BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN ALOR 2.1 LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Alor sebagai salah satu dari 16 Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah wilayah kepulauan dengan 15 pulau yaitu 9 pulau yang telah dihuni dan 6 pulau lainnya belum atau tidak berpenghuni. Luas wilayah daratan 2.864,64 km², luas wilayah perairan 10.773,62 km² dan panjang garis pantai 287,1 km 1 . Secara geografis daerah ini terletak di bagian utara dan paling timur dari wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 8º6’LS - 8º36’ LS dan 123º48’ BT - 125º48’ BT. Batas alam Kabupaten Alor disebelah utara dengan Laut Flores, sebelah selatan dengan Selat Ombay, sebelah timur dengan Selat Wetar dan perairan Republik Demokratik Timor Leste dan sebelah barat dengan Selat Alor (Kabupaten Lembata) 2 . Pulau Alor merupakan bagian dari Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sekitar 260 km dari Kupang (Ibu Kota Provinsi NTT), 360 km dari Ende (Flores), dan 1600 km sebelah Timur Ibu Kota Jakarta. Lokasi ini bisa dicapai dengan menggunakan kapal boat dari Kupang selama sekitar 8 jam atau 55 menit dengan menggunakan pesawat udara melalui Bandara Mali. Secara geografis kondisi daerah Alor merupakan daerah dengan pegunungan yang tinggi, dibatasi oleh lembah juga jurang yang cukup dalam dan sekitar 60 persen wilayahnya mempunyai tingkat kemiringan di atas 40 persen. Dataran tinggi Alor merupakan daerah yang cocok untuk pengembangan pertanian karena mempunyai tingkat kesuburan yang tinggi sedangkan daerah lereng lebih cocok untuk pengembangan sistem terasering. Iklim yang tidak menentu merupakan hambatan atau masalah yang klasik di Alor. Selain itu curah hujan yang juga tidak menentu dan merata dimana musim penghujan relatif lebih pendek daripada musim kemarau. Keadaan geografis yang berbukit dan wilayah yang terjal merupakan rintangan untuk percetakan atau perluasan lahan sawah dan ladang untuk tanaman pangan. 1 Pokok-pokok Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah dalam rangka percepatan dan pemantapan pelaksanaan pembangunan daerah tertinggal Kabupaten Alor tahun 2005-2009 Provinsi Nusa Tenggara Timur (Materi Expose Bupati Alor pada Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal dan Departemen/Lembaga terkait lainnya di Jakarta pada tanggal, 31 Mei 2005). Pemerintah Kabupaten Alor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2005.hal 1 2 Ibid, Hal 1 II - 1 Sumber : Emergency and Humanitarian Action South East Asia Region : World Health Organization, Earthquake Situation Report 18 November 2004, www. Updates_on_Earthquake_18nov04earthquake_sit_rep-Alor[1]. Gambar 2.1 Peta Kabupaten Alor, NTT Alor adalah kelompok terakhir dari pulau-pulau di ujung timur jauh dalam gugusan Kepulauan Solor-Alor. Jaraknya sekitar 65 kilometer dari Pulau Timor. Negara Timor Leste dapat dengan mudah dilihat dari Pantai Kolana, Alor Timur. Kepulauan Alor terdiri dari 15 buah pulau sebagian dihuni dan tidak dihuni. Pulau berpenghuni terbanyak adalah Alor, diikuti oleh Pantar, Pura, Ternate, Tereweng, Buaya, Kangge dan Kepa. Sedangkan dari aspek Geofisika, Kabupaten Alor merupakan daerah yang rawan gempa bumi karena terletak pada jalur Laut Banda yang merupakan area pertemuan 3 (tiga) lempeng bumi. 2.2 KONDISI GEOLOGI DAN GEOMORPHOLOGI Kabupaten Alor terdiri dari 2 pulau besar yaitu Pulau