implementasi problem based learning menggunakan media gambar

advertisement
IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN
MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL
SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 ALALAK
AGUS SUWARNI ISYRA
SMA Negeri 1 Alalak
[email protected]
Abstract
Applying social awareness to others in everyday life can be interpreted as humans
social beings. People who care with each other, interact with each other, respect
for others in terms of differences of opinion, ethnicity, race, language and
religion. In the context of learning required a strategy planned by teachers by
promoting activity or creativity of learners in learning activities in order to shape
the character of social awareness by learning model Problem Based Learning
(PBL) using pictures as a medium.
This type of research is used in a classroom action research (PTK). The study
design refers to the model Kemmis & Mc. Taggart system uses a spiral of selfreflection that starts from the plan (plan), action (act), observation (Observe),
reflection (Reflect), and re-planning is the basis for troubleshooting steps.
The results show if the activity of the teacher in the learning process of 75% to
93.75%, Activities of students from 77.5% to 80.55%, and the provision of
learning outcomes from 63.34% to 100%. Application of Problem Based Learning
using media images can raise awareness of social class XI IPS in SMA Negeri 1 1
Alalak, with an indication of the value of the learning outcomes of> 70% above.
Increased social awareness of learning needs to be realized in the form of student
attitudes in interaction with fellow students, the teachers and staff employees at
the school.
Keywords: Problem-based learning, media image, social awareness
Abstrak
Kesadaran sosial terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari bisa dimaknai
manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang peduli dengan sesama, saling
berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku, ras,
bahasa dan agama. Dalam konteks pembelajaran dituntut suatu strategi yang
direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan atau kreativitas peserta
didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk bisa membentuk karakter kesadaran
sosial dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan
gambar sebagai media.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain
penelitian mengacu pada model Kemmis & Mc. Taggart yang menggunakan
sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana (plan), tindakan (act),
pengamatan (observe), refleksi (reflect), dan perencanaan kembali yang
merupakan dasar untuk langkah pemecahan masalah.
Hasil penelitian menunjukkan jika aktivitas guru dalam proses pembelajaran dari
75% menjadi 93,75%, Aktivitas siswa dari 77,5% menjadi 80,55%, dan ketentuan
hasil belajar dari 63,34% menjadi 100%. Penerapan Problem Based Learning
menggunakan media gambar dapat meningkatkan kesadaran sosial siswa kelas XI
IPS 1 di SMA Negeri 1 Alalak, dengan indikasi nilai hasil belajar > 70% di atas
KKM. Peningkatan kesadaran sosial dalam pembelajaran perlu diwujudkan dalam
bentuk sikap siswa dalam berinteraksi dengan sesama siswa, dewan guru serta staf
karyawan di sekolah.
Kata Kunci : Problem based learning, media gambar, kesadaran sosial
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai sebuah negara harus dibangun dalam pondasi pendidikan,
konsekuensi ini sejalan dengan landasan yuridis konstitusional dalam amanat
yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi
:“Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa”, ini merupakan tujuan nasional pendidikan.
Kurangnya kesadaran sosial atau kepekaan sosial terhadap orang lain dalam
kehidupan sehari-hari dikarenakan peserta didik belum bisa memaknai arti
manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang perduli dengan sesama,
saling berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku,
ras, bahasa dan agama.
Menurut Dalyono (2008), rendahnya kesadaran sosial anak disebabkan oleh
beberapa faktor, salah satunya adalah misalnya faktor sosial budaya (social
cultur). Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa
persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Peserta didik selalu melakukan
kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah
terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan
pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak
sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Oleh karena itu,
berbagai upaya telah ditempuh untuk melakukan pembaharuan sebagai upaya
untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan melakukan
pembaharuan kurikulum.
Fathurrahman (2007:15) berpendapat ada tiga aspek yang menentukan
berhasil tidaknya sebuah pembelajaran, pertama aspek guru. Kedua
aspek
metode, dan ketiga aspek media. Dalam proses pembelajaran maka media
mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Sehubungan dengan
hal tersebut di atas, maka penggunaan gambar sebagai media merupakan aspek
yang sangat strategis dalam pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Hamalik
(1986) mengemukakan bahwa pemakaian gambar sebagai media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang
baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Berdasarkan pengamatan (hasil observasi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1
Alalak, hari Jum’at tanggal 12 Februari 2016 jam pelajaran 1 sampai dengan 2)
yang terjadi di lapangan guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran
konvensional, seperti ceramah, tanya jawab atau mencatat. Kurangnya
penggunaan media pembelajaran
dalam proses pembelajaran yang membuat
suasana pembelajaran kurang menarik.
