- JDIH Setjen Kemendagri

advertisement
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU
NOMOR 7 TAHUN 2012
TENTANG
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BELU,
Menimbang :
a.
bahwa
dalam
rangka
penyelenggaraan jasa konstruksi
yang sesuai dengan kepranataan
usaha, Pemerintah Daerah wajib
memberikan
pelayanan
dan
pembinaan serta pengawasan jasa
konstruksi
agar
mampu
mendukung
terwujudnya
ketertiban dalam penyelenggaraan
pekerjaan
konstruksi
secara
optimal;
22
b.
bahwa
untuk
pengawasan,
pembinaan dan pengendalian demi
terwujudnya iklim usaha yang
lebih sehat dari usaha jasa
konstruksi, maka perlu mengatur
pemberian
Izin
Usaha
Jasa
Konstruksi;
c.
bahwa berdasarkan amanat pasal
14 Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2000 tentang usaha dan
peran masyarakat jasa konstruksi
sebagaimana telah diubah beberapa
kali
terakhir
dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 92
Tahun 2010 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2000 tentang
usaha dan peran masyarakat jasa
konstruksi,
telah
ditetapkan
peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum Nomor 04/PRT/M/2011
tentang pedoman persyaratan pemberian izin usaha jasa konstruksi
nasional dan Pemerintah Daerah
perlu menyesuaikan Izin Usaha
Jasa
Konstruksi
yang
diatur
dengan Peraturan Daerah;
d.
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf
a, huruf b dan huruf c perlu
membentuk
Peraturan
Daerah
tentang
Izin
Usaha
Jasa
Konstruksi;
22
Mengingat
:
1.
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2.
Undang-Undang Nomor 69 Tahun
1958
tentang
Pembentukan
Daerah-daerah Tingkat II Dalam
Wilayah Daerah-daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 122, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Nomor 1655);
3.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 54,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3833);
4.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004
tentang
Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana
telah
diubah
beberapa kali, terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua
Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
22
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011
tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-Undangan
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 28
Tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 63,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3955)
sebagaimana
telah
diubah
beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 92
Tahun 2010 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 28 Tahun 2000 tentang
usaha dan peran masyarakat jasa
konstruksi
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 157);
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun
2000
tentang
Penyelenggaraan Jasa Kontruksi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 64,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 3957),
22
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 59
Tahun
2010
tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 95);
8.
Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun
2000
tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa
Konstruksi
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 65, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
3957);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 79
Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan
dan
Pengawasan
Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik Indonesia Nomor 4503);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara
Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
22
11. Peraturan Presiden Nomor 54
Tahun 2010 tentang
Pengadaan
Barang/Jasa
Pemerintah
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 35
Tahun 2011 tentang Perubahan
Atas Presiden Nomor 54 Tahun
2010
tentang
Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
12. Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum Nomor : 04/PRT/M/2011
tentang
Pedoman
Persyaratan
Pemberian
Izin
Usaha
Jasa
Konstruksi Nasional;
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan
Produk
Hukum
Daerah;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Belu
Nomor 4 Tahun 2008 tentang
pembentukan Organisasi dan Tata
kerja
Dinas-Dinas
Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Belu
Tahun 2008 Nomor 04, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Belu
Nomor 20) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Belu Nomor 4 Tahun
2010 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Kabupaten Belu
Nomor 4 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja
Dinas-Dinas
Daerah
22
(Lembaran Daerah Kabupaten Belu
Tahun 2010 Nomor 04 Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Belu
Nomor 45);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN BELU
dan
BUPATI BELU
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN
USAHA JASA KONSTRUKSI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Belu.
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten
Belu.
3. Bupati adalah Bupati Belu.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah DPRD Kabupaten Belu.
22
5.
Dinas Pekerjaan Umum yang selanjutnya disingkat
Dinas PU adalah Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Belu.
6. Surat Permohonan Izin (SPI) adalah Surat
Permohonan untuk mendapatkan Surat Izin Usaha
Jasa Konstruksi.
7. Jasa Konstruksi adalah Layanan Jasa Konsultasi
Perencanaan Pekerjaan Konstruksi, Layanan Jasa
Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi dan Layanan
Konsultasi Pengawasan Pekerjaan Konstruksi.
