UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK OLEH PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK (P2TP2A) DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA HUKUM OLEH: PRINEA ROMANTIKA 10340148 PEMBIMBING: 1. ACH TAHIR, S.H.I., S.H., LL.M., M.A. 2. EUIS NURLAELAWATI, M.A, Ph.D ILMU HUKUM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 i ABSTRAK Kekerasan seksual terhadap anak menyisakan duka yang mendalam di dada anak-anak. Berbagai tindak kekerasan dialami oleh anak-anak. Kekerasan seksual terhadap anak terus berlanjut dengan intensitas yang makin meningkat dan motif yang makin beragam. Fakta kekerasan yang diberitakan media massa merupakan fenomena gunung es. Banyak kasus yang menjadikan anak sebagai korban kekerasan secara, seksual, fisik, psikis, dan penelantaran.Dengan lahirnya Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap anak di dalamnya telah mengatur Upaya Pencegahan Kekerasan terhadap Anak.Dari sinilah penyusun tertarik untuk meneliti apa faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri, bagaimana upaya (P2TP2A) dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak, dan Kendala apa saja yang dihadapi nya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan(library research), yaitu penelitian yang obyeknya langsung pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak(P2TP2A) Wonogiri dan masyarakat Kabupaten Wonogiri melalui wawancara dan informasi dari anggota (P2TP2A)yang dilengkapi dan diperkuat dengan buku-buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Pendekatan yang digunakan penyusun pendekatan Yuridis Empiris, yang mana pendekatan yuridis dengan melihat Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan terhadap anak. Sedangkan, pendekatan empiris yaitu melihat upaya (P2TP2A) dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh penyusun adalah upaya pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Anak yang dilaksanankan oleh (P2TP2A) Wonogiri, yaitu dengan terlaksananyaAdvokasi dalam penguatan kelembagaan, sosialisasi-sosialisasi ke berbagai elemen masyarakat, Pencegahan melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) pun sudah terlaksanadengan membuat leaflet, stiker, pin, poster dan pemasangan baliho melalui Siaran Radio, media cetak, dan pemasangan baliho di beberapa titik Wilayah Wonogiri. Selanjutnya melalui media elektronik antara lain dengan cara pres rilis kegiatan dengan membuat laporan kegiatan ke surat kabar. dan memanfaatkan Radio negeri yaitu Radio Siaran Pemerintah Daerah dan Gis FM masuk dalam berita daerah. ii Motto “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, Sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Ar Ra’du: 11) Jalani... Nikmati... Syukuri... Karena semua akan indah pada waktunya... vii HALAMAN PERSEMBAHAN Ungkapan hati sebagai rasa terimakasihku Alhamdulillahirabbil’alamin... Alhamdulillahirabbil’alamin... Alhamdulillahirabbil’alamin... akhirnya aku sampai ke titik ini, secercik keberhasilan yang Engkau hadiahkan padaku Ya Rabb.. Semoga sebuah karya kecil ini menjadi amal shaleh bagiku dan menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta. Ku persembahkan karya kecil ini: Untuk belahan jiwaku bidadari surgaku yang tanpamu aku bukanlah siapa-siapa di dunia fana ini Ibuku tersayang, tak kenal lelah dan tak kenal waktu dalam bekerja Wonder Woman bagi semua anak-anaknya, (Koan Maru Fitri Susilowaty, SH), serta orang yang menginjeksikan segala idealisme, prinsip, edukasi, dan kasih sayang yang berlimpah dengan wajah datar menyimpan kegelisahan ataukah perjuangan yang tidak pernah ku ketahui, namun tenang temaram dengan penuh kesabaran, dan perhatian luar biasa yang seringkali melebihi perhatian Ibuku dialah Ayahandaku tercinta (Sukirno, SH). Mbak (Aang Cita Permata, S.Pd) dan kakak (Belrnisha Anggun Wijaya) Yang telah memberikan doa, support, dan selalu memanjakan aku. MbahUty, Mbah Kakung dan seluruh keluarga besarku di Madura dan di Wonogiri yang selalu mendoakanku. M. Reza Rayhan Perdana yang tak pernah henti memberi dukungan, selalu berbagi ilmu dalam setiap kesempatan. Roslitha Sugiyanto kembaran unyuku yang selalu setia menemani suka dan duka. Sahabatku cengceremen Eldyssa Rahma Pridianti, Dewi Lailul Rahmadanik, Naely Nasihah, Kiki Anila Novitasari, Fatih Noviani, Alfia Rizky Ayu Roketza. Persahabatan ini tak kan berhenti sampai disini kawan, semoga sukses selalu menyertai kita semua. Kampusku Tercinta UIN Sunan KalijagaYogyakarta viii KATA PENGANTAR .َسّلِيْه َ ش َرفِ االْوْبِيَآءِ وَا ْل ُم ْر ْ عّلَى َأ َ ّصالَةُ وَالسَالَم َ وَال.َحمْ ُدِلّلَهِ ّرَبِ الْعاَلمِيْه َ َْال ُحمَدَاعَبْدُه َ ُشهَدُ اَنَ م ْ شرِيْكَ لَهُ َوَا َ ال َ ُالِالَهَ اِالَاهللُ وَحْدَه َ ْشهَدُ اَن ْ َا.َجمَعِيْه ْ َعّلَى َالِهِ َوأَصْحَابِهِ ا َ َو اَمَا بعد.َُو َّرسُ ْىلَه Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Anak oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) di Kabupaten Wonogiri”. Tak lupa shalawat serta salam tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW yang diutus untuk membawa rahmah dan kasih sayang bagi semesta alam dan selalu dinantikan syafaatnya di yaumil qiyamah nanti. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan guna mencapai gelar sarjana hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penyusun menyadari sepenuhnya saran, kritik, dan tanggapan positif dari berbagai pihak masih penulis harapkan untuk menyempurnakan hasil penelitian ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: ix 1. Bapak Prof. Dr. H. Musa Asy’arie, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Bapak Prof. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil., Ph.D, Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Udiyo Basuki, S.H., M.Hum, selaku Ketua Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Bapak Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A, selaku sekertaris Jurusan Ilmu Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 5. Bapak Ach. Tahir, S.H.I., S.H., LL.M., M.A dan Ibu Euis Nurlaelawati, M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing skripsi idaman yang dengan ikhlas meluangkan waktunya untuk membantu dan memberikan bimbingan, memberikan arahan, mendengarkan curhatan penuh keluh kesah, dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Kurnia Listyarini selaku Ketua P2TP2A dan segenap staff P2TP2A Wonogiri yang telah memberikan informasi arahan serta mendampingi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Para dosen yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama menjalankan kuliah di UIN Sunan Kalijaga dan tidak lupa dengan segenap karyawan fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 8. Kepada kedua orang tua tercinta Sukirno, S.H dan Koan Maru Fitri Susilowaty, S.H yang tiada terbalas jasa-jasa beliau terkhusus dalam x memotivasi penyusun untuk segera menyelesaikan skripsi ini sebagai kebanggaan saat pulang nanti. 9. Mbak tersayang Aang Cita Permata, S.Pd dan suami Suprianto, S.Thi serta ponakan unyu M. Excellent Goldy Akbar Kakak tersayang Belrnisha A. Wijaya. Terima kasih telah memberikan semangat dan memotivasi saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini. 10. M. Reza Rayhan Perdana yang telah memberikan dukungan besar, banyak berbagi ilmu dalam setiap kesempatan dan menjadikan semangat penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Sahabat cengceremenku: Eldyssa Rahma Pridianti, Dewi Lailul Rahmadanik, Naely Nasikhah, Kiki Anila Novitasari, Fatih Noviani, dan Alfia Rizky Ayu Roketza. Bertemu dengan kalian adalah hadiah kecil dari Tuhan yang paling tak terlupakan. 