struktur kelembagaan

advertisement
KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK
DISAMPAIKAN OLEH
ASISTEN DEPUTI PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
Riau, 31 Agusttus 2015
1
SEJARAH P2TP2A
 Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki
komitmen untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
dan anak, serta menghapuskan segala bentuk diskriminasi
termasuk kekerasan yang seringkali dialami oleh perempuan
dan anak.
 KPP-PA sebagai salah satu lembaga pemerintah yang memiliki
tugas dan fungsi untuk mewujudkan kesetaraan gender yang
bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat
perempuan agar perempuan dapat berpartisipasi di segala
bidang pembangunan.
 Untuk merealisasikan komitmen tersebut, maka sejak tahun
2002 melakukan Kesepakatan Bersama Kementerian
Pemberdayaan Perempuan (KPP),KemKes, KemSos dan
Kepolisian (KATMAGATRIPOL) telah membentuk Pusat
Pelayanan Terpadu (PPT) berbasis Rumah Sakit
2
LANJUTAN
. Tahun 2004 diperkuat dalam UU PKDRT dan Tahun 2007
dalam UU PTPPO untuk pembentukan Pusat Pelayanan
Terpadu
. Beberapa daerah telah membentuk dengan Pusat Pelayanan
Terpadu Pemberdayaan Perempuan (P2TP2), dan setelah
nomenklatur KPP-PA, maka menjadi Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A)
 P2TP2A juga tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP) tahun 2008, sehingga Pemda, Masyarakat dan Swasta
mendukung pembentukan P2TP2A untuk memberdayakan
kaum perempuan dan melindungi perempuan dan anak dari
segala bentuk diskriminasi. Dimana pada akhir-akhir ini
permasalahan kekerasan terhadap perempuan dan anak
semakin meningkat, seperti tindak kekerasan dalam rumah
tangga, perdagangan orang (trafficking),dll.
3
KONSEP P2TP2A
. P2TP2A yang dibentuk oleh pemerintah atau berbasis
masyarakat pada awalnya diharapkan sebagai tempat
pelayanan yang terintegrasi meliputi: pusat rujukan, pusat
konsultasi usaha, konsultasi kesehatan reproduksi, konsultasi
hukum, pusat krisis terpadu (PKT), pusat pelayanan terpadu
(PPT), pusat pemulihan trauma (trauma center), pusat
penanganan krisis perempuan (women crisis center), pusat
pelatihan, pusat informasi iptek (PIPTEK), rumah aman
(shelter), rumah singgah, atau bentuk lainnya.
- Namun konsep yang kedepan diharapkan sebagai lembaga
berbasis masyarakat yang berperan sebagai unit crisis center
dengan melakukan layanan pengaduan, kesehatan,
rehabilitasi sosial, konseling, pendampingan hukum,
pemulangan dan reintegarsi sosial (bagi korban trafiking)
dengan memperluas fungsi layanan yaitu layanan promosi
dan pemberdayaan bagi korban kekerasan.
4
MANDAT P2TP2A
• 2 (dua) mandat utama, terdiri dari:
• Pemberdayaan perempuan; dan
• Perlindungan perempuan dan anak;
• Pemberdayaan perempuan diperuntukkan bagi perempuan
korban kekerasan yang telah mendapatkan perlindungan,
bebas dari diskriminasi dan kekerasan akan menjadi
perempuan mandiri dan dapat mengambil keputusan, dalam
mendukung terwujudnya kesetaraan gender di berbagai
bidang pembangunan
• Sebagai unit crisis center dalam upaya perlindungan
perempuan dan anak dari tindak kekerasan
5
P2TP2A MELIPUTI
 . pusat informasi
 pusat konsultasi
 layanan pengaduan
 layanan kesehatan tingkat awal
 layanan rehabilitasi sosial
 layanan bimbingan rohani
 layanan penjangkauan
 layanan bantuan hukum
 layanan pemulangan dan reintegrasi sosial
 pusat rujukan
 Ruang singgah sementara (shelter)
 Pengumpulan data kekerasan
 l pemberdayaan
6
STRUKTUR KELEMBAGAAN
 Struktur kelembagaan P2TP2A di daerah yaitu
berbentuk struktural dan Non Struktural;
 Struktur kelembagaan P2TP2A struktural yaitu
berbentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah
(Eselon III / IV) , ada di Kab. Bireuen Prov
NAD, Kota Bandung dan akan dirintis di Kab
Sleman;
 Struktur kelembagaan P2TP2A dibawah
koordinasi Badan PP baik secara menginduk
langsung (sebagian besar) maupun
mempunyai otoritas kewenangan terpisah
(P2TP2A Prov. Jabar, Banten)
 Struktur kelembagaan berbentuk Pusat
Pelayanan Terpadu berbasis Rumah Sakit.