Selain itu juga dari hasil wawancara
dengan guru BK dan beberapa orang wali kelas ditemukan sebagian siswa masih
kurangnya kepekaan sosial terhadap lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar.
Data evaluasi terakhir mata pelajaran Sosiologi (ulangan umum semester 2 tahun
ajaran 2014-2015) dengan Standar Kompetensi (SK) menganalisis kelompok
sosial dalam dampak masyarakat multikultural dilihat berdasarkan prosentasi hasil
ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa
No
1
2
3
Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial
alam masyarakat multikultural.
Menganalisis perkembangan kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural.
Menganalisis keanekaragaman kelompok
sosial dalam masyarakat multikultural
Prosentasi
T
TT
71,86
28,13
65,53
34,38
56,25
43,75
Berdasarkan uraian permasalahan di atas dan dituntutnya siswa untuk
melakukan pemecahan masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi,
dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada maka dipilih dan
dilaksanakanlah suatu desain pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran
Problem Based Learning (PBL) menggunakan gambar sebagai media dan
sekaligus alat peraga dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sosiologi.
Penerapan model PBL dalam proses pembelajaran siswa mampu mengkaitkan
materi yang diajarkan di kelas dengan masalah-masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
KAJIAN PUSTAKA
A. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Pendapat Tan (M. Taufiq Amir, 2010:12). Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan
penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi
yang dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan berbagi macam
kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan
dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan
kompleksitas yang ada Rumusan dari Dutch (M. Taufiq Amir, 2010:21)
berikut ini akan membantu kita untuk lebih memahami lagi apa itu PBL.
PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar
“belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi
bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa
keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi
pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan
untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.
Dari beberapa definisi tersebut di atas, terlihat bahwa materi
pembelajaran terutama bercirikan ada masalah. Dalam proses PBL “masalah”
yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata.
Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada
peningkatan kecakapan belajar siswa. Dari masalah yang diberikan siswa
belajar bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkannya dengan
pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi
baru yang relevan untuk solusinya.
1.
Langkah-langkah Proses PBL
Tabel 2 Langkah-langkah Proses PBL
No
1
2
3
4
Langkah
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
5
6
Kelima
Keenam
7
Ketujuh
Kegiatan
Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
Merumuskan masalah
Menganalisis masalah
Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan
dalam
Memformasikan tujuan pembelajaran
Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar
diskusi kelompok)
Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan
membuat laporan untuk kelas.
B. Media Gambar
1.
Pengertian Media Gambar
Menurut (I Made Tegeh, 2008) yang dimaksud media gambar
dilihar dari pandangan media grafis adalah gambar gambar hasil lukisan
tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian obyek
dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata maupun
kreasi khayalan belaka sesuia dengan bentuk yang pernah dilihat oleh
orang yang menggambarnya.
2.
Fungsi Media Gambar
Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar
meliputi fungsi edukatif, kemudian fungsi sosial. Fungsi lain adalah
ekonomi, fungsi politis, serta fungsi seni budaya dan telekomunikasi,
yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha
penciptaan teknologi kemediaan yang modern (Hamalik, 1994: 12).
C. Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi
1.
Mata Pelajaran Sosiologi
Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu
pengetahuan murni (purescience) bukan ilmu pengetahuan terapan
(applied
science).
Pembelajaran
sosiologi
dimaksudkan
untuk
mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan seharihari. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan,
metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan
permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata
pelajaran Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai
bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah
diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.
2. Tujuan
Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep-konsep sosiologi
seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial,
perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial,
2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat, 3)
Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan
bermasyarakat.
3.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai
berikut : (1) Struktur Sosial; (2) Proses Sosial; (3) Perubahan Sosial; (4)
Tipe-tipe lembaga sosial.
4.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Tabel 3 Program Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas XI, Semester 2
Standar
Kompetensi
1. Menganalisis
kelompok sosial
dalam dampak
masyarakat
Kompetensi Dasar
1.1. Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial alam
masyarakat multikultural.