12. Keluarga Kota 20 yang sangat kusayang terimakasih atas segala pengalaman indah yang terlewati dalam masa kuliah kerja nyata. Semoga rasa kekeluargaan ini tetap terjaga sampai nanti. 13. Seluruh teman-teman prodi ilmu hukum angkatan 2010 UIN Sunan Kalijaga Yogyakartayang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah sama-sama berjuang menyelesaikan studi ini, semoga senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan diberikan kesuksesan. Amin xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................ ................................................................... i ABSTRAK ................................................................................................................ ii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN. .................................................................. iii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI. ..................................................................... iv PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................................... vi MOTTO .................................................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. viii KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix DAFTAR ISI ........................................................................................................... xiii BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. LatarBelakangMasalah ....................................................................... 1 B. PokokMasalah .................................................................................... 9 C. TujuandanKegunaanPenelitian ........................................................... 9 D. TelaahPustaka ..................................................................................... 11 E. KerangkaTeoretik ............................................................................... 13 F. MetodePenelitian ................................................................................ 21 G. SistematikaPembahasan ..................................................................... 28 BAB II :TINJAUAN UMUM MENGENAI ANAK DAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK .......................................................... 30 A. Pengertian Anak ................................................................................. 30 B. TinjauanUmummengenai kekerasan seksual terhadap anak ............. 35 1. Pengertian Kekerasan .................................................................... 35 2. Pengertian Seksual ......................................................................... 39 3. Pengertian Kekerasan Seksual terhadap Anak .............................. 41 xiii 4. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual terhadap Anak ........................ 45 5. Faktor-faktor Penyebab Kekerasan terhadap Anak ....................... 56 C. Kekerasan Seksual terhadap Anak sebagaimana yang diatur dalam KUHP ................................................................................................. 59 1. Pasal 285 KUHP ............................................................................ 59 2. Pasal 287 KUHP ............................................................................ 63 3. Pasal 290 KUHP ............................................................................ 65 D. Pengaturan Kekerasan Seksual terhadap anak di Luar KUHP ........... 66 1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak ................................................................................................ 66 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002tentang perlindungan anak ................................................................................................ 67 3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004tentang penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga .................................................. 69 E. Teori Penanggulangan Kejahatan ....................................................... 70 BAB III : P2TP2A DAN PROGRAM UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI KABUPATEN WONOGIRI ........................................................................................... 81 A. Diskripsi Daerah Kabupaten Wonogiri .............................................. 81 1. Letak Wilayah ................................................................................ 81 2. Luas Wilayah ................................................................................. 81 3. Karakteristik Wilayah .................................................................... 83 B.Profil P2TP2A Kabupaten Wonogiri ................................................... 84 xiv C. Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual terhadp Anak oleh P2TP2A . 90 1. Dasar Peraturan P2TP2A Wonogiri dalam melakukan Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Anak............................. 90 2. Program Upaya Pencegahan yang dilakukan oleh P2TP2A .......... 93 BAB IV : UPAYA PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK OLEH P2TP2A DI KABUPATEN WONOGIRI .................. 98 A. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual terhadap Anak oleh P2TP2A Wonogiri ............................................................ 98 B. Upaya Pencegahan KekerasanSeksualterhadapAnakoleh P2TP2A Wonogiri .............................................................................................109 1. Upaya Pencegahan yang dilakukan oleh P2TP2A Wonogiri ........109 2. Perspektif Masyarakat dari Upaya Pencegahan oleh P2TP2A Wonogiri ........................................................................................115 C. Kendala P2TP2A dalam Melakukan Upaya Pencegahan Kekerasan Seksual terhadap Anak .......................................................................118 BAB V : PENUTUP ..............................................................................................121 A. Kesimpulan .........................................................................................121 B. Saran-saran .........................................................................................122 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................123 LAMPIRAN-LAMPIRAN xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya, termasuk menjamin perlindungan anak, karena anak juga memiliki hak hak yang termasuk dalam hak asasi manusia. Anak adalah suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya juga terdapat suatu harkat dan martabat yang dimiliki oleh orang dewasa pada umumnya, maka anak juga harus mendapatkan suatu perlindungan khusus agar kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Anak adalah generasi muda penerus bangsa serta berperan dalam menjamin kelangsungan eksistensi suatu bangsa san negara itu sendiri.1 Kehidupan bermasyarakat dan bernegara demokrasi sangat menjunjung tinggi nilai atau hak kemerdekaan dan kebebasan. Dalam pembukaan UUD 1945 bahkan ditegaskan, bahwa “kemerdekan adalah hak segala bangsa”. Tidaklah ada artinya hak kemerdekaan, apabila di lain pihak tetap ada penjajahan dalam segala bentuknya. Penjajahan pada hakekatnya merupakan bentuk-bentuk pelecehan, pelanggaran, perampasan, pengekangan, atau penguasaan paksa atau sewenangwenang atas hak kemerdekaan orang lain.2 Hal ini disebabkan antara lain oleh 1 Endang Sumiarni, Perlindungan Terhadap Anak di Bidang Hukum, (Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2000). hlm. 24. 