PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA Pirantie Imadayani Uly Gusniarti Intisari Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik apakah pelatihan kecerdasan emosi memberikan pengaruh terhadap kepercayaan diri remaja. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan membagi subjek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Metode ini memberikan perlakuan berupa pelatihan kecerdasan emosi pada kelompok eksperimen. Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah kemampuan intrapribadi, kemampuan antarpribadi, ketahanan menanggung stres, penyesuaian diri dan suasana hati. Desain eksperimen dalam penelitian ini menggunakan two independent groups design, dengan menggunakan metode analisis independent sample t-test. Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang. Subjek adalah siswa kelas IX MTs YAPI Pakem yang berusia antara 13 – 16 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap peningkatan kepercayaan diri remaja. Kata kunci : Pelatihan kecerdasan emosi, Kepercayaan diri remaja PENGARUH PELATIHAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PENINGKATAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA Pengantar Dewasa ini, untuk mengikuti arus zaman yang terus melaju pesat, seseorang harus memiliki kemampuan intelektual dan kemampuan sosial yang baik, dan juga dituntut untuk memiliki mental yang kuat agar dapat bersaing dan bertahan untuk mencapai kesuksesan. Kemampuan intelektual dan sosial harus diasah sejak seseorang memasuki masa remaja, sehingga ia akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dikemudian hari. Pada masa remaja ini juga individu atau remaja akan sangat tergantung pada pandangannya akan apa yang dia miliki, terutama dalam bersosialisasi dengan lingkungannya. Pandangan akan apa yang dia miliki pada diri tersebut menyangkut, misalnya penampilan fisik, status ekonomi, kemampuan akademik, atau tingkat inteligensi. Menurut Erikson, remaja seharusnya mampu mengatasi masalah dalam dirinya, sehingga mereka dapat menentukan masa depannya. Intinya remaja harus memiliki rasa percaya diri dengan apa yang mereka punya dan mampu memanfaatkan potensinya (Iswidharmanjaya & Agung, 2004) Sedangkan menurut Maslow percaya diri merupakan modal dasar untuk pengembangan dalam aktualisasi diri (eksplorasi kemampuan dalam diri). Seseorang yang memiliki rasa percaya diri akan lebih mampu mengenal dan memahami diri sendiri, sebaliknya jika seseorang kurang memiliki rasa percaya diri maka akan sulit untuk mengembangkan potensi diri yang dimiliki dan akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan raguragu untuk menyampaikan gagasan, bimbang dalam menentukan pilihan dan sering membandingkan dirinya dengan orang lain (Iswidharmanjaya & Agung, 2004). Seseorang yang penuh dengan rasa percaya diri memiliki sikap atau perasaan yang yakin pada kemampuan mereka sendiri. Keyakinan itu muncul setelah ia tahu apa yang dibutuhkan dalam hidup, sehingga mampu melihat kenyataan yang ada. Kepercayaan diri inilah yang membuat seseorang tidak membandingkan dirinya dengan orang lain, dan tidak terlalu membutuhkan dukungan dari orang lain sebab ia tahu apa yang dibutuhkan dan diharapkan dalam hidup (Iswidharmanjaya & Agung, 2004). Secara umum, rasa percaya diri dapat dimiliki oleh seseorang jika ia telah memiliki pengalaman, karena ia merasa dapat melakukan melakukan segala sesuatu dengan kekuatannya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Hasan yang menyatakan bahwa kepercayaan diri adalah kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki, serta dapat memanfaatkannya secara tepat (Iswidharmanjaya & Agung, 2004). Rasa percaya diri belum tentu dimiliki oleh semua remaja yang sedang berkembang. Dewasa ini banyak remaja yang memiliki rasa kurang percaya pada dirinya sendiri baik itu di lingkungan sekolah, di depan banyak orang, juga saat sedang menghadapi masalah untuk mengambil keputusan dan masih banyak contoh lainnya lagi. Krisis kepercayaan diri ini merupakan hal yang sangat manusiawi. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak psikolog perkembangan yang mengatakan bahwa sejak kecil hingga saat ini orang selalu mengalami krisis percaya diri, bahkan penyakit ini bisa sangat kronis dan bisa menyebabkan orang yang mengalami hal ini akan menarik diri dan tidak mau bergaul dengan orang lain (Iswidharmanjaya & Agung, 2004). Dampak utama yang muncul dari adanya rasa tidak percaya diri adalah dampak psikologis, dimana siswa yang merasa dirinya tidak bisa untuk berbaur sulit untuk lebih menunjukkan potensi yang dimilkinya, dan menyebabkan mereka tidak bisa berkembang untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya. Siswa menjadi pendiam dan menutup diri, karena ia merasa sulit untuk bersosialisasi dan tidak percaya diri untuk bergaul dengan teman-temannya yang lebih mampu. Dampak-dampak psikologis lain yang muncul dikarenakan kurangnya rasa percaya diri adalah siswa menjadi kesulitan ber-adaptasi dengan lingkungan yang baru, mereka tidak memiliki keberanian untuk memulai pembicaraan terlebih dahulu, menyapa temannya, dan menyatakan pendapat (Triswanto, 2005) Rendahnya rasa percaya diri yang dimiliki remaja menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki kecerdasan emosional yang rendah (Hankin, 2004). Definisi kecerdasan emosi itu sendiri menurut Baron adalah kemampuan untuk mengenali diri sendiri, kemampuan untuk bergaul dan berinteraksi dengan orang lain, kemampuan untuk bersikap lentur dan realistis, kemampuan untuk tetap tenang dan mampu bertahan dalam menghadapi konflik, serta kemampuan untuk mempertahankan sikap optimis dan positif dalam menghadapi situasi sulit (Stein & Book, 2002) Remaja dengan kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu untuk menyelaraskan diri dan peka terhadap perasaan dan pikiran orang lain, mampu untuk memahami, menyadari dan menghargai perasaan orang lain. Remaja dengan kecerdasan emosi yang tinggi akan memiliki kesadaran dan kepedulian sosial, mampu bekerja sama dan berperan konstruktif dalam lingkungan masyarakat, serta tanggung jawab hidup bermasyarakat. Remaja dengan kecerdasan emosi yang tinggi mampu membina dan memelihara hubungan yang saling memberi dan menerima, serta lebih terampil dalam menjalin hubungan anatar pribadi yang positif (Stein & Book, 2002). Keterkaitan antara variasi kecerdasan emosi dan kepercayaan diri adalah bahwa remaja yang memiliki kecerdasan emosi yang baik maka akan membuatnya mampu bergaul dengan baik, mengenali dirinya, menangani stres, dan memiliki tanggung jawab dalam kehidupannya. Sehingga, akan membuat remaja memiliki rasa percaya diri. Melalui pelatihan kecerdasan emosi, remaja akan diajarkan untuk lebih mampu mengenali emosi yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri serta mampu menunjukkan potensi yang dimilikinya dan menggunakan potensi tersebut dengan tepat untuk bergaul dan mengatasi masalah yang dihadapi, sehingga mereka mampu mencapai tujuan hidup dengan sukses tanpa merugikan orang lain. Melalui pelatihan kecerdasan emosi diharapkan siswa lebih mampu untuk bergaul dan berinteraksi satu sama lain sehingga lebih mampu untuk mengenali perasaan orang lain, memiliki tanggung jawab yang tinggi, serta mampu memelihara dan membina hubungan interpersonal yang saling menguntungakan antara satu dan yang lainnya. Setelah mengikuti pelatihan kecerdasan emosi ini diharapkan siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, dan mampu melihat segala hal sesuai dengan kenyataan. Setelah mengikuti pelatihan kecerdasan emosi ini diharapkan siswa akan lebih mampu bertahan menghadapi situasi yang menimbulkan stres serta mampu mengendalikan dorongan untuk melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Melalui pelatihan kecerdasan emosi ini diharapkan siswa mampu menikmati hidup dan memiliki pandangan optimis yang realistis terhadap masa depan sehingga mampu merasa bahagia dalam menjalani kehidupan (Baron dalam Stein & Book, 2002) Pelatihan kecerdasan emosi diharapkan dapat membentuk karakteristik remaja yang pada awalnya kurang memiliki rasa percaya diri menjadi lebih percaya diri, karena hal itu sangat berperan dalam kesuksesan remaja di masa depan. Metode Penelitian Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SMP di MTs Yappi Pakem, Sleman, Yogyakarta. Subjek kemudian dipisah menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (KE) dan kelompok kontrol (KK). Pemisahan tersebut dilakukan dengan cara random. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode skala dan observasi. 1. Skala Kepercayaan diri Skala yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah skala kepercayaan diri dari Lauster (1978), skala ini merupakan test kepribadian yang mengungkap seberapa besar kepercayaan diri yang dimiliki oleh seseorang. Aitem yang terdapat dalam skala ini berjumlah 50 aitem, setiap aitem mengungkap aspekaspek dari kepercayaan diri. Jenis pertanyaannya bersifat tertutup. Tingkat kepercayaan diri subjek dilihat dari hasil skoring test, jika hasil skoringnya tinggi maka subjek memiliki rasa percaya diri yang tinggi, tetapi jika hasil skoringnya rendah subjek kurang memiliki rasa percaya diri. Tabel 1 Distribusi butir aitem skala kepercayaan diri setelah uji coba Butir Favourable Butir Unfavourable Aspek Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah Mudah menyesuaikan diri 3 (1) , 39 (14), 3 38 (13) 1 49 (16) Tanggung jawab 23 (9) 1 12 (4), 11 (5) 3 14 (6) Optimistis 30 (11), 31 (12) 2 8 (2) 1 Ambisi 3 (1), 39 (14), 3 25 (10) 1 40 (15) Toleransi 19 (7) 1 Jumlah 10 6 Keterangan : Angka yang bertanda ( ) adalah nomor aitem yang digunakan dalam pre-test Metode Analisis data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Independent Sample t-test, perbandingan antara skor pretest dan posttest dari kelompok eksperimen. Analisis data dilakukan dengan SPSS versi 12.0 for windows. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Tabel 2 Karakteristik Usia Kelas IX MTs YAPI Pakem Jenis Kelamin Usia 13 14 15 16 Laki-laki 2 4 Perempuan 1 4 1 Total 1 4 3 4 (Sumber : Profil MTs YAPI Pakem) Jumlah 6 6 12 Deskripsi Data Penelitian Tabel 3 Deskripsi Data Penelitian Variabel Hipotetik Min Max Skor Pretest 0 48 Skor Posttest 0 48 Mean Min Empirik Max 24 26 37 31.5 24 27 47 37 Mean Deskripsi data penelitian di atas selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui kriteria kategorisasi kelompok subjek pada variabel-variabel yang diteliti. Kategorisasi ini dimaksudkan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang Dalam hal ini, penulis menggunakan rumus kategorisasi yang dibuat oleh Azwar (1999), dimana terdapat lima kategori. Rumus tersebut dapat dilihat pada tabel 9 di bawah ini. Tabel 4 Norma Kategorisasi Norma Kategorisasi X < Mµ - 1,8 . SD Hipotetik Mµ - 1,8 . SD Hipotetik = X < Mµ - 0,6 . SD Hipotetik Mµ - 0,6 . SD Hipotetik = X < Mµ + 0,6. SD Hipotetik Mµ + 0,6 . SD Hipotetik = X = Mµ + 1,8 . SD Hipotetik X > Mµ + 1,8 . SD Hipotetik Kategori Kategori Sangat Rendah Kategori Rendah Kategori Sedang Kategori Tinggi Kategori Sangat Tinggi Berdasarkan norma kategorisasi yang telah disebutkan sebelumnya, maka subjek penelitian ini dapat dikelompokkan ke dalam lima kategori pada masingmasing variabel, yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini : Tabel 5 Deskripsi kategorisasi subjek penelitian berdasarkan hasil pretest Kategori Norma Kepercayaan diri Sangat Rendah X < 9,6 Kepercayaan diri Rendah 9,6 = X< 19,2 Kepercayaan diri Sedang 19,2 = X < 28,8 Kepercayaan diri Tinggi 28,8 = X = 38,4 Kepercayaan diri Sangat X > 38,4 Tinggi n Persentase 0 0 7 5 0% 0% 58,33% 41,67% 0 0% Tabel 6 Deskripsi kategorisasi subjek berdasarkan hasil posttest Kategori Norma Kepercayaan diri Sangat Rendah X < 9,6 Kepercayaan diri Rendah 9,6 = X< 19,2 Kepercayaan diri Sedang 19,2 = X < 28,8 Kepercayaan diri Tinggi 28,8 = X = 38,4 Kepercayaan diri Sangat X > 38,4 Tinggi n Persentase 0 0 1 8 0% 0% 8,33% 66,67% 3 25% Uji Asumsi Uji Normalitas Hasil uji normalitas pada data pretest kelompok eksperimen menunjukkan sebaran yang normal pada skala kepercayaan diri remaja dengan koefisien KS-Z 0,747 dan p = 0,631 (p > 0,05). Sedangkan uji normalitas