1.2 Menganalisis perkembangan kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural.
1.3 Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial
dalam masyarakat multikultural
(Sumber Data: Buku Paket SMA kelas XI)
D. Kesadaran sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran sosial adalah
kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan kewajiban sebagai anggota
masyarakat (Tim Penyusun KBBI, 1988: 765). Berdasarkan pengertian ini,
konsep kesadaran sosial memiliki dua keutamaan hidup manusia yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, yakni hak dan kewajiban
seorang pribadi manusia sosial.
Kesadaran sosial adalah proses dimana seseorang memahami dan
mengerti akan suatu keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan
paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Kesadaran
sosial adalah bentuk kesadaran diri mengenali kepribadian kita lalu
menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan
interaksi kita dengan orang lain. (Rahayu, 2006: 67). Ada 3 (tiga) indikator
keberhasilan seseorang dapat dikatakan mempunyai kesadaran sosial, yaitu :
1) Menyesuaikan diri, 2) Berintegrasi, dan 3) Peningkatan Status (Gunawan,
2014).
E. Kerangka Pemikiran
GURU
SISWA
PROSES KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR
FASILITATOR
DAN BIMBINGAN
MODEL PBL
PERAN SERTA DAN
KEAKTIFAN
HASIL BELAJAR
SISWA
KESADARAN
SOSIAL SISWA
Gambar 1: Bagan alur kerangka pemikiran
F. Hipotesis Penelitian
Melalui pelajaran Sosiologi materi masyarakat multikultural dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ke dalam media gambar,
maka kesadaran sosial melalui hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA
Negeri 1 Alalak akan meningkat.
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas karena
peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai
akhir penelitian. Keterlibatan
ini meliputi dari menyusun rencana
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sampai pelaporan data.
2.
Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Desain
penelitian ini mengacu pada model Kemmis & Mc
Taggart yang menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari
rencana (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect),
dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk langkah
pemecahan masalah.
Tahap-tahap penelitian berdasarkan desain penelitian yang
digunakan ada empat macam komponen yaitu meliputi rencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Untuk pertemuan dalam siklus 1
adalah sebagai berikut: a) Perencanaan (Plan), b) Tindakan (Act), c)
Observasi (Observe), dan d) Refleksi (Reflect).
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Alalak,
Jalan Brigjend. Hasan Basri km. 11, pada semester 2 Tahun Pelajaran
2015/2016. Subyek Penelitian sebanyak 30 orang siswa.
C. Sumber Data
1.
Semua temuan dari hasil proses penelitian pada lembar observasi
kegiatan dan lembar hasil nilai tes formatif yang dilaksanakan pada
setiap siklus.
2.
Data diperoleh dari kegiatan guru dalam menerapkan model Problem
Based Learning yang dilaksanakan pada setiap siklus dan kegiatan siswa
yang mengikuti secara aktif proses pembelajaran yang menerapkan
model Problem Based Learning.
D. Instrumen Penelitian
1.
Alat Pengumpulan Data
a. Lembar observasi kegiatan guru
b. Lembar observasi kegiatan siswa
c. Soal test formatif
d. Lembar Kuesioner
Tabel 4 Operasional kesadaran sosial
Variabel
a.
b.
c.
Kesadaran
Sosial
d.
e.
2.
Subvariabel
Menyadarkan bahwa Manusia adalah
Mahluk Sosial
Menyadarkan Manusia akan Norma
yang Berlaku di Masyarakat
Menyadarkan
Manusia
untuk
Menciptakan
Keseimbangan,
Keserasian dan Keharmonisan dalam
Hidup Bermasyarakat
Menyadarkan Manusia akan Status
dan Perannya
Memberi
Pandangan
dalam
Mengambil
Teknik Pengumpulan Data
a.
Observasi
b.
Lembar Kerja Siswa
c.
Dokumen data
Items
2, 4, 12, 17,
19,27
1, 13, 20, 21, 22,
23
6, 9, 10, 14, 15,
18
7, 11, 16, 24, 25
3, 5, 8, 26
3. Teknik Pengambilan Data
a. Data kuantitatif tentang hasil belajar siswa yang dianalisis dengan
analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase ketuntasan belajar
baik secara klasikal maupun perorangan. Dengan rumus sebagai
berikut :
Ketuntasan perorangan =
Jumlah skor yang diperoleh
________________________ X 100%
Jumlah skor maksimal
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Ketuntasan klasikal = ________________________ X 100%
Jumlah peserta tes
b. Data kuantitatif perolehan nilai hasil belajar siswa yang digolongkan
dalam kriteria dan kategori kesadaran sosial.
