PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (1) Peraturan pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi, maka perlu diatur Izin Usaha Jasa Konstruksi dengan Peraturan daerah; b. bahwa dalam rangka mewujudkan iklim usaha jasa konstruksi yang keberlanjutan sehat, usaha kompetitif, serta kepastian menjamin dan keterpaduan dalam pengawasan dan pembinaan usaha konstruksi perlu diterbitkan Izin Usaha Jasa Konstruksi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Izin Usaha Jasa Konstruksi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Nomor 1649); 1 Negara Republik Indonesia 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3817); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833); 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Repubublik Indonesia Nomor 3952); 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2 8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggara Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3956); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggara Pembina Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 14. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional; 3 15. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 4 Tahun 2007 tentang Urusan pemerintahan Yang menjadi Kewenangan pemerintahan Kabupaten Alor (Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 436); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan BUPATI ALOR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor. 3. Bupati adalah Bupati Alor. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Alor. 5. Jasa konstruksi adalah layanan usaha jasa perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi. 6. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan atau pelaksanaan serta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya bangunan atau bentuk fisik lainnya. 4 untuk mewujudkan suatu 7. Izin Usaha Jasa Konstruksi selanjutnya disebut IUJK adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada perusahaan jasa konstruksi untuk dapat melaksanakan kegiatan di bidang jasa konstruksi yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Sertifikasi adalah proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap klasifikasi/greed atas kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi yang berbentuk perusahaan. 9. Badan Usaha Jasa Konstruksi selanjutnya disebut BUJK adalah badan usaha yang bergerak di bidang usaha jasa konstruksi dan meliputi kegiatan usaha jasa perencanaan konstruksi, usaha jasa pelaksanaan konstruksi dan usaha jasa pengawasan konstruksi. 10. Perusahaan Cabang adalah perusahaan yang merupakan bagian dari perusahaan induknya dan dapat menandatangani serta melaksanakan konstrak. 11. Duplikasi adalah perangkapan jabatan kerja lebih dari satu perusahaan yang mencakup pengurus, penanggung jawab badan usaha, penanggung jawab bidang, penanggung jawab layanan dan penanggung jawab teknis; 12. Pengurus perusahaan adalah komisaris perusahaan (fungsi pengawasanh) dan direksi/penanggung jawab perusahaan (fungsi operasional) sesuai dengan akte pendirian perusahaanh atau akte perubahaannya . 13. Penanggung jawab perusahaan adalah direksi/pimpinan untuk Kantor Pusat dan Kepala Cabang untuk Kantor Cabang. 14. Penanggung Jawab Teknik selanjutnya disebut PJT adalah tenaga teknik yang ditunjuk sebagai penanggung jawab masalah teknis dalam kegiatan usaha. 15. Badan Usaha adalah suatu bentuk perusahaan yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya Badan Usaha Milik Negara, Firma, Kongsi, Koperasi serta Badan Usaha Lainnhya. 16. Usaha orang perseorangan adalah usaha pelaksana di bidang jasa konstruksi yang dilakukan oleh orang persweorangan yang memiliki kertampilan kerta tertentu. 17. Tim pembina jasa konstrujksi adalah tim yang dibentuk oleh Bupati untuk melakukan pembinaan. 5 BAB II LINGKUP BIDANG USAHA JASA KONSTRUKSI Pasal 2 Usaha jasa konstruksi mencakup : a. jenis usaha jasa konstruksi; b. bentuk usaha jasa konstruksi; c. klasifikasi usaha jasa konstruksi. Pasal 3 (1) Jenis usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, meliputi : a. jasa perencanaan; b. jasa pelaksanaan; c. jasa pengawasan konstruksi. (2) Bentuk usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, meliputi: a. usaha orang per orang; b. badan usaha milik negara; c. badan usaha milik asing. (3) Klasiifikasi usaha jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hurufc, terdiri atas: a. jasa perencanaan dan jasa pengawasan konstruksi, meliputi: 1) jasa konstruksi bersifat umum; 2) jasa konstruksi bersifat spesialis. b. Jasa pelaksanaan konstruksi, meliputi: 1) jasa konstruksi bersifat umum; 2) jasa konstruksi bersifat spesialis; 3) jasa konstruksi berketrampilan. (4) Klasifikasi sebagaimana dimaksud pekerjaan: a. arsiterkur; b. sipil; c. mekanikal; d. elektrikal; e. tata lingkungan. 