaan diri yang kuat sehingga remaja tidak menunjukkan sikap
ingin mempergunakan obat terlarang, sebaliknya apabila kepercayaan diri yang
dimiliki oleh remaja rendah maka dapat menimbulkan sikap setuju terhadap
penyalahgunaan obat.
Hipotesis Penelitian
“Ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat”, semakin tinggi kepercayaan diri, semakin kecil kemungkinan
sikap remaja untuk setuju terhadap penyalahgunaan obat, dan sebaliknya semakin
rendah kepercayaan diri, semakin besar kemungkinan sikap remaja untuk setuju
terhadap penyalahgunaan obat.
METODE PENELITIAN
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para remaja siswa dan siswi SMA GAMA
YOGYAKARTA yang berjumlah 50 subyek, karakteristik populasi dalam penelitian
ini adalah remaja berusia 17-19 tahun yang tercatat sebagai siswa SMA GAMA
YOGYAKARTA. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik Cluster Sampling. Teknik Cluster Sampling merupakan teknik
sampling dimana satuan-satuan sampel tidak terdiri dari individu, melainkan dari
kelompok individu atau cluster (Hadi, 1993).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah metode angket. Adapun angket yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat dan angket kepercayaan diri.
1. Angket sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat
Angket ini terdiri dari tiga aspek yang mengacu pada teori Azwar (1988) yang
menyatakan bahwa sikap mempunyai 3 komponen yaitu:
a. Aspek Kognitif
b. Aspek Afektif
c. Aspek Konatif
Setiap aspek dalam angket sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat
terdapat butir-butir yang berbentuk pernyataan yang seiring dengan variabel atau
favorable dan butir-butir yang berbentuk pernyataan yang tidak seiring dengan
variabel atau unfavorable. Setiap butir mempunyai empat kemungkinan jawaban,
yaitu: Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju.
Pada butir favorable, skor jawaban bergerak dari 4 (Sangat Setuju) sampai 1
(Sangat Tidak Setuju) sedangkan butir yang unfavorable, skor jawabannya bergerak
dari 1 (Sangat Setuju) sampai 4 (Sangat Tidak Setuju).
2. Angket Kepercayaan Diri
Angket kepercayaan diri terdiri dari beberapa aspek yang disusun berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Lauster, Anthony, dan Hakim (dikutip Ambarwati,
1999) yang menyatakan bahwa kepercayaan diri mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Kemandirian
b. Komitmen
c. Pemahaman diri
d. Penyesuaian diri
e. Tegas dan berani menyatakan pendapat
Pada butir favorable, skor jawaban bergerak dari 4 (Sangat Sesuai) sampai 1
(Sangat Tidak Sesuai) sedangkan butir yang unfavorable, skor jawaban bergerak dari
1 (Sangat Sesuai) sampai 4 (Sangat Tidak Sesuai).
Metode Analisis Data
Untuk
melakukan
pengujian
terhadap
hipotesis
penelitian
dengan
mempergunakan teknik korelasi Product Moment. Korelasi Product Moment
melukiskan hubungan antara dua gejala interval, gejala interval yang menggunakan
skala pengukuran yang berjarak sama (Hadi, 1998). Dalam penelitian ini penulis
ingin mengetahui hubungan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat ditinjau dari
kepercayaan diri. Maka sebagai perhitungan analisis datanya, penulis menggunakan
korelasi Product Moment.
Dengan menggunakan pedoman teknik statistik Product Moment, pedoman
pengambilan kesimpulan yang dipakai adalah sebagai berikut:
1. Apabila koefisien korelasi menunjukkan p < 0,05 maka asumsinya hipotesis
diterima.
2. Apabila koefisien korelasi menunjukkan p > 0,05 maka asumsinya hipotesis
ditolak.
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Data Penelitian
Setelah menyebarkan angket dan mendapatkan data penelitian yang
dibutuhkan, diperoleh gambaran umum data penelitian yang dapat dilihat pada tabel
deskripsi statistik data penelitian yang meliputi variabel sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat dan variabel kepercayaan diri.
