HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA KARANG TARUNA Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: RINA ARLYANTI F 100 070 131 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA KARANG TARUNA Rina Arlyanti 1 Rini Lestari 2 Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Fenomena perilaku seksual yang melanggar norma-norma agama, hukum maupun sosial sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan dan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di kotakota besar namun sudah mulai merambah ke kota-kota kecil. Bentuk dari perilaku seksual bermacam- macam, mulai dari perasaan tertarik sampai dengan perilaku berkencan, berciuman hingga bersenggama. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual yaitu kontrol diri. Remaja yang dapat menahan diri cenderung tidak melakukan perilaku perilaku seksual yang tidak sesuai dnegan norma . Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual remaja karang taruna. Hipotesis yang diajukan: Ada hubungan negatif antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual. Subjek penelitian anggota Karang taruna “Sedyo Utomo ” Kelurahan Jeron Kecamatan Nogosari Boyolali berjumlah 58 orang. Alat pengumpulan data menggunakan skala kontrol diri dan skala sikap terhadap perilaku seksual. Metode analisis data menggunakan analisis korelasi product moment. Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi r = -0,481; p=0,000 (p<0,01). Artinya ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual. Semakin tinggi kontrol diri maka semakin rendah perilaku seksual, sebaliknya semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku seksual. Sumbangan efektif kontrol diri terhadap perilaku seksual sebesar 23,1. Kontrol diri subjek penelitian tergolong sedang ditunjukkan rerata empirik (RE) = 72,310 dan rerata hipotetik (RH) = 70. Sikap terhadap perilaku seksual subjek tergolong sedang, ditunjukkan rerata empirik (RE) = 59,190 dan rerata hipotetik (RH) = 62,5. Kesimpulan penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara kontrol diri dengan sikap terhadap perilaku seksual namun generalisasi hasil penelitian terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya perlu dilakukan penelitian ulang dengan menggunakan atau menambah variabel-variabel lain yang belum disertakan dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas ruang lingkup penelitian. Kata kunci : Kontrol Diri, Perilaku Seksual. 1 2 Mhs Fakultas Psikologi UMS Dosen pembimbing skripsi PENDAHULUAN Sudah sejalan masalah- masalah tidak dengan perkembangan dipungkiri semakin teknologi lagi pesatnya dan ilmu Kecenderungan sosial lainnya. pelanggaran perilaku seksual di kalangan remaja makin meningkat karena banyak informasi dan pengetahuan serta komunikasi terjadi rangsangan perubahan misalnya: VCD, DVD, internet, majalah sosial yang serba cepat yang hampir di semua elemen kehidupan. dan Perubahan tersebut membawa dampak di dibendung lagi. dalam kehidupan. buku-buku bersifat porno seksual yang sulit Bertemunya Menurut Sarwono (2005) bentuk kebudayaan asing dan kebudayaan asli dari perilaku seksual bermacam-macam, mengakibatkan perubahan-perubahan mulai dari perasaan tertarik sampai yang cepat dan radikal yang bersifat dengan perilaku berkencan, berciuman positif dan negatif. hingga Perubahan yang bersenggama. Lebih lanjut bersifat positif diantaranya percampuran Sarwono (2005) mengemukakan salah kesenian yang menghasilkan sebuah satu faktor yang dapat mempengaruhi instrumen yang bagus dan menarik, perilaku seksual adalah kontrol diri. model dan Ditegaskan oleh Bernas (Mahfiana dkk, menarik, mode berpakaian ragam kebudayaan yang dan 2009) dalam penelitiannya bahwa sebagainya. Disisi lain perubahan yang