Alor dan Pulau Pantar serta beberapa pulau kecil yang letaknya termasuk dalam Wilayah Jalur Gempa Tektonik di Indonesia sehingga memiliki resiko terjadinya gempa tektonik secara periodik. Wilayah Pulau Alor merupakan wilayah rawan gempa bumi yang bersumber dari sistem patahan naik busur belakang Flores, membentang di sebelah utara Pulau Alor berarah barat-timur. Sejarah mencatat bahwa wilayah ini telah beberapa kali mengalami kejadian gempa bumi merusak. Tercatat dalam dua II - 2 dekade terakhir adalah pada tahun 1987, kemudian tahun 1991 dimana gempa yang terjadi cukup menghancurkan Kota Kalabahi dan terakhir gempa bulan November tahun 2004. Morfologi Pulau Alor berupa dataran terdiri dari daratan pantai, daratan alluvial, dataran rombakan koral dan daratan rombakan batuan gunung api. Morfologi ini tersusun oleh batuan lunak bersifat lepas, urai dan belum padu sehingga rentan terhadap goncangan gempa bumi. Kota Kalabahi, Mailelang, Likuwantang, Limbur, Lembah Adagai, Taramana, Koilela, Niakena, Kolana dan Bukapiting terletak pada morfologi daratan pantai dan daratan aluvial. Sedangkan morfologi bagian tengah Pulau Alor berupa perbukitan yang tersusun oleh endapan rombakan gunung api berumur tersier dan kuarter. Batuan ini sebagian besar lapuk, lepas, urai dan belum padu sehingga rentan terhadap goncangan gempa bumi yang dapat memicu terjadinya longsoran. Berikut ini Peta Provinsi NTT pada Gambar 2.2. LEGEND Gambar 2.2 Peta Provinsi NTT Berdasarkan posisi Alor dalam wilayah jalur gempa dan sejarah terjadinya gempa di Alor seperti di atas, maka diprediksi oleh pakar gempa bahwa kemungkinan terjadinya gempa tektonik di Alor secara periodik adalah pada setiap 5 atau 6 tahun kemudian. II - 3 Lempeng Eurasia Lempeng Pasifik Sumber: Departemen ESDM, 200 Sumber : Badan Metereologi dan Geofisika, 2005 Gambar 2.3 Peta Pola Tektonik Wilayah Indonesia Pola tektonik di wilayah Nusa Tenggara Timur dikontrol oleh pola tektonik di Samudera Hindia, seperti terlihat pada Gambar 2.3. Samudera Hindia berada di atas lempeng samudera (Indian – Australian Plate) yang bergerak ke utara dengan kecepatan antara 6 – 8 cm per tahun. Pergerakan ini menyebabkan Lempeng India – Australia menabrak lempeng benua Eropa – Asia (Eurasian Plate). Di bagian barat tabrakan ini menghasilkan Pegunungan Himalaya. Sedangkan di bagian timur menghasilkan penunjaman (subduction) yang ditandai dengan palung laut yang disebut Java Trench, yang membentang dari Teluk Benggala, Laut Andaman, di Selatan Pulau Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara, hingga Laut Banda di Maluku. Pada Gambar 2.4 dibawah ini terlihat pola tektonik Samudra Hindia. Untuk di Nusa Tenggara merupakan penunjaman dan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (Flores Island) yang arahnya terlihat pada Gambar 2.4, serta sesar aktif (The Great Sumatera Fault) yang membelah Pulau Sumatera. II - 4 Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2005 Gambar 2.4 Pola Tektonik di Samudra Hindia Sedangkan Gambar 2.5 berikut ini menunjukkan sebaran palung dan gunung api di Indonesia. Hal ini menggambarkan bahwa Indonesia berada dalam zona aktif tektonik. Sehingga wilayah Nusa Tenggara berada di kawasan yang selalu terancam gempa tektonik, oleh karena itu seluruh aspek perencanaannya harus antisipatif terhadap ancaman tersebut. Sumber : Departemen Energi dan SumberDaya Mineral, 2005 Gambar 