8. Pekerjaan Konstruksi adalah Keseluruhan atau
sebagian
rangkaian
kegiatan
Perencanaan
dan/atau Pelaksanaan beserta pengawasan yang
mencakup pekerjaan Arsitektural, Sipil, Mekanikal,
Elektrikal dan Tata Lingkungan masing-masing
bersama kelengkapannya untuk mewujudkan suatu
bangunan atau bentuk fisik lainnya.
9. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK)
adalah Organisasi sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi.
10. IUJK adalah Ijin yang harus dimiliki setiap
perusahaan
jasa
Konstruksi
untuk
dapat
melaksanakan kegiatan di bidang jasa konstruksi
yang dikeluarkan Kepala Daerah atau Pejabat yang
ditunjuk.
11. Sertifikasi adalah proses penilaian untuk mendapat
pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas
kompetensi kemampuan usaha di bidang jasa
konstruksi yang terbentuk Badan Usaha.
12. Sertifikat Badan Usaha adalah tanda bukti
pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas
kompetensi dan kemampuan usaha di bidang Jasa
Konstruksi.
22
13. Perusahaan Jasa Konstruksi untuk selanjutnya
disebut Perusahaan adalah Perorangan atau Bidang
Usaha, baik pusat maupun Cabang yang bergerak
di bidang Usaha Jasa Konstruksi dan meliputi
kegiatan usaha Jasa Konstruksi.
14. Konstruksi Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi
dan Usaha-usaha Jasa pengawas Jasa Konstruksi.
15. Pengurus
Perusahaan
adalah
Komisaris
Perusahaan
dan
Direksi/penanggung
Jawab
Perusahaan.
16. Penanggung
Jawab
Perusahaan
adalah
Direksi/pimpinan perusahaan untuk kantor pusat
dan kepala kantor cabang untuk kantor cabang.
17. Tenaga Tugas Penuh adalah tenaga teknik dan
tenaga non teknik yang bekerja selama jam kerja
perusahaan dan tidak bekerja pada perusahaan
lain.
18. Tenaga Teknik adalah tenaga yang latar belakang
pendidikannya serendah-rendahnya STM dan
pengalaman sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.
19. Legalisasi adalah pemberian tanda pengesahan
sebagai pemenuhan syarat penggunaan IUJK.
20. Badan Usaha adalah suatu bentuk perusahaan
yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komenditer, perseroan lainnya, badan usaha milik
negara atau daerah dengan nama dan bentuk
apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi,
koperasi serta badan usaha lainnya;
21. Tim Pembina Jasa Konstruksi Daerah yang
selanjutnya disingkat TPJKD adalah tim yang
dibentuk
untuk
melaksanakan
koordinasi
pembinaan jasa konstruksi yang ditunjuk oleh
Bupati.
22
22. Badan Usaha Jasa Konstruksi yang selanjutnya
disingkat BUJK adalah Badan Usaha yang
berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya
bergerak di bidang jasa konstruksi.
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP USAHA JASA
KONSTRUKSI
Pasal 2
Maksud pemberian IUJK sebagai pedoman
Pemerintah Daerah dalam memberikan IUJK.
bagi
Pasal 3
Tujuan Pemberian IUJK untuk melindungi kepentingan
masyarakat dan pembinaan di bidang Jasa Konstruksi.
Pasal 4
Ruang Lingkup IUJK yang diatur dalam Peraturan
Daerah ini adalah meliputi :
a. Wewenang pemberian IUJK;
b. Lingkup IUJK;
c. Prinsip dan tujuan pemberian IUJK;
d. Persyaratan dan tata cara pemberian IUJK;
e. Tanda daftar usaha perseorangan;
f. Jangka waktu;
g. Wilayah operasi IUJK;
h. Hak dan Kewajiban;
i. Laporan;
j. Pengawasan dan pemberdayaan.
22
BAB III
USAHA JASA KONSTRUKSI
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 5
Usaha Jasa Konstruksi mencakup Jenis Usaha, Bentuk
Usaha dan Bidang Usaha Jasa Konstruksi.
Bagian Kedua
Jenis Usaha
Pasal 6
(1) Jenis Usaha Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 meliputi jasa perencanaan, jasa
pelaksanaan dan jasa pengawasan konstruksi.
