HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN SIKAP

advertisement
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN SIKAP
TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA
REMAJA KARANG TARUNA
Naskah Publikasi
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi
Diajukan oleh:
RINA ARLYANTI
F 100 070 131
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN SIKAP
TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA
REMAJA KARANG TARUNA
Rina Arlyanti 1
Rini Lestari 2
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fenomena perilaku seksual yang melanggar norma-norma agama, hukum maupun sosial
sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan dan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di kotakota besar namun sudah mulai merambah ke kota-kota kecil. Bentuk dari perilaku seksual
bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik sampai dengan perilaku berkencan, berciuman
hingga bersenggama. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual yaitu kontrol
diri. Remaja yang dapat menahan diri cenderung tidak melakukan perilaku perilaku seksual
yang tidak sesuai dnegan norma . Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kontrol
diri dengan sikap terhadap perilaku seksual remaja karang taruna. Hipotesis yang diajukan: Ada
hubungan negatif antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual.
Subjek penelitian anggota Karang taruna “Sedyo Utomo ” Kelurahan Jeron Kecamatan
Nogosari Boyolali berjumlah 58 orang. Alat pengumpulan data menggunakan skala kontrol diri
dan skala sikap terhadap perilaku seksual. Metode analisis data menggunakan analisis korelasi
product moment.
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi r = -0,481; p=0,000 (p<0,01). Artinya ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku
seksual. Semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah perilaku seksual, sebaliknya semakin
rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku seksual. Sumbangan efektif kontrol diri
terhadap perilaku seksual sebesar 23,1. Kontrol diri subjek penelitian tergolong sedang
ditunjukkan rerata empirik (RE) = 72,310 dan rerata hipotetik (RH) = 70. Sikap terhadap
perilaku seksual subjek tergolong sedang, ditunjukkan rerata empirik (RE) = 59,190 dan rerata
hipotetik (RH) = 62,5.
Kesimpulan penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara
kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual namun generalisasi hasil penelitian terbatas
pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih
luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian ulang dengan
menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini
ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian.
Kata kunci : Kontrol Diri, Perilaku Seksual.
1
2
Mhs Fakultas Psikologi UMS
Dosen pembimbing skripsi
PENDAHULUAN
Sudah
sejalan
masalah- masalah
tidak
dengan
perkembangan
dipungkiri
semakin
teknologi
lagi
pesatnya
dan
ilmu
Kecenderungan
sosial
lainnya.
pelanggaran
perilaku
seksual di kalangan remaja makin
meningkat karena banyak informasi dan
pengetahuan serta komunikasi terjadi
rangsangan
perubahan
misalnya: VCD, DVD, internet, majalah
sosial
yang
serba
cepat
yang
hampir di semua elemen kehidupan.
dan
Perubahan tersebut membawa dampak di
dibendung lagi.
dalam
kehidupan.
buku-buku
bersifat
porno
seksual
yang
sulit
Bertemunya
Menurut Sarwono (2005) bentuk
kebudayaan asing dan kebudayaan asli
dari perilaku seksual bermacam-macam,
mengakibatkan
perubahan-perubahan
mulai dari perasaan tertarik sampai
yang cepat dan radikal yang bersifat
dengan perilaku berkencan, berciuman
positif dan negatif.
hingga
Perubahan yang
bersenggama.
Lebih
lanjut
bersifat positif diantaranya percampuran
Sarwono (2005) mengemukakan salah
kesenian yang menghasilkan sebuah
satu faktor yang dapat mempengaruhi
instrumen yang bagus dan menarik,
perilaku seksual adalah kontrol diri.
model dan
Ditegaskan oleh Bernas (Mahfiana dkk,
menarik,
mode berpakaian
ragam
kebudayaan
yang
dan
2009)
dalam
penelitiannya
bahwa
sebagainya. Disisi lain perubahan yang
kurangnya kontrol diri remaja menjadi
negatif atau tidak dikehendaki membawa
alah satu pemicu maraknya perilaku
pengaruh negatif bagi perkembangan
seksual menyimpang. Awal mulanya
sosial remaja.
