BUKU_KURIKULUM 2013 (PIH)

advertisement
KURIKULUM 2013
Tanya Jawab dan Opini
Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2013
ii
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Diterbitkan oleh:
Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat (PIH)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
ISBN:
978-602-14063-0-4
Penasihat:
Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA.
Pengarah Materi:
Prof. Dr. Ir. H. Musliar Kasim. M.S.
Prof. Dr. Wiendu Nuryanti
Prof. Ainun Na’im, Ph.D.
Hamid Muhammad, M.Sc, Ph.D
Prof. Dr. Ir. Djoko Santoso, M.Sc
Prof. Dr. Syawal Gultom
Prof. Dr. Khairil Anwar Notodiputro
Prof. Abdullah Alkaff
Penyusun:
Sukemi
Ibnu Hamad
Ramon Mohandas
Tjipto Sumadi
Komarudin
Penyunting:
Samsul Muarif
Penanggung Jawab:
Dian Srinursih
Emi Salpiati
Sekretariat:
Ratih Anbarini
Tri Susilawati
Mohtarom
Desain Sampul/Lay Out:
Susilo Widji P.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
iii
iv
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
DAFTAR ISI
Hal.
Daftar Isi .........................................................................................v
Kata Pengantar ....................................................................... ix
Prolog ..................................................................................................1
-Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik ......................................... 3
Tanya-Jawab ..............................................................................13
-Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013 ..............................................15
Opini ...............................................................................................39
- Pendidikan Kunci Pembangunan
Boediono ...............................................................................................41
- Kurikulum 2013
Mohammad Nuh ..................................................................................51
- Berharap Loyang Jadi Emas
Yudhistira ANM Massardi ..................................................................61
- Guru Mbeling
Sidharta Susila .......................................................................................67
- Kurikulum Orangtua untuk Anak
Rhenald Kasali ......................................................................................73
- Kurikulum sebagai Kendaraan
Anita Lie ...............................................................................................79
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
v
Hal.
- Kurikulum 2013 dan Generasi Emas
Aburizal Bakrie .....................................................................................87
- Berpusat pada Pembelajar
Doni Koesoema A ...............................................................................95
- Urgensi Kurikulum 2013
Mohammad Abduhzen .....................................................................103
- Pendidikan vs Perombakan Kurikulum
Hafid Abbas ........................................................................................111
- Petisi untuk Wapres
Acep Iwan Saidi ..................................................................................119
- Menyambut Kurikulum 2013
Anita Lie .............................................................................................125
- Kurikulum “Berpikir” 2013
Rhenald Kasali ....................................................................................131
- Menuju Pendangkalan Nalar
Terry Mart ...........................................................................................137
- Stigma Negatif Guru
Sukemi .............................................................................................143
-Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
Tjipto Sumadi .....................................................................................149
- Kurikulum “Struktur Teks”
Maryanto .............................................................................................159
-Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan
bagi Siswa
Suyanto .............................................................................................167
vi
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Hal.
-Tentang Kurikulum 2013
Goenawan Mohamad ........................................................................175
Epilog .............................................................................................185
-Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral ...................187
Lampiran ....................................................................................195
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
vii
viii
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
KATA PENGANTAR
Pengembangan Kurikulum 2013 telah mendapat
perhatian besar dari masyarakat. Hal itu terbukti dari
banyaknya pendapat, baik yang setuju maupun tidak, baik
disampaikan melalui media massa cetak, elektronik, media
daring, maupun media sosial lainnya.
Rencana implementasi Kurikulum 2013 juga telah
menimbulkan beragam sikap. Ada yang bersikap
mendukung, ada pula menolak. Ada tiga kategori sikap
masyarakat berkait dengan Kurikulum 2013. Pertama,
sikap mereka yang mendukung. Umumnya adalah datang
dari para pengelola pendidikan, baik negeri maupun swasta,
seperti PGRI, Perguruan Muhammadiyah, Al-Ma’arif
NU, Majelis Pendidikan Kristen, dan Majelis Nasional
Pendidikan Katolik.
Kedua, sikap dari mereka yang menolak, baik atas
nama pribadi maupun atas nama institusi, yang mencoba
mengkritik kebijakan pemerintah. Ketiga, masyarakat yang
bersikap siap melaksanakan.
Sikap yang terakhir ini tidak lagi berkutat pada
perdebatan menerima atau menolak, tapi mereka sudah
melangkah lebih jauh pada sikap siap untuk melaksanakan.
Mereka sudah bergerak untuk melatih para guru guna
melaksanakan Kurikulum 2013.
Upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
untuk menjelaskan desain dan isi Kurikulum 2013 agar
dipahami secara proporsional sesungguhnya sudah dan
terus dilakukan. Begitu desain Kurikulum 2013 selesai
disusun, dilakukan uji publik mulai 29 November hingga
23 Desember 2012.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
ix
Sedikitnya ada tiga cara yang digunakan dalam uji publik
ini; (i) dialog tatap muka di seluruh kota provinsi dengan
peserta terdiri atas para Kepala Dinas Pendidikan Provinsi/
Kab/Kota, Kopertis, Dewan Pendidikan, Anggota DPRD,
Kepala Sekolah, Guru, Pengawas, Pemerhati Pendidikan,
LSM dan Wartawan; (ii) dialog virtual melalui laman
kurikulum 2013 kemdikbud.go.id; dan (iii) melalui jalur
tertulis di mana bahan dikirim ke perguruan tinggi dan
lembaga kemasyarakatan pemerhati pendidikan. Disamping
itu, kami juga melakukan dialog dengan sejumlah redaksi
media cetak dan elektronik.
Tujuannya selain melakukan sosialisasi dan uji publik,
kami bermaksud menghimpun masukan berupa kritik,
saran, dan harapan dari semua lapisan masyarakat.
Sementara melalui forum Rapat Kerja, tentu saja
kami juga membahas desain Kurikulum 2013 ini dengan
Komisi X DPR RI. Sekalipun pihak DPR menyatakan
bahwa pengembangan kurikulum merupakan wewenang
Pemerintah, sikap yang diambil Kemdikbud adalah tetap
menjadikan DPR sebagai mitra dalam pengembangan
Kurikulum 2013.
Alhasil baru kali inilah dalam sejarah pengembangan
kurikulum dilakukan uji publik. Sebelumnya tak pernah
dilakukan sejak Kurikulum 1947 hingga Kurikulum
2006. Bagi kami sangat besar manfaatnya. Dengan selalu
membuka diri, kami memperoleh banyak kritik, saran, dan
harapan yang sangat berguna bagi pengembangan desain
dan rencana impelementasi Kurikulum.
Untuk memperkuat desain dan rencana implementasi
Kurikulum 2013 ini, kami juga selalu memperhatikan opini
publik sejak dari berita, artikel opini, komentar pada media
daring hingga running text. Setiap pendapat bagi kami sangat
berharga untuk penyempurnaan Kurikulum 2013.
x
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Namun demikian, dalam beberapa hal ada yang perlu
kami sampaikan agar diperoleh pemahaman yang sama
mengenai tujuan dan sasaran Kurikulum 2013. Dalam
pandangan kami, masih ada analisis yang kurang tepat
dengan arah dan corak Kurikulum 2013. Untuk itulah
buku kecil ini kami susun. Sejumlah pertanyaan dan opini
yang berkembang di tengah masyarakat. Boleh dikatakan,
buku ini kami siapkan sebagai pelaksanaan hak jawab kami
kepada publik. Harapannya agar masyarakat memperoleh
informasi yang utuh mengenai Kurikulum 2013.
Semoga bermanfaat, selamat membaca!
Jakarta, Mei 2013
Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Ibnu Hamad
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
xi
xii
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Prolog
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
1
2
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Upaya
Mengakomodasi
Keinginan Publik
Ada adagium di masyarakat yang sangat populer
berkait dengan perubahan kurikulum. Apa itu?
“Ganti Menteri, ganti kurikulum.”
Adagium itu seolah benar jika tidak dijelaskan duduk
persoalannya. Padahal jawaban rasionalnya terhadap
perubahan kurikulum adalah karena ada perubahan yang
“memaksa” kurikulum harus diubah.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
3
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
Apalagi jika ditarik ke belakang, bahwa sejak
Kemerdekaan RI sudah sebelas kali kurikulum berganti.
Hampir dapat dipastikan, karena tuntutan terhadap
perubahan yang bukan hanya pada ilmu pengetahuan
(akademik) yang memang terus berkembang, tapi juga
pada dunia industri serta sosial-budaya di masyarakat, maka
hampir tidak ada kurikulum di negara mana pun, bersifat
tetap dan tidak berubah.
Mengkaji kurikulum tentu bukan hanya membahas soal
mata pelajaran. Mata pelajaran hanya bagian dari kurikulum.
Apalagi ketika pilihannya kini tematik-terpadu pada
kurikulum sekolah dasar (SD), maka mata pelajaran akan
lebur dalam tema-tema yang menjadi materi pembelajaran.
Kurikulum selalu berkait dengan empat hal; (i) standar
kompetensi lulusan yang hendak dicapai; (ii) standar proses
pembelajaran yang akan disampaikan; (iii) standar proses
penilaian yang akan dilakukan; dan (iv) standar isi yang
akan diberikan. Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi
yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan
kompetensi Abad 21. Pada abad ini, kemampuan kreativitas
dan komunikasi menjadi sangat penting. Atas dasar itulah,
maka rumusan kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang dipergunakan dalam Kurikulum 2013
mengedepankan pentingnya kreativitas dan komunikasi.
Kompetensi ini dirancang untuk dicapai melalui proses
pembelajaran berbasis penemuan (discovery learning) melalui
kegiatan-kegiatan berbentuk tugas (project based learning)
yang mencakup proses-proses mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengomunikasikan.
Pada Kurikulum 2013, penyederhanaan menjadi
salah satu kata kunci. Pertimbangan penyederhanaan itu
bukan semata soal beban yang selama ini dikeluhkan para
4
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
orangtua, tapi juga telah melalui proses pengkajian baik
terhadap kurikulum yang sudah ada, hasil PISA (Programme
for International Student Assessment), TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study), maupun hasil
PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study).
Kajian terhadap isi mata pelajaran pun dilakukan, dan
ditemukan fakta ada beberapa materi pada mata pelajaran
tertentu yang terlalu berat untuk diberikan dan dicerna
oleh peserta didik.
Kurikulum 2013 juga disiapkan untuk Strategi
Peningkatan Kinerja Pendidikan. Itu sebabnya, selain
melakukan penyederhanaan mata pelajaran, juga dilakukan
penyesuaian jam pelajaran. Ini dilakukan untuk peningkatan
efektivitas pembelajaran.
Mendikbud, Mohammad Nuh menampik tudingan
sebagian masyarakat yang mengatakan dan mempertanyakan
kenapa repot-repot mengubah kurikulum. Bahkan ada
yang mengritik dengan adagium, ganti menteri ganti
kurikulum. “Saya katakan, kalau demi peserta didik, tidak
perlu merasa repot. Kalau untuk kemajuan peserta didik,
tidak apa-apa dikritik ganti menteri ganti kurikulum, yang
penting generasi masa depan kita bertambah baik. Itu niat
kita,” tegas Mendikbud.
Kurikulum 2013 didasarkan atas banyak rasionalitas
dalam rangka mengembangkan peserta didik yang kreatif,
inovatif, dan produktif. Esensi kurikulum terbaru ini
adalah berbasis kompetensi pada sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Melalui Kurikulum 2013 ingin ditingkatkan
dan diseimbangkan antara kompetensi sikap (attitude),
keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) di
kalangan peserta didik.
“Kurikulum ini memberi kewenangan pada satuan
pendidikan untuk mengembangkannya. Kemdikbud
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
5
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
menyiapkan kurikulum semantap-mantapnya, sementara
guru tetap mempunyai ruang untuk mengembangkannya,”
jelasnya.
Adapun ciri Kurikulum 2013 yang paling mendasar
adalah guru harus lebih banyak mencari tahu dari berbagai
sumber belajar, karena saat ini peserta didik dapat
dengan mudah mencari informasi dengan bebas melalui
perkembangan teknologi dan informasi.
Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik terpadu
memberi kesempatan kepada murid untuk mengenal dan
memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran. IPA
dan IPS diajarkan terpadu dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Di sisi lain, peserta didik didorong untuk memiliki
tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan
berkomunikasi, kemampuan interpersonal, antarpersonal,
maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya
adalah terbentuknya generasi “produktif, kreatif, dan
inovatif ”.
Direktur Pascasarjana IAIN Walisongo, Prof. Dr. Ibnu
Hadjar, M.Ed. menuturkan, perubahan Kurikulum 2013
bisa menjadi momentum baru untuk menyempurnakan
pendidikan nasional. Menurutnya, arah perubahan ini
senafas dengan cita-cita luhur bangsa dalam mencerdaskan
rakyat Indonesia. “Guru madrasah harus memahami
perubahan kurikulum,” tegasnya.
Perubahan kurikulum lebih kepada penataan sumber
daya pendidikan di Indonesia dan bukan sekadar
menjalankan tradisi ganti menteri semata. Tidak mungkin
kurikulum Indonesia dipertahankan tanpa revisi. Sehingga
dalam mengawal perubahan kurikulum ini harus secara
bersama.
Kurikulum 2013 akan mengakomodasi keinginan publik
6
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
yang berkait antara lain tentang; (i) konten kurikulum yang
diasumsikan masih terlalu padat, ditunjukkan dengan
banyaknya mata pelajaran dan materi yang terlalu luas dan
kesukarannya melampaui tingkat perkembangan usia anak;
(ii) kurikulum yang belum sepenuhnya berbasis kompetensi
sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional; (iii) kompetensi belum menggambarkan secara
holistik domain sikap, keterampilan, dan pengetahuan;
(iv) belum terakomodasinya beberapa kompetensi yang
dibutuhkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan
(misalnya pendidikan karakter, metodologi pembelajaran
aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills, kewirausahaan);
(v) belum peka dan tanggap terhadap perubahan sosial
yang terjadi pada tingkat lokal, nasional, maupun global;
(vi) standar proses pembelajaran belum menggambarkan
urutan pembelajaran yang rinci, sehingga membuka
peluang penafsiran yang beraneka ragam dan berujung
pada pembelajaran yang berpusat pada guru; (vii) standar
penilaian belum mengarahkan pada penilaian berbasis
kompetensi (sikap, keterampilan, dan pengetahuan) dan
belum tegas menuntut adanya remediasi secara berkala;
(viii) dengan KTSP memerlukan dokumen kurikulum yang
lebih rinci agar tidak menimbulkan multitafsir.
Pemerintah menaruh harapan besar, para lulusan yang
lahir dari penerapan Kurikulum 2013, dapat menjadi
lulusan yang lebih berkualitas dan mampu bersaing di
dunia internasional dengan basis karakter yang kuat.
Atas dasar keinginan itulah, maka pada Kurikulum 2013
penyesuaian jam pelajaran agama dan budi pekerti menjadi
pertimbangan. Penyesuaian jam pelajaran pendidikan
agama dan budi pekerti -- bukan hanya kuantitas jam
pelajaran – tetapi juga untuk mempraktikkan ajaran agama
dan mengajarkan perilaku, sehingga menghasilkan anak
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
7
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
yang berakhlak mulia.
Tidak hanya jam mapel agama saja yang ditambah, untuk
membenahi pola atau alur pikir peserta didik, seluruh mapel
muatan lokal termasuk bahasa daerah tetap diberi ruang
yang proposional. Adapun untuk ekstrakurikuler, Pramuka
menjadi salah satu kegiatan wajib yang harus diikuti siswa.
Pada Kurikulum 2013, selain penyederhanaan adalah
penambahan jam pelajaran. Rasionalitas dari penambahan
itu antara lain bahwa (i) perubahan proses pembelajaran, dari
siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu, dan proses
penilaian, yaitu dari berfokus pada pengetahuan melalui
penilaian output menjadi berbasis kemampuan melalui
penilaian proses dan output; memerlukan penambahan jam
pelajaran; (ii) kecenderungan akhir-akhir ini banyak negara
menambah jam pelajaran; (iii) perbandingan dengan negaranegara lain menunjukkan jam pelajaran di Indonesia relatif
lebih singkat. Di Finlandia, walaupun pembelajaran tatap
muka relatif singkat, tetapi didukung dengan pembelajaran
tutorial.
Ada empat hal yang akan dikembangkan pada
Kurikulum 2013 ini, di antaranya penataan pola pikir dan
tata kelola; pendalaman dan penguasaan materi; penguatan
proses; dan penyesuaian beban.
Kurikulum 2013, insya Allah akan diimplementasikan
pada awal tahun pelajaran 2013 (Juli 2013). Implementasi
ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam
kerangka menyiapkan generasi emas, yakni generasi di saat
bangsa ini menapaki usia 100 tahun merdeka pada tahun
2045.
Dalam hal implementasi, sedikitnya ada tiga hal yang
telah disiapkan Pemerintah dalam tata kelola Kurikulum
2013. Pertama, menyiapkan buku pegangan pembelajaran
yang terdiri atas buku pegangan siswa dan buku pegangan
8
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
guru.
Buku itu disusun berdasarkan kompetensi dasar dan
kompetensi lulusan yang harus dicapai peserta didik.
Sebagaimana diketahui, kurikulum merupakan cerminan
kehendak tentang gambaran lulusan yang dicitrakan atau
bisa disebut sebagai output (keluaran). Pada titik inilah,
Kurikulum 2013 telah menempatkan kompetensi lulusan
sebagai output sehingga tidak bisa disejajarkan dengan
standar proses, standar penilaian, dan standar isi.
Di sinilah sesungguhnya letak perbedaan yang
paling menyolok jika dibandingkan dengan Kurikulum
sebelumnya. Sebab, dalam dua kurikulum sebelumnya itu,
standar lulusan disejajarkan dengan standar proses, standar
penilaian, dan standar isi.
Kedua, menyiapkan guru supaya memahami
pemanfaatan sumber belajar yang telah disiapkan dan
sumber lain yang dapat mereka manfaatkan. Kemendikbud
telah menyusun pola pelatihan berjenjang untuk para guru.
Hal itu mulai dari penyiapan narasumber tingkat nasional,
instruktur nasional, guru inti, hingga guru mata pelajaran
dan guru kelas.
Pelatihan tidak semata dalam bentuk ceramah, tapi lebih
pada bagaimana menyiapkan dan mempraktikkan buku
pegangan guru yang telah disiapkan. Selain itu, telah pula
didesain paket modul pelatihan melalui jejaring teknologi
informasi dan komunikasi (TIK) yang interaktif, sehingga
efektivitas 52 jam waktu pelatihan ialah untuk tatap muka
dan workshop. Selebihnya, dengan menggunakan jejaring
TIK, praktik pelatihan itu lebih dari 52 jam.
Ketiga, memperkuat peran pendampingan dan
pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan
pembelajaran. Ini amat penting sehingga pelatihan yang
dilaksanakan dalam tahapan implementasi sesungguhnya
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
9
Upaya Mengakomodasi Keinginan Publik
tidak dilepas begitu saja. Melalui pendampingan tersebut,
diharapkan, kekurangan guru dalam memahami materi
pelatihan bisa dievaluasi dan dicarikan jalan keluar terbaik.
Di sinilah peran guru dalam Kurikulum 2013 menjadi
sangat penting. Aspek kompetensi pedagogi, kompetensi
akademik (keilmuan), kompetensi sosial, dan kompetensi
manajerial atau kepemimpinan menjadi sangat penting.
Itu pulalah pelatihan yang didesain Kemdikbud, selain
guru yang akan mendapatkan pelatihan, kepala sekolah
dan pengawas pun menjadi target atau sasaran di dalam
pelatihan.
Buku tanya jawab ini disiapkan dalam kerangka
memberikan pemahaman utuh kepada masyarakat tentang
Kurikulum 2013. Itu sebabnya perdebatan atau pro-kontra
yang tercermin dalam opini pelengkap, dimuat utuh dari
beberapa penulis artikel. Tujuannya agar semua paham
dimana susungguhnya timbulnya perdebatan itu dan apa
yang akan dilakukan dengan Kurikulum 2013. [ ]
10
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
11
12
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya
Jawab
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
13
14
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab
Seputar Kurikulum
2013
Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Bagaimana dengan Kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi
yang dirancang untuk mengantisipasi kebutuhan kom­pe­
tensi Abad 21. Pada abad ini, kemampuan kreativitas dan
komunikasi menjadi sangat penting.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
15
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Atas dasar itulah, maka rumusan kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dipergunakan dalam
Kurikulum 2013 mengedepankan pentingnya kreativitas
dan komunikasi.
Pembelajaran yang ditawarkan dalam Kurikulum 2013
juga berpengaruh pada perilaku sosial. Pendekatan dalam
pembelajaran yang seragam harus berubah. Selama ini, para
guru cenderung hanya membuka peluang satu jawaban.
Akibatnya, siswa tidak kreatif dan tidak berani berbeda.
Guru juga merasa selalu benar sehingga tidak mau terbuka
pada cara berpikir yang berbeda.
Dengan pembiasaan terbuka pada pikiran yang berbeda,
siswa akan belajar menghargai perbedaan. Indonesia telah
ditakdirkan sebagai negara multikultur, sehingga sikap
toleran harus dibangun, salah satunya melalui kurikulum.
Guru bisa membantu siswa memiliki toleransi yang dimulai
dari proses pembelajaran di ruang kelas.
Tapi ada orang yang menilai Kurikulum 2013
tidak menjawab kebutuhan peserta didik?
Kurikulum harus mengikuti perkembangan zaman,
sehingga kita perlu melakukan perubahan untuk mencapai
kebutuhan zaman dan merumuskan apa yang harus
dikuasai oleh siswa.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga
penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran
yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu
periode jenjang pendidikan.
Kurikulum di Indonesia dapat diganti atau diperbaiki
ketika kurikulum tersebut dianggap sudah tidak sesuai lagi
dengan keadaan dan kondisi bangsa Indonesia.
Gambar 1 pada lampiran menunjukkan pentingnya
16
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
kurikulum harus diubah karena menyesuaikan dengan
perubahan lainnya.
Seberapa pentingkah penerapan Kurikulum
2013?
Amat penting. Pada periode 2010-2035 bangsa ini
dikaruniai bonus demografi, yang menunjukkan jumlah
penduduk usia produktif jauh lebih besar dibanding
yang tidak produktif. Kehadiran Kurikulum 2013 akan
mentransformasi pendidikan nasional. Perubahan yang
ditawarkan pada Kurikulum 2013 akan membuat generasi
muda Indonesia kreatif, inovatif, dan berkarakter, sehingga
pada saatnya dapat dimanfaatkan untuk menyiapkan
generasi emas Indonesia, generasi bangsa saat ini memasuki
100 tahun kemerdekaan pada tahun 2045.
Apakah yang mencirikan Kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 memiliki 3 (tiga) ciri. Pertama, jika pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, mata
pelajaran ditentukan terlebih dahulu di dalam menetapkan
standar kompetensi lulusan, maka pada Kurikulum 2013
pola pikir tersebut dibalik. Kompetensinya ditetapkan
terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan, baru kemudian
mata pelejarannya.
Kedua, Kurikulum 2013 memiliki pendekatan lebih
utuh, berbasis pada kreativitas siswa. Kurikulum 2013
disusun terpadu antara mata pelajaran satu dengan lainnya,
sehingga tiga komponen utama pendidikan, yaitu; sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dijadikan penguatan pada
pembentukan karakter peserta didik.
Ketiga, Kurikulum 2013 kompetensi pada tiap jenjang
SD, SMP, dan SMA didesain secara berkesinambungan dan
utuh.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
17
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Hal apa saja yang baru dalam Kurikulum
2013?
