tim redaksi - Stasiun Meteorologi | Mali

advertisement
BULETIN
INFORMASI METEOROLOGI EDISI IX
BULAN SEPTEMBER 2017
TIM REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB :
AGUSTINUS BOLILERA
KEPALA STASIUN METEOROLOGI MALI-ALOR
KETUA :
SEMSUDI YAMADHI ANIE, SH
KEPALA KELOMPOK TEKHNISI
ANGGOTA :
ERWIN ANDREW KARIPUI
PRIMA MARLIAFON AMALO, Ah.Md
EFRAIM PENLAANA
THOMAS Y. BLEGUR, S.Tr
SAMSUL DAKA, S.Tr
MUHAMMAD FUADZ, A.Md
RICARDA R.LILIANA,A.Md
MARGI CANDA W. WICAKSONO A.Md
Alamat Redaksi
STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR
Jl. Soekarno - Hatta, Bandar Udara Mali - Alor
Telp./Fax : (0386) 2222820
Email: [email protected] ;
[email protected]
Website : www.meteoalor.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga “Buletin Informasi Meteorologi edisi IX Bulan September 2017”
ini dapat tersusun.
Buletin Informasi Meteorologi ini dibuat sebagai salah satu sarana penunjang
penyampaian informasi meteorologi dari Stasiun Meteorologi Mali - Alor, baik kepada para
pengguna jasa informasi meteorologi penerbangan dan juga kepada masyarakat umum di
wilayah Kabupaten Alor.
Adapun isi Buletin ini akan mengulas informasi hasil evaluasi cuaca dan iklim
sepanjang bulan September 2017, dan informasi prakiraan hujan bulan Oktober 2017,
serta prakiraan pasang surut dan informasi waktu terbit dan tenggelam matahari masingmasing untuk bulan Oktober dan November 2017 di wilayah Kabupaten Alor.
Kami sadar bahwa informasi yang disajikan dalam Buletin ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi isi maupaun tampilan, untuk itu kami sangat mengharapkan
adanya masukan, kritik dan saran yang konstruktif untuk penyempurnaan kedepan.
Kalabahi,
Oktober 2017
KEPALA STASIUN METEOROLOGI
MALI - ALOR
AGUSTINUS BOLILERA
NIP. 19660908199003 1 001
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
I.
RINGKASAN ............................................................................................................. 1
II.
PENGERTIAN ........................................................................................................... 2
A. SIFAT HUJAN ................................................................................................................... 2
B. NORMAL CURAH HUJAN ............................................................................................... 2
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)................................................................................. 2
III. ANALISIS CUACA DAN IKLIM ............................................................................. 3
A. VARIABILITAS CUACA DAN IKLIM ............................................................................... 3
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2017 ........................................... 4
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2017................................................................... 11
D. ANALISA UNSUR CUACA DI STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR ................... 12
1. PENYINARAN MATAHARI ................................................................................... 12
2. SUHU UDARA ........................................................................................................... 13
3. TEKANAN UDARA PERMUKAAN....................................................................... 14
4. ANGIN PERMUKAAN ............................................................................................. 15
5. PENGUAPAN ............................................................................................................. 16
6. KELEMBABAN UDARA ......................................................................................... 17
7. HUJAN ........................................................................................................................ 17
IV. PRAKIRAAN CUACA BULAN OKTOBER 2017 DI WILAYAH
KABUPATEN ALOR .............................................................................................. 19
V.
PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) BULAN OKTOBER DAN
NOVEMBER 2017 DI WILAYAH KABUPATEN ALOR ................................... 25
VI. INFORMASI WAKTU TERBIT DAN TENGGELAM MATAHARI DI
WILAYAH KABUPATEN ALOR........................................................................... 30
VII. PELAYANAN PUBLIK........................................................................................... 36
1. PELAYANAN PENERBANGAN ................................................................................ 36
2. LAPORAN PRODUK METEOROLOGI PUBLIK .................................................. 36
VIII. LAMPIRAN.............................................................................................................. 38
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page ii
I. RINGKASAN
1. Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Mali (Pos Hujan
Mali) dan Pos Hujan Kalabahi, dimana diasumsikan mewakili daerah-daerah di
sekitarnya, maka evaluasi jumlah curah hujan dan sifat hujan pada bulan September
2017 adalah sebagai berikut:
-
Jumlah curah hujan di Mali sebesar 1,0 mm. Hujan yang terjadi pada bulan September
2017 untuk wilayah Mali dan sekitarnya memiliki sifat di bawah normal (BN).
-
Jumlah curah hujan di Kalabahi sebesar 3,2 mm. Hujan yang terjadi pada bulan
September 2017 untuk wilayah Kalabahi dan sekitarnya memiliki sifat di bawah
normal (BN).
2. Untuk kondisi atmosfer di bulan September 2017 adalah sebagai berikut:
-
MJO aktif di wilayah Indonesia khususnya bagian Barat pada Dasarian (10 hari)
I dan II bulan ini, sehingga cukup berpengaruh terhadap penambahan curah
hujan di wilayah Indonesia bagian Barat
-
Rata-rata nilai OLR pada bulan ini umumnya relatif rendah di wilayah Indonesia sebelah
Utara dan sekitar Ekuator, sebaliknya di Selatan relatif tinggi.
-
Suhu muka laut (SML) dan Anomali SML di wilayah perairan sekitar Indonesia
termasuk wilayah perairan Kepulauan Alor menunjukkan kondisi SML tetap hangat.
3. Prakiraan untuk kondisi atmosfer dan sifat hujan bulan Oktober 2017:
-
Umumnya Anomali SST perairan Indonesia dan sekitarnya diprediksi netral hingga
anomali positif, terutama di bagian utara Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Wilayah Nino terjadi pembentukan anomali suhu negatif. Anomali SST di sekitar
perairan Nusa Tenggara Timur (termasuk Kepulauan Alor) menunjukkan kondisi
anomali positif (menghangat).
-
Monitoring Suhu bawah Laut Pasifik pergerakan Anomali Suhu Sub surface periode
Februari hingga Mei 2017 terjadi peningkatan suhu menuju kondisi netralnya, pada
periode Juni hingga September 2017 terjadi peluruhan Suhu kembali, anomali negatif
mulai meluas kembali sampai akhir September 2017 pada lapisan 0 – 200 m di bawah
permukaan; terdapat peningkatan peluang La Nina.
-
Hasil prakiraan curah hujan tiap Dasarian Oktoberr 2017 menunjukkan sifat hujan
pada Dasarian I di wilayah Kabupaten Alor adalah Bawah Normal, Dasarian II
adalah di Normal, dan Dasarian III dengan sifat di Atas Normal.
-
Prakiraan sifat hujan Bulanan untuk bulan Oktober 2017 adalah Atas Normal (AN)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 1
II. PENGERTIAN
A. SIFAT HUJAN
Sifat Hujan adalah Perbandingan antara jumlah curah hujan yang terjadi selama satu
bulan dengan nilai rata-rata atau normal dari bulan tersebut di suatu tempat.
Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) kriteria, yaitu:
1. Di atas normal ( AN ), jika nilai perbandingannya lebih besar dari 115 %.
2. Normal ( N ), jika nila perbandingannya antara 85 % - 115 %.
3. Di bawah normal ( BN ), jika nilai perbandingannya kurang dari 85 %.
B. NORMAL CURAH HUJAN
1. RATA-RATA CURAH HUJAN BULANAN:
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan dengan periode minimal 10
tahun.
2. NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan masing-masing bulan selama periode 30 tahun.
3. STANDARD NORMAL CURAH HUJAN BULANAN :
Nilai rata-rata curah hujan pada masing-masing bulan selama periode 30 tahun
dimulai dari 1 Januari 1901 s/d 31 Januari 1930, 1 Januari 1931 s/d 31 Januari
1960, 1 Januari 1961 s/d 31 Januari 1990, dan seterusnya.
C. INTENSITAS CURAH HUJAN (CH)
Kriteria CH
Sangat Lebat
Lebat
Sedang
Ringan
CH/hari
> 100 mm
50 - 100 mm
20 - 50 mm
5 - 20 mm
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
CH/Jam
> 20 mm
10 - 20 mm
5 - 10 mm
1 - 5 mm
Page 2
III.ANALISIS CUACA DAN IKLIM
A. VARIABILITAS CUACA DAN IKLIM
Wilayah Kabupaten Alor merupakan bagian dari wilayah Indonesia, yang
dilewati oleh garis katulistiwa serta dikelilingi oleh dua samudera dan dua benua.
Posisi ini menjadikan Indonesia sebagai daerah pertemuan sirkulasi meridional (UtaraSelatan) yang dikenal sebagai Sirkulasi Hadley dan sirkulasi zonal (Timur-Barat) yang
dikenal sebagai Sirkulasi Walker, dua sirkulasi yang sangat mempengaruhi keragaman iklim
di Indonesia. Pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5o Lintang Utara ke 23.5o
Lintang Selatan sepanjang tahun mengakibatkan timbulnya aktivitas monsun yang juga
ikut berperan dalam mempengaruhi keragaman iklim. Faktor lain yang diperkirakan ikut
berpengaruh terhadap keragaman iklim ialah gangguan siklon tropis. Semua aktivitas dan
sistem ini berlangsung secara bersamaan sepanjang tahun akan tetapi besar pengaruh dari
masing-masing aktivitas atau sistem tersebut tidak sama dan dapat berubah dari tahun ke
tahun.
El-Nino dan La-Nina merupakan salah satu akibat dari penyimpangan iklim.