Misalnya kenakalan
hubungan antara lawan jenis hanya
remaja, perilaku seksual, narkoba, serta
sekedar bergandenga n tangan, tetapi
1
semakin lama perilaku pacaran dapat
luar. Remaja yang dapat menahan diri
menjurus pada perilaku seksual.
cenderung tidak melanggar larangan-
Menurut Suyasa (2004) salah satu
larangan seperti perilaku berciuman dan
alasan remaja memerlukan kontrol diri
perilaku seksual lainnya. Menahan diri
adalah karena adanya perubahan dalam
berarti melakukan pengendalian atau
kehidupan seks. Perubahan ini ditandai
pengontrolan terhadap dorongan atau
dengan
keinginan dari dalam diri sehingga
semakin
menyajikan
masalah
meluasnya
topik
bebasnya
media
berkaitan
dengan
kehidupan seks, semakin
penyebaran
penyakit-
penyakit yang ditularkan secara seksual,
semakin
diterimanya
sikap
perilakunya
dapat
terkendali.
Jadi
kontrol diri juga merupakan salah satu
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
perilaku seksual.
positif
Berdasarkan
belakang
pranikah, semakin banyaknya kasus-
remaja memiliki kontrol diri yang kuat
kasus kehamilan di luar nikah, serta
sehingga mampu mengendalikan diri
semakin meningkatnya pengembangan
serta mengarahkan perilakunya ke arah
alat-alat kontrasepsi.
yang positif, menghindari penyimpangan
diharapkan
Sarwono (2005), remaja yang mampu
perilaku
mengatur dirinya sendiri akan berkurang
ataupun perilaku seksual dan perilaku
perilaku seksualnya daripada remaja
negatif lainnya.
yang merasa dirinya mudah dipengaruhi
seperti
maka
latar
(permisif) terhadap perilaku seksual
Dijelaskan oleh
tersebut
uraian
Kenyataan
kenakalan,
yang
ada
narkoba
makin
atau merasa bahwa keadaan dirinya lebih
derasnya arus globalisasi, informasi dan
banyak ditentukan oleh faktor-faktor
teknologi yang diserap secara “apa
2
adanya” tanpa memilah- milah
mana
Menurut
Faturrahman
(1992)
yang pantas dan tidak pantas untuk
perilaku seksual meliputi tiga aspek,
dilakukan menyebabkan banyak remaja
yaitu :
melakkuan
perilaku
seks
pranikah,
aborsi, hamil di luar nikah.
Menurut
a. Aspek kognisi, merupakan
keyakinan individu terhadap perilaku
(2005)
seks. Remaja yang masih berpandangan
perilaku seksual adalah segala tingkah
tradisional meyakini bahwa perilaku
laku yang didorong oleh hasrat seksual
seksual adalah tidak baik dan merupakan
baik dengan lawan jenis maupun sesama
hal yang tabu untuk dilakukan. Di lain
jenis. Menurut Sahaja (2000) perilaku
pihak
seksual adalah segala bentuk aktivitas
modern menganggap bahwa dorongan
yang muncul berkaitan dengan doronga n
seksual tersebut harus segera disalurkan
seks, dengan atau tanpa melibatkan
sebagai pelepas dorongan seks tersebut
orang
walaupun tanpa harus menikah terlebih
lain
Sarwono
(pasangan)
berpegangan
misalnya,
tangan,
berpelukan,
kelamin),
dan
hubungan
Menurut Hurlock (2002)
seks.
perilaku
yang
berpandangan
dahulu.
berciuman, petting (saling menggesekan
alat
remaja
b. Aspek
afeksi,
merupakan
perasaan positif atau negatif terhadap
perilaku
seksual.
