membangun tim efektif

advertisement
MATERI PELENGKAP MODUL (MPM)
MATA DIKLAT
MEMBANGUN TIM EFEKTIF
EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI
ERA ASEAN COMMUNITY 2016
Oleh:
Dr. Ir. Sutarwi, MSc.
Widyaiswara Ahli Utama
BPSDMD PROVINSI JAWA TENGAH
SEMARANG 2017
KATA PENGANTAR
Materi Pelengkap Modul ini disusun dalam rangka melengkapi Modul Mata Diklat
Membangun Tim Efektif yang telah diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara
Tahun 2014. Dengan pemberian MPM yang berupa diharapkan dapat mempermudah
peserta dalam memahani modul dan meningkatkan kinerja organisasi.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada penyelenggara Diklatpim Tk II
Angkatan V Tahun 2016 di Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada
penyusun sebagai widyaiswara untuk ikut memfasilitasi pembelajaran Mata Diklat
Membangun Tim Efektif.
Besar harapan kami atas pemanfaatan MPM ini dan apabila terdapat
kekurangan kami siap menerima saran masukan dari peserta dan penyelenggara.
Semarang,
2017
Penyusun,
Dr. Ir. Sutarwi, MSc.
Widyaiswara Ahli Utama
EFEKTIVITAS TIM DAERAH DALAM MEMASUKI ERA
ASEAN COMMUNITY 2016
Latar Belakang
ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) atau Perhimpunan BangsaBangsa Asia Tenggara adalah organisasi kawasan yang mewadai kerja sama
antarnegara di Asia Tenggara sejak tahun 1967. ASEAN memiliki 10 negara anggota
yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina (sejak 8 Agustus 1967),
Brunei Darussalam (sejak 8 Januari 1984), Vietnam (sejak 28 Juli 1995), Laos dan
Myanmar (sejak 23 Juli 1997) dan Kamboja (sejak 30 April 1999).
Pada KTT ASEAN di Kuala Lumpur bulan Desember 1997, para Pemimpin
ASEAN merumuskan Visi ASEAN 2020 yaitu ASEAN menjadi kawasan yang stabil,
makmur, dan berdayasaing tinggi dengan tingkat pembangunan ekonomi yang merata
serta kesenjangan sosial ekonomi dan kemiskinan yang semakin berkurang.
Selanjutnya pada tahun 2003, pilar Komunitas Ekonomi ASEAN bertambah dengan
pilar Komunitas Keamanan ASEAN dan pilar Komunitas Sosial Budaya ASEAN.
Dalam perkembangannya dengan tetap bersemboyan Satu Visi, Satu Identitas,
Satu Komunitas ( One Vision, One Identity, One Community) pada KTT ASEAN Januari
2007, para pemimpin ASEAN sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas
ASEAN paling lambat 2015. Pada tahun 2015
kawasan ASEAN menjadi kawasan
dimana terdapat aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan aliran
modal yang lebih bebas.
Permasalahannya adalah bagaimana Pemda dapat lebih
berperan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat memasuki era Komunitas
ASEAN 2015 tersebut?