2.5 Sebaran Palung dan Gunung Api di Indonesia II - 5 Penunjaman Lempeng India–Australia juga mempengaruhi bentuk atau geomorfologi Kepulauan Nusa Tenggara. Karena penunjaman, bagian utara Kepulauan Nusa Tenggara menjadi terangkat, sedangkan bagian timur menjadi bagian yang relatif turun. Hal ini menyebabkan bagian barat mempunyai dataran pantai yang sempit dan kadang-kadang terjal. Berikut ini gambaran mengenai sebaran lokasi gempa di Indonesia. Sumber : Departemen Energi dan SumberDaya Mineral, 2005 Gambar 2.6 Sebaran Lokasi Gempa di Indonesia 2.3 KONDISI SOSIAL BUDAYA Di Kabupaten Alor terdapat aneka ragam bahasa lokal (19 etnolinguistik) dan kesenian tradisional, upacara adat dan kearifan lokal. Secara linguistik Alor memang bermacam-macam. Sebuah survay terkini yang dilakukan oleh penelitipeneliti dari Universitas Leiden – Belanda, menunjukan bahwa di Kepulauan Alor terdapat kira-kira 14 bahasa daerah. Kebanyakan dari bahasa-bahasa tersebut berhubungan dengan bahasa-bahasa Papua, kecuali bahasa yang dipakai oleh beberapa komunitas nelayan di daerah pesisir yang umumnya diakui sebagai bahasa Alor, bahasa yang memiliki hubungan dengan bahasa Lamaholot, salah satu bahasa dalam rumpun bahasa Austronesia yang dipakai di Flores timur. 2.3.1 Agama Pada tahun 2003, jumlah penduduk Kabupaten Alor adalah 168.965 jiwa. 3 , Dari jumlah tersebut, mayoritas penduduk yakni sekitar 75 persen memeluk agama Kristen Protestan, dan selebihnya menganut Islam, Katolik, Hindu dan Budha. Meskipun demikian, sebagian dari mereka juga menganut 3 BPS Kabupaten Alor, Alor Dalam Angka Tahun 2003, hal 31 II - 6 kepercayaan lokal dan memegang kuat keyakinan tradisional. Misionaris Protestan tiba di Alor sekitar tahun 1905 dan membuka sekolah minggu serta gereja pertama di Alor Kecil, sebuah kampung Muslim 4 . Bangunan tempat ibadah untuk masing-masing umat beragama tersebar di seluruh kecamatan yaitu 484 gereja untuk umat Kristen, 20 gereja untuk umat Katolik, 92 mesjid untuk umat Islam, dan 1 pura untuk umat Hindu/Budha 5 . 2.3.2 Pendidikan Sampai dengan saat ini kinerja pendidikan di Kabupaten Alor belum cukup baik yang antara lain ditunjukkan oleh pencapaian indikator kinerja yang masih rendah. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2002 mencapai 7,0 tahun 6 . Angka melek aksara penduduk usia 15 tahun keatas pada tahun 2004 mencapai 93,41 persen. Namun demikian angka melek aksara penduduk usia muda (15-24 tahun) sudah mencapai 98,15 persen. Angka partisipasi sekolah untuk kelompok usia 7-12 tahun mencapai 92,71 persen dan untuk kelompok usia 13-15 tahun mencapai 79,17 persen. Dengan demikian dapat disimpulkan dari 100 anak usia 7-12 tahun masih ada 7-8 anak yang tidak sekolah dan dari 100 anak usia 13-15 tahun masih terdapat 21 anak yang tidak sekolah. Tabel 2.1 Jumlah Lembaga Pendidikan Alor Sebelum Terjadinya Bencana Kecamatan SDLB MI Sub Jumlah MTs Alor Timur laut 4 13 13 1 1 0 18 Alor Selatan 1 17 17 2 2 0 20 Alor Barat Daya 6 27 Alor Timur 4 18 Alor Tengah Utara 1 18 Alor Barat Laut 4 27 7 34 3 Teluk Mutiara 17 27 1 28 9 1 10 Pantar Barat 0 25 3 28 3 1 4 Pantar Jumlah 2 22 39 194 1 1 SMA SMK MA Sub Jumlah SD 3 SMP Sub Jumlah TK/RA 1 30 5 5 1 42 18 2 2 0 24 19 2 2 0 22 3 6 7 29 2 1 3 2 21 216 29 3 32 9 2 2 1 1 0 41 9 64 0 32 2 36 12 299 Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, 16 Juni 2005 dan Survey Pendidikan, Depdiknas 2004 Untuk lembaga pendidikan, sampai dengan tahun 2004 jumlah lembaga pendidikan negeri dan swasta sudah mencapai 299 lembaga yang terdiri dari 39 jenjang pendidikan usia dini, 216 lembaga jenjang SD/MI/SDLB, 4 Informasi Umum Kabupaten Alor di Website Resmi Kabupaten Alor, www.alor-island.com BPS Kabupaten Alor, Alor Dalam Angka Tahun 2003, Hal 117 6 Bappenas, UNDP dan BPS, National Human Development Report, 2004. 