Beberapa hal yang baru dan sangat penting pada
Kurikulum 2013 antara lain: (i) kurikulum berbasis
pada pendekatan scientific, dimana proses pembelajaran
menekankan pada observasi, bertanya, menalar, mencoba,
dan mengkomunikasikan; (ii) untuk jenjang SD-MI
bersifat tematik terpadu. Tidak mengenal mata pelajaran,
melainkan tema-tema yang didalamnya terpadu dengan
mata pelajaran yang menjadi kompetensi peserta didik; (iii)
Kompetensi yang ingin dicapai berimbang antara sikap,
keterampilan, dan pengetahuan dengan cara pembelajaran
yang holistik dan menyenangkan; (iv) Pembelajaran
menekankan aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dengan penilaian berbasis tes dan portofolio, yang saling
melengkapi; (v) jumlah mata pelajaran dari sepuluh menjadi
enam masing-masing Pendidikan Agama dan Budi Pekerti,
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn),
Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya dan Prakarya,
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, ditambah
ekstra kurikuler wajib Pramuka; (vi) alokasi waktu per jam
pelajaran di jenjang SD (35 menit); SMP (40 menit), dan
SMA (45 menit); (vii) beban jam pelajaran per minggu: SD
(kelas I= 30 jam, kelas II= 32 jam, kelas III= 34 jam, kelas
IV, V, VI= 36 jam), SMP= 38 jam, dan SMA= 39 jam.
Adakah perbedaan lainnya pada Kurikulum
2013?
Perbedaan yang menonjol pada materi pelajaran secara
fisik akan meringankan beban siswa, terutama di jenjang
SD. Dengan pendekatan tematik terpadu, maka peserta
didik jenjang SD tidak perlu membawa banyak buku ke
sekolah. Karena buku yang disiapkan bukan dalam mata
18
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
pelajaran, melainkan buku tematik terpadu.
Secara substansi, materi pada buku yang tidak perlu akan
dikurangi, dan menambah apa yang memang dibutuhkan
dalam kerangka persiapan pengukuran di tingkat
internasional. Sementara dalam proses pengajaran, karena
guru tidak lagi disibukkan dengan penyiapan silabus, maka
efektivitas pembelajaran akan meningkat.
Kapan Kurikulum 2013 diterapkan?
Akan diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014,
Juli 2013, secara bertahap dan terbatas. Bertahap artinya
kurikulum tidak diterapkan di semua kelas di setiap jenjang,
melainkan hanya di kelas 1 dan kelas 4 untuk SD, dan kelas
VII untuk SMP, dan kelas X di SMA/SMK.
Terbatas diartikan bahwa jumlah sekolah yang melak­
sanakannya disesuaikan dengan sumber daya yang ada,
tidak di semua satuan pendidikan.
Pertimbangan implementasi dilakukan secara bertahap
dan terbatas didasarkan pada besarnya populasi siswa,
sekolah, dan guru di Indonesia, sementara anggaran serta
SDM Kemdikbud terbatas.
Bolehkah sekolah yang belum terpilih
menerapkan Kurikulum 2013 tahun ini
mendapat akses terhadap buku Kurikulum
2013?
Sekolah yang atas inisiatif sendiri ingin meng­im­ple­
mentasikan Kurikulum 2013 terlebih dahulu melaporkan
ke Kemdikbud. Terhadap buku, diperbolehkan untuk
mengakses dan memperbanyak sendiri untuk kepentingan
implementasi. Pelaporan diperlukan untuk kepentingan
pendataan. Buku dapat di unduh dari laman Rumah Belajar
yang dapat diakses melalui www.kemdikbud.go.id.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
19
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Sebegitu mendesaknyakah sehingga pada
tahun ajaran 2013, Kurikulum 2013 sudah
harus diterapkan?
Pemerintah mengambil momentum ingin memanfaatkan
bonus demografi dalam kerangka menyiapkan generasi
emas Indonesia. Pada titik inilah, maka jika implementasi
Kurikulum 2013 ditunda, meski hanya setahun, maka akan
ada jutaan peserta didik yang dirugikan. Intinya, jangan
sekali-kali persoalan implementasi dihadapkan pada stigma
persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk
tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat,
perubahan adalah suatu keniscayaan yang harus dihadapi
manakala kita ingin terus maju dan berkembang. Melalui
perubahan kurikulum ini, kita ingin membeli masa depan
anak didik kita dengan harga sekarang.
Apa saja persiapan yang sudah dilakukan?
Tentang kesiapan, sedikitnya ada tiga persiapan yang
sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi
Kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan
dan buku murid.
Pemerintah menyiapkan buku induk untuk pegangan
guru dan murid, buku siswa yang dikembangkan bersifat
activity-based yang banyak berisi tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa.
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum
dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru
pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk
kelas satu, kelas empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di
SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang
diikutkan dalam pelatihan pun tidak massal sifatnya, tapi
bertahap. Selain guru, kepala sekolah dan pengawas pun
akan diberikan pelatihan.
20
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula memikirkan
tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola
dengan Kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal,
administrasi buku raport. Tentu karena empat standar
dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku
raport pun harus berubah.
Dalam implementasi, apakah hanya di sekolah
negeri saja?
Kurikulum 2013 akan diimplementasikan di sekolah
negeri dan swasta. Beberapa sekolah swasta unggulan
bahkan telah menerapkan pola pembelajaran seperti yang
terdapat pada Kurikulum 2013.
Bagaimana dengan Kurikulum di SLB?
Kurikulum untuk Sekolah Luar Biasa (SLB) akan
disesuaikan. Pada tahap awal implementasi Pemerintah
masih fokus pada sekolah formal umum. Untuk SLB akan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa SLB.
Bagaimana dengan sekolah yang berada di
bawah pembinaan Kementerian Agama?
Sekolah yang berada di lingkungan Kementerian
Agama tetap akan menjalankan Kurikulum 2013, hanya
saja implementasinya diserahkan pada kesiapan dari pihak
Kementerian Agama.
Pada pelaksanan implementasi Kurikulum di sekolahsekolah yang selama ini memiliki dan mengembangkan
kekhasan, sesuai dengan UU Sisdiknas, tetap dipersilahkan
untuk mempertahankan kekhasannya tersebut.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
21
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Bagaimana dengan Kurikulum PAUD?
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan pendidikan
formal yang terstruktur, sehingga tidak disiapkan
kurikulum yang baku. Dalam Kurikulum 2013, materi
baca-tulis-hitung (calistung) baru diajarkan dan dikenalkan
di kelas 1 SD, sehingga pendidikan di jenjang PAUD tidak
boleh mengajari calistung, sebagaimana yang ada selama
ini. Pendidikan PAUD lebih menekankan untuk pelatih
sosialisasi dan mengenal lingkungan dengan pendekatan
bermain.
Mengapa kurikulum 2013 di SD menggunakan
tematik terpadu?
Sesuai dengan tingkatan usia, serta jenjang pendidikan,
siswa SD secara psikologis belum membutuhkan
pengetahuan yang spesifik, melainkan butuh pengetahuan
yang lebih umum tapi komperhensif. Sehingga untuk
memudahkan memahami pelajaran dan mengetahui
apa yang ada di sekitar mereka dibutuhkan pendekatan
berbasis tematik yang terpadu, yang erat kaitannya dengan
kehidupan di sekeliling mereka.
Mengapa di SMP dan SMA tetap berbasis
pada mata pelajaran?
Sesuai dengan perkembangan usia dan psikologis
peserta didik SMP dan SMA, maka siswa di jenjang ini mulai
diperkenalkan dengan pengembangan ilmu pengetahuan
yang lebih spesifik dalam bentuk mata pelajaran. Di
jenjang SMP belum sepenuhnya ke arah lebih spesifik, itu
sebabnya mata pelajaran IPA dan IPS tidak diperkenalkan
terpisah dari unsur-unsur mata pelajarannya, tapi disajikan
secara terpadu.
22
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Sementara di jenjang SMA, bukan hanya pada bentuk
mata pelajaran, tapi ditambah lagi dengan spesifikasi ilmu
pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk peminatan
peserta didik.
Ada anggapan penyiapan Kurikulum 2013
terkesan mendadak, tanpa evaluasi terhadap
Kurikulum yang sedang berjalan?
Anggapan itu keliru. Karena rencana perbaikan dan
peninjauan kurikulum sudah tertuang dalam RPJMN 20102014, demikian pula saat Mendikbud M. Nuh dipercaya
untuk memimpin Kementerian, sudah tertera dalam kontrak
kinerja antara Menteri dengan Presiden-Wakil Presiden
sebagai Kepala Negara dan pimpinan Pemerintahan. Pada
tahun 2010, Pusat Kurikulum saat itu telah melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap kurikulum yang sedang
berjalan (KTSP). Pihak DPR pun, pada tahun 2011 sudah
membentuk Panitia Kerja Kurikulum.
Hasil dari pengukuran yang dilakukan oleh PISA
(Programme for International Student Assessment), TIMSS
(Trends in International Mathematics and Science Study), maupun
PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study), adalah
bagian dari evaluasi yang dilakukan pihak luar, yang bisa
digunakan dan dimanfaatkan dalam kerangka evaluasi
kurikulum yang sedang berjalan.
Benarkah Kurikulum 2013 kurang sosialisasi?
Tidak benar. Sosialisasi sudah dimulai sejak tahapan uji
publik yang berakhir pada 23 Desember 2012, dan terus
dilakukan hingga kini. Tahapan uji publik dalam penyusunan
Kurikulum 2013 adalah yang pertama dilakukan dalam
sejarah perubahan Kurikulum. Tujuan yang ingin dicapai
dari uji publik adalah untuk mengikutsertakan masyarakat
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
23
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
sejak awal di dalam perubahan Kurikulum. Hasilnya cukup
positif, masyarakat terlibat di dalam memberikan masukan
dan usulan. Bagi Pemerintah, keterlibatan ini penting
sebagai bagian dari ikut memiliki.
Apa maksud penghapusan penjurusan men­
jadi peminatan pada Kurikulum 2013?
Penjurusan menyebabkan pengotak-kotakan siswa,
menjadi kasta-kasta, seolah-olah siswa IPA lebih tinggi
dibanding siswa IPS dan Bahasa. Ini dimaksudkan guna
mengurangi “kastanisasi”.
Selain itu, pergeseran kerangka kompetensi abad 21,
dimana kehidupan dan karir menekankan pada fleksibelitas
dan adaptif, berinisiatif dan mandiri, pentingnya
keterampilan sosial dan budaya, produktif dan akuntabel,
serta kepemimpinan dan tanggung jawab.
Kerangka ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran
tidak cukup hanya untuk meningkatkan pengetahuan
(melalui core subjects) saja, tapi harus dilengkapi pula dengan
berkemampuan kreatif-kritis; berkarakter kuat [bertanggung
jawab, sosial, toleran, produktif, adaptif]; disamping itu
didukung dengan kemampuan memanfaatkan informasi
dan berkomunikasi.
Mengapa Pramuka dijadikan sebagai ekstra­
kurikuler wajib?
Dalam Pramuka terdapat nilai-nilai kepemimpinan
(leadership), kerjasama, keberanian, dan solidaritas, serta
toleransi, sehingga dapat membentuk manusia yang
lebih berkarakter kuat. Di samping itu, kegiatan Pramuka
bersifat universal, lintas umur, lintas agama, dan lintas
budaya. Artinya, semua siswa dapat ikut kegiatan ini
tanpa dibedakan berdasarkan Suku, Agama, Ras dan
24
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Antar golongan (SARA), sehingga dapat mempererat
nasionalisme dan memperkuat pengikat bhineka tunggal
ika.
Mengapa bahasa daerah dihilangkan?
Sebenarnya Bahasa Daerah tidak dihilangkan, tapi
dapat diajarkan dengan menggunakan alokasi waktu yang
tersedia untuk Seni Budaya dan Prakarya sebagaimana yang
dirumuskan di dalam keterangan pada struktur kurikulum
yang berbunyi: “Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya
dapat memuat Bahasa Daerah”. Bahasa Daerah memang
tidak secara eksplisit dimasukkan ke dalam struktur
kurikulum, sebab kalau dimasukkan ke dalam struktur
kurikulum artinya Bahasa Daerah menjadi wajib diajarkan
di semua sekolah dan daerah. Padahal dalam kenyataannya
tidak semua daerah mengajarkan Bahasa Daerah di sekolah.
Bagaimana kontribusi tiap mata pelajaran
terhadap pembentukan sikap?
Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada
Kurikulum 2013, tiap mata pelajaran berkontribusi
terhadap pembentukan sikap peserta didik, karena itu tiap
mata pelajaran memiliki kompetensi inti berkait dengan
sikap (spiritual dan sosial). Sebagai contoh, dalam pelajaran
kimia akan diajarkan pula aspek kedisiplinan, dalam
pelajaran matematika ada aspek kejujuran, dalam pelajaran
biologi ada aspek kebesaran Tuhan, dan seterusnya.
Keterkaitan kompetensi antar jenjang pendidikan dengan
mata pelajaran, kompetensi dasar dan kompetensi inti
dapat dilihat pada lampiran gambar 2 tentang keterkaitan
kompetensi antar jenjang.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
25
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Bukankah peraturan pendukung dalam
bentuk Peraturan Pemerintah (PP) untuk
Kurikulum 2013 ini belum ada. Mestinya PP
nya yang disiapkan terlebih dahulu?
Perlu dipahami, PP adalah payung yang disiapkan untuk
memayungi Kurikulum. Sehingga logikanya, Kurikulum
yang akan dipayungi itu harusnya disiapkan terlebih
dahulu, sehingga PP benar-benar akan menjadi payung
yang lebih operasional. Kini PP 19 tahun 2005 tentang
Standar Pendidikan Nasional telah diubah dengan PP 32
tahun 2013 sebagai pengganti PP 19 tersebut. PP 32 ini
telah memayungi Kurikulum 2013.
Berkait dengan berubahnya standar peni­laian,
buku rapor siswa akan mengalami perubahan,
seperti apa perubahannya?
Aspek penilaian dalam Kurikulum 2013 tidak hanya
aspek kognitif, karena itu dalam buku rapor perlu
dipersiapkan proses penilaian yang tidak hanya tes saja,
tapi dilengkapi dengan penilaian lain termasuk portofolio
siswa, dalam bentuk berupa isian catatan perilaku siswa
selama mengikuti kegiatan belajar.
Bagaimana dengan Lembar Kerja Siswa
(LKS), apakah pada saat diberlakukannya
Kurikulum 2013 LKS tidak ada lagi?
LKS adalah bagian yang harus disiapkan oleh guru
dalam proses penilaian, sehingga jika selama ini ada buku
khusus LKS, adalah sesuatu yang sebenarnya keliru. Karena
penilaian tidak harus menggunakan buku khusus seperti
LKS. Buku siswa yang akan disiapkan Pemerintah, didesain
sudah dengan memuat lembar kerja siswa, sehingga siswa
26
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
dapat mengerjakan langsung pada buku tersebut. Tapi
untuk mapel pilihan, seperti bahasa daerah dan bahasa
asing, atau muatan lokal lainnya, penggunaaan LKS masih
dimungkinkan, sepanjang dalam buku itu tidak disiapkan
lembar kerja siswa.
Mengapa jam pelajaran agama ditambah
dan mengapa perlu dikaitkan dengan budi
pekerti?
Pendidikan agama pada Kurikulum 2013 ini
ditambahkan dengan pendidikan budi pekerti, oleh sebab
itu mata pelajaran ini disebut pendidikan agama dan
budi pekerti. Alasan ditambahkannya jam pelajaran ini,
karena dalam mapel ini penambahan itu bukan untuk
pengetahuan, tetapi untuk praktik pembelajaran perilaku,
sehingga diharapkan lahir manusia berakhlak mulia.
Kurikulum baru erat kaitannya dengan buku
untuk siswa maupun guru, yang dipastikan
berubah. Bagaimana penyediaannya?
Berkait dengan buku, pada prinsipnya pemerintah tidak
akan membebani guru, orang tua dan siswa. Karena itu
buku pegangan guru maupun siswa akan dibagikan secara
gratis. Tapi bagi sekolah yang karena kehendaknya ingin
segera mengimplementasikan Kurikulum 2013, baik buku
guru dan siswa, serta bentuk-bentuk pelatihan untuk guru,
beban biaya yang ditimbulkan menjadi tanggungjawab
sekolah, dengan terlebih dahulu melaporkan keinginan
mengimplementasikan Kurikulum 2013 secara mandiri
tersebut ke Kementerian untuk kepentingan pendataan.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
27
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Bagaimana Struktur Kurikulum SD-MI?
Struktur
kurikulum
SD-MI
menggambarkan
konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk mata
pelajaran, meski dalam proses penyampaiannya (sistem
pembelajaran), menggunakan tematik terpadu.
Pengorganisasian konten dalam sistem belajar
yang digunakan adalah sistem semester, sedangkan
pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran
berdasarkan jam pelajaran per semester. Struktur
kurikulum adalah juga gambaran mengenai penerapan
prinsip kurikulum mengenai posisi seorang siswa dalam
menyelesaikan pembelajaran di suatu satuan atau jenjang
pendidikan.
Struktur kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran,
beban belajar, dan kalender pendidikan. Struktur
Kurikulum SD-MI dapat dilihat pada lampiran gambar 3.
Benarkah Kurikulum 2013 merupakan kuri­
kulum minimal. Apa maksudnya?
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum minimal
yang wajib diberikan pada satuan pendidikan kepada
peserta didik. Sekolah yang mampu mengembangkan
dan menambahkan materi diperbolehkan, dengan
mempertimbangan aspek psikologis peserta didik dan
akibat pembiayaannya. Ini juga berlaku pada sekolahsekolah keagamaan yang memang didesain khusus.
Mengapa ada penambahan jam belajar di SD,
padahal mata pelajaran dikurangi?
Agar peserta didik dapat beraktivitas lebih banyak,
termasuk melakukan kegiatan yang berbasis discovery learning
di dalamnya, sehingga dapat memahami dengan baik.
28
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Jumlah mata pelajaran pada Kurikulum 2013
memang berkurang, tapi jumlah jam belajar bertambah,
bertujuan agar guru memiliki keleluasaan waktu untuk
mengembangkan proses pembelajaran yang berorientasi
siswa aktif dan produktif. Proses pembelajaran ini
diperlukan waktu yang lebih panjang, karena peserta didik
perlu berlatih untuk mengamati, menanya, mengasosiasi,
menyimpulkan dan mengomunikasikannya.
Proses pembelajaran yang dikembangkan pada
Kurikulum 2013 menghendaki kesabaran guru dalam
mendidik peserta didik, sehingga mereka menjadi lebih
tahu, mampu dan mau belajar dan menerapkan apa yang
sudah mereka pelajari di lingkungan sekolah dan masyarakat
sekitarnya. Disamping itu bertambahnya jam belajar juga
memungkinkan guru untuk melakukan penilaian proses
dan hasil belajar menjadi lebih terfokus.
Bagaimana format mata pelajaran IPS di
jenjang SMP?
Jika saat ini mata pelajaran (mapel) IPS terdiri dari
kumpulan mapel ekonomi, sejarah, dan geografi, maka
dalam Kurikulum 2013, mapel IPS merupakan integrasi/
penyatuan dari ketiga mapel tersebut, dengan geografi
sebagai platform/kajian dasarnya.
Lalu bagaimana format mapel IPA di SMP?
Hampir sama dengan mapel IPS. Jika mapel IPA
sekarang terdiri atas kumpulan mapel biologi, kimia, dan
fisika; maka pada Kurikulum 2013, mapel IPA merupakan
perpaduan dari ketiga mapel tersebut, dengan biologi
sebagai platform/kajian dasarnya.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
29
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Bagaimana posisi Bahasa Indonesia di
Kurikulum 2013?
Bahasa Indonesia di jenjang SD dijadikan sebagai faktor
pembawa materi mata pelajaran. Karena pendekatannya
tematik terpadu, maka pembelajaran Bahasa Indonesia
menjadi penting. Bahasa Indonesia tidak hanya diajarkan
sebagai ilmu bahasa, tetapi dimaknai sebagai pembawa
ilmu pengetahuan.
Mengapa harus menghapus mata pelajaran
yang mendukung di persaingan global seperti
Bahasa Inggris di jenjang SD dan TIK pada
SMP?
Perlu dijelaskan, sesungguhnya pada Kurikulum KTSP
di jenjang SD memang tidak ada mata pelajaran Bahasa
Inggris. Di beberapa sekolah bahasa inggris dijadikan
muatan lokal, jadi pada dasarnya tidak ada penghapusan
bahasa inggris di jenjang SD.
Adapun TIK memang diperlukan untuk proses
pembelajaran, tapi bukan untuk dipelajari sebagai mapel,
melainkan digunakan sebagai alat untuk membantu proses
pembelajaran.
Mengapa kemampuan guru di dalam mem­
buat silabus diabaikan?
Rasionalitas dalam Kurikulum 2013 adalah
mengedepankan proses pembelajaran. Beban guru untuk
menyusun silabus dihilangkan. Pasalnya, silabus merupakan
bagian tak terpisahkan dari dokumen Kurikulum 2013.
Sehingga pada gilirannya, hilangnya kewajiban menyusun
silabus ini akan mengurangi beban administratif para guru.
Dengan demikian, para guru akan lebih berkonsentrasi
30
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
pada proses pembelajaran.
Siapapun yang pernah mengajar, baik guru maupun
dosen tentu sudah mengalami bahwa bukan hal yang
mudah menyusun silabus. Penyusunan silabus itu rumit
dan penuh konsekuensi. Di samping menuliskannya, juga
harus mencari buku-bukunya, mempraktikannya hingga
mengevaluasinya.
Dengan pembebanan penyiapan Silabus yang diberikan
kepada guru, menyebabkan guru lebih banyak menghabiskan
waktunya untuk menyiapkan silabus. Dengan kurikulum
baru, tugas administrasi diserahkan kepada pemerintah,
sehingga guru dapat berkonsentrasi penuh dalam mengajar,
dan efektivitas pembelajaran dapat optimal. Gambar 4
pada lampiran menunjukan perbandingan efektivitas
pembelajaran yang diperoleh siswa baik pada kurikulum
KBK, KTSP maupun Kurikulum 2013.
Bagaimana hubungan kurikuler, ekstra­
kurikuler, kokurikuler terkait kewajiban
mengajar 24 jam tatap muka?
Peran guru di ketiga kegiatan proses pembelajaran
tersebut akan diperhitungkan untuk memenuhi kewajiban
mengajar 24 jam tatap muka.
Bagaimana guru melakukan evaluasi terhadap
sikap dan keterampilan siswa?
Guru mengikuti dan mencatat setiap perkembangan
sikap dan keterampilan peserta didik dalam lembar evaluasi.
Oleh karena itu, buku rapor juga akan disesuaikan dengan
sistem penilaian berlaku.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
31
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Bagaimana format pola pelatihan guru dan
pendampingan?
Pelatihan guru dilakukan bukan didominasi dengan
ceramah. Tapi lebih banyak simulasi, praktik, dan
analisis. Saat pelatihan, guru juga akan diberikan buku
pegangan untuk mengajar di kelas (mata pelajarannya).
Pendampingan dilakukan saat kurikulum sudah diterapkan
di sekolah. Pendamping melakukan evaluasi dan melihat
apa yang kurang dari implementasi kurikulum, sehingga
dapat dilakukan perbaikan pada tahap berikutnya.
Bagaimana nasib guru IPA dan IPS di SD?
Pada dasarnya guru SD itu guru kelas yang mengajar
semua mapel, sehingga tidak masalah jika tidak ada mapel
IPA dan IPS. Karena kedua mapel itu sudah diintegrasikan
pada setiap tema.
Bagaimana dengan struktur Kurikulum SMP?
Sama dengan SD, dalam struktur kurikulum SMP
bertujuan membentuk peserta didik memiliki kompetensi
dalam ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam
Kurikulum SMP 2013 jumlah mata pelajaran berkurang
dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata pelajaran.
Lebih jelasnya struktur Kurikulum SMP (berikut beban
jam pelajaran dari kelas VII sampai IX) dapat dilihat pada
lampiran gambar 5.
Lalu bagaimana dengan struktur Kurikulum
SMA?
Dalam struktur kurikulum SMA yang sekarang berlaku
penjurusan dilaksanakan mulai kelas 11, terdiri atas jurusan
IPA, IPS, Bahasa dan Keagamaan. Untuk kelas 10 jumlah
32
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
mata pelajaran yang diajarkan adalah 16 mata pelajaran
ditambah dengan Muatan Lokal dan Pengembangan Diri
dengan jumlah jam pelajaran per minggu sebanyak 38 jam
pelajaran. Untuk kelas 11 dan 12 baik IPA, IPS, maupun
Bahasa masing-masing 15 mata pelajaran dengan jumlah
jam pelajaran masing-masing 39 jam pelajaran. Untuk
jurusan keagamaan terdiri atas 15 mata pelajaran dengan
jumlah jam pelajaran 38 jam pelajaran per minggu.