Fenomena ini akan menyebabkan penurunan dan peningkatan jumlah curah hujan untuk
beberapa daerah di Indonesia. Tercatat sejak tahun 1844 Indonesia telah mengalami
kejadian kekeringan atau jumlah curah hujan di bawah rata-rata normal tidak kurang dari
43 kali. Dari 43 kali kejadian tersebut hanya 6 kali kejadiannya tidak bersamaan dengan
kejadian fenomena El-Nino, hal ini menunjukkan bahwa keragaman hujan di Indonesia
sangat dipengaruhi oleh fenomena ini. Pengaruh El-Nino kuat pada daerah yang berpola
hujan monsun, lemah pada daerah berpola hujan Ekuatorial dan tidak jelas pada daerah
dengan pola hujan lokal, sedangkan IOD hanya berpengaruh jelas pada daerah berpola
hujan monsun.
Selain akibat pengaruh fluktuasi suhu permukaan laut di samudera pasifik dan
Samudera Hindia (ENSO dan IOD), fenomena fase aktif osilasi intra-musiman yg dikenal
sebagai MJO (Madden-Jullian Oscillation) juga mempengaruhi variabilitas hujan di
Indonesia. MJO adalah osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan tinggi-tekanan rendah)
dengan periode lebih kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya
berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur dan menghilang di
bagian tengah Pasifik. Menurut Geerts and Wheeler (1998), MJO akan menyebabkan
terjadinya variasi pada pola angin, suhu permukaan laut (SPL), awan dan hujan. Fase
aktif MJO bila bersamaan waktunya dengan musim hujan (Desember, Januari, dan
Februari) atau angin monsun Barat Laut di wilayah kepulauan Alor dapat
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 3
menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan. Pada umumnya hujan tropis adalah
konvektif, dimana puncak awan konvektif sangat dingin (sedikit mengemisi radiasi
gelombang
panjang),
oleh
karenanya
MJO
sangat
baik
dimonitor
dengan
memperhatikan variasi Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang dipantau oleh sensor
infra merah pada satelit.
Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang memiliki daerah
pegunungan, daerah berlembah, serta banyak pantai, merupakan fitur lokal yang
menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang
(wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisa data periode 30 tahun terakhir
(1981-2010), secara klimatologis wilayah Indonesia terdapat 407 pola iklim, dimana
342 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara
periode musim hujan dan periode musim kemarau (umumnya pola Monsun), sedangkan
65 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non Zom pada umumnya
memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial) dan
daerah sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah. Wilayah Kepulauan Alor
(Pulau Alor dan Pantar) secara klimatologis berada pada pola iklim Zona Musim
(ZOM) 251. Hal ini nampak dengan adanya perbedaan yang jelas antara periode musim
hujan (3 bulan yakni Desember, Januari, dan Februari) dan periode musim kemarau (9
bulan yakni Maret hingga November).
B. DINAMIKA ATMOSFER & LAUTAN BULAN SEPTEMBER 2017
1. Monsun
Pada bulan September, matahari dalam penjalarannya telah bergerak menuju
Ekuator dengan pergerakan semu sejauh kurang lebih 12,9° yaitu dari 8,9°LU menuju (4,0)°LS. Matahari melewati Ekuator atau berada pada titik 0° atau disebut sebagai
September Equinox pada tanggal 23 September. Hal ini tentu berdampak pada
peningkatan suhu muka laut di wilayah BBU yang memicu terbentuknya pola-pola
tekanan udara rendah. Selama bulan September 2017 tercatat di BBU terdapat beberapa
gangguan cuaca berupa Tropical Depression (TD, Depresi Tropis), Tropical Storm (TS,
Badai Tropis) hingga Topan (Typhoon, sebutan Siklon Tropis di BBU), yakni TS Mawar,
Topan Sanvu, TD Guchol, Topan Talim, Topan Doksuri, dan yang terakhir berkembang
adalah TD 22 (Twentytwo). Dari kejadian tersebut, tidak ada yang berdampak signifikan
terhadap kondisi cuaca di wilayah Kepulauan Alor. Kondisi cuaca di sekitar kepulauan
Alor pada bulan ini secara umum lebih dipengaruhi oleh fenomena regional lainnya
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 4
(Monsun Australia) dan kondisi lokal.
Secara umum rata-rata suhu muka laut di wilayah perairan sekitar Indonesia
pada bulan September 2017 berkisar antara 26,0ºC hingga 30,0ºC. Untuk wilayah
perairan di sekitar Kepulauan Alor, suhu muka laut pada bulan ini dalam kisaran
27,5ºC. Suhu muka laut yang kurang hangat ini mengindikasikan kandungan uap air yang
terkandung di udara kurang banyak. Kondisi demikian menyebabkan potensi
pembentukan awan-awan kurang signifikan dan kondisi cuaca cenderung cerah hingga
cerah berawan di wilayah Kepulauan Alor (jika faktor pendukung lain seperti pola angin,
indeks labilitas udara dan lainnya diabaikan).
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 5
Nilai Anomali Suhu Muka Laut (SML) pada bulan ini di wilayah perairan
Indonesia umumnya cenderung normal hingga lebih rendah (lebih dingin), kecuali perairan
sebelah barat Sumatera Barat, perairan sekitar kepualauan Maluku hingga utara Papua, dan
samudera Hindia sebelah selatan Pulau Timor (NTT) menunjukkan anomali positif
(menghangat).
Anomali SML di sekitar perairan kepualauan Alor menunjukkan kondisi
normal bila dibandingkan rata-ratanya. Kondisi demikian menyebabkan potensi
pembentukan awan-awan kurang signifikan dan kondisi cuaca cenderung cerah hingga
cerah berawan di wilayah Kepulauan Alor (jika faktor pendukung lain seperti pola angin,
indeks labilitas udara dan lainnya diabaikan).
Gbr. 3. Rata-Rata Tekanan Udara
Bulan September 2017
Berdasarkan analisa peta rata-rata tekanan udara permukaan laut (Mean Sea
Level Pressure / MSLP) di atas, pada bulan September 2017 terlihat tekanan udara di
BBU relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan di BBS. Akibatnya, massa udara
bergerak dari wilayah BBS (daerah bertekanan tinggi) ke BBU (daerah bertekanan
rendah) sehingga pola angin pada lapisan 850 mb di sekitar wilayah Kepulauan Alor
dominan bertiup dari arah Timur hingga Tenggara dengan rata-rata kecepatan angin
berkisar antara 10 - 16 Knot. Kecepatan angin yang cukup kuat tersebut menyebabkan
massa udara terberai sehingga peluang pembentukkan awan-awan konvektif sangat kecil
di wilayah Kepulauan Alor. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi cuaca yang cenderung
cerah hingga cerah berawan dan rendahnnya curah hujan pada bulan ini.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 6
Gbr. 4. Rata-rata Angin lapisan 850 mb
Bulan September 2017
2. El Nino - Southern Oscillation (ENSO) dan Indian Ocean Dipole (IOD)
Indeks ENSO ditunjukkan dalam bentuk SOI (Southern Oscillation Index). SOI
negatif / positif mengindikasikan adanya perkembangan intensitas fenomena El Nino / La
Nina di Samudera Pasifik. Indeks SOI = -10 (negatif) menunjukkan adanya
perkembangan fenomena El Nino yang dapat berdampak cukup signifikan terhadap
kondisi cuaca di wilayah Indonesia. Indeks SOI = +10 (positif) menunjukkan adanya
perkembangan fenomena La Nina yang dapat berdampak cukup signifikan terhadap
kondisi cuaca di wilayah Indonesia.
Dampak ENSO di bumi sangat luas, dikaitkan dengan pergeseran sirkulasi tropis
skala luas seperti sel Walker dan sel Hadley. Beberapa area di daerah tropis secara
langsung dipengaruhi oleh kondisi kekeringan atau banjir bergantung pada kejadian fasa
panas ENSO yaitu El Niño, atau fasa dingin ENSO yaitu La Niña jika anomali temperatur
permukaan laut di daerah Niño 3 dan Niño 4 positif atau negatif. Daerah kunci interaksi
atmosfer – ocean dalam ENSO terletak antara Niño 3 dan Niño 4 yang sering disebut
daerah Niño 3.4 yaitu daerah 180ºE – 120ºW, 5ºN – 10ºS (Trenberth, 1996).
ENSO menyebabkan variasi iklim tahunan. Ketika tahun ENSO, sirkulasi zonal di
atas Indonesia divergen, sehingga terjadi subsidensi udara atas. Divergensi massa udara
mengakibatkan awan-awan yang terbentuk bergeser ke Pasifik tengah dan timur, sehingga
di atas Indonesia terjadi defisiensi curah hujan bahkan dapat terjadi bencana alam
kekeringan (Tjasyono, B., 2003)
Masing-masing kejadian El Nino adalah unik dalam hal kekuatannya sebagaimana
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 7
dampaknya pada pola turunnya hujan maupun panjang durasinya. Menurut Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2009), Berdasarkan intensitasnya El Nino
dikategorikan sebagai berikut :
a. El Nino lemah (Weak El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik
ekuator +0.5º C s/d +1,0º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturutturut.
b. El Nino sedang (Moderate El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di
Pasifik ekuator +1,1º C s/d 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan
berturut-turut.
c. El Nino kuat (Strong El Nino), jika penyimpangan suhu muka laut di Pasifik
ekuator > 1,5º C dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut.
Pada bulan September 2017, ENSO berada pada kondisi Netral (Normal),
ditunjukkan dengan indeks anomali SST Nino 3.4 pada awal dan akhir bulan sebesar 0,14 dan -0,08, serta nilai SOI pada awal bulan sebesar +3,8 dan cenderung fluktuatif
hingga pada akhir bulan sebesar +6,9. Kondisi ENSO yang normal tidak berpengaruh
signifikan terhadap penambahan atau pengurangan jumlah curah hujan di bagian timur
dan selatan ekuator, termasuk wilayah kepulauan Alor.