kurangnya kontrol diri remaja menjadi negatif atau tidak dikehendaki membawa alah satu pemicu maraknya perilaku pengaruh negatif bagi perkembangan seksual menyimpang. Awal mulanya sosial remaja. Misalnya kenakalan hubungan antara lawan jenis hanya remaja, perilaku seksual, narkoba, serta sekedar bergandenga n tangan, tetapi 1 semakin lama perilaku pacaran dapat luar. Remaja yang dapat menahan diri menjurus pada perilaku seksual. cenderung tidak melanggar larangan- Menurut Suyasa (2004) salah satu larangan seperti perilaku berciuman dan alasan remaja memerlukan kontrol diri perilaku seksual lainnya. Menahan diri adalah karena adanya perubahan dalam berarti melakukan pengendalian atau kehidupan seks. Perubahan ini ditandai pengontrolan terhadap dorongan atau dengan keinginan dari dalam diri sehingga semakin menyajikan masalah meluasnya topik bebasnya media berkaitan dengan kehidupan seks, semakin penyebaran penyakit- penyakit yang ditularkan secara seksual, semakin diterimanya sikap perilakunya dapat terkendali. Jadi kontrol diri juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual. positif Berdasarkan belakang pranikah, semakin banyaknya kasus- remaja memiliki kontrol diri yang kuat kasus kehamilan di luar nikah, serta sehingga mampu mengendalikan diri semakin meningkatnya pengembangan serta mengarahkan perilakunya ke arah alat-alat kontrasepsi. yang positif, menghindari penyimpangan diharapkan Sarwono (2005), remaja yang mampu perilaku mengatur dirinya sendiri akan berkurang ataupun perilaku seksual dan perilaku perilaku seksualnya daripada remaja negatif lainnya. yang merasa dirinya mudah dipengaruhi seperti maka latar (permisif) terhadap perilaku seksual Dijelaskan oleh tersebut uraian Kenyataan kenakalan, yang ada narkoba makin atau merasa bahwa keadaan dirinya lebih derasnya arus globalisasi, informasi dan banyak ditentukan oleh faktor-faktor teknologi yang diserap secara “apa 2 adanya” tanpa memilah- milah mana Menurut Faturrahman (1992) yang pantas dan tidak pantas untuk perilaku seksual meliputi tiga aspek, dilakukan menyebabkan banyak remaja yaitu : melakkuan perilaku seks pranikah, aborsi, hamil di luar nikah. Menurut a. Aspek kognisi, merupakan keyakinan individu terhadap perilaku (2005) seks. Remaja yang masih berpandangan perilaku seksual adalah segala tingkah tradisional meyakini bahwa perilaku laku yang didorong oleh hasrat seksual seksual adalah tidak baik dan merupakan baik dengan lawan jenis maupun sesama hal yang tabu untuk dilakukan. Di lain jenis. Menurut Sahaja (2000) perilaku pihak seksual adalah segala bentuk aktivitas modern menganggap bahwa dorongan yang muncul berkaitan dengan doronga n seksual tersebut harus segera disalurkan seks, dengan atau tanpa melibatkan sebagai pelepas dorongan seks tersebut orang walaupun tanpa harus menikah terlebih lain Sarwono (pasangan) berpegangan misalnya, tangan, berpelukan, kelamin), dan hubungan Menurut Hurlock (2002) seks. perilaku yang berpandangan dahulu. berciuman, petting (saling menggesekan alat remaja b. Aspek afeksi, merupakan perasaan positif atau negatif terhadap perilaku seksual. Individu yang seksual merupakan salah satu bentuk mempunyai perasaan positif terhadap ekspresi tingkah laku dan rasa cinta, perilaku seksual mempunyai pandangan umumnya tahap bahwa perilaku seksual bagi remaja berciuman-bercumbu ringan, bercumbu bukan merupakan sumber dosa dan tidak berat-senggama. merasa malu jika melakukan hubungan dilakukan dari 3 seks bebas. Sedangkan individu yang a. Secara umum perilaku seksual mempunyai perasaan negatif terhadap dipengaruhi oleh peningkatan hormon- hubungan seksual sebelum dilandasi hormon ikatan perkawinan memandang bahwa seksual yang meningkat khususnya pada perilaku