Individu
yang
seksual merupakan salah satu bentuk
mempunyai perasaan positif terhadap
ekspresi tingkah laku dan rasa cinta,
perilaku seksual mempunyai pandangan
umumnya
tahap
bahwa perilaku seksual bagi remaja
berciuman-bercumbu ringan, bercumbu
bukan merupakan sumber dosa dan tidak
berat-senggama.
merasa malu jika melakukan hubungan
dilakukan
dari
3
seks bebas. Sedangkan
individu yang
a. Secara umum perilaku seksual
mempunyai perasaan negatif terhadap
dipengaruhi oleh peningkatan hormon-
hubungan seksual sebelum dilandasi
hormon
ikatan perkawinan memandang bahwa
seksual yang meningkat khususnya pada
perilaku seksual merupakan sumber dosa
remaja
yang mengakibatkan perasaan malu dan
dorongan seksual yang tinggi. Dorongan
hal tersebut bukan sebagai sumber
seksual
kenikmatan.
ketertarikan
c. Aspek
kecenderungan
seksual.
Hormon-hormon
menyebabkan
muncul
pada
peningkatan
dalam
lawan
bentuk
jenis
dan
konasi,
merupakan
keinginan untuk mendapatkan kepuasan
untuk
melakukan
seksual dari pasangannya.
hubungan seksual
dimana remaja
membolehkan hubungan seksual karena
Hurlock
(2002)
menyatakan
perilaku seksual dipengaruhi oleh :
beranggapan bahwa dalam hal tersebut
a. Faktor internal, yaitu stimulus
yang melibatkan dua orang dari jenis
yang berasal dari dalam individu yang
kelamin yang berbeda dan hal itu
berupa bekerjanya hormon-hormon alat-
didasari suka sama suka asalkan tidak
alat reproduksi sehingga menimbulkan
mengganggu atau merugikan pihak lain
dorongan seksual pada individu yang
maka hal tersebut dianggap sah-sah saja.
bersangkutan dan hal ini menuntut untuk
Bagi
segera dipuaskan.
yang masih memegang moral
maupun agama yang kuat menganggap
b. Faktor Ekternal, yaitu stimulus
bahwa hubungan seksual harus dengan
yang berasal dari luar individu yang
jalan
menimbulkan
yang
benar
yaitu
perkawinan yang sah lebih dulu.
melalui
dorongan
seksual
sehingga memunculkan perilaku seksual.
4
Stimulus
eksternal
tesebut
dapat
dalam diri individu seperti kepribadian,
diperoleh melalui pengalaman kencan,
kecerdasan
informasi mengenai seksualitas, diskusi
pengetahuan, dan usia. Faktor internal
dengan teman, pengalaman masturbasi,
yang ikut andil dalam kontol diri adalah
jenis kelamin, pengaruh orang dewasa
usia. Semakin bertambah usia seseorang
serta pengaruh buku-buku bacaan dan
maka
tontonan porno.
mengontrol diri seseorang.
a. Chaplin (2001) mengartikan
kontrol
diri
(self
kemampuan
control)
untuk
sebagai
membimbing
emosi,
semakin
minat,
baik
motif,
kemampuan
b. Faktor eksternal. Faktor ini
diantaranya adalah lingkungan keluarga
terutama
orang
tua
menentukan
tingkahlaku sendiri; kemampuan untuk
bagaimana kemampuan kontrol diri
menekan atau merintangi impuls- impuls
seseorang.
atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri
Menurut Calhoun dan Accocela
hakekatnya adalah bentuk penguasaan
(2004)
ada
dua
alasan
yang
kekonsentrasian diri agar tertuju pada
mengharuskan individu mengontrol diri
suatu tujuan yang hendak dicapai.
terus menerus. Pertama, individu tidak
Hurlock (2002) mengemukakan
hidup sendiri, tetapi dalam kelompok.
faktor yang mempengaruhi kontrol diri
Individu mempunyai kebutuhan untuk
ini terdiri dari faktor internal (dari diri
memuaskan keinginan dan kebutuhan
individu)
agar tidak mengganggu dan melanggar
dan
faktor
eksternal
(lingkungan individu):
a. Faktor internal. Faktor intern
merupakan faktor yang berasal dari
kenyamanan dan keselamatan orang lain,
individu harus mengontrol perilakunya.