Gbr.5. Grafik indeks SST Nino 3.4
Bulan September 2017
Sumber: BoM (http://www.bom.gov.au)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 8
Gbr. 6. Grafik indeks ENSO / SOI Bulan September 2017
Sumber Data : BoM (http://www.bom.gov.au)
3. Madden-Jullian Oscillation ( MJO)
a. Outgoing Longwave Radiation (OLR)
OLR merupakan suatu radiasi gelombang panjang yang dipancarkan oleh bumi ke
luar angkasa. Tidak semua radiasi gelombang panjang yang terpancar dari bumi sampai ke
luar angkasa. Awan-awan konvektif adalah salah satu faktor yang menghalangi perjalanan
gelombang panjang. Jika pada suatu wilayah tertutup hamparan awan konvektif, maka nilai
OLR akan kecil. Rata-rata nilai OLR pada bulan September 2017 umumnya relatif rendah di
wilayah Indonesia sebelah Utara dan sekitar Ekuator, sebaliknya di Selatan relatif tinggi.
Nilai OLR di wilayah Indonesia antara 180 – 280 W/M², sedangkan di wilayah kepulauan
Alor bernilai 260 – 270 W/M². Hal ini menunjukan bahwa tutupan awan konvektif lebih
banyak jika dibandingkan bulan sebelumnya.
Gbr.7. Rata-rata OLR bulan September 2017
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 9
b. Fase MJO (Madden - Jullian Oscillation)
MJO pada bulan September 2017 aktif pada fase 2 hingga 7 (garis hijau) dengan
sifat kuat (strong) dan lemah (weak). MJO aktif di wilayah Indonesia khususnya
bagian Barat pada Dasarian (10 hari) I dan II bulan ini, sehingga cukup berpengaruh
terhadap penambahan curah hujan di wilayah Indonesia bagian Barat. MJO tidak
berpengaruh signifikan terhadap penambahan curah hujan di wilayah kepulauan Alor
pada bulan ini.
Gbr. 8. Fase MJO Bulan September2017
Sumber : BoM (http://www.bom.gov.au)
4. IOD (Indian Ocean Dipole)
Indeks IOD (Indian Ocean Dipole) ditunjukkan dalam bentuk DMI (Dipole Mode
Index). DMI negatif mengindikasikan adanya aliran massa udara dari wilayah Samudera
Hindia bagian barat ke Wilayah Samudera Hindia bagian timur, sedangkan IOD positif
menunjukkan kondisi yang berkebalikan. Indeks IOD –0.5 (negatif) mengindikasikan
adanya kontribusi yang cukup signifikan terhadap pembentukan awan di sekitar wilayah
Indonesia.
Pada bulan September 2017, DMI pada kondisi positif (+) kuat, dengan nilai DMI
pada awal dan akhir bulan masing-masing sebesar 0,32 dan 0,03, sehingga dapat
diketahui bahwa selama bulan ini, secara umum IOD tidak signifikan dalam
mempengaruhi peluang pertumbuhan awan di wilayah Indonesia bagian barat. Hal ini
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 10
disebabkan karena aliran massa uap air begerak dari Indonesia ke Samudera Hindia.
Gbr.9. Grafik IOD Bulan September 2017
Sumber : BoM (http://www.bom.gov.au)
C. ANALISIS HUJAN BULAN SEPTEMBER 2017
Berdasarkan data curah hujan bulan September 2017 yang diperoleh dari Stasiun /
pos hujan yang diasumsikan mewakili daerah-daerah di sekitarnya, maka evaluasi jumlah
curah hujan dan sifat hujan bulan-bulan tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Analisis Curah Hujan dan Sifat Hujan
Bulan September 2017
Lokasi
Total CH (mm)
Rata-Rata (mm)
Sifat Hujan \ Kriteria
Mali
1,0
5,0
BN \ Rendah
*Kalabahi
3,2
5,0
BN \ Rendah
* Keterangan : Pos Hujan Kalabahi belum memiliki nilai rata-rata (Normal) curah hujan, sehingga nilai Normal
yang dipakai adalah Normal CH Mali (Stasiun Meteorologi Mali)
Dari tabel di atas tampak bahwa pada bulan September 2017, kriteria sifat hujan pada
untuk wilayah Alor secara umum memiliki variabilitas sifat hujan di bawah normal (BN)
terhadap rata–ratanya dengan kriteria “rendah”.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 11
D. ANALISA UNSUR CUACA DI STASIUN METEOROLOGI MALI - ALOR
1. PENYINARAN MATAHARI
Penyinaran matahari yang diamati dibagi dalam dua jenis yaitu meliputi
lamanya penyinaran matahari (durasi penyinaran matahari) dan Intensitas radiasi
matahari. Durasi penyinaran matahari selama periode tertentu adalah jumlah pada
periode itu untuk pemancaran radiasi matahari melampaui 120Wm -2 (WMO,2006).
Sedangkan intensitas radiasi matahari adalah besarnya energi yang dipancarkan oleh
matahari persatuan waktu.
Intensitas dan lamanya penyinaran matahari berbanding terbalik terhadap
jumlah tutupan awan dan berbanding lurus terhadap suhu udara dan penguapan,
dimana makin pendek durasi penyinaran matahari, makin besar jumlah tutupan awan
yang menutupi langit maka suhu udara cenderung menurun sehingga makin kecil pula
jumlah penguapan yang terjadi atau sebaliknya.
Penyinaran matahari diukur untuk mengetahui lama / durasi penyinaran
matahari yang terjadi selama 1 (satu) hari (12 jam) yakni jam 06.00 – 18.00 waktu
setempat. Satuan untuk mengukur durasi penyinaran matahari dinyatakan dalam
persen (%) dan Jam. Untuk satuan dalam persen (%) digunakan untuk kepentingan
Klimatologi dan satuan dalam jam digunakan untuk kepentingan Meteorologi. Alat
untuk mengukur durasi penyinaran matahari adalah Campbell Stokes.
Gbr.10. Grafik Penyinaran Matahari Bulan September 2017
di Mali – Alor
Pada bulan September 2017, durasi penyinaran matahari berkisar antara 45,8 %
hingga 91,7 % atau sekitar 5,5 – 11,0 jam. Durasi terpendek tersebut terjadi pada
tanggal 24 September 2017 sedangkan durasi terpanjang terjadi pada tanggal 08
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 12
September 2017, dengan rata-rata durasi penyinaran matahari selama satu bulan
sebesar 79,4% atau ± 9,5 jam per hari. Hal ini mengindikasikan bahwa tutupan awan di
wilayah Kabupaten Alor pada bulan ini cenderung sedikit, khususnya di wilayah
sebelah Utara (kondisi cuaca umumnya cerah berawan).
2. SUHU UDARA
Suhu adalah jumlah fisik yang mencirikan rata-rata gerakan acak dari molekulmolekul pada benda fisik (WMO, 2006). Suhu udara permukaan yang diukur pada
ketinggian 1.20 – 1,25 m dari permukaan tanah. Suhu udara didefinisikan sebagai
keadaan pada pada suatu benda dan atau luasan pada suatu saat dan waktu. Faktor
utama yang menjadi penyebab adanya suhu udara adalah sinar matahari terhadap
benda/bidang atau luasan tertentu.
Satuan suhu udara permukaan dinyatakan dalam derajat Celcius ( oC). Alat ukur
yang digunakan untuk mengukur suhu udara permukaan adalah Thermometer. Suhu
udara permukaan diukur dengan menggunakan alat Thermometer Bola Kering.
Suhu Udara Maximum adalah suhu udara tertinggi yang diamati dan dicatat,
yang terjadi pada hari itu. Suhu udara maximum diamati sekali dalam 1 hari. Untuk
suhu udara maximum diamati pada jam 12:00 UTC (20:00 WITA) pada hari itu juga.
Alat untuk mengukur suhu udara maximum dipergunakan Thermometer Maximum
dan satuannya dinyatakan dalam derajat celcius (oC).
Suhu Udara Minimum adalah suhu udara terendah yang diamati dan dicatat,
yang terjadi pada 1 hari itu. Suhu udara minimum diamati sekali dalam 1 hari yaitu
pada jam 00:00 UTC (08:00 WITA). Alat yang digunakan untuk mengukur suhu udara
minimum adalah Thermometer Minimum dan satuannya dinyatakan dalam derajat
Celcius (oC)
Pada bulan September 2017, rata-rata suhu udara harian berkisar antara 25,9°C
– 29,0°C. Suhu udara terendah (minimum absolut) dalam bulan ini sebesar 19,8°C
pada tanggal 05 September 2017 pagi hari, sedangkan suhu udara tertinggi (maksimum
absolut) sebesar 32,9°C terjadi pada tanggal 21 September 2017 siang hari. Rata-rata
suhu udara pada bulan ini sebesar 27,3°C, rata-rata suhu maksmimum sebesar 31,8°C
dan rata-rata suhu minimum sebesar 22,3°C.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 13
Gbr.11 Grafik Suhu Udara Bulan September 2017 di Mali – Alor
3. TEKANAN UDARA PERMUKAAN
Tekanan udara didefinisikan sebagai gaya persatuan luas yang disebabkan oleh
berat udara diatasnya (BMG, 2006). Satuan tekanan udara dinyatakan dalam satuan
milibar (mb), 1 milibar (mb) = 1 hektopascal (HPa). Alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan udara permukaan adalah Barometer.