2 Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalamPenanggulangan Kejahatan, (Jakarta: kencana, 2007), hlm. 10. 1 2 karena para pihak (pejabat) dalam melaksanakan tugasnya kurang atau tidak berdasarkan kepada asas hukum yang berlaku di Indonesia saat ini. Perkembangan hukum merupakan kaca dari pembangunan masyarakat.Bangsa Indonesia selain mengalami perkembangan secara pesat dalam bidang hukum semenjak era orde baru berakhir, juga mengalami perkembangan dalam bidang pendidikan, kebudayaan dan teknologi, tetapi disadari atau tidak oleh masyarakat bahwa tidak selamanya perkembangan itu membawa dampak yang positif, melainkan juga dampak negatif, seperti yang telah terjadi di masyarakat, antara lain perkosaan, pelecahan seksual, kekerasan seksual dan pornografi. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini adalah kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah anugerah tidak ternilai yang dikaruniakan oleh Tuhan kepada setiap pasangan manusia untuk dipelihara, dilindungi dan dididik. Ia adalah manusia yang mempunyai kemampuan fisik, mental dan sosial yang masih terbatas untuk mengatasi berbagai resiko dan bahaya yang dihadapinya dan secara otomatis masih bergantung pada pihak-pihak lain terutama anggota keluarga yang berperan aktif untuk melindungi dan memeliharanya. Perlindungan terhadap hidup dan penghidupan anak ini masih menjadi tanggung jawab berbagai pihak yaitu kedua orang tuanya, keluarganya, masyarakat dan juga negara. Perlindungan ini dapat berupa pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Tidak hanya itu, perlindungan yang diberikan terhadap seorang anak juga dapat berupa perlindungan terhadap kondisi psikologis atau mental dari anak yaitu terutama perkembangan kejiwaannya. Artinya bahwa 3 anak tersebut dapat berkembang dan hidup secara normal tidak hanya perkembangan fisiknya saja tetapi juga perkembangan jiwa atau psikisnya.3 Setiap orang pasti akan berpendapat bahwa anak merupakan generasi yang akan meneruskan perjuangan dan cita-cita seluruh bangsa-bangsa di belahan bumi ini. Merekalah nantinya yang akan menjadi pemimpin baru yang siap untuk menghadapi tantangan baru seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini secara tegas dirumuskan dalam butir c konsiderans Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi “bahwa anak adalah tunas, potensi, dan generasimuda penerus cita-cita perjuangan bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan”. 4 Perlu kita camkan “Deklarasi Hak Anak-anak” oleh Majelis Umum PBB, yang disahkan pada tanggal 20 Nopember 1958, bahwa ummat manusia berkewajiban memberikan yang terbaik bagi anak-anak.5 Anak mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam bangsa, negara, masyarakat, maupun keluarga. Anak merupakan tumpuan harapan masa depan bagi bangsa, negara, masyarakat dan keluarga. Oleh karena kondisinya 3 Maja Simarmata, Proses Rehabilitasi Terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Seksual, Jurnal, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, hlm. 1. 4 Shanty Dellyana, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Cet. Ke-1 (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm. 5. 5 Ibid. 4 sebagaianak, maka perlu perlakuan khusus agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik fisik, mental dan rohaninya.6 Beberapa tahun terakhir ini kita dikejutkan oleh pemberitaan media cetak sertaelektronik tentang kasus-kasus kekerasan pada anak,dari data induk lembaga perlindungan anak yang ada di 30 provinsi di Indonesia dan layanan pengaduan lembaga tersebut, pada tahun 2006 jumlah kasus pelanggaran hak anak yang terpantau sebanyak 13.447.921 kasus dan pada 2007 jumlahnya meningkat 40.398.625 kasus. Di samping itu Komnas Anak juga melaporkan bahwa selama periode Januari-Juni 2008sebanyak 12.726 anak menjadi korban kekerasan seksual dari orang terdekat mereka seperti orang tua kandung/tiri/angkat, guru, paman, kakek dan tetangga.Berdasarkan laporan pengaduan yang diterima Komnas Anak baik secara langsung atau tidak langsung pada 2010 tercatat 2.046 laporan kasus kekerasan terhadap anak, di mana 42 persennya kasus kejahatan seksual.Kemudian pada 2011 dari 2.059 kasus 58 persennya kasus kejahatan seksual. Pada 2012 dari 2.637 kasus 62 persennya kasus kejahatan seksual dan pada semester pertama 2013 (Januari-Juni 2013) dari 1.032 kasus 52 persennya atau 535 kasus kejahatan seksual.7 Data diatas hanya menggambarkan besaran kasus, karena data yang sesungguhnya tentu lebih banyak dari yg terlaporkan.8 6 Darwan Prinst, Hukum Anak Indonesia, Cet. Ke-1 (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997), hlm. 98. 7 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/07/18/mq4ys6-2013-daruratnasional-kejahatan-seksual-terhadap-anak, akses tanggal 26 Desember 2013 8 https://komnaspa.wordpress.com/2013/09/10/kekerasan-seksual-pada-anak-di-jatengmakin-tidak-terbendung/. Akses tanggal 10 Juni 2014. 5 Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas Anak) menetapkan status tahun 2013 sebagai darurat nasional kejahatan seksual terhadap anak. Pemberlakuan status tersebut karena jumlah kasus kejahatan seksual yang menimpa anak terus bertambah.9 Berbagai kasus kekerasan terhadap anak yang muncul kepermukaan, ternyata tidak hanya terjadi di kota-kota besar di Indonesia tetapi banyak juga terjadi di kota-kota kecil atau daerah yang mash kental dengan budaya ketimuran. Salah satu daerah yang termasuk banyak terjadi kekerasan seksual terhadap anak adalah di Kabupaten Wonogiri. Kasus- kasus tersebut dapat dilihat dari berbagai media cetak maupun elektronik yang banyak menyoroti berbagai kasus kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri, sebagai contoh: 1. Kasus dimana seorang anak berinisial AB (14 Tahun) asal Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri. telah mencabuli anak berusia (5 tahun) berinisial AW. kejadian tersebut berlangsung minggu 1 Juni 2014 di Kecamatan Giritontro, Wonogiri ketika Pelaku sedang berkunjung ke rumah kakeknya di Giritontro. Cara pelaku mencabuli anak AW dengan cara diajak bermain ke kamar main HP lalu pelaku melepas celana korban dan pelakupun demikian maka terjadilah pencabulan. Dan ternyata salah satu penyebab terjadinya pencabulan ini terdapat 166 video porno dan gambar-gambar mesum di dalam HP AB.10 9 http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/07/18/mq4ys6-2013-daruratnasional-kejahatan-seksual-terhadap-anak, akses tanggal 26 Desember 2013. 