(2) Usaha Jasa Perencanaan Pekerjaan Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan
layanan jasa perencanaan yang meliputi bidang
pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal
dan/atau tata lingkungan.
(3) Usaha Jasa Pelaksanaan Pekerjaan konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan
layanan jasa pelaksanaan yang meliputi bidang
pekerjaan arsitektur, sipil, mekanikal, elektrikal
dan/atau tata lingkungan.
(4) Usaha Jasa Pengawasan Pekerjaan Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberikan
layanan jasa konsultasi pengawasan yang meliputi
22
bidang pekerjaan arsitektur, sipil,
elektrikal dan/atau tata lingkungan.
mekanikal,
Pasal 7
(1) Lingkup layanan jasa perencanaan pekerjaan
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat (2) dapat terdiri dari:
a. survey;
b. perencanaan umum, studi makro, dan studi
mikro;
c. studi kelayakan proyek, industri dan produksi;
d. perencanaan teknik, operasi dan pemeliharaan;
e. penelitian.
(2) Layanan jasa pengawasan pekerjaan konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 ayat (4) dapat
terdiri dari:
a. pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
b. pengawasan terhadap kualitas ketepatan waktu
dalam proses pekerjaan dan hasil pekerjaan
konstruksi.
Bagian Ketiga
Bentuk Usaha
Pasal 8
Bentuk usaha dalam kegiatan jasa konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 meliputi usaha
perseorangan dan Badan hukum maupun bukan badan
hukum.
22
Bagian Keempat
Bidang Usaha
Pasal 9
(1) Bidang Usaha Jasa Perencanaan dan Jasa
Pengawasan Konstruksi terdiri atas bidang usaha
yang bersifat umum dan spesial.
(2) Bidang Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi, terdiri
atas bidang Usaha yang bersifat umum, spesialis,
dan ketrampilan tertentu.
(3) Bidang Usaha Jasa Konstruksi yang bersifat umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi kriteria, yakni mampu mengerjakan
bangunan Konstruksi atau bentuk fisik lain.
(4) Bidang Usaha Jasa Konstruksi yang bersifat spesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
memenuhi kriteria mampu mengerjakan bagian
tertentu dari suatu bangunan konstruksi.
(5) Bidang Usaha Jasa Konstruksi yang bersifat
ketrampilan tertentu sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) harus memenuhi kriteria, yakni mampu
mengerjakan sub bagian pekerjaan Konstruksi dan
bagian tertentu bangunan Konstruksi dengan
menggunakan teknologi sederhana.
22
Bagian Kelima
Klasifikasi dan Kualifikasi Usaha
Paragraf I
Umum
Pasal 10
(1) Badan Usaha Jasa Konstruksi yang memberikan
Layanan Jasa Konstruksi harus memiliki sertifikat
sesuai klasifikasi dan kualifikasi Usaha.
(2) Usaha orang perseorangan wajib memiliki sertifikat
keahlian/sertifikat ketrampilan dan terdaftar pada
Dinas PU.
(3) Usaha orang perseorangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diberikan kartu tanda daftar
perorangan.
Paragraf 2
Klasifikasi Usaha
Pasal 11
(1) Klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
untuk bidang usaha Jasa Perencanaan dan Jasa
Pengawasan Konstruksi meliputi :
a. arsitektur;
b. rekayasa;
c. penataan ruang; dan
d. jasa konstruksi lainnya.
22
(2) Klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
untuk bidang Usaha Jasa Pelaksanaan Konstruksi
meliputi :
a. bangunan gedung;
b. bangunan sipil;
c. instalasi mekanikal dan elektrikal; dan
d. jasa pelaksanaan lainnya.
Paragraf 3
Kualifikasi Usaha
Pasal 12
(1) Kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 10
meliputi:
a. kualifikasi usaha besar;
b. kualifikasi usaha menengah;
c. kualifikasi usaha kecil.
(2) Setiap kualifikasi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dapat dibagi menjadi beberapa sub kualifikasi
usaha jasa konstruksi.
BAB IV
PRINSIP DAN TUJUAN PEMBERIAN IUJK
Pasal 13
Badan usaha yang melakukan kegiatan usaha jasa
konstruksi wajib memiliki IUJK.
