IMPLEMENTASI PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SOSIAL SISWA KELAS XI IPS 1 SMA NEGERI 1 ALALAK AGUS SUWARNI ISYRA SMA Negeri 1 Alalak [email protected] Abstract Applying social awareness to others in everyday life can be interpreted as humans social beings. People who care with each other, interact with each other, respect for others in terms of differences of opinion, ethnicity, race, language and religion. In the context of learning required a strategy planned by teachers by promoting activity or creativity of learners in learning activities in order to shape the character of social awareness by learning model Problem Based Learning (PBL) using pictures as a medium. This type of research is used in a classroom action research (PTK). The study design refers to the model Kemmis & Mc. Taggart system uses a spiral of selfreflection that starts from the plan (plan), action (act), observation (Observe), reflection (Reflect), and re-planning is the basis for troubleshooting steps. The results show if the activity of the teacher in the learning process of 75% to 93.75%, Activities of students from 77.5% to 80.55%, and the provision of learning outcomes from 63.34% to 100%. Application of Problem Based Learning using media images can raise awareness of social class XI IPS in SMA Negeri 1 1 Alalak, with an indication of the value of the learning outcomes of> 70% above. Increased social awareness of learning needs to be realized in the form of student attitudes in interaction with fellow students, the teachers and staff employees at the school. Keywords: Problem-based learning, media image, social awareness Abstrak Kesadaran sosial terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari bisa dimaknai manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang peduli dengan sesama, saling berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku, ras, bahasa dan agama. Dalam konteks pembelajaran dituntut suatu strategi yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan atau kreativitas peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar untuk bisa membentuk karakter kesadaran sosial dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan gambar sebagai media. Jenis penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian mengacu pada model Kemmis & Mc. Taggart yang menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk langkah pemecahan masalah. Hasil penelitian menunjukkan jika aktivitas guru dalam proses pembelajaran dari 75% menjadi 93,75%, Aktivitas siswa dari 77,5% menjadi 80,55%, dan ketentuan hasil belajar dari 63,34% menjadi 100%. Penerapan Problem Based Learning menggunakan media gambar dapat meningkatkan kesadaran sosial siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Alalak, dengan indikasi nilai hasil belajar > 70% di atas KKM. Peningkatan kesadaran sosial dalam pembelajaran perlu diwujudkan dalam bentuk sikap siswa dalam berinteraksi dengan sesama siswa, dewan guru serta staf karyawan di sekolah. Kata Kunci : Problem based learning, media gambar, kesadaran sosial PENDAHULUAN Indonesia sebagai sebuah negara harus dibangun dalam pondasi pendidikan, konsekuensi ini sejalan dengan landasan yuridis konstitusional dalam amanat yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia IV yang berbunyi :“Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa”, ini merupakan tujuan nasional pendidikan. Kurangnya kesadaran sosial atau kepekaan sosial terhadap orang lain dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan peserta didik belum bisa memaknai arti manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia yang perduli dengan sesama, saling berinteraksi, menghargai orang lain dalam hal perbedaan pendapat, suku, ras, bahasa dan agama. Menurut Dalyono (2008), rendahnya kesadaran sosial anak disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah misalnya faktor sosial budaya (social cultur). Faktor sosial budaya berkaitan dengan kultur masyarakat yang berupa persepsi/pandangan, adat istiadat, dan kebiasaan. Peserta didik selalu melakukan kontak dengan masyarakat. Pengaruh-pengaruh budaya yang negatif dan salah terhadap dunia pendidikan akan turut berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak. Peserta didik yang bergaul dengan teman-temannya yang tidak sekolah atau putus sekolah akan terpengaruh dengan mereka. Oleh karena itu, berbagai upaya telah ditempuh untuk melakukan pembaharuan sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dengan melakukan pembaharuan kurikulum. Fathurrahman (2007:15) berpendapat ada tiga aspek yang menentukan berhasil tidaknya sebuah pembelajaran, pertama aspek guru. Kedua aspek metode, dan ketiga aspek media. Dalam proses pembelajaran maka media mempunyai fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penggunaan gambar sebagai media merupakan aspek yang sangat strategis dalam pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah. Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian gambar sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Berdasarkan pengamatan (hasil observasi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Alalak, hari Jum’at tanggal 12 Februari 2016 jam pelajaran 1 sampai dengan 2) yang terjadi di lapangan guru lebih cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional, seperti ceramah, tanya jawab atau mencatat. Kurangnya penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran yang membuat suasana pembelajaran kurang menarik. Selain itu juga dari hasil wawancara dengan guru BK dan beberapa orang wali kelas ditemukan sebagian siswa masih kurangnya kepekaan sosial terhadap lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar. Data evaluasi terakhir mata pelajaran Sosiologi (ulangan umum semester 2 tahun ajaran 2014-2015) dengan Standar Kompetensi (SK) menganalisis kelompok sosial dalam dampak masyarakat multikultural dilihat berdasarkan prosentasi hasil ketuntasan belajar adalah sebagai berikut: Tabel 1 Hasil Ketuntasan Belajar Siswa No 1 2 3 Kompetensi Dasar Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial alam masyarakat multikultural. Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural Prosentasi T TT 71,86 28,13 65,53 34,38 56,25 43,75 Berdasarkan uraian permasalahan di atas dan dituntutnya siswa untuk melakukan pemecahan masalah yang disajikan dengan cara menggali informasi, dianalisis dan dicari solusi dari permasalahan yang ada maka dipilih dan dilaksanakanlah suatu desain pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) menggunakan gambar sebagai media dan sekaligus alat peraga dalam proses pembelajaran mata pelajaran Sosiologi. Penerapan model PBL dalam proses pembelajaran siswa mampu mengkaitkan materi yang diajarkan di kelas dengan masalah-masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari. KAJIAN PUSTAKA A. Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Pendapat Tan (M. Taufiq Amir, 2010:12). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang diawali dengan penyajian masalah yang dirancang dalam konteks yang relevan dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran berbasis masalah menggunakan berbagi macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada Rumusan dari Dutch (M. Taufiq Amir, 2010:21) berikut ini akan membantu kita untuk lebih memahami lagi apa itu PBL. PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar “belajar untuk belajar,” bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Dari beberapa definisi tersebut di atas, terlihat bahwa materi pembelajaran terutama bercirikan ada masalah. Dalam proses PBL “masalah” yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan belajar siswa. Dari masalah yang diberikan siswa belajar bekerja sama dalam kelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan untuk solusinya. 1. Langkah-langkah Proses PBL Tabel 2 Langkah-langkah Proses PBL No 1 2 3 4 Langkah Pertama Kedua Ketiga Keempat 5 6 Kelima Keenam 7 Ketujuh Kegiatan Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas Merumuskan masalah Menganalisis masalah Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam Memformasikan tujuan pembelajaran Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas. B. Media Gambar 1. Pengertian Media Gambar Menurut (I Made Tegeh, 2008) yang dimaksud media gambar dilihar dari pandangan media grafis adalah gambar gambar hasil lukisan tangan, hasil cetakan, dan hasil karya seni fotografi. Penyajian obyek dalam bentuk gambar dapat disajikan melalui bentuk nyata maupun kreasi khayalan belaka sesuia dengan bentuk yang pernah dilihat oleh orang yang menggambarnya. 