Strategi Nafkah Rumah Tangga Petani di Desa Lembobaru

advertisement
STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI
Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali
KERTAS KERJA
Diajukan kepada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Novi Maryam Lempao
NIM : 222008011
Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2014
E-mail :[email protected]
1
STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA PETANI
Di Desa Lembobaru Kabupaten Morowali
Oleh :
Novi Maryam Lempao
NIM : 222008011
KERTAS KERJA
Diajukan kepada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Fakultas : Ekonomika dan Bisnis
Program Studi Ilmu Ekonomi
Disetujui oleh :
Marthen L. Ndoen, SE, MA, Ph.D
Pembimbing
Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2014
2
ABSTRACT
Household living in remote villages have limited access to fullfill their advanced needs.
The household have limitations in cash. Therefore they need a livelihood strategies by
utilizing the resources available in the village to survive from poverty or normal conditions to
improve household prosperity .
The purpose of this study was to analyze the utilization of resources used as a source of
household income, description of selected livelihood startegies and the basic that motivated
the choice. Data collection was carried out in June to July 2012 in the village of Lembobaru ,
Morowali regency, Central Sulawesi Province. Eight peasant household selected as
informants. The data were analyzed using descriptive qualitative analysis with additional
primary data and secondary data such as population size and the village potential.
The results showed that peasant household are both producers and consumers. They
manage natural resources available in the village to earn income to survive. Moreover they
use social capital by maintained strong relationship between each household in the village. It
help minimize the risks and overcome the economic problem. This is the selected livelihood
strategies run by the people in Lembobaru.
Keywords : Livelihood Strategies , natural resource management , social capital , Peasant
household
ABSTRAK
Kehidupan rumahtangga yang tinggal di desa terpencil memiliki keterbatasan dalam
mengakses pemenuhan kebutuhan yang lebih maju. Keterbatasan in cash yang dimiliki
rumahtangga menuntut rumahtangga untuk mengelola strategi nafkah dengan memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia di desa untuk tetap bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau
dalam kondisi normal untuk meningkatkan kesejatheraan rumahtangga.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang
digunakan sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, dan gambaran pilihan strategi nafkah
serta dasar yang melatar belakangi pilihan strategi nafkah rumahtangga tersebut.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2012 di Desa Lembobaru,
Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Delapan rumahtangga petani dipilih sebagai
informan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif deskriptif dengan
menggunakan data primer dan tambahan data sekunder seperti jumlah penduduk dan potensi
desa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa rumahtangga petani merupakan produsen sekaligus
konsumen, mengelolah sumberdaya alam yang tersedia di desa untuk memperoleh
pendapatan yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Selain itu modal sosial yang
membentuk ikatan-ikatan sosial yang kuat dan tetap dijaga antar penduduk untuk
membangun sarana komunitas yang berguna untuk meminimalkan resiko-resiko yang terjadi
di desa serta membantu mengatasi masalah ekonomi yang dihadapi rumahtangga, menjadi
pilihan strategi nafkah yang dijalankan oleh penduduk desa Lembobaru.
Kata Kunci : Strategi Nafkah, Pengelolaan sumberdaya alam, Modal sosial, Rumahtangga
petani
3
I.
PENDAHULUAN
Rumahtangga merupakan suatu unit dalam sistem ekonomi yang dipengaruhi oleh
sistem yang lebih besar didalamnya. Dalam arti lain keadaan ekonomi rumahtangga
mencakup produksi dan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup berkaitan erat dengan
keadaan ekonomi lingkungan serta komunitas tempat ia berada saat ini (Bryant, 2006). Setiap
anggota rumahtangga memiliki fungsi masing-masing yang saling berkaitan untuk dapat
mencapai tujuan bersama yaitu kesejahteraan dalam rumahtangga.
Bagi rumahtangga yang tinggal di desa terpencil, kebutuhan hidup mereka baik jumlah
maupun macamnya relatif tidak banyak bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat
modern yang tinggal di kota. Hal ini disebabkan karena keterbatasan sarana dan prasana
untuk menghasilkan barang barang dan jasa-jasa yang langsung dapat memenuhi kebutuhan
mereka sangat kecil, sehingga banyak kebutuhan mereka yang tidak dapat terpenuhi.
Menghadapi kenyataan tidak dapat terpenuhinya semua kebutuhan rumahtangga, maka
dengan sadar atau tidak rumahtangga harus membuat pilihan, mereka akan memilih pilihan
yang mendatangkan manfaat sebesar-besarnya dengan penggunaan alat pemuas kebutuhan
tertentu, atau memilih pilihan yang menurut perhitungan mereka memerlukan pengorbanan
paling kecil di antara pilihan-pilihan lain untuk maksud pemenuhan kebutuhan tertentu
(Bayu,2012).
Kehidupan di desa secara umum dikaitkan dengan pertanian dan perkebunan serta
mencari hasil hutan sebagai sumber pendapatan utama yang memiliki kecenderungan sikap
yang bergantung pada sumberdaya alam. Petani di desa terpencil sebagai produsen sekaligus
konsumen terhadap hasil-hasil pertanian dihadapkan dengan banyak tekanan dalam ekonomi
rumahtangganya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang sangat kompleks. Faktor-faktor
tersebut berkaitan dengan musim, keterbatasan sumberdaya manusia, modal, akses terhadap
teknologi yang lebih maju dan dukungan sarana dan prasarana seperti infrastruktur yang
masih terbatas, mengakibatkan pemasaran, pengolahan, serta pengangkutan hasil-hasil
pertanian belum memadai membuat petani sebagai produsen belum dapat memaksimalkan
potensi yang ada.
Salah satu pendekatan dalam memahami kehidupan ekonomi rumahtangga di pedesaan
adalah dengan menggunakan strategi nafkah (livelihood strategies). Pendekatan ini tidak
hanya berbicara mengenai pendapatan dan pekerjaan tetapi lebih memahami bagaimana
kehidupan rumahtangga, apa prioritas hidup mereka dan apa yang dapat membantu mereka
sehingga dapat bertahan hidup. Kerentanan terhadap fluktuasi harga serta cuaca atau iklim
yang tidak menentu, membuat rumahtangga petani mengelola struktur nafkah sehingga
mampu meminimalkan resiko.
Studi tentang strategi nafkah ini dilakukan untuk lebih memahami pilihan strategi yang
dilakukan yang diambil oleh rumahtangga sebagai hubungan antara akses sumberdaya, dan
aktivitas yang dipengaruhi oleh sistem ekologi dan sistem sosial kemasyarakatan.
Sumberdaya yang dimiliki atau yang dapat diakses oleh rumahtangga digunakan untuk
4
bertahan hidup dalam kondisi kemiskinan atau dalam kondisi normal untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi rumahtangga (Ashley dan Carney ; Ellis, 2000).
Penelitian sebelumnya mengenai strategi nafkah yang dilakukan Purnomo (2006)
menunjukan bahwa strategi nafkah dikelompokan menjadi dua kelompok, strategi nafkah
berbasis modal alami dan strategi nafkah berbasis bukan modal alami. Rumahtangga
memiliki pilihan sendiri mengenai modal alami, pendapatan in cash dari modal alami yang
ada di desa tidak dapat memenuhi semua kebutuhan rumahtangga sehingga harus
memanfaatkan modal sosial serta bermigrasi keluar desa agar memiliki pendapatan
tambahan. Penelitian lain dilakukan oleh widodo (2010) mengimplikasikan bahwa petani di
pedesaan mengalami mixed ethic, pada satu sisi berorientasi pada etika sosial-kolektif dan
pada sisi lain harus berorientasi pada keuntungan material. Kedua etika tersebut “dimainkan”
oleh rumahtangga petani sebagai upaya untuk membangun sistem nafkah berkelanjutan.
Sementara Grootaert (1999) menunjukan bahwa perekonomian pada tingkat individu atau
kelompok tidak hanya sepenuhnya dijelaskan oleh pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun
peran “modal sosial” sangat mempengaruhi untuk mencapai kesejahteraan, dalam konteks
mikro, Modal sosial mengacu pada hubungan dan norma-norma yang mengatur interaksi
antara rumahtangga dan komunitas yang ada.
Desa Lembobaru merupakan salah satu desa terpencil di kabupaten Morowali, Sulawesi
Tengah yang menjadikan pertanian sebagai sumber nafkah rumahtangga, 86% masyarakat di
desa Lembobaru bekerja sebagai petani. Letak desa Lembobaru adalah di sekitar hutan, Pada
kasus pertanian di Desa Lembobaru, sebagian besar petani pernah melakukan kegiatan
berkebun, mengolah sawah, perkebunan karet rakyat, kakao, kopi, dan pencari hasil hutan.
Namun saat ini mayoritas penduduk desa mengganti lahan perkebunan kopi dan kakao
dengan perkebunan karet 1. Sulitnya akses terhadap pemasaran hasil produksi pertanian
mengakibatkan rendahnya in cash yang dimiliki rumahtangga, sehingga masyarakat
mengandalkan hasil sumberdaya lokal untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu
hubungan sosial kemasyarakatan membantu rumahtangga petani dalam memenuhi kebutuhan
hidup.
Penelitian ini difokuskan pada pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa
Lembobaru. Bagaimana dan apa saja yang mempengaruhi terbentuknya strategi nafkah
rumahtangga, merupakan pertanyaan yang mendasari penelitian ini. Strategi nafkah yang
dimaksudkan menunjuk pada aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam serta sumberdaya
manusia yang digunakan untuk tujuan bertahan hidup atau peningkatan status ekonomi.
Dalam hal ini keputusan dan tindakan rumahtangga melakukan pilihan strategi nafkah
ditentukan oleh rasionalitas dan keyakinan rumahtangga yang bersangkutan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan sumberdaya yang digunakan
sebagai sumber nafkah dalam rumahtangga, serta menggambarkan pilihan strategi nafkah
1
Perkebunan karet dijadikan sumber pendapatan utama bagi masyarakat desa Lembobaru karena tamanam
karet merupakan komoditas yang dianggap masyarakat setempat mampu untuk meningkatkan pendapatan
(sumber utama mendapatkan uang cash) dan tidak memerlukan perawatan yang sulit.
5
yang dilakukan oleh rumahtangga petani dan dasar yang melatar belakangi pilihan strategi
nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru.
II.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di Desa Lembobaru Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali
Sulawesi Tengah. Pemilihan lokasi penelitian ini secara sengaja karena desa Lembobaru
merupakan salah satu desa yang masyarakatnya notabene bermata pencaharian sebagai petani
serta letak desa yang terpencil berada jauh dari akses-akses ekonomi/sosial seperti pasar,
sekolah, rumah sakit/puskesmas, dll. Kondisi jalan yang rusak juga menjadi salah satu yang
menghambat masyarakat desa untuk berinteraksi dengan orang-orang diluar desa. Agar
informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti memilih dua tipe
rumahtangga dalam penelitian ini, yaitu: (1) Rumahtangga yang pekerjaan utamanya sebagai
petani, (2) Rumahtangga yang menjadikan pertanian sebagai pekerjaan tambahan. Penelitian
dilakukan pada tanggal 23 Juni sampai 25 Juli 2012, pemilihan waktu penelitian dilakukan
dengan alasan memanfaatkan waktu liburan semester.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai dengan permasalahan yang
menuntut gambaran realitas ekonomi-sosial. Informasi yang didapatkan melalui wawancara
mendalam dan pengamatan berpartisipasi dengan para informan selama penelitian dilakukan.
Wawancara dilakukan dengan acuan beberapa pertanyaan lapangan yang telah disusun agar
informasi yang didapatkan dapat menjawab masalah penelitian. Dalam mencari informasi
tidaklah terlalu sulit buat peneliti, karena Desa Lembobaru adalah kampung halaman orang
tua peneliti, sehingga mayoritas penduduk desa Lembobaru masih memiliki hubungan
kekeluargaan dengan peneliti, selain itu penduduk desa Lembobaru juga memiliki sifat yang
ramah terhadap orang baru yang berkunjung ke desa mereka.
Agar informasi yang didapat sesuai dengan tujuan penelitian, delapan rumahtangga
petani yang dijadikan sebagai rumahtangga kasus. Pemilihan delapan rumahtangga kasus
didasari oleh perbedaan karakter nafkah rumahtangga, akses sumber nafkah, dan aktivitas
nafkah anggota rumahtangga. Delapan rumahtangga kasus sebagai informan sudah dianggap
cukup untuk mewakili rumahtangga yang lain dalam karena tipe dan aktivitas rumahtangga
memiliki kesamaan. Pemilihan rumahtangga kasus dilakukan berdasarkan wawancara dan
pengamatan saat berada di Desa Lembobaru.