Pada Kurikulum 2013 sebagaimana gambar 6 dan
7 pada lampiran struktur Kurikulum SMA tidak lagi
mengenal penjurusan, melainkan berpola pada peminatan
yang dimulai sejak siswa di kelas X.
Bagaimanakah tuntutan profesionalitas guru
terhadap Kurikulum 2013?
Kurikulum 2013 menuntut profesionalitas guru yang
baik, yang mampu mengembangkan strategi pembelajaran
yang dapat menstimulasi peserta didik untuk belajar
lebih aktif yang berbasis discovery learning disertai dengan
penambahan jam belajar di sekolah agar peserta didik
mencapai kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
secara utuh.
Paradigma guru seperti apa yang dipotret
oleh Kurikulum 2013?
Setidaknya terdapat tiga paradigma guru yang dipotret
Kurikulum 2013. Pertama, Growth mindset, yakni setiap
guru harus menyadari betul tugas dan fungsinya sebagai
katalisator dalam mengembangkan potensi peserta
didik untuk sukses, dan tumbuh secara mandiri melalui
bimbingannya.
Kedua, Action mindset: dukungan penuh terhadap setiap
peserta didik dalam mencapai cita-citanya dengan penuh
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
33
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
semangat dan komitmen dalam mengajar.
Ketiga, Objective mindset: guru memiliki kemampuan
berkomuniksi yang baik dengan peseta didik dan menjadi
pribadi yang menyenangkan dalam mendisiplikan peserta
didik.
Mindset guru harus berubah menjadi lebih baik, karena
guru dilihat oleh seluruh siswa, kemampuan untuk ingin
senantiasa berkembang dan mengembangkan kemampuan
dirinya bersama para siswa menjadikan dirinya mampu
untuk beradaptasi dengan jenis kurikulum apapun yang
dikembangkan.
Oleh karena itu sudah waktunya peserta didik diberikan
ruang berkreasi dan tidak lagi dibebani oleh tumpukan
mata pelajaran yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan
minat dan bakat mereka. Untuk itu, format mata pelajaran
di tingkat SMA lebih diorientasikan pada peminatan yang
sudah dilakukan mulai Kelas X. Dengan demikian peserta
didik akan semakin senang dan bukan merasa tertekan.
Bagaimana dengan peran guru BK dalam
Kurikulum 2013 mengingat peminatan sudah
dilakukan sejak di kelas X?
Peran guru Bimbingan Konseling (BK), pada
Kurikulum 2013 akan semakin penting. Pasalnya, di tingkat
SMA penjurusan ditiadakan, diganti dengan kelompok
peminatan.
Dengan diberlakukannya kelompok peminatan, maka
guru BK baik di SMP maupun SMA memiliki tugas
untuk memberikan pendampingan secara intensif kepada
siswa. Diharapkan, siswa dapat memilih sesuai dengan
kemampuan, bakat, serta minatnya. Dengan adanya
program kelompok peminatan, maka peran dan tugas guru
BK semakin besar. Karena sejak awal masuk, siswa harus
34
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
diarahkan sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan
pilihannya.
Oleh karena guru BK harus memberikan pendampingan
sejak awal, sehingga siswa bisa fokus sejak awal pilihannya.
Dengan demikian, menempatkan anak pada the right man on
the right track.
Peran apa yang harus dijalankan oleh guru
BK?
Ke depan, peran dan tanggungjawab guru BK terhadap
siswa SMP juga harus lebih nyata. Guru BK harus mulai
mengamati dan mendampingi anak sejak kelas satu. Guru
harus melihat dan mendampingi, anak tersebut senang dan
minat pada mapel apa. Guru juga harus mengarahkan studi
lanjutannya, ke SMA atau SMK. Namun, peran tersebut
tidak akan berhasil tanpa dukungan kepala sekolah, guru
kelas dan orangtua murid.
Meski guru BK telah memahami perannya sebagai
pembimbing siswa, kaitannya adalah dalam pengembangan
kehidupan pribadi, kehidupan sosial, dan karir. Karena itu,
guru BK dapat memberikan pendampingan dan arahan
kepada siswa secara berkelanjutan. Bagaimana guru BK
dapat mengidentifikasi apa yang diminati dan masalah
yang dihadapi siswa. Bagaimana metode monitoring dan
konseling yang seharusnya dilakukan sesuai kurikulum
baru ini.
Pada akhirnya guru BK harus dapat memanfaatkan
instrumen atau alat ungkap masalah (AUM) dengan
cermat guna membantu siswa mengembangkan minat dan
bakatnya.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
35
Tanya-Jawab Seputar Kurikulum 2013
Mungkinkah seorang siswa mempelajari ilmu
lain selain pilihannya?
Seorang siswa tidak tertutup peluang dan kemungkinan
untuk mempelajari ilmu atau pelajaran lain. Ini dikategorikan
kelompok lintas mata pelajaran. Misalnya seorang siswa
memilih IPA, tetapi ia juga mendalami bahasa.
Bagaimana nasib guru TIK yang telah
memiliki sertifikat dan telah menerima
Tunjangan Profesi Pendidik (TPP)?
Pada prinsipnya Kurikulum 2013 tidak akan merugikan
guru. Bagi guru yang telah memiliki sertifikat dan telah pula
menerima TPP, sementara dalam struktur kurikulum, mata
pelajarannya tidak ada lagi, seperti TIK, maka bagi guru
yang bersangkutan dapat memilih untuk mengampu mata
pelajaran lain. Adapun sertifikasinya dilakukan penyesuaian
lebih lanjut dan akan disesuaikan dengan mapel yang baru.
Apakah dengan Kurikulum 2013 berpengaruh
terhadap tunjangan dan sertifikasi guru?
Bagaimana tunjangan bagi guru yang
mapelnya dihapus?
Tidak. Guru tetap mendapat tunjangan dan sertifikasi
tetap berjalan. Guru dapat melakukan konversi mapel
lain. Contoh, guru TIK, dapat mengajar mapel lain yang
dikuasainya, sehingga dia tetap mendapat tunjangan guru
sesuai dengan mapel yang dikuasainya.
Bagaimana guru melakukan konversi mapel?
Guru dapat melakukan resertifikasi atau sertifikasi ulang
agar tetap mendapat tunjangan profesi yang sesuai dengan
mapelnya yang akan diampu. (***)
36
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
37
38
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Opini
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
39
40
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan Kunci
Pembangunan
oleh Boediono
Wakil Presiden Republik Indonesia
Barangkali tak ada di antara kita yang tak setuju bahwa
pendidikan punya peran besar dalam pembangunan suatu
bangsa. Namun, sering kali kita berhenti di situ, pada tataran
abstrak dan menerimanya sebagai kebenaran mutlak yang
tidak perlu lagi dikaji dan dirinci.
Berdasarkan keyakinan itu, kita melaksanakan
percepatan dan perluasan pendidikan melalui aneka
program pendidikan. Negara sebagai penjurunya dan
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
41
Pendidikan Kunci Pembangunan
masyarakat berpartisipasi aktif.
Semangat ini sudah benar. Namun, sebenarnya ada
satu hal penting yang ”hilang”, yaitu tentang ”apa” yang
seyogianya diajarkan untuk menyiapkan manusia-manusia
Indonesia yang mampu berkontribusi maksimal bagi
kemajuan bangsanya. Barangkali sekarang sudah waktunya
kita memikirkan secara lebih mendalam masalah yang
teramat penting ini.
Belum Punya Konsep yang Jelas
Saya harus menyatakan bahwa sampai saat ini kita belum
punya konsepsi yang jelas mengenai substansi pendidikan
ini. Karena tak ada konsepsi yang jelas, timbullah
kecenderungan untuk memasukkan apa saja yang dianggap
penting ke dalam kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban
berlebihan pada anak didik. Bahan yang diajarkan terasa
”berat”, tetapi tak jelas apakah anak mendapatkan apa yang
seharusnya diperoleh dari pendidikannya.
Substansi dasar yang memberikan isi pada kebijakan
pendidikan kita perlu dibakukan. Rumusan substansi yang
jelas dan cermat akan dapat menjadi kompas dan perajut bagi
begitu banyak kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah
Air sehingga mengurangi segala macam kemubaziran.
Rumusan substansi tersebut haruslah mengacu dan
diturunkan dari konsepsi yang jelas mengenai bagaimana
kemajuan bangsa terjadi dan apa peranan pendidikan di
dalamnya.
Saya tak akan mengulang apa yang telah dikatakan oleh
para pakar mengenai peran strategis pendidikan dalam
menyiapkan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek) bangsa, serta dengan demikian mendorong
kemajuan bangsa. Kita semua sepakat mengenai hal
ini. Di sini saya ingin mengangkat sisi penting lain dari
42
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan Kunci Pembangunan
pendidikan, yaitu perannya
dalam mendukung kemajuan
bangsa melalui dukungannya
dalam pembangunan sosial,
Saya ingin
ekonomi, dan politik.
mengangkat sisi
Berikut ini adalah butir-butir
penting lain dari
yang terkait dengan itu, yang
pendidikan, yaitu
saya sarikan dari hasil-hasil
perannya dalam
riset di bidang ekonomi-politik
mendukung
kemajuan
dan sejarah (Daron Acemoglu
bangsa melalui
& James A Robinson, 2012).
dukungannya
Penelitian-penelitian
itu
dalam
mencoba
mengidentifikasi
pembangunan
faktor-faktor penentu utama
sosial, ekonomi,
kemajuan bangsa sebagai
dan politik.
suatu entitas sosial, ekonomi,
politik berdasarkan analisis
pengalaman sejarah bangsa-bangsa.
Beberapa kesimpulan penting adalah sebagai berikut.
Bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh mutu
institusi-institusinya, terutama institusi politik dan
ekonominya. Proses kemajuan suatu bangsa terjadi dan
berlanjut bila terjadi interaksi positif antara institusi politik
dan institusi ekonominya. Bangsa-bangsa yang gagal maju
karena insiden sejarah atau barangkali karena kelalaiannya
sebagai bangsa umumnya terperangkap dalam interaksi
negatif dari kedua kelompok institusinya tersebut.
Dari dua kelompok institusi penentu kemajuan bangsa,
sejarah bangsa-bangsa menunjukkan, institusi politik adalah
yang lebih mendasar. Kelompok institusi inilah yang pada
akhirnya menentukan aturan main yang mengondisikan
efektif tidaknya institusi-institusi lain. Pembenahan dan
penataan institusi politik merupakan kunci pembuka
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
43
Pendidikan Kunci Pembangunan
kemajuan bangsa.
Selanjutnya riset sejarah menunjukkan, institusi politik
akan mendukung proses kemajuan suatu bangsa apabila
memenuhi dua persyaratan utama. Pertama, harus ada
suatu tingkat konsentrasi kekuasaan politik di tingkat
nasional yang cukup untuk menjamin penegakan law and
order. Somalia dan Afganistan adalah contoh ekstrem
kekuasaan terlalu tercerai-berai sehingga ketertiban umum
dan hukum tidak bisa dijalankan.
Syarat kedua adalah sebaliknya, yaitu kekuasaan politik
tak boleh terkonsentrasi di tangan satu kelompok atau
beberapa kelompok saja (oligarki), tetapi harus terbagi
sedemikian rupa sehingga elemen-elemen utama bangsa
terwakili di dalamnya. Konstelasi politik harus inklusif
karena dengan demikian sistem checks and balances dapat
berjalan efektif. Tidak terlalu terkonsentrasi dan tidak
terlalu tercerai-berai.
Dengan kata lain: sistem demokrasi! Riset tersebut
menarik kesimpulan kuat dari analisis empiris sejarah
bahwa demokrasi merupakan sistem politik yang paling
menjanjikan bagi bergulirnya proses kemajuan bangsa.
Tentu, yang dimaksud adalah demokrasi dalam arti
substantif, bukan sekadar bentuk formalnya.