5 II - 7 Jumlah 32 lembaga untuk jenjang SMP/MTs, dan 12 lembaga untuk jenjang pendidikan menengah (Tabel 2.3.1). Sejumlah lembaga tersebut telah menampung 45.230 siswa yang terdiri dari 1.248 siswa TK/RA, 31.722 siswa SD/MI/SDLB, 8.119 siswa SMP/MTs dan 4.141 siswa jenjang pendidikan menengah 7 . 2.3.3 Kesehatan Secara umum status kesehatan masyarakat di Kabupaten Alor masih dibawah rata-rata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut data BPS tahun 2002, persentase persalinan terakhir yang ditolong oleh tenaga kesehatan hanya 23,5 persen sedangkan rata-rata Provinsi NTT sebesar 37,2 persen (BPS 2002). Angka kematian bayi di Alor sebesar 56,7 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan rata-rata Provinsi NTT sebesar 51 per 1.000 kelahiran hidup. Angka kurang gizi di Alor juga cukup tinggi yaitu 37,6 persen, walaupun masih dibawah rata-rata Provinsi sebesar 38,8%. Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di Kabupaten Alor tersebar di 9 Kecamatan. Fasilitas tersebut adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kalabahi di Teluk Mutiara, 17 buah Puskesmas yang tersebar di 9 Kecamatan, 41 Puskesmas Pembantu, 98 Polindes dan 416 Posyandu 8 . Meskipun demikian, proporsi masyarakat tanpa akses terhadap fasilitas kesehatan di Alor masih cukup tinggi yaitu 34,9 persen dan rata-rata Provinsi NTT sebesar 32,8 persen 9 . 2.4 KONDISI EKONOMI Sebagian besar mata pencaharian penduduk ialah dari pertanian dan perikanan skala kecil. Selain itu masih ada penduduk yang hidup dari ladang atau kebun secara berpindah-pindah dengan cara membabat hutan belukar. Dengan jumlah populasi penduduk sekitar 168.965 orang, penduduk Alor sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Konfigurasi wilayah daratan Kabupaten Alor yang bergunung dan berbukit memberikan iklim yang variatif bagi pengembangan aneka komiditi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan sedangkan sebagai wilayah kepulauan dengan perairan yang luas dan kaya berbagai jenis ikan dan hasil laut non ikan serta taman laut yang indah. Adapun potensi wilayah dan keanekaan komoditi adalah sebagai berikut: Kehutanan dan perkebunan: seedlack asam, kenari, sirih hutan, kayu manis, mahoni, cendana, kemiri, kelapa, cengkeh, vanili, kopi, kakao dan lada. 7 Dinas Pendidikan Kabupaten Alor, 16 Juni 2005 dan Survey Pendidikan, Depdiknas 2004 Ibid, hal 99 9 BPS Kabupaten Alor, Alor Dalam Angka Tahun 2002 8 II - 8 Perikanan dan Kelautan: berbagai jenis ikan seperti kerapu, cucut, kakap, teri, tenggiri, tuna, tongkol dll. serta non ikan antara lain mutiara, rumput laut, teripang, ubur-ubur serta berbagai jenis kerang dan taman laut. Lambat mendapat tapi pasti Alor tempat di pasar Sumber : Website resmi Kabupaten Alor, www.alor-island.com Gambar 2.7 Perikanan dan Kelautan Alor Pariwisata : taman laut, perkampungan tradisional, keajaiban alam, taman wisata perburuan, penangkaran/budidaya rusa, hutan kenari alam, hutan wisata, museum