22
Pasal 14
Prinsip pemberian IUJK:
a. bukan merupakan tambahan simpul birokrasi;
b. mencerminkan profesionalisme pengusaha; dan
c. diberikan berdasarkan sertifikasi dan kualifikasi
usahanya.
Pasal 15
Tujuan pemberian IUJK:
a. menjamin keterpaduan pengaturan dan pembinaan
usaha jasa konstruksi;
b. menunjang terwujudnya iklim berusaha yang lebih
sehat;
c. adanya kepastian keandalan perusahaan;
d. meningkatkan perlindungan kepada pemakai jasa
dan keselamatan umum;
e. menunjang
peningkatan
efisiensi
penggunaan
sumber daya dalam pembangunan prasarana dan
sarana fisik;
f. sebagai alat control kegiatan perusahaan; dan
g. menjamin kepastian hukum.
BAB V
WEWENANG PEMBERIAN IZIN USAHA JASA
KONSTRUKSI
Pasal 16
(1) IUJK diberikan oleh Bupati kepada badan usaha
yang berdomisili di dalam daerah.
22
(2) Bupati dapat menunjuk dinas berwenang untuk
memberikan IUJK dalam rangka pelaksanaan
pemberian IUJK.
(3) Penunjukkan
pemberian
IUJK
kepada
dinas
berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat 2
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VI
PERSYARATAN DAN TATACARA PEMBERIAN IUJK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 17
(1) BUJK yang ingin memproses IUJK harus mengajukan
permohonan
kepada
Bupati/melalui
unit
kerja/instansi yang ditunjuk sesuai dengan domisili
Badan Usaha.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari;
a. Permohonan izin baru;
b. Perpanjangan izin;
c. Perubahan data; dan/atau
d. Penutupan izin.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Bupati.
22
Bagian Kedua
Persyaratan
Pasal 18
(1) Permohonan persyaratan ijin baru sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf a meliputi:
a. mengisi formulir pendaftaran;
b. menyerahkan Akta Pendirian BUJK;
c. menyerahkan rekaman Sertifikat Badan Usaha
(SBU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK);
d. menyerahkan rekaman Sertifikat Keahlian (SKA)
dan/atau Sertifikat Ketrampilan (SKT) dari
Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU)
yang
telah
diregistrasi
oleh
Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK);
e. menyerahkan rekaman Kartu Penanggungjawab
Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang dilengkapi
surat
pernyataan
pengikatan
diri
tenaga
ahli/Terampil dengan Penanggung Jawab Utama
Badan Usaha((PJU-BU).
(2) Persyaratan
perpanjangan
ijin
sebagaimana
dimaksud dalam pasal 17 ayat (2) huruf b meliputi:
a. mengisi formulir pendaftaran;
b. menyerahkan rekaman Sertifikat Badan Usaha
(SBU) yang telah diregistrasi oleh Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK);
c. menyerahkan rekaman Sertifikat Keahlian (SKA)
dan/atau Sertifikat Ketrampilan (SKT) dari
Penanggungjawab Teknik Badan Usaha (PJT-BU)
yang
telah
diregistrasi
oleh
Lembaga
Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK);
22
d. menyerahkan rekaman Kartu Penanggungjawab
Teknik Badan Usaha (PJT-BU) yang dilengkapi
surat
pernyataan
pengikatan
diri
tenaga
ahli/terampil dengan Penanggungjawab Utama
Badan Usaha (PJU-BU); dan
e. menyelesaikan kewajiban pembayaran Pajak
Penghasilan (PPH atas Kontrak) yang diperoleh
yang menjadi kewajibannya.
(3) Persyaratan perubahan data sebagaimana dalam
pasal 17 ayat (2) huruf c meliputi:
a. mengisi formulir pendaftaran;
b. menyerahkan rekaman:
1. Akta perubahan nama direksi/pengurus untuk
perubahan data nama dan direksi/pengurus.
2. Surat Keterangan Domisili BUJK untuk
perubahan alamat BUJK;
3. Akta perubahan untuk perubahan nama BUJK;
dan/atau
4. Sertifikat Badan Usaha untuk perubahan
klasifikasi dan kualifikasi usaha.