E. Teknik Analisa Data
Teknik yang digunakan dalah analisa data kualitatif. Menurut Miles dan
Hubermen (Wahyu, 2006: 60) tahap-tahap kegiatan analisa data meliputi: 1)
Mereduksi data, 2) Menyajikan Data, dan 3) Menarik kesimpulan dan
verifikasi.
F. Indikator Keberhasilan
1. Jika hasil belajar siswa (individu) melalui tes formatif setiap siklus yang
mendapat nilai rata-rata di atas 77 dan ketuntasan secara klasikal 80%,
maka sudah dikatakan berhasil.
2. Jika hasil persentasi kuesioner kesadaran sosial siswa secara klasikal 80%
masuk dalam kategori baik, maka kesadaran sosial siswa sudah dikatakan
berhasil.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Siklus I
1.
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 Mei 2016, pukul
11.00 – 12.30 WITA. Pada pertemuan ini rancangan pembelajaran dengan menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah dengan materi pembelajaran Masyarakat
Multikultural (konsep dan faktor penyebabnya). Alokasi waktu pertemuan adalah dua
jam pelajaran ( 2 x 45 menit). Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a.
Pra Kegiatan Pembelajaran (±5 menit )
b.
Kegiatan Pendahuluan (±10 menit)
c.
Kegiatan Inti (±70 menit)
1) Eksplorasi
2) Elaborasi
Tabel 5 Tahapan Elaborasi
No
1
Langkah
Pertama
Kegiatan
Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas
2
3
4
Kedua
Ketiga
Keempat
5
6
Kelima
Keenam
7
Ketujuh
Merumuskan masalah
Menganalisis masalah
Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya
dengan dalam
Memformasikan tujuan pembelajaran
Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di
luar diskusi kelompok)
Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi
baru, dan membuat laporan untuk kelas.
3) Konfirmasi
4) Kegiatan Penutup (±10 menit)
2.
Observasi
a. Kegiatan Guru
Data hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar pengamatan
keterampilan guru, maka data hasil observasi keterampilan guru untuk
pertemuan siklus I di atas termasuk dalam kategori Cukup Baik (CB),
dikarenakan total skor hasil 60 kemudian dibagi dengan skor maksimal
mendapatkan hasil hitungan 75 atau dipersentasekan adalah 75%.
Berdasarkan ketentuan dari aktivitas guru pabila diperoleh persentase antara
51% - 76% termasuk kriteria Cukup Baik.
b. Kegiatan Siswa
Dari hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar aktivitas
siswa yang mengamati sikap, wawasan dan kerjasama, maka data hasil
observasi aktivitas siswa pertemuan pertama siklus 1 di atas, ditunjukkan
bahwa dari 30 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 21 siswa
(70%) dan cukup aktif sebanyak 9 siswa (30%). Total skor adalah 279 dan
persentase yang diperoleh adalah 77,5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa
aktivitas siswa masuk dalam kategori aktif (A)
c. Hasil Belajar
Tabel 6 Hasil Belajar
Interval nilai
Jumlah Siswa
Persentase
90 - 99
4
13,33%
Tuntas
80 - 89
5
16,66%
Tuntas
70 - 79
10
33,33%
Tuntas
60 - 69
11
36,66%
Tidak Tuntas
30
100%
Jumlah
Nilai rata-rata
Persentase Ketuntasan klasikal
Kualifikasi
68,6
63,32%
Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar
63,34%. Hal ini berarti target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu
sebesar 80% dari hasil belajar klasikal siswa belum tercapai, sehingga
penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.
d. Hasil kuesioner
Tabel 7 Hasil Kuesioner Kesadaran Sosial Siklus I
No
1
2
3
4
5
Kriteria
2,05 - 2,37
1,72 - 2,04
1,39 - 1,71
1,06 - 1,38
0,74 - 1,05
F
0
8
19
3
0
Katagori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
P
0
27%
63%
10%
0
3. Refleksi
a. Berdasarkan hasil pengamatan observer guru masih kurang dalam
memberikan cara menganalisa sebuah permasalahan kepada siswa,
b. Perhatian guru pada saat kegiatan diskusi dan penyelidikan masalah dalam
kelompok menurut pengamatan observer masih kurang,
c. Kurangnya pembimbingan kepada siswa dalam hal aturan maupun norma
bertindak dan bersikap dalam berdiskusi kelompok antar kelompok ataupun
dengan kelompok lain.
Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 63,34%, yaitu dari 30
siswa terdapat 19 siswa yang nilainya diatas KKM yang ditentukan (≥ 77). Dan
sisanya 11 siswa atau sebesar 36,66% belum mengalami ketuntasan dalam
belajar,
B. Pelaksanaan Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Mei 2016,
pukul 11.00 – 12.30 WITA. Pada pertemuan ini rancangan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan materi :
Akibat dari adanya masyarakat multikultural. Alokasi waktu pertemuan adalah
dua jam pelajaran (2 x 45 menit). Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
1) Pra Kegiatan Pembelajaran (±5 menit )
2) Kegiatan Pendahuluan (±10 menit)
3) Kegiatan Inti (±70 menit)
(a) Eksplorasi
(b) Elaborasi
(c) Konfirmasi
4) Kegiatan Penutup (±10 menit)
2. Observasi
1) Kegiatan Guru
Dari paparan data pada tabel kegiatan guru untuk siklus II di atas,
ditunjukkan bahwa total skor adalah 70 dan persentase yang diperoleh
adalah 87,50%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru masuk
dalam kategori Baik (B).
2) Kegiatan Siswa
Dari hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar aktivitas
siswa, maka data hasil observasi aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada
tabel berikut:
Tabel 8 Hasil observasi kegiatan siswa
No
1
2
3
Aspek yang
diamati
Sikap
Wawasan
Kerjasama
KA
Katagori
CA
A
1
20
5
21
3
15
SA
9
4
12
Jumlah
30
30
30
Dari paparan data pada tabel aktivitas siswa siklus II di atas, ditunjukkan
bahwa dari 30 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 27
siswa (90%) dan cukup aktif sebanyak 3 siswa (10%). Total skor adalah
289 dan persentase yang diperoleh adalah 80,27%, sehingga dapat
disimpulkan bahwa aktivitas siswa masuk dalam kategori aktif (A).
3) Hasil Belajar
Perolehan data hasil penelitian pada siklus II dalam pembelajaran
Sosiologi melalui model Problem Based Learning dalam tabel distribusi
frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
Interval nilai
Jumlah Siswa
90 - 99
8
80 - 89
10
70 - 79
12
60- 69
Jumlah
30
Nilai rata-rata
Persentase Ketuntasan klasikal
Persentase
26,67%
33,33%
40%
100%
78,67
100%
Kualifikasi
Tuntas
Tuntas
Tuntas
-
Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar
100%. Hal ini berarti target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu
sebesar 80% dari hasil belajar klasikal siswa sudah tercapai.
4) Hasil kuesioner
Tabel 10 Hasil kuesioner siklus II
No
1
2
3
4
5
Kriteria
2,05 - 2,37
1,72 - 2,04
1,39 - 1,71
1,06 - 1,38
0,74 - 1,05
F
0
22
8
0
0
Katagori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
P
0
73%
27%
0%
0
Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil kuesioner sikap kesadaran sosial
yang diperoleh dari 30 siswa, 22 (73%) orang bersikap baik dan 8 (27%)
orang bersikap cukup baik.
3. Refleksi
a) Kegiatan guru pada siklus II ini sudah terlaksana dengan baik dimana
permasalahan pada siklus I sudah tidak muncul lagi, guru sudah bisa
memperbaiki penampilan dalam proses belajar mengajar di kelas.
b) Kegiatan aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dimana aktivitas
siswa pada siklus I hanya mencapai 70%, pada siklus II ini menjadi 90%.
c) Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100%, yaitu dari
30 siswa terdapat 8 siswa (26,67%) mendapat nilai 90-99, 10 siswa
(33,33%) mendapat nilai 80-89, dan 12 siswa (40%) mendapat nilai 7079.
d) Target indikator keberhasilan minimal 80% yang ditetapkan untuk
ketuntasan klasikal dapat tercapai dan berhasil sesuai harapan.