daerah dan panorama alam pegunungan dan pantai. Sumber : Website resmi Kabupaten Alor, www.alor-island.com Gambar 2.8 Pariwisata Alor Pertanian dan Perternakan : padi ladang, jagung, palawija, mangga, jeruk, pisang, serta sapi, kambing, babi dan rusa. Saat ini sedang dikembangkan penangkaran rusa yang didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten. II - 9 Sumber : Website resmi Kabupaten Alor, www.alor-island.com Gambar 2.9 Petani di Alor Industri dan kerajinan rakyat: kerajinan tenun ikat, tenun songket, meubel bambu, anyaman bambu dan daun lontar, batu bata dan gerabah. Pertambangan dan energi: batu berwarna, pasir besi, emas, timah, intan, gips dll. Sektor pertanian masih mendominasi struktur perekonomian Kabupaten Alor. Meskipun demikian, kontribusi dari sektor pertanian untuk perekonomian daerah ini masih relatif kecil. Banyak pola pertanian yang merupakan pertanian tradisional di mana hasil pertanian lebih banyak dipakai sendiri. Aspek-aspek lainnya adalah harga-harga pasar yang sangat rendah, kurangnya infrastruktur dan kurangnya pengetahuan tentang teknik pertanian. Tetapi pemerintah daerah sedang mencoba meningkatkan infrastruktur dan pemakaian alat-alat pertanian guna meningkatkan perekonomian daerah dengan LSM-LSM asing sebagai mitranya. Komoditas perdagangan yang baru dan teknik-teknik pertanian sedang diperkenalkan dan beberapa di antaranya telah berhasil dengan baik, contohnya Desa Apui terkenal sebagai penghasil vanili berkualitas tinggi. Lambat tapi pasti Alor mendapat tempat di pasar regional dan internasional. Hasil-hasil seperti kunyit, ganggang laut, asam, kemiri, pinang, kopi, cendana dibawa ke pelabuhan-pelabuhan di seluruh Indonesia. Contoh-contoh hasil alam Alor yang ada di pasar internasional adalah kerikil berwarna, vanili, mutiara dan seedlack. Berikut ini Tabel 2.2 mengenai Data Komoditi Antar Pulau Per Kilogram (Berizin) Kabupaten Alor Tahun Anggaran 1994/1995 – 2004. II - 10 Tabel 2.2 Data Komoditi Antar Pulau Per Kilogram (Berizin) Kabupaten Alor Tahun Anggaran 1994/1995 – 2004 Jumlah Perjenis Komoditi (Kg) Kemiri Asam Seedlack Mente Kopra Pinang Iris Kemiri Kulit Kenari Cengkeh Vanilli Kayu M3 Pinang Buah Batu Hitam Tahun Anggaran 1994/1995 2.199.705 767.800 235.575 86.720 20.850 2.130 300 - 1999/2000 678.040 423.405 56.415 93.320 245.545 2.300 250 - 2000 953.882 230.440 81.330 219.245 348.500 10.090 7.700 1.295 9.490 300 30 2001 2.860.969 1.235.019 44.360 185.459 559.530 7.885 9.675 21.475 4.221 - 2002 2.173.958 810.932 74.870 409.902 100.656 26.603 5.450 8.770 2.778 72 2003 2.533.985 651.860 123.731 604.507 93.767 18.500 2.152 31.335 8.465 25.693.206 2004 3.063.630 665.225 149.801 902.315 45.105 41.475 2.110 11.837 8.340 - 2.800 2.278.900 980 1.863.000 3.950.620 2.772 6.388.125 25.205 4.066.795 20.300 4.669.963 124.435 4.680.662 Sumber : Pokok-Pokok Kebijakan dan Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Alor-Nusa Tenggara Timur Tahun 2005-2009, Pemerintah Kabupaten Alor, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2005 Meskipun begitu jauh dari pusat perdagangan dan perlabuhan-pelabuhan internasional, Alor terletak tepat di depan Negara Timor-Leste yang menyebabkannya begitu strategis sebagai jalur perdagangan. Di samping itu secara historis, Alor dan Timor-Leste telah lama menjadi tetangga dekat. Diharapkan hubungan perdagangan dan jaringan ekspor yang terjalin dahulu, segera dapat dibuka kembali dan dapat memberi peluang-peluang besar bagi kedua belah pihak. Untuk angkatan kerja, menurut hasil survei sosial ekonomi nasional 2003, dari sebanyak 74.533 orang jumlah angkatan kerja di Kabupaten Alor sekitar 61.703 orang memiliki lapangan usaha utama di bidang pertanian. Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Alor sendiri adalah sebanyak 80.432 (62,61%) dari seluruh penduduk usia kerja dan terdapat 5.899 (4,59%) adalah mereka yang mencari pekerjaan atau pengangguran 10 . Sedangkan secara umum pendapatan setiap penduduk Kabupaten Alor dicerminkan oleh pendapatan regional perkapita. Rata-rata pendapatan perkapita Kabupaten Alor tahun 2000 mencapai Rp. 1.385.717, tahun 2002 mencapai Rp.1.874.378 dan untuk tahun 2003 mencapai Rp. 2.093.335. Ini berarti bahwa 10 BPS Kabupaten Alor, Alor Dalam Angka Tahun 2003, hal 4 II - 11 selama 3 tahun terakhir angka pendapatan perkapita penduduk mengalami kenaikan sebesar 51,07% (17,02 persen/tahun) 11 . 2.5 KONDISI INFRASTUKTUR Bidang infrastuktur antara lain mencakup, angkutan, perhubungan, transportasi dan komunikasi. Sektor angkutan dan perhubungan sangat penting dalan menggerakkan roda perekonomian daerah, karena sebagai infrastruktur pendukung yang dapat memacu seluruh aktivitas pada seluruh sektor ekonomi daerah. Sebagai salah satu infrastruktur perhubungan daerah, saat ini panjang jalan Kabupaten Alor tahun 2003 adalah 1.432,33 km dengan status jalan kabupaten sepanjang 1.164,33 km. Jika dilihat dari jenis permukaan jalan maka hanya sebesar 36,45 % sudah beraspal sedangkan sisanya masih berupa jalan pengerasan dan jalan tanah 12 . Sedangkan mobilisasi penumpang dan barang, salah satunya dapat menggunakan transportasi laut lewat Pelabuhan Laut Kalabahi atau menggunakan sarana transportasi udara melalui Bandara Mali. 2.6 KONDISI PEMERINTAHAN Kabupaten Alor menjadi Daerah Tingkat II definitif berdasarkan Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 13 dan Lembaran Negara Nomor 115 tahun 1958 serta tambahan Lembaran Negara Nomor 1649. Pemerintah Kabupaten Alor sendiri terdiri dari 9 Kecamatan, 175 Desa/Kelurahan (158 Desa dan 17 Kelurahan), 315 Dusun/Lingkungan, 675 Rukun wilayah/Kampung (RW/RK) serta 1.491 Rukun Tetangga (RT). Kesembilan Kecamatan tersebut adalah : (1) Kecamatan Pantar, dengan ibukota kecamatan: Kabir; (2) Kecamatan Pantar Barat, dengan ibukota kecamatan: Baranusa, (3) Kecamatan Alor Barat Daya, dengan ibukota kecamatan: Moru; (4) Kecamatan Alor Selatan, dengan ibukota kecamatan: Apui; (5) Kecamatan Alor Timur, dengan ibukota kecamatan: Maritaing; (6) Kecamatan Alor Timut Laut, dengan ibukota kecamatan: Bukapiting; (7) Kecamatan Alor Tengah Utara, dengan ibukota kecamatan: Mebung; (8) Kecamatan Teluk Mutiara, dengan ibukota kecamatan: Kalabahi; (9) Kecamatan Alor Barat Laut, dengan ibukota kecamatan: Kokar. Kabupaten Alor adalah salah satu dari 16 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Ibukota Kabupaten Alor berada di Kalabahi yang merupakan satu-satunya kota di Kepulauan Alor. Seluruh aktivitas komersial dan administratif utama, berlangsung di Kalabahi. Menurut perkiraan, saat ini terdapat sekitar 60.000 orang yang tinggal di Kalabahi dan sekitarnya. 