Kedua,
5
masyarakat
menghargai
kemampuan, kebaikan dan hal-hal yang
terkait
bisa diterima lainnya yang dimiliki
tersebut.
individu.
mempunyai budaya yang berbeda-beda
Baumeister dan
mengemukakan
Boden (1998)
faktor-faktor
yang
mempengaruhi kontrol diri antara lain:
a. Orang tua, hubungan anak
pada
budaya
Setiap
di
lingkungan
lingkungan
akan
dengan budaya dari lingkungan lain. Hal
demikian mempengarihi kontrol diri
individu sebagai anggota lingkungan
tersebut.
dengan orang tua memberikan bukti
c. Faktor
kognitif,
yaitu
bahwa ternyata orang tua mempengaruhi
berkenaan dengan kesadaran berupa
kontrol diri anak-anaknya, orang tua
proses-proses seseorang menggunakan
mendidik anak-anaknya dengan keras
pikiran
dan secara otoriter akan menyebabkan
menggunakan kegiatan yang dilakukan
anak-anaknya
dapat
untuk mencapai suatu proses dan cara-
mengendalikan diri serta kurang peka
cara yang tepat atau strategi yang sudah
terhadap
dipikirkan untuk mengubah stressor.
kurang
peristiwa
yang
dihadapi.
dan
Sebaiknya orang tua yang sejak dini
Individu
sudah mengajari anak untuk mandiri
kemampuan
memberikan
memenipulasi
kesempatan
untuk
pengetahuanya
yang
menggunakan
diharapkan
tingkah
dapat
laku
melalui
anak akan lebih mempunyai kontrol diri
kemampuan
yang kuat.
mempengaruhi seberapa besar individu
intelektual
memiliki kontrol diri.
yang hidup dalam suatu lingkungan akan
6
intelektual.
sendiri
menentukan keputusannya sendiri, maka
b. Faktor budaya, setiap individu
proses
untuk
Jadi
individual
Banyak
faktor
mempengaruhi
yang
dapat
perilaku
perilakunya
atau
sering
diistilahkan
seksual
dengan kontrol diri. Jadi remaja yang
seseorang, salah satunya yaitu kontrol
berhasil melewati masa remajanya dalam
diri.
Menurut Kartono (2002) remaja
arti atau fungsi peran dan posisinya yaitu
umumnya kurang memiliki kontrol diri,
mampu mengontrol dirinya sehingga
karena tidak kuat dalam mengontrol
perilaku seksualnya menjadi terarah
dirinya remaja cenderung melampiaskan
menuju kebaikan.
semua keinginannya dalam berbagai cara
tanpa
memik irkan
tersebut
apakah
Penggunaan kontrol diri yang
perilaku
optimal dapat menghindarkan individu
atau
dari penyimpangan perilaku sekaligus
menyimpang
membahayakan dirinya dan masyarakat
juga
umum.
yang
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
menyimpang pada umumnya merupakan
Karakteristik orang yang mempunyai
kegagalan sistem kontrol diri terhadap
kontrol diri yang baik adalah lebih aktif
impuls-impuls yang kuat dan dorongan-
mencari informasi dan menggunakannya
dorongan
tidak
untuk mengendalikan lingkungan, lebih
mampu mengendalikan naluri (instink)
perspektif, mempunyai daya tahan yang
dan dorongan-dorongan primitifnya, dan
lebih besar terhadap pengaruh orang
tidak bisa menyalurkannya ke dalam
lain, mampu menunda kepuasan, lebih
perbuatan yang bermanfaat dan lebih
ulet, bersifat mandiri, mampu mengatur
berbudaya. Oleh karena itu diperlukan
dirinya
oleh
emosiona ls
Perilaku
instinktif.
