pemerintah kabupaten alor

advertisement
PEMERINTAH KABUPATEN ALOR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR
NOMOR 9 TAHUN 2010
TENTANG
PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT
NUSA ALOR
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI ALOR,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah,
Pemerintah Daerah diberi kewenangan yang luas untuk
menggali sumber-sumber pendapatan daerah yang
potensial guna mendorong pertumbuhan perekonomian
daerah, maka perlu adanya Badan Usaha Milik Daerah
berbentuk
Perseroan
guna
memacu
pertumbuhan
ekonomi daerah sehingga dapat memberi kontribusi
pada Pendapatan Asli Daerah;
b. bahwa dengan ditetapkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan
Usaha Milik Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Bank
Perkreditan Rakyat Milik Pemerintah Daerah, maka
perlu diatur kepemilikannya dengan Peraturan Daerah;
c. bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu membentuk
1
Peraturan Daerah tentang Perseroan Terbatas Bank
Perkreditan Rakyat Nusa Alor;
Mengingat
:
1. Undang-Undang
Nomor
69
Tahun
1958
tentang
Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II Dalam Wilayah
Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
1958
Nomor
122,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
2. Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);
3. Undang-Undang
Keuangan
Nomor
Negara
17
Tahun
(Lembaran
2003
Negara
tentang
Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang
Nomor
Pembentukan
10
Tahun
Peraturan
2004
tentang
Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang
Nomor
15
Tahun
2004
tentang
Pemeriksaan, Pengelolaan dan Pertanggungjawaban
Keuangan
Negara
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
6. Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
125,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
2
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
7.
Undang-Undang
Nomor
33
Tahun
2004
tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2004
Nomor
126,
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
8.
Undang-Undang
Nomor
Perseroan
Terbatas
Indonesia
Tahun
40
Tahun
(Lembaran
2007
Nomor
2007
Negara
106,
tentang
Republik
Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
9.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1998 tentang
Pemakaian
Nama
Perseroan
Terbatas
(Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 39,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3740);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
3
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1998
tentang Bentuk Hukum Badan Usaha Milik Daerah;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang
Pedoman
Pengelolaan
Keuangan
Daerah,
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2006
tentang Pengelolaan Bank Perkreditan Rakyat Milik
Pemerintah Daerah;
16. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 4 Tahun 2007
tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Pemerintahan
Kabupaten
Alor
(Lembaran
Daerah
Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Alor Nomor 436);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Alor Nomor 10 Tahun 2007
tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2007 Nomor 7,
Tambahan Lembaran daerah Kabupaten Alor Nomor
442);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR
dan
BUPATI ALOR
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PERSEROAN TERBATAS
BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA ALOR.
4
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Alor.
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor.
3.
Bupati adalah Bupati Alor.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Alor.
5.
Perseroan
Terbatas Bank Perkreditan Rakyat Nusa Alor yang
selanjutnya disebut PT. BPR Nusa Alor adalah Badan Usaha Milik
Pemerintah Daerah.
6.
Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan adalah badan
hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan
perjanjian melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang
seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
7.
Direksi adalah Direksi PT. BPR Nusa Alor.
8.
Direktur Utama adalah Direktur Utama PT. BPR Nusa Alor.
9.
Komisaris adalah Komisaris PT. BPR Nusa Alor.
10. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris PT. BPR Nusa Alor.
11. Pegawai adalah pegawai PT. BPR Nusa Alor.
12. Akta Pendirian adalah Akta Pendirian PT. BPR Nusa Alor.
13. Saham adalah bukti kepemilikan PT. BPR Nusa Alor yang memberi hak
atas deviden.
14. Anggaran Dasar adalah Anggaran Dasar PT. BPR Nusa Alor.
15. Rapat Umum Pemegang Saham yang selanjutnya disebut RUPS adalah
Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas dan/atau Anggaran Dasar.
5
BAB II
PENDIRIAN
Pasal 2
Dengan Peraturan Daerah ini didirikan PT. BPR Nusa Alor.
BAB III
TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 3
(1)
PT. BPR Nusa Alor berkedudukan dan berkantor pusat di Kalabahi.
(2)
PT. BPR Nusa Alor dapat membuka Kantor Cabang dan Unit-unit usaha
di seluruh wilayah Republik Indonesia.
BAB IV
PRINSIP, MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 4
Pengelolaan PT. BPR Nusa Alor didasarkan atas prinsip tata kelola perseroan
yang baik.