seksual merupakan sumber dosa remaja yang mengakibatkan perasaan malu dan dorongan seksual yang tinggi. Dorongan hal tersebut bukan sebagai sumber seksual kenikmatan. ketertarikan c. Aspek kecenderungan seksual. Hormon-hormon menyebabkan muncul pada peningkatan dalam lawan bentuk jenis dan konasi, merupakan keinginan untuk mendapatkan kepuasan untuk melakukan seksual dari pasangannya. hubungan seksual dimana remaja membolehkan hubungan seksual karena Hurlock (2002) menyatakan perilaku seksual dipengaruhi oleh : beranggapan bahwa dalam hal tersebut a. Faktor internal, yaitu stimulus yang melibatkan dua orang dari jenis yang berasal dari dalam individu yang kelamin yang berbeda dan hal itu berupa bekerjanya hormon-hormon alat- didasari suka sama suka asalkan tidak alat reproduksi sehingga menimbulkan mengganggu atau merugikan pihak lain dorongan seksual pada individu yang maka hal tersebut dianggap sah-sah saja. bersangkutan dan hal ini menuntut untuk Bagi segera dipuaskan. yang masih memegang moral maupun agama yang kuat menganggap b. Faktor Ekternal, yaitu stimulus bahwa hubungan seksual harus dengan yang berasal dari luar individu yang jalan menimbulkan yang benar yaitu perkawinan yang sah lebih dulu. melalui dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual. 4 Stimulus eksternal tesebut dapat dalam diri individu seperti kepribadian, diperoleh melalui pengalaman kencan, kecerdasan informasi mengenai seksualitas, diskusi pengetahuan, dan usia. Faktor internal dengan teman, pengalaman masturbasi, yang ikut andil dalam kontol diri adalah jenis kelamin, pengaruh orang dewasa usia. Semakin bertambah usia seseorang serta pengaruh buku-buku bacaan dan maka tontonan porno. mengontrol diri seseorang. a. Chaplin (2001) mengartikan kontrol diri (self kemampuan control) untuk sebagai membimbing emosi, semakin minat, baik motif, kemampuan b. Faktor eksternal. Faktor ini diantaranya adalah lingkungan keluarga terutama orang tua menentukan tingkahlaku sendiri; kemampuan untuk bagaimana kemampuan kontrol diri menekan atau merintangi impuls- impuls seseorang. atau tingkah laku impulsif. Kontrol diri Menurut Calhoun dan Accocela hakekatnya adalah bentuk penguasaan (2004) ada dua alasan yang kekonsentrasian diri agar tertuju pada mengharuskan individu mengontrol diri suatu tujuan yang hendak dicapai. terus menerus. Pertama, individu tidak Hurlock (2002) mengemukakan hidup sendiri, tetapi dalam kelompok. faktor yang mempengaruhi kontrol diri Individu mempunyai kebutuhan untuk ini terdiri dari faktor internal (dari diri memuaskan keinginan dan kebutuhan individu) agar tidak mengganggu dan melanggar dan faktor eksternal (lingkungan individu): a. Faktor internal. Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari kenyamanan dan keselamatan orang lain, individu harus mengontrol perilakunya. Kedua, 5 masyarakat menghargai kemampuan, kebaikan dan hal-hal yang terkait bisa diterima lainnya yang dimiliki tersebut. individu. mempunyai budaya yang berbeda-beda Baumeister dan mengemukakan Boden (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi kontrol diri antara lain: a. Orang tua, hubungan anak pada budaya Setiap di lingkungan lingkungan akan dengan budaya dari lingkungan lain. Hal demikian mempengarihi kontrol diri individu sebagai anggota lingkungan tersebut. dengan orang tua memberikan bukti c. Faktor kognitif, yaitu bahwa ternyata orang tua mempengaruhi berkenaan dengan kesadaran berupa kontrol diri anak-anaknya, orang tua proses-proses seseorang menggunakan mendidik anak-anaknya dengan keras pikiran dan secara otoriter akan menyebabkan menggunakan kegiatan yang dilakukan anak-anaknya dapat untuk mencapai suatu proses dan cara- mengendalikan diri serta kurang peka cara