11 Ibid, hal 247 Ibid, hal 191 13 Ibid, hal 23 12 II - 12 2.7 KONDISI TATA RUANG Dalam upaya penataan ruang wilayahnya, Kabupaten Alor masih menggunakan Rencana Umum Tata Ruang Alor tahun 1991 yang telah dibuat Peraturan Daerah. Sejauh ini belum pernah dilakukan revisi tehadap Rencana Tata Ruang Alor Tahun 1991 tersebut. Mengingat jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten adalah 15 tahun, sudah semestinya Kabupaten Alor menyusun RTRW yang baru pada tahun 2006. Dalam RTRW Kabupaten 1991 telah diidentifikasi kawasan rawan bencana yang memerlukan prioritas penanganan dan penanggulangan agar dampak bencana tidak merugikan manusia. Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Alor. Kota Kalabahi, Maritaing dan Kabir serta semua wilayah selatan dari Pulau Pantar merupakan kawasan rawan bencana gempa bumi. Sedangkan potensi bencana lainnya antar lain adalah bencana kekeringan, bencana kebakaran, erosi, dan bencana banjir. Sumber: Rencana Tata Ruang (RTR) Kabupaten AlorTahun 1991 Gambar 2.10 Peta Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Alor Potensi bencana kekeringan terdapat di wilayah Bukapiting, Maritaing, Baranusa dan Kabir. Bahaya kebakaran akibat kekeringan karena curah hujan yang sangat rendah berpotensi di wilayah teluk Banlelang. Namun sekalipun curah hujan II - 13 rendah, bencana banjir juga sering terjadi khususnya di wilayah utara Kota Kalabahi, sebelah utara Maritaing dan sekitar Moru. Sedangkan kawasan kritis akibat erosi pantai maupun gerakan tanah berada di sekitar DAS Lembur dan Adwer. Potensi kawasan bencana dapat dilihat pada Gambar 2.10 diatas. Identifikasi kawasan rawan bencana dalam RUTR Kabupaten Alor 1991 ini masih bersifat umum belum mendetail serta belum memiliki kebijakan dan strategi pembangunan serta langkah-langkah untuk mengantisipasi adanya kawasan bencana tersebut. Dalam upaya penataan ruang wilayah perbatasan, dengan penekanan pada muatan pertahanan nasional dan hukum laut internasional, pada tahun 2003 Departemen Pekerjaan Umum (waktu itu bernama Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah) menyusun RTR Kawasan Perbatasan Negara Laut Kabupaten Alor. Kedudukan RTR Kawasan Perbatasan Nagara Laut Kabupaten Alor adalah dalam kerangka penjabaran Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), yang memuat penetapan dan arahan pengelolaan kawasan tertentu/perbatasan. Pada dasarnya RTR Perbatasan Nagara Laut Kabupaten Alor berisikan strategi operasionalisasi RTRWN, termasuk strategi pertahanan nasional berkaitan dengan perbatasan dengan negara Timor Leste. Rencana pola pemanfaatan ruang berdasarkan RTR Perbatasan Negara Laut Kabupaten Alor dapat dilihat pada Gambar 2.11. Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah Perbatasan Negara Laut, NTT (Kabupaten Alor dengan Timur Leste), Departemen PU, 2003 Gambar 2.11 Peta Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Alor II - 14 Alokasi pemanfaatan ruang dalam RTR Perbatasan Negara Laut Kabupaten Alor Tahun 2003 adalah untuk : • • Kawasan lindung, yang terdiri dari hutan lindung, hutan wisata, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air, kawasan pantai berhutan bakau, dan DAS yang meliputi luasan sebesar 184.053,13 ha atau 64,25% dari total luas wilayah Kabupaten Alor. Kawasan budidaya, yang terdiri dari kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, kawasan tanaman pangan, lahan kering dan perkebunan, kawasan permukiman, dan kawasan budidaya lainnya dengan luas sebesar 102.550,87 ha atau 35,75% dari luas Kabupaten Alor. II - 15