KURIKULUM 2013 Tanya Jawab dan Opini Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 ii Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Diterbitkan oleh: Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ISBN: 978-602-14063-0-4 Penasihat: Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA. Pengarah Materi: Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim. M.S. Prof. Dr. Wiendu Nuryanti Prof. Ainun Na’im, Ph.D. Hamid Muhammad, M.Sc, Ph.D Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc Prof. Dr. Syawal Gultom Prof. Dr. Khairil Anwar Notodiputro Prof. Abdullah Alkaff Penyusun: Sukemi Ibnu Hamad Ramon Mohandas Tjipto Sumadi Komarudin Penyunting: Samsul Muarif Penanggung Jawab: Dian Srinursih Emi Salpiati Sekretariat: Ratih Anbarini Tri Susilawati Mohtarom Desain Sampul/Lay Out: Susilo Widji P. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 iii iv Tanya-Jawab Kurikulum 2013 DAFTAR ISI Hal. Daftar Isi .........................................................................................v Kata Pengantar ....................................................................... ix Prolog ..................................................................................................1 -Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik ......................................... 3 Tanya-Jawab ..............................................................................13 -Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 ..............................................15 Opini ...............................................................................................39 - Pendidikan Kunci Pembangunan Boediono ...............................................................................................41 - Kurikulum 2013 Mohammad Nuh ..................................................................................51 - Berharap Loyang Jadi Emas Yudhistira ANM Massardi ..................................................................61 - Guru Mbeling Sidharta Susila .......................................................................................67 - Kurikulum Orangtua untuk Anak Rhenald Kasali ......................................................................................73 - Kurikulum sebagai Kendaraan Anita Lie ...............................................................................................79 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 v Hal. - Kurikulum 2013 dan Generasi Emas Aburizal Bakrie .....................................................................................87 - Berpusat pada Pembelajar Doni Koesoema A ...............................................................................95 - Urgensi Kurikulum 2013 Mohammad Abduhzen .....................................................................103 - Pendidikan vs Perombakan Kurikulum Hafid Abbas ........................................................................................111 - Petisi untuk Wapres Acep Iwan Saidi ..................................................................................119 - Menyambut Kurikulum 2013 Anita Lie .............................................................................................125 - Kurikulum “Berpikir” 2013 Rhenald Kasali ....................................................................................131 - Menuju Pendangkalan Nalar Terry Mart ...........................................................................................137 - Stigma Negatif Guru Sukemi .............................................................................................143 -Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? Tjipto Sumadi .....................................................................................149 - Kurikulum “Struktur Teks” Maryanto .............................................................................................159 -Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa Suyanto .............................................................................................167 vi Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Hal. -Tentang Kurikulum 2013 Goenawan Mohamad ........................................................................175 Epilog .............................................................................................185 -Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral ...................187 Lampiran ....................................................................................195 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 vii viii Tanya-Jawab Kurikulum 2013 KATA PENGANTAR Pengembangan Kurikulum 2013 telah mendapat perhatian besar dari masyarakat. Hal itu terbukti dari banyaknya pendapat, baik yang setuju maupun tidak, baik disampaikan melalui media massa cetak, elektronik, media daring, maupun media sosial lainnya. Rencana implementasi Kurikulum 2013 juga telah menimbulkan beragam sikap. Ada yang bersikap mendukung, ada pula menolak. Ada tiga kategori sikap masyarakat berkait dengan Kurikulum 2013. Pertama, sikap mereka yang mendukung. Umumnya adalah datang dari para pengelola pendidikan, baik negeri maupun swasta, seperti PGRI, Perguruan Muhammadiyah, Al-Ma’arif NU, Majelis Pendidikan Kristen, dan Majelis Nasional Pendidikan Katolik. Kedua, sikap dari mereka yang menolak, baik atas nama pribadi maupun atas nama institusi, yang mencoba mengkritik kebijakan pemerintah. Ketiga, masyarakat yang bersikap siap melaksanakan. Sikap yang terakhir ini tidak lagi berkutat pada perdebatan menerima atau menolak, tapi mereka sudah melangkah lebih jauh pada sikap siap untuk melaksanakan. Mereka sudah bergerak untuk melatih para guru guna melaksanakan Kurikulum 2013. Upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjelaskan desain dan isi Kurikulum 2013 agar dipahami secara proporsional sesungguhnya sudah dan terus dilakukan. Begitu desain Kurikulum 2013 selesai disusun, dilakukan uji publik mulai 29 November hingga 23 Desember 2012. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 ix Sedikitnya ada tiga cara yang digunakan dalam uji publik ini; (i) dialog tatap muka di seluruh kota provinsi dengan peserta terdiri atas para Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/ Kab/Kota, Kopertis, Dewan Pendidikan, Anggota DPRD, Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, Pemerhati Pendidikan, LSM dan Wartawan; (ii) dialog virtual melalui laman kurikulum 2013 kemdikbud.go.id; dan (iii) melalui jalur tertulis di mana bahan dikirim ke perguruan tinggi dan lembaga kemasyarakatan pemerhati pendidikan. Disamping itu, kami juga melakukan dialog dengan sejumlah redaksi media cetak dan elektronik. Tujuannya selain melakukan sosialisasi dan uji publik, kami bermaksud menghimpun masukan berupa kritik, saran, dan harapan dari semua lapisan masyarakat. Sementara melalui forum Rapat Kerja, tentu saja kami juga membahas desain Kurikulum 2013 ini dengan Komisi X DPR RI. Sekalipun pihak DPR menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan wewenang Pemerintah, sikap yang diambil Kemdikbud adalah tetap menjadikan DPR sebagai mitra dalam pengembangan Kurikulum 2013. Alhasil baru kali inilah dalam sejarah pengembangan kurikulum dilakukan uji publik. Sebelumnya tak pernah dilakukan sejak Kurikulum 1947 hingga Kurikulum 2006. Bagi kami sangat besar manfaatnya. Dengan selalu membuka diri, kami memperoleh banyak kritik, saran, dan harapan yang sangat berguna bagi pengembangan desain dan rencana impelementasi Kurikulum. Untuk memperkuat desain dan rencana implementasi Kurikulum 2013 ini, kami juga selalu memperhatikan opini publik sejak dari berita, artikel opini, komentar pada media daring hingga running text. Setiap pendapat bagi kami sangat berharga untuk penyempurnaan Kurikulum 2013. x Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Namun demikian, dalam beberapa hal ada yang perlu kami sampaikan agar diperoleh pemahaman yang sama mengenai tujuan dan sasaran Kurikulum 2013. Dalam pandangan kami, masih ada analisis yang kurang tepat dengan arah dan corak Kurikulum 2013. Untuk itulah buku kecil ini kami susun. Sejumlah pertanyaan dan opini yang berkembang di tengah masyarakat. Boleh dikatakan, buku ini kami siapkan sebagai pelaksanaan hak jawab kami kepada publik. Harapannya agar masyarakat memperoleh informasi yang utuh mengenai Kurikulum 2013. Semoga bermanfaat, selamat membaca! Jakarta, Mei 2013 Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ibnu Hamad Tanya-Jawab Kurikulum 2013 xi xii Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Prolog Tanya-Jawab Kurikulum 2013 1 2 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik Ada adagium di masyarakat yang sangat populer berkait dengan perubahan kurikulum. Apa itu? “Ganti Menteri, ganti kurikulum.” Adagium itu seolah benar jika tidak dijelaskan duduk persoalannya. Padahal jawaban rasionalnya terhadap perubahan kurikulum adalah karena ada perubahan yang “memaksa” kurikulum harus diubah. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 3 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik Apalagi jika ditarik ke belakang, bahwa sejak Kemerdekaan RI sudah sebelas kali kurikulum berganti. Hampir dapat dipastikan, karena tuntutan terhadap perubahan yang bukan hanya pada ilmu pengetahuan (akademik) yang memang terus berkembang, tapi juga pada dunia industri serta sosial-budaya di masyarakat, maka hampir tidak ada kurikulum di negara mana pun, bersifat tetap dan tidak berubah. Mengkaji kurikulum tentu bukan hanya membahas soal mata pelajaran. Mata pelajaran hanya bagian dari kurikulum. Apalagi ketika pilihannya kini tematik-terpadu pada kurikulum sekolah dasar (SD), maka mata pelajaran akan lebur dalam tema-tema yang menjadi materi pembelajaran. Kurikulum selalu berkait dengan empat hal; (i) standar kompetensi lulusan yang hendak dicapai; (ii) standar proses pembelajaran yang akan disampaikan; (iii) standar proses penilaian yang akan dilakukan; dan (iv) standar isi yang akan diberikan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kompetensi Abad 21. Pada abad ini, kemampuan kreativitas dan komunikasi menjadi sangat penting. Atas dasar itulah, maka rumusan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi. Kompetensi ini dirancang untuk dicapai melalui proses pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning) yang mencakup proses-proses mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan. Pada Kurikulum 2013, penyederhanaan menjadi salah satu kata kunci. Pertimbangan penyederhanaan itu bukan semata soal beban yang selama ini dikeluhkan para 4 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik orangtua, tapi juga telah melalui proses pengkajian baik terhadap kurikulum yang sudah ada, hasil PISA (Programme for International Student Assessment), TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), maupun hasil PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study). Kajian terhadap isi mata pelajaran pun dilakukan, dan ditemukan fakta ada beberapa materi pada mata pelajaran tertentu yang terlalu berat untuk diberikan dan dicerna oleh peserta didik. Kurikulum 2013 juga disiapkan untuk Strategi Peningkatan Kinerja Pendidikan. Itu sebabnya, selain melakukan penyederhanaan mata pelajaran, juga dilakukan penyesuaian jam pelajaran. Ini dilakukan untuk peningkatan efektivitas pembelajaran. Mendikbud, Mohammad Nuh menampik tudingan sebagian masyarakat yang mengatakan dan mempertanyakan kenapa repot-repot mengubah kurikulum. Bahkan ada yang mengritik dengan adagium, ganti menteri ganti kurikulum. “Saya katakan, kalau demi peserta didik, tidak perlu merasa repot. Kalau untuk kemajuan peserta didik, tidak apa-apa dikritik ganti menteri ganti kurikulum, yang penting generasi masa depan kita bertambah baik. Itu niat kita,” tegas Mendikbud. Kurikulum 2013 didasarkan atas banyak rasionalitas dalam rangka mengembangkan peserta didik yang kreatif, inovatif, dan produktif. Esensi kurikulum terbaru ini adalah berbasis kompetensi pada sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Melalui Kurikulum 2013 ingin ditingkatkan dan diseimbangkan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) di kalangan peserta didik. “Kurikulum ini memberi kewenangan pada satuan pendidikan untuk mengembangkannya. Kemdikbud Tanya-Jawab Kurikulum 2013 5 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik menyiapkan kurikulum semantap-mantapnya, sementara guru tetap mempunyai ruang untuk mengembangkannya,” jelasnya. Adapun ciri Kurikulum 2013 yang paling mendasar adalah guru harus lebih banyak mencari tahu dari berbagai sumber belajar, karena saat ini peserta didik dapat dengan mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik terpadu memberi kesempatan kepada murid untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. IPA dan IPS diajarkan terpadu dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Di sisi lain, peserta didik didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuknya generasi “produktif, kreatif, dan inovatif ”. Direktur Pascasarjana IAIN Walisongo, Prof. Dr. Ibnu Hadjar, M.Ed. menuturkan, perubahan Kurikulum 2013 bisa menjadi momentum baru untuk menyempurnakan pendidikan nasional. Menurutnya, arah perubahan ini senafas dengan cita-cita luhur bangsa dalam mencerdaskan rakyat Indonesia. “Guru madrasah harus memahami perubahan kurikulum,” tegasnya. Perubahan kurikulum lebih kepada penataan sumber daya pendidikan di Indonesia dan bukan sekadar menjalankan tradisi ganti menteri semata. Tidak mungkin kurikulum Indonesia dipertahankan tanpa revisi. Sehingga dalam mengawal perubahan kurikulum ini harus secara bersama. Kurikulum 2013 akan mengakomodasi keinginan publik 6 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik yang berkait antara lain tentang; (i) konten kurikulum yang diasumsikan masih terlalu padat, ditunjukkan dengan banyaknya mata pelajaran dan materi yang terlalu luas dan kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak; (ii) kurikulum yang belum sepenuhnya berbasis kompetensi sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan; (iv) belum terakomodasinya beberapa kompetensi yang dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan (misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan); (v) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global; (vi) standar proses pembelajaran belum menggambarkan urutan pembelajaran yang rinci, sehingga membuka peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vii) standar penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala; (viii) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir. Pemerintah menaruh harapan besar, para lulusan yang lahir dari penerapan Kurikulum 2013, dapat menjadi lulusan yang lebih berkualitas dan mampu bersaing di dunia internasional dengan basis karakter yang kuat. Atas dasar keinginan itulah, maka pada Kurikulum 2013 penyesuaian jam pelajaran agama dan budi pekerti menjadi pertimbangan. Penyesuaian jam pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti -- bukan hanya kuantitas jam pelajaran – tetapi juga untuk mempraktikkan ajaran agama dan mengajarkan perilaku, sehingga menghasilkan anak Tanya-Jawab Kurikulum 2013 7 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik yang berakhlak mulia. Tidak hanya jam mapel agama saja yang ditambah, untuk membenahi pola atau alur pikir peserta didik, seluruh mapel muatan lokal termasuk bahasa daerah tetap diberi ruang yang proposional. Adapun untuk ekstrakurikuler, Pramuka menjadi salah satu kegiatan wajib yang harus diikuti siswa. Pada Kurikulum 2013, selain penyederhanaan adalah penambahan jam pelajaran. Rasionalitas dari penambahan itu antara lain bahwa (i) perubahan proses pembelajaran, dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, dan proses penilaian, yaitu dari berfokus pada pengetahuan melalui penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui penilaian proses dan output; memerlukan penambahan jam pelajaran; (ii) kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara menambah jam pelajaran; (iii) perbandingan dengan negaranegara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif lebih singkat. Di Finlandia, walaupun pembelajaran tatap muka relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran tutorial. Ada empat hal yang akan dikembangkan pada Kurikulum 2013 ini, di antaranya penataan pola pikir dan tata kelola; pendalaman dan penguasaan materi; penguatan proses; dan penyesuaian beban. Kurikulum 2013, insya Allah akan diimplementasikan pada awal tahun pelajaran 2013 (Juli 2013). Implementasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kerangka menyiapkan generasi emas, yakni generasi di saat bangsa ini menapaki usia 100 tahun merdeka pada tahun 2045. Dalam hal implementasi, sedikitnya ada tiga hal yang telah disiapkan Pemerintah dalam tata kelola Kurikulum 2013. Pertama, menyiapkan buku pegangan pembelajaran yang terdiri atas buku pegangan siswa dan buku pegangan 8 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik guru. Buku itu disusun berdasarkan kompetensi dasar dan kompetensi lulusan yang harus dicapai peserta didik. Sebagaimana diketahui, kurikulum merupakan cerminan kehendak tentang gambaran lulusan yang dicitrakan atau bisa disebut sebagai output (keluaran). Pada titik inilah, Kurikulum 2013 telah menempatkan kompetensi lulusan sebagai output sehingga tidak bisa disejajarkan dengan standar proses, standar penilaian, dan standar isi. Di sinilah sesungguhnya letak perbedaan yang paling menyolok jika dibandingkan dengan Kurikulum sebelumnya. Sebab, dalam dua kurikulum sebelumnya itu, standar lulusan disejajarkan dengan standar proses, standar penilaian, dan standar isi. Kedua, menyiapkan guru supaya memahami pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Kemendikbud telah menyusun pola pelatihan berjenjang untuk para guru. Hal itu mulai dari penyiapan narasumber tingkat nasional, instruktur nasional, guru inti, hingga guru mata pelajaran dan guru kelas. Pelatihan tidak semata dalam bentuk ceramah, tapi lebih pada bagaimana menyiapkan dan mempraktikkan buku pegangan guru yang telah disiapkan. Selain itu, telah pula didesain paket modul pelatihan melalui jejaring teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang interaktif, sehingga efektivitas 52 jam waktu pelatihan ialah untuk tatap muka dan workshop. Selebihnya, dengan menggunakan jejaring TIK, praktik pelatihan itu lebih dari 52 jam. Ketiga, memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan pembelajaran. Ini amat penting sehingga pelatihan yang dilaksanakan dalam tahapan implementasi sesungguhnya Tanya-Jawab Kurikulum 2013 9 Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik tidak dilepas begitu saja. Melalui pendampingan tersebut, diharapkan, kekurangan guru dalam memahami materi pelatihan bisa dievaluasi dan dicarikan jalan keluar terbaik. Di sinilah peran guru dalam Kurikulum 2013 menjadi sangat penting. Aspek kompetensi pedagogi, kompetensi akademik (keilmuan), kompetensi sosial, dan kompetensi manajerial atau kepemimpinan menjadi sangat penting. Itu pulalah pelatihan yang didesain Kemdikbud, selain guru yang akan mendapatkan pelatihan, kepala sekolah dan pengawas pun menjadi target atau sasaran di dalam pelatihan. Buku tanya jawab ini disiapkan dalam kerangka memberikan pemahaman utuh kepada masyarakat tentang Kurikulum 2013. Itu sebabnya perdebatan atau pro-kontra yang tercermin dalam opini pelengkap, dimuat utuh dari beberapa penulis artikel. Tujuannya agar semua paham dimana susungguhnya timbulnya perdebatan itu dan apa yang akan dilakukan dengan Kurikulum 2013. [ ] 10 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 11 12 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya Jawab Tanya-Jawab Kurikulum 2013 13 14 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Apa yang dimaksud dengan kurikulum? Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Bagaimana dengan Kurikulum 2013? Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kom­pe­ tensi Abad 21. Pada abad ini, kemampuan kreativitas dan komunikasi menjadi sangat penting. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 15 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Atas dasar itulah, maka rumusan kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi. Pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013 juga berpengaruh pada perilaku sosial. Pendekatan dalam pembelajaran yang seragam harus berubah. Selama ini, para guru cenderung hanya membuka peluang satu jawaban. Akibatnya, siswa tidak kreatif dan tidak berani berbeda. Guru juga merasa selalu benar sehingga tidak mau terbuka pada cara berpikir yang berbeda. Dengan pembiasaan terbuka pada pikiran yang berbeda, siswa akan belajar menghargai perbedaan. Indonesia telah ditakdirkan sebagai negara multikultur, sehingga sikap toleran harus dibangun, salah satunya melalui kurikulum. Guru bisa membantu siswa memiliki toleransi yang dimulai dari proses pembelajaran di ruang kelas. Tapi ada orang yang menilai Kurikulum 2013 tidak menjawab kebutuhan peserta didik? Kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman, sehingga kita perlu melakukan perubahan untuk mencapai kebutuhan zaman dan merumuskan apa yang harus dikuasai oleh siswa. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum di Indonesia dapat diganti atau diperbaiki ketika kurikulum tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan dan kondisi bangsa Indonesia. Gambar 1 pada lampiran menunjukkan pentingnya 16 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 kurikulum harus diubah karena menyesuaikan dengan perubahan lainnya. Seberapa pentingkah penerapan Kurikulum 2013? Amat penting. Pada periode 2010-2035 bangsa ini dikaruniai bonus demografi, yang menunjukkan jumlah penduduk usia produktif jauh lebih besar dibanding yang tidak produktif. Kehadiran Kurikulum 2013 akan mentransformasi pendidikan nasional. Perubahan yang ditawarkan pada Kurikulum 2013 akan membuat generasi muda Indonesia kreatif, inovatif, dan berkarakter, sehingga pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk menyiapkan generasi emas Indonesia, generasi bangsa saat ini memasuki 100 tahun kemerdekaan pada tahun 2045. Apakah yang mencirikan Kurikulum 2013? Kurikulum 2013 memiliki 3 (tiga) ciri. Pertama, jika pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata pelajaran ditentukan terlebih dahulu di dalam menetapkan standar kompetensi lulusan, maka pada Kurikulum 2013 pola pikir tersebut dibalik. Kompetensinya ditetapkan terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan, baru kemudian mata pelejarannya. Kedua, Kurikulum 2013 memiliki pendekatan lebih utuh, berbasis pada kreativitas siswa. Kurikulum 2013 disusun terpadu antara mata pelajaran satu dengan lainnya, sehingga tiga komponen utama pendidikan, yaitu; sikap, keterampilan, dan pengetahuan dijadikan penguatan pada pembentukan karakter peserta didik. Ketiga, Kurikulum 2013 kompetensi pada tiap jenjang SD, SMP, dan SMA didesain secara berkesinambungan dan utuh. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 17 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Hal apa saja yang baru dalam Kurikulum 2013? Beberapa hal yang baru dan sangat penting pada Kurikulum 2013 antara lain: (i) kurikulum berbasis pada pendekatan scientific, dimana proses pembelajaran menekankan pada observasi, bertanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan; (ii) untuk jenjang SD-MI bersifat tematik terpadu. Tidak mengenal mata pelajaran, melainkan tema-tema yang didalamnya terpadu dengan mata pelajaran yang menjadi kompetensi peserta didik; (iii) Kompetensi yang ingin dicapai berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan dengan cara pembelajaran yang holistik dan menyenangkan; (iv) Pembelajaran menekankan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan penilaian berbasis tes dan portofolio, yang saling melengkapi; (v) jumlah mata pelajaran dari sepuluh menjadi enam masing-masing Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, ditambah ekstra kurikuler wajib Pramuka; (vi) alokasi waktu per jam pelajaran di jenjang SD (35 menit); SMP (40 menit), dan SMA (45 menit); (vii) beban jam pelajaran per minggu: SD (kelas I= 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III= 34 jam, kelas IV, V, VI= 36 jam), SMP= 38 jam, dan SMA= 39 jam. Adakah perbedaan lainnya pada Kurikulum 2013? Perbedaan yang menonjol pada materi pelajaran secara fisik akan meringankan beban siswa, terutama di jenjang SD. Dengan pendekatan tematik terpadu, maka peserta didik jenjang SD tidak perlu membawa banyak buku ke sekolah. Karena buku yang disiapkan bukan dalam mata 18 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 pelajaran, melainkan buku tematik terpadu. Secara substansi, materi pada buku yang tidak perlu akan dikurangi, dan menambah apa yang memang dibutuhkan dalam kerangka persiapan pengukuran di tingkat internasional. Sementara dalam proses pengajaran, karena guru tidak lagi disibukkan dengan penyiapan silabus, maka efektivitas pembelajaran akan meningkat. Kapan Kurikulum 2013 diterapkan? Akan diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014, Juli 2013, secara bertahap dan terbatas. Bertahap artinya kurikulum tidak diterapkan di semua kelas di setiap jenjang, melainkan hanya di kelas 1 dan kelas 4 untuk SD, dan kelas VII untuk SMP, dan kelas X di SMA/SMK. Terbatas diartikan bahwa jumlah sekolah yang melak­ sanakannya disesuaikan dengan sumber daya yang ada, tidak di semua satuan pendidikan. Pertimbangan implementasi dilakukan secara bertahap dan terbatas didasarkan pada besarnya populasi siswa, sekolah, dan guru di Indonesia, sementara anggaran serta SDM Kemdikbud terbatas. Bolehkah sekolah yang belum terpilih menerapkan Kurikulum 2013 tahun ini mendapat akses terhadap buku Kurikulum 2013? Sekolah yang atas inisiatif sendiri ingin meng­im­ple­ mentasikan Kurikulum 2013 terlebih dahulu melaporkan ke Kemdikbud. Terhadap buku, diperbolehkan untuk mengakses dan memperbanyak sendiri untuk kepentingan implementasi. Pelaporan diperlukan untuk kepentingan pendataan. Buku dapat di unduh dari laman Rumah Belajar yang dapat diakses melalui www.kemdikbud.go.id. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 19 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Sebegitu mendesaknyakah sehingga pada tahun ajaran 2013, Kurikulum 2013 sudah harus diterapkan? Pemerintah mengambil momentum ingin memanfaatkan bonus demografi dalam kerangka menyiapkan generasi emas Indonesia. Pada titik inilah, maka jika implementasi Kurikulum 2013 ditunda, meski hanya setahun, maka akan ada jutaan peserta didik yang dirugikan. Intinya, jangan sekali-kali persoalan implementasi dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan adalah suatu keniscayaan yang harus dihadapi manakala kita ingin terus maju dan berkembang. Melalui perubahan kurikulum ini, kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang. Apa saja persiapan yang sudah dilakukan? Tentang kesiapan, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi Kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Pemerintah menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, buku siswa yang dikembangkan bersifat activity-based yang banyak berisi tugas-tugas yang harus dilakukan siswa. Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, kelas empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun tidak massal sifatnya, tapi bertahap. Selain guru, kepala sekolah dan pengawas pun akan diberikan pelatihan. 20 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula memikirkan tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan Kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah. Dalam implementasi, apakah hanya di sekolah negeri saja? Kurikulum 2013 akan diimplementasikan di sekolah negeri dan swasta. Beberapa sekolah swasta unggulan bahkan telah menerapkan pola pembelajaran seperti yang terdapat pada Kurikulum 2013. Bagaimana dengan Kurikulum di SLB? Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) akan disesuaikan. Pada tahap awal implementasi Pemerintah masih fokus pada sekolah formal umum. Untuk SLB akan disesuaikan dengan kebutuhan siswa SLB. Bagaimana dengan sekolah yang berada di bawah pembinaan Kementerian Agama? Sekolah yang berada di lingkungan Kementerian Agama tetap akan menjalankan Kurikulum 2013, hanya saja implementasinya diserahkan pada kesiapan dari pihak Kementerian Agama. Pada pelaksanan implementasi Kurikulum di sekolahsekolah yang selama ini memiliki dan mengembangkan kekhasan, sesuai dengan UU Sisdiknas, tetap dipersilahkan untuk mempertahankan kekhasannya tersebut. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 21 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Bagaimana dengan Kurikulum PAUD? Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan pendidikan formal yang terstruktur, sehingga tidak disiapkan kurikulum yang baku. Dalam Kurikulum 2013, materi baca-tulis-hitung (calistung) baru diajarkan dan dikenalkan di kelas 1 SD, sehingga pendidikan di jenjang PAUD tidak boleh mengajari calistung, sebagaimana yang ada selama ini. Pendidikan PAUD lebih menekankan untuk pelatih sosialisasi dan mengenal lingkungan dengan pendekatan bermain. Mengapa kurikulum 2013 di SD menggunakan tematik terpadu? Sesuai dengan tingkatan usia, serta jenjang pendidikan, siswa SD secara psikologis belum membutuhkan pengetahuan yang spesifik, melainkan butuh pengetahuan yang lebih umum tapi komperhensif. Sehingga untuk memudahkan memahami pelajaran dan mengetahui apa yang ada di sekitar mereka dibutuhkan pendekatan berbasis tematik yang terpadu, yang erat kaitannya dengan kehidupan di sekeliling mereka. Mengapa di SMP dan SMA tetap berbasis pada mata pelajaran? Sesuai dengan perkembangan usia dan psikologis peserta didik SMP dan SMA, maka siswa di jenjang ini mulai diperkenalkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan yang lebih spesifik dalam bentuk mata pelajaran. Di jenjang SMP belum sepenuhnya ke arah lebih spesifik, itu sebabnya mata pelajaran IPA dan IPS tidak diperkenalkan terpisah dari unsur-unsur mata pelajarannya, tapi disajikan secara terpadu. 22 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Sementara di jenjang SMA, bukan hanya pada bentuk mata pelajaran, tapi ditambah lagi dengan spesifikasi ilmu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk peminatan peserta didik. Ada anggapan penyiapan Kurikulum 2013 terkesan mendadak, tanpa evaluasi terhadap Kurikulum yang sedang berjalan? Anggapan itu keliru. Karena rencana perbaikan dan peninjauan kurikulum sudah tertuang dalam RPJMN 20102014, demikian pula saat Mendikbud M. Nuh dipercaya untuk memimpin Kementerian, sudah tertera dalam kontrak kinerja antara Menteri dengan Presiden-Wakil Presiden sebagai Kepala Negara dan pimpinan Pemerintahan. Pada tahun 2010, Pusat Kurikulum saat itu telah melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kurikulum yang sedang berjalan (KTSP). Pihak DPR pun, pada tahun 2011 sudah membentuk Panitia Kerja Kurikulum. Hasil dari pengukuran yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment), TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), maupun PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), adalah bagian dari evaluasi yang dilakukan pihak luar, yang bisa digunakan dan dimanfaatkan dalam kerangka evaluasi kurikulum yang sedang berjalan. Benarkah Kurikulum 2013 kurang sosialisasi? Tidak benar. Sosialisasi sudah dimulai sejak tahapan uji publik yang berakhir pada 23 Desember 2012, dan terus dilakukan hingga kini. Tahapan uji publik dalam penyusunan Kurikulum 2013 adalah yang pertama dilakukan dalam sejarah perubahan Kurikulum. Tujuan yang ingin dicapai dari uji publik adalah untuk mengikutsertakan masyarakat Tanya-Jawab Kurikulum 2013 23 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 sejak awal di dalam perubahan Kurikulum. Hasilnya cukup positif, masyarakat terlibat di dalam memberikan masukan dan usulan. Bagi Pemerintah, keterlibatan ini penting sebagai bagian dari ikut memiliki. Apa maksud penghapusan penjurusan men­ jadi peminatan pada Kurikulum 2013? Penjurusan menyebabkan pengotak-kotakan siswa, menjadi kasta-kasta, seolah-olah siswa IPA lebih tinggi dibanding siswa IPS dan Bahasa. Ini dimaksudkan guna mengurangi “kastanisasi”. Selain itu, pergeseran kerangka kompetensi abad 21, dimana kehidupan dan karir menekankan pada fleksibelitas dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, pentingnya keterampilan sosial dan budaya, produktif dan akuntabel, serta kepemimpinan dan tanggung jawab. Kerangka ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran tidak cukup hanya untuk meningkatkan pengetahuan (melalui core subjects) saja, tapi harus dilengkapi pula dengan berkemampuan kreatif-kritis; berkarakter kuat [bertanggung jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif]; disamping itu didukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi dan berkomunikasi. Mengapa Pramuka dijadikan sebagai ekstra­ kurikuler wajib? Dalam Pramuka terdapat nilai-nilai kepemimpinan (leadership), kerjasama, keberanian, dan solidaritas, serta toleransi, sehingga dapat membentuk manusia yang lebih berkarakter kuat. Di samping itu, kegiatan Pramuka bersifat universal, lintas umur, lintas agama, dan lintas budaya. Artinya, semua siswa dapat ikut kegiatan ini tanpa dibedakan berdasarkan Suku, Agama, Ras dan 24 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Antar golongan (SARA), sehingga dapat mempererat nasionalisme dan memperkuat pengikat bhineka tunggal ika. Mengapa bahasa daerah dihilangkan? Sebenarnya Bahasa Daerah tidak dihilangkan, tapi dapat diajarkan dengan menggunakan alokasi waktu yang tersedia untuk Seni Budaya dan Prakarya sebagaimana yang dirumuskan di dalam keterangan pada struktur kurikulum yang berbunyi: “Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya dapat memuat Bahasa Daerah”. Bahasa Daerah memang tidak secara eksplisit dimasukkan ke dalam struktur kurikulum, sebab kalau dimasukkan ke dalam struktur kurikulum artinya Bahasa Daerah menjadi wajib diajarkan di semua sekolah dan daerah. Padahal dalam kenyataannya tidak semua daerah mengajarkan Bahasa Daerah di sekolah. Bagaimana kontribusi tiap mata pelajaran terhadap pembentukan sikap? Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada Kurikulum 2013, tiap mata pelajaran berkontribusi terhadap pembentukan sikap peserta didik, karena itu tiap mata pelajaran memiliki kompetensi inti berkait dengan sikap (spiritual dan sosial). Sebagai contoh, dalam pelajaran kimia akan diajarkan pula aspek kedisiplinan, dalam pelajaran matematika ada aspek kejujuran, dalam pelajaran biologi ada aspek kebesaran Tuhan, dan seterusnya. Keterkaitan kompetensi antar jenjang pendidikan dengan mata pelajaran, kompetensi dasar dan kompetensi inti dapat dilihat pada lampiran gambar 2 tentang keterkaitan kompetensi antar jenjang. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 25 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Bukankah peraturan pendukung dalam bentuk Peraturan Pemerintah (PP) untuk Kurikulum 2013 ini belum ada. Mestinya PP nya yang disiapkan terlebih dahulu? Perlu dipahami, PP adalah payung yang disiapkan untuk memayungi Kurikulum. Sehingga logikanya, Kurikulum yang akan dipayungi itu harusnya disiapkan terlebih dahulu, sehingga PP benar-benar akan menjadi payung yang lebih operasional. Kini PP 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional telah diubah dengan PP 32 tahun 2013 sebagai pengganti PP 19 tersebut. PP 32 ini telah memayungi Kurikulum 2013. Berkait dengan berubahnya standar peni­laian, buku rapor siswa akan mengalami perubahan, seperti apa perubahannya? Aspek penilaian dalam Kurikulum 2013 tidak hanya aspek kognitif, karena itu dalam buku rapor perlu dipersiapkan proses penilaian yang tidak hanya tes saja, tapi dilengkapi dengan penilaian lain termasuk portofolio siswa, dalam bentuk berupa isian catatan perilaku siswa selama mengikuti kegiatan belajar. Bagaimana dengan Lembar Kerja Siswa (LKS), apakah pada saat diberlakukannya Kurikulum 2013 LKS tidak ada lagi? LKS adalah bagian yang harus disiapkan oleh guru dalam proses penilaian, sehingga jika selama ini ada buku khusus LKS, adalah sesuatu yang sebenarnya keliru. Karena penilaian tidak harus menggunakan buku khusus seperti LKS. Buku siswa yang akan disiapkan Pemerintah, didesain sudah dengan memuat lembar kerja siswa, sehingga siswa 26 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 dapat mengerjakan langsung pada buku tersebut. Tapi untuk mapel pilihan, seperti bahasa daerah dan bahasa asing, atau muatan lokal lainnya, penggunaaan LKS masih dimungkinkan, sepanjang dalam buku itu tidak disiapkan lembar kerja siswa. Mengapa jam pelajaran agama ditambah dan mengapa perlu dikaitkan dengan budi pekerti? Pendidikan agama pada Kurikulum 2013 ini ditambahkan dengan pendidikan budi pekerti, oleh sebab itu mata pelajaran ini disebut pendidikan agama dan budi pekerti. Alasan ditambahkannya jam pelajaran ini, karena dalam mapel ini penambahan itu bukan untuk pengetahuan, tetapi untuk praktik pembelajaran perilaku, sehingga diharapkan lahir manusia berakhlak mulia. Kurikulum baru erat kaitannya dengan buku untuk siswa maupun guru, yang dipastikan berubah. Bagaimana penyediaannya? Berkait dengan buku, pada prinsipnya pemerintah tidak akan membebani guru, orang tua dan siswa. Karena itu buku pegangan guru maupun siswa akan dibagikan secara gratis. Tapi bagi sekolah yang karena kehendaknya ingin segera mengimplementasikan Kurikulum 2013, baik buku guru dan siswa, serta bentuk-bentuk pelatihan untuk guru, beban biaya yang ditimbulkan menjadi tanggungjawab sekolah, dengan terlebih dahulu melaporkan keinginan mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara mandiri tersebut ke Kementerian untuk kepentingan pendataan. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 27 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Bagaimana Struktur Kurikulum SD-MI? Struktur kurikulum SD-MI menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, meski dalam proses penyampaiannya (sistem pembelajaran), menggunakan tematik terpadu. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar yang digunakan adalah sistem semester, sedangkan pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran per semester. Struktur kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang pendidikan. Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Struktur Kurikulum SD-MI dapat dilihat pada lampiran gambar 3. Benarkah Kurikulum 2013 merupakan kuri­ kulum minimal. Apa maksudnya? Kurikulum 2013 merupakan kurikulum minimal yang wajib diberikan pada satuan pendidikan kepada peserta didik. Sekolah yang mampu mengembangkan dan menambahkan materi diperbolehkan, dengan mempertimbangan aspek psikologis peserta didik dan akibat pembiayaannya. Ini juga berlaku pada sekolahsekolah keagamaan yang memang didesain khusus. Mengapa ada penambahan jam belajar di SD, padahal mata pelajaran dikurangi? Agar peserta didik dapat beraktivitas lebih banyak, termasuk melakukan kegiatan yang berbasis discovery learning di dalamnya, sehingga dapat memahami dengan baik. 28 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Jumlah mata pelajaran pada Kurikulum 2013 memang berkurang, tapi jumlah jam belajar bertambah, bertujuan agar guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi siswa aktif dan produktif. Proses pembelajaran ini diperlukan waktu yang lebih panjang, karena peserta didik perlu berlatih untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, menyimpulkan dan mengomunikasikannya. Proses pembelajaran yang dikembangkan pada Kurikulum 2013 menghendaki kesabaran guru dalam mendidik peserta didik, sehingga mereka menjadi lebih tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat sekitarnya. Disamping itu bertambahnya jam belajar juga memungkinkan guru untuk melakukan penilaian proses dan hasil belajar menjadi lebih terfokus. Bagaimana format mata pelajaran IPS di jenjang SMP? Jika saat ini mata pelajaran (mapel) IPS terdiri dari kumpulan mapel ekonomi, sejarah, dan geografi, maka dalam Kurikulum 2013, mapel IPS merupakan integrasi/ penyatuan dari ketiga mapel tersebut, dengan geografi sebagai platform/kajian dasarnya. Lalu bagaimana format mapel IPA di SMP? Hampir sama dengan mapel IPS. Jika mapel IPA sekarang terdiri atas kumpulan mapel biologi, kimia, dan fisika; maka pada Kurikulum 2013, mapel IPA merupakan perpaduan dari ketiga mapel tersebut, dengan biologi sebagai platform/kajian dasarnya. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 29 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Bagaimana posisi Bahasa Indonesia di Kurikulum 2013? Bahasa Indonesia di jenjang SD dijadikan sebagai faktor pembawa materi mata pelajaran. Karena pendekatannya tematik terpadu, maka pembelajaran Bahasa Indonesia menjadi penting. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan sebagai ilmu bahasa, tetapi dimaknai sebagai pembawa ilmu pengetahuan. Mengapa harus menghapus mata pelajaran yang mendukung di persaingan global seperti Bahasa Inggris di jenjang SD dan TIK pada SMP? Perlu dijelaskan, sesungguhnya pada Kurikulum KTSP di jenjang SD memang tidak ada mata pelajaran Bahasa Inggris. Di beberapa sekolah bahasa inggris dijadikan muatan lokal, jadi pada dasarnya tidak ada penghapusan bahasa inggris di jenjang SD. Adapun TIK memang diperlukan untuk proses pembelajaran, tapi bukan untuk dipelajari sebagai mapel, melainkan digunakan sebagai alat untuk membantu proses pembelajaran. Mengapa kemampuan guru di dalam mem­ buat silabus diabaikan? Rasionalitas dalam Kurikulum 2013 adalah mengedepankan proses pembelajaran. Beban guru untuk menyusun silabus dihilangkan. Pasalnya, silabus merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen Kurikulum 2013. Sehingga pada gilirannya, hilangnya kewajiban menyusun silabus ini akan mengurangi beban administratif para guru. Dengan demikian, para guru akan lebih berkonsentrasi 30 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 pada proses pembelajaran. Siapapun yang pernah mengajar, baik guru maupun dosen tentu sudah mengalami bahwa bukan hal yang mudah menyusun silabus. Penyusunan silabus itu rumit dan penuh konsekuensi. Di samping menuliskannya, juga harus mencari buku-bukunya, mempraktikannya hingga mengevaluasinya. Dengan pembebanan penyiapan Silabus yang diberikan kepada guru, menyebabkan guru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyiapkan silabus. Dengan kurikulum baru, tugas administrasi diserahkan kepada pemerintah, sehingga guru dapat berkonsentrasi penuh dalam mengajar, dan efektivitas pembelajaran dapat optimal. Gambar 4 pada lampiran menunjukan perbandingan efektivitas pembelajaran yang diperoleh siswa baik pada kurikulum KBK, KTSP maupun Kurikulum 2013. Bagaimana hubungan kurikuler, ekstra­ kurikuler, kokurikuler terkait kewajiban mengajar 24 jam tatap muka? Peran guru di ketiga kegiatan proses pembelajaran tersebut akan diperhitungkan untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam tatap muka. Bagaimana guru melakukan evaluasi terhadap sikap dan keterampilan siswa? Guru mengikuti dan mencatat setiap perkembangan sikap dan keterampilan peserta didik dalam lembar evaluasi. Oleh karena itu, buku rapor juga akan disesuaikan dengan sistem penilaian berlaku. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 31 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Bagaimana format pola pelatihan guru dan pendampingan? Pelatihan guru dilakukan bukan didominasi dengan ceramah. Tapi lebih banyak simulasi, praktik, dan analisis. Saat pelatihan, guru juga akan diberikan buku pegangan untuk mengajar di kelas (mata pelajarannya). Pendampingan dilakukan saat kurikulum sudah diterapkan di sekolah. Pendamping melakukan evaluasi dan melihat apa yang kurang dari implementasi kurikulum, sehingga dapat dilakukan perbaikan pada tahap berikutnya. Bagaimana nasib guru IPA dan IPS di SD? Pada dasarnya guru SD itu guru kelas yang mengajar semua mapel, sehingga tidak masalah jika tidak ada mapel IPA dan IPS. Karena kedua mapel itu sudah diintegrasikan pada setiap tema. Bagaimana dengan struktur Kurikulum SMP? Sama dengan SD, dalam struktur kurikulum SMP bertujuan membentuk peserta didik memiliki kompetensi dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam Kurikulum SMP 2013 jumlah mata pelajaran berkurang dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata pelajaran. Lebih jelasnya struktur Kurikulum SMP (berikut beban jam pelajaran dari kelas VII sampai IX) dapat dilihat pada lampiran gambar 5. Lalu bagaimana dengan struktur Kurikulum SMA? Dalam struktur kurikulum SMA yang sekarang berlaku penjurusan dilaksanakan mulai kelas 11, terdiri atas jurusan IPA, IPS, Bahasa dan Keagamaan. Untuk kelas 10 jumlah 32 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 mata pelajaran yang diajarkan adalah 16 mata pelajaran ditambah dengan Muatan Lokal dan Pengembangan Diri dengan jumlah jam pelajaran per minggu sebanyak 38 jam pelajaran. Untuk kelas 11 dan 12 baik IPA, IPS, maupun Bahasa masing-masing 15 mata pelajaran dengan jumlah jam pelajaran masing-masing 39 jam pelajaran. Untuk jurusan keagamaan terdiri atas 15 mata pelajaran dengan jumlah jam pelajaran 38 jam pelajaran per minggu. Pada Kurikulum 2013 sebagaimana gambar 6 dan 7 pada lampiran struktur Kurikulum SMA tidak lagi mengenal penjurusan, melainkan berpola pada peminatan yang dimulai sejak siswa di kelas X. Bagaimanakah tuntutan profesionalitas guru terhadap Kurikulum 2013? Kurikulum 2013 menuntut profesionalitas guru yang baik, yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar lebih aktif yang berbasis discovery learning disertai dengan penambahan jam belajar di sekolah agar peserta didik mencapai kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan secara utuh. Paradigma guru seperti apa yang dipotret oleh Kurikulum 2013? Setidaknya terdapat tiga paradigma guru yang dipotret Kurikulum 2013. Pertama, Growth mindset, yakni setiap guru harus menyadari betul tugas dan fungsinya sebagai katalisator dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk sukses, dan tumbuh secara mandiri melalui bimbingannya. Kedua, Action mindset: dukungan penuh terhadap setiap peserta didik dalam mencapai cita-citanya dengan penuh Tanya-Jawab Kurikulum 2013 33 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 semangat dan komitmen dalam mengajar. Ketiga, Objective mindset: guru memiliki kemampuan berkomuniksi yang baik dengan peseta didik dan menjadi pribadi yang menyenangkan dalam mendisiplikan peserta didik. Mindset guru harus berubah menjadi lebih baik, karena guru dilihat oleh seluruh siswa, kemampuan untuk ingin senantiasa berkembang dan mengembangkan kemampuan dirinya bersama para siswa menjadikan dirinya mampu untuk beradaptasi dengan jenis kurikulum apapun yang dikembangkan. Oleh karena itu sudah waktunya peserta didik diberikan ruang berkreasi dan tidak lagi dibebani oleh tumpukan mata pelajaran yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan minat dan bakat mereka. Untuk itu, format mata pelajaran di tingkat SMA lebih diorientasikan pada peminatan yang sudah dilakukan mulai Kelas X. Dengan demikian peserta didik akan semakin senang dan bukan merasa tertekan. Bagaimana dengan peran guru BK dalam Kurikulum 2013 mengingat peminatan sudah dilakukan sejak di kelas X? Peran guru Bimbingan Konseling (BK), pada Kurikulum 2013 akan semakin penting. Pasalnya, di tingkat SMA penjurusan ditiadakan, diganti dengan kelompok peminatan. Dengan diberlakukannya kelompok peminatan, maka guru BK baik di SMP maupun SMA memiliki tugas untuk memberikan pendampingan secara intensif kepada siswa. Diharapkan, siswa dapat memilih sesuai dengan kemampuan, bakat, serta minatnya. Dengan adanya program kelompok peminatan, maka peran dan tugas guru BK semakin besar. Karena sejak awal masuk, siswa harus 34 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 diarahkan sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan pilihannya. Oleh karena guru BK harus memberikan pendampingan sejak awal, sehingga siswa bisa fokus sejak awal pilihannya. Dengan demikian, menempatkan anak pada the right man on the right track. Peran apa yang harus dijalankan oleh guru BK? Ke depan, peran dan tanggungjawab guru BK terhadap siswa SMP juga harus lebih nyata. Guru BK harus mulai mengamati dan mendampingi anak sejak kelas satu. Guru harus melihat dan mendampingi, anak tersebut senang dan minat pada mapel apa. Guru juga harus mengarahkan studi lanjutannya, ke SMA atau SMK. Namun, peran tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan kepala sekolah, guru kelas dan orangtua murid. Meski guru BK telah memahami perannya sebagai pembimbing siswa, kaitannya adalah dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan karir. Karena itu, guru BK dapat memberikan pendampingan dan arahan kepada siswa secara berkelanjutan. Bagaimana guru BK dapat mengidentifikasi apa yang diminati dan masalah yang dihadapi siswa. Bagaimana metode monitoring dan konseling yang seharusnya dilakukan sesuai kurikulum baru ini. Pada akhirnya guru BK harus dapat memanfaatkan instrumen atau alat ungkap masalah (AUM) dengan cermat guna membantu siswa mengembangkan minat dan bakatnya. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 35 Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 Mungkinkah seorang siswa mempelajari ilmu lain selain pilihannya? Seorang siswa tidak tertutup peluang dan kemungkinan untuk mempelajari ilmu atau pelajaran lain. Ini dikategorikan kelompok lintas mata pelajaran. Misalnya seorang siswa memilih IPA, tetapi ia juga mendalami bahasa. Bagaimana nasib guru TIK yang telah memiliki sertifikat dan telah menerima Tunjangan Profesi Pendidik (TPP)? Pada prinsipnya Kurikulum 2013 tidak akan merugikan guru. Bagi guru yang telah memiliki sertifikat dan telah pula menerima TPP, sementara dalam struktur kurikulum, mata pelajarannya tidak ada lagi, seperti TIK, maka bagi guru yang bersangkutan dapat memilih untuk mengampu mata pelajaran lain. Adapun sertifikasinya dilakukan penyesuaian lebih lanjut dan akan disesuaikan dengan mapel yang baru. Apakah dengan Kurikulum 2013 berpengaruh terhadap tunjangan dan sertifikasi guru? Bagaimana tunjangan bagi guru yang mapelnya dihapus? Tidak. Guru tetap mendapat tunjangan dan sertifikasi tetap berjalan. Guru dapat melakukan konversi mapel lain. Contoh, guru TIK, dapat mengajar mapel lain yang dikuasainya, sehingga dia tetap mendapat tunjangan guru sesuai dengan mapel yang dikuasainya. Bagaimana guru melakukan konversi mapel? Guru dapat melakukan resertifikasi atau sertifikasi ulang agar tetap mendapat tunjangan profesi yang sesuai dengan mapelnya yang akan diampu. (***) 36 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 37 38 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Opini Tanya-Jawab Kurikulum 2013 39 40 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan Kunci Pembangunan oleh Boediono Wakil Presiden Republik Indonesia Barangkali tak ada di antara kita yang tak setuju bahwa pendidikan punya peran besar dalam pembangunan suatu bangsa. Namun, sering kali kita berhenti di situ, pada tataran abstrak dan menerimanya sebagai kebenaran mutlak yang tidak perlu lagi dikaji dan dirinci. Berdasarkan keyakinan itu, kita melaksanakan percepatan dan perluasan pendidikan melalui aneka program pendidikan. Negara sebagai penjurunya dan Tanya-Jawab Kurikulum 2013 41 Pendidikan Kunci Pembangunan masyarakat berpartisipasi aktif. Semangat ini sudah benar. Namun, sebenarnya ada satu hal penting yang ”hilang”, yaitu tentang ”apa” yang seyogianya diajarkan untuk menyiapkan manusia-manusia Indonesia yang mampu berkontribusi maksimal bagi kemajuan bangsanya. Barangkali sekarang sudah waktunya kita memikirkan secara lebih mendalam masalah yang teramat penting ini. Belum Punya Konsep yang Jelas Saya harus menyatakan bahwa sampai saat ini kita belum punya konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan ini. Karena tak ada konsepsi yang jelas, timbullah kecenderungan untuk memasukkan apa saja yang dianggap penting ke dalam kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada anak didik. Bahan yang diajarkan terasa ”berat”, tetapi tak jelas apakah anak mendapatkan apa yang seharusnya diperoleh dari pendidikannya. Substansi dasar yang memberikan isi pada kebijakan pendidikan kita perlu dibakukan. Rumusan substansi yang jelas dan cermat akan dapat menjadi kompas dan perajut bagi begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air sehingga mengurangi segala macam kemubaziran. Rumusan substansi tersebut haruslah mengacu dan diturunkan dari konsepsi yang jelas mengenai bagaimana kemajuan bangsa terjadi dan apa peranan pendidikan di dalamnya. Saya tak akan mengulang apa yang telah dikatakan oleh para pakar mengenai peran strategis pendidikan dalam menyiapkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) bangsa, serta dengan demikian mendorong kemajuan bangsa. Kita semua sepakat mengenai hal ini. Di sini saya ingin mengangkat sisi penting lain dari 42 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan Kunci Pembangunan pendidikan, yaitu perannya dalam mendukung kemajuan bangsa melalui dukungannya dalam pembangunan sosial, Saya ingin ekonomi, dan politik. mengangkat sisi Berikut ini adalah butir-butir penting lain dari yang terkait dengan itu, yang pendidikan, yaitu saya sarikan dari hasil-hasil perannya dalam riset di bidang ekonomi-politik mendukung kemajuan dan sejarah (Daron Acemoglu bangsa melalui & James A Robinson, 2012). dukungannya Penelitian-penelitian itu dalam mencoba mengidentifikasi pembangunan faktor-faktor penentu utama sosial, ekonomi, kemajuan bangsa sebagai dan politik. suatu entitas sosial, ekonomi, politik berdasarkan analisis pengalaman sejarah bangsa-bangsa. Beberapa kesimpulan penting adalah sebagai berikut. Bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh mutu institusi-institusinya, terutama institusi politik dan ekonominya. Proses kemajuan suatu bangsa terjadi dan berlanjut bila terjadi interaksi positif antara institusi politik dan institusi ekonominya. Bangsa-bangsa yang gagal maju karena insiden sejarah atau barangkali karena kelalaiannya sebagai bangsa umumnya terperangkap dalam interaksi negatif dari kedua kelompok institusinya tersebut. Dari dua kelompok institusi penentu kemajuan bangsa, sejarah bangsa-bangsa menunjukkan, institusi politik adalah yang lebih mendasar. Kelompok institusi inilah yang pada akhirnya menentukan aturan main yang mengondisikan efektif tidaknya institusi-institusi lain. Pembenahan dan penataan institusi politik merupakan kunci pembuka Tanya-Jawab Kurikulum 2013 43 Pendidikan Kunci Pembangunan kemajuan bangsa. Selanjutnya riset sejarah menunjukkan, institusi politik akan mendukung proses kemajuan suatu bangsa apabila memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, harus ada suatu tingkat konsentrasi kekuasaan politik di tingkat nasional yang cukup untuk menjamin penegakan law and order. Somalia dan Afganistan adalah contoh ekstrem kekuasaan terlalu tercerai-berai sehingga ketertiban umum dan hukum tidak bisa dijalankan. Syarat kedua adalah sebaliknya, yaitu kekuasaan politik tak boleh terkonsentrasi di tangan satu kelompok atau beberapa kelompok saja (oligarki), tetapi harus terbagi sedemikian rupa sehingga elemen-elemen utama bangsa terwakili di dalamnya. Konstelasi politik harus inklusif karena dengan demikian sistem checks and balances dapat berjalan efektif. Tidak terlalu terkonsentrasi dan tidak terlalu tercerai-berai. Dengan kata lain: sistem demokrasi! Riset tersebut menarik kesimpulan kuat dari analisis empiris sejarah bahwa demokrasi merupakan sistem politik yang paling menjanjikan bagi bergulirnya proses kemajuan bangsa. Tentu, yang dimaksud adalah demokrasi dalam arti substantif, bukan sekadar bentuk formalnya. Riset menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan per kapita, makin besar peluang demokrasi berhasil dan berlanjut (Fareed Zakaria, 2003). Bangsa-bangsa yang sedang membangun dan sedang mengonsolidasikan demokrasinya sangat penting untuk menghindari krisis ekonomi. Sebab, di situ ada risiko tinggi sendi-sendi demokrasi yang sedang dibangun ikut rontok. Konsolidasi demokrasi berpeluang tinggi berhasil bila ditopang oleh perekonomian yang tumbuh dan manfaatnya makin terbagi merata. 44 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan Kunci Pembangunan Apabila demokrasi berhasil dikonsolidasikan, semakin besar pula institusi-institusi ekonomi akan berfungsi lebih baik lagi. Pada gilirannya meningkatkan kinerja perekonomian dan selanjutnya akan memperkuat demokrasi. Demikianlah seterusnya: terjadi proses interaksi positif antara politik dan ekonomi. Peran Pendidikan Satu hal penting dari hasil riset mutakhir: institusi memegang peran kunci dalam proses kemajuan bangsa. Kualitas institusi penentu utama kemajuan bangsa. Oleh karena itu, upaya pembangunan bangsa semestinya memberikan prioritas tertinggi pada pembangunan institusi. Kualitas kinerja institusi pada akhirnya ditentukan oleh Dua sasaran kualitas manusia-manusia pendidikan. yang melaksanakan fungsi Pertama, institusi itu, terutama dalam membentuk sikap sikap dan kompetensinya. Di dan kompetensi sinilah kita melihat jelas peran dasar yang perlu sentral pendidikan dalam dimiliki oleh pembangunan dan kemajuan setiap warga bangsa. Melalui pendidikan kita negara di mana dapat menanamkan sikap yang pun mereka pas dan memberikan bekal berkarya. Kedua, mendidik sikap kompetensi yang diperlukan dan kompetensi kepada manusia-manusia yang khusus yang menjalankan fungsi institusidiperlukan institusi yang menentukan bagi mereka kemajuan bangsa. yang bekerja di Di sini penting dibedakan bidang-bidang dua sasaran pendidikan. tertentu. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 45 Pendidikan Kunci Pembangunan Pertama, membentuk sikap dan kompetensi dasar yang perlu dimiliki oleh setiap warga negara di mana pun mereka berkarya. Ini merupakan tugas dari pendidikan umum. Adapun sasaran kedua: mendidik sikap dan kompetensi khusus yang diperlukan bagi mereka yang bekerja di bidangbidang tertentu. Ini adalah bidang tugas dari pendidikan khusus. Pendidikan umum membekali anak didik soft skills untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Pendidikan khusus memberikan hard skills untuk menjadi pekerja yang baik. Pada hakikatnya pendidikan umum wajib diberikan kepada semua anak didik di semua jenjang, mulai dari SD hingga perguruan tinggi (S-1). Tentu materi di setiap jenjang disesuaikan dengan umur dan tingkat kematangan anak didik. Adapun substansi pendidikan khusus diberikan sesuai vokasi atau profesi yang dipilih oleh siswa atau mahasiswa dalam kariernya nanti. Materi pendidikan khusus diberikan sebagai tambahan materi pendidikan umum. Dalam pendidikan khusus inilah dibangun, antara lain, kemampuan iptek manusia Indonesia. Dalam strategi pendidikan yang utuh, kedua komponen pendidikan ini dirumuskan secara rinci, konsisten, dan seimbang. Keduanya membentuk kurikulum minimal pada tiap jenjang pendidikan dengan standar yang berlaku, dan diberlakukan secara nasional. Tentu ruang untuk muatan lokal harus tetap diberikan sesuai kekhasan setiap daerah dan kelompok masyarakat. Inilah yang saya maksud dengan benang merah substansi pendidikan nasional yang perlu kita rumuskan secara lebih jelas dan cermat. Apabila kita menerima bahwa konsolidasi demokrasi adalah simpul kritis penentu kemajuan bangsa, strategi pendidikan perlu diarahkan sepenuhnya dan secara nyata mendukung sasaran ini. Pintu masuk kita adalah melalui 46 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan Kunci Pembangunan pendidikan umum. Substansi pendidikan umum harus mencakup semua hal yang diperlukan untuk membekali anak didik agar jadi pelaku demokrasi yang efektif, yang tahu hak dan tanggung jawabnya, yang punya komitmen untuk menyukseskan proses konsolidasi demokrasi. Apabila ini kita lakukan, kita dapat optimistis, risiko-risiko kegagalan demokrasi dalam masa konsolidasi ini dapat diminimalkan. Demokrasi kita akan makin mantap dan institusi-institusi ekonomi akan makin efektif, yang selanjutnya akan makin memperkuat demokrasi. Delapan Kemampuan Apa yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan umum yang memenuhi tuntutan tersebut? Ini adalah tantangan bagi para ahli untuk merumuskannya. Di sini saya ingin menyampaikan satu contoh substansi pendidikan umum dari negara lain untuk jenjang perguruan tinggi (S-1). Substansi bagi jenjang-jenjang di bawahnya tentu perlu penyesuaian-penyesuaian, termasuk harus memasukkan kekhasan budaya dan sejarah kita. Profesor Derek Bok, Presiden Emeritus Universitas Harvard, mengatakan, pendidikan S-1 di Amerika Serikat bertujuan memberikan bekal delapan kemampuan kepada mahasiswanya. Pertama, kemampuan berkomunikasi. Semua mahasiswa S-1 perlu punya kemampuan ini secara efektif dengan berbagai pihak. Mereka harus mampu menulis dengan presisi dan menarik juga mengungkap secara lisan idenya dengan jelas dan persuasif. Ketidakmampuan berkomunikasi antara warga negara atau antara pemerintah dan publik adalah kegagalan demokrasi. Kedua, kemampuan berpikir jernih dan kritis. Kemampuan ini mencakup kemampuan mengajukan pertanyaan yang relevan, mengenali dan mendefinisikan Tanya-Jawab Kurikulum 2013 47 Pendidikan Kunci Pembangunan masalah, menyadari dan mempertimbangkan argumentasi dari berbagai sisi dari suatu permasalahan, serta mencari dan menggunakan secara efektif data dan informasi yang relevan. Akhirnya, mengambil sikap dan kesimpulan setelah mempertimbangkan semuanya dengan cermat. Ketiga, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan. Hampir tiap isu publik punya sisi moral. Mahasiswa perlu dilatih menganalisis dengan jernih dan mengambil sikap mengenai aspek baik-buruk, benarsalah dari segi moral dalam menghadapi permasalahan. Keempat, kemampuan untuk menjadi warga negara yang efektif. Mahasiswa harus disiapkan menjadi peserta aktif dalam proses demokrasi dan mampu mengambil sikap yang rasional mengenai berbagai masalah politik dan isu-isu publik. Kelima, kemampuan untuk mencoba mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Di AS yang terdiri atas banyak kelompok etnis dan kelompok agama, pengajaran toleransi memperoleh perhatian khusus dan dianggap sebagai tugas penting dari universitas. Keenam, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal. Mahasiswa diharapkan punya pengetahuan dasar masalah-masalah internasional dan apresiasi mengenai kultur yang berbeda. Ketujuh, memiliki minat luas mengenai hidup. Mahasiswa harus dibangkitkan minat intelektualnya, seperti mengenai sejarah, filsafat, dan minat di bidang-bidang lain, seperti musik, seni, dan olahraga. Kedelapan, memiliki kesiapan untuk bekerja. Ini sebenarnya bukan bagian dari kurikulum pendidikan umum, tetapi bagian dari kurikulum pendidikan khusus yang memang harus diajarkan pada tingkat S-1 sesuai dengan fakultasnya. 48 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan Kunci Pembangunan Kedengaran terlalu idealistik, tetapi itulah yang jadi sasaran ideal universitas-universitas di sana. Dan, tampaknya mereka sangat serius dalam mencapai sasaran tersebut. Tentunya kita tak boleh puas diri dengan apa yang kita punya sekarang. Taruhannya terlalu besar untuk bersikap seperti itu. Marilah kita lakukan sesuatu yang substantif bagi pendidikan kita. (Kompas, 28 Agustus 2012) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 49 50 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Oleh Mohammad Nuh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Dalam beberapa bulan terakhir, harian Kompas memuat tulisan dari mereka yang pro ataupun kontra terhadap rencana implementasi Kurikulum 2013. Saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi atas berbagai pandangan tersebut. Saya berkesimpulan, mereka yang mempertanyakan kurikulum 2013 adalah karena ada perbedaan cara pandang atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum Tanya-Jawab Kurikulum 2013 51 Kurikulum 2013 berbasis kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum 2013. Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya, yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam semesta, beserta segenap isi dan peradabannya. Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis,seperti berimanbertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan). Didalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan bertakwa, berilmu, dan seterusnya. Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat, maka lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara mandiri sehingga esensi tujuan pendidikan dapat dicapai. Perencanaan Pembelajaran Dalam usaha menciptakan sistem perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, proses panjang tersebut dibagi menjadi beberapa jenjang, berdasarkan 52 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Setiap jenjang dirancang memiliki proses sesuai perkembangan dan Dengan konsep kebutuhan peserta didik kurikulum sehingga ketidakseimbangan berbasis antara input yang diberikan dan kompetensi, kapasitas pemrosesan dapat tak tepat jika diminimalkan. ada yang menyampaikan Sebagai konsekuensi dari bahwa penjenjangan ini, tujuan pemerintah salah pendidikan harus dibagi-bagi sasaran saat menjadi tujuan antara. Pada merencanakan dasarnya kurikulum merupakan perubahan perencanaan pembelajaran kurikulum, yang dirancang berdasarkan karena yang tujuan antara di atas. Proses perlu diperbaiki perancangannya diawali dengan sebenarnya menentukan kompetensi metodologi lulusan (standar kompetensi pembelajaran bukan lulusan). Hasilnya, kurikulum kurikulum. jenjang satuan pendidikan. Dalam teori manajemen, sebagai sistem perencanaan pembelajaran yang baik, kurikulum harus mencakup empat hal. Pertama, hasil akhir pendidikan yang harus dicapai peserta didik (keluaran), dan dirumuskan sebagai kompetensi lulusan. Kedua, kandungan materi yang harus diajarkan kepada, dan dipelajari oleh peserta didik (masukan/standar isi), dalam usaha membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan. Ketiga, pelaksanaan pembelajaran (proses, termasuk metodologi pembelajaran sebagai bagian dari standar proses), supaya ketiga kompetensi yang diinginkan terbentuk pada diri Tanya-Jawab Kurikulum 2013 53 Kurikulum 2013 peserta didik. Keempat, penilaian kesesuaian proses dan ketercapaian tujuan pembelajaran sedini mungkin untuk memastikan bahwa masukan, proses, dan keluaran tersebut sesuai dengan rencana. Dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, tak tepat jika ada yang menyampaikan bahwa pemerintah salah sasaran saat merencanakan perubahan kurikulum, karena yang perlu diperbaiki sebenarnya metodologi pembelajaran bukan kurikulum. (Mohammad Abduhzen, “Urgensi Kurikulum 2013”, Kompas, 21/2 dan “Implementasi Pendidikan”, Kompas, 6/3). Hal ini menunjukkan belum dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum berbasis kompetensi termasuk mencakup metodologi pembelajaran. Tanpa metodologi pembelajaran yang sesuai, tak akan terbentuk kompetensi yang diharapkan.Sebagai contoh, dalam Kurikulum 2013, kompetensi lulusandalam ranah keterampilan untuk SD dirumuskan sebagai “memiliki (melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, mencipta) kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif, dalam ranah konkret dan abstrak,sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.” Kompetensi semacam ini tak akan tercapai bila pengertian kurikulum diartikan sempit, tak termasuk metodologi pembelajaran. Proses pembentukan kompetensi itu,sudah dirumuskan dengan baik melalui kajian para peneliti, dan akhirnya diterima luas sebagai suatu taksonomi. Pemikiran pengembangan Kurikulum 2013 seperti diuraikan di atas dikembangkan atas dasar taksonomitaksonomi yang diterima secara luas, kajian KBK 2004 dan KTSP 2006, dan tantangan Abad 21 serta penyiapan Generasi 2045. Dengan demikian, tidaklah tepat apa yang disampaikan Elin Driana, “Gawat Darurat Pendidikan” (Kompas, 14/12/2012) yang mengharapkan sebelum 54 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 disahkan,baiknya dilakukan evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya. Mengatakan tidak ada masalah dengan kurikulum saat ini adalah kurang tepat. Sebagai contoh, hasil pembandingan antara materi TIMSS 2011 dan materi kurikulum saat ini, untuk mata pelajaran Matematika dan IPA, menunjukkan,kurang dari 70 persen materi TIMSS yang telah diajarkan sampai dengan kelas VIII SMP. Belum lagi rumusan kompetensi yang belum sesuai dengan tuntutan UU dan praktik terbaik di dunia, ketidaksesuaian materi mata pelajaran dan tumpang tindih yang tidak diperlukan pada beberapa materi mata pelajaran, kecepatan pembelajaran yang tidak selaras antar mata pelajaran, dangkalnya materi, proses, dan penilaian pembelajaran, sehingga peserta didik kurang dilatih bernalar dan berfikir. Kompetensi Inti Kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan pun masih memerlukan rencana pendidikan yang panjang untuk pencapaiannya. Sekali lagi, teori manajemen mengajarkan, untuk memudahkan proses perencanaan dan pengendaliannya, pencapaian jangka panjang perlu dibagi-bagi jadi beberapa tahap sesuai dengan jenjang kelas dimana kurikulum tersebut diterapkan. Sejalan dengan UU, kompetensi inti ibarat anak tangga yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi inti meningkat seiring meningkatnya usia peserta didik yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas. Melalui kompetensi inti, sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan, integrasi vertikal antar kompetensi dasar dapat dijamin, dan peningkatan kemampuan peserta Tanya-Jawab Kurikulum 2013 55 Kurikulum 2013 dari kelas ke kelas dapat direncanakan. Sebagai anak tangga menuju ke kompetensi lulusan multidimensi, kompetensi inti juga memiliki multidimensi. Untuk kemudahan operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual terkait tujuan membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan kompetensi sikap sosial terkait tujuan membentuk peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab. Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan untuk dibentuk melalui pembelajaran mata pelajaranmata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus tunduk pada kompetensi inti yang telah dirumuskan. Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan dan dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap pembentukan kompetensi inti. Ibaratnya, kompetensi inti merupakan pengikat kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan dengan mempelajari setiap mata pelajaran. Di sini kompetensi inti berperan sebagai integrator horizontal antar mata pelajaran. Dengan pengertian ini, kompetensi inti adalah bebas dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah pasokan kompetensi dasar yang akan diserap peserta didik melalui proses pembelajaran yang tepat, menjadi kompetensi inti. Bila pengertian kompetensi inti telah dipahami dengan baik, tentunya tidak akan ada kritikan bahwa Kurikulum 2013 adalah salah dengan alasan pada “Kompetensi Inti Bahasa Indonesia” tidak terdapat kompetensi yang mencerminkan kompetensi Bahasa Indonesia, karena memang tidak ada yang namanya kompetensi inti Bahasa 56 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Indonesia, sebagaimana yang dipertanyakan Acep Iwan Saidi, “Petisi untuk Wapres” (Kompas, 2/3). Uraian Dalam mendukung kompetensi kompetensi inti, capaian dasar sedetil ini pembelajaran matapelajaran adalah untuk diuraikan menjadi kompetensi memastikan dasar-kompetensi dasar yang bahwa capaian pembelajaran dikelompokkan menjadi tidak berhenti empat. Ini sesuai dengan sampai rumusan kompetensi inti pengetahuan yang didukungnya, yaitu saja, melainkan dalam kelompok kompetensi harus berlanjut sikap spiritual, kompetensi ke keterampilan, sikap sosial, kompetensi dan bermuara pengetahuan, dan kompetensi pada sikap. keterampilan. Uraian kompetensi dasar sedetil ini adalah untuk memastikan bahwa capaian pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja, melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara pada sikap. Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti sikap bukanlah untuk peserta didik, karena kompetensi ini tidak diajarkan, tidak dihafalkan, tidak diujikan, tapi sebagai pegangan bagi pendidik, bahwa dalam mengajarkan mata pelajaran tersebut, ada pesan-pesan sosial dan spiritual yang terkandung dalam materinya. Apabila konsep pembentukan kompetensi ini dipahami, dapat mengurangi bahkan menghilangkan kegelisahan yang disampaikan L. Wiliardjo dalam “Yang Indah dan yang Absurd” (Kompas, 22/2). Tanya-Jawab Kurikulum 2013 57 Kurikulum 2013 Kedudukan Bahasa Uraian rumusan kompetensi seperti itu masih belum cukup untuk dapat digunakan, terutama saat merancang kurikulum SD (jenjang sekolah paling rendah), tempat dimana peserta didik mulai diperkenalkan banyak kompetensi untuk dikuasai. Pada saat memulainya pun, peserta didik SD masih belum terlatih berfikir abstrak. Dalam kondisi seperti inilah, maka terlebih dahulu perlu dibentuk suatu saluran yang menghubungkan sumbersumber kompetensi, yang sebagian besarnya abstrak, kepada peserta didik yang masih mulai belajar berfikir abstrak. Disini peran bahasa menjadi dominan, yaitu sebagai saluran mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensikepada peserta didik. Usaha membentuk saluran sempurna (perfect channels dalam teknologi komunikasi) dapat dilakukan dengan menempatkan bahasa sebagai penghela mata pelajaranmata pelajaran lain. Dengan kata lain, kandungan materi mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran tematik integratif dan perumusan kompetensi inti, sebagai pengikat semua kompetensi dasar, pemaduan ini akan dapat dengan mudah direalisasikan. Dengan cara ini pula, maka pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dibuat menjadi kontekstual, sesuatu yang hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini, sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia kurang diminati oleh pendidik maupun peserta didik. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia yang kontekstual, peserta didik sekaligus dilatih menyajikan bermacam kompetensi dasar secara logis dan sistematis. 58 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Mengatakan kompetensi dasar Bahasa Indonesia SD, yang memuat penyusunan teks untuk menjelaskan pemahaman peserta didik, terhadap ilmu pengetahuan alam sebagai mengada-ada (Acep Iwan Saidi, “Petisi untuk Wapres”), sama saja dengan melupakan fungsi bahasa sebagai pembawa kandungan ilmu pengetahuan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis materi, sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum berbasis materi. Untuk itu ada baiknya memahami lebih dahulu terhadap konstruksi kompetensi dalam kurikulum sesuai koridor yang telah digariskan UU Sisdiknas, sebelum mengkritik.(Kompas, 7 Maret 2013) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 59 60 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Berharap Loyang Jadi Emas Oleh Yudhistira ANM Massardi Praktisi Pendidikan Di sekolah gratis yang kami kelola, TK-SD Batutis AlIlmi Bekasi, kurikulum diberikan secara individual, bukan massal, dan tidak disakral-sakralkan. Seperti di Finlandia, negara dengan sistem pendidikan terbaik saat ini, para guru membuat kurikulum berdasarkan kebutuhan tiap siswa. Untuk itu, mereka harus memahami tahap perkembangan (piaget), kecerdasan jamak (gardner), cara kerja otak (medina) dan gen (ridley/murakami), serta Tanya-Jawab Kurikulum 2013 61 Berharap Loyang Jadi emas domain kurikuler. Pembelajaran diselenggarakan dengan Metode Sentra dari AS yang diadopsi oleh Wismiarti Tamin di Sekolah Al-Falah, Jakarta Timur, tahun 1996. Kurikulum mengalir fleksibel, berpusat kepada siswa, dikemas secara tematikintegratif-eksploratif, dan membangun rasa bahagia. Tujuannya: membangun insan kamil yang cinta belajar. Program Gagal Tulisan Mendikbud Mohammad Nuh, ”Kurikulum 2013” (Kompas, 7/3), dengan semangat ”pokoknya Kurikulum 2013 harus jalan”, selain defensif, juga terlalu normatif dan simplistis karena mengabaikan proses pelaksanaan di lapangan. Mendikbud juga menegaskan, Kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar ”...kajian KBK 2004 dan KTSP 2006” yang merupakan program gagal, tetapi tetap dijadikan landasan menjawab ”tantangan abad ke-21 serta penyiapan Generasi 2045”. Kurikulum 2013 adalah proyek yang anggarannya membengkak dari rencana awal, menjadi Rp 2,49 triliun. Konon, untuk biaya pelatihan 1,1 juta guru Rp. 1,09 triliun dan pengadaan 72,8 juta eksemplar buku Rp 1,3 triliun. Siapa bisa menjamin itu tidak dikorupsi, misalnya, untuk dana politik 2014? Kenyataannya, di sekolah-sekolah tertentu pelaksanaan dirancang dengan pendampingan berjenjang yang persiapan teknis dan sumber daya manusianya begitu rumit sehingga saat ini belum ada langkah nyatanya. Proses sosialisasi pun belum dilaksanakan secara nasional sehingga para guru masih melongo tak paham. Padahal, tahun ajaran baru tinggal beberapa bulan lagi. Dengan kata lain, jika proyek yang mahal dan gaduh itu 62 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Berharap Loyang Jadi emas gagal, harap dimaklumi saja. Tantangan Masa Depan Tantangan abad ke-21 dan generasi 2045 (menandai 100 tahun Proklamasi Kemerdekaan) adalah membangun manusia bebas yang berkeahlian sesuai minat dan kemampuan individual (era intelegensia). Jadi, proses pendidikan seharusnya tidak lagi totaliter seperti awal abad Pendidikan ke-19 (memenuhi kehendak menuju masa politik para diktator), robotik depan adalah (memenuhi kehendak para pendidikan yang industrialis), dan kolonialistik/ membebaskan, kleristik (memenuhi kehendak membuka pintu para penjajah dan melahirkan bagi anak didik agar bisa mental pegawai). mewujudkan Pendidikan menuju masa cita-cita sesuai depan adalah pendidikan yang minat dan bakat membebaskan, membuka masing-masing. pintu bagi anak didik agar bisa Mereka akan mewujudkan cita-cita sesuai menjadi pribadi minat dan bakat masingmandiri yang masing. Mereka akan menjadi siap saling pribadi mandiri yang siap saling berkolaborasi. berkolaborasi. Kata kuncinya adalah kurikulum harus bisa menjawab secara konkret-operasional problematik yang disebutkan Mendikbud dalam tulisannya, ”...para peserta didik SD belum terlatih berpikir abstrak”. Siapa yang harus membangun kemampuan berpikir abstrak anak-anak SD itu? Benar, untuk itu, ”peran bahasa menjadi dominan”. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 63 Berharap Loyang Jadi emas Namun, memangnya penguasaan, pemakaian, dan pola pengajaran bahasa Indonesia di republik ini sudah baik dan benar, khususnya kalangan pendidik dan pemimpin? Di semua akademi seni rupa, setiap calon pelukis harus mengawali proses pembelajaran dengan penguasaan teknis anatomis/realis. Para maestro abstrak, seperti Affandi, Fadjar Sidik, Widajat, Picasso, dan Piet Mondriaan melewati proses realismenya dengan sangat cantik. Menurut teori tahap perkembangan dan cara kerja otak, kemampuan berpikir abstrak hanya bisa dibangun dengan basis pemahaman konkret. Pemahaman konkret yang lemah mengakibatkan pemahaman abstrak lemah. Ini penyakit kronis bangsa kita sehingga semua aturan dilanggar dan korupsi merajalela! Solusi pembangunan fondasi yang kokoh pada setiap anak adalah peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini! Itu sebabnya, usia 0-7 tahun disebut golden age. Pada masa itu kemampuan berpikir konkret dibangun melalui pembelajaran secara konkret. Jika di TK pembangunan penalaran konkret sudah selesai, di SD dan jenjang selanjutnya anak sudah siap dengan penalaran abstrak! Jika anak sudah siap dengan pemikiran abstrak, dia siap menjadi manusia yang berpendidikan dan berkebudayaan. Pendidikan Usia Dini Presiden Amerika Serikat Barack Obama serius terhadap pendidikan anak usia dini. Untuk menciptakan ”generasi Apollo” baru, ia berjuang meloloskan anggaran 10 miliar dollar AS per tahun untuk peningkatan kualitas pendidikan anak usia 4 tahun. Ia, didukung kalangan bisnis Amerika, percaya pada analisis ekonom penerima Nobel, James J Heckman, yang menyatakan, investasi pendidikan anak usia dini lebih efektif dan ekonomis. Tanpa itu, perusahaan 64 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Berharap Loyang Jadi emas harus memberikan pelatihan lagi kepada para karyawan. Di sini, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi terpaksa harus berencana meningkatkan kualitas 53,9 juta tenaga kerja yang mayoritas lulusan SD dengan anggaran Rp 10 triliun per tahun! Itu pula sebabnya, Pemerintah China menggenjot program peningkatan kualitas pendidikan anak usia dini. Kurikulum 2013 sama sekali tidak menyentuh pendidikan anak usia dini (PAUD) yang begitu strategis dan fundamental. Padahal, saat ini setiap tahun sekitar 20 juta anak Indonesia tidak bisa ikut PAUD karena kemiskinan dan kelangkaan fasilitas. Dengan anggaran Rp 2,3 triliun, kita hanya akan menciptakan generasi loyang yang tidak akan bisa jadi emas tanpa peningkatan kualitas PAUD! (Kompas, 26 Maret 2013) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 65 66 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Guru Mbeling Oleh Sidharta Susila Pendidik, Tinggal di Muntilan, Magelang Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kurikulum 2013 sudah beres. Akan tetapi, bagi sejumlah pengamat dan kelompok peduli pendidikan, kurikulum ini masih perlu dikritisi serta disempurnakan. Beberapa di antaranya bahkan secara tegas menolak. Siapkah para guru menerapkan kurikulum ini? Rasanya kita butuh guru-guru mbeling ketika menerapkan Kurikulum 2013. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 67 Guru Mbeling Istilah mbeling yang berasal dari bahasa Jawa menyiratkan sifat nakal, suka memberontak terhadap kemapanan, dan sering kali melakukan tindakan di luar kebiasaan. Namun, mbeling berbeda dengan asal-asalan. Pada mbeling terkandung unsur kesadaran, nalar, serta tanggung jawab atas ekspresi mbelingnya. Mbeling dipilih demi memperjuangkan hal-hal yang prinsip. Pada mbeling sesungguhnya mensyaratkan kesadaran, kecerdasan, otentisitas, tanggung jawab, sertakeberanian. Sikap mbeling sering kali dipilih bukan demi kepentingan diri semata. Sikap mbeling sering kali justru dipilih untuk memperjuangkan dan merawat kehidupan. Karena itu, mbeling sering kali menjadi ekspresi panggilan jiwa untuk memperjuangkan prinsip dan merawat kehidupan. Guru mbeling adalah guru yang sadar akan panggilan jiwanya sebagai pendidik. Guru mbeling sadar akan halhal yang membatasi kreativitas dan perjuangan mendidik dengan benar serta bertanggung jawab. Demi prinsip pendidikan, martabat, dan panggilan jiwanya sebagai pendidik, ia berani bersusah-susah dan memperjuangkan pembelajaran di luar kebiasaan. Dunia pendidikan bertaburan guru mbeling. Dari merekalah kini kita bisa beroleh inspirasi serta terobosanterobosan pembelajaran. Cara didik Anne Sullivan terhadap Helen Keller adalah salah satu contohnya. Kembelingan Anne Sullivan tidak hanya menyelamatkan Helen Keller. Mereka melahirkan metode pembelajaran yang mencerahkan nasib berjuta anak buta dan tuli. Guru Erin Gruwell pada film Freedom Writers adalah contoh lain guru mbeling. Sikapnya yang pantang menyerah terhadap kelasnya yang urakan dan mencekam, serta pesimisme rekan guru di sekolahnya, membuat tubuhnya dilimpahi adrenalin. Ekspresi mbelingnya 68 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Guru Mbeling mewujud dalam keberanian menentukan formasi tempat duduk para muridnya, membuat dinamika kelompok untuk mencairkan ketegangan, juga kreativitasnya menuntun para murid untuk mencairkan beban hidup lewat penulisan buku harian. Buah laku mbeling Erin Gruwel adalah solidaritas dan gairah belajar para muridnya. Ada juga Mr Sosaku Kobayashi, kepala sekolah Tomoe Gakuen tempat Totto-chan belajar (pada novel Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela). Sikap mbelingnya menciptakan kesempatan belajar bagi banyak anak ”aneh” yang karena ”keanehannya” tak punya tempat belajar di sekolah ”normal”. Keberanian Mr Kobayashi meramu model pembelajaran yang tidak biasa pada masa itu adalah ekspresi sikap mbelingnya yang nyata. Di Indonesia, pendidik mbeling pernah hadir pada sosok Romo Mangun dengan SD Mangunannya itu. Konteks Kurikulum 2013 Guru mbeling nan unik lainnya adalah Wei Minzhi pada film Not One Less. Ia guru pocokan. Usianya 13 tahun. Guru Wei akhirnya mbeling karena harus mencari Zhang Huike, murid bengal yang terpaksa harus ke kota demi mencari uang untuk pengobatan ibunya. Seperti digagas Emmanuel Levinas, perlahan, tahap demi tahap, nurani guru Wei terkoyak oleh paparan duka muridnya. Koyakan nurani yang serentak menuntut tanggung jawab moral itulah yang menjadikan guru Wei mbeling. Opini mengenai Kurikulum 2013 yang telah banyak dibahas di Kompas mestinya memancing sikap mbeling para guru di negeri ini. Sejumlah alasan mestinya mengoyak nurani pendidik dan serentak merasa dituntut ikut bertanggung jawab. Sebutlah, misalnya, analisis Kurikulum 2013 yang absurd, tidak menampung keinginan Tanya-Jawab Kurikulum 2013 69 Guru Mbeling tahu, pembentukan sikap kritis, pendangkalan materi, kelemahan pembelajaran bahasa, hingga kurang Memang tidak matangnya program pelatihan mudah membuat (Kompas 22/2; 24/3). kurikulum Memang tidak mudah yang sempurna. membuat kurikulum yang Karena itu, sempurna. Karena itu, hendaklah guru sadar seperti kata Anita Lie (26/2), bahwa ia harus hendaklah guru sadar bahwa ia menjadi sopir harus menjadi sopir yang baik yang baik saat saat mengemudikan Kurikulum mengemudikan 2013 kelak. Hanya sopir yang Kurikulum 2013 baik yang dapat membawa kelak. Hanya penumpang (baca: murid) sopir yang baik sampai di tempat yang benar yang dapat dengan selamat. membawa Sesungguhnya guru yang penumpang berperan sebagai sopir yang (baca:murid) sampai di tempat baik bagi kurikulum yang masih yang benar ditemukan banyak kelemahan dengan selamat. meniscayakan keberanian, kecerdasan, tanggung jawab moral, bahkan kepiawaian mengemudikan dengan cara-cara yang tidak biasa. Itu artinya, demi suksesnya Kurikulum 2013 guru negeri ini wajib mbeling. Beranikah para guru kita bersikap mbeling dalam mengemudikan Kurikulum 2013? Improvisasi dan ragam pembelajaran mbeling sering kali tak mudah dilakukan di negeri ini. Salah satu hadangan berat adalah ketika pada akhirnya harus menjalani perhelatan ujian nasional. Pembelajaran mbeling, meski demi kepentingan anak 70 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Guru Mbeling didik, akhirnya menjadi pertaruhan. Masih berani menjadi guru mbeling? (Kompas, 7 Maret 2013) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 71 72 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum Orangtua untuk Anak Oleh Rhenald Kasali Guru Besar FEUI Seorang ibu menulis di jejaring sosial, ia khawatir masa depan anaknya menghadapi Kurikulum 2013. Apalagi ia baru saja menerima pesan dari senior, ”Jangan harap anak-anak bisa hebat seperti generasi kita.” Lewat tengah malam, karangannya diunggah melalui ponsel pintar. Dalam sekejap komentar berdatangan. Semua datang dari orangtua sibuk yang baru bisa menulis tengah malam. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 73 Kurikulum Orangtua untuk Anak Kurikulum 2013 adalah kurikulum sekolah yang belum tentu berhasil (kalau tak ada kerja sama), apalagi pada tahuntahun awal. Namun, bukankah kita hidup dalam peradaban continuous improvement? Ibarat membangun gedung tinggi, tak akan pernah jadi bila galian fondasi berantakan. Pantas ibu tadi gelisah. Anaknya akan memasuki ”pintu awal kekacauan” dari sebuah perubahan yang belum tentu berhasil pula. Apalagi bila yang mengganggu lebih banyak daripada yang membantu. Di peradaban sosial media, kita sudah saksikan lebih banyak orang iseng ketimbang yang benar-benar memikirkan perubahan. Tambahan lagi, orangtua tak punya waktu mendidik anaknya. Sekolah adalah sebuah ”kawah penggodokan”, tetapi harap maklum ia hanya salah satu dari tiga pilar pendidikan selain orangtua dan lingkungannya. Tiga Jalur Belajar Ibu tadi gelisah karena ia berasumsi masa depan anaknya 100 persen di tangan sekolah. Orangtua susah payah mengumpulkan uang, bekerja hingga larut malam, demi anak. Anak juga dikursuskan di berbagai tempat. Kebanggaan orangtua terletak saat anaknya dapat ranking teratas, nilai-nilainya 10 semua. Namun, si ibu lupa, sekolah hanya mengisi 30 persen dari ruang belajar anak. Dengan demikian, sekalipun mendapat nilai 10 dari sekolah, kalau nilai pendidikan dari orangtua dan lingkungan nol, anak hanya mendapat nilai setara 3,3. Berbeda dengan anak tetangga yang nilai sekolahnya biasa-biasa saja, sebut saja 6, tetapi orangtua aktif mengajak jualan di warung. Ia bisa dapat nilai 8 dari orangtua (karena dibina langsung) dan 9 dari gemblengan lingkungan sehingga rata-rata jadi 7,67. Maka, anak yang di sekolah biasa-biasa saja bisa jadi sarjana hebat, ilmuwan 74 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum Orangtua untuk Anak gigih atau wirausahawan hebat. Sementara anak sekolah yang diberi predikat genius hanya bisa memajang ijazah, jadi ”penumpang” dalam kehidupan. Jadi, Kurikulum 2013 hanya sepertiga dari seluruh kurikulum kehidupan. Bagi saya, penyederhanaan mata ajar bukanlah musibah, melainkan tuntutan untuk memberi ruang anak mengasah kreativitas dan cara berpikir yang lebih simpel agar lebih siap menerima edukasi orangtua dan lingkungan. Masalahnya, sudah siapkah orangtua dan lingkungan mendidik anakanaknya? Laporan Guru Kurikulum 2013 hanya sepertiga dari seluruh kurikulum kehidupan. Penyederhanaan mata ajar bukanlah musibah, melainkan tuntutan untuk memberi ruang anak mengasah kreativitas dan cara berpikir yang lebih simpel agar lebih siap menerima edukasi orangtua dan lingkungan. Masalahnya, sudah siapkah orangtua dan lingkungan mendidik anakanaknya? Bangsa besar tak akan mem­ biarkan generasi pene­ r usnya dibesarkan dalam ling­ kungan kacau. Karena itulah, sejak Confusius, bangsa-bangsa Asia percaya keluarga adalah alat pendidikan yang penting. Oleh karena itu, gelisahlah orangtua-orangtua yang tak mengerti cara membuat kurikulum bagi anak-anaknya, apalagi bila tak punya waktu. Orangtua bisa mendesain kurikulum anak dengan memerhatikan aspek-aspek perkembangan Tanya-Jawab Kurikulum 2013 75 Kurikulum Orangtua untuk Anak anaknya yang berbeda dengan anak lain. Jadi, kalau mau berubah, Kurikulum 2013 tidak boleh tanggung-tanggung. Harus ada program yang jelas pada orangtua, termasuk mendesain dan eksekusi kurikulum untuk anak di rumah, beserta pembaruan laporan kemajuan belajar (rapor). Adalah tak tepat memberi laporan kemajuan belajar semata-mata menulis angka. Orangtua butuh laporan verbal tentang kemajuan anaknya, menyangkut upaya, kemajuan, disiplin, partisipasi terhadap diskusi, pergaulan, minat, kepatuhan, kreativitas, metodologi, hubungan vertikal-horizontal, sikap-sikap sosial, dan sebagainya. Saya menemukan laporan seorang guru pada salah satu mata ajar yang diajarkan di sekolah anak saya (grade 12) di Selandia Baru seperti ini: ”Anak Anda mengalami kemajuan yang pesat meski awalnya terlihat bingung dan frustrasi. Ia terlihat kesulitan mengikuti dan memahami arahan yang diberikan dan harus lebih terbuka terhadap saran-saran yang saya berikan. Namun, ia seorang pembelajar yang antusias dan tahu apa yang ia sukai. Mendalami riset halhal kontemporer akan membantu masa depannya untuk menemukan lebih banyak ide dan tema-tema tulisan, juga mempertajam daya kritisnya dalam komposisi. Jika ia ingin terus mendalami topik ini....” Saya kira, sebagai orangtua, saya akan paham membuat kurikulum orangtua kalau membaca laporan seperti itu. Lagi pula apa guna mengetahui anak kita berada di nomor berapa di kelas bila kita tak tahu apa yang harus diperbaiki. Saya berharap banyak pada Kementerian Pendidikan untuk terus memperbaiki kelemahan-kelemahan kurikulum yang dirancangnya. Namun, saya juga berharap banyak dari orangtua agar turut mengisi kekurangan pada anakanaknya, yang kelak akan bertemu kami di tingkat universitas. (Kompas, 5 Maret 2013) 76 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 77 78 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum sebagai Kendaraan Oleh Anita Lie Guru Besar dan Direktur Program Pascasarjana Universitas Widya Mandala, Surabaya Harapan dan antusiasme bercampur dengan kecemasan dan keraguan dalam wacana publik soal rencana pelaksanaan Kurikulum 2013. Berbagai respons dan sikap ini menandakan kepedulian dan rasa memiliki yang besar terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia. Kehangatan respons publik, terutama dari masyarakat pendidikan, merupakan prakondisi menggembirakan terhadap strategi pembangunan pendidikan nasional Tanya-Jawab Kurikulum 2013 79 Kurikulum sebagai Kendaraan jangka panjang. Sikap positif dan dukungan terhadap rencana pemberlakuan Kurikulum 2013 dilandasi pemikiran bahwa memang perubahan kurikulum sudah selayaknya dilakukan untuk merespons transformasi zaman dan kebutuhan abad ke-21. Para pendukung berharap sekolah bisa menyiapkan peserta didik menjadi pribadi berkarakter mulia serta punya pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk bisa berpartisipasi dan berkontribusi di masyarakat abad ke-21. Sebaliknya, kecemasan dan keraguan yang melandasi berbagai sikap, mulai dari kritik tajam sampai penolakan, menunjukkan ketidakpercayaan bahwa Kurikulum 2013 merupakan solusi bagi berbagai masalah pendidikan di Indonesia. Perspektif yang tepat mengenai fungsi, peran, dan konteks kurikulum akan membantu para pemangku kepentingan sistem pendidikan nasional (baik pendukung maupun pengkritik) bisa bekerja sama mencapai tujuan bersama bangsa ini melalui pembangunan pendidikan, sambil tetap menghormati ruang untuk bisa ”sepakat untuk berbeda dan tidak sepakat”. Ditinjau dari asal katanya dalam bahasa Latin, currere, kurikulum bisa berarti ’kendaraan’. Jadi, kurikulum bukan merupakan segala sesuatunya dalam suatu sistem pendidikan. Kurikulum merupakan alat mencapai suatu tujuan dan membutuhkan keandalan penggunanya. Sama seperti kendaraan apa pun, banyak ketidaksempurnaan dalam setiap kurikulum. Dalam perspektif kepentingan bangsa dan negara, kendaraan kurikulum ini akan berfungsi dan berperan baik jika para pelaku dan pemerhati punya kejelasan tujuan dan visi bersama, peta jalan yang benar, serta keandalan dalam pemanfaatan kendaraan. 80 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum sebagai Kendaraan Visi Bersama Pembangunan pendidikan perlu visi bersama yang bisa mengikat para pejabat dalam sistem pendidikan pada tingkat nasional maupun daerah untuk menghasilkan dan melaksanakan kebijakan dengan derajat koherensi dan konsistensi yang melebihi masa jabatan. Visi dan misi pendidikan nasional seperti tertuang dalam Pasal 3 dan penjelasannya dalam UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional: mengembangkan potensi peserta didik agar jadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta jadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Perumusan normatif visi dan misi ini butuh penjelasan, sosialisasi, dan internalisasi lebih lanjut kepada semua pemangku kepentingan agar kesinambungan pembangunan pendidikan nasional bisa melampaui masa jabatan menteri dan jajarannya. Koherensi sistem dan kebijakan pendidikan dengan visi pembangunan pendidikan dan kemajuan bangsa melalui pendidikan mencakup tiga isu sentral: sentralisasidesentralisasi, komitmen pendidikan untuk semua, dan kejelasan sasaran. Fenomena penyusunan-pengesahan suatu kebijakan pendidikan, pengajuan uji materi, dan pembatalan kebijakan itu akhir-akhir ini menunjukkan kurangnya koherensi antara tujuan, sistem, dan kebijakan. Kita berharap di kemudian hari energi dan sumber daya tidak terbuang sia-sia dalam pertarungan antara pembuat dan penentang kebijakan. Peta jalan mengidentifikasi berbagai strategi yang tepat dan berkontribusi terhadap pencapaian-pencapaian yang diharapkan. Kadang kala satu strategi akan berkontribusi terhadap satu pencapaian, tetapi dikhawatirkan akan menghambat pencapaian yang lain. Misalnya, strategi Tanya-Jawab Kurikulum 2013 81 Kurikulum sebagai Kendaraan pengadaan buku pedoman kurikulum dan buku teks oleh pemerintah pusat diharapkan bisa menjamin pemerataan mutu materi pembelajaran untuk semua daerah. Terungkapnya contoh beberapa buku teks yang tidak layak pakai bagi peserta didik karena kecerobohan pada tingkat daerah dan satuan pendidikan dalam seleksi buku teks, serta kurangnya komitmen sebagian kepala daerah dalam pembangunan pendidikan, menjustifikasi kembalinya sentralisasi bagi beberapa kepentingan. Sebaliknya, sebagian kritikus mencemaskan tergerusnya kebinekaan dalam materi pembelajaran. Maka dari itu pemetaan dan pemilihan strategi pencapaian tujuan pendidikan membutuhkan kejelasan interpretasi visi dan misi pendidikan serta pandangan holistik dan sistemik yang diperkuat oleh basis data. Keandalan Pengendara Kendaraan secanggih Mer­ cedes pun bisa meng­akibatkan kematian bagi penumpangnya (ingat kece­lakaan Lady Diana) jika penggunaannya tidak benar. Faktor sangat penting dalam keberhasilan (atau kegagalan) dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah guru sebagai pengendaranya. Pemerintah sudah berupaya sangat keras untuk meningkatkan kom­ petensi guru melalui berbagai strategi. Salah satunya adalah pening­ 82 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Faktor sangat penting dalam keberhasilan (atau kegagalan) dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 adalah guru sebagai pengendaranya. Pemerintah sudah berupaya sangat keras untuk meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai strategi. Kurikulum sebagai Kendaraan katan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi. Namun, sayangnya, survei Bank Dunia menunjukkan bahwa sertifikasi guru ternyata tidak mengubah perilaku dan praktik mengajar guru serta belum meningkatkan prestasi guru dan siswa secara signifikan (Kompas, 18 Desember 2012). Hal itu berarti pemerintah harus lebih bersungguhsungguh dan berupaya lebih keras lagi dan cerdas untuk meningkatkan dedikasi dan kompetensi guru, serta merancang strategi pengembangan profesionalisme guru mulai dari masa prajabatan di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK) sampai dengan pengembangan dalam masa jabatan. Salah satu hal positif dalam program sertifikasi guru yang terungkap dalam survei Bank Dunia adalah adanya peningkatan minat kaum muda memilih profesi guru. Dampak sementara ini seharusnya dianggap sebagai momentum emas untuk memperbaiki profesi guru secara menyeluruh. Dua faktor yang menjadi benang merah di antara negara-negara yang mempunyai tingkat keberhasilan tinggi dalam pembangunan pendidikan bukan standar nasional, sentralisasi-desentralisasi, pembiayaan, dan kurikulum, melainkan kultur masyarakat dan kualitas guru. Sementara transformasi budaya merupakan prakondisi dan sekaligus capaian jangka panjang yang bisa ditetapkan untuk pembangunan pendidikan, peningkatan kualitas guru merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 dan kurikulum selanjutnya. Pilihan mendukung, menolak, atau mendukung dengan catatan tentunya membawa konsekuensi masing-masing. Ketika kendaraan sudah dipacu untuk melaju, kepentingan peserta didik dan bangsa seyogianya jadi bahan bakar yang menggerakkan. Kritik terhadap Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 83 Kurikulum sebagai Kendaraan sebenarnya bisa dipilah menjadi catatan perbaikan substansial dan ketidakpuasan terhadap prosedur (misalnya pelaksanaan uji coba, jadwal, dan sebagainya). Dibutuhkan wawasan, kedewasaan emosional, dan kearifan untuk mengolah berbagai kegaduhan dan mengendalikan diri agar para penumpang di dalam kendaraan tidak menjadi bingung dan tersesat. (Kompas, 27 Februari 2013) 84 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 85 86 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dan Generasi Emas Oleh Aburizal Bakrie Ketua Umum Partai Golkar Kalau bicara tentang pendidikan, berarti kita bicara tentang masa depan bangsa. Dan, ketika bicara masa depan bangsa, apa pun harus kita pertaruhkan. Apalagi kurikulum baru ini, Kurikulum 2013, akan melahirkan generasi emas tahun 2045, saat bangsa Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Kurikulum merupakan salah satu instrumen amat sentral dan strategis untuk mencapai tujuan sekaligus pedoman Tanya-Jawab Kurikulum 2013 87 Kurikulum 2013 dan Generasi Emas pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, pergantian kurikulum pendidikan harus ditelaah secara mendalam agar benar-benar selaras dengan tujuan yang diharapkan. Bagaimanapun, kurikulum pendidikan bukan sekadar pedoman teknis penyelenggaraan pendidikan, melainkan juga mencerminkan falsafah hidup bangsa, petunjuk arah ke mana bangsa ini akan dibawa, dan bagaimana bentuk kehidupan bangsa di masa depan. Artinya, pendidikan yang tecermin dalam suatu kurikulum adalah strategi untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta paling penting memperkuat jati diri bangsa. Jati diri suatu bangsa akan selalu dihadapkan pada dinamika perkembangan global. Perkembangan global abad ke-21 telah demikian kompleks. Suatu bangsa akan eksis dan maju manakala mampu menjawab tantangan global dengan baik. Di sini, kata kuncinya adalah pendidikan yang baik. Dengan pendidikan yang baik, kita mempersiapkan sumber daya manusia terdidik, dengan kompetensi yang dapat diandalkan mengangkat derajat daya saing bangsa: menjadi bangsa yang maju dan kompetitif. Aspek Lokalitas Pendidikan yang baik mutlak butuh kurikulum yang baik pula. Sebuah kurikulum yang didesain mampu menjawab tantangan perubahan zaman, mempersiapkan peserta didik untuk tidak saja jadi manusia-manusia unggul dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi juga memperkokoh jati diri bangsanya. Sebaik apa pun kurikulum, tidak akan memberikan manfaat manakala tak benar-benar diarahkan untuk memperkuat jati diri bangsa. Oleh karena itu, jangan sampai perubahan kurikulum yang kita lakukan justru mengabaikan aspek-aspek lokalitas dan berbagai hal yang terkait dengan jati diri bangsa. 88 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dan Generasi Emas Sejak 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami sembilan kali perubahan, yaitu pada 1947, Perubahan 1952, 1964, 1968, 1975, kurikulum, antara 1984, 1994, 2004, dan 2006. lain, dimaksudkan Perubahan itu konsekuensi untuk menyongsong logis dari terjadinya generasi emas perubahan sistem politik, Indonesia. Jika perubahan sosial budaya, ekonomi, kurikulum serta perkembangan ilmu ini dilakukan pengetahuan dan teknologi sekarang, peserta dalam masyarakat berbangsa didik atau siswa dan bernegara. Jika pada sekolah saat ini 2013 ini kurikulum juga akan berusia 40-50 akan berubah, berarti tahun pada tahun secara mendasar perubahan 2045, pada saat kurikulum pendidikan di bangsa Indonesia negara kita sudah mencapai merayakan 10 kali. 100 tahun kemerdekaannya. Terkait dengan hal itu, Rentang usia jangan hanya pergantian tersebut adalah kurikulum dan uji coba usia produktif pada kurikulum saja yang menjadi level kepemimpinan perhatian. Juga bagaimana di segala sektor dan menjadikan sektor bidang pekerjaan. pendidikan pilar utama pembangunan nasional dan pendorong kemajuan bangsa sehingga kita tak tertinggal dengan negara lain dalam kompetisi global. Sejarah membuktikan, kurikulum pendidikan yang seharusnya mengantarkan rakyat Indonesia eksis dan mampu berkompetisi di dunia internasional ternyata Tanya-Jawab Kurikulum 2013 89 Kurikulum 2013 dan Generasi Emas belum seperti yang kita harapkan. Menurut sejumlah survei internasional, kualitas pendidikan nasional secara umum masih tertinggal dari negara lain. Oleh karena itu, saya mendukung langkah pemerintah menciptakan kurikulum yang lebih antisipatif, menyesuaikan dengan tuntutan zaman, yang diyakini mampu melahirkan anak-anak negeri yang sanggup bangkit, mengangkat harkat dan martabat bangsa di dunia internasional, tanpa kehilangan jati diri sebagai manusia Indonesia. Perubahan kurikulum, antara lain, dimaksudkan untuk menyongsong generasi emas Indonesia. Jika perubahan kurikulum ini dilakukan sekarang, peserta didik atau siswa sekolah saat ini akan berusia 40-50 tahun pada tahun 2045, pada saat bangsa Indonesia merayakan 100 tahun kemerdekaannya. Rentang usia tersebut adalah usia produktif pada level kepemimpinan di segala sektor dan bidang pekerjaan. Alhasil, masa itu adalah abad emas bagi Indonesia. Lembaga internasional, seperti Goldman Sachs dan McKinsey Institute, telah meramalkan Indonesia akan masuk sebagai the next BRIC (Brasil, Rusia, India, dan China). Lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan IMF juga mengatakan, Indonesia termasuk the emerging market countries seperti Turki dan Korea Selatan. Prediksi demikian bukan suatu hal yang mustahil, mengingat Indonesia punya segala hal untuk maju. Sumber daya alam yang melimpah dan variatif serta penduduk yang besar (sekitar 230 juta jiwa), 70 juta jiwa adalah kelas menengah yang mempunyai daya kreatif dan daya beli yang tinggi. Belum lagi kekayaan budaya yang sangat dinamis dan variatif. Semua itu adalah potensi geopolitik dan geoekonomi yang sangat kuat bila dikelola secara baik dan terencana oleh manusia-manusia terdidik. 