PEMBAHASAN
A. Kegiatan Guru
Menurut Suparman (dalam Warsita, 2008: 208) secara garis besar, komponen
kegiatan guru dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi: a) Mengurutkan kegiatan
pembelajaran, b) Penggunaan metode dan taktik yang tepat sesuai kebutuhan, c)
Penggunaan Media pembelajaran, d) Pemanfaatan/penggunaan alokasi waktu yang telah
disediakan dengan baik, e) Pengelolaan kelas.
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Siklus I
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Siklus II
Siklus III
Gambar 2 Perbandingan Kegiatan Guru per siklus
Berdasarkan gambar di atas didapatkan data bahwa terjadi peningkatan pada setiap
siklus yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hasil temuan yang
dipaparkan oleh observer itu kemudian didiskusikan dengan observer dan juga dosen
pembimbing untuk dicarikan jalan keluarnya. Setelah ditemukan solusinya berdasarkan
hasil refleksi dan diskusi temuan-temuan pada siklus I itu kemudian diperbaiki pada
pelaksanaan siklus II.
b. Kegiatan Siswa
Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat perbandingan aktivitas belajar siswa pada
setiap siklus yang terdapat pada gambar di bawah ini:
Jlh. Skor
Persen
290
289
279
80.55
80.27
77.50
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Gambar 3 Perbandingan Aktifivitas Belajar Siswa Tiap Siklus
c. Hasil Belajar
150.00
100.00
50.00
0.00
Siklus I
Siklus II
Siklus III
N. Rata2
68.60
78.67
81.33
K. Klasikal
63.32
100
100
Gambar 4 Perbandingan Hasil Belajar Persiklus
d. Kesadaran Sosial
Perbandingan hasil rekapitulasi kuesioner kesadaran sosial pada siswa
dalam setiap siklusnya dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:
120
100
80
60
40
20
0
f
%
f
siklus I
%
f
siklus II
%
siklus III
SB
B
8
27
22
73
CB
19
63
8
27
KB
3
10
30
100
TB
Gambar 5 Perbandingan Hasil Kuesioner Kesadaran Sosial
SIMPULAN
Kegiatan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL
untuk meningkatkan sikap kesadaran sosial peserta didik berhasil. Indikasi keberhasilan
itu didasarkan pada terjadinya peningkatan aktivitas guru dari siklus I (75%), II
(87,50%) dan III (93,75%). Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran melalui model
PBL dengan menggunakan gambar untuk meningkatkan sikap kesadaran sosial
cenderung meningkat. Indikasinya, selalu terjadi peningkatan prosentase aktivitas yang
diperoleh melalui lembar pengamat darisetiap siklus. Hasil belajar siswa dengan
menggunakan model PBL untuk meningkatkan kesadaran sosial meningkat. Indikasi
peningkatan itu, yakni pada siklus I (63,34%), II (100%) dan III (100%). Hasil
kuesioner kesadaran sosial peserta didik melalui pelajaran sosiologi meningkat, indikasi
pengingkatan itu, yakni pada siklus I katagori baik (27%), siklus II katagori baik (73%),
dan siklus III (100%) katagori baik.
SARAN
Dalam paparan saran kali ini peneliti mengharapkan guru dapat memanfaatkan
model, metode dan media yang tepat agar dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Penggunaan model PBL dalam pembelajaran sangat efektif sehingga guru dapat
meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan PBL. Adapun fungsi Kepala
Sekolah, hendaknya terus memotivasi guru dalam menggunakan model-model
pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan aktivitas belajar. Di samping itu, Dinas
Pendidikan, agar menyediakan sarana media pembelajaran untuk mendukung proses
pembelajaran yang lebih efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Supridjono, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. (Cetakan ke-13). Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
BSNP, 2006. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta.
Dalyono. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Daniel Goleman, 2007. Social Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Eka Gunawan, 2009. Interaksi dan Kesadaran Sosial Dalam Masyarakat.
Semarang: Kumpulan artikel Sosiologi
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry M., 200. Strategi Belajar Mengajar Melalui
Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Kun Maryati dan Juju Surayanati, 2013. Sosiologi SMA. Jakarta: Aneka Ilmu.
Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan
Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Chang, 2001. (http://kesadaransosial.wordpress.com) di akses 31 Mei 2015.
Download