Namun untuk mendapatkan informasi yang sangat kompleks peneliti juga menemui
masalah yang dihadapi ketika mengumpulkan data, yaitu beberapa informan memiliki gengsi
yang tinggi sehingga malu ketika ditanyai tentang pendapatan dan masalah- masalah ekonomi
yang dihadapi. Pemecahan masalah dalam menghadapi informan seperti ini yang dilakukan
peneliti yaitu sebelumnya peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada pemerintah desa
khususnya kepala desa setempat dan kemudian kepala desa yang menjelaskan terlebih dahulu
kepada rumahtangga yang telah dipilih sebagai informan, sehingga peneliti lebih mudah
masuk dan mendekati informan dengan baik. Peneliti berusaha menyatu dengan anggota
rumahtangga agar terjalin keakraban. Contohnya saja rumahtangga Pak Nyong yang
suami/istri bekerja sebagai petani, ketika hendak melakukan wawancara, peneliti datang
6
dengan membawa ole-ole (kecenderungan masyarakat desa ditempat penelitian sangat
senang ketika ada orang dari kota yang datang bertamu apalagi membawakan sesuatu atau
bingkisan) dan meminta ijin untuk menginap di rumah mereka untuk beberapa hari. Saat
itulah peneliti mulai membangun relasi dengan rumahtangga agar lebih dekat dan tidak
dianggap orang asing, setelah keakraban mulai terjalin peneliti meminta ijin untuk ikut pergi
ke perkebunan karet dan kebun, tidak hanya untuk melihat pekerjaan yang mereka lakukan
namun ikut terlibat dalam pekerjaan tersebut, sehingga dengan mudah informasi-informasi
didapatkan. Begitu seterusnya dilakukan pada informan-informan yang lain bahkan banyak
informan yang memberikan informasi yang lengkap tanpa ditanyai dengan menceritakan
keadaan rumahtangganya.
Dalam penulisan, peneliti membuat matrix tematik analisis dari hasil wawancara atau
informasi-informasi untuk memudahkan peneliti dalam mendeskripsikan hasil wawancara.
Deskripsi yang telah dibuat akan digunakan untuk bahan interpretasi dan analisis ekonomi
desa serta rumahtangga petani di desa Lembobaru.
Dalam penulisan ini, peneliti akan menganalisis bagaimana keadaan ekonomi-sosial
masyarakat di pedesaan serta strategi-strategi apa yang dilakukan untuk mengatasi masalahmasalah ekonomi-sosial yang dihadapi. Pertama, peneliti akan mendeskripsikan profil
Ekonomi-sosial rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kedua, peneliti akan menganalisis
Aktivitas nafkah dan pilihan strategi nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru, dan
kemudian membuat kesimpulan.
III. HASIL DAN ANALISIS
PROFIL EKONOMI-SOSIAL DESA LEMBOBARU
Lokasi dan Lingkungan Fisik
Secara administratif Desa Lembobaru termasuk dalam wilayah Kecamatan Lembo
Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah, Desa Lembobaru merupakan salah satu desa yang
terletak disekitar hutan produksi dengan kontur tanah datar. Kontur tanah yang datar
menyebabkan cukupnya dataran yang dapat digunakan untuk sawah, kebun, perkebunan
karet, serta pemukiman penduduk. Sawah, kebun, dan pemukiman berada pada tempattempat yang menyediakan sumber air. Sumber air di Desa Lembobaru berasal dari sungai dan
mata air.
Sungai dan mata air digunakan sebagai penyediaan air bersih untuk kebutuhan sehari
hari penduduk Desa Lembobaru dan untuk pengairan sawah yang berada dekat dengan
sungai. Mata air dan sungai hanya dimanfaatkan beberapa penduduk yang tinggal berdekatan
dengan sungai dan mata air, sehingga kebanyakan penduduk Desa Lembobaru memiliki
sumur galian disekitar rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Jenis tanah di Desa Lembobaru adalah tanah merah dan masih sangat subur untuk
dijadikan lahan pertanian. Kondisi jalan di Desa Lembobaru masih buruk, Jalan masih berupa
7
jalan tanah dan berbatu sehingga pada musim hujan jalan akan berubah menjadi kumpulan
lumpur. Sehingga untuk transportasi didalam Desa seperti dari pemukiman ke daerah kebun
dan sawah selain berjalan kaki penduduk juga menggunakan roda2 dan sebagian kecil sudah
menggunakan sepeda motor.
Keterhubungan Dengan Daerah Lain
Aktifitas ekonomi penduduk Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan di Desa
Beteleme3. Pasar Beteleme merupakan pasar terdekat tempat penduduk menjual atau
membeli barang. Di Desa Beteleme ini juga tempat penduduk sekolah dan berobat, hal ini di
karenakan di Desa Lembobaru hanya terdapat satu Taman kanak-kanak dan satu Sekolah
Dasar sehingga untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP/SMA anak-anak disekolahkan
di Beteleme. Pelayanan kesehatan yang ada di Desa Lembobaru hanyalah seorang Bidan
Desa, sehingga sebagian besar penduduk yang sakit akan dirawat di Beteleme, namun pada
kasus tertentu keterbatasan fasilitas kesehatan4 di Beteleme membuat penduduk Desa
Lembobaru memilih untuk berobat di Kolonodale 5 walau jarak antara Desa LembobaruKolonodale lebih jauh. Contohnya ibu Nona, yang menderita penyakit Jantung, keluarganya
lebih memilih untuk membawa berobat di Kolonodale daripada di Beteleme hal ini
disebabkan karena penanganan kesehatan di Beteleme sering terlambat karena terkadang
tidak ada dokter serta alat dan obat-obatan untuk penanganan penyakit jantung belum ada 6.
Desa Lembobaru berada 6 km dari pusat Pemerintahan Kecamatan Lembo, dan 121 km
dari pusat Pemerintahan Kabupaten Morowali. Alat transportasi yang dapat digunakan
penduduk Desa Lembobaru untuk pergi ke Desa lain adalah mobil dan sepeda motor bagi
yang memiliki kendaraan pribadi. Sementara untuk transportasi umum yaitu dengan
menggunakan taksi7 dengan tarif angkutan Rp.3.000,-, taksi yang menjadi alat transportasi
yang masuk ke Desa Lembobaru hanya ada pada pukul 06.00 pagi yaitu pada jam berangkat
sekolah dan jam 14.00 siang pada jam pulang sekolah. Setelah itu, penduduk Desa
Lembobaru yang ingin keluar desa dan tidak memiliki kendaraan sendiri harus menggunakan
ojek8 tarif angkutan tergatung jauh-dekatnya tujuan biasanya penduduk memberi seiklasnya
sebagai ucapan terima kasih atau mengganti uang bensin.
Jalan menuju Desa Lembobaru adalah jalan tanah dan berbatu-batu. Jalan beraspal
hanya sampai di Desa Beteleme. Setelah melalui desa Beteleme, kita akan menemui
perkebunan karet dan pemukiman penduduk desa Korobonde9. Wilayah pemukiman desa
2
Roda adalah gerobak menggunakan Sapi sebagai penarik beban, sebutan penduduk Desa Lembobaru
Desa Beteleme adalah ibukota Kecamatan Lembo
4
Fasilitas Kesehatan di Beteleme terbatas karena hanya berupa Puskesmas dan harus memfasilitasi 10 Desa
yang ada di Kecamatan Lembo
5
Rumah Sakit terdekat dari Desa Lembobaru terdapat di Daerah Kolonedale berjarak ±120km dari Desa
Lembobaru.
6
Wawancara Ibu Nona, 2012
7
Taksi adalah sebutan masyarakat untuk mobil sejenis angkot
8
Ojek di desa Lembobaru adalah penduduk Desa yang memiliki sepeda motor dan memiliki waktu untuk
mengantar.
9
Desa transmigran dari pulau jawa.
3
8
Lembobaru berbatasan langsung dengan wilayah pemukiman desa Korobonde, perjalanan
ditempuh ± 20menit tergantung kondisi jalan10.
Kondisi Pemukiman
Kepadatan Penduduk
Desa Lembobaru belum mengenal pembagian-pembagian wilayah atau dusun. Desa
Lembobaru ditinggali 64 rumahtangga. Dengan jumlah penduduk Desa Lembobaru 271 jiwa
yang terdiri dari 136 laki-laki dan 135 perempuan pada tahun 201211. Pemukiman di Desa
Lembobaru dibangun di tanah landai yang cukup luas. Kondisi tanah yang datar menyediakan
lahan pemukiman yang masih luas. Masih luasnya lahan pemukiman di Desa Lembobaru
menyebabkan rumah-rumah di Desa Lembobaru tidak selalu berdekatan. Rumah masih
dengan halaman yang cukup luas sehingga hampir disetiap halaman rumah terlihat banyak
kebun-kebun kecil12 yang dibuat penduduk di Desa Lembobaru.
Pemukiman di Desa Lembobaru tersusun dengan pola yang tetap. Rumah selalu
menghadap ke jalan utama atau ke arah gang-gang dalam wilayah pemukiman. Bagian
belakang rumah atau bagian dapur akan diberi pintu untuk berhubungan dengan tetangga
yang berada dibelakang atau disebelah rumah. Percakapan antar dapur menjadi pemandangan
yang biasa diwaktu memasak atau mencuci pakaian13.
Kebiasaan merantau tidak banyak mempengaruhi penambahan bangunan rumah di
Desa Lembobaru. Meskipun ada beberapa penduduk yang merantau dan memilih tinggal
diperantauan, namun banyak yang tetap membangun rumah di Desa Lembobaru. Beberapa
penduduk yang merantau akan kembali dengan membawa suami atau istri dari tempat
merantau.
Fasilitas dalam Rumah
Hampir semua lantai rumah di Desa Lembobaru masih berupa semen kasar. Desa
Lembobaru tidak pernah mendapatkan bantuan untuk pembagunan rumah/lantai dari
pemerintah, sehingga keadaan rumah bergantung pada ekonomi masing-masing rumahtangga.
Beberapa rumah tangga sudah menggunakan lantai keramik namun masih ada juga rumah
yang berlantai tanah.
Setiap rumah dilengkapi dengan kamar mandi. Bentuk kamar mandi setiap
rumahtangga beragam, mulai dari yang permanen, ditembok dan menggunakan keramik
sampai dengan kamar mandi sederhana, yang hanya diberi dinding kayu atau terpal yang
dapat dilihat dari luar. Letak kamar mandipun beragam ada yang berada didalam rumah
10
Ketika musim hujan kondisi jalan akan berlumpur dan akan menambah waktu tempuh.
Data dari data Kependudukan tahunan Desa Lembobaru , 2012.
12
Pekarangan yang luas dimanfaatkan penduduk desa untuk menanam tanaman seperti singkong, dan buahbuahan musiman, bahkan ada juga penduduk yang menanam pohon karet di pekarangan.
13
Waktu memasak adalah waktu-waktu dimana ibu rumah tangga memasak nasi dan mempersiapkan laukpauk untuk makanan sehari-hari atau untuk bekal ke Kebun/sawah. Sementara disela-sela memasak ibu
rumahtangga biasanya memanfaatkan waktu untuk mencuci pakaian disumur. Memasak dilakukan pada pagi
hari dimulai pukul 04.00 atau 05.00 dan sore hari dimulai pukul 15.00 atau 16.00.
11
9
namun lebih banyak yang dibangun sekedarnya dibelakang rumah, biasanya terletak beberapa
meter dari sumur galian.
Kamar mandi di rumah di dukung dengan sarana air bersih buatan masing-masing
rumahtangga. Sarana air bersih yang digunakan penduduk Desa Lembobaru berupa sumur
galian namun ada beberapa rumahtangga yang yang tidak memiliki sumur masih
menggunakan air pancoran14.
Sebagian besar rumah berdiding kayu. Hanya ada beberapa rumah yang berdinding
tembok. Dinding kayu terbuat dari kayu nangka, mahoni, atau kayu hasil penebangan dari
hutan. Tidak ada rumah yang terbuat dari kayu jati. Kayu-kayu yang dipakai penduduk untuk
membangun
rumah
biasanya
adalah
kayu-kayu
yang
di
ambil
dari
15
pembongkaran/penebangan hutan . Penggunaan kayu-kayu sederhana sebagai dinding
rumah menyebabkan dinding rumah di Desa Lembobaru lebih cepat rusak oleh rayap.
Sebagian besar penduduk Desa Lembobaru masih menggunakan tungku sebagai sarana
memasak. Disamping itu kompor minyak hampir selalu dimiliki selain tungku. Kompor
minyak biasanya digunakan untuk rumahtangga yang tidak lagi memiliki sarana untuk
mencari kayu bakar. Penggunaan tungku lebih disukai karena murah dan rasa makanan yang
dimasak menggunakan tungku dianggap lebih enak.
Listrik telah ada hampir di semua rumah. Listrik ada yang memasang langsung dan ada
yang menyambung dari tetangga. Setiap rumah rata-rata memasang listrik 450 watt. Listrik
digunakan untuk penerangan, TV serta alat elektronik lainnya, setrika, dan kulkas yang
digunakan untuk membuat es untuk dijual atau untuk keperluan rumahtangga. Lampu listik
digunakan untuk penerangan didalam rumah atau teras rumah. Selain itu lampu listrik juga
digunakan untuk penerangan jalan di desa.
TV telah menjadi barang elektronik yang paling diinginkan ada didalam rumah, namun
hanya ada beberapa rumah yang memiliki TV. Rumahtangga yang tidak memiliki TV akan
menonton TV pada tetangga. Contohnya saja ibu Ele, setiap malam sehabis makan malam
sekitar jam 19.00 - 22.00 bersama kedua anaknya akan meluangkan waktu untuk pergi ke
rumah tetangga hanya untuk sekedar menonton TV16. Bagi rumahtangga yang memiliki TV
dengan senang hati menerima tamu yang datang untuk menonton. Contohnya saja Pak San,
setiap malam rumahnya akan dipenuhi sekitar lima sampai tujuh keluarga biasanya lebih
didominasi oleh ibu-ibu dan anak-anak yang dantang untuk menonton17. Tape recorder
merupakan elektronik berikutnya yang ada di rumah penduduk Desa Lembobaru. Tape
recorder lebih disukai oleh bapak-bapak dan anak-anak muda. Penduduk yang berusia 50
tahun ke atas lebih senang mendengarkan radio dengan model lama.
