BAB II Landasan Teori 2.1 Integrasi Ekonomi Sebagai Tatanan

advertisement
BAB II
Landasan Teori
2.1 Integrasi Ekonomi Sebagai Tatanan Dalam Perdagangan International
Integrasi ekonomi menurut Salvator (2014 : 311) integrasi ekonomi
memiliki prinsip dan mekanisme yang sama dengan perdagangan bebas.
Secara teoritis, integrasi ekonomi mengacu pada suatu kebijakan komersial
atau kebijakan perdagangan yang secara diskriminatif menurunkan atau
menghapuskan hambatan-hambatan perdagangan hanya diantara negaranegara anggota yang sepakat akan membentuk suatu integrasi ekonomi.
Semua bentuk hambatan perdagangan baik tarif maupun non tarif sengaja
diturunkan atau bahkan dihapuskan diantara negara anggota. Sedangkan
bagi negara-negara yang bukan anggota, maka pemberlakuan tarif dan non
tarif tergantung dari kebijakan negara masing-masing. Dalam integrasi
ekonomi terjadi perlakuan diskriminatif antara negara-negara anggota
dengan negara-negara diluar anggota dalam melakukan perdagangan,
sehingga dapat memberikan dampak kreasi dan dampak diversi bagi negaranegara anggota. Ada beberapa instrumen yang terdapat pada integrasi
ekonomi diantaranya adalah Bea Masuk, Pajak, Mata uang, Undangundang, Standarisasi dan kebijakan ekonomi. Berikut ini adalah bentukbentuk integrasi ekonomi, sebagai berikut :
a. Pengaturan
Perdagangan
Preferensial
(Preferential
Trade
Arrangements)
11
Pengaturan perdagangan preferensial dibentuk oleh negaranegara yang sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan
yang ada di antara negara-negara tersebut dan memberlakukan
hambatan perdagangan bagi negara non anggota. Pengaturan per
dagangan preferensial merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling
longgar. Contohnya adalah British Commonwealth Preference Scheme
yang dibentuk pada tahun 1932 oleh Kerajaan Inggris. Keanggotaannya
meliputi wilayah-wilayah di bawah kekuasaannya dan sebagian bekas
daerah koloni atau jajahannya.
b. Penyatuan Pabean (Customs Unions)
Salvator (2014 : 311) menyatakan bahwa customs unions ialah
memperkenakan tidak adanya tarif atau hambatan perdagangan lain di
antara anggotanya (seperti pada era perdagangan bebas) dan customs
unions menyelaraskan kebijakan perdagangan bagi seluruh dunia.
Manfaat dinamis dari customs unions selain berpengaruh dalam
kesejahteraan statis, negara yang membentuk customs unions cenderung
menerima beberapa manfaat dinamis yang penting. Manfaat dinamis
yang terbesar ialah yang pertama yaitu kenaikan persaingan yang akan
terjadi. Yakni tanpa customs unions produsen akan tumbuh dengan
lamban dan cepet puas di balik hamabatan perdagangan, namun ketika
customs unions dibentuk dan hambatan perdagangan di hapuskan
produsen di setiap negara harus lebih efisien mengikuti persaingan
12
dengan produsen lainya dengan berserikat, bergabung, atau menutup
usahanya.
c. Kawasan Perdagangan Bebas ( Free Trade Area )
Kawasan perdagangan bebas merupakan bentuk integrasi
ekonomi yang
lebih
tinggi
dari
pengaturan
perdagangan
preferensial, di mana semua hambatan perdagangan tarif maupun non
tarif di antara negara- negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya,
tetapi masing- masing negara anggota tersebut masih ber hak untuk
menentukan
sendiri apakah mereka
hendak
memperthankan atau
menghilangkan hambatan- hambatan perdagangan yang diterapkannya
terhadap negara non anggota. Contoh dari free trade area adalah
European Free Trade Association (EFTA) yang didirikan pada tahun
1960 oleh Inggris, Austria, Denmark, Norwegia, Portugal, Swedia, dan
Swiss.
d. Pasar Bersama ( Common Market )
Common market sama seperti custom union, dan ditambah dengan
pergerakan bebas tenaga kerja dan modal antar negara anggota. Jadi,
seorang pekerja dari suatu negara anggota dapat pergi ke negara
anggota lainnya untuk mendapatkan pekerjaan secara bebas seperti di
negara asalnya. Contohnya adalah Uni Eropa yang telah mencapai
status common market pada akhir tahun 1992.