90 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 dan Generasi Emas Namun, kata kunci utamanya adalah pendidikan. Bagian terpenting dari pendidikan itu adalah adanya kurikulum yang komprehensif. Jadi, yang perlu diingat, kita sedang menyusun kurikulum untuk generasi emas Indonesia. Sebuah generasi yang akan memimpin kebangkitan Indonesia menghadapi tantangan yang jauh berbeda dibandingkan saat ini. Saran Untuk itu, saya berharap penyusunan dan penerapan Kurikulum 2013 dilakukan secara cermat dan teliti sehingga dapat diimplementasikan sebaik mungkin, dengan melibatkan segenap komponen masyarakat terkait. Saya menyarankan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan beserta jajarannya untuk melakukan sosialisasi secara optimal ke sejumlah kalangan terkait dengan penerapan kurikulum. Transisi implementasi kurikulum lama ke kurikulum baru hendaknya tidak menimbulkan beban pembiayaan yang tinggi bagi masyarakat. Terkait dengan ini, saya ingin menekankan bahwa pendidikan adalah martabat bangsa. Karena itu, jangan sampai ada yang putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikannya akibat tidak mampu membayar biaya sekolah, tak mampu membeli buku dan lain-lain. Bila hal itu terjadi, itu berarti kita mengabaikan martabat bangsa. Setiap perubahan tentu melahirkan tantangan sekaligus peluang untuk maju. Pengalaman bangsa kita dan juga bangsa lain tentu mengajarkan bahwa mengakomodasi nilai-nilai baru dan meninggalkan nilai-nilai lama yang usang dimakan zaman tentulah tidak mudah. Namun, selalu ada harapan dan optimisme untuk selalu maju ke depan menuju kondisi bangsa yang lebih baik dan maju. Filsuf Bertrand Russel mengatakan, kurikulum penting, Tanya-Jawab Kurikulum 2013 91 Kurikulum 2013 dan Generasi Emas tetapi yang tak kalah penting juga metode pengajaran dan spiritnya. Dengan metode pengajaran yang tepat dan mengena dalam mengimplementasikan kurikulum pendidikan, ditambah spirit pendidikan yang selalu menyala di setiap pengajar dan peserta didik, proses pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari rohnya. Selamat bekerja Bapak Mohammad Nuh beserta jajarannya. Selamat mengantarkan generasi emas Indonesia menuju abad kejayaan. (Kompas, 22 Februari 2013) 92 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 93 94 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Berpusat pada Pembelajar Oleh Doni Koesoema A Pemerhati Pendidikan Ada perubahan dasar dalam Kurikulum 2013. Perubahan ini terkait konsepsi terhadap siswa. Sekarang, siswa dianggap sebagai pembelajar utama. Begitu konsep terhadap siswa berubah, tujuan pendidikan juga berubah. Demikian juga dengan seluruh metode dan strategi pengajaran serta sistem evaluasi. Perubahan konsep ini memiliki implikasi moral, kultural, dan pedagogis yang tidak kecil. Selama perubahan dalam Tanya-Jawab Kurikulum 2013 95 Berpusat pada Pembelajar tiga dimensi ini tidak disentuh, Kurikulum 2013 terancam gagal, sekadar macan kertas, karena praktik dan sistem budaya yang ada tetap sama. Tiga Implikasi Secara moral, kebijakan pendidikan dalam kurikulum baru menekankan kebaikan yang ditujukan bagi siswa dalam belajar. Karena itu, fokus pendidikan yang terutama adalah siswa. Setiap kebijakan pendidikan, sebelum dirancang harus bertanya: apakah kebaikan siswa yang akan diperoleh melalui desain pendidikan? Pandangan ini memiliki implikasi moral bahwa siswa tak lagi boleh dianggap obyek, baik itu bagi pertarungan kepentingan politik maupun ajang pencarian nama baik, apalagi pencitraan atas nama apa pun. Siswa adalah individu yang harus dihargai keberadaannya sebagai individu karena mereka adalah pembelajar utama dalam pendidikan. Merekalah pelaku utama dalam pendidikan. Siswa adalah subyek yang belajar. Tugas pendidik adalah menumbuhkan gairah belajar dalam diri siswa. Secara kultural, model pendidikan yang selama ini telah terbentuk adalah cara belajar yang monolog, searah. Siswa selama ini dianggap semacam gelas kosong yang harus diisi dengan ilmu oleh pendidik dan guru. Demikian juga siswa. Mereka sendiri mengasumsi demikian. Dia hanya akan belajar sesuai dengan apa yang diinginkan pendidik. Kultur belajar yang terjadi selama ini tidak otentik, melainkan mengikuti apa yang dimaui guru, baik dalam pembuatan tugas maupun ulangan. Karena itu, murid hanya berusaha membuat guru senang karena apa yang diminta guru telah mereka penuhi. Namun, sesungguhnya, mereka 96 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Berpusat pada Pembelajar tidak belajar. Mereka hanya pura-pura belajar karena belajar dianggap sekadar memenuhi apa yang diminta guru. Oleh karena itu, siswa sekarang pun mesti diajak untuk berpikir yang berbeda dari sebelumnya. Ia belajar bukan karena permintaan guru atau pertanyaan guru, melainkan ia belajar sesuatu karena ingin mendalami ilmu itu dengan lebih baik yang akan berguna bagi hidupnya di masa sekarang dan yang akan datang. Siswa Pedagogi adalah pelaku aktif dalam berbicara proses belajar. Jadi, perubahan tentang pedagogis juga merupakan bagaimana carasebuah keharusan. cara pendidik mendampingi Pedagogi berbicara tentang anak-anak bagaimana cara-cara pendidik muda ini dalam mendampingi anak-anak muda mengembangkan ini dalam mengembangkan dan dan menumbuhkan pengetahuan, menumbuhkan sikap, dan keterampilan. pengetahuan, Dimensi pembelajaran sikap, dan yang mengembangkan rasa keterampilan. ingin tahu melalui kegiatan Dimensi bertanya, mengamati, dan pembelajaran mengeksplorasi jadi hal yang yang mengembangkan sentral dalam proses belajar. rasa ingin tahu Di sini terjadi pergeseran melalui kegiatan peran guru. Guru pun bukan bertanya, lagi merupakan pemonopoli mengamati, dan ilmu pengetahuan, melainkan mengeksplorasi menjadi fasilitator pembelajaran jadi hal yang bermakna bagi siswa. sentral dalam Pembelajaran bukan lagi proses belajar. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 97 Berpusat pada Pembelajar sebuah proses yang terjadi secara statis, monolog dari guru ke siswa melainkan guru memberikan kesempatan dan ruang bagi siswa untuk mendalami, belajar dari pengalaman, mengeksplorasi tema-tema tertentu sehingga ilmu yang mereka dapatkan akan semakin utuh dan lengkap. Guru menjadi pendesain ruang-ruang, memancing tanya, serta membuka wawasan siswa agar berani memasuki dunia eksplorasi dan penjelajahan ilmu pengetahuan secara efektif. Ketiga hal di atas mengandaikan adanya kebebasan berpikir, bertindak dalam diri pendidik dan siswa. Alhasil, yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran adalah pembelajaran yang otentik, bertumpu pada rasa penasaran intelektual dalam diri siswa sampai pada pemahaman yang makin mendalam tentang gejala-gejala, baik itu alamiah maupun yang sublim, secara intensif dan mendalam. Hanya dengan kebebasan berpikir seperti inilah dapat terlahir para pendidik dan pembelajar yang bertanggung jawab atas anugerah ilmu pengetahuan yang telah ia terima dari Sang Pencipta. Takut Kebebasan Berpikir Sayangnya, dinamika di lapangan menunjukkan, para pendidik dan pelajar belum terbiasa dengan suasana kebebasan berpikir. Kita ingat konsep pendidikan yang berpusat pada siswa pernah dilaksanakan tahun 1984 dengan Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Namun, apa yang terjadi di lapangan? Guru masih tetap terpaku pada jawaban dalam teks. Siswa pun masih memiliki kebiasaan yang sama. Jenis pertanyaan yang diajukan hanya berdasar pada teks. Demikian juga dengan jawaban siswa. Siswa juga cenderung mencarinya dalam teks. Pendidikan kita sangat textbooks. Begitu soalnya dialihkan ke kehidupan 98 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Berpusat pada Pembelajar nyata yang memerlukan analisis dalam pengambilan keputusan, siswa tidak mampu. CBSA gagal karena kultur di lapangan, di tingkat pendidik dan siswa tidak selaras dengan konsep dasar yang ingin dikembangkan. Siswa diharapkan aktif berpikir, tetapi guru sendiri mengesankan bahwa jawaban siswa harus sama seperti apa yang diinginkan oleh guru, yaitu sebagaimana ada dalam buku teks. Akhirnya, CBSA hanya melahirkan rentetan pembelajaran semu dari tahun ke tahun. Guru ingin setia pada jawaban dalam teks, dan siswa pun menyesuaikan dengan apa yang diminta dan diharapkan guru. CBSA gagal melahirkan individu yang mampu berpikir bebas. Kebebasan bereksplorasi dan belajar inilah tampaknya yang masih juga ditakutkan oleh para pengambil kebijakan sehingga cara-cara bereksplorasi pun diatur, diarahkan, bahkan dibuatkan tema-temanya. Ini sangat kentara dari gagasan dasar buku babon untuk siswa dan guru. Jika buku babon ini hanya bersifat instruktif, tidak eksploratif, alias tidak memberi ruang bagi penggalian pengalaman secara mandiri maupun kelompok, gagasan besar Kurikulum 2013 hanya akan berhenti pada tataran kebijakan, tetapi tidak terjadi di lapangan. Perubahan Kultural Tantangan pendidikan ke depan memang tidak ringan. Pembaruan kurikulum merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi perubahan zaman tersebut. Namun, pembaruan kurikulum tidak akan efektif ketika dimensi kultural yang memengaruhi cara guru dan siswa berpikir dan melakukan pendidikan juga tidak diubah. Melihat realitas para pendidik di lapangan sebagai pelaku utama Kurikulum 2013, paradigma perubahan kultural Tanya-Jawab Kurikulum 2013 99 Berpusat pada Pembelajar perlu dikembangkan dalam diri pendidik. Perubahan kurikulum sebagus apa pun tidak akan mengubah kultur pendidikan kita yang sentralistis, guru-muridisme, dan murid-manutisme, bila kesiapan tenaga pendidik dan pelaku di lapangan tidak menyentuh sampai membongkar kesadaran budaya sentralisme yang memasung kreativitas guru, menciptakan budaya asal guru senang, dan asal murid naik kelas, meski sesungguhnya mereka tidak layak mendapatkan itu semua. Mengubah budaya ini merupakan keharusan. (Kompas, 28 Februari 2013) 100 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 101 102 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Urgensi Kurikulum 2013 Oleh Mohammad Abduhzen Direktur Eksekutif Institute for Education Reform Universitas Paramadina, Jakarta; Ketua Litbang PB PGRI Pemerintah berkukuh melaksanakan Kurikulum 2013 pada Juli mendatang seolah ada keharusan yang mendesak. Padahal, ”barangnya” masih kontroversial, perangkat pelaksanaannya pun belumlah siap. ”Tidak bisa ditunda dan harus dimulai tahun ajaran ini. Jika kita menunda, taruhannya besar terhadap masa depan generasi bangsa,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 103 Urgensi Kurikulum 2013 Implementasi Kurikulum 2013, menurut Mendikbud, penting dan genting terkait bonus demografi pada 20102035. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Sikap pemerintah itu terasa berlebihan karena sejatinya pengaruh perubahan Kurikulum 2013 tidaklah sedahsyat yang dibayangkan. Asumsi-asumsi teoritisnya memang muluk, tetapi yang riil berubah dan mudah dilaksanakan hanya pengurangan jumlah mata pelajaran dan penambahan durasi pembelajaran di sekolah. Sementara pendekatan tematik dan integratif bukanlah perkara baru, tetapi sekadar penegasan yang malah terkesan sebagai dalih ketiadaan IPA dan IPS dalam lis mata pelajaran SD. Gagasan tematik dan integratif tidak dirancang untuk pembaruan model pembelajaran siswa aktif (active learning) yang menyeluruh bagi semua mata pelajaran di setiap jenjang persekolahan seperti dikehendaki UU. Penerapan Kurikulum 2013 pada Juli atau kapan pun dalam format yang ada tampaknya tidak menimbulkan efek kualitatif yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Tak ada faktor yang mendukung perubahan ke arah itu, apalagi jika berbagai kerancuan kompetensi inti dan dasar dengan materi dibiarkan kabur, dan kurikulum dilaksanakan sebelum matang. Selain itu, posisi kurikulum dalam suatu sistem pendidikan berada pada level operasional yang jalannya ditentukan oleh fondasi, visi, dan substansi pendidikan, yang di negeri ini justru bermasalah. Wakil Presiden Boediono mengakui bahwa kita memang belum punya konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan yang dapat dijadikan kompas bagi begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air (Kompas, 29 Agustus 2012). Dengan menyampingkan persoalan arah pendidikan, kiranya perubahan metode pembelajaran 104 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Urgensi Kurikulum 2013 jauh lebih strategis dan urgen daripada kurikulum. Pembaruan Metode Meski kontroversial, tadinya Kurikulum 2013 diharapkan masih berkah terkait pendekatan pembelajaran tematikintegratif. Namun, setelah dicermati konsep dan rencana pelatihan guru yang kolosal dan kilat, semakin meyakinkan bahwa Kurikulum 2013 nantinya sekadar menghasilkan kesibukan selain penerbitan buku penataran kurikulum, bukan pelatihan metode baru yang sesungguhnya sangat dibutuhkan. Pembaruan metode pembelajaran dibutuhkan dan seharusnya dilakukan sejak lama dalam pendidikan kita. Pertama, karena adanya ”revolusi Copernican” dalam definisi pendidikan dari pembelajaran berpusat pada guru (teacher-centered) seperti dalam Pasal 1 Ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), ke berpusat pada murid (studentcentered) menurut UU No 20 Tahun 2003 sebagai revisi UU Sisdiknas. Pembalikan paradigma ini bukan satu kelatahan, melainkan didasari pergeseran konsep interaksi belajar mengajar dari ”mengajar” (teaching) ke ”pembelajaran” (learning). Perkembangan ini selanjutnya menuntut perubahan cara pandang, pendekatan, dan metode pembelajaran yang lebih partisipatif dan dialogis. Pendekatan tematik-integratif sesungguhnya sesuai dengan paradigma baru ini, tetapi sayangnya tidak dielaborasi secara jelas hingga model pembelajaran. Kedua, hasil riset Profesor Beeby tahun 1970an (bukunya diterbitkan 1975) menyimpulkan bahwa persoalan kronis pendidikan kita di antaranya praktik kelas yang membosankan. Guru-guru mengajar dengan Tanya-Jawab Kurikulum 2013 105 Urgensi Kurikulum 2013 latar belakang pengetahuan dan keterampilan metodik yang minimal sehingga aktivitas kelas seperti ritual. Sedikit sekali, kata Beeby, sekolah di Indonesia membantu menumbuhkan potensi seorang murid. Pengaruh sekolah yang menjemukan serta tak imajinatif itu tetap terasa ketika seseorang menjadi dewasa dan memimpin masyarakatnya. Ketiga, profesionalisme guru. UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen telah memberikan landasan kuantitatif bagi peningkatan mutu guru, yaitu kualifikasi akademik, sertifikat pendidik, dan empat kompetensi: pedagogis, profesional, sosial, dan kepribadian. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan mengelola pembelajaran dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Peningkatan profesionalisme guru seyogianya ditandai berbagai aktivitas pembaruan metode dan kinerja guru. Keempat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak 2009 (saat membuka Temu Nasional) meminta Mohammad Nuh mengubah metodologi belajar mengajar. Pola yang sekarang, kata Presiden, tidak mendorong siswa kreatif dan inovatif sehingga sulit memunculkan jiwa kewirausahaan anak didik. ”Saya minta Menteri Pendidikan Nasional mengubah metodologi belajar mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya gurunya yang aktif, tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif,” kata Presiden (Kompas, 30 Oktober 2009). Presiden seharusnya mengaudit kinerja menterinya apakah gagasan bagus dalam pidato dikerjakan dengan benar atau hanya berlalu terbawa angin. 106 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Urgensi Kurikulum 2013 Perubahan Kesadaran Metode pembelajaran melekat pada perilaku guru sehingga pembaruan metode inheren dengan pengembangan aspek kemanusiaan guru. Oleh sebab itu, pelatihan metode tak cukup dengan berceramah tentang pengetahuan dan teknik mengajar, tetapi juga Metode harus sekaligus melibatkan pembelajaran guru dalam proses dinamis melekat pada perubahan kesadaran dan perilaku guru motivasi profesi. Perbaikan sehingga metode akan berpengaruh lebih pembaruan cepat dan luas terhadap kualitas metode inheren pendidikan karena posisi dan dengan peran strategis guru. Metode pengembangan yang dipergunakan dan sikap aspek kemanusiaan guru juga sangat menentukan guru. Oleh sebab keberhasilan penanaman itu, pelatihan nilai-nilai dan pembentukan metode tak pola pikir dalam Pendidikan cukup dengan karakter. berceramah Namun, tak seperti tentang kurikulum yang 10 kali diubah pengetahuan dan metode kurang dianggap/tak teknik mengajar, diketahui penting sehingga tetapi juga upaya pembaruan hanya se­ harus sekaligus kali sepanjang sejarah pen­ melibatkan guru dalam didikan kita, yakni ketika eks­ proses dinamis perimen Cara Belajar Siswa perubahan Aktif (CBSA) 1980-an yang kesadaran dan tak berkesinambungan. Di motivasi profesi. samping itu, mengubah metode Tanya-Jawab Kurikulum 2013 107 Urgensi Kurikulum 2013 tak semudah mengembangkan kurikulum yang biasanya cukup menambah atau mengurangi jumlah mata pelajaran dan jam pelajaran. Era profesionalisme guru sekarang ini seyogianya jadi momentum memperbarui ”praktik kelas” dengan prioritas pengembangan metode baru, bukan mengubah kurikulum yang sebenarnya tak urgen. (Kompas, 21 Februari 2013) 108 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 109 110 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan vs Perombakan Kurikulum Oleh Hafid Abbas Guru Besar Universitas Negeri Jakarta Dalam satu dekade terakhir, dunia pendidikan di Tanah Air seakan terus terbelenggu dalam dilema. Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu Pertama 20042009, Wapres Jusuf Kalla gigih melaksanakan pengendalian mutu pendidikan dengan pemberlakuan standar ujian nasional. Tidak ada toleransi kelulusan bagi mereka yang tidak melewati standar minimum dari sejumlah mata pelajaran yang diujikan, Akibatnya, masyarakat seakan Tanya-Jawab Kurikulum 2013 111 Pendidikan vs Perombakan Kurikulum mengalami sentakan sosial ketika melihat ada sekolah yang tidak satu pun siswanya lulus karena kelaziman sebelumnya secara nasional kelulusan selalu di kisaran 100 persen atau mendekati 100 persen. Alasan Kalla ketika itu sangat sederhana. Jika sekolah selalu meluluskan siswanya 100 persen, siswa merasa tidak perlu belajar, guru tidak termotivasi mengajar sungguhsungguh, dan orangtua tidak merasa perlu ikut bertanggung jawab atas mutu pendidikan. Cara ini, menurut Kalla, adalah mekanisme peningkatan mutu pendidikan yang paling murah dan mudah dilaksanakan. Dengan demikian, pendidikan kita menjadi tanggung jawab semua pihak (siswa, masyarakat, dan pemerintah) menuju pencapaian mutu yang lebih tinggi. Selanjutnya, bangsa kita tak lagi akan menjadi kuli dari Malaysia. Sewaktu menjabat sebagai Menko Kesra pada 2003, Kalla menemukan tingkat kesukaran ujian akhir jenjang SD di Malaysia untuk Bahasa Inggris relatif sebanding dengan kesukaran ujian akhir jenjang SLTA di Indonesia. Tingkat kesukaran IPA dan Matematika jenjang SLTP relatif sama dengan jenjang SLTA. Sementara standar kelulusan nasional Malaysia dengan tingkat kesukaran tersebut pada 2003 adalah 6, sedangkan Indonesia 3. Jika tiap tahun standar kelulusan dinaikkan 0,5, berarti mutu pendidikan Indonesia tertinggal 9-12 tahun dari Malaysia. Dengan standar kelulusan itu, dapat dipastikan terdapat peningkatan mutu pendidikan kita secara bertahap dan pada waktunya Indonesia akan berada pada posisi yang sejajar dan bahkan mengungguli Malaysia. Kini, keadaannya kembali lagi ke tingkat kelulusan yang mendekati 100 persen. Pada tahun ajaran 2010, untuk jenjang SMA/MA, misalnya, tingkat kelulusan peserta ujian nasional mencapai 99,22 persen. Tingkat kelulusan di 112 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan vs Perombakan Kurikulum jenjang SLTP dan SMK juga relatif sama. Akibatnya, ujian nasional tidak lagi menjadi sarana yang memotivasi siswa, orangtua, dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Kebijakan yang telah diletakkan Kalla terkesan ditinggalkan begitu saja oleh kabinet baru. Masyarakat seakan disuguhkan satu tontonan drama kekuasaan. Betapa pun kebesaran dan manfaat yang telah diletakkan masa lalu seakan tidak lagi mendapat tempat karena peletaknya tidak lagi di kekuasaan. Dilema Pendidikan Dalam artikel di Kompas, 27 Agustus 2012, Wapres Boediono dengan tegas menyebutkan, sampai saat ini kita belum punya konsepsi yang jelas mengenai substansi Kurikulum pendidikan. Karena tak ada 2013 hasil konsepsi yang jelas, timbullah perombakan kecenderungan untuk me­ ma­ kurikulum sukkan apa saja yang dianggap sebelumnya harus segera penting ke dalam kurikulum. diberlakukan Akibatnya, terjadilah beban meski berlebihan pada anak didik. masyarakat luas Bahan yang diajarkan terasa belum melihat ”berat”, tetapi tak jelas apakah hasil satu anak mendapatkan apa yang penelitian ilmiah seharusnya diperoleh dari yang menyatakan pendidikannya. bahwa mutu Akibat dari kerisauan pendidikan Wapres itu, tiba-tiba tim­ kita terus bullah proyek perombakan merosot karena kesalahan kurikulum yang terkesan kurikulum. dipaksakan. Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 113 Pendidikan vs Perombakan Kurikulum hasil perombakan kurikulum sebelumnya harus segera diberlakukan meski masyarakat luas belum melihat hasil satu penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa mutu pendidikan kita terus merosot karena kesalahan kurikulum. Apakah tidak ada faktor lain yang lebih dominan dari kurikulum? Misalnya, sebagaimana telah diungkapkan Mendikbud Mohammad Nuh sendiri di hadapan Komisi X DPR pada 21 Maret 2011, terdapat 88,8 persen sekolah di Indonesia SD hingga SMA/SMK belum melewati mutu standar pelayanan minimal. Lalu, mengapa bukan itu yang dibenahi lebih dahulu? Perubahan kurikulum dadakan ini cermin ketiadaan kerangka besar arah pembenahan pendidikan nasional. Di tengah berbagai keterbatasan yang ada, keliru besar bila pembenahan pendidikan di semua jenjang, jenis, dan jalur baik di pusat maupun di tiap kabupaten/kota dilakukan secara parsial dan tidak menyentuh sistem karena tanpa didasari hasil pengkajian ilmiah. Dalam era Orde Baru, misalnya, di berbagai periode kabinet, sejak periode Mashuri, Soemantri Brodjonegoro, Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, Nugroho Notosusanto, Fuad Hassan, Wardiman Djojonegoro, Wiranto Arismunandar, hingga kabinet era Reformasi, betapa banyak gagasan inovatif dan strategis. Namun, gagasangagasan itu terkesan bersifat temporer, terlaksana sebatas masa jabatan menteri yang bersangkutan. Betapa banyak dana yang telah dihabiskan, tetapi akhirnya upaya tersebut tidak cukup terlihat dampaknya bagi pembenahan masalah pendidikan. Lihatlah, misalnya, pengembangan Sekolah Pembangunan, proyek CBSA, pengajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, dan pengembangan link and match. Bahkan, jika kita membuka lembaran masa lalu, terlihat 114 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pendidikan vs Perombakan Kurikulum betapa lebih seabad silam visi besar pendidikan sudah dirumuskan Boedi Oetomo pada 1908. Angkatan ini sudah mengungkapkan dalam anggaran dasarnya yang dirumuskan pada Pasal 3: (1) usaha pendidikan dalam arti seluas-luasnya; (2) peningkatan pertanian, peternakan, dan perdagangan; (3) kemajuan teknik dan kerajinan; (4) menghidupkan kembali kesenian pribumi dan tradisi; (5) menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan; dan (6) halhal yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa. Dalam pembahasan program juga telah dibahas pembangunan perpustakaan rakyat dan pendidikan untuk perempuan. Sungguh begitu banyak pemikiran dan langkah besar yang telah dilakukan para pendahulu kita, tetapi hilang begitu saja, tidak diteruskan penerusnya. Jika kita selalu mengedepankan egoisme sektoral dan kepentingan politik pencitraan, kita akan selalu berada dalam cengkeraman dilema. Proyek dan Pencitraan Tidak tertutup kemungkinan apa yang telah dilakukan periode Mohammad Nuh akan diabaikan menteri berikutnya. Akibatnya, kita tidak akan pernah mencapai prestasi besar. Tembok China adalah salah satu wujud mahakarya peradaban umat manusia karena, meski mulai dibangun sebelum periode Dinasti Qin pada 722 SM, dinasti mana pun pada era kekuasaan berikutnya terus memelihara dan meneruskan hingga kini. Modus perubahan kurikulum lebih terkesan sebagai ikhtiar dadakan karena tidak didahului persiapan yang lebih matang. Memang, perombakan kurikulum pilihan paling aman. Sebab, jika ikhtiar dadakan itu keliru, kekeliruan itu baru akan terungkap 10-20 tahun kemudian. Lagi pula, jika Tanya-Jawab Kurikulum 2013 115 Pendidikan vs Perombakan Kurikulum terdapat perubahan satu lembar kurikulum, dimungkinkan dilahirkan begitu banyak proyek baru yang dapat menyerap anggaran sekian triliun rupiah. Semoga pendidikan kita tidak terus-menerus terbelenggu dalam dilema dan berjalan di tempat. Sudah waktunya kenegarawanan lebih dikedepankan dari sekadar pencitraan sesaat. (Kompas, 13 Maret 2013) 116 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 117 118 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Petisi untuk Wapres Oleh Acep Iwan Saidi Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB Selamat pagi, Pak Wakil Presiden. Ketika tahun lalu Anda menulis esai bertajuk ”Pendidikan Kunci Pembangunan” (Kompas, 27 Agustus 2012), harapan mengenai perubahan sistem pendidikan ke arah yang lebih baik membuncah di benak saya. Bukan semata-mata karena gagasan Anda yang brilian pada tulisan itu, melainkan yang utama dan pertama adalah kebesaran hati Anda untuk berkenan menyapa publik, Tanya-Jawab Kurikulum 2013 119 Petisi untuk Wapres rakyat yang Anda pimpin. Sudah terlalu lama kita tidak mendengar ”suara intelektual” seorang pemimpin di ruang publik melalui sebuah tulisan. Anda pun ternyata bukan sekadar menulis, melainkan juga mengambil tanggung jawab untuk merealisasikan gagasan tersebut dengan membentuk Tim Kurikulum 2013, tentu saja melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sungguh pekerjaan yang mulia. Kurikulum adalah kompas bagi dunia pendidikan. Jika kita yakin pendidikan merupakan fondasi kehidupan, jelas kurikulum adalah petunjuk arah ke mana bangsa ini akan melangkah. Kita semua tahu belaka hasil kerja Tim Kurikulum itu menuai banyak masalah. Pro dan kontra terjadi. Sebagian pihak memang menganggap itu hal biasa ketika kita mau mengadakan perubahan. Namun, saya tidak sepakat. Sekecil apa pun derau hendaknya disikapi. Ini bukan soal