2. Fungsi Media Gambar Secara garis besar fungsi utama penggunaan media gambar meliputi fungsi edukatif, kemudian fungsi sosial. Fungsi lain adalah ekonomi, fungsi politis, serta fungsi seni budaya dan telekomunikasi, yang mendorong dan menimbulkan ciptaan baru, termasuk pola usaha penciptaan teknologi kemediaan yang modern (Hamalik, 1994: 12). C. Tinjauan Mata Pelajaran Sosiologi 1. Mata Pelajaran Sosiologi Sosiologi ditinjau dari sifatnya digolongkan sebagai ilmu pengetahuan murni (purescience) bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science). Pembelajaran sosiologi dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan pemahaman fenomena kehidupan seharihari. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan teknik analisis dalam pengkajian berbagai fenomena dan permasalahan yang ditemui dalam kehidupan nyata di masyarakat. Mata pelajaran Sosiologi diberikan pada tingkat pendidikan dasar sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. 2. Tujuan Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Memahami konsep-konsep sosiologi seperti sosialisasi, kelompok sosial, struktur sosial, lembaga sosial, perubahan sosial, dan konflik sampai dengan terciptanya integrasi sosial, 2) Memahami berbagai peran sosial dalam kehidupan bermasyarakat, 3) Menumbuhkan sikap, kesadaran dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Sosiologi meliputi aspek-aspek sebagai berikut : (1) Struktur Sosial; (2) Proses Sosial; (3) Perubahan Sosial; (4) Tipe-tipe lembaga sosial. 4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tabel 3 Program Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas XI, Semester 2 Standar Kompetensi 1. Menganalisis kelompok sosial dalam dampak masyarakat Kompetensi Dasar 1.1. Mendeskripsikan berbagai kelompok sosial alam masyarakat multikultural. 1.2 Menganalisis perkembangan kelompok sosial dalam masyarakat multikultural. 1.3 Menganalisis keanekaragaman kelompok sosial dalam masyarakat multikultural (Sumber Data: Buku Paket SMA kelas XI) D. Kesadaran sosial Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesadaran sosial adalah kesadaran seseorang secara penuh akan hak dan kewajiban sebagai anggota masyarakat (Tim Penyusun KBBI, 1988: 765). Berdasarkan pengertian ini, konsep kesadaran sosial memiliki dua keutamaan hidup manusia yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, yakni hak dan kewajiban seorang pribadi manusia sosial. Kesadaran sosial adalah proses dimana seseorang memahami dan mengerti akan suatu keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Kesadaran sosial adalah bentuk kesadaran diri mengenali kepribadian kita lalu menyadari pengaruh faktor-faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain. (Rahayu, 2006: 67). Ada 3 (tiga) indikator keberhasilan seseorang dapat dikatakan mempunyai kesadaran sosial, yaitu : 1) Menyesuaikan diri, 2) Berintegrasi, dan 3) Peningkatan Status (Gunawan, 2014). E. Kerangka Pemikiran GURU SISWA PROSES KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR FASILITATOR DAN BIMBINGAN MODEL PBL PERAN SERTA DAN KEAKTIFAN HASIL BELAJAR SISWA KESADARAN SOSIAL SISWA Gambar 1: Bagan alur kerangka pemikiran F. Hipotesis Penelitian Melalui pelajaran Sosiologi materi masyarakat multikultural dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ke dalam media gambar, maka kesadaran sosial melalui hasil belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Alalak akan meningkat. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian tindakan yang dipilih adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini disebut penelitian tindakan kelas karena peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian, mulai dari awal sampai akhir penelitian. Keterlibatan ini meliputi dari menyusun rencana pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sampai pelaporan data. 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Desain penelitian ini mengacu pada model Kemmis & Mc Taggart yang menggunakan sistem spiral refleksi diri yang dimulai dari rencana (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), refleksi (reflect), dan perencanaan kembali yang merupakan dasar untuk langkah pemecahan masalah. Tahap-tahap penelitian berdasarkan desain penelitian yang digunakan ada empat macam komponen yaitu meliputi rencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Untuk pertemuan dalam siklus 1 adalah sebagai berikut: a) Perencanaan (Plan), b) Tindakan (Act), c) Observasi (Observe), dan d) Refleksi (Reflect). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Alalak, Jalan Brigjend. Hasan Basri km. 11, pada semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016. Subyek Penelitian sebanyak 30 orang siswa. C. Sumber Data 1. Semua temuan dari hasil proses penelitian pada lembar observasi kegiatan dan lembar hasil nilai tes formatif yang dilaksanakan pada setiap siklus. 2. Data diperoleh dari kegiatan guru dalam menerapkan model Problem Based Learning yang dilaksanakan pada setiap siklus dan kegiatan siswa yang mengikuti secara aktif proses pembelajaran yang menerapkan model Problem Based Learning. D. Instrumen Penelitian 1. Alat Pengumpulan Data a. Lembar observasi kegiatan guru b. Lembar observasi kegiatan siswa c. Soal test formatif d. Lembar Kuesioner Tabel 4 Operasional kesadaran sosial Variabel a. b. c. Kesadaran Sosial d. e. 2. Subvariabel Menyadarkan bahwa Manusia adalah Mahluk Sosial Menyadarkan Manusia akan Norma yang Berlaku di Masyarakat Menyadarkan Manusia untuk Menciptakan Keseimbangan, Keserasian dan Keharmonisan dalam Hidup Bermasyarakat Menyadarkan Manusia akan Status dan Perannya Memberi Pandangan dalam Mengambil Teknik Pengumpulan Data a. Observasi b. Lembar Kerja Siswa c. Dokumen data Items 2, 4, 12, 17, 19,27 1, 13, 20, 21, 22, 23 6, 9, 10, 14, 15, 18 7, 11, 16, 24, 25 3, 5, 8, 26 3. Teknik Pengambilan Data a. Data kuantitatif tentang hasil belajar siswa yang dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif dengan persentase ketuntasan belajar baik secara klasikal maupun perorangan. Dengan rumus sebagai berikut : Ketuntasan perorangan = Jumlah skor yang diperoleh ________________________ X 100% Jumlah skor maksimal Jumlah siswa yang tuntas belajar Ketuntasan klasikal = ________________________ X 100% Jumlah peserta tes b. Data kuantitatif perolehan nilai hasil belajar siswa yang digolongkan dalam kriteria dan kategori kesadaran sosial. E. Teknik Analisa Data Teknik yang digunakan dalah analisa data kualitatif. Menurut Miles dan Hubermen (Wahyu, 2006: 60) tahap-tahap kegiatan analisa data meliputi: 1) Mereduksi data, 2) Menyajikan Data, dan 3) Menarik kesimpulan dan verifikasi. F. Indikator Keberhasilan 1. Jika hasil belajar siswa (individu) melalui tes formatif setiap siklus yang mendapat nilai rata-rata di atas 77 dan ketuntasan secara klasikal 80%, maka sudah dikatakan berhasil. 2. Jika hasil persentasi kuesioner kesadaran sosial siswa secara klasikal 80% masuk dalam kategori baik, maka kesadaran sosial siswa sudah dikatakan berhasil. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Siklus I 1. Perencanaan Tindakan Pelaksanaan pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 Mei 2016, pukul 11.00 – 12.30 WITA. Pada pertemuan ini rancangan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan materi pembelajaran Masyarakat Multikultural (konsep dan faktor penyebabnya). Alokasi waktu pertemuan adalah dua jam pelajaran ( 2 x 45 menit). Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut: a. Pra Kegiatan Pembelajaran (±5 menit ) b. Kegiatan Pendahuluan (±10 menit) c. Kegiatan Inti (±70 menit) 1) Eksplorasi 2) Elaborasi Tabel 5 Tahapan Elaborasi No 1 Langkah Pertama Kegiatan Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas 2 3 4 Kedua Ketiga Keempat 5 6 Kelima Keenam 7 Ketujuh Merumuskan masalah Menganalisis masalah Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam Memformasikan tujuan pembelajaran Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk kelas. 3) Konfirmasi 4) Kegiatan Penutup (±10 menit) 2. Observasi a. Kegiatan Guru Data hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar pengamatan keterampilan guru, maka data hasil observasi keterampilan guru untuk pertemuan siklus I di atas termasuk dalam kategori Cukup Baik (CB), dikarenakan total skor hasil 60 kemudian dibagi dengan skor maksimal mendapatkan hasil hitungan 75 atau dipersentasekan adalah 75%. Berdasarkan ketentuan dari aktivitas guru pabila diperoleh persentase antara 51% - 76% termasuk kriteria Cukup Baik. b. Kegiatan Siswa Dari hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar aktivitas siswa yang mengamati sikap, wawasan dan kerjasama, maka data hasil observasi aktivitas siswa pertemuan pertama siklus 1 di atas, ditunjukkan bahwa dari 30 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 21 siswa (70%) dan cukup aktif sebanyak 9 siswa (30%). Total skor adalah 279 dan persentase yang diperoleh adalah 77,5%, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa masuk dalam kategori aktif (A) c. Hasil Belajar Tabel 6 Hasil Belajar Interval nilai Jumlah Siswa Persentase 90 - 99 4 13,33% Tuntas 