Pada bulan September 2017, rata-rata tekanan udara permukaan laut harian
berkisar antara 1010,9 – 1013,9 mb (hPa). Rata-rata tekanan udara permukaan laut
harian terendah tersebut terjadi pada tanggal 21 September 2017, serta tertinggi terjadi
pada tanggal 17 September 2017 dengan rata-rata tekanan udara sebulan sebesar
1012,1 mb (hPa).
Gbr.12 Grafik Tekanan Udara Permukaan Bulan September 2017
di Mali – Alor
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 14
4. ANGIN PERMUKAAN
Angin adalah udara yang bergerak horizontal terhadap permukaan bumi
(United Kingdom Civil Aviation Authority, 2001). Arah angin adalah dari mana
datangnya angin bertiup (BMG, 2006). Kecepatan angin adalah jumlah vector tiga
dimensi dalam fluktuasi skala kecil yang acak pada ruang dan waktu yang berpadu
pada aliran skala besar yang teratur (WMO, 2006).
Arah dan Kecepatan angin permukaan diukur pada ketinggian 10 meter dari
permukaan tanah (BMG, 2006). Arah angin diukur dalam satuan derajat yang diukur
searah jarum jam mulai dari titik Utara yang sebenarnya (True North). Kecepatan
angin dinyatakan dalam Knot (KT), 1 Knot = 1,85 km/jam. Alat yang digunakan untuk
mengukur kecepatan angin adalah Anemometer.
Gbr.13. Wind Rose Angin Permukaan
Bulan September 2017 di Mali – Alor
Gbr.14. Distribusi Frek. Angin Permukaan
Bulan September 2017 di Mali – Alor
Selama periode bulan September 2017, angin permukaan (10 meter dari
permukaan) secara umum didominasi berturut-turut dari arah Timur sebanyak 20,14 %
(145 jam kejadian), arah Timur Laut sebanyak 11,11 % (76 jam kejadian), dan dari
arah Utara sebanyak 10,56 % (80 jam kejadian). Dari arah angin tersebut menunjukkan
pada bulan ini, aktifitas monsun lebih dominan mempengaruhi kondisi cuaca di
wilayah Kab. Alor, jika dibandingkan skala lokal (angin darat dan angin laut / siklus
diurnal). Untuk kategori kecepatan angin, distribusi frekuensi kejadian didominasi oleh
angin dengan kategori angin teduh (CALM) sebesar 36,0 % (259 jam kejadian), disusul
angin dengan kecepatan rata-rata antara 1 – 4 knot (± 1,85 – 7,4 Km/Jam) sebesar 26,3 %
(189 jam kejadian); antara 7 – 11 knot (± 12,95 – 20,35 km/jam) dengan distribusi
frekuensi sebesar 19,0%, (137 jam kejadian); antara 4 – 7 knot (± 7,4 – 12,95 km/jam)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 15
sebesar 11,3 % (81 jam kejadian), antara 11 – 17 knot (± 20,35 – 31,45 km/jam) sebesar
6,1 % (44 jam kejadian); antara 17 – 21 knot (± 31,45 – 38,85 km/jam) sebesar 1,3 % (9
jam kejadian) dan >22 knot (>40,70 km/jam) sebesar 0,1% (1 jam kejadian). Arah dan
kecepatan angin maksimum terekam berhembus dari arah Timur Laut(60º) dengan
kecepatan sebesar 27 knot (± 49,95 km/jam), terjadi pada tanggal 06 September 2017 jam
03:07 UTC (jam 11:07 WITA), jam 03:13 UTC (jam 11:13 WITA), jam 03:17 UTC (jam
11:17 WITA), dan jam 03:40 UTC (jam 11:40 WITA).
5. PENGUAPAN
Penguapan atau evaporasi adalah jumlah air yang menguap dari permukaan air
yang terbuka atau dari tanah (WMO, 2006). Untuk menghitung jumlah penguapan
yang ada maka dapat diperoleh dari jumlah selisih tinggi air hari kemarin dengan hari
ini ditambah curah hujan. Pengukuran jumlah penguapan dilakukan satu kali dalam
satu hari pada jam 00:00 UTC. Satuan penguapan yang digunakan adalah milimeter
(mm). Alat yang digunakan untuk mengukur penguapan adalah panci penguapan
terbuka (Open Pan Evaporimeter).
Pada bulan September 2017, jumlah penguapan yang diukur berkisar antara 5,1
– 8,2 mm. Jumlah penguapan terendah tersebut terjadi pada tanggal 03 September
2017, sedangkan tertinggi terjadi pada tanggal 06 September 2017 dengan rata-rata
penguapan selama satu bulan sebesar 6,4 mm per hari.
Gbr.15 Grafik Penguapan Bulan September 2017
di Mali – Alor
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 16
6. KELEMBABAN UDARA
Lembab nisbi atau kelembapan relatif adalah perbandingan antara massa uap
air yang ada didalam satu satuan volume dengan massa uap air yang diperlukan untuk
menjenuhkan satu atuan volume udara tersebut pada suhu yang sama (BMG, 2006).
Satuan yang digunakan untuk mengukur lembab nisbi dinyatakan dalam Persen (%).
Alat yang digunakan untuk menentukan lembab nisbi adalah Screen Psycrometer /
Psycrometer Sangkar Tetap (Thermometer Bola Kering dan Thermometer Bola Basah)
Kelembapan nisbi atau kelembapan relatif berubah sesuai dengan tempat dan
waktu, dipengaruhi oleh ketinggian tempat, kerapatan udara, tekanan udara dan radiasi
matahari. Jika cuaca normal, menjelang tengah hari kelembapan nisbi berangsurangsur turun kemudian pada sore hari sampai menjelang pagi bertambah besar.
Pada bulan September 2017, rata-rata kelembaban udara harian berkisar
antara 66 – 82 %. Kelembaban udara terendah mutlak sebesar 43% terjadi pada
tanggal 18 September 2017 jam 05:00 UTC (13:00 WITA), sedangkan kelembaban
udara tertinggi mutlak sebesar 98 % terjadi pada tanggal 24 September 2017 jam
21:00 UTC (05:00 WITA). Rata-rata RH dalam satu bulan sebesar 72%. Dengan
demikian kondisi udara pada bulan ini relatif sama jika dibandingkan dengan bulan
sebelumnya (Agustus 2017).
Gbr.16. Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2017
di Mali – Alor
7. HUJAN
Curah hujan adalah ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir (BMKG,
2009). Satuan curah hujan dinyatakan dalam millimeter (mm). Alat yang digunakan
adalah penangkar hujan biasa (Tipe Obs) dan penangkar hujan tipe Helman.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 17
7.1 Curah Hujan Stasiun Meteorologi Mali – Alor (Pos Hujan Mali)
Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan (CH) di Pos Hujan
Mali, pada bulan September 2017 terdapat 1 (satu) hari hujan terukur dan 3 (tiga) hari
hujan Tidak Terukur (TTU) dengan total curah hujan sebesar 1,0 mm (TTU). Hujan
terukur sebanyak 1,0 mm terjadi pada tanggal 24 September 2017.
Gbr.17. Grafik Curah Hujan Stasiun Meteorologi Mali
Bulan September 2017
7.2 Pos Hujan Kecamatan Teluk Mutiara (Pos Hujan Kalabahi)
Berdasarkan hasil pengukuran (penakaran) curah hujan di Pos Hujan Kalabahi,
pada bulan September 2017 terdapat 2 (dua) hari hujan terukur dan 1 (satu) hari hujan
TTU dengan jumlah curah hujan sebulan sebanyak 3,2 mm. Curah hujan tertinggi
sebanyak 3,0 mm terjadi pada tanggal 24 September 2017.
Gbr.18. Grafik Curah Hujan Pos Hujan Kalabahi
Bulan September 2017
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 18
IV. PRAKIRAAN CUACA BULAN OKTOBER 2017 DI WILAYAH
KABUPATEN ALOR
A. DINAMIKA LAUT & ATMOSFER
1. Suhu Muka Laut
Pada bulan Oktober 2017, umumnya Anomali SST perairan Indonesia
dan sekitarnya diprediksi netral hingga anomali positif, Anomali positif terdapat
di perairan Selatan Jawa dan Indonesia bag.timur. Wilayah Nino 3.4 anomali
suhu negatif semakin meluas dan mendi ngin. Samudera Hindia dibagian uatara
anomali positif, bagian tengah netral sedangkan di bagian tenggara anomali
negatif. Anomali SST di sekitar perairan Nusa Tenggara Timur (termasuk
Kepulauan Alor) menunjukkan kondisi anomali positif.
Gbr.19. Prediksi Spasial Anomali Suhu Muka Laut
Bulan Oktober 2017
Sumber: NCEP-NOAA (http://www.cpc.ncep.noaa.gov)
Gbr.20. Prediksi Anomali Suhu Sub Surface Samudera Pasifik
Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 19
Monitoring Suhu bawah Laut Pasifik pergerakan Anomali Suhu Sub
surface periode Februari hingga Mei 2017 terjadi peningkatan suhu menuju
kondisi netralnya, pada periode Juni hingga September 2017 terjadi peluruhan
Suhu kembali, anomali negatif mulai meluas kembali sampai akhir September
2017 pada lapisan 0 – 200 m di bawah permukaan. Kondisi sub surface bulan
September akan memberikan informasi awal peningkatan peluang La Nina apabila
suhu tetap bertahan sampai bulan-bulan selanjutnya dalam kondisi anomaly
negatif atau menguat (semakin dingin) dan meluas.