data pretest pada kelompok kontrol menunjukkan sebaran yang normal dengan nilai KS-Z 0,686 dan p = 0,734 (p > 0,05). Selain melakukan uji normalitas pada data pretest, penulis juga melakukan uji normalitas pada data posttest pada kedua kelompok. Hasil uji normalitas data posttest pada kelompok eksperimen menunjukkan sebaran normal dengan nilai KS-Z 0,571 dan p = 0,900 (p > 0,05). Sedangkan uji normalitas data posttest kelompok kontrol menunjukkan sebaran normal dengan nilai KS-Z 0,838 dan p = 0,484 (p > 0,05). Uji Hipotesis Uji hipotesa menggunakan independent sample t-test. Analisis data menggunakan data gain score, uji hipotesa menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kepercayaan diri pada kelompok eksperimen adalah 5,4167 dan rata-rata tingkat kepercayaan diri kelompok kontrol adalah -1,3636. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai t = 3,205 dan sig (p) = 0,002 (p < 0,05). Artinya ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepercayaan diri antar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pembahasan Melihat adanya pengaruh pelatihan kecerdasan emosi terhadap peningkatan keprcayaan diri remaja, dapat dipahami jika jika seseorang mampu mengidentifikasi perasaan yang sedang dialami atau yang sedang terjadi pada diri sendiri, merupakan suatu bentuk rasa percaya diri. Jika seseorang mengenali perasaan yang sedang dialami, maka ia juga akan mempunyai keberanian untuk mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Jika seseorang memendam perasaannya, maka akan menambah beban dan justru akhirnya akan merugikan diri sendiri, dan akan mengalami kesulitan membuka diri. Saat seseorang memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya pada orang lain, maka ia akan mampu bersosialisasi dengan baik. Selain itu, seseorang akan lebih menghargai dirinya sendiri, dan memiliki keyakinan bahwa ia mampu memberikan manfaat bagi orang lain. Selain itu Gottman berpendapat bahwa anak yang emosinya terlatih akan membuatnya lebih terampil dalam menenangkan dirinya sendiri bila anak tersebut marah, lebih terampil dalam memusatkan perhatian, dan lebih cakap dalam memahami orang lain. Gottman juga menambahkan bahwa anak yang mendapatkan pelatihan emosi akan memiliki persahabatan yang lebih baik dengan anak lain yang kebanyakan adalah teman sebayanya, sehingga hal ini akan membuat anak merasa diterima dengan baik oleh lingkungan dan akhirnya akan meningkatkan rasa kepercayaan diri pada anak tersebut. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa pelatihan kecerdasan emosi mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja. Saran Bagi Subjek Sebaiknya subjek harus lebih meningkatkan kecerdasan emosinya. Subjek harus bisa mengenali perasaannya, mengenali siapa dirinya, mengenali perasaan orang lain, mengelola emosi dengan baik dan mengerti perasaan orang lain, sehingga akan mempermudah subjek dalam bergaul dan menghadapi lingkungan sekitar. Bagi Sekolah Meskipun keluarga merupakan tempat pertama bagi seseorang, namun tidak bisa dipungkiri bahwa sekolah juga memiliki peranan yang penting. Penulis mengharapkan pihak sekolah lebih sering berdialog dengan siswanya, dan jangan pernah bosan untuk selalu memberikan pengarahan dan semangat kepada para siswanya. Hal ini diharapkan tidak hanya menjadi tanggung jawab guru bimbingan konseling, tetapi untuk seluruh guru yang memberikan pelajaran dapat mengintegrasikan nilai-nilai kecerdasan emosi dalam memberikan pelajaran di sekolah. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya pada alat ukur, pelaksanaan eksperimen, serta kurangnya penggalian informasi tambahan. Pada penggunaan alat ukur penulis mengharapkan agar peneliti selanjutnya dapat membuat alat ukur sendiri. Jika menggunakan alat ukur yang digunakan pada saat pretest maupun posttest sebaiknya dibuat berbeda, untuk menghindari adanya proses belajar pada subjek. Pelaksanaan eksperimen hendaknya dilengkapi dengan adanya evaluasi. Evaluasi yang diperlukan bukan hanya evaluasi reaksi tetapi diperlukan juga evaluasi hasil untuk melihat keberhasilan penelitian dan pengaruh pelatihan pada subjek. Daftar Pustaka Agustien, F. 2005. Pengaruh Pelatihan Kecerdasan Emosional Terhadap Peningkatan Kepercayaan Diri Pada Siswa Sekolah Dasar. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Anida, K. 1997. Pengaruh Emotional Intelligence (EQ) Terhadap Pengembangan Potensi Anak. Makalah (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Azwar, S. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Andriani, H. 2001. Hubungan Antara Kepercayaan Diri, Kemandirian dengan Prestasi Atlet Pencak Silat. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Cremer, H & Siregar, M. 1993. Proses Pengembangan diri. Jakarta : Grasindo Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan remaja. Bogor : Ghalia Indonesia Davies, P. 2004. Meningkatkan Rasa Percaya Diri (Terjemahan). Yogyakarta : Torrent Books Field, L. 1997. 60 Tips for Self Esteem. Amerika Serikat : Element Book. Inc Goleman, D. 1996. Kecerdasan Emosional (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. 1999. Working With Emotional Intelligence (Terjemahan). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Goleman, D. 2000. Executive EQ : Kecerdasan emosional Dalam Kepemimpinan dan Organisasi (Terjemahan). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Gottman, J & DeClaire, J. 1998. Kiat-kiat membesarkan anak yang memiliki kecerdasan emosi. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama Hankin, S. 2004. Strategi Untuk Meningkatkan rasa Percaya Diri (Terjemahan). Jakarta : Gramedia pustaka Utama Huda, N. 2003. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan Pada Mahasiswa Tingkat Akhir. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Hurlock, E.B. 1990. Psikologi perkembangna. Jilid II Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga. Iswidharmanjaya, D & Agung, G. 2004. Satu Hari Menjadi Lebih Percaya Diri. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Jati, W. 2002. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Kecemasan Penyusunan Skripsi Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Kartono, K & Gulo, D . 2000. Kamus Psikologi. Bandung : Pionir Jaya. Kumara, A. 1990. Studi Pendahuluan Tentang Validitas dan Reliabilitas The Test of Self Confidence, Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Lauster, P. 1978. The Personality test. Pan Book London and Sydney Mahardicka, C. 2004. Hubungan Persepsi terhadap Konflik Aceh dengan Tingkat Kepercayaan Diri Pada Mahasiswa Aceh di Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Mettasari, S. 2004. Hubungan Nilai IPK Dengan Kepercayaan Diri dalam Memasuki Dunia Kerja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Myers, A. 1987. Experimental Psychology. Second edition. California : Brooks/Cole publishing company. Raudhah, H. 2002. Persepsi Terhadap Suasana Rumah dan Kepercayaan Diri Pada Remaja. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Santrock, J.W. 2001. Perkembangan Remaja (Terjemahan oleh Yustinus). Jakarta : Penerbit Erlangga. Shapiro, L. 1997. Mengajarkan Emosional Intelligence pada Anak. Jakarta: Buana Printing. Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. 2005. Psikologi Eksperimen. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia. Stein, S.J. & Book, H.E. 2000. Ledakan EQ : 15 Prinsip Dasar Kecerdasan Emosional Meraih sukses (Terjemahan). Bandung : Kaifa. Subandi. 1998. Hubungan Antara kecerdasan Emosional , Sikap Terhadap Penyajian Materi Kuliah, Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi belajar Mahasiswa PGSD. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Pasca Sarjana Psikologi Universitas Gajah Mada Tafthoyani, A. 2003. Hubungan Antara Pemahaman Diri dengan Kepercayaan Diri Pada Penyandang Cacat Tubuh. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Triswanto, S.D. 2005. Pede Abis... Siapa Takut. Yogyakarta : Media Abadi Wibowo, H.G. 1998. Hubungan Penerimaan Diri dan Persepsi Penerimaan Masyarakat Dengan Kepercayaan Diri Pada Pria Homoseksual. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada