SAMBUTAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI PADA SEMINAR TENTANG ASPEK HUKUM KAWASAN PELABUHAN DAN PERDAGANGAN BEBAS MEDAN, 9 AGUSTUS 2006 Yth. Sdr. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. Yth. Sdr. Para Penyaji dan Moderator. Serta Para Hadirin, Sekretaris Sidang, dan para Peserta Seminar yang kami hormati, Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Pertama-tama, marilah kita panjatkan do'a puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat dan Hidayah-Nya pada hari yang berbahagia ini, kita dapat berkumpul untuk berdiskusi, berbagi pengalaman serta sumbang saran dan pikiran dalam seminar Tentang Aspek Hukum Kawasan Pelabuhan Dan Perdagangan Bebas yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)-Departemen Hukum Dan HAM RI yang 1 bekerjasama dengan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI Provinsi Sumatera Utara Kemudian rasa terima kasih perlu saya sampaikan, terutama kepada para Penyaji, Moderator, Sekretaris Sidang, Peserta Seminar, serta pihakpihak lainnya sehingga dapat terselenggaranya Seminar ini. Hadirin yang saya hormati, Kesepakatan pembentukan WTO (Word Trade Organization) di Marakesh, Maroko tahun1992 telah menambah keyakinan sebagian besar negara di dunia bahwa era perdagangan bebas sudah tidak terhindarkan lagi. Masing-masing negara atau melalui kerjasama regional akan mengambil langkah-langkah dan upaya membentuk kawasan perdagangan bebas dengan tujuan meningkatkan daya saing ekonomi kawasan tersebut. Indonesia mengambil bagian dalam AFTA (Asean Free Trade Area) yang diputuskan pada tahun 1992 juga dengan tujuan yang sama. Negara-negara ASEAN telah memutuskan untuk mempercepat realisasi pembentukan kawasan perdagangan bebas AFTA (Asean Free Trade Area) dari rencana semula tahun 2003 menjadi tahun 2002. Percepatan pembentukan kawasan perdagangan ASEAN adalah indikasi bahwa semua negara anggota siap untuk menghadapi perdagangan bebas. Disamping melakukan pengurangan dan penghapusan berbagai pungutan dan hambatan perdagangan lainnya (tarrif dan non tariff barriers), upaya lain yang dilakukan oleh negara anggota untuk mengantisipasi berlakunya 2 perdagangan bebas adalah dengan menciptakan sebanyak mungkin kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas. Hadirin Peserta yang kami hormati Indonesia merupakan salah satu anggota ASEAN dan telah meratifikasi kesepakatan pembentukan WTO telah mengambil langka atau tindakan untuk membuka kawasan pelabuhan dan perdagangan bebas Keberadaan kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas (FP/FTZ) dapat mendorong kegiatan lalu lintas perdagangan internasional yang mendatangkan devisa bagi Negara serta dapat memberi pengaruh dan manfaat besar bagi Indonesia, untuk dapat membuka lapangan kerja seluasluasnya, meningkatkan kepariwisataan dan penanaman modal baik asing maupun dalam negeri. Pemerintah Indonesia akan membuka di 9 (sembilan) kawasan/FTZ yang dinilai sangat strategis, yaitu: Sabang, Natuna, Dumai, Bintan, Batam, Karimun, Bitung, Morotai dan Biak. Batam merupakan salah satu dari 9 (sembilan) FTZ yang sudah dipersiapkan jauh lebih dini. Secara real, Batam juga dikembangkan sebagai Special Economic Zone (Kawasan Ekonomi Khusus) beberapa saat yang lalu. Namun, pembentukan zona perdagangan dan kawasan pelabuhan bebas pada beberapa daerah tersebut diharapkan tidak membuat daerah lain cemburu yang justru pada akhirnya dapat memicu pada perpecahan Indonesia secara ekonomi. Oleh karena kebutuhan akan penetapan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas sudah sangat mendesak dalam upaya 3 mempercepat pengembangan daerah seiring dengan perwujudan otonomi daerah, beberapa wilayah perlu ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Dan kemudian Perpu tesebut disahkan m enjadi Undang-Undang dengan diundangkan UU No. 36 Tahun 2000 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undangundang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang undang. Penetapan kawasan perdagangan bebas diharapkan dapat menarik investasi asing dan memberi manfaat maksimal bagi perekonomian nasional. Sebagai konsekuensinya, pemerintah harus meningkatkan infrastruktur yang ada dari segi kualitas dan kuantitas, perbaikan suprastruktur yang merupakan insentif bagi para investor, baik pemerintah pusat dan daerah harus memiliki persepsi yang sama terhadap penerapan peraturan yang berlaku, serta jaminan keamanan yang lebih baik. Hadirin yang saya hormati, Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan dalam Sambutan Pembukaan Seminar ini, dan sekali lagi pada kesempatan yang berbahagia ini saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut menyelenggarakan dan mensukseskan seminar ini. Semoga Allah SWT selalu 4 melimpahkan kesejahteraan dan keselamatan bagi negara kita yang tercinta ini dan kepada kita semua, Amin. Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Seminar ini dengan resmi saya buka. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Medan, 9 Agustus 2006 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Hamid Awaluddin 5