6 pada ayat (3), meliputi bidang Pasal 4 (1) Usaha jasa konstruksi digolongkan atas: a. gred 1 dengan nilai investasi 0 – Rp. 100.000.000,-; b. gred 2 dengan nilai investasi 0 – Rp. 300.000.000,-; c. gred 3 dengan nilai investasi 0 – Rp. 600.000.000,-; d. gred 4 dengan nilai investasi 0 – Rp. 1.000.000.000,-; e. gred 5 dengan nilai investai > Rp. 1.000.000.000 s/d 10.000.000.000; f. gred 6 dengan nilai investasi > Rp. 1.000.000.000 s/d 25.000.000.000; g. gred 7 dengan nilai investasi > Rp. 1.000.000.000 s/d tak terbatas. (2) Uasaha jasa konsultansi digolongkan atas: a. golongan usaha kecil; b. gololonhghan unsaha menengah; c. golongan usaha besar. BAB III PRINSIP PEMBERIAN IUJK Pasal 5 Pelaksanaan pemberian IUJK berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut: a. tidak merupakan simpul birokrasi; b. harus mencerminkan profesionalisme pengusaha; c. harus terkait secara baik dengan kegiatan sertifikasi; d. diberikan berdasarkan klasifikasi usaha; e. merupakan salah satu sarana pembinaan dunia usaha jasa konstruksi; f. merupakan alat kontrol terhadap kegiatan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. BAB IV IUJK Pasal 6 Setiap orang atau badan yang melakukan kegiatan usaha jasa konstruksi harus memiliki IUJK. 7 Pasal 7 (1) IUJK diberikan untuk BUJK yang berdomisili di daerah. (2) IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi BUJK dengan status Cabang/Perwakilan. Pasal 8 (1) Pemberian IUJK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) Tahun dan dapat diperpanjang. (2) Perpanjangan IUJK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah jangka waktu IUJK berakhir. Pasal 9 (1) BUJK yang telah memiliki IUJK wajib mendaftar ulang setiap Tahun. (2) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama 1 (satu ) bulan setelah tanggal jatuh tempo berakhir. Pasal 10 Pemberian IUJK disesuaikan dengan : a. penggolongan BUJK; b. usaha orang per orang. BAB V PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGURUSAN IUJK Bagian Kesatu Persyaratan IUJK Pasal 11 Syarat-syarat untuk memperoleh IUJK sebagai berikut: a. foto copy akta pendirian perusahaan; b. foto copy izin tempat usaha; c. foto copy NPWP; d. daftar nama-nama pengurus perusahaan; e. foto copy KTP Direktur/Direktur Cabang; f. foto copy ijazah tenaga teknik; g. dafatar peralatan yang dimiliki; h. foto copy IUJK (khusus untuk pendaftaran ulang); i. pas photo warna penanggungjawab perusahaan 3 X 4 Cm sebanyak 3 (tiga) lembar. j. pas photo warna tenaga teknik 3 X 4 Cm, sebanyak 3 (tiga) lembar. k. foto copy bukti pembayaran retribusi IUJK (dilampirkan dengan asli); l. neraca perusahaan; m. sertivikat tenaga teknis yang diterbitkan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi; n. foto copy sertivikat BUJK. 8 Bagain Kedua Tata Cara Pengurusan IUJK Pasal 12 (1) Untuk memperoleh IUJK, perusahaan mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati. (2) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. Pasal 13 (1) Permohonan memperoleh IUJK menggunakan format yang telah disediakan. (2) Format sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 14 (1) Dokumen permohonan yang diajukan jika telah lengkap dan benar, dilanjutkan dengan penelitian ke tempat usaha jasa konstruksi. (2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh Bupati. (3) Hasil penelitian Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat dalam berita acara sebagai bahan pertimbangan Bupati dalam menerbitkan IUJK. Pasal 15 (1) Dalam jangka waktu 14 (empat) hari kerja sejak didaftarkannya berkas dan syarat-syarat dinyatakan lengkap, Bupati akan memberikan jawaban secara tertulis mengenai dikabulkan, disempurkan atau ditolaknya permohonan. (2) Apabila permohonan ditolak atau disempurnakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan alasan penolakan atau ketentuan penyempurnaan. (3) Apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak persyaratan dinyatakan lengkap dan tidak ada alasan penolakan atau penyempurnaan maka permohonan dinyatakan dikabulkan. (4) IUJK diterbitkan paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan dikabulkan. BAB VI KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 16 BUJK yang telah memiliki IUJK wajib : a. memasang papan nama perusahaan dengan mencantumkan Nomor IUJK; b. menyampaikan laporan perubahan data perusahaan paling lama 15 (lima belas) hari kerja, sejak perubahan. 9 Pasal 17 BUJK yang telah memiliki IUJK dilarang meminjamkan kepada BUJK lain atau orang lain untuk kepentingan mendapatkan pekerjaan. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18 (1) Bupati berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan usaha jasa konstruksi. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penertiban dan pengendalian. (3) Tata cara pembinaan dan pengawasan akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. BAB VIII SANKSI ADMINISTRASI Pasal 19 (1) Pengusaha jasa konstruksi yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 8 ayat (2), dikenakan sanksi administrasi berupa penghentian pekerjaan. (2) Pengusaha jasa konstruksi yang melenggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dikenakan sanksi administrasi berupa pendaftaran ulang. (3) Pengusaha jasa konstruksi yang melanggar ketentuan sebagaimana diumaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17, dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan IUJK. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka IUJK yang telah diterbitkan dinyatakan tetap berlaku sampai waktunya berakhir dan diwajiban melakukan pendaftaran ulang mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. 10 Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada atanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor. Ditetapkan di Kalabahi pada tanggal 16 Oktober 2008 BUPATI ALOR, Diundangkan di Kalabahi pada tanggal 17 Oktober 2008 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ALOR, SEPRIANUS DATEMOLY LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2008 NOMOR 18 11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI I. UMUM Bahwa pemberlakuan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi sebagaimana dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi dan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; yang secara teknis operasional dijabarkan dalam Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 369/KPTS/M/2001 tentang Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional memberikan kewenangan bagi Pemerintah Daerah untuk menerbitkan Izin Usaha Jasa Konstruksi yang berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahwa untuk maksud tersebut perlu diatur tata cara pemberian izin usaha jasa konstruksi dengan Peraturan Daerah sehingga dapat memberikan legitimasi hukum pada aras aplikasi. Bahwa Peraturan Daerah ini sesungguhnya disamping mengatur tata cara pemberian izin usaha jasa konstruksi, mengatur pula jenis, bentuk dan bidang usaha serta penggolongan usaha. Materi ini dipandang relevan untuk dimuat mengingat pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi akan disesuaikan dengan penggolongan usaha baik yang berbadan hukum maupun usaha orang per orangan. Bahwa Peraturan Daerah ini akan menjadi payung hukum dalam pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi di Kabupaten Alor. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Ayat 1 Ayat 2 Cukup jelas. Cukup jelas. Ayat 3 Cukup jelas. 12 Ayat 4 a. Bidang pekerjaan arsitektur meliputi bangunan berteknologi sederhana arsitektur bangunan berteknologi menengah, arsitektur bangunan berteknologi tinggi, arsitektur ruang dalam bangunan (interior), arsitektur lansekap, termasuk perawatannya. b. Bidang pekerjaan sipil meliputi jalan dan jembatan, jalan kereta api, landasan, terowongan, jalan bawah tanah, saluran drainase, dan pengendalian banjir, pelabuhan, bendung/bendungan, bangunan dan jaringan pengairan atau sarana prasarana sumber daya air, struktur bangunan gedung, geoteknik, konstruksi tambang dan pabrik termasuk perawatannya dan pekerjaan penghancuran bangunan. c. Bidang pekerjaan mekanikal meliputi instalasi tata udara/AC, instalasi minyak/gas/geoternal, instalasi industri, isolasi termal dan suara, konstruksi lift dan escalator, termasuk perawatannya. d. Bidang pekerjaan elektrikal meliputi instalasi pembangkit, jaringan transmisi dan distribusi, instalasi listrik, sinyal dan telekomunikasi kereta api, bangunan pemancar radio, telekomunikasi dan sarana bantu navigasi udara dan laut, jaringan telekomunikasi, sentral telekomunikasi, instrumentasi, penangkal petir, termasuk perawatannya. e. Bidang pekerjaan tata lingkungan meliputi penataan perkotaan/planologi, analisa dampak lingkungan, tekinik lingkungan, tata lingkungan lainnya, pengembangan wilayah, bangunan pengolahan air besih dan pengolahan limbah, perpipaan air bersih dan perpipaan limbah, termasuk perawatannhya. Pasal 4 Cukup jelas Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Cukup jelas. 13 Pasal 11 Huruf a : Foto copi akta pendirian perusahaan dan perubahaannya bila ada; dalam hal ini yang telah disahkan oleh Pengadilan Negeri setempat dan bagi badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas harus ada pengasahan dari Departemen Hukum dana HAM berupa Berita Acara Lembaran Negara. Huruf b : Foto Copy SITU tersebut harus dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang. Huruf c : Foto Copy NPWP harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Huruf d : Cukup jelas. Huruf e : Foto copy KTP Direktur/Direktur Cabang harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Huruf f : Foto copy ijazah tenaga teknik harus dilegalisir oleh pejabat yang berwenang. Huruf g : Cukup jelas. Huruf h : Cukup jelas. Huruf i : Cukup jelas. Huruf j : Cukup jelas. Huruf k : Cukup jelas. Huruf l : Neraca perusahaan dimaksud adalah neraca perusahaan terbaru. Untuk perusahaan yang berada pada gred 5, 6 dan gred 7, Neraca Perusahaan harus diaudit oleh akuntan publik dan menunjukan surat keterangan audit darfi akuntan publik. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. 14 Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 450 15