7
LANJUTAN
• Pada awal pembentukannya di 3 (tiga) daerah, yaitu Provinsi
•
Lampung, Kabupaten Sidoarjo dan Kota Bandung telah
dijadikan pilot project dan hingga tahun 2013 telah
terbentuk di 34 Provinsi dan 264 Kabupaten/Kota.
Hal ini disebabkan karena adanya kepedulian dan komitmen
yang tinggi dari Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan
Kota dalam mewujudkan kesetaraan gender, melalui
pembentukan P2TP2A.
8
AKTIFITAS P2TP2A
. Kegiatan Promosi yaitu memberikan informasi kepada
masyarakat antara lain tentang keberadaan P2TP2A, jenis
pelayanan yang tersedia serta fasilitas yang dimilikinya.
• Kegiatan Pelayanan yaitu pemberian pelayanan berupa
konseling, pendidikan dan pelatihan, pendampingan, dll.
• Kegiatan Pengembangan Jejaring yaitu membentuk jaringan
kerjasama dengan berbagai pihak yang dibangun dan
dikembangkan melalui berbagai forum seperti pertemuan
konsultasi dan koordinasi secara teratur atau komunikasi
melalui media.
• Sebagai Pusat Rujukanya itu merujuk ke pusat pelayanan
lainnya jika P2TP2A tidak memiliki fasilitas. Sehingga
masyarakat tetap dapat memperoleh pelayanan.
9
Kondisi Faktual Saat Ini
10
REGULASI
•
•
•
Inisiasi regulasi nasional belum ditetapkan dalam
UNIT CRISIS CENTER P2TP2A dengan Peraturan
Menteri PP PA;
Beberapa daerah inisisasi Pembentukan P2TP2A
dengan Peraturan Daerah, Peraturan
Gubernur/Peraturan Bupati/Peraturan Walikota;
Beberapa daerah belum menetapkan Perda
Peyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan
anak.
11
STRUKTUR KELEMBAGAAN
 Beragamnya struktur kelembagaan P2TP2A di
daerah yaitu dalam bentuk Unit Pelaksana Teknis
Dinas/Badan, di bawah koordinasi dengan Badan
PP, berbasis kepolisian dan berbasis mandiri;
 Struktur kelembagaan P2TP2A perlu
dipertimbangkan untuk bersinergi dengan Badan
PP dan disesuaikan dengan kebutuhan dan
kondisi daerah;
 Beragamnya struktur kelembagaan P2TP2A akan
mempengaruhi terhadap mekanisme koordinasi,
pembagian tugas divisi/bidang kerja dan
penyusunan program kegiatannya.
 Dengan beragamnya struktur kelembagaan tersebut
tentu mempunyai peluang, tantangan dan hambatan
yang berbeda pula dalam melaksanakan fungsi-fungsi
layanan yang telah ditetapkan serta ditentukan dengan
kebutuhan daerah saat itu ketika membentuk unit
layanan ini.