Tabel 1
Deskripsi Statistik Data Penelitian
Hipotetik
Variabel
X min X max Mean
Kepercayaan Diri
19
76
47.5
Skp Rmj Thdp
Pnylhgnn Obat
28
112
70
Keterangan:
•
46
74
59.48
SD
11.232
7.129
Hipotetik
X min
X max
Mean
•
X min
28
Empirik
X max Mean
84
36.96
= jumlah item x skor minimal
= jumlah item x skor maksimal
= X min + X max
2
Empirik
Nilai X min, X max, mean, dan SD empirik adalah hasil dari analisis SPSS 12.0
for windows.
Berdasarkan deskripsi data penelitian di atas dapat diketahui kategori masing-
masing variabel yaitu kepercayaan diri dan sikap remaja terhadap penyalahgunaan
obat pada subyek. Deskripsi penelitian yang digunakan untuk membuat kategorisasi
pada masing-masing variabel penelitian yaitu: Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang,
Rendah, Sangat Rendah. Kategori yang dibuat berdasarkan lima kategorisasi.
Penentuan kategorisasi tersebut didasarkan pada tingkat diferensiasi yang
dikehendaki. Namun untuk memperoleh kategori perlu ditentukan terlebih dahulu
batasan
yang
akan
digunakan
berdasarkan
nilai
deviasi
standar
dengan
memperhitungkan rentangan nilai maksimum dan minimum teoritisnya. Kategori ini
ditentukan berdasarkan sebaran empirik.
Tabel 2
Kriteria Kategori skala
Kategori
Nilai
Sangat Tinggi
X > (µ + 1.8 σ)
Tinggi
(µ + 0.6 σ) < X ≤ (µ + 1.8 σ)
(µ - 0.6 σ) < X ≤ (µ + 0.6 σ)
Sedang
(µ - 1.8 σ) ≤ X ≤ (µ - 0.6 σ)
Rendah
Sangat Rendah
X < (µ - 1.8 σ)
Catatan: µ = rerata/mean; σ = standar deviasi
Tabel 3
Kategorisasi Variable Kepercayaan Diri
Kategori
Nilai
Sangat Tinggi
X > 57.1
Tinggi
43.6 < X ≤ 57.1
30.2 < X ≤ 43.6
Sedang
Rendah
16.7 < X ≤ 30.2
Sangat Rendah
X < 16.7
Jumlah
2
9
21
18
-
Prosentase
4 %
18 %
42 %
36 %
-
Kategorisasi variabel kepercayaan diri untuk kategori Sangat Rendah tidak
ada, kategori Rendah ada 18 subyek (36 %), kategori Sedang ada 21 subyek (42 %),
kategori Tinggi ada 9 subyek (18 %) dan kategori Sangat Tinggi ada 2 subyek (4 %).
Berdasarkan kategorisasi tabel variabel kepercayaan diri diatas, dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar subyek masuk dalam kategori kepercayaan diri yang sedang.
Tabel 4
Kategorisasi Variable Sikap Remaja Terhadap Penyalahgunaan Obat
Kategori
Nilai
Jumlah Prosentase
Sangat Tinggi
X > 72.3
2
4 %
Tinggi
63.7 < X ≤ 72.3
11
22 %
55.2 < X ≤ 63.7
Sedang
21
42 %
Rendah
46.6< X ≤ 55.2
15
30 %
X < 46.6
1
2 %
Sangat Rendah
Kategorisasi variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat untuk
kategori Sangat Rendah ada 1 subyek (2 %), kategori Rendah ada 15 subyek (30 %),
kategori Sedang ada 21 subyek (42 %), kategori Tinggi ada 11 subyek (22 %),
sedangkan kategori Sangat Tinggi ada 2 subyek (4 %). Berdasarkan kategorisasi tabel
variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat di atas, dapat disimpulkan
bahwa sikap yang tidak setuju terhadap penyalahgunaan obat sebanyak 16 subyek,
sikap yang setuju terhadap penyalahgunaan obat sebanyak 13 subyek, sedangkan
sikap yang cenderung setuju terhadap penyalahgunaan obat sebanyak 21 subyek.