14
Sebutan penduduk desa untuk Sumber mata air yang ada didalam Desa, biasanya digunakan penduduk
untuk mandi, mencuci pakaian dan untuk kebutuhan didalam rumah.
15
Penduduk sering menebang pohon dihutan untuk dibuat papan sebagai bahan bangunan rumah.
16
Wawancara dengan ibu Ele, 2012.
17
Wawancara dengan Pak San, 2012.
10
Beberapa rumah telah mengganti kursi kayu lama dengan “kursi sudut”18. Namun
sebagian besar rumah dilengkapi dengan kursi kayu dan kursi plastik yang merupakan model
kursi standar yang ada di rumah di Desa Lembobaru. Ranjang yang digunakan masih berupa
ranjang kayu dengan karus yang diisi kapuk. Hanya ada beberapa keluarga yang telah
menggunakan “spring bed”.
Fasilitas didalam rumah penduduk Desa Lembobaru berasal dari usaha pemilik rumah.
fasilitas diperoleh dari pendapatan rumahtangga. Fasilitas didalam rumah menunjukan
kemampuan rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan lebih dari konsumsi.
Penduduk Desa Lembobaru
Struktur Demografi Penduduk Desa Lembobaru
Gambar 1. Peningkatan Jumlah Penduduk di Desa Lembobaru
300
250
271
223
200
150
100
50
0
2007
Tahun
2012
Sumber : Data Kependudukan Desa Lembobaru 2007 dan 2012
Peningkatan jumlah penduduk di Desa Lembobaru selama lima tahun terakhir 20072012 sebesar 3,9% per tahun. Kelahiran anak di Desa Lembobaru kecil, ada kecenderungan
untuk membatasi jumlah anak. Setiap rumahtangga memiliki anak tidak lebih dari empat
orang. Pengurangan jumlah kelahiran ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi
tekanan biaya pemeliharaan anak, biaya sekolah anak, dan mengurangi pengasuhan anak usia
balita.
Selain kelahiran, mobilitas penduduk keluar desa merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur demografi Desa Lembobaru. Pergi merantau merupakan alasan utama
warga Desa Lembobaru keluar dari desa Lembobaru. Merantau biasanya dilakukan oleh
anak-anak muda untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Daerah tujuan perantauan
bagi anak-anak yang ingin melanjutkan studi adalah ke kota Palu, Poso atau Tentena di kotakota ini merupakan kota terdekat yang telah memiliki fasilitas pendidikan untuk perguruan
18
Kursi sudut adalah sebutan penduduk untuk kursi jok dengan model melingkar yang tepat untuk disimpan
disudut ruangan.
11
tinggi. Pergi merantau akan dilakukan dengan menggunakan rental19. Perantau akan kembali
ke Desa Lembobaru setiap enam bulan sekali biasanya dilakukan saat libur semester.
Perantau pulang ke Desa Lembobaru untuk berlibur, mengunjungi keluarga, atau untuk
merayakan hari-hari besar seperti Padungku 20 dan Natal.
Keterpencilan Desa Lembobaru menyebabkan banyak uang yang akan dikeluarkan
untuk ongkos. Pilihan untuk pergi keluar desa menunjukan rumahtangga bersedia membayar
sejumlah uang untuk tujuan yang akan dicapai.
Keperluan administratif dan keperluan perbankan tidak dilakukan oleh setiap orang.
Keperluan administratif hanya akan dilakukan oleh penduduk Desa Lembobaru yang
memiliki keterkaitan dengan pemerintah seperti pengurus Desa atau penduduk Desa
Lembobaru yang memiliki pekerjaan di luar Desa Lembobaru seperti guru, tenaga kesehatan
atau pengurus organisasi desa. Sementara keperluan perbankan hanya dilakukan oleh
penduduk Desa Lembobaru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) setiap bulan mereka
akan ke Bank Rakyat Indonesia cabang Beteleme untuk mengambil Gaji, atau membayar
utang.
Mengobati anggota rumahtangga yang sakit dilakukan di Beteleme atau Kolonedale.
Jika orang sakit tersebut sampai harus dirawat di Puskesmas atau Rumah sakit, penduduk lain
akan datang menjenguk. Menjenguk dilakukan dengan rombongan kecil dengan
menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor. Pergi keluar desa dengan rombongan
juga dilakukan penduduk Desa Lembobaru jika akan menghadiri pesta kawin21 warga Desa
Lembobaru yang dilakukan di desa lain, biasanya kunjungan ini dilakukan oleh rombongan
besar dengan menggunakan trek22 yang disewakan oleh penyelenggara acara.
Sebagian besar kebutuhan konsumsi sehari-hari dipenuhi dengan hasil garapan dan
pertukaran langsung di desa. Pembelian kebutuhan sehari-hari yang tidak terdapat didesa atau
kebutuhan barang dagangan untuk pedagang serta kebutuhan untuk pertanian sepeti bibit dan
pupuk dilakukan penduduk Desa Lembobaru di Beteleme. Namun untuk jenis kebutuhan
tertentu seperti ikan, peralatan rumahtangga, dan pakaian biasanya penduduk Desa
Lembobaru membelinya pada pedagang keliling yang masuk ke Desa Lembobaru 23.
Pemasaran produk banyak dilakukan didalam Desa Lembobaru. Penjualan hasil
perkebunan dilakukan melalui tengkulak yang datang mengunjungi perkebunan karet.
Penjualan hasil perkebunan karet dilakukan setiap sebulan sekali, penjualan dilakukan
serentak oleh semua petani karet karena proses tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru
19
Rental adalah sebutan masyarakat setempat untuk mobil jenis avansa yang digunakan sebagai alat
transportasi antar daerah di Sulawesi Tengah.
20
Padungku adalah hari ucapan syukur Penduduk desa setelah panen, padungku dilakukan rutin setiap tahun
sekali.
21
Pesta kawin merupakan sebutan masyarakat desa setempat untuk acara pernikahan, sesuai adat yang
berlaku di Desa Lembobaru acara pernikahan dilaksanakan dirumah mempelai perempuan, sehingga
penduduk laki-laki yang akan menikahi perempuan yang bertempat tinggal di desa lain akan melangsungkan
pernikah di luar desa Lembobaru.
22
Trek adalah sebutan penduduk untuk angkutan truk.
23
Wawancara dengan Ibu Ele, 2012
12
hanya sekali dalam sebulan. Harga penjualan hasil karet tergantung pada tengkulak yang
masuk ke Desa. Hasil sawah sebagian besar dikonsumsi sendiri oleh rumahtangga penjualan
beras hasil sawah hanya dilakukan pada saat-saat tertentu ketika rumahtangga benar-benar
membutuhkan uang, penjualan dilakukan dipenggilingan padi yang ada di desa. Sementara
hasil ladang seperti Ubi, singkong, jagung, cabe, pisang serta sayur-sayuran selain
dikonsumsi oleh rumahtangga akan dijual pada penduduk lain yang ingin membeli dengan
cara menyimpan barang yang akan dijual di depan rumah. Penjualan juga dilakukan dengan
memesan contohnya ibu Elin yang memiliki warung Binte24 akan memesan jagung dan
pisang pada petani sehingga setiap habis panen petani akan langsung mengantarkan jagung
dan pisang ke rumah ibu Elin 25.
Penjualan secara langsung ke pasar akan dilakukan jika harga di pasar lebih baik atau
barang yang ada terlalu banyak dan tidak dapat dijual di desa. Petani jagung misalnya akan
menjual jagung hasil kebunnya pada penduduk desa atau pemesan yang datang ke rumahnya.
Ketika hendak ke pasar untuk membeli kebutuhan lain Jagung akan sekalian dibawa untuk
dijual ke pasar Beteleme jika hasil dari panen jagung banyak dan tidak ada yang membeli di
Desa Lembobaru26.
Struktur Sosial Masyarakat
Setiap kali ditanyai tentang pelapisan sosial, informan selalu akan menjawab tidak ada
perbedaan yang mencolok diantara penduduk Desa Lembobaru, semua warga dianggap ratarata sama. Berdasarkan informasi yang tersirat, ada tiga hal yang menjadi dasar penghargaan
dalam masyarakat Desa Lembobaru, (1) penghargaan yang diberikan berdasarkan
kepemilikan barang, (2) penghargaan yang diberikan berdasarkan pekerjaan, (3) penghargaan
yang diberikan berdasarkan pendidikan formal atau informal yang dimiliki. Warga akan
dianggap mampu jika telah mampu mengganti lantai rumah dengan keramik, memiliki
perkebunan dan sawah yang luas, memiliki kendaraan bermotor terutama mobil, memiliki
rumah yang bagus terutama dilengkapi dengan peralatan elektronik. Kemampuan
menyekolahkan anak sampai ke perguruan tinggi atau kedudukan dalam lembaga pemerintah
dan keagamaan yang ada di Desa akan menempatkan seseorang pada kelas sosial yang lebih
tinggi. Tabel 1 menunjukan aset yang dimiliki rumah tangga dan dasar pembentuk stratifikasi
dalam masyarakat.
24
Binte adalah makanan rebusan jagung yang telah dikeluarkan dari tongkolnya. Binte dihidangkan didalam
mangkok seperti soup yang akan diberikan bumbu sendiri oleh pembelinya sesuai selera masing-masing,
penduduk setempat biasa memakannya dengan tambahan pisang goreng.
25
Wawancara dengan ibu Elin, 2012.
26
Wawancara ibu Nona, 2012
13
Tabel 1
Jenis Aset dan Dasar Penghargaan di Masyarakat
Aset
Status dalam Desa
Rumah
Kendaraan
Tanah
Pendidikan formal
Pekerjaan
Barang elektronik
Hewan ternak
Perabotan rumah
Sumber : Diolah dari data primer, 2012
Dasar penghargaan
Jenis, Kedudukan
Ukuran, model, bahan pembuat
Jenis, jumlah, penggunaan
Luas tanah, kelas tanah, jenis tanaman
Tingkat pendidikan
Jabatan, pendapatan
Jenis, ukuran, merk
Jenis, jumlah
Model, harga
Urutan dalam tabel menunjukan urutan aset yang dapat meningkatkan status sosial
dalam masyarakat. Kepemilikan berbagai aset meningkatkan status sosial seseorang. Dua
orang yang memiliki aset yang sama tidak selalu ditempatkan pada kelas sosial yang sama.
Dasar penghargaan atas pemilikan suatu aset menentukan kelas sosial seseorang. Pak San
adalah seorang PNS dan memiliki rumah yang bagus dengan lantai keramik, namun
penduduk setempat lebih menempatkan Pak Sinapa pada status sosial yang lebih tinggi
karena dia adalah tokoh adat dan majelis jemaat di Gereja padahal pekerjaan sehari-harinya
adalah seorang guru SD. Kedudukan seseorang pada lembaga-lembaga penting di desa yang
sangat menentukan status sosial seseorang. Rumahtangga Dewan adat, kepala desa, serta
Pendeta dan majelis jemaat di Gereja memiliki status sosial yang tinggi di Desa Lembobaru 27.
Selanjutnya Pak Nover dianggap kaya karena memiliki 2000 pohon karet dan 5 hektar
sawah, namun pak San dianggap lebih kaya dari pak Nover karena memiliki 3 sepeda motor
dan rumah yang besar dan menggunakan keramik. Padahal pak Nover merupakan pemilik
pohon karet dan sawah paling banyak di Desa Lembobaru. Ini menunjukan penghargaan atas
pemilikan sepeda motor dan rumah yang besar dan berlantai keramik lebih besar dari pada
penghargaan atas pemilikan tanah28.
Pekerjaan yang dimiliki oleh anggota rumahtangga merupakan hal yang dihargai oleh
masyarakat Desa Lembobaru. Seseorang yang memiliki pangkat atau kedudukan akan lebih
dihargai dari pada seseorang yang tidak memiliki pangkat atau kedudukan. Pekerjaan diluar
pertanian dihargai lebih tinggi dari pada pekerjaan mengolah lahan atau bertani. Ini
menyebabkan rumahtangga petani berusaha keras menyekolahkan anak-anaknya agar
mendapatkan pekerjaan diluar pertanian dengan pangkat dan kedudukan yang lebih baik.
Pegawai Negeri masih menjadi pilihan utama. Selain pangkat dan kedudukan hal yang
dihargai dari pekerjaan seseorang adalah penghasilan yang diperoleh.
27
28
Wawancara ibu Ele, 2012
Wawancara ibu Nona, 2012
14
Kemampuan menyekolahkan anak-anak dianggap memilki nilai. Sekolah yang
dianggap tinggi adalah perguruan tinggi. Hal ini juga yang menjadikan rumahtangga petani
berusaha agar anak-anak mereka bisa sekolah sampai perguruan tinggi.
Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru
Satuan rumahtangga yang dikenal oleh pemerintah Desa Lembobaru adalah Kepala
Keluarga (KK). KK adalah orang yang dianggap bertanggungjawab dalam rumahtangga. KK
biasanya adalah laki-laki, suami atau ayah pencari nafkah utama. Seorang laki-laki yang telah
menikah akan dianggap sebagai KK. KK perempuan hanya dianggap ada jika keluarga
tersebut sudah tidak memiliki ayah atau suami karena proses perceraian atau kematian 29.
Beberapa KK dapat tinggal dalam satu rumah. Anak laki-laki atau perempuan yang
telah menikah dan belum memiliki rumah sendiri akan hidup menumpang di rumah orang
tua. Tidak ada aturan khusus mengenai tempat tinggal tempat tinggal anak yang telah
menikah ini, pilihan untuk tinggal dengan orang tua laki-laki atau perempuan ditentukan oleh
kesediaan pasangan, orang tua, dan kemampuan ekonomi orang tua yang akan ditempati.
Beberapa KK yang tinggal dalam satu rumah masih memiliki keterkaitan dalam
konsumsi rumahtangga. Bagi KK anak yang belum memiliki pekerjaan dan sumber
pendapatan yang tetap, kebutuhan makan, air bersih, penerangan, dan kebutuhan keluarga
lailnya akan diperoleh dari KK orang tua. Aliran bantuan seperti ini terjadi pada rumahtangga
dengan KK orang tua yang dianggap “baik”, tidak semua pasangan yang baru menikah
mendapatkan kesempatan makan ditempat orang tua, beberapa KK yang tinggal bersama KK
orang tua harus memasak nasi dan lauk-pauk sendiri30.
KK yang tinggal dalam satu rumah melakukan pembagian kerja bersama. Setiap pagi
ibu dalam rumahtangga (orang tua) memasak nasi dan lauk pauk untuk seluruh anggota
rumahtangga. Anak/menantu perempuan akan membantu mencuci pakaian, membersihkan
rumah dan mengasuh anak. Anak/menantu laki-laki akan mengerjakan pekerjaan yang
menjadi sumber pendapatan utamanya. Jika belum memiliki pekerjaan tetap anak/menantu
laki-laki akan membantu pekerjaan di perkebunan karet atau sawah dan lahan garapan milik
orang tua.
Pendapatan diatur dalam KK. Pendapatan yang diperoleh suami akan diberikan kepada
istri. Pembagian pendapatan antar KK dilakukan juga dalam bentuk pinjaman atau pemberian
uang dari KK orang tua atau bantuan untuk pembuatan rumah kepada KK anak. Pak nyong
bersama istrinya diberi kepercayaan untuk mengolah 500 pohon karet milik keluargannya,
dan hasil penjualan karet akan dibagi dua dengan orang tuanya 31. KK anak merupakan pihak
yang secara aktif menabung untuk mengumpulkan keperluan untuk pembangunan rumah,
namun bantuan KK orang tua merupakan faktor penting pembagunan rumah anak di Desa
Lembobaru. KK orang tua juga dapat mengharapkan perawatan dan jaminan konsumsi hari
tua saat sudah tidak dapat menjalankan usaha pertanian.
29
Wawancara dengan pak Mifraim, Kepala Desa Lembobaru, 2012
Wawancara dengan Eltha yang masih tinggal di rumah mertuanya , 2012
31
Wawancara dengan pak Nyong, 2012
30
15
Selain warisan dalam bentuk barang, secara alami KK orang tua mewariskan hubungan
persaudaraan untuk anak. Hubungan baik dengan tetangga dan penduduk desa juga
merupakan sesuatu yang dibangun KK orang tua yang hasilnya dapat dinikmati oleh KK
anak, begitupulah sebaliknya . Hubungan persaudaraan dan hubungan baik dengan tetangga
merupakan bagian yang sangat penting dalam strategi nafkah petani di Desa Lembobaru 32.
Selain itu KK orang tua atau KK anak juga memberikan pengaruh pada status dalam
masyarakat. Status sosial ekonomi KK orang tua seperti kepemilikan akan memberi
kebanggaan dan mempengaruhi status sosial KK anak, dan begitu juga sebaliknya. Aliran
pengaruh antara KK orang tua dan KK anak dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2. Aliran Sumberdaya dalam Rumahtangga yang berisi
KK orang tua dan KK anak
Sumber : Diolah dari data primer saat penelitian, 2012
Berdasarkan uraian diatas, beberapa KK yang masih tinggal dalam satu rumah
merupakan satu unit ekonomi yang memperoleh pendapatan, mengalokasikan pendapatan,
dan memenuhi kebutuhan hidup bersama. Orang-orang yang tinggal dalam satu rumah masih
memiliki hubungan sosial dalam hubungan-hubungan di masyarakat. Antar KK memiliki
perbedaan orientasi ekonomi, sumber nafkah, dan alokasi pendapatan. Lingkup tempat
tinggal dalam satu rumah menunjukan kesatuan ekonomi yang memberikan jaminan
pemenuhan kebutuhan, dan keamanan sosial bagi anggota rumahtangga.
Struktur Kepemilikan dan Penggunaan Lahan
Lahan memiliki peranan penting dalam rumahtangga petani Desa Lembobaru. Peran
tersebut akan terasa jika ada akses milik dan akses manfaat. Akses pada milik dan manfaat
diatur oleh sistem kepemilikan yang dibangun oleh masyarakat, negara dan pihak lain yang
terkait dengan lahan tersebut.
32
Pembahasan mengenai ikatan-ikatan dalam komunitas dapat dilihat pada bagian strategi nafkah
rumahtangga petani.
16
Kepemilikan lahan di Desa Lembobaru dapat dibagi menjadi tiga, lahan milik pribadi,
lahan milik pemerintah desa, dan lahan milik pemerintah. Struktur kepemilikan lahan di Desa
Lembobaru dapat diamati pada tabel berikut :
Tabel 2. Pemanfaatan Lahan dan Struktur Kepemilikan Lahan
di Desa Lembobaru
Pemanfaatan
Lahan
Perkebunan
Karet
Sawah
Kebun
Tanah Desa
Pemilik
Penggarap
Pengalihan akses
Petani
Perusahaan/Petani Pewarisan/pengalihan antar penggarap/
penjualan
Petani
Petani
Penjualan/Penyewaan/pewarisan
Petani
Petani
Penjualan/pewarisan
Pemerintah Pemerintah
Peralihan jabatan/penyewaan
desa
desa/penyewa
Lahan Hutan
Perhutani
Perhutani/petani
Pengalihan antar penggarap
Sumber : Diolah dari data primer, 2012
Perkebunan Karet
Produksi karet merupakan komoditas yang diunggulkan sebagai sumber pendapatan in
cash bagi penduduk di Desa Lembobaru. Wilayah desa Lembobaru meliputi 330ha wilayah
perkebunan karet. Perkebunan karet di Desa Lembobaru telah berusia 20-30 tahun. Awalnya
Perkebunan karet di Desa Lembobaru merupakan perkebunan plasma33 yang bekerja sama
dengan Perusahaan inti rakyat (PIR)34 sebagai pemberi modal mulai dari pembongkaran
lahan sampai pada penyediaan bibit serta pembimbing dalam pelaksanaan perkebunan karet.
Pola PIR adalah pelaksanaan pengembangan perkebunan yang membantu dan membimbing
perkebunan rakyat dalam suatu sistem kerja sama yang saling menguntungkan dan
berkesinambungan. Petani akan mengembalikan modal pada PIR dalam bentuk kredit yang
telah disepakati, dengan cara menjual hasil karet pada koperasi35 yang dibentuk oleh
perusahaan (harga ditentukan oleh perusahaan) dan memotong hasil produksi petani untuk
pembayaran kredit 36.
Saat perkebunan karet telah resmi menjadi milik keluarga petani, petani akan
mengelolah perkebunan sebagai sumber pendapatan. Pengelolaan perkebunan karet akan
diajarkan secara turun-temurun kepada anggota keluarga (anak). Perkebunan karet dapat
dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui penjualan, penyewaan atau pewarisan.
Penjualan perkebunan hanya dilakukan ketika ada keperluan yang sangat mendesak.
33
Tanah/Lahan yang digunakan untuk perkebunan plasma adalah tanah/lahan milik warga, lahan yang dimiliki
minimal 2 hektar.
34
Perusahaan inti rakyat adalah perusahaan perkebunan besar, baik milik swasta maupun milik negara yang
ditetapkan sebagai pelaksana proyek.
35
Saat penelitian dilakukan, 2012, tidak ada lagi koperasi yang ada di Desa Lembobaru, sehingga penjualan
getah karet dlakukan dengan pedagan pengepul yang datang ke desa (tengkulak)
36
Pemotongan hasil produksi saat itu adalah 50% dari hasil produksi petani sampai kredit selesai sesuai
kesepakatan dan perkebunan resmi menjadi milik petani, wawancara dengan Pak Nover, 2012.
17
Sementara bagi petani yang memiliki perkebunan yang luas dan tidak dapat mengelola
perkebunan sendiri akan menyewakan perkebunannya pada petani lain yang tidak memiliki
perkebunan karet. Pemilik perkebunan dan penyewa akan menyepakati berapa pohon karet
yang siap untuk diolah dengan sistem bagi hasil37. Sementara pewarisan akan dilakukan
ketika petani (orang tua) sudah tidak mampu lagi untuk bekerja di perkebunan karet, sehingga
akan membagi perkebunan kepada anak-anaknya secara merata.
Penyadapan karet dilakukan pada pagi hari sebelum matahari terbit. Penyadapan pohon
karet bergantung pada musim, ketika hujan petani tidak melakukan penyadapan karena getah
karet yang keluar akan terbawa air hujan. Pak jufri, adalah salah satu penyewa kebun karet
milik saudaranya, jumlah pohon karet yang dikerjakan sebanyak 200 pohon. Kondisi pohon
karet yang sudah tua dan tinggi serta hanya menggunakan alat yang sederhana menyebabkan
pak Jufri hanya mampu menyadap sekitar 60pohon setiap harinya, sehingga memerlukan
waktu sekitar tiga hari untuk dapat menyadap semua pohon karet. Getah karet yang telah
terkumpul dalam wadah penampungannya akan diambil setiap dua hari sekali38 dan
dibebukan dalam sebuah lubang yang berada di area perkebunan dan akan menjualnya ketika
pengepul (tengkulak) datang ke desa biasanya penimbangan/penjualan dilakukan sebulan
sekali. Menurut informan Jumlah getah karet yang dihasilkan setiap bulannya tidak menentu,
karena masih sangat bergantung dengan musim, ketika musim hujan tiba penghasilan getah
karet menurun dibandingkan saat kemarau. Sehingga terkadang dalam sebulan pak Jufri dapat
menjual hasil getah karet kurang lebih sebanyak 450 kilo gram (kg). Harga per kg getah
karet ditentukan oleh pengepul yang datang ke desa dan petani tidak dapat ikut menentukan
harga39. Total hasil penjualan getah karet itu nantinya akan dibagi dua dengan pemilik lahan.
Sawah
Berdasarkan tempat, sawah di Desa Lembobaru dapat dikelompokan dengan sawah
yang berdekatan dengan sungai dan sawah yang berjauhan dengan sungai. Kedua jenis sawah
ini memiliki produktivitas yang berbeda pada musim hujan dan kemarau. Sawah yang
letaknya berdekatan dengan sungai menghasilkan padi yang lebih baik pada musim kemarau,
sedangkan sawah yang letaknya berjauhan dengan sungai bisa sampai tidak panen saat musim
kemarau.
Meskipun dianggap berat, mengelola sawah tetap diinginkan petani di Desa
Lembobaru. Sawah menghasilkan padi, suatu komoditas penting bagi rumahtangga petani
Desa Lembobaru. Masyarakat Desa Lembobaru menempatkan kebutuhan beras sebagai
kebutuhan nomor satu dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan-kegiatan besar dalam
kehidupan masyarakat Desa Lembobaru.
Kepemilikan sawah berkisar antara tidak memiliki sampai 5 hektar sawah. Informan
yang diwawancarai rata-rata mengelola sawah dengan luas 0,25 – 1 hektar (ha). Sawah hanya
menghasilkan padi yang digunakan sebagai konsumsi utama masyarakat Desa Lembobaru.
37
Sistem bagi hasil adalah 50%-50% , wawancara dengan Pak Nover, 2012.
Pengumpulan dibantu oleh istri dan anak-anak, wawancara dengan Pak Jufri, 2012
39
Harga yang berlaku mulai januari –juni, 2012 sebesar Rp.8.000,- Rp. 9.000 per kg terjadi penurunan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang berkisar antara Rp. 16.000-Rp.18.000 per kg, wawancara dengan
Pak Jufri, 2012.
38
18
Sawah di Desa lembobaru hanya akan ditanami padi. Petani tidak menanam tanaman lain.
produksi gabah kering per 0,25ha sawah adalah 15karung dengan ukuran 50kg/karung atau
sama dengan 750kg. Sawah dipanen satu sampai dua kali dalam satu tahun tergantung pada
musim.