yang tepat atau strategi yang sudah terhadap dipikirkan untuk mengubah stressor. kurang peristiwa yang dihadapi. dan Sebaiknya orang tua yang sejak dini Individu sudah mengajari anak untuk mandiri kemampuan memberikan memenipulasi kesempatan untuk pengetahuanya yang menggunakan diharapkan tingkah dapat laku melalui anak akan lebih mempunyai kontrol diri kemampuan yang kuat. mempengaruhi seberapa besar individu intelektual memiliki kontrol diri. yang hidup dalam suatu lingkungan akan 6 intelektual. sendiri menentukan keputusannya sendiri, maka b. Faktor budaya, setiap individu proses untuk Jadi individual Banyak faktor mempengaruhi yang dapat perilaku perilakunya atau sering diistilahkan seksual dengan kontrol diri. Jadi remaja yang seseorang, salah satunya yaitu kontrol berhasil melewati masa remajanya dalam diri. Menurut Kartono (2002) remaja arti atau fungsi peran dan posisinya yaitu umumnya kurang memiliki kontrol diri, mampu mengontrol dirinya sehingga karena tidak kuat dalam mengontrol perilaku seksualnya menjadi terarah dirinya remaja cenderung melampiaskan menuju kebaikan. semua keinginannya dalam berbagai cara tanpa memik irkan tersebut apakah Penggunaan kontrol diri yang perilaku optimal dapat menghindarkan individu atau dari penyimpangan perilaku sekaligus menyimpang membahayakan dirinya dan masyarakat juga umum. yang menyesuaikan diri dengan lingkungan. menyimpang pada umumnya merupakan Karakteristik orang yang mempunyai kegagalan sistem kontrol diri terhadap kontrol diri yang baik adalah lebih aktif impuls-impuls yang kuat dan dorongan- mencari informasi dan menggunakannya dorongan tidak untuk mengendalikan lingkungan, lebih mampu mengendalikan naluri (instink) perspektif, mempunyai daya tahan yang dan dorongan-dorongan primitifnya, dan lebih besar terhadap pengaruh orang tidak bisa menyalurkannya ke dalam lain, mampu menunda kepuasan, lebih perbuatan yang bermanfaat dan lebih ulet, bersifat mandiri, mampu mengatur berbudaya. Oleh karena itu diperlukan dirinya oleh emosiona ls Perilaku instinktif. suatu mengatur seksual Remaja mekanisme dan yang dapat mengarahkannya menjadikan sendiri individu dan sedangkan tidak orang dapat mudah yang mempunyai kontrol diri rendah sifatnya 7 pasif, menarik diri dari lingkungan, 21 tahun dan untuk laki- laki usia 14 tingginya sampai 21 tahun konformitas, tidak dapat mendisiplinkan dirinya sendiri, hidup c. Belum menikah, secara teoretis semaunya, mudah kompulsi, emosional individu dan peluang yang lebih tinggi melakukan reflek responnya relatif kasar (Calhoun dan Acocella, 2004) belum menikah memiliki perilaku seksual yang melanggar moral, Hipotesis penelitian menyatakan ada hubungan negatif antara kontrol diri agama, hukum, adat karena belum memiliki pasangan yang sah. dengan sikap terhadap perilaku seksual. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini METODE adalah skala kontrol diri dan skala sikap Populasi pada penelitian ini terhadap perilaku seksual. adalah remaja yang bertempat tinggal Teknik analisis yang akan Kampung Mojolegi Kelurahan Jeron dipergunakan dalam penelitian ini adalah Kecamatan Nogosari Boyolali. Adapun Product Moment ciri-cirinya sebagai berikut: a. Anggota Karang taruna HASIL DAN PEMBAHASAN “Sedyo Utomo” Kelurahan Jeron Berdasarkan hasil perhitungan b. Usia remaja (14 sampai 21 diperoleh koefisien korelasi r = -0,481; tahun), hal ini mengacu pada pendapat p=0,000 (p<0,01). Artinya ada hubungan yang dikemukakan oleh Hurlock (2002) negatif yang sangat signifikan antara bahwa kontrol diri batasan usia remaja untuk perempuan adalah pada usia 13 sampai dengan sikap terhadap perilaku seksual. Artinya semakin tinggi 8 kontrol diri maka semakin rendah sikap pendidikan, tempat tinggal, kelompok