10 http://www.solopos.com/2014/06/04/pencabulan-wonogiri-duh-bocah-14-tahun-diwonogiri-setubuhi-balita-511393 diakses 05 mei 2014 6 2. Kasus dimana seorang anak berusia (17 tahun) warga kelurahan karanganyar telah menjadi korban kekerasan seksual oleh pacarnya berinisial W (37 tahun) asal Klaten dan mengaku sebagai duda kejadian kekerasan seksual ini dilakukan di salah satu hotel daerah sendang dekat Proyek Waduk Gajah Mungkur dengan iming-iming ingin menikahi namun ketika hamil tidak dinikahi dan ternyata pelaku sudah mempunyai isteri dan 2 orang anak. Dan sekarang pelaku sudah menghilang tiada kabar. Kasus ini dilaporkan ke pihak Kepolisian.11 Penyusun melihat di Kabupaten Wonogiri, sering terjadi kejahatan seksual terhadap anak yang mengakibatkan banyak korban. Mengalami peningkatan yang signifikan semakin hari tidak semakin berkurang. Namun, semakin bertambah. Data statistik yang tercatat di P2TP2A Pada tahun 2010 ada sebanyak 20 kasus, dan di tahun 2011 meningkat sebanyak 33 kasus, dan di tahun 2012 mencapai 33 kasus. Bahkan ada kasus kejahatan seksual pada anak yang menimpa anak berusia 1,5 tahun bahkan pelakunya pun ayah nya sendiri. Pada tahun 2013 ini tercatat ada 5 kasus kekerasan seksual terhadap anak selama Januari-Maret 2013, berdasarkan datanya hampir semua korban kekerasan seksual adalah anak remaja yang duduk di bangku SMP. Seorang diantaranya bahkan harus menjalani ujian nasional tahun ini dalam kondisi hamil.12 11 Wawancana dengan tetangga korban Ibu Sulastri Warga karanganyar 12 SOLO POS, Posted by Tutut Indrawati on Mei 14, 2013 7 Gambaran kasus di atas menunjukkan memang “kejahatan” sedang naik baik kuantitas sampai dengan kualitasnya yang “mengerikan” dan menakjubkan. Serta jelas menimbulkan efek buruk terhadap korban, baik dari segi psikis, mental, fisik maupun pendidikan. Terlebih lagi yang membuat resah dan miris adalah dimana pelakunya adalah orang dewasa dan kebanyakan adalah yang telah dikenal korban atau orang terdekat korban. Ini merupakan bagian tanggung jawab bangsa ini secara umum dan khususnya Kabupaten Wonogiri, mengingat dimana anak adalah merupakan tunas, potensi harapan dan generasi penerus bangsa. Sehingga mereka harus diberikan perlindungan hukum, yamg didalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Dimana dalam Undangundang Negara ini telah di atur. Potret kekerasan seksual terhadap anak saat ini memang membuat gambaran yang tidak dapat ditolerir oleh kemajuan peradaban. Perkembangannyapun berbanding lurus dengan perkembangan zaman manusia. Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak secara substansial telah memberikan perlindungan khusus terhadap anak korban kekerasan seksual , yang termuat dalam pasal 59 yaitu sebagai berikut: Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak tereksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahguanaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak 8 korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.13 Institusi keluarga sebagai institusi terkecil dalam masyarakat, beberapatahun terakhir ini dikatakan sebagai tempat paling rawan bagi munculnya tindak kekerasan, khususnya terhadap anak adalah fisik, kejahatan seksual dan psikologi berupa tindakan-tindakan pengancaman.Kekerasan terhadap anak dalam keluarga, selama ini tak pernah didefinisikan sebagai persoalan sosial. Kejahatan seksual terhadap anak sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari nilai-nilai hidup yang salah, yang berkembang di tengah masyarakat saat ini, Pelaku kekerasan seksual terhadap anak yang mayoritasnya adalah orang terdekat korban, menggambarkan keadaan masyarakat yang sakit. Kepadatan penduduk, kemiskinan, rendahnya pendidikan, kurangnya perhatian orang tua kepada anak, serta kemajuan teknologi, yang sering dituding sebagai penyebab maraknya kekerasan seksual pada anak, hanyalah merupakan buah dari diterapkannya sistem hidup sekuler yang mendewakan paham kebebasan. Penganiayaan fisik dan kejahatan seksual terhadap anak adalah pelanggaran HAM terparah yang belum diakui oleh dunia. Di samping menyebabkan luka-luka, penganiayaan juga memperbesar resiko jangka panjang terhadap masalah kesehatan lainnya termasuk penyakit kronis, cacat fisik, penyalahgunaan obat dan alkohol. Anak dengan riwayat penganiayaan fisik dan 13 Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 Pasal 59. 9 seksual juga meningkatkan resiko untuk mengalami kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang kurang baik. Bersamaan dengan hal-hal tersebut di atas, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) terus berupaya untuk melakukan upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak dengan melaksanakan aksi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penyusun merumuskan pokok permasalahannya sebagai berikut: 1. Apa faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri? 2. Bagaimana upayaPusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak? 3. Kendala apa saja yang dihadapi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)dalam mencegah kekerasan seksual terhadap anak? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan a. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri 10 b. Untuk mengetahui upaya(P2TP2A)Kabupaten Wonogiri dalam mencegahkekerasan seksual terhadap anak. c. Untuk mengetahui kendalayang dihadapi(P2TP2A)Kabupaten Wonogiri dalam mencegahkekerasan seksual terhadap anak 2. Kegunaan Setelah mendapat jawaban dari permasalahan diatas, maka diharapkan penelitian ini berguna. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : a. Kegunaan Teoritis Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membuka paradigma berfikir dalam mendalami permasalahan kekerasan seksual terhadap anak yang banyak menjadi selama ini dan semakin marak, dan juga menjadi bahan kajian dan memberi sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. b. Kegunaan praktis 1) Bagi Prodi Ilmu Hukum, mengetahui bagaimana implementasi pencegahankekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri dan mengetahui faktor penghambat maupun pendukungnya. 2) Bagi Praktisi hukum maupun Instansi-Instansi yang terkait. 3) Bagi Peneliti, sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti dalam penerapan ilmu yang diperoleh dari perguruan tinggi. 11 D. Telaah Pustaka Setelah melakukan penelusuran, penyusun menemukan beberapa literatur yang mambahas tentang permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan kekerasan seksual terhadap Anak. Beberapa literatur tersebut adalah: Jurnal Maja Simarmata yang berjudul “Proses Rehabilitasi terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Seksual”. Perbadaan penelitian Maja dengan penyusun adalah penelitian penyusun tentanf upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak . sedangkan, penelitian saudara Maja tentang proses rehabilitasi kepada anak sebagai korban kekerasan seksual. Skripsi Desi Anggraeni yang berjudul “Pelecehan Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Prespektif Hukum Islam Dan Hukum Positif”. Skripsi ini menjelaskan tentang kejahatan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, serta mendeskripsikan hukum Islam dan hukum positif terhadap pelaku kejahatan. 14 dalam skripsi ini fokus kepada bagaimana tinjauan hukum islam dan hukum positif terhadap pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dan bagaimana sanksi terhadap pelaku pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur perspektif hukum Islam dan hukum positif. Perbedaan penelitian ini dengan penyusun adalah penelitian penyusun menitik beratkan kepada upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak sedangkan dalam penelitian saudara Dewi lebih kepada pelecehan seksual beserta dengan sanksi hukumnya. 14 Desi Anggraeni, “Pelecehan Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Prespektif Hukum Islam Dan Hukum Positif”, Skripsi, Perbandingan mazhab, Syariah Dan Hukum, Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga, 2009. 