80 - 89 5 16,66% Tuntas 70 - 79 10 33,33% Tuntas 60 - 69 11 36,66% Tidak Tuntas 30 100% Jumlah Nilai rata-rata Persentase Ketuntasan klasikal Kualifikasi 68,6 63,32% Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar 63,34%. Hal ini berarti target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80% dari hasil belajar klasikal siswa belum tercapai, sehingga penelitian akan dilanjutkan pada siklus II. d. Hasil kuesioner Tabel 7 Hasil Kuesioner Kesadaran Sosial Siklus I No 1 2 3 4 5 Kriteria 2,05 - 2,37 1,72 - 2,04 1,39 - 1,71 1,06 - 1,38 0,74 - 1,05 F 0 8 19 3 0 Katagori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik P 0 27% 63% 10% 0 3. Refleksi a. Berdasarkan hasil pengamatan observer guru masih kurang dalam memberikan cara menganalisa sebuah permasalahan kepada siswa, b. Perhatian guru pada saat kegiatan diskusi dan penyelidikan masalah dalam kelompok menurut pengamatan observer masih kurang, c. Kurangnya pembimbingan kepada siswa dalam hal aturan maupun norma bertindak dan bersikap dalam berdiskusi kelompok antar kelompok ataupun dengan kelompok lain. Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 63,34%, yaitu dari 30 siswa terdapat 19 siswa yang nilainya diatas KKM yang ditentukan (≥ 77). Dan sisanya 11 siswa atau sebesar 36,66% belum mengalami ketuntasan dalam belajar, B. Pelaksanaan Siklus II 1. Perencanaan Tindakan Pelaksanaan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 11 Mei 2016, pukul 11.00 – 12.30 WITA. Pada pertemuan ini rancangan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dengan materi : Akibat dari adanya masyarakat multikultural. Alokasi waktu pertemuan adalah dua jam pelajaran (2 x 45 menit). Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1) Pra Kegiatan Pembelajaran (±5 menit ) 2) Kegiatan Pendahuluan (±10 menit) 3) Kegiatan Inti (±70 menit) (a) Eksplorasi (b) Elaborasi (c) Konfirmasi 4) Kegiatan Penutup (±10 menit) 2. Observasi 1) Kegiatan Guru Dari paparan data pada tabel kegiatan guru untuk siklus II di atas, ditunjukkan bahwa total skor adalah 70 dan persentase yang diperoleh adalah 87,50%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru masuk dalam kategori Baik (B). 2) Kegiatan Siswa Dari hasil pengamatan observer yang berpedoman pada lembar aktivitas siswa, maka data hasil observasi aktivitas siswa dapat ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 8 Hasil observasi kegiatan siswa No 1 2 3 Aspek yang diamati Sikap Wawasan Kerjasama KA Katagori CA A 1 20 5 21 3 15 SA 9 4 12 Jumlah 30 30 30 Dari paparan data pada tabel aktivitas siswa siklus II di atas, ditunjukkan bahwa dari 30 siswa yang aktif mengikuti pembelajaran sebanyak 27 siswa (90%) dan cukup aktif sebanyak 3 siswa (10%). Total skor adalah 289 dan persentase yang diperoleh adalah 80,27%, sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa masuk dalam kategori aktif (A). 3) Hasil Belajar Perolehan data hasil penelitian pada siklus II dalam pembelajaran Sosiologi melalui model Problem Based Learning dalam tabel distribusi frekuensi adalah sebagai berikut: Tabel 9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Interval nilai Jumlah Siswa 90 - 99 8 80 - 89 10 70 - 79 12 60- 69 Jumlah 30 Nilai rata-rata Persentase Ketuntasan klasikal Persentase 26,67% 33,33% 40% 100% 78,67 100% Kualifikasi Tuntas Tuntas Tuntas - Data tersebut menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal siswa sebesar 100%. Hal ini berarti target indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu sebesar 80% dari hasil belajar klasikal siswa sudah tercapai. 4) Hasil kuesioner Tabel 10 Hasil kuesioner siklus II No 1 2 3 4 5 Kriteria 2,05 - 2,37 1,72 - 2,04 1,39 - 1,71 1,06 - 1,38 0,74 - 1,05 F 0 22 8 0 0 Katagori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik P 0 73% 27% 0% 0 Tabel di atas menunjukkan bahwa hasil kuesioner sikap kesadaran sosial yang diperoleh dari 30 siswa, 22 (73%) orang bersikap baik dan 8 (27%) orang bersikap cukup baik. 3. Refleksi a) Kegiatan guru pada siklus II ini sudah terlaksana dengan baik dimana permasalahan pada siklus I sudah tidak muncul lagi, guru sudah bisa memperbaiki penampilan dalam proses belajar mengajar di kelas. b) Kegiatan aktivitas siswa juga mengalami peningkatan dimana aktivitas siswa pada siklus I hanya mencapai 70%, pada siklus II ini menjadi 90%. c) Hasil ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100%, yaitu dari 30 siswa terdapat 8 siswa (26,67%) mendapat nilai 90-99, 10 siswa (33,33%) mendapat nilai 80-89, dan 12 siswa (40%) mendapat nilai 7079. d) Target indikator keberhasilan minimal 80% yang ditetapkan untuk ketuntasan klasikal dapat tercapai dan berhasil sesuai harapan. PEMBAHASAN A. Kegiatan Guru Menurut Suparman (dalam Warsita, 2008: 208) secara garis besar, komponen kegiatan guru dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi: a) Mengurutkan kegiatan pembelajaran, b) Penggunaan metode dan taktik yang tepat sesuai kebutuhan, c) Penggunaan Media pembelajaran, d) Pemanfaatan/penggunaan alokasi waktu yang telah disediakan dengan baik, e) Pengelolaan kelas. 