Penggarapan tanah sawah dilakukan oleh petani dengan bantuan tenaga kerja
keluarga40. Sementara sawah dapat dialihkan penggarapannya kepada orang lain melalui
penjualan, penyewaan, dan pewarisan. Penjualan sawah hanya dilakukan jika ada keperluan
yang sangat mendesak. Petani yang tidak memiliki sawah dapat menggarap sawah orang lain
melalui penyewaan atau penggarapan melalui sistem bagi hasil. Pak Nover yang memiliki
5ha tanah sawah hanya menggarap 1ha sawah miliknya sementara sisahnya digarap oleh
orang lain. Menurut informan, pembayaran sewa sawahnya diberikan dalam bentuk gabah
kering. Pak Sony salah satu warga yang menyewa sawah milik pak Nover seluas 0,25ha
pembayaran sewa dilakukan pasca panen, saat panen mendapatkan 15karung gabah kering,
maka 5karung gabah kering akan diberikan kepada pak Nover 41. Pewarisan akan dilakukan
ketika petani (orang tua) sudah tidak lagi mampu bertani dan lahan sawah akan dibagikan
secara merata pada anak-anaknya.
Kebun
Semua penduduk Desa Lembobaru memiliki lahan untuk kebun dengan ukuran dan
jenis tanaman yang bervariasi. Kebun diolah oleh petani untuk menanam beragam tanaman
yang digunakan untuk memenuhi konsumsi rumahtangga sehari-hari dan sumber tambahan
pendapatan. Tanah yang masih subur ditanami jenis tanaman mulai dari Jagung, ubi, talas,
sagu, pisang, pepaya, cabe, tomat, jeruk, serta beragam jenis sayur-sayuran seperti bayam,
kacang panjang, labu, serta buah-buahan seperti manggis, rambutan, durian, kelapa, dan aren.
Beberapa petani juga membuat kolam disekitar kebun untuk memelihara ikan.
Jenis tanaman yang ditamam di kebun tidak memerlukan perawatan khusus dengan
waktu panen yang tidak menentu. Kegiatan berkebun merupakan warisan budaya atau hobi
bagi penduduk di Desa Lembobaru. Beberapa masyarakat yang bekerja bukan sebagi petani
juga senang berkebun. Berkebun biasanya dilakukan oleh penduduk untuk mengisi waktu
luang setelah selesai mengerjakan pekerjaan utama. Bagi petani penyadap karet kegiatan
berkebun akan dilakukan setelah selesai menyadap karet. Hampir disetiap kebun yang ada di
Desa Lembobaru terdapat pondok yang dilengkapi dengan dapur. Biasanya penduduk akan
memanen hasil kebun dan langsung memasaknya dikebun.
Tambahan pendapatan juga bisa didapat dari penjualan hasil kebun. Tanaman buahbuahan misalnya durian dari pohon akan dihargai Rp. 2.000,- sampai Rp. 20.000,- per buah
tergantung dari jenis dan ukuran, manggis dihargai Rp. 10.000,- per Kg. Jagung lebih sering
dijual Rp. 50.000,- per karung atau Rp. 3.000,- per kati42 untuk jagung yang telah
dikeluarkan dari tongkolnya. Air aren atau lebih dikenal dengan saguer43 juga sering dijual
40
Tenaga kerja melibatkan istri, anak, atau saudara yang masih memiliki hubungan darah.
Wawancara dengan pak Sony, 2012
42
Kati adalah satuan berat tradisional dengan menggunakan alat ukur seperti mangkuk yang digunakan
penduduk Desa Lembobaru. 1 kati ± setara dengan 6ons.
43
Seguer adalah sebutan masyarakat untuk air aren yang mengandung alkohol beberapa daerah menyebutnya
dengan sebutan tuak.
41
19
dengan harga Rp. 3.000,- sampai Rp. 5.000,- per botol tergantung kualitas. Sagu biasanya
akan diolah oleh beberapa rumahtangga yang nantinya hasil akan dibagi rata untuk konsumsi
rumahtangga. Daun sagu juga dipakai untuk membuat atap, untuk 1 lembar atap jadi dihargai
Rp. 3.000,-. Sedangkan hasil kebun yang tidak terlalu banyak dan tidak laku di desa akan
dijadikan konsumsi rumahtangga dan makanan ternak.
Kebun juga merupakan tempat untuk memelihara binatang peliharaan seperti babi 44,
babi juga sengaja diternak diarea kebun, karena kotoran babi dianggap masyarakat dapat
menyuburkan tanah. Kebun dapat dialihkan pengelolaannya kepada orang lain melalui
penjualan dan pewarisan. Penjualan hanya akan dilakukan ketika ada hal-hal yang sangat
mendesak. Sementara pewarisan dilakukan petani (orang tua) kepada anak-anaknya secara
merata.
Tanah Desa
Tanah milik pemerintah desa dikenal dengan sebutan tanah Desa. Tanah desa
merupakan tanah pemerintah yang diberikan pada kepala desa sebagai gaji. Tanah desa
dikelola dan diambil hasilnya selama orang tersebut menjabat sebagai kepala desa. Tanah
desa berupa sawah dan kebun. Tanah desa dapat pula disewakan kepada orang lain selama
masa kerja kepala desa masih berlaku.
Lahan Hutan
Lahan hutan merupakan milik perhutani, namun tidak ada aturan khusus atau teratur di
Desa Lembobaru. Sehingga petani-petani sering mengambil hasil hutan tanpa ijin. Hutan
sering dimanfaatkan petani untuk berburu, mencari kayu bakar, sampai pada menebang
pohon untuk dijadikan papan sebagai bahan bangunan rumah. Beberapa petani yang tidak
memiliki kebun membongkar hutan untuk dijadikan kebun. Selain itu sungai yang berada
didekat hutan juga menyediakan potensi pasir yang bagus untuk dijadikan campuran batako
yang dipakai untuk bahan bangunan rumah.
Penggarapan lahan di Desa Lembobaru dilakukan oleh tenaga kerja rumahtangga. Tabel
berikut menunjukan jenis lahan dan ekonomi lahan bagi rumahtangga.
44
Babi adalah hewan yang senang dipelihara masyarakat Lembobaru, karena tidak sulit untuk mengurus dan
pasti sangat bermanfaat saat ada acara-acara khusus misalnya pesta pernikahan, kematian, atau pesta
padungku dan natalan.
20
Tabel 3. Jenis Lahan dan Ekonomi Lahan bagi Rumahtangga
Jenis
Hasil utama
Skala
Sumber
Tenaga
Orientasi
Lahan
penanaman
pengairan
kerja
produksi
pengelola
Perkebunan Pohon karet
Skala besar Air hujan
Tenaga kerja Sumber
karet
rumahtangga pendapatan
rumahtangga
Sawah
Padi
Skala kecil Air
Tenaga kerja Pemenuhan
hujan/sungai rumahtangga kebutuhan
harian
rumahtangga
Kebun
Singkong,jagun Skala kecil Air
Tenaga kerja Pemenuhan
g,sayurhujan/sungai rumahtangga konsumsi
sayuran,buahrumahtangga
buahan
, tambahan
musiman,talas
pendapatan,
pakan ternak
Lahan
Kayu
bakar, Skala kecil Air hujan
Tenaga kerja Pemenuhan
hutan
papan,
pasir,
rumahtangga kebutuhan
hewan buruan.
sehari-hari,
bahan dasar
bangunan
rumah
Sumber : Diolah dari data primer, 2012
Selain lahan hewan ternak merupakan sumberdaya yang penting dala ekonomi
rumahtangga di Desa Lembobaru. Hewan ternak yang dimiliki petani di Desa Lembobaru
adalah babi, sapi, anjing, ayam. Ayam dan babi dimiliki oleh hampir seluruh petani di Desa
Lembobaru. Ayam digunakan untuk dijual atau disembeli atau diambil telurnya. Ayam dan
babi dijadikan makanan yang harus ada saat acara-acara syukuran pada rumahtangga.
Kelembagaan Ekonomi
Simpan-Pinjam Informal
Meminjam uang secara formal di bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki
penghasilan tetap per bulan seperti PNS. Jumlah uang yang diperoleh dari pinjaman formal
ditentukan oleh pengajuan dan persetujuan bank. Uang yang diperoleh dari pinjaman formal
digunakan untuk kebutuhan besar, bukan untuk kebutuhan sehari-hari. Pinjaman formal tidak
banyak dilakukan oleh rumahtangga petani di Desa Lembobaru. Kebutuhan uang banyak
dipenuhi dari pinjaman informal.
Uang dari simpan pinjam informal menggunakan ikatan-ikatan dalam komunitas.
Secara ringkas, uang yang diperoleh dari pinjaman formal dan informal dapat diamati pada
tabel 4.
21
Tabel 4. Pinjaman dan Uang yang Diperoleh Rumahtangga
Jenis pinjaman
Keperluan peminjaman
Jumlah uang
Waktu
(Rp)
pengembalian
Formal di bank
Kebutuhan menikah anak >5.000.000
Setiap
bulan
dipotong gaji
Informal Melalui
Biaya acara syukuran, 50.000Segera
setelah
saudara
biaya
berobat,
biaya 5.000.000
memiliki uang
sekolah anak
Pinjaman Ongkos anak sekolah
5.000-100.000
Segera
setelah
pada
memiliki uang
tetangga
Pedagang Biaya acara syukuran, 20.000– 300.000 Pada saat panen hasil
perantara biaya sekolah anak.
tanaman yang telah
dijanjikan
Sumber : Diolah dari data primer, 2012
Kegiatan simpan pinjam penduduk di Desa Lembobaru lebih banyak dilakukan secara
informal. Pinjam meminjam antar saudara atau tetangga masih memungkinkan karena
pinjaman yang dilakukan merupakan pinjaman kecil yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Meminjam uang pada saudara dan tetangga disukai karena uang dapat
tersedia dengan segera dan mudan dalam pengembaliannya. Saudara menjadi pilihan pertama
peminjaman uang. Jumlah pinjaman berkisar Rp. 50.000,- sampai Rp. 5.000.000.
Peminjaman secara formal ke Bank hanya dilakukan oleh orang yang memiliki akses
pada Bank dan memiliki kemudahan untuk mengembalikan pinjaman. Penduduk yang
meminjam uang di bank merupakan penduduk yang memiliki penghasilan tetap sebulan,
seperti PNS. Contoh kasus, Ibu Yatmin adalah PNS yang mendapatkan gaji Rp. 5.000.000,per bulan. Uang gagi PNS sekarang dipotong cicilan pinjaman Rp. 600.000,- per bulan45.
Peluang untuk meminjam atau menabung di bank tidak menarik perhatian penduduk
Desa Lembobaru. Beberapa informan yang diwawancarai memilih tidak menabung di bank
karena jauh dan tidak memiliki cukup banyak uang untuk ditabung. Menabung dengan cara
menyisihka sisa uang belanja atau penjualan hasil kebun merupakan cara menabung yang
paling umum dilakukan.
Warung merupakan salah satu tempat menabung selain untuk meminjam. Warung ibu
Nona menjadi sarana untuk menabung sehari-hari. Seorang petani, langganan ibu Nona
biasanya menyimpan uang Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,- setelah menjual hasil karet,
uang tersebut disimpan untuk berjaga-jaga apabila ada keperluan belanja berikutnya.
Penyimpanan juga biasanya dilakukan oleh orang yang akan membangun
rumah/membuat acara rumahtangga. Mereka akan menyimpan uang pada saat ia punya uang
dan menitipkan uang tersebut pada toko untuk pembelian barang-barang yang dibutuhkan.
Uang tersebut nantinya akan ditukarkan dengan barang yang diperlukan sesuai harga toko46.
Berdasarkan uraian diatas, simpan pinjam informal dilakukan atas dasar hubungan
sosial yang terbentuk dalam komunitas petani Desa Lembobaru. Hubungan kedekatan dan
45
46
Wawancara dengan ibu Yatmin, 2012
Wawancara dengan Ibu Nona, 2012
22
kepercayaan antara saudara atau tetangga lebih diandalkan sebagai pengikat hubungan
piutang. Ini didukung dengan sifat pinjaman yang bersifat segera dan dalam jumlah yang
terbatas. Simpan pinjam informal disukai karena tidak memiliki aturan pengembalian atau
penyimpanan yang mengikat.
Arisan
Arisan merupakan cara yang paling umum untuk menabung di Desa Lembobaru.
Arisan merupakan suatu cara untuk memaksa peserta arisan untuk menabung. Arisan
ditentukan oleh kebutuhan peserta yang diselenggarakan oleh kelompok didalam
perkumpulan Gereja. Jenis arisan dapat berupa uang dan barang. Jenis arisan yang
diselenggarakan dapat diamati pada tabel 5.
Tabel 5. Jenis Arisan Desa Lembobaru
Jenis arisan
Jumlah
Anggota arisan
Jumlah
Waktu
iuran/minggu
penarikan/orang
penarikan
Uang
Rp. 2.000 60 orang
Rp.480.000 1 bulan
Perabotan
Rp. 5.000 Tidak tentu
Satu lusin kursi Jika
jumlah
plastik
uang
telah
cukup
Sumber: Diolah dari data primer, 2012
Arisan ditangani oleh pengurus yang ditunjuk oleh peserta berdasarkan kepercayaan.
Pengurus bertugas untuk mencatat dan mengumpulkan uang arisan. Penarikan arisan
biasanya berdasarkan kebutuhan peserta arisan, jika ada yang benar-benar membutuhkan
maka akan didahului. Dalam arisan ini peserta yang telah mendapatkan penarikan haus tetap
membayar iuran/minggu. Sementara arisan perabotan diadakan dengan kerjasama petugas
arisan dengan pemilik toko perabotan. Arisan perabotan hampir seperti kredit barang. Peserta
bole menukar barang hasil kredit dengan barang lain yang diinginkan dengan menambah
jumlah uang yang ditentukan petugas arisan.