(4) Persyaratan penutupan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 17 ayat (2) huruf d meliputi :
a. mengisi Formulir permohonan
b. menyerahkan IUJK yang asli; dan
c. menyerahkan Surat Pajak Nihil.
(5) Persyaratan pemberian IUJK diatur dengan Peraturan
Bupati.
22
Bagian Ketiga
Tata Cara Pemberian IUJK
Pasal 19
(1) Unit
Kerja/instansi
melakukan
pemeriksaan
terhadap
dokumen
permohonan
dan
dapat
melakukan verifikasi lapangan sesuai kebutuhan.
(2) IUJK diberikan oleh unit kerja/instansi paling lama
10 (sepuluh) hari kerja setelah berkas dokumen
persyaratan dinyatakan lengkap.
(3) IUJK diberikan dalam bentuk sertifikat yang
ditandatangani oleh Bupati, atau Kepala Unit
Kerja/Instansi yang ditunjuk atas nama Bupati.
(4) IUJK yang sudah diberikan, ditayangkan melalui
internet.
(5) Tata cara pemberian IUJK diatur dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 20
(1) Setiap IUJk yang diberikan wajib mencantumkan
klasifikasi dan kualifikasi badan usaha yang tertera
dalam SBU (Sertifikat Badan Usaha).
(2) Kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas usaha besar, menengah, dan kecil.
(3) Setiap IUJK yang diberikan, menggunakan nomor
kode izin.
(4) Nomor kode izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
akan berubah dalam hal terjadi perubahan nama
perusahaan.
22
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan
verifikasi
Lapangan
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Bupati.
BAB VII
JANGKA WAKTU DAN WILAYAH OPERASI IUJK
Pasal 21
(1) Masa berlaku IUJK selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang.
(2) IUJK yang diberikan berlaku di wilayah Republik
Indonesia.
BAB VIII
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 22
(1) Setiap BUJK yang telah memiliki IUJK berhak untuk
mengikuti proses pengadaan jasa konstruksi.
(2) BUJK
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat(1)
berkewajiban:
a. mentaati
ketentuan
peraturan
perundangundangan;
b. melaporkan perubahan BUJK dalam waktu paling
lama 14 (empat belas) hari setelah terjadinya
perubahan data BUJK;
c. menyampaikan dokumen yang benar dan asli
dalam proses permohonan dan pemberian IUJK;
22
d. menyampaikan laporan akhir tahun yang
disampaikan kepada unit kerja/instansi pemberi
IUJK paling lambat bulan desember tahun
berjalan.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) huruf d
meliputi:
a. nama dan nilai paket pekerjaan yang diperoleh
b. institute/lembaga pengguna jasa;
c. kemajuan pelaksanaan pekerjaan.
BAB IX
LAPORAN
Pasal 23
(1) Instansi yang ditunjuk untuk melaksanakan
pemberian IUJK wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban secara berkala setiap 3 (tiga)
bulan sekali kepada Bupati.
(2) Bupati menyampaikan laporan pertanggungjawaban
pemberian IUJK kepada Gubernur secara berkala
setiap 4 (empat) bulan sekali.
(3) Laporan
pertanggungjawaban
pemberian
IUJK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. daftar pemberian IUJK;
b. daftar perpanjangan IUJK;
c. daftar perubahan data IUJK;
d. daftar penutupan IUJK;
e. daftar usaha orang perseorangan;
f. daftar BUJK yang terkena sanksi administratif;
dan
g. kegiatan pengawasan dan pemberdayaan terhadap
IUJK.
22
(4) Tata cara laporan pemberian IUJK diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
BAB X
PENGAWASAN DAN PEMBERDAYAAN
Pasal 24
(1) Bupati melakukan pengawasan dan pemberdayaan
terhadap pelaksanaan pemberian IUJK di daerah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pelaksanaan
pengawasan
dan
pemberdayaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Bupati.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 25
(1) BUJK
yang
tidak
melaksanakan
kewajiban
sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 ayat (2)
dikenakan sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. peringatan tertulis; atau
b. pembekuan ijin usaha; atau
c. pencabutan ijin usaha.