suatu
mengatur
seksual
Remaja
mekanisme
dan
yang
dapat
mengarahkannya
menjadikan
sendiri
individu
dan
sedangkan
tidak
orang
dapat
mudah
yang
mempunyai kontrol diri rendah sifatnya
7
pasif, menarik diri dari lingkungan,
21 tahun dan untuk laki- laki usia 14
tingginya
sampai 21 tahun
konformitas,
tidak
dapat
mendisiplinkan dirinya sendiri, hidup
c. Belum menikah, secara teoretis
semaunya, mudah kompulsi, emosional
individu
dan
peluang yang lebih tinggi melakukan
reflek
responnya
relatif
kasar
(Calhoun dan Acocella, 2004)
belum
menikah
memiliki
perilaku seksual yang melanggar moral,
Hipotesis penelitian menyatakan
ada hubungan negatif antara kontrol diri
agama, hukum, adat karena belum
memiliki pasangan yang sah.
dengan sikap terhadap perilaku seksual.
Alat ukur yang digunakan untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini
METODE
adalah skala kontrol diri dan skala sikap
Populasi
pada
penelitian
ini
terhadap perilaku seksual.
adalah remaja yang bertempat tinggal
Teknik
analisis
yang
akan
Kampung Mojolegi Kelurahan Jeron
dipergunakan dalam penelitian ini adalah
Kecamatan Nogosari Boyolali. Adapun
Product Moment
ciri-cirinya sebagai berikut:
a.
Anggota
Karang
taruna
HASIL DAN PEMBAHASAN
“Sedyo Utomo” Kelurahan Jeron
Berdasarkan hasil perhitungan
b. Usia remaja (14 sampai 21
diperoleh koefisien korelasi r = -0,481;
tahun), hal ini mengacu pada pendapat
p=0,000 (p<0,01). Artinya ada hubungan
yang dikemukakan oleh Hurlock (2002)
negatif yang sangat signifikan antara
bahwa
kontrol diri
batasan
usia
remaja
untuk
perempuan adalah pada usia 13 sampai
dengan sikap terhadap
perilaku seksual. Artinya semakin tinggi
8
kontrol diri maka semakin rendah sikap
pendidikan, tempat tinggal, kelompok
terhadap perilaku seksual, begitu pula
referensi dan teman sebaya, hubungan
sebaliknya semakin rendah kontrol diri
dengan
maka semakin tinggi sikap terhadap
erdasarkan
perilaku
kontrol diri pada subjek penelitian
seksual.
umbangan
efektif
keluarga
atau
orangtua.
hasil
analisis
diketahui
menunjukkan seberapa besar peran atau
tergo long sedang
kontribusi
terhadap
rerata empirik (RE) = 72,310 dan rerata
variabel tergantung yang ditunjukkan
hipotetik (RH) = 70. Sikap terhadap
oleh
Hasil
perilaku seksual pada subjek penelitian
koefisien determinan (r2 ) sebesar 0,231.
tergolong sedang, ditunjukkan rerata
Hal ini berarti sumbangan kontrol diri
empirik (RE) = 59,190 dan rerata
terhadap sikap terhadap perilaku seksual
hipotetik (RH) = 62,5.
variabel
koefesien
bebas
determinan.
sebesar 23,1%, maka masih terdapat
76,9%
faktor- faktor
lain
yang
ditunjukkan oleh
Hasil penelitian ini didukung
oleh pendapat
mempengaruhi sikap terhadap perilaku
2009)
seksual selain variabel kontrol diri yaitu
kurangnya kontrol diri remaja menjadi
faktor internal (dari dalam) dan faktor
salah satu pemicu maraknya perilaku
eksternal (dari luar). Faktor internal
seksual menyimpang. Awal mulanya
meliputi
usia
hubungan antara lawan jenis hanya
meningkatnya
sekedar bergandengan tangan, tetapi
libido seksual, karakteristik psikologis
semakin lama perilaku pacaran dapat
diri.