Gambaran ASEAN COMMUNITY 2015
ASEAN sebagai Perhimpunan Bangsa-Bangsa se Asia Tenggara saat ini
memiliki anggota 10 negara dengan gambaran umum sebagai berikut:
Negara
Luas wilayah Penduduk GDP (juta GDP/kapita
(km2)
(ribu)
$ US )
$ US
Brunei
5.765
422,7
16.359,6
52.059
Kamboja
181.035
14.521
12.766
2.287
Indonesia
1.860.360
237.670
846.821,3
4.736
Laos
236.800
6.365,1
8.163,3
2.824,5
Malaysia
330.252
28.960
287.922
15.955,2
Myanmar
676.577
60,384
52.841,5
1.393,4
Filipina
300.000
95.834,4
224.337,4 4.288,8
Singapura
714
5.183,7
259.858,4 60.744,4
Thailand
513.120
67.597
345.810,8 8.906,8
Vietnam
331051
87.840
123.266,9 3.439,6
Sumber: Selected Basic ASEAN Indicators, 2013
Dalam kurun waktu kurang lebih 45 tahun, ASEAN telah bertransformasi dari
sebuah organisasi yang tidak mengikat menjadi sebuah organisasi yang legally binding
dengan diterapkannya Piagam ASEAN pada tahun 2008, Piagam ASEAN ini menjadi
dasar bagi pembentukan Komunitas ASEAN melalui tiga pilar yaitu Pilar Komunitas
Politik Keamanan, Pilar Komunitas Ekonomi, dan Pilar Komunitas Sosial Budaya yang
akan dicapai melalui cetak biru (blue print) masing-masing pilar. Di tingkat Nasional,
pemerintah telah menerbitkan Inpres 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Komitmen
Cetak Biru Masyarakat ASEAN Tahun 2015.
Secara singkat dapat digambarkan tentang cetak biru tiga pilar dimaksud
sebagai berikut:
Pertama, dalam pilar politik keamanan telah dicapai kemajuan yang signifikan
dimana ASEAN berupaya memajukan norma kawasan mengenai perilaku yang kohesif
dan solidaritas sesuai dengan prinsip-prinsip utama yang tercantum dalam Piagam
ASEAN seperti Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara, Traktat Zona Bebas
Senjata Nuklir di Asia Tenggara, dan Perilaku Para pihak di Laut Cina Selatan. Di
samping itu, juga dilakukan upaya-upaya penguatan rule of law, sistem peradilan dan
infrastruktur hukum, dan memajukan kepemerintahan yang baik (good governance).
Kedua, dalam pilar ekonomi, AFTA yang berlaku sejak 1993 telah menghapus
99,65% dari seluruh tarif lines untuk ASEAN-6 dan pengurangan sekitar 98,96% tariff
menjadi 0-5% untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam. ASEAN telah
menyepakati kerja sama perdagangan jasa yang mencakup 8 sektor yaitu jasa
angkutan laut, jasa bisnis, jasa konstruksi, jasa telekomunikasi, jasa pariwisata, jasa
keuangan, jasa kesehatan dan jasa logistik. Capaian lain adalah kesepakatankesepakatan dalam upaya menjaga ketahanan pangan. Dalam kerja sama investasi
telah menyepakati empat pilar kerja sama investasi yakni liberalisasi, proteksi, fasilitasi,
promosi investasi yang liberal dan transparan sehingga dapat meningkatkan arus
investasi ke kawasan ASEAN. Dalam rangka pembangunan ekonomi yang merata
penguatan sektor UKM telah menjadi prioritas.
Ketiga, dalam pilar sosial budaya, telah berkembang kerjasama antara lain
penanggulangan bencana, pencegahan penyakit menular, kepemudaan, perlindungan
wanita dan anak-anak, olah raga dan budaya.
Kesejahteraan Masyarakat
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pembukaan Rapat
Pemerintah
Tahun
2013
memberikan
arahan
penting
untuk
Kerja
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Presiden memberikan catatan bahwa tantangan berat bagi
Pemerintah termasuk Pemerintah Daerah adalah bagaimana menurunkan tingkat
kemiskinan dan mencegah melebarnya kesenjangan sosial-ekonomi masyarakat.
Kesejahteraan masyarakat tidak akan terwujud apabila tingkat kemiskinan masih tinggi
seperti sekarang ini.
Gambaran perkembangan jumlah dan persentase penduduk
miskin di Indonesia dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Sedangkan persebaran jumlah atau persentase penduduk miskin antara di
perkotaan dan perdesaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Kompleksitas kemiskinan menyebabkan permasalahan kemiskinan tidak hanya
dapat diatasi dengan pendekatan ekonomi semata, namun sangat terkait dengan
dinamika sosial, politik dan budaya yang melekat dalam suatu komunitas, sehingga
pengentasan kemiskinan bersifat multi-dimensi dan memerlukan sinergitas antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, serta antar Sektor dan antar Regional.