12 Skripsi Naelul Azizah yang berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Korban Pelecehan Seksual (Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pelindungan Anak). Skripsi ini menjelaskan tentang perlindungan terhadap anak yang berpacuan pada Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.15Perbedaan penelitian ini dengan penyusun adalah penilitian penyusun menitik beratkan kepada upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. Sedangkan, dalam penelitian saudara Naelul Azizah lebih menitik beratkan kepada perlindungan hukum terhadap anak sebagai korban kejahatan konsentrasi pada Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. Skripsi Aidil Fitri yang berjudul Wahyu Agung Riyadi yang berjudul “Pendampingan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Kekerasan Seksual oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Mutiara di Kabupaten Klaten”. Skripsi ini menjelaskan upaya pendampingan korban oleh P2TP2A mulai dari awal proses pelaporan hingga vonis serta tindak lanjut setelahnya. Sedangkan dalam penelitian penyusun lebih menitik beratkan terhadap upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Persamaan dari penelitian saudara Agung ini dengan skripsi yang akan dibuat oleh penyusun yaitu sama-sama penelitiannya dilakukan diPusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak(P2TP2A). 15 Naelul Azizah, Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Korban Pelecehan Seksual (Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pelindungan Anak). Jinayah Siyasah, Syariah Dan Hukum, Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga, 2011. 13 Skripsi Wahyu Agung Riyadiyang berjudul “Pendampingan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Kekerasan Seksual oleh P2TP2A Mutiara di Kabupaten Klaten”. Skripsi ini menjelaskan tentang prlindungan hukum yang dilakukan oleh P2TP2A Mutiara Kabupaten Klaten terhadap korban kekerasan seksual, di dalam nya dijelaskan mengenai upaya pendampingan korban sebelum proses sidang pengadilan, ketika proses sidang pebgadilan, dan setelah proses sidang pebgadilan. Perbedaan dengan penelitian dengan pnelitian penyusun adalah penelitian penyusun lebih menitik beratkan kepada upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. Sedangkan, penelitian saudara Wahyu meneliti mengenai upaya pendampingan hukum korban kekerasan seksual terhadap anak. Adapun persamaan dengan penelitian penyusun adalah sama-sama peneliannya berobjek pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. E. Kerangka Teoretik Dalam penjelasan Undang Undang Dasar 1945, disebutkan bahwa Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat) tidak berdasarkan kekuasaan belaka (Machtsstaat).Dalam penyelenggaraan pemerintahan berdasar atas Sistem konstitusi (Hukum dasar) tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).16 Oleh karena itu, hukum dapat dilukiskan dalam hubungannya dengan tertib hukum yang diterima oleh masyarakat dan hukum terdiri dari 16 Pasal 30 ayat (1), Undang-undang Dasar 1945. 14 peraturan yang bersifat memaksa dengan suatu alat khusus untuk menjamin keataannya.17 Segala bentuk kekerasan sejak dahulu hingga sekarang selalu mendapatkan sorotan, baik itu dari kalangan pemerintah maupun dari masyarakat itu sendiri. Persoalan kejahatan bukanlah merupakan persoalah yang sederhana terutama dalam masyarakat yang sedang mengalami perkembangan seperti Indonesia ini. Dengan adanya perkembangan itu dapat dipastikan terjadi perubahan tata nilai, di mana perubahan tata nilai yang bersifat positif berakibat pada kehidupan masyarakat yang harmonis dan sejahtera, sedangkan perubahan tata nilai bersifat negatif menjurus ke arah runtuhnya nilai-nilai budaya yang sudah ada. Hal ini menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru yang menghapus pola-pola lama yang mana akan menimbulkan permasalahan sosial.18 Problem sosial inilah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan. Kejahatan secara umum adalah perbuatan atau tindakan yang jahat yang dilakukan oleh manusia yang dinilai tidak baik, tercela dan tidak patut dilakukan. Simandjuntak menyatakan bahwa “kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat. 17 Vidia Cherria Chairunisa, “Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Wonogiri”, Skripsi (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2008), Hlm. 6. 18 71. B. Simandjuntak, Pengantar Krimilogi dan Patologi Sosial, (Bandung: Tarsito, 1981), hlm. 15 Untuk menghilangkan faktor yang mempengaruhi timbulnya kejahatan dalam kaitannya dengan kekerasan seksual terhadap anak dibutuhkan aksi pencegahan dan penangan kekerasan seksual terhadap anak. Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi, dan seimbang.19 Seperti yang diketahui juga dalam “Deklarasi Hak Anak-anak” dalam asas ke-10, mengatakan bahwa anak-anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi rasial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat yang penuh pengertian, toleransi, dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran tenaga dan bakatnya harus diabdikan kepada sesama manusia.20 Dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002, disebutkan bahwa Negara Republik Indonesia menjamin kesejahteraan setiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia.21 . 19 Hadi Setia Tunggal, Undang-undang Pengadilan Anak, (Jakarta: Harvarindo, 1997 ), hlm. 1. 20 Ibid. 21 Lihat Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. 16 Seperti yang diketahui juga dalam “Deklarasi Hak Anak-anak” dalam asas ke-10, mengatakan bahwa anak-anak harus dilindungi dari perbuatan yang mengarah ke dalam bentuk diskriminasi rasial, agama maupun bentuk-bentuk diskriminasi lainnya. Mereka harus dibesarkan di dalam semangat yang penuh pengertian, toleransi, dan persahabatan antar bangsa, perdamaian serta persaudaraan semesta dengan penuh kesadaran tenaga dan bakatnya harus diabdikan kepada sesama manusia.22 Berkaitan dengan hal di atas, pemerintah melalui undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak secara substansial telah memberikan perlindungan khusus terhadap anak korban kekerasan seksual yang termuat dalam Pasal 59 yaitu sebagai berikut: Pemerintah dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, penjualan, dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah dan penelantaran.23 Undang-undang perlindungan anak juga telah memberikan batasan umur seorang dikatakan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.24 22 Ibid. 23 Pasal 59 Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 24 Ibid., Pasal 1 angka 1. 17 Secara lebih khusus lagi dalam rangka melindungi hak-hak anak korban kekerasan, pemerintah mengeluarkan Peraturan menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak No. 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Layangan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan, dimana dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai pelayanan bagi anak korban kekerasan,25 yaitu: SPM Bidang Layanan Terpadu bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan meliputi Layanan: a. penangananpengaduan/ laporan korban kekerasan terhadap perempuan dan anak b. pelayanan kesehatan bagi perempuan dan anak korban kekerasan; c. rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan; d. penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan ; dan e. pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan 26 Menurut Barda Nawawi Arief sebagaimana dikutip oleh Teguh Prasetyo: Bahwa kebijakan untuk membuat peraturan hukum pidana yang baik, tidak dapat dilepaskan dari tujuan penanggulangan kejahatan. Sedangkan pengertian penanggulangan kejahatan itu, menurut Mardjono Reksodiputro, merupakan usaha untuk mengendalikan kejahatan agar berada dalam batas-batas toleransi masyarakat. Menurut Barda Nawawi Arief, kebijakan penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana, pada hakikatnya, merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum (khususnya hukum pidana).oleh karena itu, politik hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum. Kebijakan penanggulangan kejahatan lewat pembuatan undang-undang pidana merupakan bagian integral dari politik sosial. Politik sosial tersebut dapat diartikan sebagai segala usaha yang rasional untuk mencapai 25 Wahyu Agung Riyadi, “Pendampingan Hukum terhadap Anak sebagai Korban Kekerasan Seksual oleh P2TP2A Mutiara di Kabupaten Klaten”. Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. hlm. 13. 26 Pasal 5 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak NO. 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pelayanan Terpadu Bagi Perempuan Dananak Korban Kekerasan. 18 kesejahteraan masyarakat.27 masyarakat dan sekaligus mencakup perlindungan Mengingat makin merebaknya kasus kekerasan seksual terhadap anak di berbagai daerah, khususnya di Wonogiri, maka diperlukan berbagai upaya penanggulangan terhadap kekerasan seksual anak tersebut. Usaha penanggulangan tindak pidana hakekatnya merupakan bagian dari politik kriminal atau kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan kriminal ini dapat diartikan dalam arti sempit, arti luas dan arti paling luas. Dalam arti sempit, kebiakan kriminal diartikan sebagai keseluruha asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana. Dalam arti luas, kebijakan kriminal merupakan keseluruhan fungsi aparatur penegak hukum, termasuk cara kerja polisi dan pengadilan. Dalam arti paling luas, kebijakan kriminal yaitu keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi serta mempunyai tujuan penegakkan norma-norma sentral dalam masyarakat. Penegakkan norma-norma sentral ini dapat diartikan sebagai penanggulangan tindak pidana.28 Untuk memecahkan masalah kejahatan seksual terhadap anak Dibutuhkan sebuah upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan. Upaya atau kebijakan untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan kejahatan termasuk bidang “kebijakan kriminal” (“criminal policy”). Kebijakan 27 Teguh Prasetyo, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, (Bandung: Nusa Media, 2010), hlm. 3. 28 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2005), hlm. 1. 19 kriminal inipun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu “kebijakan sosial” (“social policy”) yang terdiri dari “kebijakan atau upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial” (social welfare policy”) dan “kebijakan atau upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat” (“social defence policy”). Dengan demikian, sekiranya kebijakan penanggulangan kejahatan (politik kriminal) dilakukan dengan menggunakan sarana “penal” (hukum pidana), maka “kebijakan hukum pidana” (“penal policy”). Khususnya pada tahap kebijakan yudikatif/aplikatif (penegakan hukum pidana in concreto) harus memperhatikan dan mengarah pada tercapainya tujuan dari kebijakan sosial itu, berupa “social welfare” dan “social defence”.29 Bambang Poernomo menyatakan bahwa menurut ilmu hukum pidana, penanggulangan tindak pidana dapat ditinjau dari dua segi, yaitu: 1. Penanggulangan preventif, yaitu tindakan yang dilakukan untuk melancarkan berlakunya hukum pada saat sebelum terjadinya perbuatan melanggar hukum secara riil. Dapat dilakukan dengan menggunakan sarana hukum maupun sarana bukan hukum (sosiologis, psychologis, kriminologis, dll); 2. Penanggulangan represif, yaitu tindakan petugas hukum terhadap perbuatan seseorang yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran hukum. Penanggulangan tindak pidana ini dimulai dari tindakan pengusutan dan penyediaan barang bukti oleh polisi, tindakan penuntutan oleh jaksa, kemudian diteruslan pemeriksaan sidang oleh 29 Moh Hatta, Kebijakan Politik Kriminal, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 37. 20 hakim yang mengutamakan analisa dari kejadian yang berakibat melanggar (mayor) dan aturan hukum (minor) yang bersangkutanuntuk memperoleh outusan Hakim (konklusi) dan berakhir dengan pelaksanaan putusan.30 Dari penjelasan di atas tentang upaya atau kebijakan pencegahan dan penanggulangan kejahatan jelas harus menunjang tujuan. Yaitu, kesejahteraan masyarakat dan perlindungan masyarakat. Dimana kedua hal tersebut sangatlah dibutuhkan bagi masyarakat khususnya pada korban kejahatan seksual pada anak. Pemerintah dirasakan masih belum mampu melaksanakan tugas Profesional dan Proporsional sesuai tuntutan masyarakat madani di era reformasi saat ini. Hal ini dapat kita ketahui beberapa kasus dari berbagai bentuk kekerasan terhadap anak terlebih lagi kasus yang tengah menjadi sorotan dunia sekarang adalah kasus kekerasan seksual terhadap anak. Penjelasan mengenai Aksi pencegahan kekerasan seksual terhadap anak diatur dalam Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual terhadap Anak 2010-2014. Yang berbunyi: Pasal 4 Pencegahan kekerasan terhadap anak meliputi kegiatan: a. Komunikasi, informasi dan edukasi tentang pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak; 30 Bambang Poernomo, Orientasi Hukum Acara Pidana, (Yogyakarta: Amarta Buku, 1984), Hlm. 88-90. 21 b. Penyusunan kebijakan pencegahan kekerasan terhadap anak; c. Partisipasi anak; d. Pelatihan tentang pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak.31 F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan metode yang baik dan sesuai dapat memungkinkan terciptanya tujuan yang tepat dan benar. Berikut ini metode yang digunakan dalam penulisan ini : 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan kombinasi yaitu penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research). a. Penelitian Lapangan (field research) yaitu suatu penelitian yang dilaksanakan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap objek tertentu yang didukung dengan bahan – bahan dari buku maupun tulisan.32merupakan penelitian yang dilaksanakan terjun langsung kelapangan untuk memperoleh data primer yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu dengan melakukan wawancara observasi agar mendapatkan data yang cukup akurat. b. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang menggunakan bahan sekunder sebagai bahan dasar acuannya 31 Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual terhadap Anak 2010-2014. 32 Suharsimi Arukinto, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 11. 22 dengan cara membaca dan mempelajari bahan – bahan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti dengan cara mempelajari buku, jurnal, artikel, perundang-undangan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembahasan. Penelitian kepustakaan (library research) digunakan untuk menemukan atau merumuskan upaya penanggulangan kejahatan seksual. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu penelitian untuk menyelesaikan masalah dengan cara mendeskripsikan masalah melalui pengumpulan, penyusunan dan penganalisisan data, kemudian dijelaskan dan selanjutnya diberi penilaian.33 Dalam penelitian ini penyusun memaparkan mengenai upaya pemerintah menanggulangi kejahatan seksual terhadap anak di dalam Kabupaten Wonogiri kemudian menganalisis dengan pasal – pasal dalam KUHP (Kitab Undang – undang Hukum Pidana), dan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap anak 2010-2014. 3. Pendekatan penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris. Yang dimaksud dengan jenis penelitian yuridis empiris yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh 33 Rianto Adi, Metedologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granniti, 2004), hlm. 128. 