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dikenakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. peringatan tertulis, diberikan sebagai peringatan
pertama atas pelanggaran kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam pasal 22 ayat (2);
22
b. pembekuan ijin usaha, diberikan dalam hal BUJK
telah mendapat peringatan tertulis sebagaimana
dimaksud pada huruf a namun tetap tidak
memenuhi kewajibannya dalam jangka waktu 30
(tiga puluh) hari.
(4) IUJK telah dibekukan dapat diberlakukan kembali
apabila BUJK telah memenuhi kewajibannya.
(5) Bagi BUJK yang telah diberikan sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf c dapat memperoleh
IUJK setelah memenuhi kewajibannya dalam
Peraturan Daerah ini.
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan
Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai
Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana
di bidang IUJK sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang - Undang Hukum Acara Pidana.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang
berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) :
a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
22
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
pidana dibidang IUJK agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan
mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana IUJK;
meminta keterangan dan bahan bukti dari orang
pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana IUJK;
memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan
dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang IUJK;
melakukan penggeledahan untuk mendapatkan
bahan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen
lain
serta
melakukan
penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka
pelaksanaan penyidikan tindak pidana di bidang
IUJK;
menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang
meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
periksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa
sebagaimana dimaksud pada huruf e;
memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak
pidana IUJK;
memanggil orang untuk didengar keterangannya
dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
menghentikan penyidikan;
melakukan tindakan lain yang perlu untuk
kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
IUJK
menurut
hukum
yang
dapat
dipertanggungjawabkan.
22
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
memberitahukan
dimulainya
penyidikan
dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut
Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang - Undang Hukum Acara Pidana.
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 27
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 22 ayat (2) huruf a, b dan c
Peraturan Daerah ini diancam pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).
(2) Tindak pidana selain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan
peraturan perundang – undangan yang berlaku.
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah pelanggaran.
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
BUJK yang telah memiliki IUJK dinyatakan masih tetap
berlaku sampai dengan berakhirnya masa berlaku.
22
BAB XV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Daerah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten
Belu.
Ditetapkan di Atambua
pada tanggal 9 Agustus 2012
BUPATI BELU,
Ttd.
JOACHIM LOPEZ
Diundangkan di Atambua
pada tanggal 9 Agustus 2012
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BELU,
PETRUS BERE
LEMBARAN DAERAH
2012 NOMOR 07
KABUPATEN
22
BELU
TAHUN
PENJELASAN
ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELU
NOMOR 7 TAHUN 2012
TENTANG
IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
I.
UMUM
Bahwa Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
memenuhi material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Jasa Konstruksi merupakan salah satu kegiatan
dalam bidang Ekonomi Sosial dan Budaya yang
mempunyai peran penting dalam pencapaian
berbagai sarana guna menunjang pembangunan
Nasional.
Bahwa berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku belum berorientasi baik kepada
kepentingan
Jasa
Konstruksi
sesuai
karakteristiknya, yang mengakibatkan kurang
berkembangnya iklim Usaha yang mendukung
peningkatan Daya saing secara optimal, maupun
kepentingan masyarakat. Maka Izin Usaha Jasa
Konstruksi dapat menumbuhkan Daya saing bagi
setiap Perusahaan Usaha Jasa Konstruksi.
22
Dalam Rangka Pembinaan, Pengendalian dan
pengawasan demi terwujudnya iklim Usaha yang
lebih sehat terhadap usaha Jasa Konstruksi, maka
perlu mengatur pemberian Izin Usaha Jasa
Konstruksi (IUJK).
II.
PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
22
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Arsitektur adalah
Bangunan Gedung meliputi persyaratan
penampilan bangunan Gedung,tata ruang
dalam,keseimbangan,keserasian
dan
keselarasan bangunan Gedung dengan
lingkungannya.Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Klasifikasi Usaha
adalah
bagian
Registrasi
untuk
menetapkan Penggalangan Usaha Jasa
Pelaksana
Konstruksi
menurut
bidang,Sub bidang Pekerjaan Konstruksi.
Pasal 12
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kualifikasi Usaha
adalah bagian Kegiatan Registrasi untuk
menetapkan Penggalangan Usaha Jasa
Konstruksi menurut tingkat/Kedalaman
Kompetisi dan potensi Kemampuan
Usaha.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
22
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
22
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BELU
NOMOR 74
22
Download