Pengambilan Keputusan

advertisement
1
I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, perusahaan berkompetisi
dalam usaha untuk memenuhi permintaan
konsumen yang terus meningkat. Hal ini
pula yang mengakibatkan perusahaan
dihadapkan pada dua pilihan yakni,
”membeli atau membuat sendiri” barang
yang tengah menjadi permintaan konsumen.
Keputusan ”membeli atau membuat sendiri”
dihadapi oleh manajemen terutama dalam
perusahaan yang memproduksi berbagai
jenis produk yang terbentuk dari berbagai
komponen.
Tidak selamanya komponen yang
membentuk suatu produk harus diproduksi
sendiri oleh perusahaan, karena jika
pemasok dari luar memberikan penawaran
kepada perusahaan dengan harga yang lebih
murah daripada biaya yang harus
dikeluarkan untuk memproduksi sendiri
komponen produk maka penawaran tersebut
dapat dipertimbangkan.
Oleh karena itu metode keputusan
”membeli atau membuat sendiri” telah
dikembangkan dalam dunia industri dengan
harapan dapat mengurangi tingkat kerumitan
dan keberagaman dalam skenario keputusan
”membeli atau membuat sendiri”, selain itu
diharapkan pula dapat mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang ada dan
meminimumkan
biaya
yang
akan
dikeluarkan.
Namun seringkali informasi yang
dimiliki tidak lengkap dan tidak pasti
sehingga membuat pihak manajemen selaku
pengambil keputusan mengalami kesulitan
dalam membuat keputusan yang terbaik di
antara dua pilihan tersebut, terutama dalam
membuat penaksiran data ekonomi yang
mencakup biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja variabel, biaya overhead variabel dan
juga harga yang akan dikenakan oleh para
pemasok luar dalam memberikan penawaran
bagi perusahaan.
Hal ini pula yang membuat para
pengambil keputusan cenderung untuk
memberikan penaksiran data ekonomi
berdasarkan atas pengetahuan profesional,
pengalaman dan penilaian subjektif yang
mereka miliki. Sebagai contoh, nilai-nilai
linguistik seperti : ”kira-kira $2000”, ”kira-
kira 40%” yang biasanya mereka gunakan
untuk menyampaikan pendapat mereka.
Pada saat inilah teori fuzzy akan
memainkan peranan yang penting dalam
pengambilan keputusan ”membeli atau
membuat sendiri.” Pada awalnya teori fuzzy
yang diperkenalkan oleh Lotfi Zadeh dari
Universitas California, Berkeley pada tahun
1965 digunakan untuk menyelesaikan
masalah-masalah dimana muncul banyak
ketidakpastian dan ketidakjelasan (Ling et al
2005).
Karena dalam kehidupan sehari-hari,
tidak dapat diselesaikan suatu permasalahan
dengan sebuah jawaban sederhana ”ya” atau
”tidak”,
seperti
misalnya
:
untuk
menyatakan seseorang berbadan ”gemuk”,
”tinggi”, ”cantik” sangatlah relatif. Namun
hal ini dapat diselesaikan dengan konsep
teori fuzzy.
Teori himpunan fuzzy juga tidak hanya
dapat digunakan untuk hal-hal yang
sederhana seperti telah disebutkan di atas
melainkan juga dapat digunakan untuk
bidang-bidang lain seperti industri, riset
operasi,
ekonomi,
klasifikasi
dan
pencocokan
pola,
manajemen
dan
pengambilan keputusan, kendali proses, dan
lain-lain (Kusumadewi 2002).
Triangular fuzzy numbers (TFN) dapat
digunakan untuk membantu para pengambil
keputusan dalam membuat keputusan yang
terbaik. Dalam karya ilmiah ini, dihadirkan
pula sebuah algoritme sederhana untuk
memutuskan ”membeli atau membuat
sendiri” dalam lingkungan manajemen
bisnis fuzzy.
Tujuan
Tujuan penulisan karya ilmiah ini
adalah untuk merekonstruksi sistem
triangular fuzzy numbers dan algoritme
sederhana dalam proses pengambilan
keputusan antara “membeli atau membuat
sendiri” sebagai usaha perusahaan selaku
produsen untuk memenuhi permintaan
konsumen dengan informasi yang tidak
lengkap dan tidak pasti.
2
Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup yang akan
dibahas dalam penulisan karya ilmiah ini
adalah sebagai berikut :
(i) Pengambilan keputusan perusahaan
yang hanya dibatasi dua alternatif, yaitu
”membeli” atau ”membuat sendiri”.
(ii) Dasar-dasar pengambilan keputusan
hanya dibatasi oleh perkiraan biayabiaya yang akan digunakan bagi salah
satu dari kedua alternatif tersebut.
(iii) Metode pengambilan keputusan ini
hanya dapat digunakan oleh para
pembuat keputusan yang telah lama
berada dalam dunia pengambilan
keputusan perusahaan dan telah
memiliki pengalaman dan pengetahuan
profesional yang cukup baik sehingga
dapat melakukan penaksiran biayabiaya tertentu yang berkisar pada biaya
sesungguhnya.
II LANDASAN TEORI
Untuk dapat memahami pembahasan
yang akan dijelaskan pada bagian-bagian
selanjutnya, maka berikut ini akan diberikan
penjelasan dan landasan teori untuk
pengambilan keputusan.
Teori Pengambilan Keputusan
Dalam teori pengambilan keputusan
(Hasan 2004) ada beberapa pengertian dari
pengambilan keputusan, antara lain :
1. Menurut George R. Terry, pengambilan
keputusan adalah pemilihan alternatif
perilaku (kelakuan) tertentu dari dua
atau lebih alternatif yang ada.
2. Menurut James A. F. Stoner,
pengambilan keputusan adalah proses
yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan
masalah.
3. Menurut S. P. Siagian, pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan
yang sistematis terhadap hakikat
alternatif yang dihadapi dan mengambil
tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat.
Berdasarkan
kriteria
yang
menyertainya, pengambilan keputusan dapat
diklasifikasikan dalam beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut :
A. Berdasarkan programnya, pengambilan
keputusan dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu :
Pengambilan keputusan terprogram
Pengambilan
keputusan
tidak
terprogram
B. Berdasarkan
lingkungannya,
pengambilan
keputusan
dapat
dibedakan menjadi empat kelompok,
yaitu :
Pengambilan keputusan dalam
kondisi pasti,
Pengambilan keputusan dalam
kondisi berisiko,
Pengambilan keputusan dalam
kondisi tidak pasti,
Pengambilan keputusan dalam
kondisi konflik.
(Hasan 2004)
Logika Fuzzy (Fuzzy Logic)
Logika fuzzy merupakan pengembangan
dari logika klasik (Boolean atau Crisp).
Dalam logika fuzzy nilai kebenaran suatu
pernyataan berkisar dari sepenuhnya benar
ke sepenuhnya salah . Hal ini yang menjadi
perbedaan antara logika Fuzzy dengan logika
klasik, dimana dalam logika klasik nilai
kebenarannya mempunyai kondisi yang
pasti yaitu benar atau salah (true or false)
dengan tidak ada kondisi antara. Akan tetapi
dalam kehidupan nyata prinsip tersebut
sangatlah tidak mungkin karena dalam
pemikiran manusia selalu ada keraguan
(kesamaran dan ketidakjelasan). Logika
fuzzy menawarkan suatu logika yang dapat
merepresentasikan keadaan dunia nyata dan
meniru cara berpikir manusia dengan
menggunakan konsep sifat kesamaran suatu
nilai (Kusumadewi 2002).
Download