23 pengetahuan tentang bagaimana hubungan hukum dengan masyarakat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum dalam masyarakat. Jenis penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung dilapangan dengan tujuan untuk mengumpulkan data yang objektif yang disebut dengan data primer.34 Secara umum penelitian yuridis empiris adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian seperti pelaku, persepsi, motivasi dan lain sebagainya. Sifat yang tidak kaku memberi peluang kepada peneliti untuk menyesuaikan diri dengan konteks yang ada. Dalam hal ini penyusun berinteraksi dengan informan, sehingga peneliti dapat menangkap dan merefleksi dengan cermat apa yang diucapkan dan dilakukan oleh informan.35 Penggunaan metode pendekatan yuridis empiris dalam penelitian ini diharapkan mampu memahami dan mengkaji tentang peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)dalam upaya menanggulangi kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini memfokuskan pada kajian hukum pidana yang berkaitan dengan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam upaya 34 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra aditya Bakti, 2004), hlm.53. 35 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2008), hlm. 15. 24 pencegahan kekerasan peraturan/perundangan, seksual surat terhadap keputusan, yang anak dengan berlaku dengan kenyataan yang ada dilapangan. 4. Sumber data Pengumpulan data yang digunakan menelaah terhadap bahan-bahan pustaka dan lapangan yang dalam penelitian hukum mencakup data primer dan data sekunder yaitu : a. Data primer adalah data yang diperoleh dari pihak pertama.36 Data primer ini akan diperoleh secara langsung dari responden di lokasi Penelitian yaitu dari Kader-kader Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)dan masyarakat maupun melalui peneliti sendiri yang melakukan participant observation sebagai data informan dari hasil penelitian lapangan yakni di Kabupaten Wonogiri. b. Data sekunder merupakan data dalam penelitian yang diambil dari studi kepustakaan yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan non hukum. Data sekunder diperoleh dengan studi dokumentasi dan penelusuran literatur yang berkaitan dengan teori yang mendukungnya. Sedangkan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1) BahanHukum Primer 36 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 2007), hlm. 12. 25 Bahan hukum primer adalah bahan yang memiliki kekuatan mengikat yang berkaitan dengan obyek penelitian, yakni : a) Kitab Undang – undang Hukum Pidana b) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak c) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak d) Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga e) Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010, tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap anak. f) Surat Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 370 Tahun 2011 dengan adanya perkembangan situasi dan kondisi maka perlu ditinjau kembali dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bupati Wonogiri Nomor 289 Tahun 2013 tentang Pembentukan TIM Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak. 2) BahanHukum Sekunder Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, misalnya : a) Dokumen – dokumen resmi. 26 b) Buku – buku literatur yang berkaitan dengan permasalahan. c) Hasil – hasil penelitian para pakar hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3) Bahan Hukum Tersier (non hukum) Bahan Hukum Tersier adalah bahan hukum yang bersifat menunjang bahan hukum primer dan sekunder, yakni : a) Kamus Hukum b) Kamus Besar Bahasa Indonesia c) Ensiklopedia 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data diperlukan agar data yang diperoleh merupakan data – data yang akurasi dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini akan dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut : a) Wawancara (interview),digunakan sebagai cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan wawancara dengan nara sumber atau responden.37 Dan dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan Anggota Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan Kepolisian, Masyarakat,serta Aparatur Pemerintahan yang ikut terlibat, seperti Kepala Desa dan Perangkat Desa. 37 M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, Teknik Penulisan Skripsi dan Thesis, Landasan Teori Hipotesis Analisa Data Kesimpulan. ( Yogyakarta, Zenith Publisher 2006 ), hlm. 45. 27 6. Populasi dan Sample Dalam penelitian ini penentuan populasi berdasarkan purposivee sampling yaitu penentuan sample berdasarkan kriteria tertentu yang diharapkan memiliki informasi yang akurat.38 Sample dalam penelitian ini sebagai berikut : No Jenis Sample Jumlah Lokasi Desa Nglames 1 Kecamatan Wonogiri 2 Desa Bagi Desa Sugihwaras 2 Kecamatan Ngadirojo 2 Desa Tulung Desa Mejayan 3 KecamatanSidoharjo 2 Desa Krajan DesaPlumpungrejo 4 Kecamatan Jatisrono 2 Desa Purwosari Tabel. 1. Sample dalam penelitian 7. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dijadikan tempat penelitian ini adalah Polres Wonogiri, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dan wilayah Kabupaten Wonogiri. Pemilihan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah bahwa di Kabupaten 38 Suharsimi Arikanto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek., hlm. 15. 28 Wonogiri kasus kejahatan seksual terhadap anak dari tahun ke tahun semakin meningkat. 8. Analisa Data Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain, dilakukan untuk menganalisis pokok masalah yaitu berkaitan dengan upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak khususnya di Kabupaten Wonogiri serta Kendala apa yang dihadapi Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), dan Masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. Kemudian di deskripsikan setelah itu di analisis pokok permasalahan tersebut. Analisa data kualitatif adalah deduktif, yaitu bertolak dari hal – hal yang bersifat umum ke khusus. G. Sistematika Pembahasan Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab sistematika pembahasan dimana masing-masing bab memiliki keterkaitan antara bab yang satu dengan yang lain meliputi : Pada bab pertama, merupakan bab pendahuluan yang memberikan ilustrasi guna memberikan informasi yang bersifat umum dan sistematis terdiri dari latar 29 belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoretik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Pada bab kedua, membahas tentang Tinjauan Umum Mengenai Anak Dan Kekerasan Seksual Terhadap Anak meliputi Pengertian Anak, Pengertian Kekerasan Seksual terhadap anak, Faktor-faktor penyebab kekerasan anak, akibat yang ditimbulkan, dasar hukum kekerasan seksual terhadap anak, dan juga dibahas teori penanggulangan kejahatan. Pada bab ketiga, membahas mengenai wilayah penelitian dalam bab inidiuraikan dahulu gambaran umum wilayah Kabupaten Wonogiri yang meliputi letak wilayah, luas wilayah, karakteristik wiilayah.Pembahasan ditujukan pada Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A),Dasar Hukum, Tugas, Wewenang,visi misi, dan struktur organisasi. Pada bab keempat, pembahasan ditujukan pada upaya pencegahan seksual terhadap anak, faktor-faktor yang melatarbelakangi kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri, dasar hukum pengaturan uapaya pencegahan kekerasan seksual oleh P2TP2A.dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi oleh P2TP2A dalam menanggulangi kekerasan seksual. Pada bab kelima, bab ini merupakan bagian akhir dari penelitian yang berisikan kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai kesimpulan dan saran terkait permasalahan yang ada. 121 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang dilakukan oleh penyusun melalui penelitian di P2TP2A Kabupaten Wonogiri tentang Upaya Penanggulangan Kekerasan Seksual di Kabupaten Wonogiri maka diperoleh kesimpulan mengenai beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Dari penelitian yang penyusun lakukan ditemukan beberapa faktor utama penyebab terjadinya kekerasan seksual terhadap anak di Kabupaten Wonogiri adalah kurangnya pendidikan agama yang kuat pada anak, kurangnya perhatian orang tua karena ditinggal merantau,kurangnya kepedulian masyarakat bertetangga, kurangnya pendidikan seks pada anak sesuai usia, kemiskinan dan pengangguran, pergaulan bebas dan gaya hidup, hilangnya karakter dan budaya bangsa, globalisasi informasi (IT). 