12
TUGAS P2TP2A KAB/KO
 Melakukan layanan pencegahan dan
penanganan kekerasan terhadap
perempuan dan anak
 Melakukan koordinasi dan perujukan antar
lembaga layanan
 Melakukan kemitraan dengan dunia usaha
 Melakukan monitoring, evaluasi dan
pelaporan
 Melakukan pembinaan bagi Lembaga
Perlindungan Perempuan dan anak tingkat
Kecamatan dan Desa
13
DIVISI/BIDANG
 Divisi-Divisi dalam layanan, meliputi Divisi
Pencegahan dan Pemberdayaan; Divisi
Layanan Pengaduan; Divisi
Pendampingan dan Layanan Psiko Sosial;
Divisi Pendampingan dan Layanan
Bantuan serta Penegakan Hukum; Divisi
Layanan Pemulangan dan Reintegrasi
Sosial.
 Divisi-Divisi tersebut dipimpin oleh seorang
Kepala Divisi yang berada di bawah
koordinasi dan bertanggung jawab
kepada Ketua yang dipilih secara selektif
14
MEKANISME KOORDINASI
 Mekanisme koordinasi melibatkan K/L terkait,
SKPD maupun aparat penegak hukum, sehingga
perlu mekanisme birokrasi yang optimal;
 Mekanisme koordinasi masih dengan pendekatan
informal, sehingga belum terbangun secara
kelembagaan;
 Mekanisme koordinasi hanya pelayanan
penanganan, belum pada layanan pencegahan
dan pemberdayaan;
 Belum adanya sistem monitoring, evaluasi dan
pelaporan pelaksanaan P2TP2A.
15
KAPASITAS SDM
 Dengan tugas dan fungsi P2TP2A yang
tidak hanya melakukan pelayanan
korban kekerasan saja, tapi harus juga
pada fungsi pencegahan dan
pemberdayaan, maka diperlukan
peningkatan kapasitas SDM yang terlatih
dan tersertifikasi;
 Pelatihan peningkatan kapasitas SDM P2TP2A
tidak hanya mampu berkoordinasi dengan sektor
terkait, tetapi juga mampu sebagai SDM garda
terdepan yang mempunyai sensitifitas gender dan
peduli anak;
16
DUKUNGAN ANGGARAN
 Dukungan anggaran menjadi salah satu alasan
tidak maksimalnya operasional pengembangan
P2TP2A di daerah;
 Dukungan anggaran disesuaikan dengan struktur
kelembagaan P2TP2A, baik dibantu dengan APBD
maupun dengan dana hibah, sehingga
mempunyai kesulitan yang berbeda (dana hibah
tidak bisa dianggarkan setiap tahun);
 Dukungan anggaran bisa diakomodir, jika ada
regulasi yang jelas dalam pengaturannya.
(Beberapa daerah inisiasi dalam Perda
Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan dan
Anak Korban Kekerasan)
 Dukungan anggaran belum melibatkan dunia
usaha melalui Corporate Social Responsibility
(CSR)
17
PERAN KPP PA
 Menetapkan kebijakan P2TP2A pada program dan
kegiatan dalam pembangunan nasional maupun daerah
 Sebagai pembina teknis untuk memperkuat
pengembangan kelembagaan P2TP2A dan mendorong
Pemda mengembangkan kapasitas SDM P2TP2A sesuai
dengan tantangan isu globalisasi untuk pemberdayaan
perempuan, perlindungan perempuan dan pemenuhan
hak/perlindungan anak
 Mendorong Pemda mengembangkan model-model
pengembangan P2TP2A yang lebih mandiri dengan
melibatkan pilar pemerintah, masyarakat dan dunia usaha
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan P2TP2A di
Pusat dan Daerah serta melakukan sosialisasi dan
advokasi
 Membangun sistim monev dan pelaporan P2TP2A
18
REKOMENDASI
 Penyusunan Perda Penyelenggaraan Perlindungan Perempuan
dan Anak dengan mandat pembentukan lembaga perlindungan
P2TP2A
 Terintegrasi dalam isu prioritas RPJMD, Renstra SKPD
 Forum koordinasi TAPD dan Badan PP serta lembaga layanan
untuk peningkatan efektifitas lembaga layanan < Instansi Vertikal,
SKPD terkait, PSW, dan dunia usaha
 Penguatan kapasitas SDM pengelola dan pendamping dengan
kerjasama lembaga profesional
 Peningkatan jejaring dengan kemitraan
 Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan
19
TERIMA
KASIH
Download