2. ENSO (El Nino-Southern Oscillation)
ENSO merupakan salah satu fenomena cuaca skala global yang
mempengaruhi penambahan curah hujan (fase La Nina) maupun pengurangan
curah hujan (fase El Nino) di wilayah Indonesia. Analisa ENSO pada bulan
September 2017 teramati dalam kondisi Normal (Netral). Prediksi ENSO menurut
institusi Internasional yaitu BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika) menyatakan ENSO akan dalam kondisi La Nina lemah pada bulan
Oktober 2017 hingga Februari 2018, dan Maret 2018 dalam kondisi Normal;
JAMSTEC (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology)
menyatakan ENSO akan dalam kondisi La Nina lemah pada bulan Oktober
2017dan akan kembali dalam kondisi Normal pada bulan November 2017 hingga
Maret 2018; NCEP/NOAA (National Oceanic and Atmospheric Administration)
dan BoM/POAMA (Predictive Ocean Atmosphere Model for Australia)
menyatakan indeks ENSO akan dalam kondisi La Nina lemah pada bulan Oktober
2017 hingga Maret 2017.
Gbr.21. Prediksi ENSO dari NOAA, JAMSTEC, POAMA
dan BMKG
Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 20
Berdasarkan predikisi ENSO tersebut maka dapat dikatakan pada bulan
Oktober 2017 ini, ENSO secara umum cukup signifikan dalam memberi pengaruh
terhadap jumlah curah hujan di wilayah Indonesia termasuk di wilayah Kepulauan
Alor.
3. MJO (Madden-Julian Oscillation)
Salah satu fenomena cuaca global yang juga mempengaruhi jumlah curah
hujan di Indonesia, khususnya daerah dekat khatulistiwa adalah osilasi gugusan
awan atau disebut MJO.
Gbr. 22. Grafik Fase MJO dan Anomali OLR pada Bulan
September dan Prakiraan Bulan Oktober 2017
Sumber: NCEP-NOAA (http://www.cpc.ncep.noaa.gov)
Berdasarkan data analisis dari NOAA, tanggal 01 Oktober 2017, MJO
tidak aktif, dan diprediksi tetap tidak aktif hingga pertengahan Oktober 2017.
Berdasarkan peta prediksi spasial anomali OLR sampai dengan pertengahan bulan
Oktober 2017 perairan Indonesia relatif stabil tidak terdapat wilayah subsiden
maupun konvektif. Hal ini memberikan dampak pengurangan pembentukkan
awan di wilayah subsiden (kuning).
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 21
4.
Dipole Mode / IOD (Indian Ocean Dipole)
Fenomena cuaca global terakhir yang juga mempengaruhi peluang
hujan di Indonesia, khususnya Indonesia Bagian Barat, adalah Dipole Mode.
Rata-rata indeks IOD bulan September 2017 berada pada kondisi Positif (+)
dengan nilai +0,43ºC. Hal ini berdampak pada kecilnya peluang pembentukkan
awan di wilayah Indonesia bagian barat disebabkan karena massa uap air
bergerak dari wilayah Indonesia bagian barat ke Samudera Hindia (wilayah
Indonesia bagian barat menjadi wilayah subsiden / kering).
BMKG dan BoM memprakirakan pada bulan Oktober 2017 DMI berada
dalam kondisi normal dan akan tetap bertahan hingga Maret 2018, sedangkan
NASA memprediksi DMI akan berada pada kondisi positif kuat pada bulan
Oktober – November 2017, dan meluruh ke kondisi Normal pada bulan Desember
2017 – Maret 2018. Berdasarkan prediksi-prediksi tersebut, maka dapat dikatakan
DM tidak mempengaruhi penambahan maupun pengurangan jumlah curah hujan di
wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian Barat.
Gbr. 23. Prediksi Indeks Dipole Mode dari BoM, NASA,
dan BMKG
Sumber: BMKG (http://www.bmkg.go.id)
5. Tinjauan Klimatologis
Kondisi unsur cuaca bulan Oktober di Alor berdasarkan data klimatologis
selama 30 tahun (1981-2010) diketahui sebagai berikut:
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 22
Secara klimatologis, rata-rata curah hujan pada bulan ini menunjukkan bahwa
wilayah Kepulauan Alor berada pada periode musim kemarau, sehingga peluang
curah hujan lebih sedikit.
B. PRAKIRAAN CURAH HUJAN BULAN OKTOBER 2017 DI WILAYAH
KABUPATEN ALOR
1. Prakiraan Hujan Dasarian
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi
ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) yang telah divalidasi dan
mempertimbangkan kondisi fisis dinamika atmosfer-lautan sampai dengan akhir
September 2017, maka prakiraan curah hujan dan sifat hujan tiap Dasarian untuk
bulan Oktober 2017 di wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:
Tabel 2. Prakiraan Curah Hujan dan Sifat Hujan Dasarian
Bulan Oktober 2017
Sesuai dengan kriteria sifat hujan dalam dasarian, maka hasil prakiraan
menunjukkan sifat hujan pada Dasarian I adalah Bawah Bormal (BN) dengan
kriteria hujan rendah (jumlah curah hujan : 0 – 10 mm), Dasarian II adalah di
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 23
Normal (N) dengan kriteria rendah (jumlah curah hujan : 0 – 10 mm), dan
Dasarian III dengan sifat di Atas Normal (AN) dengan kriteria hujan rendah
(jumlah curah hujan : 10 – 20 mm).
2. Prakiraan Hujan Bulanan
Berdasarkan keluaran program HyBMG 2.0.7 dengan model prediksi
ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) yang telah divalidasi dan
mempertimbangkan kondisi fisis dinamika atmosfer-lautan sampai dengan akhir
September 2017, maka prakiraan curah hujan dan sifat hujan untuk bulan Oktober
2017 di wilayah Kabupaten Alor sebagai berikut:
Tabel 3. Prakiraan Curah Hujan (CH) dan Sifat Hujan Bulanan
Bulan Oktober 2017
Wilayah
Prediksi CH (mm) /
Kriteria
Normal CH
(mm)
Sifat Hujan
Mali, Alor
10 - 20 / Rendah
17
Atas Normal
Sesuai dengan kriteria sifat hujan bulanan, maka hasil prakiraan
menunjukkan sifat hujan pada bulan Oktober 2017 adalah Atas Normal (AN)
dengan kriteria hujan rendah (jumlah curah hujan : 10 - 20 mm).
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 24
V. PRAKIRAAN PASANG SURUT (TIDAL) BULAN OKTOBER DAN
NOVEMBER 2017 DI WILAYAH KABUPATEN ALOR
1. Pendahuluan
Pasang surut air adalah gelombang yang mirip dengan gelombang air yang
terjadi akibat tiupan angin.Pasang surut memiliki panjang gelombang yang panjang,
seperti yang terdapat pada laut dalam namun terjadi untuk air dangkal, ini berarti
pasang surut dibiaskan oleh keadaan topografi kedalaman bawah air. Periodenya pun
cukup panjang, dalam orde jam. Pasang surut air terjadi disebabkan oleh gaya gravitasi
dan gaya sentrifugal yang ditimbulkan oleh gerakan bumi, bulan, dan matahari.
2. Pola Pasang Surut
Di seluruh dunia pasang surut berbeda baik ketinggian paras air maupun
waktu kejadiannya. Area pantai yang hanya punya satu pasang surut tertinggi dan
terendah setiap hari disebut diurnal tide (air pasang harian). Wilayah yang
mengalami dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari disebut mempunyai
semi-diurnal tide. Jika semi-diurnal tide mempunyai ketinggian air pasang yang
dicapai berbeda dan saat surut juga level air tidak sama disebut semi-diurnal mixed
tide.
Pola pasang surut dapat dijelaskan secara gelombang dengan grafik yang
menunjukkan paras air untuk sumbu vertikal dan sumbu horisontal menyatakan
waktu hari. Pengamatan pasang surut dalam jangka waktu yang lama digunakan
untuk menghitung rata-rata ketinggian pasang. Dengan nilai rata-rata ini dapat
dihitung anomali pasang naik dan pasang surut air.
3. Paras Pasang Surut.
Ketinggian air tertinggi yang dicapai permukaan air setiap hari disebut
High Water (HW) / Higt Tide (Ht). Titik terendah dimana permukaan air surut
disebut Low Water
(LW) / Low Tide. Mengingat Kabupaten Kepulauan Alor
sebagian besar wilayahnya terdiri dari lautan maka fenomena pasang surut air laut
sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan yang berhubungan dengan kelautan
seperti bongkar muat di Pelabuhan Laut, kegiatan para nelayan dan lain sebagainya.