Daya Saing Nasional
Komunitas ASEAN bertujuan menjadi kawasan regional yang berdaya saing
tinggi. Untuk mewujudkan hal tersebut masing-masing Negara anggota ASEAN juga
harus meningkatkan daya saing untuk bersaing dengan sesama Negara anggota
ASEAN dan terlebih dengan Negara di luar kawasan ASEAN.
World Economic Forum (WEF) dalam laporan 2013-2014 tentang Indek Daya
Saing Global (Global Compettiveness Index/ GCI) menempatkan daya saing Indonesia
pada urutan ke 38 naik dari urutan ke 50 tahun sebelumnya. Indonesia merupakan
salah satu Negara yang mengalami peningkatan daya saing secara cepat dan dinamis
di Kawasan Asia-Pasifik. Kenaikan peringkat hingga 12 tingkat ini menjadi obat setelah
daya saing Indonesia menurun dalam tiga tahun terakhir. WEF menobatkan Indonesia
sebagai negara dengan lompatan tinggi. Prestasi ini akan membantu Indonesia
mempertahankan momentum pertumbuhan yang impresif. Dengan kenaikan produk
domestik bruto 5,2 persen setiap tahun, Indonesia menunjukkan kemajuan dalam 10
dari 12 indeks penilaian.
Perlu diketahui bahwa dalam menentukan peringkat daya saing WEF
menggunakan 12 indeks penilaian sebagai berikut:: (1) kelembagaan, (2) infrastruktur,
(3) lingkungan makroekonomi, (4) kesehatan dasar dan pendidikan dasar, (5)
pendidikan tinggi dan pelatihan, (6) efisiensi pasar barang, (7) efisiensi pasar tenaga
kerja, (8) pengembangan pasar keuangan, (9) kesiapan teknologi, (10) skala pasar,
(11) spesifikasi bisnis dan (12) inovasi.
Berdasarkan 12 indek penilaian tersebut, meskipun daya saing Indonesia
meningkat tajam, WEF menilai performa Indonesia masih belum merata. Indonesia
memperoleh nilai baik pada pembangunan infrastruktur, seperti peningkatan kualitas
jalan, penyediaan air bersih, pelabuhan, pembangkit listrik, dan fasilitas lain. Namun
Indonesia dianggap lemah dalam kelembagaan untuk menangani suap di sektor
pelayanan publik, menjamin keamanan, serta menyediakan fasilitas kesehatan.
Peringkat kepuasan terhadap efisiensi birokrasi Indonesia menempati peringkat 45.
Bank Dunia (2013) juga melaporkan bahwa dalam memulai bisnis di Indonesia masih
membutuhkan waktu yang lama yaitu rata-rata 47 hari. Meskipun kebanyakan
Pemerintah Daerah telah melaksanakan kebijakan pelayanan izin satu atap, ternyata
masih banyak dikeluhkan pengusaha karena berbagai izin masih ditangani SKPD teknis
non perizinan (FX. Sugiyanto, 2013).
Efektivitas Tim Daerah dalam Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Pada pasal 27 ayat (1) UndangUndang No. 32 tentang Pemerintahan Daerah (huruf b dan g) menyebutkan bahwa
kepala daerah dan wakil kepala daerah mempunyai kewajiban: meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan memajukan dan mengembangkan daya saing daerah.
Dengan demikian menjadi jelas sekali bahwa kepala daerah dan segenap perangkatnya
memiliki kewajiban untuk mengurangi kemiskinan dan menurunkan kesenjangan sosial
ekonomi masyarakat serta meningkatkan daya saing daerah. Pengembangan daya
saing daerah
juga bermuara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Daya
saing nasional tidak akan terwujud apabila tidak didukung daya saing masing-masing
daerah di Indonesia. Yang menjadi persoalan adalah apakah kewajiban tersebut sudah
dipenuhi dengan baik oleh kepala daerah atau belum.