13
e. Penyatuan Ekonomi ( Economic Union)
Economic union adalah kerjasama yang lebih lengkap melalui
penyesuaian kebijakan moneter dan kebijakan fiskal dari negara negara anggota. Economic union merupakan bentuk integrasi ekonomi
yang paling tinggi. Contohnya adalah Benelux, yang merupakan uni
ekonomi dari Belgia, Belanda dan Luxemburg dibentuk setelah usainya
perang dunia ke dua. Integrasi ekonomi akan menimbulkan trade
creation dan trade diversion. Trade creation terjadi apabila produksi
dalam negeri disubtitusi dengan impor dari produsen dengan biaya yang
lebih rendah dan lebih efisien di dalam custom union. Hal ini akan
meningkatkan kesejateraan. Trade diversion terjadi apabila impor dari
supplier di luar negara anggota dengan biaya yang lebih rendah
disubtitusi dengan Supplier dari negara anggota dengan harga yang
lebih tinggi. Biasanya, hal ini akan mengurangi kesejahteraan (Salvator
dalam Riski 2014).
2.1.1 Penciptaan Dagang (Trade Creation) dalam Perdagangan Global
Penciptaan dagang terjadi ketika beberapa produksi dalam
negeri di suatu negara yang menjadi anggota customs union di gantikan
dengan impor berbiaya lebih rendah dari negara anggota lain. Dengan
berasumsikan bahwa seluruh sumber daya ekonomi di pekerjakan
seutuhnya sebelum dan sesudah pembentukan customs union, hal ini
meningkatkan kesejahteraan negara anggota karena hal tersebut
mendorong
spesialisasi
prosuksi
yang
lebih
besar
berdasarkan
14
keunggulan komparatif. Customs union penciptaan dagang (trade
creating customs union) juga meningkatkan kesejahteraan bukan anggota
karena beberapa kenaikan di dalam pendapatan riilnya (akibat
spesialisasi produksi yang lebih besar) juga menyebabkan kenaikan
impor dari seluruh dunia (Salvator, 2014 : 312).
2.1.2 Sejarah Usaha Integrasi Ekonomi ASEAN
a. Kerja Sama Perdagangan Barang ASEAN (ASEAN Trade in
Goods/ATIGA)
Dalam rangka mewujudkan pembentukan pasar tunggal dan
basis produksi melalui arus bebas perdagangan barang pada tahun
2015, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih terintegrasi dan
menyeluruh. Hal ini memerlukan pengintegrasian dan penyatuan
berbagai tindakan yang telah dilaksanakan maupun tindakan yang
akan ditempuh ke dalam suatu template/wadah umum. Untuk
mencapai hal tersebut, maka pada bulan Agustus 2007, para Menteri
Ekonomi ASEAN sepakat untuk memperluas perjanjian Common
Effective Preferential Tariff for ASEAN Free Trade Agreement
(CEPT-AFTA) agar menjadi perangkat hukum komprehensif. Hal ini
menghasilkan penandatanganan Perjanjian Perdagangan Barang
ASEAN pada bulan Februari 2009.