Ikatan Sosial (Sosial Ties)
Ikatan sosial yang berfungsi sebagai modal sosial pada rumahtangga di Desa
Lembobaru adalah ikatan persaudaraan, ikatan pertetanggaan, ikatan keanggotaan komunitas
dan ikatan diluar komunitas. Ikatan sosial ini dibangun berdasarkan kedekatan tempat tinggal
dan hubungan darah. Ikatan-ikatan sosial-ekonomi dibangun untuk menjamin kehidupan
petani dan mengurangi resiko yang tidak dapat dibayar oleh petani sendiri.
Kepercayaan adalah dasar pembentukan hubungan. Kepercayaan dibangun atas dasar
anggapan bahwa setiap anggota dalam komunitas akan melakukan hal kebaikan yang sama
dengan kebaikan yang dilakukan oleh setiap individu. Rasa tidak enak, tidak saling
mengganggu dan saling menyakiti sudah seharusnya dilakukan. Atas pertimbangan bahwa
hal yang sama bisa terjadi pada setiap individu merupakan dasar yang melanggengkan ikatanikatan sosial pada penduduk Desa Lembobaru.
23
AKTIVITAS NAFKAH DAN STRATEGI NAFKAH RUMAHTANGGA DI DESA
LEMBOBARU
Aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa Lembobaru merupakan serangkaian
upaya menggunakan modal yang dimiliki rumahtangga dan membangun modal yang
dibutuhkan rumahtangga untuk mencapai tujuan kesejahteraan rumahtangga. Istilah modal
digunakan untuk menunjukan sumberdaya yang telah dimiliki atau telah diakses oleh
rumahtangga. Konsep modal yang digunakan mengacu pada Purnomo, Multi (2000) tentang
modal alami dan modal sosial.
Berdasarkan profil sosial-ekonomi Desa Lembobaru, terdapat dua sumberdaya yang
penting bagi nafkah rumahtangga penduduk, yaitu Sumberdaya alam dan modal sosial.
Sumberdaya alam meliputi lahan, hewan ternak, serta kondisi alam Desa Lembobaru. Modal
sosial meliputi hubungan kelembagaan ekonomi dan ikatan sosial penduduk Desa.
Secara keseluruhan rumahtangga petani di Desa Lembobaru membangun aktivitas
nafkah, dapat digolongkan menjadi dua: (1) aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan
sumberdaya alam lokal (2) aktivitas nafkah berdasarkan modal sosial bagi rumahtangga.
Kedua kelompok nafkah ini akan diuraikan berdasarkan peranannya dalam nafkah
rumahtangga.
Aktivitas nafkah berdasarkan penggunaan Sumberdaya alam lokal
Penggunaan sumberdaya alam lokal yang penting bagi rumahtangga penduduk Desa
Lembobaru adalah perkebunan karet, sawah, kebun dan lahan hutan. Sumberdaya ini
dianggap penting karena digunakan untuk kegiatan pertanian dan penting untuk menjalankan
ekonomi rumahtangga dalam memenuhi kebutuhan hidup petani di Desa Lembobaru.
Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, dan hutan tidak dapat memberikan
kebutuhan hidup secara langsung. Ada proses pengolahan yang harus dilakukan petani
sampai bisa mendapatkan hasil dan memanfaatkannya untuk mendukung ekonomi
rumahtangga. Proses ini memerlukan biaya untuk membeli bibit, pupuk, sarana produksi
pertanian lain, serta waktu tenaga kerja rumahtangga. Selain itu pertanian juga melibatkan
modal alami lain seperti sumber air dan hewan.
Kandungan pasir serta dan hasil hutan lainnya mendorong eksploitasi sumberdaya alam
sebagai salah satu aktivitas nafkah yang dilakukan rumahtangga di Desa Lembobaru.
Eksploitas hasil hutan yang dilakukan seperti penebangan pohon-pohon secara liar yang
dipakai untuk membuat papan serta kebutuhan kayu bakar, selain itu pemburuan hewanhewan liar di hutan masih dilakukan oleh masyarakat. Beberapa cara mengelola aktivitas
nafkah yang dilakukan oleh masyarakat dengan berdasarkan penggunaan sumberdaya alam
lokal :
Mengurangi Biaya Produksi
Pengelolaan perkebunan karet, sawah, kebun, serta hasil hutan membutuhkan sarana
produksi pertanian. Penurunan biaya produksi pertanian merupakan pilihan yang harus
dilakukan rumahtangga agar biaya produksi yang dikeluarkan seimbang dengan hasil
24
produksi pertanian. Aktivitas penurunan biaya produksi dilakukan dengan tiga cara, (1)
mengurangi penggunaan sarana produksi pertanian yang dianggap mahal, (2) menghasilkan
sendiri sarana produksi pertanian, (3) penggunaan modal sosial untuk mendapatkan sarana
produksi secara gratis.
Sawah merupakan satu-satunya lahan yang mendapatkan pemupukan dengan
menggunakan pupuk kimia. Perkebunan dan kebun tidak pernah dipupuk oleh pupuk kimia.
Tanaman padi dipupuk dengan pupuk kimia karena tanaman padi tidak dapat tumbuh baik
tanpa menggunakan pupuk kimia. Tanaman padi memiliki nilai ekonomi dan sosial bagi
rumahtangga di Desa Lembobaru, karena secara ekonomis padi merupakan konsumsi utama
rumahtangga dan secara sosial padi merupakan barang utama yang harus dimiliki
rumahtangga petani.
Untuk mengurangi biaya produksi padi, petani mengurangi biaya pembelian pupuk
kimia yang dilakukan dengan mengurangi frekuensi pemupukan dan jumlah yang diberikan.
Menurut pak Oke, petani yang memiliki sawah, ia masih melakukan pemupukan dua kali
selama musim tanam. Pak Oke menggunakan 500kg untuk dua kali pemupukan pada sawah
seluas 0,5ha, ini merupakan dosis yang seharusnya diberikan. Petani lain hanya melakukan
pemupukan satu kali dengan dosis setengah dari dosis yang seharusnya diberikan. Mereka
hanya melakukan penyemprotan hama jika konsisi hama sangat mengancam pertumbuhan
padi47.
Petani menyediakan sarana produksi pertanian sendiri selain pupuk kimia. Untuk lahan
kebun dipupuk dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran hewan peliaraan, petani
akan mengambil kotoran babi dan membawanya ke kebun, hal ini juga yang menyebabkan
kebanyakan petani yang memelihara babi di kebun agar kotoran hewan mudah diambil dan
dijadikan pupuk. Sementara penyediaan bibit padi diperoleh dari padi yang dipanen pada
musim sebelumnya, bibit singkong, jagung dan sayur-sayuran serta buah-buahan juga diambil
dari hasil panen sebelumnya yang dimiliki petani atau dari saudara dan tetangga. Perluasan
perkebunan karet bagi petani yang masih memiliki lahan juga mengambil bibit karet dari
anakan karet diperkebunan sebelumnya dengan membuat pembibitan dihalaman rumah atau
kebun48.
Penurunan biaya produksi petani juga dilakukan dengan bantuan yang diperoleh dari
ikatan-ikatan sosial. Penurunan biaya produksi dilakukan dengan saling membagi bibit
tanaman, selain itu bagi petani yang tidak memiliki alat membajak sawah dan sapi dapat
meminjam kepada saudara atau penduduk desa yang memiliki, tanpa harus membayar.
Pengolahan lahan bersama-sama juga dapat menurunkan biaya produksi petani, misalnya satu
lahan sawah dapat diolah beberapa keluarga yang nantinya hasilnya akan dibagi rata, selain
47
48
Wawancara di rumah pak Oke, 2012.
Wawancara dengan Pak Agus, 2012.
25
itu tanaman Sagu49 juga merupakan tanaman yang diolah bersama-sama oleh beberapa petani,
hal ini dapat menurunkan biaya produksi petani melalui penurunan biaya tenaga kerja.
Menanam Beragam Tanaman dalam Satu Luasan Lahan dan Pengurangan Resiko
Pertanian
Lahan perkebunan karet dan Sawah merupakan lahan yang ditanami secara monokultur.
Lahan kebun ditanami oleh beragam tanaman baik yang dapat dipanen mingguan, bulanan
atau tahunan. Tanaman yang sering ditanam di kebun adalah Singkong, jagung, pisang,
pepaya, sayur-sayuran, rempah rempah seperti cabe, tomat, lengkuas, kunyit, sereh, serta
buah-buahan tahunan seperti durian, manggis, rambutan, langsat, dan bagi beberapa petani
yang memiliki lahan kebun didekat mata air menanam sagu.
Petani di Desa Lembobaru memilih untuk menanam tanaman yang biasa ditanam dan
sudah menghasilkan dari pada tanaman baru yang belum pasti menghasilkan. Petani juga
menanam tanaman pertanian tidak dalam jumlah besar. Misalnya saja cabe, petani menanam
cabe hanya dalam jumlah kecil untuk konsumsi rumahtangga. Singkong juga merupakan
salah satu tanaman yang hampir ditanam oleh semua petani di Desa Lembobaru walau tidak
memiliki harga untuk dijual. Petani di Desa Lembo baru mau menanam tanaman baru jika
tanaman tersebut tidak memerlukan perawatan khusus dan pasti menghasilkan atau laku di
pasaran.
Dulu kebun di Desa Lembobaru juga ditanami kopi dan cokelat, namun para petani
menganggap perkebunan kopi dan cokelat membutuhkan biaya perawatan yang mahal dan
harus rutin dirawat sehingga petani memilih mengganti tanaman kopi dan cokelat dengan
tanaman karet.
Memanfaatkan hasil Hutan dan Sungai
Lingkungan fisik yang ada di Desa Lembobaru menyediakan sumberdaya alam yang
dapat langsung diambil dan digunakan untuk kebutuhan hidup rumahtangga. Pasir, kayu, air
dan hewan buruan merupakan sumberdaya yang ada dan digunakan oleh rumahtangga di
Desa Lembobaru.
Hutan tropis dengan aliran sungai di Desa Lembobaru merupakan sumberdaya
potensial untuk menyediakan bangunan rumah. Disela-sela waktu luang sebagian petani
(laki-laki) pergi ke hutan untuk menebang pohon yang nantinya akan dijadikan papan sebagai
bahan bangunan rumah. Selain itu kandungan pasir yang ada di Desa juga dimanfaatkan
penduduk untuk bahan dasar bangunan rumah. Menurut pak Oke, penebangan pohon dan
pengambilan pasir biasanya dilakukan setelah masa tanam padi, sehingga banyak waktu
luang untuk pergi ke hutan setelah menyadap karet.
49
Sagu merupakan makanan pengganti nasi yang digunakan oleh penduduk di Desa Lembobaru, selain itu
daun sagu dapat dibuat menjadi atap. Pengolahan sagu biasanya dilakukan bersama-sama oleh petani yang
masih memiliki ikatan kekeluargaan.
26
Penebangan pohon dilakukan secara berkelompok dengan menggunakan alat mesin
sensor kayu yang telah dimiliki petani, setelah pohon ditebang akan diolah menjadi papan
dan dibiarkan di hutan sampai kering barulah dibawah masuk ke Desa, sisa-sisa penebangan
akan dimanfaatkan sebagai kayu bakar oleh petani. Selain menebang pohon biasanya petani
saat masuk ke hutan akan memasang jerat untuk berburu binatang, target buruan di hutan
adalah babi hutan. Sehingga waktu akan kembali ke Desa para petani akan memeriksa hasil
buruannya.
Pengambilan pasir dilakukan beberapa petani dengan menggunakan gerobak kayu,
pasir yang diambil dari sungai akan digunakan sebagai bahan bangunan rumah. Menurut
informan pengambilan pasir tidak hanya melibatkan laki-laki, perempuanpun (ibu
rumahtangga) yang tidak memiliki pekerjaan di rumah atau di kebun akan ikut ke sungai
untuk mengambil pasir atau memancing ikan.
. Penebangan pohon dan pengumpulan pasir diketahui oleh pemerintah Desa
Lembobaru. Pemerintah Desa Lembobaru pun memanfaatkan kayu dan pasir untuk
kepentingan desa.
Sampai saat penelitian dilakukan, hasil dari pengambilan kayu dan pasir di Desa
Lembobaru tidak di jual kepada orang lain, tetapi digunakan sendiri oleh rumahtangga petani
yang mengambil. Pengambilan kayu dan pasir biasanya dilakukan oleh penduduk yang
sedang mempersiapkan pembangunan rumah atau untuk memperbaiki rumah agar
mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah.
Memelihara Babi dan Sapi
Selain ayam, babi dan sapi merupakan hewan ternak yang penting bagi nafkah Desa
Lebobaru. Babi merupakan hewan ternak yang banyak dipelihara petani Desa Lembobaru.