terhadap perilaku seksual, begitu pula referensi dan teman sebaya, hubungan sebaliknya semakin rendah kontrol diri dengan maka semakin tinggi sikap terhadap erdasarkan perilaku kontrol diri pada subjek penelitian seksual. umbangan efektif keluarga atau orangtua. hasil analisis diketahui menunjukkan seberapa besar peran atau tergo long sedang kontribusi terhadap rerata empirik (RE) = 72,310 dan rerata variabel tergantung yang ditunjukkan hipotetik (RH) = 70. Sikap terhadap oleh Hasil perilaku seksual pada subjek penelitian koefisien determinan (r2 ) sebesar 0,231. tergolong sedang, ditunjukkan rerata Hal ini berarti sumbangan kontrol diri empirik (RE) = 59,190 dan rerata terhadap sikap terhadap perilaku seksual hipotetik (RH) = 62,5. variabel koefesien bebas determinan. sebesar 23,1%, maka masih terdapat 76,9% faktor- faktor lain yang ditunjukkan oleh Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat mempengaruhi sikap terhadap perilaku 2009) seksual selain variabel kontrol diri yaitu kurangnya kontrol diri remaja menjadi faktor internal (dari dalam) dan faktor salah satu pemicu maraknya perilaku eksternal (dari luar). Faktor internal seksual menyimpang. Awal mulanya meliputi usia hubungan antara lawan jenis hanya meningkatnya sekedar bergandengan tangan, tetapi libido seksual, karakteristik psikologis semakin lama perilaku pacaran dapat diri. menjurus pada perilaku seksual. Sulistijo perubahan kematangan Faktor pendewasaan seksual, hormonal, eksternal usia meliputi: perkawinan, (2002) 9 dalam Bernas (Mahfiana dkk, pada penelitiannya penelitian yang bahwa telah dilakukan menyimpulkan semakin tinggi Berdasarkan diketahui akan mencegah penelitian tergolong sedang ditunjukkan perilaku seks bebas. Kauma (2003) oleh rerata empirik (RE) = 72,310 dan menjelaskan bahwa yang menjadi salah rerata hipotetik (RH) = 70. Hal ini dapat satu penyebab terjadinya perilaku seks diartikan adalah kurangnya kemampuan remaja memanfaatkan secara optimal aspek- dalam mengontrol dan mengendalikan aspek diri, Ini kontrol diri yaitu kontrol perilaku, seringkali membuat remaja melakukan kontrol kognitif, informasi dan kontrol hal- hal yang negatif seperti melakukan tindakan. Adapun perilaku seksual pada hub ungan seks bebas tanpa berpikir subjek penelitian tergolong sedang, mengenai dampak dan risiko yang ditunjukkan rerata empirik (RE) = ditimbulkannya. Menurut Dariyo (2004) 59,190 dan rerata hipotetik (RH) = 62,5. individu yang memiliki kontrol diri yang Hal ini dapat diartikan sikap terhadap baik akan memiliki kemampuan dalam perilaku seksual subjek penelitian perlu penyesuaian diri dengan lingkungan menurunkan tingkat perilaku seksualnya sosial dengan baik. Dapat dikatakan sehingga tergoong rendah dengan cara bahwa tidak melanggar norma-norma agama, terutama mampu emosi-emosinya. penerimaan atau penolakan terhadap suatu informasi yang masuk subjek yang pada belum terdapat pada subjek mampu variabel hukum maupun sosial. tergantung kontrol diri yang dimiliki oleh remaja tersebut. diri analisis kemampuan kontrol diri seseorang maka semakin kontrol hasil Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara kontrol diri 10 dengan sikap terhadap perilaku seksual namun semakin sikap terhadap 2. Sumbangan kontrol diri terhadap generalisasi dari hasil- hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian tinggi perilaku seksual. dilakukan sehingga penerapan pada sikap ruang lingkup yang lebih luas dengan sebesar 23,1%, maka masih terdapat karakteristik yang berbeda kiranya perlu 76,9% dilakukan mempengaruhi penelitian ulang dengan terhadap faktor- faktor menggunakan atau menambah variabel- perilaku variabel lain yang belum disertakan kontrol diri. dalam penelitian ini ataupun