ATIGA mulai berlaku setelah diratifikasi oleh Fasilitasi
Perdagangan ASEAN. Lebih jauh, ASEAN telah mengembangkan
Program Kerja Fasilitasi Perdagangan untuk periode 2009-2015. Pada
15
saat ATIGA berlaku, beberapa perjanjian ASEAN yang berhubungan
dengan perdagangan barang seperti perjanjian CEPT dan beberapa
protokol lainnya akan tergantikan (Chairi, 2015 :121).
b. Asean Single Window (ASW)
ASEAN saat ini sedang mengembangkan ASEAN Single
Window (ASW) guna meningkatkan fasilitasi perdagangan dengan
menyediakan sebuah platform yang terintegrasi bagi kemitraan antara
instansi pemerintah dan para pengguna akhir seperti operator ekonomi
dan operator perhubungan serta logistik dalam proses pergerakan
barang. Negara anggota ASEAN telah menginvestasikan sejumlah
upaya penting untuk membangun ASW melalui penyusunan pondasi
yang bertujuan mengamankan ”interoperability” dan interkoneksi dari
berbagai sistem pemrosesan informasi otomatis (Chairi, 2015 :125).
c. Masyarakat Ekonomi Asean
MEA adalah komunitas ASEAN (ASEAN COMUNITY) di
bidang ekonomi yang di canangkaan pada konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) ASEAN ke-9 di Bali Concord II. Pembentukan komunitas
tersebut di prakarsai leh para Kepala negara ASSEAN pada krisis
ekonomi 1997 di kawasan Asia Tenggara. Mea diharapkan dapat
mewujudkan tercapainya suatu kawasan stabil, makmur, berdaya
saing
tinggi
dengan
pertumbuhan
ekonomi
berimbang
serta
berkurangnya kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi (Tulus
tambunan, 2012).
16
Dalam pertemuan di Bali Concord II telah di susun Asean
Economic Comunity ( AEC ) blue print sebagai pedoman bagai negara
negara anggota ASEAN. Empat pilar dalam AEC Blueprint adalah :
1. ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal
yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa
investasi tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih
bebas.
2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing tinggi, dengan
element peraturan kompetisi perlindungan kosumen, hak atas
kekayaan intelektual, pengembangan infastruktur, perpajakan
dan e – commerce,
3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi
yang merata dengan element pengembahan usaha kecil
menengah serta pemrakarsa Integrasi ASSEAN untuk negara
CMLV ( Cambodia, Myanmar, Laos dan Vietnam)
4. ASEAN sebagai kawasan yang ter Integrasi secara penuh
dengan perekonomian globab dengan element pendekatan
yang koheren dalam huungan ekonmi di luar kawasan dan
meningkatkan peran serta jejaring produksi global (Syukriah
dan hamdani,2013)
Blueprint telah di tanda tangani Roadmap for an ASEAN
Comunity (2009-2015) pada KTT ASEAN ke 14 di Hua HinThailand. Dengan penerapan MEA atau AEC di tahun 2016
17
menciptakan konfigurasi baru distribusi hasil produksi dan faktor
produksi perekonomian intra ASEAN.
2.2 Impor Dalam Perdagangan Internasional
2.2.1 Pengertian Impor
Impor adalah aktivitas memasukkan barang dari sesuai
dengan kebutuhan pemerintah ke dalam peredaran dalam masyarakat
yang di bayar dengan mempergunakan valuta asing (MS, 2004 : 139)
dalam Setyawan 2014. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke
dalam daerah pabean indonesia (Tangjong, 2011 : 280). Sedangkan
Menurut (MS, 2004 : 1) impor adalah melakukan pembelian komoditi
yang lebih berdaya guna dari negara lain, dengan bersedia membayar
harganya dalam valuta asing.
Berdasarkan ketiga uriaian ditas dapat di tarik kesimpulan
bahwa Impor ialah sutau kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan yang di dapatkan dari luar wilayah pabean suatu negara
dengan megunakan transaksi valuta asing. Berdasarkaan DJBC
(Cukai, 2016) Dasar Hukum dari Impor ialah UU Nomor 10 Tahun
1995 tentang Kepabeanan, sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 17 Tahun 2006. Kep. Menkeu No. 453/KMK.04/2002 tentang
Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor, sebagaimana telah
beberapa
kali
diubah
terakhir
dengan
Kep.
Menkeu
No.