Pasal 5
Maksud pendirian PT. BPR Nusa Alor adalah mendorong pertumbuhan
ekonomi masyarakat di daerah dan meningkatkan pelayanan terhadap
kebutuhan masyarakat serta sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli
Daerah.
Pasal 6
Tujuan pendirian PT. BPR Nusa Alor adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat; dan
b. meningkatkan Pendapatan Asli Daerah;
6
BAB V
KEGIATAN USAHA
Pasal 7
Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
dan Pasal 6, PT. BPR Nusa Alor melakukan kegiatan usaha di bidang
perbankan.
BAB VI
MODAL DAN SAHAM
Bagian Kesatu
Modal
Pasal 8
(1) Modal dasar PT. BPR Nusa Alor adalah nilai seluruh kekayaan berupa
aset .
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai modal PT. BPR Nusa Alor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Anggaran Dasar, termasuk
ketentuan mengenai besarnya modal yang ditempatkan dan modal yang
disetor, sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Kedua
Saham
Pasal 9
(1) Saham yang dikeluarkan oleh PT. BPR Nusa Alor adalah Saham atas
nama.
(2) Jenis dan nilai nominal saham ditetapkan oleh RUPS.
(3) Setiap pemegang saham tunduk dan patuh pada keputusan yang
ditetapkan dalam RUPS.
(4) Saham PT. BPR Nusa Alor yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah sebesar
99% (Sembilan Puluh Sembilan Prosen).
(5) Saham sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sekurang-kurangnya
dimiliki oleh Pemerintah Daerah sebesar 51% (lima puluh satu prosen)
7
dan sisanya dijual kepada pihak lain, diutamakan kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota.
(6) Hak-hak yang melekat pada setiap saham diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Dasar.
Pasal 10
Ketentuan tentang daftar pemegang saham, pemindahtanganan dan duplikat
saham diatur dalam Peraturan sendiri oleh RUPS dengan memperhatikan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
BAB VII
DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS
Pasal 11
(1) Direksi PT. BPR Nusa Alor beranggotakan sebanyak-banyaknya 4
(empat) orang dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang.
(2) Salah satu anggota direksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
sebagai Direktur Utama dan yang lainnya sebagai Direktur.
(3) Masa jabatan Direksi adalah 4 (empat) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.
Pasal 12
(1) Anggota Direksi diangkat oleh RUPS.
(2) Untuk pertama kali pengangkatan Anggota Direksi dilakukan oleh
pendiri dalam Akta Pendirian.
(3) Pengangkatan dan penetapan Anggota Direksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dilakukan setelah melalui seleksi oleh Tim seleksi
Independen yang ditetapkan oleh Bupati.
(4) Tim seleksi Independen sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang terdiri dari unsur :
a. Pemerintah Daerah;
b. DPRD;
c. Perguruan Tinggi; dan
d. Profesional.
8
(5) Anggota Direksi yang telah diseleksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dilakukan uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank Indonesia.
Pasal 13
(1) Dewan Komisaris PT. BPR Nusa Alor beranggotakan sekurangkurangnya 2 (dua) orang.
(2) Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan
majelis dan setiap Anggota Dewan Komisaris tidak dapat bertindak
sendiri-sendiri, melainkan berdasarkan Keputusan Dewan Komisaris.
Pasal 14
(1) Anggota Dewan Komisaris diangkat oleh RUPS.
(2) Untuk pertama kali pengangkatan Anggota Dewan Komisaris dilakukan
oleh Pendiri dalam Akta Pendirian.
Pasal 15
Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian Anggota Direksi dan
Dewan Komisaris diatur lebih lanjut dalam Anggaran Dasar.
BAB VIII
RUPS
Pasal 16
(1)
RUPS diadakan di tempat kedudukan Perseroan atau di tempat
Perseroan melakukan kegiatan usahanya yang pertama sebagaimana
ditentukan dalam Anggaran Dasar.
(2)
Tata cara penyelenggaraan RUPS diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Dasar.
9
BAB IX
LABA PERUSAHAAN
Pasal 17
(1)
Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan untuk cadangan,
dibagikan
kepada
pemegang
saham
sebagai
deviden,
kecuali
ditentukan lain dalam RUPS.
(2)
Deviden sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya boleh dibagikan
apabila Perseroan mempunyai saldo laba yang positif.