Untuk itu dalam buletin ini kami sajikan prediksi pasang surut di wilayah
Kepulauan Alor yang meliputi 2 (dua) lokasi sebagai berikut :
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 25
a. Wilayah Pelabuhan Kalabahi – Alor
Keterangan :
Time (waktu)
: WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 26
Keterangan :
Time (waktu)
: WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 27
b. Wilayah Pelabuhan Kabir – Alor
Keterangan :
Time (waktu)
: WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 28
Keterangan :
Time (waktu)
: WITA
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 29
VI. INFORMASI WAKTU TERBIT DAN TENGGELAM MATAHARI
DI WILAYAH KABUPATEN ALOR
Data waktu terbit dan tenggelam Matahari di wilayah Kabupaten Alor untuk
bulan Oktober dan November 2017 dengan menggunakan software SunCalculator
Version 5.1, sebagai berikut:
1. Stasiun Meteorologi Mali
(Koordinat : 8.217 LS & 124.571 BT)
OKTOBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Oktober 2017 05:26:06
02 Oktober 2017 05:25:33
03 Oktober 2017 05:25:01
04 Oktober 2017 05:24:28
05 Oktober 2017 05:23:57
06 Oktober 2017 05:23:25
07 Oktober 2017 05:22:54
08 Oktober 2017 05:22:24
09 Oktober 2017 05:21:53
10 Oktober 2017 05:21:24
11 Oktober 2017 05:20:55
12 Oktober 2017 05:20:26
13 Oktober 2017 05:19:58
14 Oktober 2017 05:19:30
15 Oktober 2017 05:19:03
16 Oktober 2017 05:18:37
17 Oktober 2017 05:18:11
18 Oktober 2017 05:17:46
19 Oktober 2017 05:17:21
20 Oktober 2017 05:16:58
21 Oktober 2017 05:16:34
22 Oktober 2017 05:16:12
23 Oktober 2017 05:15:50
24 Oktober 2017 05:15:30
25 Oktober 2017 05:15:09
26 Oktober 2017 05:14:50
27 Oktober 2017 05:14:32
28 Oktober 2017 05:14:14
29 Oktober 2017 05:13:57
30 Oktober 2017 05:13:41
31 Oktober 2017 05:13:26
Sunset
WITA
17:36:43
17:36:38
17:36:32
17:36:27
17:36:23
17:36:18
17:36:14
17:36:11
17:36:08
17:36:05
17:36:03
17:36:01
17:36:00
17:35:59
17:35:59
17:35:59
17:36:00
17:36:01
17:36:03
17:36:05
17:36:08
17:36:12
17:36:16
17:36:21
17:36:27
17:36:33
17:36:40
17:36:47
17:36:55
17:37:04
17:37:14
NOVEMBER 2017
Sunrise Sunset
Date
WITA WITA
01 Nopember 2017 05:13:12 17:37:24
02 Nopember 2017 05:12:59 17:37:35
03 Nopember 2017 05:12:46 17:37:46
04 Nopember 2017 05:12:35 17:37:59
05 Nopember 2017 05:12:24 17:38:12
06 Nopember 2017 05:12:15 17:38:25
07 Nopember 2017 05:12:06 17:38:40
08 Nopember 2017 05:11:58 17:38:55
09 Nopember 2017 05:11:52 17:39:11
10 Nopember 2017 05:11:46 17:39:27
11 Nopember 2017 05:11:41 17:39:45
12 Nopember 2017 05:11:38 17:40:02
13 Nopember 2017 05:11:35 17:40:21
14 Nopember 2017 05:11:34 17:40:40
15 Nopember 2017 05:11:33 17:41:00
16 Nopember 2017 05:11:33 17:41:21
17 Nopember 2017 05:11:35 17:41:42
18 Nopember 2017 05:11:37 17:42:04
19 Nopember 2017 05:11:41 17:42:27
20 Nopember 2017 05:11:46 17:42:50
21 Nopember 2017 05:11:51 17:43:13
22 Nopember 2017 05:11:58 17:43:38
23 Nopember 2017 05:12:05 17:44:03
24 Nopember 2017 05:12:14 17:44:28
25 Nopember 2017 05:12:24 17:44:54
26 Nopember 2017 05:12:34 17:45:20
27 Nopember 2017 05:12:46 17:45:47
28 Nopember 2017 05:12:58 17:46:15
29 Nopember 2017 05:13:12 17:46:43
30 Nopember 2017 05:13:27 17:47:11
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 30
2. Kota Kalabahi
(Koordinat : 8.217 LS & 124.518 BT )
OKTOBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Oktober 2017 05:26:19
02 Oktober 2017 05:25:46
03 Oktober 2017 05:25:13
04 Oktober 2017 05:24:41
05 Oktober 2017 05:24:09
06 Oktober 2017 05:23:38
07 Oktober 2017 05:23:07
08 Oktober 2017 05:22:36
09 Oktober 2017 05:22:06
10 Oktober 2017 05:21:36
11 Oktober 2017 05:21:07
12 Oktober 2017 05:20:39
13 Oktober 2017 05:20:11
14 Oktober 2017 05:19:43
15 Oktober 2017 05:19:16
16 Oktober 2017 05:18:50
17 Oktober 2017 05:18:24
18 Oktober 2017 05:17:59
19 Oktober 2017 05:17:34
20 Oktober 2017 05:17:10
21 Oktober 2017 05:16:47
22 Oktober 2017 05:16:25
23 Oktober 2017 05:16:03
24 Oktober 2017 05:15:42
25 Oktober 2017 05:15:22
26 Oktober 2017 05:15:03
27 Oktober 2017 05:14:44
28 Oktober 2017 05:14:27
29 Oktober 2017 05:14:10
30 Oktober 2017 05:13:54
31 Oktober 2017 05:13:39
Sunset
WITA
17:36:56
17:36:50
17:36:45
17:36:40
17:36:35
17:36:31
17:36:27
17:36:24
17:36:21
17:36:18
17:36:16
17:36:14
17:36:13
17:36:12
17:36:11
17:36:12
17:36:12
17:36:14
17:36:16
17:36:18
17:36:21
17:36:25
17:36:29
17:36:34
17:36:39
17:36:46
17:36:52
17:37:00
17:37:08
17:37:17
17:37:26
NOVEMBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Nopember 2017 05:13:25
02 Nopember 2017 05:13:11
03 Nopember 2017 05:12:59
04 Nopember 2017 05:12:47
05 Nopember 2017 05:12:37
06 Nopember 2017 05:12:27
07 Nopember 2017 05:12:19
08 Nopember 2017 05:12:11
09 Nopember 2017 05:12:04
10 Nopember 2017 05:11:59
11 Nopember 2017 05:11:54
12 Nopember 2017 05:11:51
13 Nopember 2017 05:11:48
14 Nopember 2017 05:11:46
15 Nopember 2017 05:11:46
16 Nopember 2017 05:11:46
17 Nopember 2017 05:11:48
18 Nopember 2017 05:11:50
19 Nopember 2017 05:11:54
20 Nopember 2017 05:11:58
21 Nopember 2017 05:12:04
22 Nopember 2017 05:12:10
23 Nopember 2017 05:12:18
24 Nopember 2017 05:12:27
25 Nopember 2017 05:12:36
26 Nopember 2017 05:12:47
27 Nopember 2017 05:12:59
28 Nopember 2017 05:13:11
29 Nopember 2017 05:13:25
30 Nopember 2017 05:13:39
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Sunset
WITA
17:37:37
17:37:48
17:37:59
17:38:11
17:38:24
17:38:38
17:38:53
17:39:08
17:39:24
17:39:40
17:39:57
17:40:15
17:40:34
17:40:53
17:41:13
17:41:34
17:41:55
17:42:17
17:42:39
17:43:02
17:43:26
17:43:50
17:44:15
17:44:41
17:45:07
17:45:33
17:46:00
17:46:28
17:46:55
17:47:24
Page 31
3. Alor Kecil
(Koordinat : 8.269 LS & 124.408 BT)
OKTOBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Oktober 2017 05:26:45
02 Oktober 2017 05:26:12
03 Oktober 2017 05:25:39
04 Oktober 2017 05:25:07
05 Oktober 2017 05:24:36
06 Oktober 2017 05:24:04
07 Oktober 2017 05:23:33
08 Oktober 2017 05:23:02
09 Oktober 2017 05:22:32
10 Oktober 2017 05:22:03
11 Oktober 2017 05:21:33
12 Oktober 2017 05:21:05
13 Oktober 2017 05:20:37
14 Oktober 2017 05:20:09
15 Oktober 2017 05:19:42
16 Oktober 2017 05:19:16
17 Oktober 2017 05:18:50
18 Oktober 2017 05:18:25
19 Oktober 2017 05:18:00
20 Oktober 2017 05:17:36
21 Oktober 2017 05:17:13
22 Oktober 2017 05:16:51
23 Oktober 2017 05:16:29
24 Oktober 2017 05:16:08
25 Oktober 2017 05:15:48
26 Oktober 2017 05:15:29
27 Oktober 2017 05:15:10
28 Oktober 2017 05:14:53
29 Oktober 2017 05:14:36
30 Oktober 2017 05:14:20
31 Oktober 2017 05:14:05
Sunset
WITA
17:37:23
17:37:17
17:37:12
17:37:07
17:37:02
17:36:58
17:36:54
17:36:50
17:36:47
17:36:45
17:36:42
17:36:41
17:36:39
17:36:38
17:36:38
17:36:38
17:36:39
17:36:41
17:36:42
17:36:45
17:36:48
17:36:52
17:36:56
17:37:01
17:37:06
17:37:13
17:37:19
17:37:27
17:37:35
17:37:44
17:37:53
NOVEMBER 2017
Sunrise Sunset
Date
WITA WITA
01 Nopember 2017 05:13:48 17:38:06
02 Nopember 2017 05:13:34 17:38:17
03 Nopember 2017 05:13:22 17:38:29
04 Nopember 2017 05:13:10 17:38:41
05 Nopember 2017 05:13:00 17:38:55
06 Nopember 2017 05:12:50 17:39:08
07 Nopember 2017 05:12:41 17:39:23
08 Nopember 2017 05:12:34 17:39:38
09 Nopember 2017 05:12:27 17:39:54
10 Nopember 2017 05:12:21 17:40:10
11 Nopember 2017 05:12:17 17:40:28
12 Nopember 2017 05:12:13 17:40:46
13 Nopember 2017 05:12:10 17:41:04
14 Nopember 2017 05:12:08 17:41:24
15 Nopember 2017 05:12:08 17:41:44
16 Nopember 2017 05:12:08 17:42:04
17 Nopember 2017 05:12:10 17:42:26
18 Nopember 2017 05:12:12 17:42:48
19 Nopember 2017 05:12:16 17:43:10
20 Nopember 2017 05:12:20 17:43:33
21 Nopember 2017 05:12:26 17:43:57
22 Nopember 2017 05:12:32 17:44:22
23 Nopember 2017 05:12:40 17:44:46
24 Nopember 2017 05:12:48 17:45:12
25 Nopember 2017 05:12:58 17:45:38
26 Nopember 2017 05:13:08 17:46:05
27 Nopember 2017 05:13:20 17:46:32
28 Nopember 2017 05:13:33 17:46:59
29 Nopember 2017 05:13:46 17:47:27
30 Nopember 2017 05:14:01 17:47:55
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 32
4. Kabir
(Koordinat : 8.278 LS & 124.197 BT)
OKTOBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Oktober 2017 05:27:35
02 Oktober 2017 05:27:02
03 Oktober 2017 05:26:29
04 Oktober 2017 05:25:57
05 Oktober 2017 05:25:25
06 Oktober 2017 05:24:54
07 Oktober 2017 05:24:22
08 Oktober 2017 05:23:52
09 Oktober 2017 05:23:21
10 Oktober 2017 05:22:52
11 Oktober 2017 05:22:22
12 Oktober 2017 05:21:54
13 Oktober 2017 05:21:25
14 Oktober 2017 05:20:58
15 Oktober 2017 05:20:31
16 Oktober 2017 05:20:04
17 Oktober 2017 05:19:38
18 Oktober 2017 05:19:13
19 Oktober 2017 05:18:48
20 Oktober 2017 05:18:25
21 Oktober 2017 05:18:01
22 Oktober 2017 05:17:39
23 Oktober 2017 05:17:17
24 Oktober 2017 05:16:56
25 Oktober 2017 05:16:36
26 Oktober 2017 05:16:17
27 Oktober 2017 05:15:58
28 Oktober 2017 05:15:40
29 Oktober 2017 05:15:23
30 Oktober 2017 05:15:07
31 Oktober 2017 05:14:52
Sunset
WITA
17:38:14
17:38:08
17:38:03
17:37:58
17:37:54
17:37:50
17:37:46
17:37:42
17:37:39
17:37:37
17:37:35
17:37:33
17:37:32
17:37:31
17:37:31
17:37:31
17:37:32
17:37:33
17:37:35
17:37:38
17:37:41
17:37:45
17:37:49
17:37:54
17:38:00
17:38:06
17:38:13
17:38:21
17:38:29
17:38:38
17:38:47
NOVEMBER 2017
Sunrise Sunset
Date
WITA WITA
01 Nopember 2017 05:14:38 17:38:58
02 Nopember 2017 05:14:24 17:39:09
03 Nopember 2017 05:14:12 17:39:20
04 Nopember 2017 05:14:00 17:39:33
05 Nopember 2017 05:13:50 17:39:46
06 Nopember 2017 05:13:40 17:40:00
07 Nopember 2017 05:13:31 17:40:14
08 Nopember 2017 05:13:24 17:40:29
09 Nopember 2017 05:13:17 17:40:45
10 Nopember 2017 05:13:11 17:41:02
11 Nopember 2017 05:13:06 17:41:19
12 Nopember 2017 05:13:03 17:41:37
13 Nopember 2017 05:13:00 17:41:56
14 Nopember 2017 05:12:58 17:42:15
15 Nopember 2017 05:12:58 17:42:35
16 Nopember 2017 05:12:58 17:42:56
17 Nopember 2017 05:13:00 17:43:17
18 Nopember 2017 05:13:02 17:43:39
19 Nopember 2017 05:13:05 17:44:02
20 Nopember 2017 05:13:10 17:44:25
21 Nopember 2017 05:13:15 17:44:49
22 Nopember 2017 05:13:22 17:45:13
23 Nopember 2017 05:13:30 17:45:38
24 Nopember 2017 05:13:38 17:46:03
25 Nopember 2017 05:13:48 17:46:29
26 Nopember 2017 05:13:58 17:46:56
27 Nopember 2017 05:14:10 17:47:23
28 Nopember 2017 05:14:22 17:47:51
29 Nopember 2017 05:14:36 17:48:18
30 Nopember 2017 05:14:50 17:48:47
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 33
5. Baranusa
(Koordinat : 8.358 LS & 124.092 BT)
OKTOBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Oktober 2017 05:27:59
02 Oktober 2017 05:27:26
03 Oktober 2017 05:26:53
04 Oktober 2017 05:26:21
05 Oktober 2017 05:25:49
06 Oktober 2017 05:25:17
07 Oktober 2017 05:24:46
08 Oktober 2017 05:24:15
09 Oktober 2017 05:23:44
10 Oktober 2017 05:23:15
11 Oktober 2017 05:22:45
12 Oktober 2017 05:22:16
13 Oktober 2017 05:21:48
14 Oktober 2017 05:21:20
15 Oktober 2017 05:20:53
16 Oktober 2017 05:20:26
17 Oktober 2017 05:20:00
18 Oktober 2017 05:19:35
19 Oktober 2017 05:19:10
20 Oktober 2017 05:18:46
21 Oktober 2017 05:18:23
22 Oktober 2017 05:18:00
23 Oktober 2017 05:17:38
24 Oktober 2017 05:17:17
25 Oktober 2017 05:16:57
26 Oktober 2017 05:16:37
27 Oktober 2017 05:16:19
28 Oktober 2017 05:16:01
29 Oktober 2017 05:15:44
30 Oktober 2017 05:15:27
31 Oktober 2017 05:15:12
Sunset
WITA
17:38:40
17:38:35
17:38:30
17:38:25
17:38:21
17:38:17
17:38:13
17:38:10
17:38:07
17:38:04
17:38:02
17:38:01
17:38:00
17:37:59
17:37:59
17:37:59
17:38:00
17:38:02
17:38:04
17:38:07
17:38:10
17:38:14
17:38:18
17:38:23
17:38:29
17:38:36
17:38:43
17:38:50
17:38:59
17:39:08
17:39:18
NOVEMBER 2017
Sunrise Sunset
Date
WITA WITA
01 Nopember 2017 05:14:58 17:39:28
02 Nopember 2017 05:14:44 17:39:39
03 Nopember 2017 05:14:32 17:39:51
04 Nopember 2017 05:14:20 17:40:03
05 Nopember 2017 05:14:09 17:40:17
06 Nopember 2017 05:14:00 17:40:30
07 Nopember 2017 05:13:51 17:40:45
08 Nopember 2017 05:13:43 17:41:00
09 Nopember 2017 05:13:36 17:41:16
10 Nopember 2017 05:13:30 17:41:33
11 Nopember 2017 05:13:25 17:41:50
12 Nopember 2017 05:13:22 17:42:09
13 Nopember 2017 05:13:19 17:42:27
14 Nopember 2017 05:13:17 17:42:47
15 Nopember 2017 05:13:16 17:43:07
16 Nopember 2017 05:13:17 17:43:28
17 Nopember 2017 05:13:18 17:43:49
18 Nopember 2017 05:13:20 17:44:11
19 Nopember 2017 05:13:24 17:44:34
20 Nopember 2017 05:13:28 17:44:57
21 Nopember 2017 05:13:33 17:45:21
22 Nopember 2017 05:13:40 17:45:45
23 Nopember 2017 05:13:47 17:46:11
24 Nopember 2017 05:13:56 17:46:36
25 Nopember 2017 05:14:05 17:47:02
26 Nopember 2017 05:14:16 17:47:29
27 Nopember 2017 05:14:27 17:47:56
28 Nopember 2017 05:14:40 17:48:23
29 Nopember 2017 05:14:53 17:48:51
30 Nopember 2017 05:15:08 17:49:20
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 34
6. Maritaing
(Koordinat : 8.286 LS & 125.127 BT)
OKTOBER 2017
Sunrise
Date
WITA
01 Oktober 2017 05:23:51
02 Oktober 2017 05:23:19
03 Oktober 2017 05:22:46
04 Oktober 2017 05:22:14
05 Oktober 2017 05:21:42
06 Oktober 2017 05:21:10
07 Oktober 2017 05:20:39
08 Oktober 2017 05:20:08
09 Oktober 2017 05:19:38
10 Oktober 2017 05:19:08
11 Oktober 2017 05:18:39
12 Oktober 2017 05:18:10
13 Oktober 2017 05:17:42
14 Oktober 2017 05:17:14
15 Oktober 2017 05:16:47
16 Oktober 2017 05:16:21
17 Oktober 2017 05:15:55
18 Oktober 2017 05:15:30
19 Oktober 2017 05:15:05
20 Oktober 2017 05:14:41
21 Oktober 2017 05:14:18
22 Oktober 2017 05:13:55
23 Oktober 2017 05:13:34
24 Oktober 2017 05:13:13
25 Oktober 2017 05:12:52
26 Oktober 2017 05:12:33
27 Oktober 2017 05:12:14
28 Oktober 2017 05:11:57
29 Oktober 2017 05:11:40
30 Oktober 2017 05:11:24
31 Oktober 2017 05:11:08
Sunset
WITA
17:34:31
17:34:25
17:34:20
17:34:15
17:34:11
17:34:07
17:34:03
17:33:59
17:33:56
17:33:54
17:33:52
17:33:50
17:33:49
17:33:48
17:33:48
17:33:48
17:33:49
17:33:50
17:33:52
17:33:55
17:33:58
17:34:02
17:34:06
17:34:11
17:34:17
17:34:23
17:34:30
17:34:38
17:34:46
17:34:55
17:35:05
NOVEMBER 2017
Sunrise Sunset
Date
WITA WITA
01 Nopember 2017 05:10:54 17:35:15
02 Nopember 2017 05:10:41 17:35:26
03 Nopember 2017 05:10:28 17:35:38
04 Nopember 2017 05:10:17 17:35:50
05 Nopember 2017 05:10:06 17:36:03
06 Nopember 2017 05:09:56 17:36:17
07 Nopember 2017 05:09:48 17:36:31
08 Nopember 2017 05:09:40 17:36:47
09 Nopember 2017 05:09:33 17:37:03
10 Nopember 2017 05:09:27 17:37:19
11 Nopember 2017 05:09:23 17:37:36
12 Nopember 2017 05:09:19 17:37:54
13 Nopember 2017 05:09:16 17:38:13
14 Nopember 2017 05:09:15 17:38:32
15 Nopember 2017 05:09:14 17:38:52
16 Nopember 2017 05:09:14 17:39:13
17 Nopember 2017 05:09:16 17:39:35
18 Nopember 2017 05:09:18 17:39:56
19 Nopember 2017 05:09:22 17:40:19
20 Nopember 2017 05:09:26 17:40:42
21 Nopember 2017 05:09:31 17:41:06
22 Nopember 2017 05:09:38 17:41:30
23 Nopember 2017 05:09:46 17:41:55
24 Nopember 2017 05:09:54 17:42:21
25 Nopember 2017 05:10:04 17:42:47
26 Nopember 2017 05:10:14 17:43:14
27 Nopember 2017 05:10:26 17:43:41
28 Nopember 2017 05:10:38 17:44:08
29 Nopember 2017 05:10:52 17:44:36
30 Nopember 2017 05:11:06 17:45:04
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 35
VII. PELAYANAN PUBLIK
1. PELAYANAN PENERBANGAN
Berdasarkan hasil data pengamatan cuaca selama bulan September 2017, dalam
hal ini banyak hasil observasi cuaca khusus untuk pelayanan penerbangan yang berupa
QAM, SPECI, dan METAR dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4. Informasi Pelayanan Meteorologi Untuk Penerbangan
Stasiun Meteorologi Mali – Alor
HASIL PENGAMATAN
BULAN
September 2017
QAM
SPECIAL
METAR
SPECI
244
-
1137
8
Keterangan Tabel :
o QAM : merupakan informasi cuaca yang diberikan untuk kepentingan Take Off
(Lepas Landas ) dan Landing ( Pendaratan ) pesawat terbang.