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Siklus I 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Siklus II Siklus III Gambar 2 Perbandingan Kegiatan Guru per siklus Berdasarkan gambar di atas didapatkan data bahwa terjadi peningkatan pada setiap siklus yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Hasil temuan yang dipaparkan oleh observer itu kemudian didiskusikan dengan observer dan juga dosen pembimbing untuk dicarikan jalan keluarnya. Setelah ditemukan solusinya berdasarkan hasil refleksi dan diskusi temuan-temuan pada siklus I itu kemudian diperbaiki pada pelaksanaan siklus II. b. Kegiatan Siswa Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat perbandingan aktivitas belajar siswa pada setiap siklus yang terdapat pada gambar di bawah ini: Jlh. Skor Persen 290 289 279 80.55 80.27 77.50 Siklus I Siklus II Siklus III Gambar 3 Perbandingan Aktifivitas Belajar Siswa Tiap Siklus c. Hasil Belajar 150.00 100.00 50.00 0.00 Siklus I Siklus II Siklus III N. Rata2 68.60 78.67 81.33 K. Klasikal 63.32 100 100 Gambar 4 Perbandingan Hasil Belajar Persiklus d. Kesadaran Sosial Perbandingan hasil rekapitulasi kuesioner kesadaran sosial pada siswa dalam setiap siklusnya dapat digambarkan pada grafik di bawah ini: 120 100 80 60 40 20 0 f % f siklus I % f siklus II % siklus III SB B 8 27 22 73 CB 19 63 8 27 KB 3 10 30 100 TB Gambar 5 Perbandingan Hasil Kuesioner Kesadaran Sosial SIMPULAN Kegiatan guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL untuk meningkatkan sikap kesadaran sosial peserta didik berhasil. Indikasi keberhasilan itu didasarkan pada terjadinya peningkatan aktivitas guru dari siklus I (75%), II (87,50%) dan III (93,75%). Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran melalui model PBL dengan menggunakan gambar untuk meningkatkan sikap kesadaran sosial cenderung meningkat. Indikasinya, selalu terjadi peningkatan prosentase aktivitas yang diperoleh melalui lembar pengamat darisetiap siklus. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model PBL untuk meningkatkan kesadaran sosial meningkat. Indikasi peningkatan itu, yakni pada siklus I (63,34%), II (100%) dan III (100%). Hasil kuesioner kesadaran sosial peserta didik melalui pelajaran sosiologi meningkat, indikasi pengingkatan itu, yakni pada siklus I katagori baik (27%), siklus II katagori baik (73%), dan siklus III (100%) katagori baik. SARAN Dalam paparan saran kali ini peneliti mengharapkan guru dapat memanfaatkan model, metode dan media yang tepat agar dapat memotivasi siswa dalam belajar. Penggunaan model PBL dalam pembelajaran sangat efektif sehingga guru dapat meningkatkan pembelajaran dengan menggunakan PBL. Adapun fungsi Kepala Sekolah, hendaknya terus memotivasi guru dalam menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif untuk meningkatkan aktivitas belajar. Di samping itu, Dinas Pendidikan, agar menyediakan sarana media pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran yang lebih efektif. DAFTAR PUSTAKA Agus, Supridjono, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. (Cetakan ke-13). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. BSNP, 2006. Acuan Operasional Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Dalyono. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Daniel Goleman, 2007. Social Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Eka Gunawan, 2009. Interaksi dan Kesadaran Sosial Dalam Masyarakat. Semarang: Kumpulan artikel Sosiologi Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry M., 200. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Kun Maryati dan Juju Surayanati, 2013. Sosiologi SMA. Jakarta: Aneka Ilmu. Kunandar, 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Chang, 2001. (http://kesadaransosial.wordpress.com) di akses 31 Mei 2015.