(3)
Tata cara penggunaan laba dan pembagian deviden diatur lebih lanjut
sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 18
(1)
Pembubaran PT. BPR Nusa Alor terjadi :
a. berdasarkan keputusan RUPS;
b. karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran
Dasar telah berakhir;
c. berdasarkan penetapan Pengadilan;
d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan Keputusan Pengadilan
Niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit PT.
BPR Nusa Alor tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;
e. karena harta pailit PT. BPR Nusa Alor yang telah dinyatakan pailit
berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang; atau
f. karena dicabutnya izin usaha PT. BPR Nusa Alor sehingga
mewajibkan PT. BPR Nusa Alor melakukan likuidasai sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
(2)
Dalam hal terjadi pembubaran PT. BPR Nusa Alor sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), maka:
10
a. wajib diikuti dengan likuidasi yang dilakukan oleh likuidator atau
kurator; dan
b. PT. BPR Nusa Alor tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali
diperlukan untuk menyelesaikan semua urusan dalam rangka
likuidasi.
(3)
Dalam hal pembubaran terjadi berdasarkan keputusan RUPS, jangka
waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir
atau dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan Keputusan Pengadilan
Niaga dan RUPS tidak menunjuk likuidator, Direksi bertindak sebagai
likuidator.
(4)
Dalam
hal
pembubaran
terjadi
dengan
dicabutnya
kepailitan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), huruf d, Pengadilan Niaga
sekaligus memutuskan pemberhentian kurator dengan memperhatikan
ketentuan dalam Undang-Undang tentang Kepailitan dan penundaan
kewajiban pembayaran Utang.
(5)
Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dilanggar, Anggota Direksi, Anggota Dewan Komisaris dan PT. BPR
Nusa Alor bertanggungjawab secara tanggung renteng.
(6)
Ketentuan
mengenai
pemberhentian,
pengangkatan,
wewenang,
pemberhentian
kewajiban,
sementara,
tanggungjawab
dan
pengawasan terhadap Direksi, mutatis mutandis berlaku bagi likuidator.
11
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengatahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor.
Ditetapkan di Kalabahi
pada tanggal 23 Desember 2010
BUPATI ALOR,
SIMEON TH. PALLY
Diundangkan di Kalabahi
pada tanggal 28 Desember 2010
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ALOR,
YULIUS MANTAON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2010 NOMOR 45
12
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR
NOMOR 9 TAHUN 2010
TENTANG
PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS
BANK PERKREDITAN RAKYAT NUSA ALOR
I. UMUM
Bahwa dengan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas,
nyata dan bertanggungjawab kepada daerah merupakan langkah
strategis dalam dua hal Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi
merupakan jawaban atas permasalahan lokal bangsa Indonesia berupa
ancaman
disintegrasi
bangsa,
kemiskinan,
ketidakmerataaan
pembangunan, rendahnya kualitas hidup masyarakat, dan masalah
pembangunan sumber daya manusia (SDM). Kedua, otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk
menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis
perekonomian daerah. Pemberian otonomi daerah diharapkan dapat
memberikan keleluasaan kepada daerah untuk membangun daerah.
Otonomi daerah tersebut sesungguhnya mengandung 3 (tiga) misi utama
yaitu :
1. menciptakan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya
daerah;
2. meningkatkan
kualitas
pelayanan
umum
dan
kesejahteraan
masyarakat;
3. memberdayakan dan menciptakan ruang dari masyarakat untuk ikut
serta (berpartisipasi) dalam proses pembangunan.
Bahwa dalam upaya memantapkan kemandirian Pemerintah Daerah di
era otonomi diperlukan peran lembaga-lembaga publik di daerah dalam
13
mengelola sumber daya daerah. Dalam konteks yang demikian, daerah
dituntut memiliki kemampuan dalam menggali dan mengembangkan
sumber daya yang dimiliki sehingga derajat kapasitas fiskalnya mampu
memenuhi tuntutan pembiayaan pembangunan di daerahnya. Salah satu
komponen terpenting sumber pembiayaan pembangunan daerah adalah
Pendapatan Asli Daerah (PAD), komponen inilah yang kiranya perlu digali
dan dikelola secara efisien dan efektif agar semakin kuat peranannya
dalam memperkecil ketergantungan Pemerintah Daerah pada Pemerintah
Pusat.
Bahwa dalam upaya penguatan penerimaan daerah yang bersumber dari
kekayaan daerah yang dipisahkan, maka peranan investasi Pemerintah
melalui Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sangat diharapkan selain
sebagai sumber PAD juga sebagai pemacu utama pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi daerah (engine of growth), sehingga mampu
menimbulkan efek multiplier yang besar.