o SPECI : Merupakan informasi cuaca khusus yang harus dilaporkan setiap terjadi
perubahan cuaca yang signifikan (bermakna) seperti: terjadi thunderstorm
(badai guntur ), terjadi hujan, terjadi peruban arah kecepatan angin secara
tiba – tiba dan lain – lain. Informasi ini dilaporkan saat keadaan cuaca
mulai terjadi dan setelah cuaca selesai terjadi
o METAR: Merupakan
informasi
cuaca
rutin
untuk kepentingan penerbangan
yang dibuat setiap jam atau ½ jam sekali pada jam penuh atau jam
tengahan.
2. LAPORAN PRODUK METEOROLOGI PUBLIK
Laporan produk meteorologi publik merupakan laporan informasi mengenai
kegiatan publikasi data – data hasil pengamatan yang di gunakan atau dimanfaatkan oleh
BMKG, instansi di luar BMKG dan masyarakat umum yang membutuhkan. Hasil produk
meteorologi publik dapat di lihat dalam tabel di berikut ini.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 36
Tabel 5. Laporan Produk Meteorologi Publik
Stasiun Meteorologi Mali – Alor Bulan September 2017
N
o
Jenis
Publikasi
Unit
Kerja
1
1
2
Data
Klimatologi
3
Stamet MaliAlor
2
Buletin
Informasi
Meteorologi
Stamet MaliAlor
3
QAM
4
SPECIAL
4
METAR
5
SPECI
Stamet MaliAlor
Stamet MaliAlor
Stamet MaliAlor
Stamet MaliAlor
INSTANSI PENERIMA PUBLIKASI
DI LINGKUNGAN BMKG
DI LUAR BMKG
UNIT KERJA
JML
UNIT KERJA
JML
4
5
6
7
- Deputi Bidang
2 lbr
Meteorologi
- Kepala Balai
Sda
Besar MKG
Wil.III
- Koord. BMKG
Sda
NTT
- Ka. Stasiun
Sda
Klimatologi
Lasiana Kupang
Sestama BMKG
1 Exp - Bupati Alor
1 Exp
- Ketua DPRD
Sda
Kab. Alor
Deputi Bdg.
- Kepala
Sda
Meteorologi
Sda
BAPEDA kab.
Alor
Deputi Bidang
- Kepala Dinas
Sda
Klimatologi
Sda
PU kab. Alor
- Kepala BPS kab.
Sda
Kepala Biro
Alor
Umum
Sda
- Kepala Dinas
Pertanian &
Sda
Ka. Balai Besar
Perkebunan
MKG Wil. III
Sda
Kab. Alor
- Kepala Dinas
Koord. BMKG
Perhubungan
Sda
NTT
Sda
kab. Alor
- Kepala Badan
Stamet, Staklim,
Lingkungan
Sda
Stageo se-NTT
Sda
Hidup Daerah
kab. Alor
Bandara Mali di
244
Alor
Bandara Mali di
Alor
BMKG via CMSS
1137
BMKG via CMSS
-
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
-
8
Page 37
VIII. LAMPIRAN
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 38
DAFTAR ISTILAH
Anomali
:
Penyimpangan suatu variabel dari nilai rata-rata
Awan Konvektif
:
Awan tebal menjulang tinggi yang terbentuk dari pemanasan
vertikal yang membawa uap air. Awan ini mengakibatkan
terjadinya hujan secara tiba-tiba, petir dan angina
Cold Surge
:
Aliran udara dingin dari daratan Asia yang menjalar
memasuki wilayah Indonesia bagian barat, cold surge biasa
terjadi pada saat Asia memasuki musim dingin.
Cuaca
:
Kondisi fisis atmosfer pada suatu wilayah yang sempit pada
waktu tertentu
Dasarian
Dipole Mode /IOD (Indian Ocean
:
Periode sepuluh harian
:
Tingkat ketersediaan uap air akibat perbedaan suhu muka laut
antara Samudera Hindia dan Perairan Pantai Timur Afrika.
Dipole)
DMI (Dipole Mode Index)
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas
Dipole Mode. DMI yang bernilai negatif akan menambah
kandungan uap air di sekitar wilayah Sumatera, sehingga
curah hujannya secara umum meningkat. Sedangkan nilai
positif tidak menambah kandungan uap air, sehingga curah
hujan cenderung berkurang.
Divergensi
:
Beraian angin, yang mengindikasikan daerah cuaca baik
Eddy
:
Pusaran angin dengan durasi harian dan biasanya jika suatu
daerah terdapat eddy, maka cenderung banyak hujan.
El Nino
:
Fenomena memanasnya suhu permukaan laut di Pasifik
Timur sehingga secara umum menyebabkan curah hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia berkurang
ENSO
(El
Nino-Shouthern :
Fluktuasi musiman antara fase El Nino dan La Nina.
Oscillation)
Gelombang
:
Pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan laut.
Iklim
:
Kondisi Rata-rata cuaca dalam jangka waktu yang lama
dan wilayah yang luas.
ITCZ (Intertropical
:
Daerah pertemuan massa udara antar benua dengan cakupan
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 39
Convergence Zone)
yang luas. Umumnya daerah-daerah yang dilintasi ITCZ
berpotensi terjadi pertumbuhan awan-awan hujan lebat dan
cukup lama (bisa lebih dari satu hari).
Konvergensi
:
Pumpunan angin, pola angin yang mengumpul
La Nina
:
Fenomena yang merupakan kebalikan dari El Nino. Secara
umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat.
MJO (Madden Jullian Oscillation)
:
Fluktuasi musiman/osilasi/gelombang tekanan (pola tekanan
tinggi- tekanan
terkait
rendah) di
kawasan
tropik
yang
dengan penambahan gugusan uap air yang
menyuplai pembentukan awan hujan dengan periode lebih
kurang 48 hari yang menjalar dari barat ke timur. Biasanya
berawal di pantai timur Afrika kemudian menjalar ke timur
dan menghilang di bagian tengah Pasifik.
MJO ini
berkaitan dengan OLR (Outgoing Longwave Radiation)
Monsun
:
Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik
pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang
lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal
dengan 2 istilah monsun yaitu monsun Asia dan Monsun
Australia. Monsun Asia berkaitan dengan musim hujan di
Indonesia, sedangkan Monsun Australia berkaitan dengan
musim kemarau.
Normal
:
Nilai
rata-rata
suatu
menggunakan periode
variabel
waktu
selama 30
yang
tidak
tahun,
ditentukan
(1971-2000, 1976-2005, 1978-2007, dsb)
OLR (Outgoing Longwave Radiation) :
Radiasi gelombang panjang (infra merah) yang dipancarakan
keluar dari bumi. OLR yang bernilai negatif menunjukkan
tutupan awan konvektis yang banyak. Sedangkan nilai
positif menunjukan tutupan awan konvektif yang sedikit.
Rata-rata
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama minimal periode 10 tahun
(1971-1980, 1976-1985, 1993-2002, 1995-2010, dsb)
Shearline
:
Garis atau zona lintasan yang terdapat perubahan arah dan
kecepatan angin secara tiba-tiba.
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 40
SOI (Southern Oscillation Index)
:
Indeks yang menunjukkan perkembangan dan intensitas El
Nino atau La Nina.
Standar Normal
:
Nilai rata-rata suatu variabel selama 30 tahun, menggunakan
periode waktu yang sudah ditentukan, dimulai tahun
berakhiran 1 dan diakhiri tahun berakhiran 0 (1961-1990,
1971-2000, 1981-2010, dst)
Konveksi
:
Pergerakan molekul-molekul pada fluida (cairan atau gas)
Updraft
:
Pergerakan vertikal ke atas dari suatu kolom udara yang
berhubungan dengan fenomena cuaca
***
Buletin Informasi Meteorologi Edisi IX bulan September 2017
Page 41
Download