dengan menambah dan memperluas perilaku lain sikap seksual seksual selain yang terhadap variabel 3. Kontrol diri pada subjek penelitian ruang tergolong sedang, ditunjukkan rerata lingkup penelitian. empirik (RE) = 72,310 dan rerata hipotetik (RH) = 70. KESIMPULAN 4. Sikap terhadap perilaku seksual pada 1.Koefisien korelasi r = -0,481; p=0,000 (p<0,01). Artinya ada subjek penelitian tergolong sedang, hubungan ditunjukkan rerata empirik (RE) = negatif yang sangat signifikan antara 59,190 dan rerata hipotetik (RH) = kontrol diri dengan sikap terhadap 62,5. perilaku seksual. Artinya semakin tinggi kontrol diri SARAN maka semakin Subjek penelitian rendah sikap terhadap perilaku Disarankan seksual, begitu pula untuk meningkatkan sebaliknya kontrol diri dan menurunkan sikap semakin rendah kontrol diri maka terhadap perilaku seksualnya dengan 11 cara mengendalikan pikiran, perilaku, pengetahuan tentang seks bebas, serta menggunakan dan pengetahuanya mengembangkan hobi serta memberi dengan mengikuti berbagai kegiatan kegiatan positif seperti les. kursus positif organisasi musik, olahraga, meluangkan waktu kepemudaan selain karang taruna, setidaknya satu bulan sekali untuk kegiatan keagamaan, menyalurkan liburan bersama anggota keluarga, hobi dalam olahraga atau kesenian. menerapkan Selain itu dalam setiap tindakan pengawasan yang ketat pada anak harus mematuhi nilai- nilai moral dan agar tidak bergaul dengan anak-anak sosial khususnya dalam pergaulan nakal. informasi seperti antar lawan jenis, selektif memiliki teman pergaulan, memberi kesempata disiplin dan Bagi peneliti selanjutnya menghindari Disarankan pergaulan bebas. menambah variabel- variabel lain yang mempengaruhi Bagi orangtua sikap terhadap perilaku seksual selain Disarankan meningkatkan untuk kontrol membantu kontrol diri misalnya jenis kelamin, diri pola dan asuh orangtua, menurunkan sikap terhadap perilaku pergaulan. seksualnya putra-putrinya agar tidak populasi misalnya membandingkan terjebak terhadap sikap terhadap perilaku seksual antara misalnya remaja perilaku dalam sikap seksual, menanamkan nilai- nilai religius dan moral, Serta lingkungan karang memperluas taruna organisasi kepemudaan lain. membekali anak dengan 12 dengan DAFTAR PUSTAKA Baumeister R, dan. Boden, J. 1998. Aggression And The Self: H Igh Self-Esteem, Ow Self-Control, And Ego Threat Human Aggression: Theories, Research, and Implications for Social Policy Case Western Reserve University. Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartini Kartono). Jakarta: Raja Graindo Perkasa. Calhoun, J.F., and Acocella, J.R. 2004. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (Terjemahan oleh Satmoko, R.S.) Edisi ketiga. Semarang : Penerbit IKIP Semarang. Dariyo, A. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Selatan: Ghalia Indonesia. Faturrohman. 1992. Sikap dan Perilaku Seksual Remaja di Bali, Jurnal Psikologi, Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Vol. 2. No.14.hal 101111. Hurlock, E.B. 2002. Perkembangan, Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta: Erlangga. Kauma.F. 2003. Sensasi Remaja di Masa Puber. Jakarta: Kalam Mulia Kartono, K. 2002. Patologi Sosial dan Abnormalitas Seksual. Bandung : Alumni. Mahfiana, L. Rohmah, E. Y. dan Widyaningrum, R. 2009. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Ponorogo : STAIN Ponorogo Press. Sahaja. M 2000. Seks Diluar Nikah. Yogyakarta. BKKBN. DIY Sarwono, S.W 2005. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sulistijo, E. 2002. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kecenderungan Seks Bebas. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. Suyasa, P.T.Y. 2004. Pengendalian Diri Pada Remaja. Jakarta: Gunung Mulia Psikologi Suatu 13