Uji Asumsi
Setelah mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan, kemudian peneliti
melakukan uji asumsi. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas dan
uji linearitas.
Uji Normalitas
Sebaran skor variabel penelitian dikatakan normal jika tidak ada perbedaan
yang signifikan antara distribusi skor empirik dengan distribusi skor hipotetik.
Perhitungan uji normalitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12.0 for
Windows. Setelah dilakukan tabulasi terhadap data subyek penelitian, selanjutnya
dilakukan uji normalitas sebaran dengan teknik One-Sample Kolmogorof-Smirnof
Test. Hasil yang diperoleh skor variabel kepercayaan diri adalah normal (K-SZ=1.540
atau p>0.05), sedangkan variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat adalah
normal (K-SZ=0.538 atau p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data variabel
kepercayaan diri dan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat berdistribusi
normal.
Uji Linearitas
Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan antara
variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat dan kepercayaan diri. Dari hasil
uji linearitas terhadap variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat dengan
kepercayaan diri diperoleh hasil F = 6.251 dengan p=0.018. Karena p<0.05 dengan
begitu kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang linier.
Uji Hipotesis
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12.0 for
Windows. Hasil analisis data menunjukkan rXY = -0.337 dengan p=0.008. Karena
p<0.05 berarti ada korelasi negatif yang signifikan antara variabel kepercayaan diri
dengan variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat, sehingga hipotesis yang
diajukan diterima.
PEMBAHASAN
Hasil analisis data diatas menunjukkan ada hubungan negatif yang signifikan
antara kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat, dengan
kata lain hipotesis penelitian ini diterima. Pada hipotesis ini disebutkan bahwa ada
hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat, apabila kepercayaan diri tinggi maka sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat rendah. Hal ini dapat dilihat dari uji hipotesis yang
menunjukkan rXY = -0.337 dengan (p=0.008 atau p<0.05)).
Hasil penelitian ini mendukung teori yang telah dikemukakan, bahwa seorang
remaja yang mempunyai kepercayaan diri tidak mudah terpengaruh untuk
menyalahgunakan obat. Biasanya remaja menyalahgunakan obat karena mereka tidak
percaya diri dan dengan menyalahgunakan obat, mereka akan merasa lebih percaya
diri. Selain itu remaja menjadi penyalahguna obat karena terpengaruh oleh temanteman di lingkungannya. Dengan demikian kalau remaja sudah mempunyai
kepercayaan diri maka tidak perlu untuk menyalahgunakan obat. Remaja yang
memiliki kepercayaan diri mempunyai sikap yang negatif terhadap penyalahgunaan
obat. Hal ini sesuai dengan (Langter,1994) bahwa seseorang yang memiliki rasa
percaya diri mempunyai sikap mandiri atau tidak terpengaruh kepada orang lain.
Sumbangan efektif variabel kepercayaan diri terhadap sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat sebesar 11,4%. Menurut Rubin (1989) bahwa kepercayaan diri
memberikan kekuatan dalam menentukan langkah. Sehingga 88,6% selebihnya
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yaitu konsep diri, harga diri, usia, pengalaman
pribadi, faktor emosional, pengaruh kebudayaan, keluarga, dan tingkat pendidikan.
Dikatakan oleh Azwar (1988), tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang. Sedangkan menurut
Walgito (1991) tingkat pendidikan memiliki hubungan yang seimbang dengan sikap.