112/KMK.04/2003. Kep. DJBC No. KEP-07/BC/2003 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tatalaksana Kepabeanan di Bidang Impor yang
18
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan DJBC No. P42/BC/2008.
2.2.2 Daerah Pabean
Adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat
tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di
dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan. Barang yang
dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai barang
impor dan terutang Bea Masuk.
2.2.3 Kawasan Pabean
Kawasan dengan batas - batas tertentu di pelabuhan laut,
bandar udara atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang
yang sepenuhnya berada di bawah kawasan Direktorat Jendral Bea
dan Cukai.
2.2.4 Penjaluran
a. Jalur Merah, adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran
Barang Impor dengan dilakukan pemeriksaan fisik, dan dilakukan
penelitian
dokumen
sebelum
penerbitan
Surat
Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).
b. Jalur Hijau adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran
Barang Impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi
dilakukan penelitian dokumen setelah penerbitan Surat Persetujuan
Pengeluaran Barang (SPPB).
19
c. Jalur kuning, adalah proses pelayanan dan pengawasan pengeluaran
Barang Impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik, tetapi
dilakukan penelitian dokumen sebelum penerbitan SPPB.
d. Jalur MITA Non-Prioritas adalah proses pelayanan yang di berikan
kepada MITA Non-Prioritas untuk pengeluaran barang impor tanpa
dilakukan pemeriksaan fisik dan dokumen, kecuali dalam hal:
a) Barang yang di impor kembali.
b) Barang yang terkena pemeriksaan acak.
c) Barang impor tertentu yang di tetapkan oleh pemerintah.
e. Jalur MITA Prioritas adalah proses pelayanan dan pengawasan
yang di berikan kepada MITA Prioritas untuk pengeluaran barang
impor tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen.
2.2.5 Kriteria jalur Merah
a. Importir baru adalah orang atau perusahaan yang mengimpor
barang atau memasukkan barang dari luar negri untuk pertama
kalinya.
b. Importir yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (high risk
importir) adalah importir yang tingkat pelanggranya tinggi atau
importir yang telah melakukan banyak pelanggaran ketentuan
kepabeanan.
c. Barang impor sementara adalah barang yang diimpor untuk
sementara waktu yang selanjutnya akan diekspor kembali.
20
d. Barang Operasional Perminyakan (BOP) golongan II adalah barang
oprasi yang di impor berdasarkan pasal 9 dan pasal 26 UU Nomor
10 tahun 1995.
e. Barang re-impor adalah barang ekspor yang kerana sebab tertentu
di impor kembali
f. Terkena pemeriksaan acak.
g. Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah.
h. Barang impor yang termasuk dalam komoditi berisiko tinggi
dan/atau berasal dari negara yang berisiko tinggi.
2.2.6 Kriteria Jalur Hijau
Yang termasuk dalam kriteria importir jalur hijau adalah
Importir dan importasi yang tidak termasuk dalam kriteria
sebagaimana dimaksud dalam kriteria jalur merah.
2.2.7 Kriteria Jalur Prioritas
Kriteria Jalur Prioritas adalah Importir yang di tetapkan sebagai
jalur Prioritas oleh MITA.
2.2.8 Pemberitahuan Pabean
a. Pemberitahuan
Impor
Barang,
di
buat
dengan
modul
IMPORTIR/PPJK
b. Dokumen Pelengkap Pabean:
a) Invoice
b) Packing List
c) Bill Of Lading
21
d) Air Waybill
e) Polis Assuransi
f) Bukti Bayar BM dan PDRI (SSPCP)
g) Surat Kuasa jika pemberitahu PPJK
2.3 Pengertian & Jenis Pelabuhan
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 2001 tentang
Kepelabuhanan, pelabuhan ialah tempat yang teridri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat
kegiatan pemerintahan dan ekonomi yang di gunakan sebagai kapal
bersandar, berlabuh naik turun penumpang dan bongkar muat barang
yang di lengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan
penunjang pelabuhan serta tempat perpindahan intra dan antar moda
transportasi.