menjurus pada perilaku seksual. Sulistijo
perubahan
kematangan
Faktor
pendewasaan
seksual,
hormonal,
eksternal
usia
meliputi:
perkawinan,
(2002)
9
dalam
Bernas (Mahfiana dkk,
pada
penelitiannya
penelitian
yang
bahwa
telah
dilakukan menyimpulkan semakin tinggi
Berdasarkan
diketahui
akan
mencegah
penelitian tergolong sedang ditunjukkan
perilaku seks bebas. Kauma (2003)
oleh rerata empirik (RE) = 72,310 dan
menjelaskan bahwa yang menjadi salah
rerata hipotetik (RH) = 70. Hal ini dapat
satu penyebab terjadinya perilaku seks
diartikan
adalah kurangnya kemampuan remaja
memanfaatkan secara optimal aspek-
dalam mengontrol dan mengendalikan
aspek
diri,
Ini
kontrol diri yaitu kontrol perilaku,
seringkali membuat remaja melakukan
kontrol kognitif, informasi dan kontrol
hal- hal yang negatif seperti melakukan
tindakan. Adapun perilaku seksual pada
hub ungan seks bebas tanpa berpikir
subjek penelitian tergolong sedang,
mengenai dampak dan risiko yang
ditunjukkan rerata empirik (RE) =
ditimbulkannya. Menurut Dariyo (2004)
59,190 dan rerata hipotetik (RH) = 62,5.
individu yang memiliki kontrol diri yang
Hal ini dapat diartikan sikap terhadap
baik akan memiliki kemampuan dalam
perilaku seksual subjek penelitian perlu
penyesuaian diri dengan lingkungan
menurunkan tingkat perilaku seksualnya
sosial dengan baik. Dapat dikatakan
sehingga tergoong rendah dengan cara
bahwa
tidak melanggar norma-norma agama,
terutama
mampu
emosi-emosinya.
penerimaan
atau
penolakan
terhadap suatu informasi yang masuk
subjek
yang
pada
belum
terdapat
pada
subjek
mampu
variabel
hukum maupun sosial.
tergantung kontrol diri yang dimiliki
oleh remaja tersebut.
diri
analisis
kemampuan kontrol diri seseorang maka
semakin
kontrol
hasil
Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan yang sangat signifikan
antara kontrol diri
10
dengan sikap
terhadap
perilaku
seksual
namun
semakin
sikap
terhadap
2. Sumbangan kontrol diri
terhadap
generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini
terbatas pada populasi dimana penelitian
tinggi
perilaku seksual.
dilakukan sehingga penerapan pada
sikap
ruang lingkup yang lebih luas dengan
sebesar 23,1%, maka masih terdapat
karakteristik yang berbeda kiranya perlu
76,9%
dilakukan
mempengaruhi
penelitian
ulang
dengan
terhadap
faktor- faktor
menggunakan atau menambah variabel-
perilaku
variabel lain yang belum disertakan
kontrol diri.
dalam penelitian ini ataupun dengan
menambah
dan
memperluas
perilaku
lain
sikap
seksual
seksual
selain
yang
terhadap
variabel
3. Kontrol diri pada subjek penelitian
ruang
tergolong sedang, ditunjukkan rerata
lingkup penelitian.
empirik (RE) = 72,310 dan rerata
hipotetik (RH) = 70.
KESIMPULAN
4. Sikap terhadap perilaku seksual pada
1.Koefisien korelasi r = -0,481; p=0,000
(p<0,01).
Artinya
ada
subjek penelitian tergolong sedang,
hubungan
ditunjukkan rerata empirik (RE) =
negatif yang sangat signifikan antara
59,190 dan rerata hipotetik (RH) =
kontrol diri dengan sikap terhadap
62,5.