Riset menunjukkan bahwa makin tinggi pendapatan
per kapita, makin besar peluang demokrasi berhasil dan
berlanjut (Fareed Zakaria, 2003). Bangsa-bangsa yang
sedang membangun dan sedang mengonsolidasikan
demokrasinya sangat penting untuk menghindari krisis
ekonomi. Sebab, di situ ada risiko tinggi sendi-sendi
demokrasi yang sedang dibangun ikut rontok. Konsolidasi
demokrasi berpeluang tinggi berhasil bila ditopang oleh
perekonomian yang tumbuh dan manfaatnya makin terbagi
merata.
44
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan Kunci Pembangunan
Apabila demokrasi berhasil dikonsolidasikan, semakin
besar pula institusi-institusi ekonomi akan berfungsi
lebih baik lagi. Pada gilirannya meningkatkan kinerja
perekonomian dan selanjutnya akan memperkuat
demokrasi. Demikianlah seterusnya: terjadi proses interaksi
positif antara politik dan ekonomi.
Peran Pendidikan
Satu hal penting dari hasil riset mutakhir: institusi
memegang peran kunci dalam proses kemajuan bangsa.
Kualitas institusi penentu utama kemajuan bangsa. Oleh
karena itu, upaya pembangunan bangsa semestinya
memberikan prioritas tertinggi
pada pembangunan institusi.
Kualitas kinerja institusi
pada akhirnya ditentukan oleh
Dua sasaran
kualitas
manusia-manusia
pendidikan.
yang melaksanakan fungsi
Pertama,
institusi itu, terutama dalam
membentuk sikap
sikap dan kompetensinya. Di
dan kompetensi
sinilah kita melihat jelas peran
dasar yang perlu
sentral pendidikan dalam
dimiliki oleh
pembangunan dan kemajuan
setiap warga
bangsa. Melalui pendidikan kita
negara di mana
dapat menanamkan sikap yang
pun mereka
pas dan memberikan bekal
berkarya. Kedua,
mendidik sikap
kompetensi yang diperlukan
dan kompetensi
kepada manusia-manusia yang
khusus yang
menjalankan fungsi institusidiperlukan
institusi yang menentukan
bagi mereka
kemajuan bangsa.
yang bekerja di
Di sini penting dibedakan
bidang-bidang
dua
sasaran
pendidikan.
tertentu.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
45
Pendidikan Kunci Pembangunan
Pertama, membentuk sikap dan kompetensi dasar yang
perlu dimiliki oleh setiap warga negara di mana pun mereka
berkarya. Ini merupakan tugas dari pendidikan umum.
Adapun sasaran kedua: mendidik sikap dan kompetensi
khusus yang diperlukan bagi mereka yang bekerja di bidangbidang tertentu. Ini adalah bidang tugas dari pendidikan
khusus. Pendidikan umum membekali anak didik soft
skills untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik.
Pendidikan khusus memberikan hard skills untuk menjadi
pekerja yang baik.
Pada hakikatnya pendidikan umum wajib diberikan
kepada semua anak didik di semua jenjang, mulai dari
SD hingga perguruan tinggi (S-1). Tentu materi di setiap
jenjang disesuaikan dengan umur dan tingkat kematangan
anak didik. Adapun substansi pendidikan khusus diberikan
sesuai vokasi atau profesi yang dipilih oleh siswa atau
mahasiswa dalam kariernya nanti. Materi pendidikan
khusus diberikan sebagai tambahan materi pendidikan
umum. Dalam pendidikan khusus inilah dibangun, antara
lain, kemampuan iptek manusia Indonesia.
Dalam strategi pendidikan yang utuh, kedua komponen
pendidikan ini dirumuskan secara rinci, konsisten, dan
seimbang. Keduanya membentuk kurikulum minimal pada
tiap jenjang pendidikan dengan standar yang berlaku, dan
diberlakukan secara nasional. Tentu ruang untuk muatan
lokal harus tetap diberikan sesuai kekhasan setiap daerah
dan kelompok masyarakat. Inilah yang saya maksud
dengan benang merah substansi pendidikan nasional yang
perlu kita rumuskan secara lebih jelas dan cermat.
Apabila kita menerima bahwa konsolidasi demokrasi
adalah simpul kritis penentu kemajuan bangsa, strategi
pendidikan perlu diarahkan sepenuhnya dan secara nyata
mendukung sasaran ini. Pintu masuk kita adalah melalui
46
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan Kunci Pembangunan
pendidikan umum. Substansi pendidikan umum harus
mencakup semua hal yang diperlukan untuk membekali
anak didik agar jadi pelaku demokrasi yang efektif, yang tahu
hak dan tanggung jawabnya, yang punya komitmen untuk
menyukseskan proses konsolidasi demokrasi. Apabila ini
kita lakukan, kita dapat optimistis, risiko-risiko kegagalan
demokrasi dalam masa konsolidasi ini dapat diminimalkan.
Demokrasi kita akan makin mantap dan institusi-institusi
ekonomi akan makin efektif, yang selanjutnya akan makin
memperkuat demokrasi.
Delapan Kemampuan
Apa yang perlu dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan umum yang memenuhi tuntutan tersebut? Ini
adalah tantangan bagi para ahli untuk merumuskannya.
Di sini saya ingin menyampaikan satu contoh substansi
pendidikan umum dari negara lain untuk jenjang perguruan
tinggi (S-1). Substansi bagi jenjang-jenjang di bawahnya
tentu perlu penyesuaian-penyesuaian, termasuk harus
memasukkan kekhasan budaya dan sejarah kita.
Profesor Derek Bok, Presiden Emeritus Universitas
Harvard, mengatakan, pendidikan S-1 di Amerika Serikat
bertujuan memberikan bekal delapan kemampuan kepada
mahasiswanya. Pertama, kemampuan berkomunikasi.
Semua mahasiswa S-1 perlu punya kemampuan ini secara
efektif dengan berbagai pihak. Mereka harus mampu
menulis dengan presisi dan menarik juga mengungkap secara
lisan idenya dengan jelas dan persuasif. Ketidakmampuan
berkomunikasi antara warga negara atau antara pemerintah
dan publik adalah kegagalan demokrasi.
Kedua, kemampuan berpikir jernih dan kritis.
Kemampuan ini mencakup kemampuan mengajukan
pertanyaan yang relevan, mengenali dan mendefinisikan
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
47
Pendidikan Kunci Pembangunan
masalah, menyadari dan mempertimbangkan argumentasi
dari berbagai sisi dari suatu permasalahan, serta mencari
dan menggunakan secara efektif data dan informasi yang
relevan. Akhirnya, mengambil sikap dan kesimpulan
setelah mempertimbangkan semuanya dengan cermat.
Ketiga, kemampuan mempertimbangkan segi moral
suatu permasalahan. Hampir tiap isu publik punya sisi
moral. Mahasiswa perlu dilatih menganalisis dengan jernih
dan mengambil sikap mengenai aspek baik-buruk, benarsalah dari segi moral dalam menghadapi permasalahan.
Keempat, kemampuan untuk menjadi warga negara
yang efektif. Mahasiswa harus disiapkan menjadi peserta
aktif dalam proses demokrasi dan mampu mengambil
sikap yang rasional mengenai berbagai masalah politik dan
isu-isu publik.
Kelima, kemampuan untuk mencoba mengerti dan
toleran terhadap pandangan yang berbeda. Di AS yang
terdiri atas banyak kelompok etnis dan kelompok agama,
pengajaran toleransi memperoleh perhatian khusus dan
dianggap sebagai tugas penting dari universitas.
Keenam, kemampuan hidup dalam masyarakat yang
mengglobal. Mahasiswa diharapkan punya pengetahuan
dasar masalah-masalah internasional dan apresiasi
mengenai kultur yang berbeda.
Ketujuh, memiliki minat luas mengenai hidup.
Mahasiswa harus dibangkitkan minat intelektualnya, seperti
mengenai sejarah, filsafat, dan minat di bidang-bidang lain,
seperti musik, seni, dan olahraga.
Kedelapan, memiliki kesiapan untuk bekerja. Ini
sebenarnya bukan bagian dari kurikulum pendidikan
umum, tetapi bagian dari kurikulum pendidikan khusus
yang memang harus diajarkan pada tingkat S-1 sesuai
dengan fakultasnya.
48
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan Kunci Pembangunan
Kedengaran terlalu idealistik, tetapi itulah yang
jadi sasaran ideal universitas-universitas di sana. Dan,
tampaknya mereka sangat serius dalam mencapai sasaran
tersebut. Tentunya kita tak boleh puas diri dengan apa
yang kita punya sekarang. Taruhannya terlalu besar untuk
bersikap seperti itu. Marilah kita lakukan sesuatu yang
substantif bagi pendidikan kita. (Kompas, 28 Agustus 2012)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
49
50
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
Oleh Mohammad Nuh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
Dalam beberapa bulan terakhir, harian Kompas
memuat tulisan dari mereka yang pro ataupun kontra
terhadap rencana implementasi Kurikulum 2013. Saya
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
tinggi atas berbagai pandangan tersebut.
Saya berkesimpulan, mereka yang mempertanyakan
kurikulum 2013 adalah karena ada perbedaan cara pandang
atau belum memahami secara utuh konsep kurikulum
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
51
Kurikulum 2013
berbasis kompetensi yang menjadi dasar Kurikulum 2013.
Secara falsafati, pendidikan adalah proses panjang dan
berkelanjutan untuk mentransformasikan peserta didik
menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan penciptaannya,
yaitu bermanfaat bagi dirinya, bagi sesama, bagi alam
semesta, beserta segenap isi dan peradabannya.
Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu
dirumuskan dalam indikator strategis,seperti berimanbertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Dalam memenuhi kebutuhan
kompetensi Abad 21, UU Sisdiknas juga memberikan
arahan yang jelas, bahwa tujuan pendidikan harus dicapai
salah satunya melalui penerapan kurikulum berbasis
kompetensi. Kompetensi lulusan program pendidikan
harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan, sehingga yang dihasilkan adalah manusia
seutuhnya. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional
perlu dijabarkan menjadi himpunan kompetensi dalam tiga
ranah kompetensi (sikap, pengetahuan, dan keterampilan).
Didalamnya terdapat sejumlah kompetensi yang harus
dimiliki seseorang agar dapat menjadi orang beriman dan
bertakwa, berilmu, dan seterusnya.
Mengingat pendidikan idealnya proses sepanjang hayat,
maka lulusan atau keluaran dari suatu proses pendidikan
tertentu harus dipastikan memiliki kompetensi yang
diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya secara
mandiri sehingga esensi tujuan pendidikan dapat dicapai.
Perencanaan Pembelajaran
Dalam usaha menciptakan sistem perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian yang baik, proses panjang
tersebut dibagi menjadi beberapa jenjang, berdasarkan
52
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
perkembangan dan kebutuhan
peserta didik. Setiap jenjang
dirancang memiliki proses
sesuai perkembangan dan
Dengan konsep
kebutuhan
peserta
didik
kurikulum
sehingga ketidakseimbangan
berbasis
antara input yang diberikan dan
kompetensi,
kapasitas pemrosesan dapat
tak tepat jika
diminimalkan.
ada yang
menyampaikan
Sebagai konsekuensi dari
bahwa
penjenjangan
ini,
tujuan
pemerintah salah
pendidikan harus dibagi-bagi
sasaran saat
menjadi tujuan antara. Pada
merencanakan
dasarnya kurikulum merupakan
perubahan
perencanaan
pembelajaran
kurikulum,
yang dirancang berdasarkan
karena yang
tujuan antara di atas. Proses
perlu diperbaiki
perancangannya diawali dengan
sebenarnya
menentukan
kompetensi
metodologi
lulusan (standar kompetensi
pembelajaran
bukan
lulusan). Hasilnya, kurikulum
kurikulum.
jenjang satuan pendidikan.