politik. Jangan sampai keputusan pemberlakuan kurikulum berdasar pada perbandingan jumlah yang pro dan kontra, sebagaimana sinyalnya telah dikirim Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah beberapa waktu lalu. Bahwa, kurikulum akan tetap dijalankan sebab jumlah yang mendukung lebih banyak daripada yang menolak (Kompas, 14/2). Pak Wakil Presiden, bagi saya soalnya bukan pada pro dan kontra sedemikian, tetapi pada sebatas mana kurikulum tersebut dapat dijelaskan ”secara rasional” kepada publik. Saya melihat Mendikbud tidak bekerja dalam nalar demikian, tetapi cenderung memilih mekanisme defensif dalam kebersikukuhan kuasa. Ia memang melakukan uji publik, tapi tampak istilah ini hanya nama lain dari sosialisasi. Sebagai sebuah sosialisasi, kurikulum tetap akan dijalankan. Apa pun tanggapan publik. Dengan kata lain, 120 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Petisi untuk Wapres uji publik hanya sebuah alibi untuk legitimasi politik bahwa kurikulum telah mendapat persetujuan publik. Simplifikasi Faktanya, Kurikulum 2013 memang layak dipertanyakan. Berikut saya tunjukkan beberapa bagian pada bidang yang sesuai dengan konsentrasi studi saya, yakni pelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah dasar, yang secara lebih jauh ditinjau dalam perspektif kebudayaan. Saya berharap hal ini bisa menjadi perhatian Pak Wapres. Pada bagian Kompetensi Inti (KI) bidang studi Bahasa Indonesia tertulis empat KI, yakni: ”(1) Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya; (2) Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru; (3) Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah; dan (4) Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia”. Empat KI ini sama untuk seluruh kelas (I-VI). Dalam dunia tulis-menulis, kita biasa mengatakan kasus semacam ini dengan istilah tempel-salin (copy-paste). Empat KI yang sama tiap kelas tersebut dikembangkan menjadi beberapa kompetensi dasar (KD) yang sangat formalistik. Untuk KI pertama terdapat dua KD; KI kedua sampai keempat masing-masing lima KD. Itu untuk kelas I-V. Untuk kelas VI, KI pertama dua KD; KI kedua sampai Tanya-Jawab Kurikulum 2013 121 Petisi untuk Wapres keempat masing-masing empat KD. Sekilas perumusan itu mungkin tak bermasalah. Apa bedanya Namun, ditelaah lebih jauh Kurikulum tampak bagaimana pola pikir 2013 dengan positivisme menjadi basis dan kurikulum membelenggu kurikulum ini. lama jika dasar Soal kemanusiaan (bahasa) ontologi dan epistemologinya direduksi atau disimplifikasi sama. Tentu dengan penyeragaman pada yang berbeda lapis permukaan. Jadi, apa hanyalah bedanya Kurikulum 2013 kemasannya. dengan kurikulum lama jika dasar ontologi dan epistemologinya sama. Tentu yang berbeda hanyalah kemasannya. Di samping itu, pola tersebut juga menjadi kontradiktif dengan semangat yang sering digemborkan, yakni menciptakan siswa kreatif dan berkarakter. Petisi Baiklah, Pak Wapres, meskipun rumusan KI dan KD tersebut tetap harus diperdebatkan, saya tidak ingin memperpanjangnya. Sekarang tolong perhatikan dengan saksama isi dari tiap KI yang dikutip di atas. Saya pikir, ”barang siapa” yang berpikir dengan jernih pasti tidak akan pernah mengerti, bagaimana mungkin sebuah bidang studi yang dinamai Bahasa Indonesia, di dalam KI-nya tidak sedikit pun bicara inti pelajaran Bahasa Indonesia. Demikian halnya dalam KD-nya (silakan Bapak periksa sebab tidak mungkin dikutip di sini). Jika dipersingkat, studi saya atas kurikulum bidang pelajaran Bahasa Indonesia sampai pada kesimpulan bahwa 122 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Petisi untuk Wapres secara substansial sebenarnya bahasa Indonesia tidak pernah diajarkan. Bahasa Indonesia hanya disikapi sebagai alat dalam sebuah bidang studi yang dinamai Pelajaran Bahasa Indonesia. Perhatikan, misalnya, salah satu KD untuk kelas VI adalah ”memiliki kepedulian dan tanggung jawab tentang ciri khusus makhluk hidup dan lingkungan melalui pemanfaatan bahasa Indonesia”. Saya mengerti Kurikulum 2013 bersifat integratif sehingga dalam KD di atas pengetahuan alam diintegrasikan ke dalam bidang studi Bahasa Indonesia (meskipun terkesan mengada-ada). Namun, nama sebuah bidang studi adalah pusat dari berbagai disiplin yang diintegrasikan pada bidang bersangkutan. Jadi, untuk pelajaran Bahasa Indonesia, pokok kalimat KI dan KD-nya harus bahasa Indonesia. Pada kasus KD tadi, memiliki kepedulian dan tanggung jawab melalui pemanfaatan bahasa jelas berbeda dengan memahami bahasa untuk memiliki kepedulian dan tanggung jawab. Yang terakhir itulah yang mestinya menjadi KD bidang studi Bahasa Indonesia. Baiklah, Pak Wapres, ruang ini terlalu sempit untuk mengurut berbagai kekacauan pada kurikulum tersebut. Sebagai penutup, mewakili semua pihak yang mempertanyakan kurikulum ini, dengan tegas saya menyatakan menolak. Esai ini adalah sebuah petisi. Demi masa depan bangsa, mohon kiranya Bapak mempertimbangkan kembali pemberlakuan kurikulum ini. Masih banyak waktu. Saya kira kita sepakat bahwa tergesagesa justru sering mengurangi kecepatan. (Kompas, 4 Maret 2013) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 123 124 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menyambut Kurikulum 2013 Oleh Anita Lie Anggota Tim Inti Pengembangan Kurikulum; Guru Besar Unika Widya Mandala, Surabaya Wacana yang berkembang di masyarakat terkait Kurikulum 2013 sangat marak. Ada berbagai persepsi dan kritik yang berkembang dan perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun. Terlepas dari cemooh ”ganti menteri ganti kurikulum”, kurikulum memang harus senantiasa berubah seiring perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. Kritik dari kalangan industri justru diarahkan pada keengganan dunia Tanya-Jawab Kurikulum 2013 125 Menyambut Kurikulum 2013 pendidikan untuk merespons perubahan dalam masyarakat dan mentransformasi diri. Selama era reformasi, ini adalah ketiga kalinya kurikulum ditelaah dan dikembangkan dalam skala nasional setelah Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Publik sedang menantikan perubahan seperti apa dan apa yang akan ditawarkan dalam kurikulum baru serta dampak apa yang bisa diharapkan pada keluaran sistem pendidikan ke depan, sebagai akibat dari intervensi pemerintah melalui pengembangan kurikulum ini. Substansi Perubahan Yang ramai diperbincangkan di media massa terkait perubahan kurikulum adalah pengurangan mata pelajaran dan penambahan jam belajar. Secara mendasar, ada empat elemen perubahan dalam Kurikulum 2013, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian. Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan memper­ hatikan pengembangan nilai, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat kompetensi inti 126 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Menyambut Kurikulum 2013 (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar pada setiap kelas. Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses). Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan. Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Perubahan Struktur Kurikulum telah memancing reaksi pro-kontra terkait pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, dan Matematika pada jenjang SD. Integrasi kompetensi dasar yang biasanya diwadahi dalam mata pelajaran IPA dan IPS ke dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia menuntut guru terus mengembangkan kompetensi profesional dan pedagogi mereka agar proses pembelajaran tematik-integratif bisa mengantar peserta didik mencapai standar kompetensi lulusan. Sebagai bagian penting dalam rangkaian desain kurikulum, Standar Penilaian pun seyogianya berubah pula di kemudian hari. Penilaian yang mengukur hanya hasil pencapaian kompetensi harus bergeser menjadi penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses. Pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan pekerjaan besar yang melibatkan banyak orang, mulai dari Wakil Presiden, para birokrat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta kementerian lain yang terkait, akademisi, Tanya-Jawab Kurikulum 2013 127 Menyambut Kurikulum 2013 budayawan, agamawan, ilmuwan, pengembang kurikulum, dan guru. Proses Pengembangan Kurikulum Proses panjang dan intensif dalam pengembangan Kurikulum 2013 meramu dan mengolah Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Tentu saja adu argumentasi di antara anggota tim pengarah, tim inti, dan tim teknis pengembangan selama proses tidak bisa dihindari dan justru memperkaya dan mematangkan desain kurikulum yang baru. Selanjutnya, rangkaian kegiatan uji publik yang sudah dijadwalkan mulai dari Kamis, 29 November, dan selama bulan Desember 2012 di sejumlah kota diharapkan bisa melibatkan para pemangku kepentingan dan menampung berbagai aspirasi dari masyarakat. Dalam era demokrasi, partisipasi dan keterlibatan publik akan meningkatkan rasa kepemilikan terhadap kurikulum baru ini. Rasa kepemilikan ini akan mendorong keberhasilan pencapaian tujuan kurikulum dengan lebih efektif dibandingkan dengan imposisi dari otoritas pendidikan terhadap satuan pendidikan dan masyarakat. Tentu saja, rancangan Kurikulum 2013 tidak mungkin memuaskan semua pihak secara optimal. Demikian pula, tidak semua anggota masyarakat yang mempunyai aspirasi terhadap sistem pendidikan nasional bisa dilibatkan dalam kegiatan uji publik. Di negara yang sedang memperjuangkan dan memelihara demokrasi, ada banyak saluran penyampaian aspirasi di luar kegiatan uji publik. Kecemasan dan kritik lewat media massa bisa dianggap sebagai bentuk kepedulian dan keterlibatan masyarakat terhadap sistem pendidikan nasional. Masukan yang 128 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menyambut Kurikulum 2013 diharapkan dari publik mencakup tetapi tidak terbatas pada perspektif tentang kompetensi inti yang melandasi penjabaran kompetensi dasar pada setiap jenjang, struktur kurikulum, pengintegrasian IPA dan IPS pada jenjang SD, penambahan jam belajar, penghapusan penjurusan di SMA, serta optimalisasi potensi keberhasilan kurikulum. Dalam teori kurikulum, keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum termasuk pembelajaran dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Dalam konteks ini, keberhasilan ditentukan oleh komitmen pemegang otoritas pendidikan di tingkat daerah, pengembangan kapasitas guru, dan desain penilaian belajar siswa. Apakah Kurikulum 2013 ini akan memenuhi harapan masyarakat dan berperan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia? Masih perlu komitmen dan kerja keras para pembuat kebijakan dan pemegang otoritas pendidikan di tingkat nasional dan daerah, kepercayaan dan dukungan para pemangku kepentingan. (Kompas, Desember 2012) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 129 130 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum “Berpikir” 2013 Oleh Rhenald Kasali Guru Besar FE-UI Di banyak negara, saya sering menyaksikan siswa sekolah atau mahasiswa yang aktif berdiskusi dengan guru atau dosennya. Persis seperti yang dulu sering kita lihat dalam iklan margarin pada tahun 1980-an, atau gairah siswa Wellesley College yang kita lihat dalam film Monalisa Smile. Sewaktu mengajar di University of Illinois, saya kerap berhadapan dengan anak-anak seperti itu. Karena materi Tanya-Jawab Kurikulum 2013 131 Kurikulum “Berpikir” 2013 yang harus diajarkan begitu banyak, saya menjawab seperti kebiasaan guru di sini. ”Sebentar ya. Biar saya selesaikan dulu.” Namun, anak-anak itu tetap tak mau menurunkan tangannya sebelum dilayani berdiskusi. Belakangan saya diberi tahu bahwa pendidik yang baik harus cekatan melayani diskusi, bukan meringkas isi buku. Seorang guru besar senior mengingatkan, ”Kami bersusah payah mengubah satu generasi, dari TK hingga SLTA, mengubah kebiasaan siswa yang malas berpikir menjadi aktif mengeksplorasi dengan lebih percaya diri.” Mengapa tradisi seperti itu tidak terjadi di sini? Bahkan di perguruan tinggi semakin banyak dosen mengeluh bahwa anak-anak sekarang tidak gemar membaca sehingga tidak bisa diajak berdiskusi. Dihafal, Bukan Dipikir Anak-anak kita punya tradisi belajar yang sangat berbeda, yang mengakar sejak taman kanak-kanak. Mata ajaran yang dipelajari jauh lebih banyak, tetapi tidak mendalam. Kalau sulit, rumus yang sangat banyak dibuatkan jembatan keledai atau singkatan-singkatan agar mudah dikeluarkan dari otak. Cara belajar yang demikian berpotensi menghasilkan ”penumpang” ketimbang ”pengemudi”. Karena itu, banyak orang yang lebih senang duduk menunggu, hidup ”menumpang”, ”dituntun”, atau diarahkan ketimbang menjadi pengemudi yang aktif dan dinamis. Seperti tampak di angkutan umum, penumpang boleh mengantuk, tertidur, terdiam, sibuk sendiri, tak perlu tahu arah jalan, dan praktis kurang berani mengambil risiko. Sementara pengemudi adalah sosok yang sebaliknya. Karena orangtua juga dibesarkan dalam tradisi belajar yang sama, tradisi serupa ada di rumah. Dengan jumlah mata 132 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum “Berpikir” 2013 ajaran yang semakin hari semakin banyak, jumlah yang dihafal siswa di sini juga semakin memberatkan. Perhatikanlah bagaimana siswa berikut ini belajar. Siswa kelas I SD yang ibunya bekerja mengucapkan kalimat ini: ”Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Ayah ke kantor mencari nafkah, ibu merawat anak-anak di rumah.” Anak itu sempat protes karena ibunyalah yang bekerja, tetapi ibu guru menyatakan ”Dihafal saja karena bukunya berkata demikian”. Ibu di rumah berkata serupa: ”Kalau engkau mau naik kelas, dihafal saja.” Daya kritis tidak diberi ruang, pertanyaan-pertanyaan penting yang diperlukan manusia untuk bernalar dimatikan sedari muda. Sementara mata ajar kesenian yang diadakan untuk merangsang daya kreasi juga distandarkan dan dihafal. Seperti yang dialami anak-anak yang menggambar Gagasan pemandangan: gunung dua merampingkan berjajar, matahari di tengah, jumlah mata dan seterusnya. ajaran tentu saja Hafalan diperlukan untuk tak boleh diikuti mengikuti ujian nasional dan oleh rasa takut agar diterima di perguruan yang berlebihan tinggi atau menjadi pegawai di kalangan para negeri sipil. Bahkan untuk pendidik. Sebab, diterima di jurusan seni rupa sebagaimana sebuah perguruan tinggi negeri layaknya setiap terkenal, ujian masuknya perubahan, maka tak pernah juga ujian menghafal, bukan ada perubahan portofolio karyakarya calon yang langsung mahasiswa. berakhir dengan Demikianlah penumpang, kesempurnaan. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 133 Kurikulum “Berpikir” 2013 sekolahnya menghafal tetapi tidak berani berbuat, apalagi menyatakan identitas diri atau berpikir. Ini ditambah lagi tradisi membesarkan anak yang sejak lahir tubuh dan kedua kaki-tangannya dibedong lalu digendong. Sekalipun sudah bisa berjalan, kita selalu dituntun orang dewasa. Beda benar dengan tradisi belajar di negara-negara yang mendorong manusianya berpikir dan bertindak. Di negeri penumpang, wacana berlimpah, gagasan hebat mudah ditemui di televisi, tetapi sedikit sekali kaum elite yang bergerak. Kurikulum Berpikir Gagasan merampingkan jumlah mata ajaran tentu saja tak boleh diikuti oleh rasa takut yang berlebihan di kalangan para pendidik. Sebab, sebagaimana layaknya setiap perubahan, maka tak pernah ada perubahan yang langsung berakhir dengan kesempurnaan. Namun, satu hal yang pasti, seperti orang yang berfoto bersama, maka setiap orang akan selalu melihat pada wajahnya masingmasing. Ia akan mengatakan fotonya bagus, semata-mata kalau dirinya tampak bagus. Bagi saya, perubahan kurikulum yang ramai diperbincangkan seharusnya dapat dilihat pada aspek lebih luas daripada sekadar merampingkan mata ajaran. Perubahan ini seharusnya dapat dijadikan momentum untuk melakukan transformasi diri manusia Indonesia dari tradisi mindset ”penumpang” menjadi cara berpikir ”pengemudi”. Transformasi ini berdampak sangat luas yang sudah pasti membutuhkan penyempurnaan bertahap hingga ke tingkat pendidikan tinggi. Riset-riset terbaru menunjukkan, betapa banyak cara kita belajar sudah harus diubah. Daniel Coyle (2010), misalnya, menunjukkan kemajuan yang dicapai dalam 134 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum “Berpikir” 2013 neuroscience yang menemukan bahwa manusia cerdas tidak hanya dibentuk oleh memori otak, tetapi juga memori otot (myelin). Sementara Carol Dweck dan Lisa Blackwell (2011) menemukan bahwa anak-anak yang secara akademik dianggap cerdas berpotensi menyandang mindset tetap sehingga kecakapannya untuk berkembang menjadi terhambat. Keduanya menunjukkan cara-cara baru membentuk mental pengemudi yang sangat dibutuhkan untuk mempersiapkan generasi baru di abad ke-21. Jadi, terimalah perubahan dan persiapkan lebih baik. (Kompas, 28 Desember 2012) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 135 136 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menuju Pendangkalan Nalar Oleh Terry Mart Dosen Fisika FMIPA UI Rencana pemerintah untuk mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia membuat cemas para praktisi ilmu pengetahuan dasar. Mereka membahasnya dalam Forum Diskusi Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jakarta, seperti yang diberitakan Kompas, Kamis, 8 November 2012. Dalam diskusi Dewan Pendidikan Tinggi, terutama Tanya-Jawab Kurikulum 2013 137 Menuju Pendangkalan Nalar Majelis Penelitian, para pemerhati ilmu-ilmu sosial dan humaniora pun turut mencemaskan hal ini. Hitung-hitungan pemerhati pendidikan Prof Yohanes Surya memperlihatkan, jika pelajaran IPA dan IPS jadi diintegrasikan ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia, porsi IPA yang dapat dipertahankan dalam pelajaran baru tersebut akan kurang dari 30 persen. Padahal, kita sering mendengar bahwa isi dan cara pengajaran IPA di SD masih jauh dari ideal sehingga sering dituding menjadi penyebab rendahnya penguasaan IPA. Guru Besar Matematika ITB Prof Iwan Pranoto menyatakan bahwa apa yang diajarkan saat ini adalah IPA dan Matematika semu karena tidak merangsang daya nalar siswa. Sangat ironis jika dikaitkan dengan cita-cita luhur bangsa ini untuk menjadi bangsa mandiri yang menguasai iptek dan tidak bergantung atau tidak dapat dikuasai bangsa lain. Lebih ironis lagi jika kita mendengar bahwa rencana penghapusan IPA dilatarbelakangi oleh perilaku negatif siswa-siswa kita saat ini, seperti maraknya tawuran antarsiswa, yang korelasinya dengan pelajaran IPA jelas sangat sayup. Bukankah tawuran itu juga diakibatkan kurangnya daya nalar? Mohammad Abduhzen dalam tulisannya (Kompas, 12/12/2012) juga menyayangkan penghapusan ini mengingat sifat bangsa kita yang masih sangat mitis dan mistis. Nalar kita kalah Bukan rahasia lagi jika daya nalar siswa kita kalah dibandingkan dengan siswa negara jiran atau negara maju. Meski dalam olimpiade sains atau sosial siswa kita sering menggondol medali emas, secara rerata daya nalar siswa kita rendah. 138 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menuju Pendangkalan Nalar Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), sebuah pusat studi yang mengakses kemajuan matematika dan sains siswa kelas empat SD dan kelas dua SMP setiap empat tahun. Hasil TIMSS 2011 yang baru saja dilaporkan memutarbalikkan keyakinan sebagian masyarakat, bahwa siswa-siswa kita jauh lebih unggul dibandingkan siswa negara lain. Untuk bidang sains, Indonesia menempati tiga urutan terendah bersama Maroko dan Ghana. Ironisnya, prestasi siswa Indonesia bahkan kalah dibandingkan dengan siswa Palestina, Lebanon, dan hampir semua negara Timur Tengah (Tabel 3.2 TIMSS 2011 Science). Singkat cerita, laporan TIMSS menguak bahwa siswa kita tidak unggul dalam memecahkan soal-soal sains dan matematika yang membutuhkan daya nalar tinggi ketimbang kepiawaian menghafalkan rumus-rumus kompleks. Di lain pihak, kita juga tahu persis bahwa usia SD merupakan usia emas saat rasa ingin tahu (curiosity) seorang anak sangat tinggi, terutama terhadap fenomenafenomena alam dan sosial di sekitarnya. Sebagai seorang ayah yang memiliki dua anak di tingkat SD, saya sendiri sering kewalahan menjelaskan fenomena-fenomena alam dengan cara dan bahasa yang mudah ditangkap daya nalar anak berusia kurang dari 10 tahun. Untunglah, beberapa fenomena alam seperti turunnya hujan serta konservasi energi dijelaskan di pelajaran SD saat ini meski saya merasa pembahasannya kadang-kadang terlalu dalam untuk tingkat SD. Mungkin terasa aneh jika saya saja merasakan hal ini tidak mudah. Saya dapat membayangkan betapa sulitnya para orangtua yang tidak memiliki latar belakang atau pengetahuan mendalam tentang IPA dalam hal ini. Akan lebih parah lagi jika Tanya-Jawab Kurikulum 2013 139 Menuju Pendangkalan Nalar orangtua yang bersangkutan memiliki bekal pendidikan relatif kurang. Kondisi di atas akan semakin runyam jika pelajaran IPA di SD jadi dihapus. Kepiawaian dalam bernalar jelas sangat diasah di dalam pelajaran IPA di samping Matematika. Inilah yang membuat keresahan para pemerhati pendidikan sangat beralasan. Penghapusan ini tentu saja akan menurunkan daya nalar siswa. Mungkin, sejatinya, apa yang menjadi keprihatinan pemerintah adalah terlalu tingginya level materi IPA dan IPS sehingga kurikulumnya terlihat terlalu gemuk. Pada kenyataannya, hampir semua materi pelajaran SD saat ini memiliki tingkat yang terlalu tinggi dan terlalu gemuk. Bahkan, boleh dikatakan berlebih-lebihan. Tidak heran Kurikulum SD jika saat ini muncul pula boleh-boleh usulan penghapusan pelajaran saja diperbaiki Bahasa Inggris di SD karena dari masa ke dianggap terlalu tinggi dan masa. Namun, mengganggu konsentrasi penghilangan siswa pada pelajaran Bahasa mata pelajaran Indonesia. Namun, entah tertentu harus karena kebanggaan orangtua didasari pada atau tuntutan sekolah berbasis hasil penelitian internasional, pelajaran Bahasa yang sangat hati-hati dan Inggris di SD sudah menjadi saksama. mahapenting dan sakral. Perlu Hati-hati dan Saksama Kurikulum SD boleh-boleh saja diperbaiki dari masa ke masa. Namun, penghilangan mata pelajaran tertentu harus didasari pada hasil penelitian yang sangat hati-hati dan 140 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menuju Pendangkalan Nalar saksama. Kurikulum yang ada saat ini tentu merupakan hasil evolusi puluhan tahun. Pasti ada argumen kuat di balik adanya mata pelajaran IPA dan IPS di tingkat SD. Selain itu, penggabungan IPA dan IPS menjadi satu mata pelajaran tampaknya juga kurang masuk akal karena domain kedua mata pelajaran sangat berbeda. Keduanya mungkin baru menyatu atau konvergen di ranah penelitian yang sangat frontiers, seperti quantitative sociology dan quantitative psychology, yang saat ini tampaknya hanya dipahami oleh para peneliti bidang tersebut. Ada satu hal lain yang mungkin luput dari pemikiran para pengambil keputusan di tingkat pendidikan dasar, yaitu penalaan halus (fine tuning) pada program pendidikan dasar dapat berakibat besar dan fatal pada kinerja siswa ketika dia duduk di bangku kuliah, seperti cerita efek kupu- kupu dalam teori chaos. Apa yang tersurat di media massa saat ini, yaitu pemerintah sudah memperhitungkan dan mempersiapkan secara matang penghapusan IPA ini, mungkin perlu dikoreksi. Pihak perguruan tinggi yang akan mengambil alih tugas mendidik siswa-siswa SD tersebut paling lama 10 tahun lagi tidak diminta masukannya. Padahal, pihak ini juga akan menanggung akibatnya jika penghapusan IPA ini berdampak negatif kepada siswa-siswa tersebut. (Kompas, 27 Desember 2012) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 141 142 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Stigma Negatif Guru Oleh Sukemi Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi Media Serangkaian persiapan diberlakukannya Kurikulum 2013 pada awal tahun pelajaran 2013, Juli mendatang, makin mengemuka. Selain buku yang bakal dibagikan secara gratis, kesiapan guru dipertanyakan banyak pihak. Sayangnya mereka yang mempertanyakan terhadap kesiapan guru adalah dari kalangan guru sendiri, sehingga dapat disimpulkan jangan-jangan munculnya stigma negatif terhadap guru, justru dari kalangan sendiri. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 143 Stigma Negatif Guru Terhadap implementasi Kurikulum 2013 misalnya meminjam bahasa Mendikbud Mohammad Nuh, tentang stigma negatif guru diapa-apakno, dilatih, gak iso-iso. Pancet koyo ngene ae (diapa-apakan, dilatih, tidak pernah bisa. Tetap saja seperti ini). Apa yang disampaikan Mendikbud di depan guruguru PGRI di Semarang itu, tentu bukan dalam konteks merendahkan martabat guru. Mendikbud mengajak kalangan guru untuk tidak mau diremehkan dengan stigma negatif yang menganggap kualitas dan kompetensinya tidak bisa berkembang. Mendikbud juga mengajak seluruh guru untuk membuktikan dirinya bisa mengembangkan kompetensi dan kualitas serta tidak terpengaruh stigma negatif yang meremehkan kemampuan guru. Saya termasuk orang yang tidak percaya jika guru tidak bisa berubah. Menunjuk pengalaman lapangan yang dilakukan oleh Harian Republika bersama PT Telkom Tbk., dalam program “Bagimu Guru Kupersembahkan” misalnya, terlihat sekali betapa guru kita bisa berubah, betapa guru kita bisa diandalkan. KBK Disempurnakan Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Karena itu bisa disebut juga sebagai KBK yang disempurnakan. Di mana penyempurnaannya? Satu diantaranya, jika pada KBK 2004, standar kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi, maka pada Kurikulum 2013, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan apa yang 144 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Stigma Negatif Guru ingin dicapai oleh peserta didik pada jenjangnya. Penyempurnaan ini sangat fundamental, karena KBK 2004 maupun KTSP 2006, menempatkan standar kompetensi lulusan disejajarkan dengan standar proses dan standar penilaian. Mohammad Nuh, menyebutkan, rumusan Kurikulum 2013 berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis materi, sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum berbasis materi. Fakta di lapangan, perubahan adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, mulai dari perbuahan sosial-budaya hingga pada perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Atas dasar itu pulalah, muncul dinamika kurikulum, yang mau tidak mau harus berubah. Bukan semata untuk menjawab dan memenuhi tuntutan masyarakat, tapi yang lebih esensial adalah karena pengetahuan, keterampilan, dan sikap, pada peserta didik yang dihasilkan pun memiliki kompetensi memadai pada zamannya. Kurikulum disipakan untuk mencetak generasi yang siap didalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Terhadap berkembangnya stigma negatif di kalangan guru, memang tidak bisa dilepaskan dari hasil uji komptensi awal (UKA) dan uji komptensi guru (UKG) yang telah dilaksanakan oleh Kemdikbud. Tengok misalnya hasil UKA, ujian yang diperuntukkan bagi guru yang belum mendapatkan sertifikasi dan akan mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG), rerata nilai nasional yang diperoleh hanya 42,25, meski ada juga guru yang memperoleh nilai 97. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 145 Stigma Negatif Guru Demikian pula dengan hasil UKG, ujian bagi guru yang telah memperoleh sertifikasi, rerata nilainya pun tidak jauh berbeda, hanya diangka 43,66, meski ada guru yang mendapat nilai di atas 90. Bagaimana menyikapi fakta seperti ini, tidakkah kemudian kita miris melihatnya? Kemdikbud menanggapi positif terhadap hasil UKA dan UKG itu. Hingga kini Kemdikbud memang belum memiliki peta kompetensi guru, meski sudah lebih dari satu juta guru memperoleh tunjangan dari sertifikat pendidik yang mereka miliki. Sehingga sulit menentukan titik tolak untuk melakukan pelatihan apa yang sesuai dengan kebutuhan guru. Sejak awal pelaksanaan UKA dan UKG memang bertujuan untuk melakukan pemetaan terhadap potensi dan kemampuan guru, serta pemetaan kompetensi, sebagai dasar kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan. UKG adalah pengujian terhadap penguasaan kom­ pe­ tensi profesional dan pedagogik 146 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Pelatihan menjadi salah satu kata kunci dalam keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Pola yang disiapkan dalam pelatihan, tidak seperti yang dikhawatirkan masyarakat, hanya berupa ceramah. Ceramah tetap dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat umum dan memberikan pemahaman. Materi pendalaman dan praktik, diwujdukan dalam bentuk workshop, yang kemudian akan dilakukan pendampingan. Stigma Negatif Guru guru dalam ranah kognitif. Mendikbud Mohammad Nuh mengibaratkan, UKG seperti pemeriksaan kesehatan atau check up, untuk mengetahui apakah seseorang jantungnya normal atau tidak, gula darahnya bagus atau jelek. Dengan mengetahui hasil check up, maka upaya untuk melakukan perbaikan dari yang kurang tadi bisa dilakukan dengan tepat. Pelatihan menjadi salah satu kata kunci dalam keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Pola yang disiapkan dalam pelatihan, tidak seperti yang dikhawatirkan masyarakat, hanya berupa ceramah. Ceramah tetap dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat umum dan memberikan pemahaman. Materi pendalaman dan praktik, diwujdukan dalam bentuk workshop, yang kemudian akan dilakukan pendampingan. Pola pelatihannya disiapkan berjenjang, ada instruktur tingkat nasional, guru inti, dan kelas, dimana masing-masing membutuhkan persyaratan. Untuk menjadi instruktur nasional misalnya, selain berlatar belakang pendidikan minimal S1 program studi yang relevan, jika instruktur nasional berlatarbelakang dosen, maka yang diutamakan telah memiliki nomor induk asesor, sertifikasi guru pada bidang studi yang relevan Sedang bagi pengawas, kepala sekolah, dan guru harus sudah memiliki sertifikat pendidik pada bidang studi relevan. Demikian juga yang berasal dari widyaiswara, harus memiliki pengalaman pelatihan penyusunan kurikulum. Inilah yang kini sedang disiapkan dan dimatangkan. Harapannya melalui pelatihan inilah implementasi Kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik, sekaligus menghapus stigma negatif yang selama ini melekat pada guru. Semoga. (Republika, 11 Maret 2013) Tanya-Jawab Kurikulum 2013 147 148 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? Oleh Tjipto Sumadi Kepala Unit Implementasi Kurikulum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Seorang fisikawan berujar; ‘look deep into nature, and then you will understand everything better.’ Segala sesuatu dapat dipahami dengan menyelidiki alam secara mendalam. Kata ‘everything’ berimplikasi bahwa yang dapat dipahami Tanya-Jawab Kurikulum 2013 149 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? dengan mempelajari alam [nature] dengan menggunakan ilmu alam [natural sciences] yang dikuasainya bukan hanya alam itu sendiri tetapi juga segala sesuatu yang terdapat di dalamnya. Sebagai seorang fisikawan, ia menyadari bahwa ada prinsip-prinsip universal yang berlaku dalam alam beserta segala isinya, misalkan saja prinsip interaksi. Interaksi terjadi pada skala mikro yang hanya seukuran atom, sementara pada skala kosmik seukuran planet, dan tentunya juga pada skala makro yang seukuran manusia. Dengan tanpa dikotori oleh nafsu individualis, makhlukmakhluk Tuhan dalam konteks skala mikro dan kosmik tersebut senantiasa patuh pada sunnatullah [baca: hukum alam] yang mengatur interaksi antar-mereka sehingga di antaranya terbentuk ikatan yang stabil dengan saling memberi dan saling menarik, “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya” (Qs. Yasin [36] ayat 40). Hasilnya adalah terwujudnya kehidupan skala mikro, makro, dan kosmik yang harmonis. Ada banyak aturan-aturan alam yang indah yang memberikan pesan bagaimana interaksi seharusnya terjadi sehingga terbentuk ikatan yang stabil. Mempelajari alam, dengan sendirinya akan memberikan pemahaman terhadap hukum-hukum alam tersebut dan pesan-pesan indah dan agung yang terkandung di dalamnya. Pesan-pesan tersebut selanjutnya dimanfaatkan dalam memberikan pemahaman tentang bagaimana harusnya bersikap supaya keharmonisan pada tataran skala mikro, makro, dan kosmik tersebut juga dapat terjadi pada kehidupan sosial manusia yang di dalamnya terkandung kodrat manusia dengan segala hasrat dan akal yang melengkapinya, sebagai khalifah di muka bumi. 150 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? Kompetensi Mata pelajaran yang diberikan di sekolah adalah media untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik. Melalui mata pelajaran peserta didik akan memperoleh pengetahuan tertentu. Tetapi sesungguhnya kebutuhan utama peserta didik bukanlah pengetahuan itu, karena pengetahuan yang terkandung di dalam mata pelajaran sangatlah minim bahkan dapat berubah setiap saat. Sehingga pada saatnya nanti, kelak di kemudian hari, pada saat mereka harus hidup mandiri, pengetahuan tersebut (mungkin) tidak akan dipergunakan oleh peserta didik untuk mendukung kemandiriannya dalam memenuhi tuntutan pekerjaan atau kebutuhan hidupnya. Dengan demikian pengetahuan bukanlah satu-satunya kompetensi yang harus diperoleh peserta didik melalui mata pelajaran karena kompetensi ini masih belum ada manfaatnya. Pengetahuan yang diajarkan melalui mata pelajaran tidak boleh berhenti hanya sampai mengetahui apa pengetahuan yang terkandung di dalam mata pelajaran tersebut melainkan harus dilanjutkan sampai memahami bagaimana pengetahuan yang dimilikinya tersebut dapat disajikan dalam bentuk karya nyata dan/atau abstrak yang logis, etis, estetis, dan bermanfaat bagi bangsa, negara, dan peradaban manusia. Untunglah undang-undang Sistem Pendidikan Nasional kita telah mengikuti arus utama rumusan pendidikan global yang mensyaratkan bahwa pendidikan harus melengkapi peserta didik dengan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian tiap mata pelajaran harus dirancang untuk mengantarkan peserta didik supaya memperoleh pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran yang dipelajarinya, dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk membuatnya menjadi terampil dalam Tanya-Jawab Kurikulum 2013 151 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? berkarya sesuai deng­ an pengetahuan tersebut. Harus dipas­ tikan bahwa yang diperoleh peserta Dalam berkarya, didik adalah meningkatnya peserta didik ke­terampilannya dalam diajak untuk berkarya. Dalam proses mengalami sendiri pembentukan kompetensi, dari mengamati, pengetahuan adalah in­ menanya, mencoba, menalar, mengolah, put bagi peserta didik menyimpulkan, untuk diolahnya menjadi dan menyajikannya kompetensi keterampilan dalam bentuk sebagai output-nya melalui karya yang dapat pembelajaran terencana dipertanggung yang mengaitkan setiap jawabkan kompetensi pengetahuan tindakannya, menjadi kompetensi kete­ logikanya, etikanya, rampilan. Melalui pro­ ses dan estetikanya. ini, terletak harapan bahwa Suatu keterampilan keterampilan yang dimi­ yang akan sangat diperlukannya likinya adalah keteram­ sebagai bekal, pilan yang didasari oleh kelak pada saat pengetahuan sehingga me­ mandiri, mungkin reka memahami ala­ sannya sebagian besarnya mengapa harus melakukan malah tanpa dengan cara tertentu serta menggunakan dapat menilai karya yang pengetahuannya baik dan kurang baik, serta (yang dipelajari yang benar dan yang salah. dulu) lagi. Dalam berkarya, peserta didik diajak untuk mengalami sendiri dari mengamati, menanya, mencoba, menalar, meng­olah, menyimpulkan, dan menyajikannya dalam bentuk karya yang dapat 152 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? dipertanggungjawabkan tindakannya, logikanya, etikanya, dan estetikanya. Suatu keterampilan yang akan sangat diperlukannya sebagai bekal, kelak pada saat mandiri, mungkin sebagian besarnya malah tanpa menggunakan pengetahuannya (yang dipelajari dulu) lagi. Proses penyerapan pengetahuan oleh peserta didik sangat disayangkan apabila hanya sampai membuatnya menjadi terampil saja. Esensi pendidikan adalah untuk membuat peserta didik menjadi insan-insan cerdas yang antara lain bertanggung jawab dan bermanfaat bagi sesama, sebagai hasil akhir dari proses pendidikan. Peserta didik diharapkan dapat mengolah lebih lanjut pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya sehingga membentuk kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan isi, pesan, dan norma agung yang terkandung di dalam pengetahuan yang dipelajarinya pada mata pelajaran tertentu. Dengan demikian kompetensi sikapnya (attitude) juga akan meningkat sejalan dengan meningkatnya pengetahuan yang diperolehnya. Sikap (attitude) yang dibentuk melalui pengetahuan sehingga mereka memiliki kesadaran penuh bahwa sikap-sikap terpuji yang harus dimilikinya adalah suatu keniscayaan untuk terwujudnya kehidupan harmonis di alam semesta. Melalui pengetahuan sebagai input, dihasilkan keterampilan sebagai output, dan dibentuk sikap sebagai outcome. Hubungan linier antara ketiganya harus dirumuskan dengan jelas pada kompetensi yang harus dicapai melalui materi yang terdapat di dalam mata pelajaran. Melalui rumusan kompetensi sikap, pendidik diingatkan bahwa hasil akhir dari proses pendidikan adalah pembentukan sikap. Sehingga adalah kewajiban pendidik untuk selalu mengingatkan kepada peserta didik tentang isi, pesan, dan norma agung yang terkandung di dalam setiap pengetahuan pada mata pelajaran yang diampunya. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 153 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? Dengan cara ini, kompetensi sikap yang memerlukan pembiasaan akan dapat terwujud melalui kontribusi nyata dari tiap mata pelajaran, bukannya hanya tanggung jawab mata pelajaran tertentu saja ataupun melalui pembelajaran terpisah dari pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi Sikap Lebih dari itu, pengetahuan yang diperoleh melalui pengamatan terhadap alam semesta dari skala mikro hingga kosmik menunjukkan suatu keteraturan yang indah. Sedemikian indahnya keteraturan tersebut sehingga sulit untuk membayangkan bahwa keindahan tersebut adalah ketaatan terhadap hukum-hukum alam yang sangat sederhana. Makin mendalami seseorang terhadap pengetahuan tentang alam, makin terlihat keindahan ketaraturan tersebut yang membuatnya sampai pada kesimpulan tentang kemuliaan sang Pencipta di balik semua keteraturan yang ada. Maka sang fisikawan yang sudah mendalami fenomena alam lebih dari semua yang lain pada zamannya menjadi seorang yang percaya [believer] dan dengan lantang bernyatakan: ‘Science without religion is lame, religion without science is blind’. Ilmu dan agama akan saling melengkapi dan memperkuat. Pemahaman tingkat tinggi ini tidak mungkin diperoleh sendiri oleh peserta didik melalui pembelajaran singkat tentang pengetahuan. Adalah tugas dari setiap pendidik untuk selalu mengingatkan tentang isi, pesan, norma ini, sehingga peserta didik asuhannya memahami betul bahwa pengetahuan terbatas yang dipelajarinya secara singkat tersebut memiliki kandungan yang lebih dari sekedar pengetahuan saja. Di dalamnya terdapat isi, pesan, dan norma agung yang dapat memperkuat keimanannya. 154 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? Melalui pengetahuan, keimanan peserta didik akan diperkuat sehingga keimanan yang terbentuk adalah keimanan yang penuh kesadaran [conscious faith] yang tidak membabi-buta. Dalam rumusan kompetensi tentunya isi, pesan, dan norma agung ini perlu dimasukkan untuk mengingatkan setiap pendidik bahwa yang dipelajari peserta didik bukannya berhenti pada kompetensi pengetahuan saja, tetapi harus berlanjut pada kompetensi keterampilan dan bermuara sebagai kompetensi sikap. Kompetensi sikap yang di dalamnya mencakup sikap sosial dan lingkungan sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi horisontal dengan makhluk sekelilingnya dan sikap spiritual sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan sang Pencipta. Kompetensi sikap adalah dirancang sebagai pengingat bahwa dalam pengetahuan selalu terkandung kearifan yang melampui batas pengetahuan itu sendiri. Dengan demikian tugas pendidikan untuk menciptakan insan kamil akan tercapai. Yaitu insan yang memilki pengetahuan, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual yang menyatu dan manunggal dalam pribadinya. Dalam beberapa tahun kemudian, setelah lulus dari sekolah, hanya kurang dari 1% dari mereka yang belajar fisika akan bekerja pada bidang yang berbasis pengetahuan fisika, ataupun yang belajar ekonomi akan bekerja pada bidang yang berbasis pengetahuan ekonomi. Pengetahuannya tentang mata pelajaran-mata pelajaran tersebut akan tidak relevan lagi dengan kehidupannya sehingga kemungkinan besar sudah terlupakan. Mungkin juga tidak relevan lagi karena pengetahuan selalu berkembang. Demikian juga dengan keterampilan khusus terkait dengan mata pelajaran tertentu seperti terampil dalam melakukan percobaan rangkaian listrik. Yang tetap Tanya-Jawab Kurikulum 2013 155 Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum? tertinggal pada diri peserta didik, yang relevan dengan kehidupannya, dan bahkan yang dibutuhkannya untuk berhasil, adalah sikap dan keterampilan umumnya. Sikap (attitudde)-nya dalam berinteraksi dengan manusia lain, sikapnya dalam berinteraksi dengan alam, dan sikapnya dalam berinteraksi dengan Penciptanya. Pendidikan harus memastikan bahwa yang tersisa itu ada dan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai sehingga pendidikan menjadi tidak sia-sia. Usaha pemastian ini hanya dapat dilakukan melalui rancangan kurikulum yang tepat, yaitu kurikulum yang menyuguhkan pengetahuan sebagai input kepada peserta didik, membimbing mereka untuk mengolah pengetahuan tersebut guna menghasilkan output berupa keterampilan umum dan khusus, dan mengajaknya untuk menalar bahwa keagungan dan keindahan dunia yang tunduk pada hukum-hukum pengetahuan tersebut dapat menjadikan dia menyadari akan perlunya bersikap serupa dalam usaha mewujudkan keharmonisan kehidupan. Sang fisikawanpun kemudian menyimpulkan dan berujar: ‘education is what remains after one has forgotten what one has learned in school.’ Sang Fisikawan ini adalah Albert Einstein. Hasil belajar adalah sesuatu yang tersisa dari semua yang terlupa. (Media Indonesia, 11 Maret 2013) 156 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 157 Kurikulum 2013, Modal Anak Bangsa untuk Bersaing 158 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum 2013, Modal Anak Bangsa untuk Bersaing Kurikulum “Struktur Teks” Oleh Maryanto Pemerhati Politik Bahasa; Anggota Tim Penyusun Buku ”Kurikulum 2013” Kurikulum 2013 kembali disorot. Rancangan pembe­la­ jaran Bahasa Indonesia dianggap langkah mundur karena berhaluan strukturalis. Seolah-olah sudah usang dan tabu kata struktur digu­na­ kan untuk belajar bahasa. Marilah merenung sejenak. Bahasa tak bakal lepas Tanya-Jawab Kurikulum 2013 159 Kurikulum “Struktur Teks” dari urusan struktur. Bandingkan bunyi /a/ dengan /i/. Bunyi ujaran terkecil itu masing-masing terstruktur rapi dari bentuk bibir dan lidah serta mulut yang ketiganya tak mungkin acak-acakan. Urusan bahasa yang lebih besar, misal untuk bernegosiasi, juga bersangkutpaut dengan Kurikulum 2013 persoalan struktur. Sebuah menempatkan negosiasi yang amburadul teks Bahasa bahasanya dapat dipastikan Indonesia sangat akan gagal untuk mencapai bermartabat. kompromi. Sistem Sorotan Bambang Kaswanti pendidikan Purwo, Kurikulum Bahasa Indonesia akan segera Indonesia (Kompas, 20/3), sangat meninggalkan tajam dan tentu menarik bagi masa kelam publik yang peduli akan nasib ketika bahasa Bahasa Indonesia ke depan. nasional ini Jika tujuannya untuk menelaah dilecehkan pada kritis pembelajaran bahasa setiap satuan berbasis teks, bacaan yang pendidikan disuguhkan bambang itu belum dengan komprehensif dan pembaca kamuflase pun akan berprasangka bahwa sekolah Kurikulum 2013 dikembangkan berstandar (bahasa) tanpa kemauan politik untuk internasional. melakukan inovasi perencanaan Kini Bahasa bahasa nasional. Bukan Sekadar Mapel Tulisan Bambang menga­ jak publik menengok ke belakang perjalanan Bahasa 160 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Indonesia dijadikan mapel penghela, penghulu, atau pembawa ilmu pengetahuan. Kurikulum “Struktur Teks” Indonesia sebagai mata pelajaran (mapel) dari masa ke masa pemberlakuan kurikulum: 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Sepanjang perjalanan itu, Bahasa Indonesia ternyata tak kunjung bermartabat; literasi kepada anak Indonesia tetap saja jeblok. Kenyataan itu agaknya luput dari perhatian Bambang. Kurikulum 2013 menempatkan Bahasa Indonesia sangat bermartabat. Sistem pendidikan Indonesia akan segera meninggalkan masa kelam ketika bahasa nasional ini dilecehkan pada setiap satuan pendidikan dengan kamuflase sekolah berstandar (bahasa) internasional. Kini Bahasa Indonesia dijadikan mapel penghela, penghulu, atau pembawa ilmu pengetahuan. Untuk memberlakukan Kurikulum 2013, benar apa yang hendak dikatakan Bambang: proses pembelajaran Bahasa Indonesia tak boleh bergerak mundur. Proses Bahasa Indonesia di sekolah haruslah berjalan jauh lebih maju sehingga mampu membawa proses pembelajaran lain, seperti IPA dan IPS di sekolah dasar (SD). Untuk itu, dari tingkat SD, Bahasa Indonesia dirancang pembelajarannya secara utuh berbasis teks. Teks di sini berbentuk tulisan, lisan, dan bahkan multimodal, seperti gambar. Setiap teks bahasa Indonesia diproses di kelas sekaligus untuk mencari dan menemukan ilmu pengetahuan di luar bahasa. Sebagai contoh di kelas I SD, terdapat pelajaran IPA tentang anggota tubuh dan panca indera. Materi IPA itu dikemas dalam pembelajaran teks deskripsi dengan struktur: pernyataan umum mengenai ihwal yang dideskripsikan dan pernyataan khusus mengenai bagian-bagian yang dideskripsikan. Melalui pembelajaran teks itu, anak dapat digiring untuk memulai deskripsi dengan pernyataan umum mengenai sikap mereka, seperti tanggung jawab, peduli, dan percaya diri terhadap tubuh dan panca indera yang dimiliki apa pun kondisinya sebagai anugerah Tuhan. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 161 Kurikulum “Struktur Teks” Pembelajaran teks sangat terikat struktur. Tak hanya teks yang terstruktur. Pembelajarannya juga terstruktur rapi dengan orientasi pada sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Secara metodologispedagogis, pembelajaran teks selalu diproses dengan tahapan pembangunan konteks, pemodelan teks, kerja sama membangun teks, dan kerja mandiri meng embangkan teks. Konteks pembelajaran dibangun menurut situasi dan budaya yang dihadapi anak sehari-hari. Jika dalam keseharian, misal, anak daerah Jawa lebih akrab dengan kata irung daripada hidung, pemanfaatan kosakata daerah itu akan didahulukan untuk membantu anak memahami dan memproduksi teks. Kosakata bahasa nasional yang dibakukan (kosakata baku) mulai dipilah dan dipilih di kelas tinggi (kelas IV SD). Di kelas rendah, dengan pembelajaran teks, kehadiran Bahasa Indonesia tidak akan mengagetkan atau menakutkan bagi anak. Kurikulum 2013 menghadirkan Bahasa Indonesia di benak anak sekolah, terutama pada kelas awal pendidikan dasar, sangat ramah dengan bahasa daerah atau bahasa ibu. Tak ada hambatan, jika diperlukan pemangku kepentingan (pihak sekolah dan pemerintah daerah), untuk melahirkan atau mempraktikkan Kurikulum 2013 berbahasa ibu. Pada akhir pendidikan dasar (SMA/sederajat), Bahasa Indonesia hadir bersanding dan bersaing dengan bahasa asing, terutama Bahasa Inggris, dalam konteks percaturan dunia global. Pada saat itu, anak sudah dituntut mampu mengonsumsi dan memproduksi teks hasil konversi, termasuk teks terjemahan Bahasa Inggris. Sikap mengutamakan bahasa sendiri seperti itu modal besar untuk internasionalisasi Bahasa Indonesia. Itulah tantangan mapel bahasa Indonesia yang berbasis teks: bukan sekadar mapel yang berlaku sebelum Kurikulum 2013. 162 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum “Struktur Teks” Agen Perubahan Skema pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks dalam kemasan Kurikulum 2013 diusung oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dengan paradigma baru pendidikan Indonesia, Badan Bahasa terpanggil bertindak jadi agen perubahan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Perubahan yang sangat mendasar tecermin dari rancangan mapel Bahasa Indonesia yang sangat efektif sebagai wahana mapel yang lain. Pembelajaran teks membawa anak, sesuai perkembangan mentalnya, menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis. Adalah kenyataan, masalah kehidupan sehari-hari tak terlepas dari kehadiran teks. Untuk membuat minuman atau masakan, perlu digunakan teks arahan/ prosedur. Untuk melaporkan hasil observasi terhadap lingkungan sekitar, teks laporan perlu diterapkan. Untuk mencari kompromi antar pihak bermasalah, teks negosiasi perlu dibuat. Untuk mengkritik pihak lain pun, teks anekdot perlu dihasilkan. Selain teks sastra nonnaratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat pada setiap jenis teks, baik genre sastra maupun nonsastra, yaitu genre faktual (teks laporan dan prosedural) dan genre tanggapan (teks transaksional dan ekspositori). Memang, materi pembelajaran Bahasa Indonesia membuat muatan Kurikulum 2013 penuh struktur teks. Struktur teks dapat diibaratkan struktur bangunan rumah. Rumah joglo tentu berbeda struktur dengan rumah gadang; perbedaannya lengkap dengan segala bentuk kegiatan sosial di setiap bangunan. Dalam kerangka itu, bangunan teks dilengkapi dengan kegiatan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara, serta apresiasi sastra. Struktur bangunan teks itu tidak tabu dibahas Tanya-Jawab Kurikulum 2013 163 Kurikulum “Struktur Teks” tersendiri dalam kegiatan pembelajaran. Namun, dalam pembahasannya, struktur teks tidak boleh dikacaukan dengan struktur kalimat seperti yang dijelaskan Bambang untuk Kurikulum 1975. Untuk Kurikulum 2013, tak kurang dari empat puluh bangunan teks yang dicanangkan Badan Bahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Perubahan besar akan terjadi di dunia bahasa Indonesia, terutama di sekolah, jika tidak ada aral yang menghalangi penerapan Ku rikulum 2013. Ayo berubah! (Kompas, 3 April 2013) 164 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 165 166 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa Oleh Suyanto Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta Para ilmuwan tanpa mengenal lelah telah meneliti berbagai faktor penting yang berkontribusi pada kesuksesan hidup. Mereka tertarik mencari faktor penentu yang secara signifikan bisa digunakan untuk memprediksi sukses kehidupan. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 167 Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa Dari penelitian itu ditemukanlah faktor-faktor penting yang ikut menyumbang kesuksesan seseorang. Faktorfaktor penentu sukses itu akhirnya diterjemahkan oleh para ahli pendidikan ke dalam kurikulum dan program pembelajaran. Pendek kata, dengan ditemukannya faktor penentu sukses itu, dunia pendidikan juga ikut berlomba-lomba dan berkontemplasi untuk merumuskan filosofi, paradigma, strategi, dan metodologi pembelajaran. Pada gilirannya, rumusan itu digunakan untuk mengonstruksi kurikulum yang mampu memberi bekal ilmu dan pengetahuan kepada peserta didik untuk mendaki kesuksesan hidup. Faktor signifikan yang telah mendapat perhatian luas untuk memprediksi sukses seseorang, antara lain intelligence quotient (IQ, kecerdasan otak) dan emotional quotient (EQ, kecerdasan emosional). Kecerdasan yang disebut terakhir, oleh penemunya, Daniel Goleman (1995), diberi nama emotional intelligence, bukan emotional quotient. Kelahiran EQ membuat arah baru pendidikan secara luas. Sebab, dalam banyak penelitian terbukti IQ tak lagi menjadi satu-satunya prediktor sukses peserta didik di masa datang. Sebelum muncul EQ, IQ-lah yang didewa-dewakan dunia pendidikan untuk mempermudah pekerjaan pembelajaran dalam memberi bekal atau virus sukses peserta didik atau bahkan mahasiswa sekalipun. Implikasinya, pengembangan kurikulum hampir di seluruh dunia pada era jayanya IQ selalu berorientasi pada upaya bagaimana mengemas program pembelajaran yang bisa memberikan kecerdasan otak secara maksimal kepada para peserta didik. Setelah EQ ditemukan oleh Goleman, kurikulum sertamerta harus dan mutlak memperhatikan faktor-faktor non168 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa kognitif, seperti kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual, pengendalian emosi, dan me­ mahami emosi orang lain. Jika suatu Bahkan, Goleman mengklaim bangsa ingin IQ hanya berkontribusi 20 membuat persen terhadap kesuksesan kurikulum peserta didik setelah mereka yang bisa hidup dalam masyarakat nan­ mengantarkan para peserta tinya. Ternyata 80 persen justru didik jadi ditentukan oleh faktor lain di orang sukses, luar IQ, di mana EQ masuk di kurikulum itu dalamnya secara signifikan. juga harus Oleh karena itu, jika memberikan suatu bangsa ingin membuat menu belajar kurikulum yang bisa meng­ yang mencakup antarkan para peserta didik jadi aspek lain selain orang sukses, kurikulum itu kecerdasan, juga harus memberikan menu seperti sikap, belajar yang mencakup aspek perilaku, kepribadian, lain selain kecerdasan, seperti keberagamaan, sikap, perilaku, kepribadian, budi pekerti, dan keberagamaan, budi pekerti, kecerdasan otot dan kecerdasan otot (muscle (muscle memory). memory). Bahkan, praksis pendidikan di Jepang memasukkan aspek memori dan kecerdasan otot dalam kurikulumnya sejak kelas I dan II SD melalui aktivitas otot (keterampilan) dalam bentuk kegiatan origami secara intensif. Origami mampu menanamkan kepada para siswa sifat dan sikap kreatif, inovatif, sekaligus membangun kecerdasan/ingatan otot para siswa. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 169 Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa ”Adversity Quotient” Sudah lengkapkah prediktor kesuksesan yang bisa dikemas dalam kurikulum setelah adanya penemuan IQ, EQ juga spiritual intelligent (SQ, kecerdasan spritual), dan kecerdasan otot? Ternyata belum! Dunia ilmu pengetahuan tetap melakukan penelitian untuk membuat prediktor kesuksesan memiliki daya prediksi yang makin robust, semakin kecil kesalahannya sampai mencapai derajat kepercayaan 99 persen. Atau tingkat koefisien alpha 0,01 jika kita meminjam terminologi uji signifikansi statistik inferensial. Prediktor baru itu adalah adversity quotient (AQ). Dua tahun setelah Daniel Goleman menemukan EQ, muncullah AQ yang ditemukan oleh Paul Stoltz (1997). Aplikasi AQ dalam proses pendidikan memang belum seluas aplikasi EQ dan SQ. Saat ini, AQ banyak diaplikasikan dalam perusahaan besar untuk kepentingan rekrutmen dan pelatihan pegawainya. Dunia pendidikan juga harus memanfaatkan temuan Paul Stoltz ini. Mengapa demikian? Karena AQ pada hakikatnya merupakan kapasitas seseorang untuk menghadapi berbagai bentuk tekanan dan ketidaknyamanan hidup dalam situasi tertentu. Orang yang AQ-nya tinggi akan tahan banting, dalam arti fisik, mental, dan kejernihan berpikir. Lebih penting lagi, ia segera bisa kembali ke keadaan normal setelah berhadapan dengan berbagai tekanan dan tantangan. Sebaliknya, orang yang AQ rendah akan selalu menyalahkan lingkungan ketika dia gagal sehingga dia tidak dapat mengambil keputusan untuk menuju sukses. Bidang keilmuan AQ ditopang tiga pilar utama: psychoneuroimmunology, neuropsychology, dan cognitive psychology. Orang hidup tak ada yang bebas dari tekanan dan tantangan. Dokter punya tekanan saat di meja operasi, 170 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa wartawan memiliki tekanan dan tantangan ketika harus menghadapi tenggat berita, menteri dan presiden selalu menghadapi tekanan dari ekspektasi masyarakat. Siswa pun selalu menghadapi tekanan dan tantangan ketika harus belajar materi baru yang jauh lebih sulit, datang dan pulang tepat waktu, dan menyerahkan tugas individu serta kelompok. Kalau semua tekanan itu berhasil dilewati, sukseslah mereka. Kalau gagal, akan reduplah suasana hati dan pikiran saat itu. Hidup Adalah Tantangan Oleh sebab itu, kapasitas untuk bisa menghadapi berbagai tekanan harus diajarkan dan dilatih sejak mereka duduk di bangku sekolah. Siswa perlu mengalami sendiri berbagai prosedur serta proses ilmu dan pengetahuan. Kerena itu, kegiatan mengamati, bertanya, menalar, bereksperimentasi, juga pengalaman membangun jejaring perlu diakomodasikan dalam sebuah kurikulum. Dengan cara seperti itu, siswa akan bisa merespons berbagai kemungkinan dan tekanan hidupnya kelak setelah hidup dalam masyarakat. Respons positif terhadap tekanan yang dihadapi siswa akan memberi jalan kepada kesuksesan hidup kelak. Belajar tidak cukup hanya yang bersifat menyenangkan, tetapi juga harus menantang bagi siswa kita. Mengapa begitu? Karena hidup identik dengan tantangan. Kurikulum dan proses pembelajaran perlu memberi tempat yang cukup agar siswa bisa melakukan observasi, analisis, hipotesis, sintesis, dan mencari solusi terhadap tantangan yang dihadapi dalam proses belajarnya. Sebab, pada saatnya nanti, meminjam konsepnya Jerome Brunne, para siswa akan melakukan apa yang disebutnya transfer of learning and principles dalam kehidupan nyata. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 171 Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa Jadi, belajar tidak cukup dengan pendekatan yang menyenangkan semata. Selebihnya, harus menantang agar siswa bisa berlatih untuk membangun AQ-nya. Semoga begitu. (Kompas, 18 Februari 2013) 172 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 173 174 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tentang Kurikulum 2013 Oleh Goenawan Mohamad Narasumber Penyempurnaan Kurikulum 2013, Budayawan Rupanya beberapa hari ini tampang saya muncul di sebuah advertensi di televisi. Sampai detik ini, saya sendiri belum tertarik melihatnya. Tapi saya senang sesekali mengerjakan sebuah iklan layanan masyarakat. Khususnya untuk mempromosikan “Kurikulum 2013”. Banyak yang bertanya mengapa saya bersedia jadi “bintang iklan” untuk sesuatu yang kontroversial. Tidakkah saya hanya dimanfaatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk agenda mereka? Tanya-Jawab Kurikulum 2013 175 Tentang Kurikulum 2013 Jawaban saya tak bisa panjang: saya bersedia mempromosikan Kurikulum 2013 karena saya menyetujui pemikiran yang mendasarinya. Kementerian tak akan bisa membayar saya sebanyak apa pun kalau saya tak menyetujuinya. Kontroversi yang timbul—termasuk bila itu timbul karena iklan-iklan itu—justru penting, untuk memperjelas apa yang tak jelas, untuk membatalkan apa yang perlu dibatalkan, atau memperbaiki apa yang perlu diperbaiki. Saya sendiri bukannya tak punya kritik kepada beberapa bagian dari bangunan yang disebut “Kurikulum 2013” itu. *** Saya bukan seorang pedagog. Bukan pula guru. Pengalaman saya mengajar terbatas. Sambil menulis ini, saya ingat kata-kata seorang Menteri Pendidikan: “Tiap orang adalah pendidik—dan makin tua ia makin merasa tahu tentang masalah-masalah pendidikan, meskipun sebenarnya tidak.” Saya harus tahu diri. Tapi setidaknya saya seorang warga negara yang ingin anak-anak Indonesia terdidik dengan baik. Data tentang ketertinggalan murid-murid Indonesia di pelbagai bidang dibandingkan dengan negara sekitar kita sering dikemukakan. Saya ingin ada perubahan yang substansial dalam cara belajar di sekolah kita. Kalau tidak, bangsa kita akan macet di masa depan. Dengan sumber-sumber yang ada, perbaikan bukan mustahil. Saya ingat Pak Tino Sidin yang beberapa puluh tahun lalu muncul di TVRI mengajari anakanak menggambar. Nama programnya bukan Belajar Menggambar, melainkan Gemar Menggambar. Bagi saya, Pak Tino sebuah inspirasi: begitulah seharusnya proses belajar berlangsung. Yang penting bukan menghasilkan gambar dengan teknik yang jitu, melainkan 176 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tentang Kurikulum 2013 menggemari keterampilan itu. Dengan itulah proses belajar membentuk sikap. Belajar bukan hanya untuk mengetahui Belajar bukan dan menambah informasi. hanya untuk Belajar adalah menjelajahi mengetahui dunia yang selalu baru dan dan menambah mengasyikkan. informasi. Dari sana tumbuh sikap Belajar adalah menjelajahi yang selalu ingin tahu, ke­ dunia yang cenderungan menemukan dan selalu baru dan mencipta, kebiasaan berpikir mengasyikkan. jernih dan teratur, kemampuan Dari sana bertukar gagasan dengan orang tumbuh sikap lain. yang selalu Pendek kata: sebuah peru­ ingin tahu, bahan dari “pintar” menjadi kecenderungan “gemar”. Dari “gemar” bisa menemukan tumbuh pelbagai hal, termasuk dan mencipta, menjadi “pintar”. Saya ingat kebiasaan berpikir jernih dulu di sekolah menengah guru dan teratur, saya membuat saya menyukai kemampuan geometri dengan mengatakan: bertukar “Kalian di kelas ini bukan gagasan dengan untuk jadi insinyur, tapi untuk orang lain. terbiasa berpikir keras dan logis.” Setelah saya belajar lebih lanjut, saya menemukan kata-kata bagus dari Alfred North Whitehead: “The pursuit of mathematics is a divine madness of the human spirit.” Selama bertahun-tahun, hanya kadang-kadang, secara kebetulan, saya menemukan guru yang bisa membuat anak-anak terpesona menempuh “pursuit” itu, yang bisa Tanya-Jawab Kurikulum 2013 177 Tentang Kurikulum 2013 menunjukkan peran imajinasi dalam aksioma matematika, misalnya dalam teori himpunan. Selebihnya, sekolah-sekolah adalah tempat yang tak membiarkan imajinasi. Nyaris represif. Saya pernah melihat bagaimana anak-anak diminta mengingat berapa sentimeter tinggi net tenis—bukan diajak menikmati permainannya, setidaknya sebagai penonton. Atau mereka, dalam pelajaran atletik, dilecut untuk bisa lari dalam kecepatan tertentu—bukan untuk merasakan asyiknya kesegaran jasmani. Saya juga pernah melihat bagaimana buku-buku pelajaran sastra menyebut nama pengarang dan judul bukunya, tanpa anak-anak diberi kenikmatan membaca karya sastra. Baru-baru ini saya menemukan satu pelajaran mengarang yang membagi-bagi satu komposisi dalam, misalnya “deskripsi”, “eksplanasi”, dan “resolusi”— sementara saya tahu, sebagai pengarang, bahwa itu pembagian yang tak ada gunanya. Bagi saya, pedoman itu membuat anak-anak tak punya spontanitas dalam menulis, dan tanpa spontanitas, bagaimana kreativitas tumbuh? *** Syahdan, karena alasan yang kurang jelas, beberapa bulan lalu saya diminta jadi salah seorang “narasumber” bagi penyempurnaan Kurikulum 2013. Saya merasa lega bahwa di samping saya ada Anies Baswedan, Taufik Abdullah, Franz Magnis-Suseno, Yohanes Surya, Juwono Sudarsono, Ahmad Muchlish, Suparno, dan Ratna Megawangi. Mereka, saya tahu, punya lebih banyak bekal dalam soal ilmu dan pendidikan. Seraya tak meyakini kapasitas saya sendiri, saya ikuti diskusi tim perumus kurikulum dengan sikap skeptis. Waktu itu saya baru dua kali bertemu (tak lebih dari 10 menit) dengan Mohamad Nuh, Menteri Pendidikan dan 178 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tentang Kurikulum 2013 Kebudayaan. Saya tak kenal kemampuan dan tekadnya. Saya sering kecewa kepada dengan menteri-menteri pendahulunya. Dari semua Menteri Pendidikan yang saya kenal, hanya Daoed Joesoef yang punya konsep jelas dan berani mempertahankannya di tengah permusuhan, manipulasi penguasa Orde Baru, dan oposisi di luar itu. Saya juga cenderung ragu untuk bisa berharap dari birokrat yang umumnya tak ingin mengguncang perahu apa pun untuk perubahan. Tapi berangsur-angsur, saya menemukan beberapa hal yang membuat pandangan saya berubah. Pertama, perdebatan dalam pertemuan-pertemuan itu cukup terbuka, terus terang, tak jarang sengit—dan pihak Kementerian tetap terbuka untuk dikritik. Pelbagai perumusan tentang Kurikulum 2013 berkembang terus karena pendapat positif dan negatif yang diterima. Kedua, saya merasa bahwa proses perumusan itu banyak menimbulkan salah paham—dan mendorong saya lebih saksama menyimak. Di hari-hari awal saya menjadi “narasumber”, pada suatu pagi saya menerima sebuah pesan pendek dari seorang teman. Ia mendapat informasi bahwa dalam Kurikulum 2013 bahasa Inggris tak akan diajarkan—bahkan ada pejabat yang menyebutnya “haram”. Ini mengagetkan, karena saya tahu tim perumus tak mengharamkan bahasa Inggris. Yang ditentukan: ia bukan mata pelajaran wajib. Lebih masuk akal adalah rasa cemas orang di luar akan hilangnya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sebuah koran luar negeri bahkan menilai kurikulum yang sedang disiapkan itu akan membawa Indonesia ke abad gelap: pelajaran agama ditambah jamnya, sementara pelajaran sains ditiadakan. Tanya-Jawab Kurikulum 2013 179 Tentang Kurikulum 2013 Memang sebuah kesalahan jika pelajaran agama diintensifkan—terutama bila ajarannya doktriner—karena mengira generasi muda akan lebih berakhlak dengan cara itu. Hari-hari ini terbukti bahwa tak ada korelasi yang konsisten antara pengetahuan agama seseorang dan akhlaknya. Tapi memang akhirnya tergantung bagaimana agama diajarkan. Saya cemas jika kompetensi seorang siswa dalam beragama (dan berbudi pekerti) diukur dari banyaknya juz Quran yang dihafalnya. Tapi, ketika saya baca dokumen terakhir dari Kementerian, saya sedikit lega. Kompetensi dasar dalam agama Islam dirumuskan, antara lain, “Menunjukkan perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9): 119 dan Q.S. Lukman (31): 14 serta hadis terkait”. Juga: “Menunjukkan sikap semangat melakukan penelitian di bidang ilmu pengetahuan sebagai implementasi dari pemahaman dan perkembangan Islam di dunia”. Di sini saja tampak tak ada pelecehan terhadap ilmu. Dalam perdebatan yang saya ikuti, dapat saya simpulkan bahwa ilmu pengetahuan alam sebagai mata pelajaran memang tak akan ada (sampai dengan kelas IV atau, kalau tidak, sampai dengan kelas VI sekolah dasar), tapi kompetensi untuk itu tetap dikembangkan. Dalam proses itu, bahasa Indonesia diajarkan sebagai sarana mengobservasi, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisis, dan mengkomunikasikan temuan tentang gejala-gejala alam—satu bagian awal dari pendidikan sains. Hal itu agaknya sejalan dengan kompetensi dasar umum yang jadi tujuan Kurikulum 2013. Dalam dokumen yang saya terima dirumuskan: “Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan 180 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tentang Kurikulum 2013 untuk membentuk critical minds yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat”. *** Tak semua perumusan dalam dokumen itu melegakan. Banyaknya “agama” disebut bisa menimbulkan kesan bahwa yang disiapkan Kementerian adalah sebuah generasi yang tak akan punya kemungkinan melahirkan seorang Stephen Hawking, ilmuwan yang ulung menyimpulkan bahwa Tuhan tak diperlukan dalam penciptaan alam semesta. Tentu saja, bukan mustahil akan ada seorang ilmuwan atheis dari sekolah-sekolah kita. Tak ada kementerian yang bisa mencegah kemungkinan itu. Tapi saya maklum: sebuah kurikulum yang disiapkan pemerintah tak akan bisa lepas dari hegemoni nilai di masyarakat. Hari-hari ini hegemoni itu ada pada agama. Agar hegemoni itu tak berarti ketertutupan, agama harus hadir sebagai sesuatu yang inspiratif dan membebaskan, bukan cuma preskriptif dan mengitimidasi pemikiran. Saya belum menganggap Kurikulum 2013 akan membawa kreativitas, imajinasi, dan sikap kritis beku karena diintimidasi. Tapi memang beberapa perumusan dalam dokumen ini memberi kesan keagamaan yang berlebihan. Kalimat-kalimat untuk kompetensi dasar bahasa Indonesia, misalnya. Ketiga frasa awalnya dimulai dengan kata-kata “mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia…”. Sebuah repetisi yang tak perlu, seakan-akan para perumusnya tak yakin akan efek katakata mereka sendiri. *** Dalam ceramahnya di Komunitas Salihara bulan lalu, konseptor utama Kurikulum 2013, Abdullah Alkaff— ilmuwan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember— Tanya-Jawab Kurikulum 2013 181 Tentang Kurikulum 2013 mengemukakan sesuatu yang menarik: menurut penelitian paling baru, kecerdasan seseorang tak akan bisa banyak dikembangkan. Faktor genetik menentukan. Tapi yang bisa berkembang adalah kreativitas. Kurikulum 2013 bertujuan mengembangkannya. Saya tak punya bantahan buat itu—meskipun bukannya saya tak punya keraguan, malah waswas. Perubahan kurikulum perlu persiapan yang matang. Penggunaan metode “thematik-integratif ” yang akan dipakai dalam Kurikulum 2013—meskipun sudah banyak dipakai di sekolah-sekolah “elite” di Indonesia—perlu waktu. Konon, di Inggris dan Singapura perlu percobaan selama tiga tahun. Belum lagi bagian persiapan yang strategis: penulisan buku yang digunakan guru dan murid. Dari informasi yang saya dapat, persiapan buku ini tidak memuaskan. Terlalu pendek masa pengolahannya, terlalu terbatas penulis yang mampu menerjemahkan metode dan isi yang diajarkan. Maka agaknya kita harus bersabar—juga dalam menyiapkan dan memberikan kritik. Yang agak menggembirakan ialah bahwa meskipun Kurikulum 2013 akan diterapkan tahun ini—karena tahun 2014 akan jadi tahun politik dan pertimbangan sehat bisa tak berlaku— jumlah sekolah yang akan menerapkannya, sepanjang yang saya dengar, cuma 6.000. Setapak demi setapak ini penting, sambil memperbaiki apa saja yang masih timpang. Menteri Nuh orang yang mampu dan punya komitmen untuk memperbaiki pendidikan sekolah kita. Tapi pelajaran pahit dalam ujian nasionla yang kacau tempo hari bisa jadi caveat: aparat yang ada di kementerian mana pun di Republik Indonesia mengharuskan siapa pun, bahkan Presiden, bersiap mengatasi salah urus di bawah dan di sekitarnya. (Majalah Tempo, 27 Mei - 2 Juni 2013) 182 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 183 184 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Epilog Tanya-Jawab Kurikulum 2013 185 186 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral ADA tiga penyakit di masyarakat yang karenanya bangsa mana pun dan dimana pun, tidak akan mampu bersaing. Ketiga penyakit itu adalah (i) kemiskinan; (ii) ketidaktahuan; dan (iii) keterbelakangan beradaban. Ibarat tubuh, agar tahan terhadap berbagai macam penyakit, haruslah daya imunitasnya ditingkatkan, satu di antaranya adalah melalui vaksinasi. Nah pendidikan adalah salah satu bentuk ”vaksin” agar terhindari dari tiga penyakit Tanya-Jawab Kurikulum 2013 187 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral yang ada di masyarakat. Selain sebagai ”vaksin”, pendidikan juga merupakan elevator sosial untuk dapat meningkatkan status sosial. Dua hal inilah yang juga menjadi bahan pertimbangan kenapa Pemerintah seolah berkejaran dengan waktu didalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Karena bangsa ini, dengan segala kekiniannya, memerlukan vaksin dan elevator sosial itu. Perlu ditegaskan, karena begitu pentingnya Kurikulum 2013 ini, maka kita sepakat, kurikulum ini bukan kurikulum program Kemdikbud, tapi kurikulum yang menjadi program Pemerintah. Kita ingin, Kurikulum 2013 bukan hanya untuk menghindari penyakit, tapi juga dapat menjadi bagian dari penerapan pendidikan karakter. Kini penerapan pendidikan karakter dalam kerangka membentuk insan yang bermartabat dan berwibawa, dinilai masih gagal. Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak usia sekolah dan kenakalan remaja menjadi salah satu indikatornya. Komisi Nasional Perlindungan Anak melansir kasus kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di sekolah persentasenya nomor dua setelah kekerasan seksual terhadap anak di rumah. Berdasarkan data kasus aduan kekerasan terhadap anak selama 2012, dari 2.637 aduan yang masuk, sekitar 60 persennya merupakan kasus kekerasan seksual. Kondisi yang memprihatinkan itu makin mendesak pentingnya pemerintah harus segera melakukan evaluasi yang komprehensif terkait pelaksanaan pendidikan karakter atau muatan moral yang mengejewantahkan sistem pendidikan nasional kita. Penguatan moral anak bangsa adalah tujuan pendidikan 188 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral nasional yang hakiki. Jika tawuran pelajaran masih marak, kekerasan seksual di kalangan siswa terus meningkat, maka pemerintah dinilai belum berhasil menyelenggarakan pendidikan nasional. Karena itu, evaluasi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah sangat berguna untuk memastikan persiapan implementasi pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013. Dalam berbagai kesempatan, Mendikbud Mohammad Nuh menyatakan, pendidikan karakter dan budi pekerti mendapat perhatian khusus dalam Kurikulum 2013. Output kurikulum 2013 adalah mencetak siswa yang berkarakter. Karena itu, menjadi sangat penting semua aspek kependidikan dan pengajaran dicermati dan dikaji secara mendalam oleh Kemendikbud sebelum Kurikulum 2013 dijalankan. Mengapa demikian? Karena Pendidikan Karakter meliputi dua aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek ke dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau aspek potensi meliputi aspek kognitif (olah pikir), afektif (olah hati), dan psikomotor (olah raga). Aspek ke luar yaitu aspek manusia dalam konteks sosiokultur dalam interaksinya dengan orang lain yang meliputi interaksi dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki ruang yang berisi nilai-nilai pendidikan karakter. Kurikulum sebagai komponen penting dalam pendidikan harus memiliki tujuan dan sasaran yang akan dicapai, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Dan seperti ditegaskan Mendikbud bahwa dalam Kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada keluaran yang memiliki karakter. Kemudian dalam penerapan Kurikulum 2013 nilai-nilai pendidikan karakter pun dijabarkan, sehingga diperoleh Tanya-Jawab Kurikulum 2013 189 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah. Sejumlah nilai-nilai pendidikan karakter kemudian didiskripsikan, seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, serta peduli sosial dan tanggung Jawab. Selain itu, upaya penambahan jam mata pelajaran agama dari dua jam menjadi 4 jam dimaksudkan agar karakter dan moral siswa menjadi lebih baik untuk menjadi manusia yang beretika. Kemendikbud selama ini merekam semua keluhan masyarakat. Mereka mengeluh mulai dari mapel yang terlalu banya, kurikulum kurang berkarakter, hingga pendidikan anti korupsi. Masukan-masukan itulah yang kemudian dirangkum dan akan diimplementasikan pada kurikulum 2013 berbasis karakter ini. Sejak Indonesia merdeka, sudah terjadi beberapa kaliu perubahan terhadap kurikulum. Pertama, 1947 disebut Rencana Pelajaran : Dirinci Dalam Rencana Pelajaran Terurai. Kedua, 1964 Rencana Pendidikan Dasar. Ketiga, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar. Keempat, 1974 Kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan). Kelima, 1975 Kurikulum Sekolah Dasar. Keenam, Desain Kurikulum 1984. Ketujuh, Desain Kurikulum 1994. Kedelapan, 1997: Revisi Kurikulum 1994. kesembilan, 2004 : Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kesepuluh, 2006: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kesebelas, Kurikulum 2013. Meski sudah sebanyak imengalami perubahan, sejarah mencatat bahwa setiap perubahan kurikulum yang terjadi 190 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral tersebut belum pernah mampu menciptakan perbaikan terhadap sistem pendidikan nasional secara mendasar dan berdampak positif secara signifikan, apalagi membawa keunggulan yang mampu mengangkat citra positif yang ditandai dengan semakin meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia. Melalui rumusan perubahan menjadi Kurikulum 2013 ini diharapkan menjadi Harapan Baru seluruh komponen bangsa besar ini di tengah kehidupan yang penuh tantangan. Mendikbud menegaskan, rumusan tujuan pendidikan itu indah sekali, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Disamping juga mendidik peserta didik menjadi berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang baik serta bertanggung jawab. Pendidikan agama merupakan hal sangat penting karena menyangkut karakter dan moral bangsa. Selain itu, kunci pendidikan karakter adalah role model, teladan dari orang terdekat anak/siswa seperti guru di sekolah, orang tua dan saudara di rumah, serta orang – orang di lingkungan anak tinggal. Itulah sebabnya, pemerintah melalui Kemendikbud akan menyiapkan peningkatan kuliatas karakter guru, melatih mereka agar mampu memberikan contoh dan teladan baik yang nyata bagi anak. Jika sikap atau karakter sudah baik tentu akan mampu menjadi pembelajar yang baik pula. Walhasil, alasan perubahan dan rencana implementasi Kurikulum 2013 sangat masuk akal dan menawarkan harapan yang cukup menjanjikan yaitu perubahan menuju ke arah yang lebih baik. Itulah antara lain aspek-aspek keunggulan yang Tanya-Jawab Kurikulum 2013 191 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral ada dalam Kurikulum 2013 – menjadi harapan untuk menghasilkan output yang paripurna -- yang semata-mata dimaksudkan demi peningkatan kualitas dan kemajuan generasi Indonesia masa depan. Tentu selain Kurikulum 2013, sebagaimana UUD 1945 mengamanatkan, tiap warga negara wajib mengenyam pendidikan dasar, dan negara wajib mengelolanya, maka pemerintah pusat dan daerah, bersama-sama masyarakat, terus berusaha memenuhi amanat tersebut melalui pembangunan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, termasuk di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal). Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Beasiswa Siswa Miskin (BSM), dimana mulai tahun pelajaran 2013 ini bersamaan dengan implementasi Kurikulum 2013, BOS juga akan diberikan di jenjang pendidikan menengah, melalui program pendidikan menengah universal (PMU). Melalui program inilah, tidak ada lagi alasan bagi anak dari keluarga tidak mampu untuk tidak bisa mengenyam pendidikan atau putus sekolah. Semua itu dilakukan untuk meningkatkan akses seluas-luasnya bagi anak bangsa ini di dalam mengenyam pendidikan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari upaya memanfaatkan bonus demografi (demographic dividend), dimana pada pada periode tahun 2010 sampai 2035, potensi sumber daya manusia berupa populasi usia produktif jumlahnya luar biasa. McKinsey Global Institute (September 2012) mera­ malkan, bahwa pada 2030, secara ekonomi, Indonesia akan menjadi kekuatan nomor tujuh di dunia, dan pada tahun itu, kita membutuhkan sedikitnya 113 juta tenaga kerja terampil. Dari mana dan bagaimana kita menyiapkannya? Jawabnya salah satunya melalui dunia pendidikan, melalui kurikulum. 192 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral Khusus berkait dengan Kurikulum 2013, Pemerintah telah menetapkan, bahwa mulai tahun pelajaran 2013 (Juli 2013), akan diimplementasikan secara bertahap dan terbatas. Kualitas dan akses, memang menjadi titik perhatian Kementerian didalam menyusun rencana kerja dan anggaran. Kita tidak ingin keterbatasan ekonomi menjadi penghalang untuk meraih cita-cita bagi keluarga tidak mampu. Itu sebabnya peruntukkan bantuan siswa miskin, terus ditingkatkan sasaran maupun jumlah nominalnya. [ ] Tanya-Jawab Kurikulum 2013 193 194 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Lampiran Tanya-Jawab Kurikulum 2013 195 196 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 197 198 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 199 200 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 201 202 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 Tanya-Jawab Kurikulum 2013 203 204 Tanya-Jawab Kurikulum 2013