perilaku seksual. Artinya semakin
tinggi kontrol diri
SARAN
maka semakin
Subjek penelitian
rendah
sikap
terhadap
perilaku
Disarankan
seksual,
begitu
pula
untuk
meningkatkan
sebaliknya
kontrol diri dan menurunkan sikap
semakin rendah kontrol diri
maka
terhadap perilaku seksualnya dengan
11
cara
mengendalikan
pikiran,
perilaku,
pengetahuan tentang seks bebas,
serta
menggunakan
dan
pengetahuanya
mengembangkan hobi serta memberi
dengan mengikuti berbagai kegiatan
kegiatan positif seperti les. kursus
positif
organisasi
musik, olahraga, meluangkan waktu
kepemudaan selain karang taruna,
setidaknya satu bulan sekali untuk
kegiatan keagamaan, menyalurkan
liburan bersama anggota keluarga,
hobi dalam olahraga atau kesenian.
menerapkan
Selain itu dalam setiap tindakan
pengawasan yang ketat pada anak
harus mematuhi nilai- nilai moral dan
agar tidak bergaul dengan anak-anak
sosial khususnya dalam pergaulan
nakal.
informasi
seperti
antar lawan jenis, selektif memiliki
teman
pergaulan,
memberi
kesempata
disiplin
dan
Bagi peneliti selanjutnya
menghindari
Disarankan
pergaulan bebas.
menambah
variabel-
variabel lain yang mempengaruhi
Bagi orangtua
sikap terhadap perilaku seksual selain
Disarankan
meningkatkan
untuk
kontrol
membantu
kontrol diri misalnya jenis kelamin,
diri
pola
dan
asuh
orangtua,
menurunkan sikap terhadap perilaku
pergaulan.
seksualnya putra-putrinya agar tidak
populasi misalnya membandingkan
terjebak
terhadap
sikap terhadap perilaku seksual antara
misalnya
remaja
perilaku
dalam
sikap
seksual,
menanamkan nilai- nilai religius dan
moral,
Serta
lingkungan
karang
memperluas
taruna
organisasi kepemudaan lain.
membekali anak dengan
12
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Baumeister R, dan. Boden, J. 1998.
Aggression And The Self: H Igh
Self-Esteem, Ow Self-Control,
And Ego Threat
Human
Aggression: Theories, Research,
and Implications for Social
Policy Case Western Reserve
University.
Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap
Psikologi (Terjemahan Kartini
Kartono). Jakarta: Raja Graindo
Perkasa.
Calhoun, J.F., and Acocella, J.R. 2004.
Psikologi Tentang Penyesuaian
dan Hubungan Kemanusiaan
(Terjemahan oleh Satmoko, R.S.)
Edisi ketiga. Semarang : Penerbit
IKIP Semarang.
Dariyo,
A.
2004.
Psikologi
Perkembangan Remaja. Selatan:
Ghalia Indonesia.
Faturrohman. 1992. Sikap dan Perilaku
Seksual Remaja di Bali, Jurnal
Psikologi, Yogyakarta : Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah
Mada. Vol. 2. No.14.hal 101111.
Hurlock,
E.B.
2002.
Perkembangan,
Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan
(terjemahan
Istiwidayanti dan Soedjarwo).
Jakarta: Erlangga.
Kauma.F. 2003. Sensasi Remaja di Masa
Puber. Jakarta: Kalam Mulia
Kartono, K. 2002. Patologi Sosial dan
Abnormalitas Seksual. Bandung :
Alumni.
Mahfiana, L. Rohmah, E. Y. dan
Widyaningrum, R. 2009. Remaja
dan Kesehatan Reproduksi.
Ponorogo : STAIN Ponorogo
Press.
Sahaja. M 2000. Seks Diluar Nikah.
Yogyakarta. BKKBN. DIY
Sarwono, S.W 2005. Psikologi Remaja.
Jakarta : PT
Raja Grafindo
Persada.
Sulistijo, E. 2002. Hubungan antara
Kontrol
Diri
dengan
Kecenderungan Seks Bebas.
Skripsi
(tidak
diterbitkan).
Surakarta : Fakultas Psikologi
UMS.
Suyasa, P.T.Y. 2004. Pengendalian Diri
Pada Remaja. Jakarta: Gunung
Mulia
Psikologi
Suatu
13
Download