2. Kewenangan P2TP2A untuk melakukan Pencegahan dalam menanggulangi Kekerasan Seksual terhadap Anak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010, tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap anak Pasal 4-8.Upaya pencegahan yang dilakukan oleh P2TP2A adalah advokasi, sosialisasi, dan komunikasi informasi edukasi (KIE) 3. Sedangkan kendala yang dihadapi oleh Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak dalam menanggulangi Kekerasan 122 Seksual terhadap Anaka yaitu kurangnya dukungan dan Komitmen dari SKPD meluputi : BKBKSPP, Dinas Pendidikan, DISHUBKOMINFO, DISBUDPARPORA, KPT, SATPOL PP, DISPERINDAGKOP, BAKESBANGPOLINMAS, Bagian Hukum, Bagian Humas, Bagian Kesra, Kecamatan, Desa atau kelurahan, PKK. Kurangnya Koordinasi antar TIM P2TP2A, Kurangnya Dukungan Keluarga Korbanuntuk melaporkan kejadian kekerasan seksual yang dialami oleh anggota keluarganya dikarenakan malu dan ketakutan terhadap stigma dalam masyarakat. B. Saran 1. Pemerintah Daerah dalam mengembangkan fungsi P2TP2A hendaknya memberikan dukungan baik dukungan dana operasional maupun bantuan pelatihan peningkatan Sumber Daya Manusia, Anggota P2TP2A. 2. SKPD yang terkait Harus lebih kooperatif dalam menjalankan tugasnya untuk mempermudah jalannya Upaya pencegahan kekerasan seksual terhadap anak. 3. Sebagai Pusat Pelayanan yang terintegrasi dalam upaya Pemberdayaan Perempuan di berbagai bidang pembangunan, serta perlindungan perempuan dan anak dari berbagai jenis diskriminasi dan tindak kekerasan. Dalam mencegah Kekerasan Seksual terhadap Anak harus dilakukan lebih optimal dan dapat meningkatkan koordinasi serta integrasi terhadap semua pihak yang terkait. 123 DAFTAR PUSTAKA A. Klasifikasi Buku-buku Arief Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005. Arief, Barda Nawawi, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Hukum Pidana dalamPenanggulangan Kejahatan, Jakarta: kencana, 2007. Arief Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), cet. Ke-3 Jakarta: Kencana, 2011. Arikanto Suharsimi, Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998. B. Simandjuntak, Pengantar Krimilogi dan Patologi Sosial, Bandung: Tarsito, 1981. BKKBN, Advokasi, Aksi, Perubahan, dan Komitmen, Jakarta, 2002. Bisri Cik Hasan (ed) dkk., Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia, cet. Ke-2, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1995. Dellyana, Shanty, Wanita dan Anak di Mata Hukum, Cet. Ke-1 Yogyakarta: Liberty, 1988. Faqih Mansur, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004. Hatta Moh, Kebijakan Politik Kriminal, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010. Hurairah Abu, Kekerasan terhadap Anak, cet. Ke-1 Bandung: Nuansa, 2006. M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, Teknik Penulisan Skripsi dan Thesis, Landasan Teori Hipotesis Analisa Data Kesimpulan. Yogyakarta, Zenith Publisher 2006 . Marta Aroma Elmina, Kekerasan dan Hukum, Yogyakarta: UII Press, 2003. Meliala Qirom Syamsudin dan E. Sumaryono, Kejahatan Anak Suatu Tinjauan Dari Psikologi Hukum,Cet. Ke-1 Yogyakarta: Liberty, 1985. 124 Muhammad Abdulkadir, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: PT. Citra aditya Bakti, 2004. Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-teori dan Kebijakan Hukum Pidana, Bandung: Alumni, 2010. P. A. F Lamintang dan Theo Lamintang, Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan, Jakarta: Sinar Grafika, 2009. Prasetyo Teguh, Kriminalisasi dalam Hukum Pidana, Bandung: Nusa Media, 2010. Prinst Darwan, Hukum Anak Indonesia, Cet. Ke-1 Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997. Rianto Adi, Metedologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granniti, 2004. RitolaWien, Pencegahan Kekerasan terhadap Anak di Lingkungan Pendidikan, Jakarta: P2TP2A, 2011. Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 2007. SofianAhmad dkk, Kekerasan Seksual terhadap Anak Jermal, Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1999. Suharto Edi, Pembangunan, Kebijakan Sosial Dan Pekerjaan Sosial, Bandung: Lembaga Studi Pembangunan-Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1997. Sumiarni, Endang, Perlindungan Terhadap Anak di Bidang Hukum, Yogyakarta: Universitas Atmajaya, 2000. Sutoyo Johannes, Anak dan Kejahatan, Jakarta: jurusan kriminologi FISIP UI dan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia, 1993. Tunggal, Hadi Setia, Undang-undang Pengadilan Anak, Jakarta: Harvarindo, 1997. Umar Nasaruddin, Argumen Kesetaraan Gender Prespektif Al-quran, Jakarta: Paramadina, 2011. WahidAbdul dan Muhammad Irfan, Perlindungan terhadap Korban Kekerasan Seksual (Advokasi atas Hak Asasi Perempuan), Cet. Ke-1, Bandung: P.T. Refika Aditama, 2001. 125 B. Klasifikasi Perundang-undangan Kitab Undang-Undang Hukum perdata. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 02 Tahun 2010, tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap anak. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-undang Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Undang-Undang Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. C. Klasifikasi Skripsi Simarmata, Maja, Proses Rehabilitasi Terhadap Anak Sebagai Korban Kekerasan Seksual, Jurnal, Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Anggraeni, Desi, Pelecehan Seksual Terhadap Anak Di Bawah Umur Dalam Prespektif Hukum Islam Dan Hukum Positif, Perbandingan mazhab, Syariah Dan Hukum, Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga, 2009. Azizah, Naelul, Perlindungan Hukum terhadap Anak Sebagai Korban Pelecehan Seksual (Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pelindungan Anak). Jinayah Siyasah, Syariah Dan Hukum, Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga, 2011. Chairunisa Vidia Cherria, Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Perjudian di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Wonogiri, (Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2008). Riyadi, Wahyu Agung, g-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Pelindungan Anak). Jinayah Siyasah, Syariah Dan Hukum, Universitas Islan Negeri Sunan Kalijaga, 2011. 126 Yutama Primayuda, Upaya Non Penal Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di Kabupaten Sleman, (Yogyakarta: UGM, 2011). D. Lain-lain http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25743/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 16 Maret 2014. http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/2013/12/15-JenisKekerasan-Seksual_2013.pdf. diakses tanggal 23 Februari 2014. http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/07/18/mq4ys6-2013-daruratnasional-kejahatan-seksual-terhadap-anak, akses tanggal 26 Desember 2013. http://www.solopos.com/2014/06/04/pencabulan-wonogiri-duh-bocah-14-tahundi-wonogiri-setubuhi-balita-511393 diakses 05 mei 2014.