Dari deskripsi data penelitian dapat diketahui bahwa Mean Empirik untuk
variabel sikap remaja terhadap penyalahgunaan obat adalah 59.48 dan jika
dibandingkan dengan Mean Hipotetik sebesar 70, berarti Mean Empirik lebih kecil
dari Mean Hipotetik dengan SD remaja sebesar 7.129 hal ini memiliki arti bahwa
subyek dalam penelitian ini mempunyai sikap yang cenderung setuju terhadap
penyalahgunaan obat. Sedangkan Mean Empirik untuk variabel kepercayaan diri
adalah 36.96 dan jika dibandingkan dengan Mean Hipotetik sebesar 47.5, berarti
Mean Empirik lebih kecil dari Mean Hipotetik dengan SD 11.232 hal ini memiliki
arti bahwa subyek dalam penelitian ini mempunyai kepercayaan diri yang masuk
dalam kategori sedang. Remaja yang memiliki rasa percaya diri biasanya optimis
dalam menjalani hidup, memiliki keyakinan akan berhasil, selain itu setiap persoalan
yang datang akan dihadapi dengan hati yang tenang, sebaliknya jika remaja yang
kurang percaya diri akan cenderung pesimis dalam menghadapi kesukaran, karena
setiap kali ada kesukaran atau persoalan yang harus dihadapi sudah terbayang
kegagalan sebelum mencoba untuk menghadapinya (Daradjat, 1990).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMU GAMA
YOGYAKARTA, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: Ada
hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan sikap remaja terhadap
penyalahgunaan obat, dengan kata lain semakin tinggi kepercayaan diri, semakin
kecil kemungkinan sikap remaja untuk setuju terhadap penyalahgunaan obat, dan
sebaliknya semakin rendah kepercayaan diri, semakin besar kemungkinan sikap
remaja untuk setuju terhadap penyalahgunaan obat. Selain itu juga diperoleh
sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap sikap remaja pada penyalahgunaan obat
sebesar 11,4%. Dengan ini berarti hipotesis yang diajukan dapat diterima.
SARAN
Untuk mempertahankan kepercayaan diri yang tinggi memang tidak mudah.
Hal ini disebabkan karena adanya banyak pengaruh dari luar yang mungkin dapat
mempengaruhi kepercayaan diri. Maka alternatif operasional yang bisa ditempuh
misalnya, sebagai berikut:
a. Pihak sekolah memberikan pengarahan dan pelajaran yang berhubungan dengan
cara mempertahankan kepercayaan diri dan menganggap kepercayaan diri sebagai
salah
satu
kekuatan
penyalahgunaan obat.
penghalang
untuk
mencegah
remaja
menerima
b. Bagi remaja, diharapkan untuk dapat menjaga dan mempertahankan kepercayaan
dirinya dengan cara menghindari pengaruh yang negatif dari teman atau
lingkungan sekitar, dengan begitu akan mampu atau berani menolak segala
bentuk penyalahgunaan obat. Untuk meningkatkan kepercayaan diri harus yakin
dan jangan takut gagal sebelum mencoba.
c. Bagi peneliti lain, yang berminat untuk mengetahui lebih lanjut tentang topik ini
hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor penentu yang lain yang dipandang
berpengaruh, tetapi belum disertakan dalam penelitian ini, antara lain: faktor
lingkungan sosial dan tingkat pengetahuan keagamaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, D. 1999. SikapRemaja Pengguna Alkohol Ditinjau Dari Kepercayaan
Diri. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang.
Angelis, B.D, 1997. Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian, Alih Bahasa
Baty Subakti, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Azwar, S. 1988. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Edisi ke-2, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Daradjat,Z. 1990. Kesehatan Mental, Jakarta; CV. Haji Masagung.
Gerungan,W.A. 1986. Psikologi Sosial, Bandung: Eresco.
Hadi, S. 1993. Statistik Jilid 2 Yogyakarta: Andi Offset.
Hawari, D. 2004. Al-Qur’an: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa.
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, edisi kelima, Alih Bahasa Istiwidayanti, Jakarta: Erlangga.
Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia, Bandung: PT. Eresco.
Langter, P. 1994. The Personality Test London, Holt Reinhart Cruston Inc.
Rubin, T.I. 1989. Delapan Strategi Keputusan Yang Efektif, Semarang: Sahara Price.
Sarwono, S.W. 1987. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sears, D.O., dkk, 1988. Psikologi Sosial, Alih Bahasa M. Adryanto dan S. Soekrisno,
Jakarta: Erlangga.
Walgito, B. 1991. Psikologi Sosial, Yogyakarta: Andi Offset..
Widjono, H. 1982. Yang Perlu Diketahui Generasi Muda Tentang Penyalahgunaan
Obat, Jakarta: Departemen Kesehatan R.I.
Download