Babi dapat diperoleh dengan cara membeli anakan atau warisan dari orang tua. Babi biasanya
dipelihara didalam kandang yang dibuat didalam wilayah pemukiman atau di kebun-kebun
petani. Babi-babi akan diberi makanan dari sisa-sisa konsumsi rumahtangga serta hasil kebun
lainnya seperti, daun talas, pepaya, pisang/batang pisang dan konga50 yang akan diolah
menjadi makanan babi. Babi dijadikan hewan peliharaan di desa untuk konsumsi
rumahtangga saat ada acara-acara besar seperti padungku, natal, pesta kawin, atau acara-acara
ucapan syukur keluarga lainnya, selain daging babi dipakai untuk konsumsi rumahtangga,
kotorannya juga menguntungkan bagi petani sebagai pupuk untuk menyuburkan tanaman
dikebun. Penjualan hewan ternak babi hanya dilakukan jika ada yang benar-benar
membutuhkan, penjualan biasa dilakukan dengan tukar tambah, rumahtangga yang
membutuhkan babi besar untuk dikonsumsi akan menukarkan babi kecil (anakan) dengan
memberi tambahan sejumlah uang sesuai kesepakatan.
Selain babi, sapi merupakan hewan ternak yang juga dimiliki petani di Desa
Lembobaru. Pemeliharan sapi sangat dibutuhkan petani untuk membantu saat membajak
50
Konga adalah serbuk kulit padi dari hasil penggilingan gabah menjadi beras, biasanya petani
mendapatkannya dari penggilingan padi yang ada di desa.
27
sawah, dan juga dipakai untuk konsumsi saat acara-acara besar di desa. Sapi-sapi di Desa
Lembobaru tidak dikandangi tetapi diikat dialam terbuka. Pengikatan sapi dialam terbuka
disebabkan karena masih banyaknya lahan padang-padang yang menyediakan banyak rumput
sebagai pakan sapi. Saat pagi hari hendak berangkat ke perkebunan, petani akan membawa
serta sapi-sapinya untuk mencari tempat mengikat dan meninggalkannya, dan saat sore hari
petani akan kembali melihat sapi-sapinya dan memberi minum.
Pendapatan dari penggunaan Sumberdaya alam lokal dan Pemanfaatannya bagi
rumahtangga
Pendapatan dari sumberdaya alam yang dimanfaatkan rumahtangga dalam bentuk
barang (in kind) atau pendapatan dalam bentuk uang (in cash) (Ellis,2000). Rumahtangga
memanfaatkan pendapatan untuk kebutuhan hidup rumahtangga agar mencapai tujuan yang
diinginkan yaitu kesejahteraan.
Pendapatan dari sumberdaya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi rumahtangga. Sawah menghasilkan beras, kebun menghasilkan sayur-sayuran,
rempah-rempah serta buah-buahan, hutan menghasilkan hewan buruan, sungai menghasilkan
ikan. Rumahtangga di Desa Lembobaru biasanya menggunakan hasil pertanian untuk
kebutuhan konsumsi sehari-hari. Mereka makan nasi dari beras yang dihasilkan sawah,
memasak dengan menggunakan kayu bakar dari hutan dan makan dengan sayuran dari kebun
serta ikan hasil pancingan dari sungai atau hewan buruan dihutan.
Penggunaan sumberdaya alam juga dapat memberi pendapatan dalam bentuk uang
tunai. Uang diperlukan untuk membeli kebutuhan rumahtangga yang tidak dapat dipenuhi
oleh hasil sumberdaya alam, seperti biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, serta pembelian
perabotan rumahtangga. Uang didapatkan dengan menukar hasil sumberdaya alam melalui
proses jual beli, seperti perkebunan karet menghasilkan getah karet yang setiap bulannya
akan dijual pada tengkulak.
Uang yang didapatkan dari pertanian tidak dapat dipastikan dengan tepat, karena
bergantung pada kuantitas dan kualitas hasil produksi serta harga pasar yang tidak pasti.
Contohnya uang dari hasil penjualan getah karet tidak menentu karena harga selalu berubahubah tergantung pada tengkulak yang masuk ke Desa Lembobaru, saat penelitian dilakukan
harga getah karet Rp.8.000,- sampai Rp.9.000,- pendapatan juga bergantung pada kuantitas
getah yang didapatkan. Perkiraan uang dari penjualan produk pertanian dapat dilihat pada
Tabel 6, data pada tabel tersebut menunjukan sifat penghasilan dari penjualan produk
pertanian yang bersifat terus menerus dalam jumlah kecil.
28
Tabel 6. Jenis komoditas pertanian dan perkiraan jumlah uang per tahun
Jenis komoditas
Satuan penjualan
Getah karet
Kilogram
Beras
Kilogram
Jagung
Kati/karung
Air aren
Botol
Durian
Buah
Manggis
Kilogram
Rambutan
Kilogram
Langsat
Kilogram
Atap rumbia
Lembar
Sumber : diolah dari data primer, 2012
Harga (Rp)
8.000 – 9.000
6.000 – 8.000
3.000/50.000
3.000 - 5.000
2.000 – 20.000
10.000
2.000 – 5.000
2.000 – 5.000
3.000
Waktu pemanenan
1 bulan
6 bulan
3 bulan
1 minggu
1 tahun
1 tahun
1 tahun
1 tahun
1 minggu
Data pada tabel diatas hanya bersifat perkiraan. Harga dan perkiraan jumlah uang dapat
berubah karena produk pertanian ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hasil serta perubahan
harga pasar.
Tabel 7. Pendapatan dan Manfaat sumber daya alam lokal bagi rumahtangga
Aktifvitas
Tipe manfaat ekonomi
Kegunaan untuk nafkah
berdasarkan Pendapatan
Pendapatan
Kegunaan
Kegunaan
modal alami
barang
tunai
utama
tambahan
Perkebunan
Getah karet
Uang
dari Pemenuhan
Biaya
pendidikan,
karet
penjualan getah kebutuhan
kesehatan, tabungan.
karet
konsumsi
rumahtangga
Sawah
Padi
Uang dari hasil Pemenuhan
Dipakai
untuk
penjualan padi
kebutuhan
posintuwu51
konsumsi
rumahtangga
Kebun
Sayur-sayuran, Uang
dari Kebutuhan
Biaya
sehari-hari,
buah-buahan,
penjualan
konsumsi
Tabungan
dan rempah- pendapatan
rempah
barang
Hutan
Papan, pasir,
Pemenuhan
Bahan bangunan
kayu
bakar,
kebutuhan
hewan buruan
konsumsi, bahan
bangunan
Hewan
Daging, pupuk
Mengurangi
Konsumsi
untuk
peliharaan
biaya produksi acara-acara besar
pertanian
Sumber : data primer, 2012
51
Posintuwu adalah pemberian sumbangan yang diberikan pada acara pernikahan atau kematian serta acaraacara besar lainnya.
29
Berdasarkan tabel diatas, pendapatan berupa barang merupakan pendapatan utama yang
diharapkan dari pengelolaan sumber daya alam lokal. Pendapatan dari sumber daya alam
lokal sebagian besar dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan biaya
kehidupan sehari-hari.
Aktivitas Nafkah berdasarkan penggunaan Modal Sosial
Penggunaan modal sosial mengacu pada Grootaert (1999) dimana bukan hanya
pekerjaan, tanah dan modal fisik, namun peran “modal sosial” sangat berpengaruh untuk
mencapai kesejahteraan. Modal sosial dibangun oleh masyarakat desa Lembobaru untuk
mempererat ikatan kekeluargaan. Modal sosial dilakukan dengan dua cara (1) melalui
kegiatan sehari-hari, (2) melalui tindakan yang direncanakan. Ikatan sosial yang melalui
tindakan sehari-hari dilakukan sebagai suatu kebiasaan, seperti menyapa tetangga atau
penduduk yang ada, berbagi makanan hasil panen, membantu mengasuh anak tetangga atau
saudara pada waktu luang, atau membantu saat ada acara-acara, menengok dan membantu
tetangga/saudara yang sakit, serta membiarkan tetangga menonton TV di rumah, hal ini
dilakukan tanpa harus menyiapkan waktu khusus untuk melakukannya.
Tindakan yang direncanakan membutuhkan persiapan waktu dan modal, kumpulan
kelompok gereja misalnya kumpulan ini dilakukan setiap hari sabtu sore, semua anggota
gereja yang tergabung dalam kumpulan harus mengalokasikan waktu untuk ikut serta..
Berdasarkan penelitian di Desa Lembobaru, rumahtangga menggunakan modal sosial
pada saat (1) rumahtangga tidak dapat memenuhi kebutuhan barang atau uang sendiri, (2)
rumah tangga menyelenggarakan acara atau kegiatan yang membutuhkan kehadiran atau
bantuan orang lain, (3) rumahtangga mendapatkan musibah atau kesulitan.
Penduduk di Desa Lembobaru meyakini bahwa ikatan sosial memiliki peran penting
dalam mencapai kesejahteraan karena ada hubungan timbal balik didalamnya. Menurut
informan saling membantu saat ada acara-acara di desa akan memberi nilai lebih antar
penduduk desa, membantu membuat tenda atau meminjamkan kursi saat akan melaksanakan
kumpulan atau ibadah-ibadah di rumah masyarakat atau membantu memasak saat
menyiapkan konsumsi acara, Selain itu saling meminta bumbu dapur atau berbagi makanan
merupakan kegiatan yang sering dilakukan antar penduduk Desa Lembobaru.
Barang dapat dengan mudah diperoleh dengan cara meminta, sementara uang akan
diperoleh dengan cara meminjam. Contoh kasus pak Nyong akan meminjam uang pada
mertuanya jika membutuhkan uang untuk keperluan mendadak seperti biaya sekolah anak 52,
dan akan mengembalikannya setelah memiliki uang tanpa ada batasan waktu yang
ditentukan.
Melalui ikatan sosial dalam komunitas, rumahtangga dapat menekan bahkan
menghilangkan pembayaran uang, contoh kasus Pak san saat melaksanakan acara besar
dirumahnya, dia tidak kesulitan untuk membuat/menyewa tenda, pembuatan tenda dilakukan
secara bersama-sama dengan tetangga dan saudara, selain itu ketersediaan perlengkapan kursi
52
30
Wawancara dengan pak Nyong, 2012
dan sound sistem milik Gereja dapat dipinjam secara gratis oleh penduduk desa 53. Kebiasaan
saling membantu kepada tetangga dan saudara sudah menjadi kebiasaan di Desa Lembobaru.
Modal sosial dapat memberikan pendapatan secara langsung, baik berupa makanan
ataupun uang yang diperlukan oleh rumahtangga. Makanan dapat diperoleh dengan cara
meminta atau sumbangan yang diberikan saat melaksanakan acara-acara rumahtangga,
biasanya berupa beras atau hasil kebun yang diberikan dalam jumlah besar. Penduduk Desa
Lembobaru jarang memberi sumbangan dalam bentuk uang, karena uang merupakan alat
tukar yang tidak setiap saat dimiliki oleh sebagian petani di Desa Lembobaru.
Melalui modal sosial rumahtangga diberi kesempatan untuk mendapatkan modal alami
melalui proses pewarisan. Hampir seluruh Perkebunan karet, sawah, dan kebun yang dimiliki
oleh rumahtangga kasus diperoleh dari warisan orang tua. Selain lahan pertanian, warisan
yang diperoleh berupa tanah untuk membangun rumah dan binatang peliharaan. Tabel 8
menguraikan pendapatan rumahtangga melalui modal sosial dan pemanfaatannya.
Tabel 8. Pendapatan dari Modal Sosial dan Pemanfaatannya dalam rumahtangga
Aktivitas
nafkah
berdasarkan
modal sosial
Ikatan
persaudaraan
Keuntungan yang diperoleh
Pendapatan
Pendapatan Pendapatan
sosial
barang
tunai
Kegunaan untuk nafkah
Kegunaan
Kegunaan
utama
tambahan
Hubungan baik
dengan
saudara,bantuan
saat sakit,
bantuan tenaga
kerja
Modal
alami dari
pewarisan,
pemberian
makanan
dan pakaian
Peminjaman
uang,
pemberian
uang
Penambahan
untuk
konsumsi
dan tenaga
kerja
Ikatan
pertetanggaan
Hubungan baik
dengan
tetangga
Pemberian
makanan,
pakaian
Pinjaman
uang
Penambahan
untuk
kebutuhan
konsumsi
Ikatan
keanggotaan
komunitas
Hubungan baik
dengan anggota
komunitas
Pemberian
fasilitas
yang
dimiliki
komunitas
Pinjaman
uang
Untuk
mengurangi
biaya yang
dikeluarkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
Sumber : diolah dari data primer, 2012
53
31
Wawancara dengan pak San, 2012
Pendapatan
melalui
pewarisan,
sumber
pinjaman
saat kesulitan
dan bantuan
barang,
Bantuan saat
sakit,
bantuan saat
acara
rumahtangga
Mendapatkan
pinjaman
fasilitas
secara gratis.
Pilihan Strategi Nafkah
Telah dibahas sebelumnya tentang aktivitas nafkah rumahtangga petani di Desa
Lembobaru, aktivitas nafkah dikelompokan menjadi dua yaitu aktivitas berdasarkan
penggunaan sumberdaya alam lokal dan aktivitas berdasarkan penggunaan modal sosial.