Sedangkan pengertian kepelabuhanan adalah meliputi segala
sesuatu yang berkaitan dengan dengan kegiatan penyelenggaraan
pelabuhan dan kegiatan lainya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan
untuk menunjang kelancaran, keamanan arus lalu lintas kapal,
penumpang dan barang (Suyono, 2005: 68). Menurut ruang lingkup
pelayaran yang di layani. Sesuai PP No. 69 Tahun 2001 tentang
kepelabuhanan pasal 5 dan 6 Peran dan fungsi pelabuhan di bagi menjadi
pelabuhan Internasional hub, pelabuhan international, pelabuhan
nasional, pelabuhan lokal.
22
Pelabuhan dan kegiatan perdagangan luar negri sangatlah erat
hubunganya karena dalam proses nya, pedangan luar negri bisa masuk
suatu wilayah negara lainya yaitu dengan melewati Pelabuhan sebagai
pintu masuk transaksi luar negri. Menurut kegiatan perdagangan luar
negri yang dilayani, jenis pelabuhan bisa di bagi di bagi menjadi
pelabuhan impor dan pelabuhan ekspor. Pelabuhan impor adalah
pelabuhan yang melayani masuknya barang – barang dari luar negri.
Sedangkan pelabuhan Ekspor adalah pelabuhan yang melayani penjualan
barang – brang ke luar negri (Suyono, 2005).
2.4 Dwelling time Sebagai Proses dalam Tatalaksana Impor
2.4.1 Pengertian Dwelling Time
Dwelling time adalah salah satu ukuran umum dalam menakar
efisiensi waktu di bidang transportasi umum, dengan waktu dwelling time
yang singkat sebagai tujuan secara keseluruhan (Customs clearance asia,
2015)
Sedangkan berdasarkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat ,
(2013) dalam indonesia Bussines Daily 2016. Dweling time adalah
Besarnya waktu berhenti tiap kendaraan pada perhentian sepanjang rute
akan mempengaruhi efisiensi dari sistem angkutan secara keseluruhan.
Import Kontainer Dwelling time adalah waktu yang dihitung mulai dari
suatu petikemas (kontainer) dibongkar dan diangkat (unloading) dari
kapal sampai petikemas tersebut meninggalkan terminal melalui pintu
utama. (World Bank , 2011)
23
Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dwelling
time adalah waktu lamanya kontainer saat berada diatas dermaga saat
mulai di turunkan dari atas kapal sampai kontainer meninggalkan area
pelanuhan dengan proses secara legal.
2.4.2 Metode Perhitungan Import Kontainer Dwelling time
Perhitungan import kontainer dwelling time dapat dijadikan
sebagai acuan utama dalam melihat penyebab lamanya dwelling time di
Pelabuhan Tanjung Mas . Perhitungan Import Kontainer Dwelling time
dilakukan dengan melihat beberapa proses yaitu pre- clearance, customs
clearance, dan post- clearance yang menjadi penyumbang tingginya
dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok. Melihat ketiga proses
tersebut, dapat mengidentifikasi apakah dwelling time mengalami batas
standar kelayakan, sehingga penulis menggunakan analisis terhadap
Import Kontainer Dwelling time dapat dirumuskan sebagai berikut
(World Bank,2011).
DT = TP + TCC + TPC ................................................................ ( 1 )
Keterangan :
DT
= Import Kontainer Dwelling time
TP
= Lama Waktu Pre Clearance
TCC = Lama Waktu Customs Clearance
TPC = Lama Waktu Post Clearance
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2012 tentang
Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional menetapkan
lamanya dwelling time selama 3 (tiga) hari. Sehingga semakin besar nilai
24
impor kontainer dwelling time maka dwelling time terhadap kinerja
perdagangangan internasional di Pelabuhan Tanjung Mas akan semakin
tinggi begitu juga sebaliknya, jika semakin kecil nilai dwelling time
terhadap kinerja perdagangan internasional di Pelabuhan Tanjung Mas
Semarang akan semakin rendah.
25
Download