Bahwa
sesuai
dengan
Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004,
penerimaan daerah yang berasal dari PAD adalah :
1. hasil pajak daerah;
2. hasil retribusi daerah;
3. hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan;
4. lain-lain PAD yang sah.
Bahwa dalam perkembangannya diantara semua komponen PAD, hasil
pajak daerah, hasil retribusi daerah dan lain-lain PAD yang sah
merupakan penyumbang PAD terbesar; sedangkan hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan belum dapat memberi kontribusi yang
signifikan bagi PAD.
Bahwa untuk itu, perlunya perluasan basis sumber PAD selain pajak dan
retribusi daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
mendirikan BUMD, yang salah satunya adalah PT. BPR Nusa Alor
sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah ini.
14
Bahwa PT. BPR Nusa Alor adalah salah satu Badan Usaha milik
Pemerintah Daerah karena itu perlu diatur dengan Peraturan Daerah
sebagai dasar legitimasi, sedangkan proses pendirian dan pengesahan
Badan Hukum akan diatur lebih lanjut sesuai ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku. Dengan perkataan lain Peraturan
Daerah ini bukan menjadi dasar legitimasi berdirinya PT. BPR Nusa Alor,
tetapi lebih sebagai upaya legitimasi kepemilikan, yaitu bahwa secara
hukum PT. BPR Nusa Alor adalah aset sekaligus milik Pemerintah Daerah.
Bahwa maksud pendirian PT. BPR Nusa Alor adalah mendorong
pertumbuhan
ekonomi
masyarakat.
di
daerah
dan
meningkatkan
pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat serta sebagai salah satu
sumber Pendapatan Asli Daerah.
Sedangkan tujuan pendirian PT. BPR Nusa Alor adalah sebagai berikut :
a. meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat dibidang
pelayanan perbankan; dan
b. meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Bahwa dalam konteks yang demikian pilihan untuk mendirikan PT. BPR
Nusa Alor adalah pilihan yang strategis dalam ikut memberi kontribusi
bagi PAD. Itulah sebabnya Peraturan Daerah ini ditetapkan, diundangkan
selanjutnya diimplementasikan.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Prinsip
tata
kelola
Perseroan
yang
baik
(Good
Coorporate
Governance) bertujuan untuk mendorong pengelolaan perusahaan
15
secara profesional, transparan dan efisien melalui pemberdayaan
fungsi dan peningkatan kemandirian organ Perseroan.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 9
Ayat (1)
Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas
nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan
saham atas tunjuk.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan
“Anggota
Direksi”
adalah
organ
Perseroan yang berwenang dan bertanggungjawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai
16
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan baik di
dalam maupun luar Pengadilan sesuai ketentuan Anggaran
Dasar.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup Jelas.
Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “Dewan Komisaris” adalah organ
Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai dengan Anggaran Dasar serta memberi
nasihat kepada Direksi.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan “tempat kedudukan perseroan” adalah
tempat kedudukan kantor pusat perseroan sesuai Anggaran
Dasar.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
17
Pasal 18
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
- Yang dimaksud dengan “Harta Pailit” adalah harta milik
debitor yang dinyatakan pailit berdasarkan Keputusan
Pengadilan.
- Yang dimaksud dengan “Kepailitan” adalah sita umum
atas semua kekayaan debitur pailit yang pengurusan
dan pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah
pengawasan
Hakim
Pengawas
sebagaimana
diatur
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “Keadaan Insolvensi” adalah
keadaan dimana debitor tidak mampu membayar hutang
jangka panjangnya.
Huruf f
Yang
dimaksud
dengan
“Likuidasi”
adalah
proses
membubarkan perusahaan sebagai Badan Hukum yang
meliputi pembayaran kewajiban kepada kreditor dan
pembagian harta yang tersisa kepada para pemegang
saham (persero).
Ayat (2)
Huruf a
- Yang
dimaksud
dengan
“Likuidator”
orang
yang
ditugaskan untuk melaksanakan proses pembubaran
perusahaan sebagai Badan Hukum.
18
- Yang dimaksud dengan “Kurator” adalah balai harta
peninggalan atau orang perseorangan yang diangkat
oleh Pengadilan untuk mengurus dan membereskan
harta debitor pailit di bawah pengawasan Hakim
Pengawas sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 478
19
Download