Aktivitas nafkah merupakan bagian dari strategi nafkah rumahtangga sebagai pilihan-pilihan
tindakan ekonomi yang dilakukan oleh rumahtangga untuk mencapai tujuan yaitu
kesejahteraan. Strategi nafkah berkaitan erat dengan kondisi sosial-ekonomi desa,
pembahasan tentang modal sosial merupakan bukti pengaruh sosial-ekonomi desa pada
strategi nafkah penduduk (Purnomo, 2006). Strategi nafkah pilihan rumahtangga petani di
Desa Lembobaru dapat dilihat dari gambar 3.
Gambar 3. Pilihan Strategi Nafkah Rumahtangga Petani di Desa Lembobaru
Sumber : Diolah dari data primer, 2012
Strategi Nafkah Menggunakan Sumberdaya Alam Lokal
Pengelolaan sumberdaya alam lokal menjadi pilihan strategi nafkah rumahtangga petani
di Desa Lembobaru, 86% penduduk bermata pencaharian sebagai petani (Potensi Desa
Lembobaru, 2012). Data tidak menunjukan data sebenarnya, karena rumahtangga yang
bermata pencaharian sebagai PNS, tukang dan pedagang juga bekerja sebagai petani.
Petani di Desa Lembobbaru merupakan produsen sekaligus konsumen dari hasil-hasil
pertaniannya, pengelolaan sumberdaya alam lokal merupakan sumber pendapatan utama
rumahtangga di Desa Lembobaru, pendapatan dari sumberdaya alam merupakan pendapatan
dalam bentuk barang (in kind) dan pendapatan dalam bentuk uang tunai (in cash) (Ellis,
2000). Rumahtangga petani menggunakan pendapatan dari sumberdaya alam lokal untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, membangun aset yang berguna untuk masa depan dan
menghadapi keadaan sulit rumahtangga.
Pendapatan dalam bentuk barang (in kind ) digunakan rumahtangga untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan aset yang berguna untuk masa depan. Beras hasil sawah dan
tanaman hasil kebun, digunakan sebagai konsumi rumahtangga sehingga rumahtangga tidak
mengeluarkan banyak uang untuk makanan. Sementara papan dan pasir yang diperoleh dari
hutan dan sungai digunakan rumahtangga sebagai bahan bangunan rumah, sehingga
32
rumahtangga dapat mengurangi biaya pembangunan rumah. Lahan dan hewan peliharaan
juga merupakan investasi aset yang dapat digunakan rumahtangga untuk masa depan
Seperti yang telah dijelaskan pada aktivitas nafkah, rumahtangga memperoleh in cash
dari hasil penjualan pendapatan barang yang diperoleh. In cash diperoleh dari penjualan
getah karet, serta hasil pertanian lainnya yang laku di pasaran. In cash digunakan
rumahtangga untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga yang tidak dipenuhi dari pendapatan
barang, seperti biaya pendidikan, biaya kesehatan, pembelian perabot rumahtangga, sepeda
motor, serta tabungan pada lembaga ekonomi informal yang dibentuk oleh masyarakat.
Strategi Nafkah Menggunakan Modal Sosial
Pendapatan sosial didapatkan rumahtangga melalui peranan hubungan sosial untuk
mendapatkan utilitas (Weber, 1968). Mempertahankan diri dan tetap hidup bersama dalam
komunitas merupakan salah satu strategi nafkah yang dilakukan oleh penduduk Desa
Lembobaru untuk memperoleh pendapatan sosial. Komunitas memberikan dukungan melalui
ikatan-ikatan sosial dan kelembagaan yang tidak diperoleh jika rumahtangga tidak termasuk
dalam anggota komunitas Desa Lembobaru.
Modal sosial selalu digunakan dalam strategi nafkah rumahtangga petani di Desa
Lembobaru. Modal sosial menciptakan sarana komunitas yang terbentuk berdasarkan ikatanikatan sosial berkaitan erat dengan keanggotaan dalam komunitas, jika rumahtangga dapat
membangun dan melestarikan modal sosial, maka rumahtangga mendapatkan fasilitas sebagai
anggota komunitas.
Hubungan baik antara anggota komunitas merupakan sumber pendapatan sosial, barang
dan uang bagi rumahtangga. Contohnya pak Mifran sebagai kepala desa, mendapatkan luasan
lahan sawah sebagi bentuk penghargaan selama dia menjabat sebagai kepala desa. Hubungan
baik yang dipelihara setiap anggota komunitas juga akan sangat membantu saat rumahtangga
akan melaksanakan acara-acara besar seperti pesta pernikahan atau kematian anggota
keluarga, rumahtangga dapat mengurangi pengeluaran karena mendapat bantuan dari anggota
komunitas lain mulai dari pembuatan tenda, penyediaan konsumsi, sampai pada pemberian
sumbangan. Perlengkapan acara seperti kursi, sound sistem, tarpal untuk tenda bisa
didapatkan secara gratis dari fasilitas publik yang dimiliki Desa dan Gereja.
Modal sosial juga menciptakan trust bagi setiap anggota komunitas sehingga
terbentuklah lembaga-lembaga informal ekonomi informal di desa. Melalui hubungan baik
dengan sodara dan tetangga rumahtangga bisa mendapat pinjaman uang saat menghadapi
masalah ekonomi. Selain itu rumahtangga juga dapat menabung sebagian dari pendapatan
yang mereka miliki yang dapat digunakan untuk keperluan yang akan datang melalui arisan
yang dibentuk dari sarana komunitas di Gereja.
Hubungan baik antar anggota rumahtangga juga merupakan aset yang berguna untuk
masa depan. Status sosial KK orang tua akan diwariskan pada KK anak, begitu juga dengan
investasi yang dimiliki KK orang tua akan diwariskan terhadap KK anak melalui hubungan
33
sosial yang baik. Hal ini yang menyebabkan mengapa modal sosial merupakan strategi
nafkah yang dianggap sebagai suatu kebiasaan dan keharusan untuk dijalankan oleh
rumahtangga.
IV.
KESIMPULAN
Strategi nafkah rumahtangga penduduk Desa Lembobaru terbentuk dari ketersediaan
sumberdaya yang dapat digunakan sebagai sumber nafkah. Tipologi strategi nafkah
dikelompokan menjadi dua, strategi nafkah berbasis sumberdaya alam lokal dan strategi
nafkah berbasis modal sosial. Strategi berbasis sumberdaya alam dapat menunjukan pola-pola
penggunaan sumberdaya alam dalam rumahtangga dan strategi berbasis modal sosial dapat
menunjukan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
Pola pilihan strategi nafkah mengarah pada desakan kondisi desa yang terpencil serta
sarana dan prasarana yang terbatas, sehingga rumahtangga harus mengelolah sumberdaya
yang ada didesa untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Sumberdaya alam yang masih melimpah
membuat rumahtangga petani tetap dapat memenuhi kebutuhan hidup walau dengan
keterbatasan akses terhadap pertanian yang lebih maju. Namun dalam jangka panjang
eksploitasi terhadap penggunaan sumberdaya alam seperti penebangan hutan akan
menimbulkan masalah baru pada Desa.
Rumahtangga petani memiliki pilihan sendiri mengenai pengelolaan sumberdaya alam.
Pilihan ditentukan oleh (1) kepemilikan lahan; (2) nilai barang yang diproduksi dilahan, nilai
produksi ini meliputi nilai ekonomi dan nilai sosial; (3) kemudahan untuk mengelola,
memilih tanaman yang tidak membutuhkan biaya perawatan yang besar; (4) jaminan
keamanan akses pengolahan dan pemanenan hasil lahan, rumahtangga lebih memilih
perkebunan karet dibandingkan kakao dan kopi karena dianggap lebih aman.
Nilai-nilai kemasyarakatan juga mempengaruhi strategi nafkah rumahtangga, yang
tercermin dalam peran modal sosial dalam strategi nafkah rumahtangga petani. Bagi
penduduk Desa Lembobaru nilai-nilai masyarakat mempengaruhi dan mengendalikan strategi
nafkah rumahtangga. Kelembagaan sosial dan ikatan-ikatan sosial sebagai bentuk
institusionalisasi nilai yang membangun keamanan ekonomi dan keamanan sosial bagi
anggota komunitas.
Pilihan strategi nafkah dapat memberikan gambaran tentang karakter lahan yang
dikelola, hasil yang diperoleh, alasan pengelolaan sumberdaya yang dilakukan, pemanfaatan
hubungan sosial, serta kondisi rumahtangga petani yang tinggal di desa terpencil yang berada
disekitar hutan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Apriliani, Tenny; Huda, Hakim,M dan Nasution, Zahri. 2010, Profil Usaha, Pendapatan dan
Konsumsi Rumahtangga Pembudidaya Ikan di Desa Cikidang Bayabang Ciaanjur
Jawa barat, Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, Vol.5, No.02, Hal. 227-244.
Bryant, Keith,W dan Zick, Cathleen,D. 2006, The Economic Organization of the Household:
second edition, Cambridge University Pres, America.
Cancian, Frank,1989, Economic Behavior in Peasant Community, dalam Stuart Plattner
(Eds.), 1989, Economic Anthropology, Stanford University Press, California.
Chambers, Robert dan Conway, Gordon, 1991, Sustainable Rural Livelihoods: Practical
Concepts For the 21st Century, IDS Discussion Paper 296, Desember 1991.
Dharmawan, Arya, H dan Manig, Winfried. 2000, Livelihood Strategies and Rural Changes
in Indonesia; Studies on Small Farm Communities, Session: Assessment of Poverty and
Livelihood Strategies, Institut of Rural Development the University of Germany,
Waldweg 26, 37073 Gottingen.
Dharmawan, Arya, H; Tulak, Paulina, P dan Juanda, Bambang, Struktur Nafkah
Rumahtangga Petani Transmigran: Studi Sosio-Ekonomi di Tiga Kampung di Distrik
Masno Kabupaten Manokwari, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi
Manusia, ISSN: 1978-4333,Vol.03,No.02,Hal.203-220.
Ellis, Frank, 2000. Rural Livelihoods and Diversityin Developing, Oxford University Press,
New York.
Giles, Jhon dan Yoo, Keyongwon. 2002, Precautionary Behavior and Household
Consumptiom and Saving Decisions: An Empirical Analysis Using Household Panel
Data From Rural China, Preliminary Draft Prepared of NEUDC Michigan State
University, Michigan.
Ihsaniyati, Hanifah. 2010, Kebutuhan Informasi Petani Gurem :Desa Rowo Kec Kandangan
Kabupaten Temanggung,Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian
UNS, Solo.
Iqbal, Moch. 2004, Strategi Nafkah Rumahtangga Nelayan:Studi kaus di dua Desa Nelayan
Tangkap Kabupaten Lamongan Jawa Timur (tesis), Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Laporan Keadaan Penduduk Desa Lembobaru, 2012, Pemerintah Desa Lembobaru.
McC. Netting, Robert, 1993, Smalholders, Householders, Farm Families and the Ecology of
Intensive, Sustainable Agriculture, Stanford University Press, Stanford, California.
Musyarofah, Siti, A. 2006, Strategi Nafkah Rumahtangga Miskin Perkotaan: Studi Kasus
Kampung Sawah Kelurahan Semper Timur, Kecamatan Cikiling, Jakarta Utara
(Skripsi), Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
35
Profil Desa Lembobaru, 2007, Badan Pemberdayaan Masyarakat Daerah Propinsi Sulawesi
Tengah.
Purnomo, Agustina, M. 2006, Strategi Nafkah RumahTangga Desa Sekitar Hutan: Studi
Kasus Dea Peserta PHBM (tesis), Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor.
Pramutoko, Bayu. 2012, Ekonomi Mikro: Pengantar Ilmu Ekonomi 1, Surabaya, Jendela
Pustaka Utama.
Ramadhan, Andrian dan Hafsaridewi, Rani. 2012, dampak Perubahan Lingkungan Terhadap
Perkembangan Aktivitas Ekonomi dan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir di Kawasan
Segara Anakan, Jurnal Bijak dan Riset Sosek KP, Vol.7, No.01, Hal. 33-53.
Rauf, A, Wahid dan SriLestari, Martina. 2009, Pemanfaatan Komoditas Lokal Sebagai
Sumber Pangan Alternatif di Papua, Jurnal Litbang Pertanian 28(2), hal. 54-62.
Samuelson, Paul, A dan Nordhaus, William, D. 2003, Ilmu Mikro Ekonomi, Edisi 17,
diterjemahkan oleh : Rosyidah, Nur; Elly, Anna dan Carvallo Bosco, P.T. Media Global
Edukasi, Jakarta.
Sumarti, Titik. 2007, Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumahtangga
Pedesaan, Sodality: Jurnal Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 19784333,Vol.01,No.02,Hal.271-232.
Subali, Agus. 2005, Pengaruh Konversi Lahan Terhadap Pola Nafkah Rumahtangga Petani:
Studi Kasus Dea Batujajar Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor (skripsi), Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Widodo, Slamet. 2011, Strategi Nafkah Berkelanjutan Bagi Rumah Tangga Miskin di Daerah
Pesisir, Makara Sosial Humaniora. Vol.15,No.1:10-20, Bangkalan-Indonesia.
Widiyanto; Dharmawan, Hadi, H dan Prasodjo, Nuraini,W. 2010, Strategi Nafkah
Rumahtangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing:Studi Kasus Desa
Wonotirto dan Desa Campursari Kec.Bulu Kab.Temanggung, Sodality: Jurnal
Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, ISSN: 1978-4333,Vol.04,No.01,Hal.91114.
36
Download