Pada era Komunitas ASEAN 2015, daya saing daerah akan menjadi semakin
penting untuk dikuatkan oleh masing-masing kepala daerah dan perangkatnya terutama
Jawa Tengah yang masih tertinggal dari empat daerah yang lain. Sukamto (2013)
mengungkapkan bahwa daya saing daerah Jawa Tengah berada di peringkat kelima,
sementara peringkat kesatu adalah DKI Jakarta, peringkat kedua daerah Jawa Timur,
peringkat ketiga daerah Kalimantan Timur, peringkat keempat daerah Jawa Barat.
Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 berarti Indonesia, dan tentunya semua
provinsi dan kabupaten/kota, akan menuju perekonomian dunia yang semakin terbuka,
hampir tanpa batas. Dalam pilar ekonomi, Komunitas Ekonomi ASEAN (KEA) yang
berkarakter adanya pasar tunggal dan basis produksi telah menyepakati adanya aliran
bebas untuk barang, jasa investasi, tenaga kerja terampil dan juga aliran bebas modal.
Tujuannya tentu untuk menciptakan kawasan yang stabil, sejahtera dan sangat
kompetitif di kawasan global. Pembentukan Komunitas ASEAN 2015 yang merupakan
tekad semua Negara ASEAN merupakan keniscayaan yang harus didukung dan
diimplementasikan oleh semua bangsa di Asia Tenggara. Oleh sebab itu, pemerintah
daerah harus memenuhi kewajibannya untuk meningkatkan daya saing daerah untuk
mendukung peningkatan daya saing nasional.
Dengan mempertimbangkan gambaran daya saing national saat ini dan juga
tujuan yang ingin diwujudkan dalam Komunitas ASEAN 2015, maka efektivitas tim di
Daerah dalam peningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan
upaya-upaya sebagai berikut:
(1)
Melakukan sosialisasi tentang Komunitas ASEAN 2015 kepada semua aparat
daerah dan masyarakat sehingga semuanya lebih memahami dan peduli untuk
mempersiapkan diri dengan baik;
(2). Mendorong dunia usaha untuk meningkatkan produktivitasnya baik barang maupun
jasa sehingga mampu bersaing di tingkat nasional dan regional (kawasan ASEAN)
serta global.
(3). Meningkatkan efisiensi birokrasi pemerintah daerah dengan mengubah mindset
pimpinan birokrasi dari sbg penguasa menjadi pelayan masyarakat secara sungguhsungguh melalui keteladanan dan mendorong akuntabilitas transparansi pelayanan;
(4). Mendukung dan melaksanakan upaya-upaya pemberantasan korupsi yang selama
ini sangat menghambat peningkatan daya saing daerah;
(5). Mendorong peningkatan kualitas SDM aparatur dan masyarakat serta memfasilitasi
sertifikasi profesi untuk tenaga kerja terampil terutama sektor pariwisata, kesehatan,
transportasi sehingga mampu bersaing menghadapi profesi sejenis dari negara-negara
ASEAN yang akan bebas berdatangan ke daerah;
(6). Meningkatkan efektivitas program-program penanggulangan kemiskinan;
(7). Menjamin ketentraman dan ketertiban masyakat namun tidak menghambat
dinamika masyarakat dalam berdemokrasi,
Dengan meningkatkan efektivitas Tim di Daerah dalam memenuhi kewajibannya
seperti tersebut di atas, maka masyarakat di daerah akan lebih siap dalam memasuki
era Komunitas ASEAN sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya..
Daftar Pustaka
-
ASEAN Secretariat, 2013 Roadmap for an ASEAN Community 2009-2015,
Jakarta 2013
FX Sugiyanto, 2013. Daya Saing dan Birokrasi. Suara Merdeka, Semarang
17/9/2013
Sukamto, 2013. Daya Saing Jateng Peringkat Kelima Nasional.
www.suaramerdeka.co 10 September 2013
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
WEF, 2013. Global Competetitiveness Index 2013. www.tempo.co 4-9-2013
Download