Dalam teori manajemen,
sebagai sistem perencanaan pembelajaran yang baik,
kurikulum harus mencakup empat hal. Pertama, hasil akhir
pendidikan yang harus dicapai peserta didik (keluaran), dan
dirumuskan sebagai kompetensi lulusan. Kedua, kandungan
materi yang harus diajarkan kepada, dan dipelajari
oleh peserta didik (masukan/standar isi), dalam usaha
membentuk kompetensi lulusan yang diinginkan. Ketiga,
pelaksanaan pembelajaran (proses, termasuk metodologi
pembelajaran sebagai bagian dari standar proses), supaya
ketiga kompetensi yang diinginkan terbentuk pada diri
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
53
Kurikulum 2013
peserta didik. Keempat, penilaian kesesuaian proses dan
ketercapaian tujuan pembelajaran sedini mungkin untuk
memastikan bahwa masukan, proses, dan keluaran tersebut
sesuai dengan rencana.
Dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi, tak
tepat jika ada yang menyampaikan bahwa pemerintah salah
sasaran saat merencanakan perubahan kurikulum, karena
yang perlu diperbaiki sebenarnya metodologi pembelajaran
bukan kurikulum. (Mohammad Abduhzen, “Urgensi
Kurikulum 2013”, Kompas, 21/2 dan “Implementasi
Pendidikan”, Kompas, 6/3). Hal ini menunjukkan belum
dipahaminya secara utuh bahwa kurikulum berbasis
kompetensi termasuk mencakup metodologi pembelajaran.
Tanpa metodologi pembelajaran yang sesuai, tak akan
terbentuk kompetensi yang diharapkan.Sebagai contoh,
dalam Kurikulum 2013, kompetensi lulusandalam ranah
keterampilan untuk SD dirumuskan sebagai “memiliki
(melalui mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyaji, menalar, mencipta) kemampuan pikir dan tindak
yang produktif dan kreatif, dalam ranah konkret dan
abstrak,sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.”
Kompetensi semacam ini tak akan tercapai bila pengertian
kurikulum diartikan sempit, tak termasuk metodologi
pembelajaran. Proses pembentukan kompetensi itu,sudah
dirumuskan dengan baik melalui kajian para peneliti, dan
akhirnya diterima luas sebagai suatu taksonomi.
Pemikiran pengembangan Kurikulum 2013 seperti
diuraikan di atas dikembangkan atas dasar taksonomitaksonomi yang diterima secara luas, kajian KBK 2004
dan KTSP 2006, dan tantangan Abad 21 serta penyiapan
Generasi 2045. Dengan demikian, tidaklah tepat apa yang
disampaikan Elin Driana, “Gawat Darurat Pendidikan”
(Kompas, 14/12/2012) yang mengharapkan sebelum
54
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 disahkan,baiknya dilakukan evaluasi
terhadap kurikulum sebelumnya.
Mengatakan tidak ada masalah dengan kurikulum
saat ini adalah kurang tepat. Sebagai contoh, hasil
pembandingan antara materi TIMSS 2011 dan materi
kurikulum saat ini, untuk mata pelajaran Matematika dan
IPA, menunjukkan,kurang dari 70 persen materi TIMSS
yang telah diajarkan sampai dengan kelas VIII SMP.
Belum lagi rumusan kompetensi yang belum sesuai
dengan tuntutan UU dan praktik terbaik di dunia,
ketidaksesuaian materi mata pelajaran dan tumpang
tindih yang tidak diperlukan pada beberapa materi mata
pelajaran, kecepatan pembelajaran yang tidak selaras antar
mata pelajaran, dangkalnya materi, proses, dan penilaian
pembelajaran, sehingga peserta didik kurang dilatih
bernalar dan berfikir.
Kompetensi Inti
Kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan pun
masih memerlukan rencana pendidikan yang panjang
untuk pencapaiannya. Sekali lagi, teori manajemen
mengajarkan, untuk memudahkan proses perencanaan
dan pengendaliannya, pencapaian jangka panjang perlu
dibagi-bagi jadi beberapa tahap sesuai dengan jenjang kelas
dimana kurikulum tersebut diterapkan.
Sejalan dengan UU, kompetensi inti ibarat anak tangga
yang harus ditapak peserta didik untuk sampai pada
kompetensi lulusan jenjang satuan pendidikan. Kompetensi
inti meningkat seiring meningkatnya usia peserta didik
yang dinyatakan dengan meningkatnya kelas.
Melalui kompetensi inti, sebagai anak tangga menuju
ke kompetensi lulusan, integrasi vertikal antar kompetensi
dasar dapat dijamin, dan peningkatan kemampuan peserta
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
55
Kurikulum 2013
dari kelas ke kelas dapat direncanakan. Sebagai anak tangga
menuju ke kompetensi lulusan multidimensi, kompetensi
inti juga memiliki multidimensi. Untuk kemudahan
operasionalnya, kompetensi lulusan pada ranah sikap
dipecah menjadi dua, yaitu sikap spiritual terkait tujuan
membentuk peserta didik yang beriman dan bertakwa, dan
kompetensi sikap sosial terkait tujuan membentuk peserta
didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan
bertanggung jawab.
Kompetensi inti bukan untuk diajarkan, melainkan
untuk dibentuk melalui pembelajaran mata pelajaranmata pelajaran yang relevan. Setiap mata pelajaran harus
tunduk pada kompetensi inti yang telah dirumuskan.
Dengan kata lain, semua mata pelajaran yang diajarkan dan
dipelajari pada kelas tersebut harus berkontribusi terhadap
pembentukan kompetensi inti.
Ibaratnya, kompetensi inti merupakan pengikat
kompetensi-kompetensi yang harus dihasilkan dengan
mempelajari setiap mata pelajaran. Di sini kompetensi
inti berperan sebagai integrator horizontal antar mata
pelajaran.
Dengan pengertian ini, kompetensi inti adalah bebas
dari mata pelajaran karena tidak mewakili mata pelajaran
tertentu. Kompetensi inti merupakan kebutuhan
kompetensi peserta didik, sedangkan mata pelajaran adalah
pasokan kompetensi dasar yang akan diserap peserta didik
melalui proses pembelajaran yang tepat, menjadi kompetensi
inti. Bila pengertian kompetensi inti telah dipahami dengan
baik, tentunya tidak akan ada kritikan bahwa Kurikulum
2013 adalah salah dengan alasan pada “Kompetensi
Inti Bahasa Indonesia” tidak terdapat kompetensi yang
mencerminkan kompetensi Bahasa Indonesia, karena
memang tidak ada yang namanya kompetensi inti Bahasa
56
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
Indonesia, sebagaimana yang
dipertanyakan Acep Iwan
Saidi, “Petisi untuk Wapres”
(Kompas, 2/3).
Uraian
Dalam
mendukung
kompetensi
kompetensi
inti,
capaian
dasar sedetil ini
pembelajaran
matapelajaran
adalah untuk
diuraikan menjadi kompetensi
memastikan
dasar-kompetensi dasar yang
bahwa capaian
pembelajaran
dikelompokkan
menjadi
tidak berhenti
empat. Ini
sesuai dengan
sampai
rumusan kompetensi inti
pengetahuan
yang
didukungnya,
yaitu
saja, melainkan
dalam kelompok kompetensi
harus berlanjut
sikap spiritual, kompetensi
ke keterampilan,
sikap
sosial,
kompetensi
dan bermuara
pengetahuan, dan kompetensi
pada sikap.
keterampilan.
Uraian kompetensi dasar
sedetil ini adalah untuk memastikan bahwa capaian
pembelajaran tidak berhenti sampai pengetahuan saja,
melainkan harus berlanjut ke keterampilan, dan bermuara
pada sikap.
Kompetensi dasar dalam kelompok kompetensi inti
sikap bukanlah untuk peserta didik, karena kompetensi ini
tidak diajarkan, tidak dihafalkan, tidak diujikan, tapi sebagai
pegangan bagi pendidik, bahwa dalam mengajarkan mata
pelajaran tersebut, ada pesan-pesan sosial dan spiritual
yang terkandung dalam materinya. Apabila konsep
pembentukan kompetensi ini dipahami, dapat mengurangi
bahkan menghilangkan kegelisahan yang disampaikan L.
Wiliardjo dalam “Yang Indah dan yang Absurd” (Kompas,
22/2).
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
57
Kurikulum 2013
Kedudukan Bahasa
Uraian rumusan kompetensi seperti itu masih belum
cukup untuk dapat digunakan, terutama saat merancang
kurikulum SD (jenjang sekolah paling rendah), tempat
dimana peserta didik mulai diperkenalkan banyak
kompetensi untuk dikuasai. Pada saat memulainya pun,
peserta didik SD masih belum terlatih berfikir abstrak.
Dalam kondisi seperti inilah, maka terlebih dahulu perlu
dibentuk suatu saluran yang menghubungkan sumbersumber kompetensi, yang sebagian besarnya abstrak,
kepada peserta didik yang masih mulai belajar berfikir
abstrak.
Disini peran bahasa menjadi dominan, yaitu sebagai
saluran mengantarkan kandungan materi dari semua
sumber kompetensikepada peserta didik.
Usaha membentuk saluran sempurna (perfect channels
dalam teknologi komunikasi) dapat dilakukan dengan
menempatkan bahasa sebagai penghela mata pelajaranmata pelajaran lain. Dengan kata lain, kandungan materi
mata pelajaran lain dijadikan sebagai konteks dalam
penggunaan jenis teks yang sesuai dalam pelajaran Bahasa
Indonesia. Melalui pembelajaran tematik integratif dan
perumusan kompetensi inti, sebagai pengikat semua
kompetensi dasar, pemaduan ini akan dapat dengan mudah
direalisasikan.
Dengan cara ini pula, maka pembelajaran Bahasa
Indonesia dapat dibuat menjadi kontekstual, sesuatu yang
hilang pada model pembelajaran Bahasa Indonesia saat ini,
sehingga pembelajaran Bahasa Indonesia kurang diminati
oleh pendidik maupun peserta didik.
Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia yang
kontekstual, peserta didik sekaligus dilatih menyajikan
bermacam kompetensi dasar secara logis dan sistematis.
58
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
Mengatakan kompetensi dasar Bahasa Indonesia SD, yang
memuat penyusunan teks untuk menjelaskan pemahaman
peserta didik, terhadap ilmu pengetahuan alam sebagai
mengada-ada (Acep Iwan Saidi, “Petisi untuk Wapres”),
sama saja dengan melupakan fungsi bahasa sebagai
pembawa kandungan ilmu pengetahuan.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi
yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan
kurikulum berbasis materi, sehingga sangat dimungkinkan
terjadi perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum
seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan
munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan
kurikulum berbasis materi. Untuk itu ada baiknya
memahami lebih dahulu terhadap konstruksi kompetensi
dalam kurikulum sesuai koridor yang telah digariskan UU
Sisdiknas, sebelum mengkritik.(Kompas, 7 Maret 2013)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
59
60
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Berharap Loyang
Jadi Emas
Oleh Yudhistira ANM Massardi
Praktisi Pendidikan
Di sekolah gratis yang kami kelola, TK-SD Batutis AlIlmi Bekasi, kurikulum diberikan secara individual, bukan
massal, dan tidak disakral-sakralkan.
Seperti di Finlandia, negara dengan sistem pendidikan
terbaik saat ini, para guru membuat kurikulum berdasarkan
kebutuhan tiap siswa. Untuk itu, mereka harus memahami
tahap perkembangan (piaget), kecerdasan jamak (gardner),
cara kerja otak (medina) dan gen (ridley/murakami), serta
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
61
Berharap Loyang Jadi emas
domain kurikuler.
Pembelajaran diselenggarakan dengan Metode Sentra
dari AS yang diadopsi oleh Wismiarti Tamin di Sekolah
Al-Falah, Jakarta Timur, tahun 1996. Kurikulum mengalir
fleksibel, berpusat kepada siswa, dikemas secara tematikintegratif-eksploratif, dan membangun rasa bahagia.
Tujuannya: membangun insan kamil yang cinta belajar.
Program Gagal
Tulisan Mendikbud Mohammad Nuh, ”Kurikulum
2013” (Kompas, 7/3), dengan semangat ”pokoknya
Kurikulum 2013 harus jalan”, selain defensif, juga terlalu
normatif dan simplistis karena mengabaikan proses
pelaksanaan di lapangan.
Mendikbud juga menegaskan, Kurikulum 2013
dikembangkan atas dasar ”...kajian KBK 2004 dan KTSP
2006” yang merupakan program gagal, tetapi tetap
dijadikan landasan menjawab ”tantangan abad ke-21 serta
penyiapan Generasi 2045”.
Kurikulum 2013 adalah proyek yang anggarannya
membengkak dari rencana awal, menjadi Rp 2,49 triliun.
Konon, untuk biaya pelatihan 1,1 juta guru Rp. 1,09 triliun
dan pengadaan 72,8 juta eksemplar buku Rp 1,3 triliun.
Siapa bisa menjamin itu tidak dikorupsi, misalnya, untuk
dana politik 2014?
Kenyataannya, di sekolah-sekolah tertentu pelaksanaan
dirancang dengan pendampingan berjenjang yang
persiapan teknis dan sumber daya manusianya begitu rumit
sehingga saat ini belum ada langkah nyatanya.
Proses sosialisasi pun belum dilaksanakan secara
nasional sehingga para guru masih melongo tak paham.
Padahal, tahun ajaran baru tinggal beberapa bulan lagi.
Dengan kata lain, jika proyek yang mahal dan gaduh itu
62
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Berharap Loyang Jadi emas
gagal, harap dimaklumi saja.
Tantangan Masa Depan
Tantangan abad ke-21 dan generasi 2045 (menandai
100 tahun Proklamasi Kemerdekaan) adalah membangun
manusia bebas yang berkeahlian sesuai minat dan
kemampuan individual (era
intelegensia). Jadi, proses
pendidikan seharusnya tidak
lagi totaliter seperti awal abad
Pendidikan
ke-19 (memenuhi kehendak
menuju masa
politik para diktator), robotik
depan adalah
(memenuhi kehendak para
pendidikan yang
industrialis), dan kolonialistik/
membebaskan,
kleristik (memenuhi kehendak
membuka pintu
para penjajah dan melahirkan
bagi anak
didik agar bisa
mental pegawai).
mewujudkan
Pendidikan menuju masa
cita-cita sesuai
depan adalah pendidikan yang
minat dan bakat
membebaskan,
membuka
masing-masing.
pintu bagi anak didik agar bisa
Mereka akan
mewujudkan cita-cita sesuai
menjadi pribadi
minat dan bakat masingmandiri yang
masing. Mereka akan menjadi
siap saling
pribadi mandiri yang siap saling
berkolaborasi.
berkolaborasi.
Kata
kuncinya
adalah
kurikulum harus bisa menjawab secara konkret-operasional
problematik yang disebutkan Mendikbud dalam tulisannya,
”...para peserta didik SD belum terlatih berpikir abstrak”.
Siapa yang harus membangun kemampuan berpikir abstrak
anak-anak SD itu?
Benar, untuk itu, ”peran bahasa menjadi dominan”.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
63
Berharap Loyang Jadi emas
Namun, memangnya penguasaan, pemakaian, dan pola
pengajaran bahasa Indonesia di republik ini sudah baik dan
benar, khususnya kalangan pendidik dan pemimpin?
Di semua akademi seni rupa, setiap calon pelukis harus
mengawali proses pembelajaran dengan penguasaan teknis
anatomis/realis. Para maestro abstrak, seperti Affandi,
Fadjar Sidik, Widajat, Picasso, dan Piet Mondriaan melewati
proses realismenya dengan sangat cantik.
Menurut teori tahap perkembangan dan cara kerja
otak, kemampuan berpikir abstrak hanya bisa dibangun
dengan basis pemahaman konkret. Pemahaman konkret
yang lemah mengakibatkan pemahaman abstrak lemah.
Ini penyakit kronis bangsa kita sehingga semua aturan
dilanggar dan korupsi merajalela!
Solusi pembangunan fondasi yang kokoh pada setiap
anak adalah peningkatan kualitas pendidikan anak usia
dini! Itu sebabnya, usia 0-7 tahun disebut golden age. Pada
masa itu kemampuan berpikir konkret dibangun melalui
pembelajaran secara konkret. Jika di TK pembangunan
penalaran konkret sudah selesai, di SD dan jenjang
selanjutnya anak sudah siap dengan penalaran abstrak!
Jika anak sudah siap dengan pemikiran abstrak, dia siap
menjadi manusia yang berpendidikan dan berkebudayaan.
Pendidikan Usia Dini
Presiden Amerika Serikat Barack Obama serius terhadap
pendidikan anak usia dini. Untuk menciptakan ”generasi
Apollo” baru, ia berjuang meloloskan anggaran 10 miliar
dollar AS per tahun untuk peningkatan kualitas pendidikan
anak usia 4 tahun. Ia, didukung kalangan bisnis Amerika,
percaya pada analisis ekonom penerima Nobel, James J
Heckman, yang menyatakan, investasi pendidikan anak
usia dini lebih efektif dan ekonomis. Tanpa itu, perusahaan
64
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Berharap Loyang Jadi emas
harus memberikan pelatihan lagi kepada para karyawan.
Di sini, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
terpaksa harus berencana meningkatkan kualitas 53,9 juta
tenaga kerja yang mayoritas lulusan SD dengan anggaran Rp
10 triliun per tahun! Itu pula sebabnya, Pemerintah China
menggenjot program peningkatan kualitas pendidikan
anak usia dini.
Kurikulum 2013 sama sekali tidak menyentuh
pendidikan anak usia dini (PAUD) yang begitu strategis dan
fundamental. Padahal, saat ini setiap tahun sekitar 20 juta
anak Indonesia tidak bisa ikut PAUD karena kemiskinan
dan kelangkaan fasilitas. Dengan anggaran Rp 2,3 triliun,
kita hanya akan menciptakan generasi loyang yang tidak
akan bisa jadi emas tanpa peningkatan kualitas PAUD!
(Kompas, 26 Maret 2013)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
65
66
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Guru Mbeling
Oleh Sidharta Susila
Pendidik, Tinggal di Muntilan, Magelang
Bagi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Kurikulum 2013 sudah beres. Akan tetapi, bagi sejumlah
pengamat dan kelompok peduli pendidikan, kurikulum
ini masih perlu dikritisi serta disempurnakan. Beberapa di
antaranya bahkan secara tegas menolak.
Siapkah para guru menerapkan kurikulum ini? Rasanya
kita butuh guru-guru mbeling ketika menerapkan
Kurikulum 2013.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
67
Guru Mbeling
Istilah mbeling yang berasal dari bahasa Jawa
menyiratkan sifat nakal, suka memberontak terhadap
kemapanan, dan sering kali melakukan tindakan di luar
kebiasaan. Namun, mbeling berbeda dengan asal-asalan.
Pada mbeling terkandung unsur kesadaran, nalar, serta
tanggung jawab atas ekspresi mbelingnya. Mbeling dipilih
demi memperjuangkan hal-hal yang prinsip. Pada mbeling
sesungguhnya mensyaratkan kesadaran, kecerdasan,
otentisitas, tanggung jawab, sertakeberanian.
Sikap mbeling sering kali dipilih bukan demi kepentingan
diri semata. Sikap mbeling sering kali justru dipilih untuk
memperjuangkan dan merawat kehidupan. Karena itu,
mbeling sering kali menjadi ekspresi panggilan jiwa untuk
memperjuangkan prinsip dan merawat kehidupan.
Guru mbeling adalah guru yang sadar akan panggilan
jiwanya sebagai pendidik. Guru mbeling sadar akan halhal yang membatasi kreativitas dan perjuangan mendidik
dengan benar serta bertanggung jawab. Demi prinsip
pendidikan, martabat, dan panggilan jiwanya sebagai
pendidik, ia berani bersusah-susah dan memperjuangkan
pembelajaran di luar kebiasaan.
Dunia pendidikan bertaburan guru mbeling. Dari
merekalah kini kita bisa beroleh inspirasi serta terobosanterobosan pembelajaran. Cara didik Anne Sullivan
terhadap Helen Keller adalah salah satu contohnya.
Kembelingan Anne Sullivan tidak hanya menyelamatkan
Helen Keller. Mereka melahirkan metode pembelajaran
yang mencerahkan nasib berjuta anak buta dan tuli.
Guru Erin Gruwell pada film Freedom Writers
adalah contoh lain guru mbeling. Sikapnya yang pantang
menyerah terhadap kelasnya yang urakan dan mencekam,
serta pesimisme rekan guru di sekolahnya, membuat
tubuhnya dilimpahi adrenalin. Ekspresi mbelingnya
68
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Guru Mbeling
mewujud dalam keberanian menentukan formasi tempat
duduk para muridnya, membuat dinamika kelompok untuk
mencairkan ketegangan, juga kreativitasnya menuntun para
murid untuk mencairkan beban hidup lewat penulisan buku
harian. Buah laku mbeling Erin Gruwel adalah solidaritas
dan gairah belajar para muridnya.
Ada juga Mr Sosaku Kobayashi, kepala sekolah
Tomoe Gakuen tempat Totto-chan belajar (pada novel
Totto-chan: Gadis Cilik di Jendela). Sikap mbelingnya
menciptakan kesempatan belajar bagi banyak anak ”aneh”
yang karena ”keanehannya” tak punya tempat belajar di
sekolah ”normal”. Keberanian Mr Kobayashi meramu
model pembelajaran yang tidak biasa pada masa itu adalah
ekspresi sikap mbelingnya yang nyata. Di Indonesia,
pendidik mbeling pernah hadir pada sosok Romo Mangun
dengan SD Mangunannya itu.
Konteks Kurikulum 2013
Guru mbeling nan unik lainnya adalah Wei Minzhi pada
film Not One Less. Ia guru pocokan. Usianya 13 tahun.
Guru Wei akhirnya mbeling karena harus mencari Zhang
Huike, murid bengal yang terpaksa harus ke kota demi
mencari uang untuk pengobatan ibunya. Seperti digagas
Emmanuel Levinas, perlahan, tahap demi tahap, nurani
guru Wei terkoyak oleh paparan duka muridnya. Koyakan
nurani yang serentak menuntut tanggung jawab moral
itulah yang menjadikan guru Wei mbeling.
Opini mengenai Kurikulum 2013 yang telah banyak
dibahas di Kompas mestinya memancing sikap mbeling
para guru di negeri ini. Sejumlah alasan mestinya
mengoyak nurani pendidik dan serentak merasa dituntut
ikut bertanggung jawab. Sebutlah, misalnya, analisis
Kurikulum 2013 yang absurd, tidak menampung keinginan
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
69
Guru Mbeling
tahu, pembentukan sikap
kritis, pendangkalan materi,
kelemahan
pembelajaran
bahasa,
hingga
kurang
Memang tidak
matangnya program pelatihan
mudah membuat
(Kompas 22/2; 24/3).
kurikulum
Memang tidak mudah
yang sempurna.
membuat kurikulum yang
Karena itu,
sempurna.
Karena
itu,
hendaklah
guru sadar
seperti kata Anita Lie (26/2),
bahwa ia harus
hendaklah guru sadar bahwa ia
menjadi sopir
harus menjadi sopir yang baik
yang baik saat
saat mengemudikan Kurikulum
mengemudikan
2013 kelak. Hanya sopir yang
Kurikulum 2013
baik yang dapat membawa
kelak. Hanya
penumpang (baca: murid)
sopir yang baik
sampai di tempat yang benar
yang dapat
dengan selamat.
membawa
Sesungguhnya guru yang
penumpang
berperan sebagai sopir yang
(baca:murid)
sampai di tempat
baik bagi kurikulum yang masih
yang benar
ditemukan banyak kelemahan
dengan selamat.
meniscayakan
keberanian,
kecerdasan, tanggung jawab
moral, bahkan kepiawaian mengemudikan dengan cara-cara
yang tidak biasa. Itu artinya, demi suksesnya Kurikulum
2013 guru negeri ini wajib mbeling.
Beranikah para guru kita bersikap mbeling dalam
mengemudikan Kurikulum 2013? Improvisasi dan ragam
pembelajaran mbeling sering kali tak mudah dilakukan
di negeri ini. Salah satu hadangan berat adalah ketika
pada akhirnya harus menjalani perhelatan ujian nasional.
Pembelajaran mbeling, meski demi kepentingan anak
70
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Guru Mbeling
didik, akhirnya menjadi pertaruhan.
Masih berani menjadi guru mbeling? (Kompas, 7 Maret
2013)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
71
72
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum
Orangtua
untuk Anak
Oleh Rhenald Kasali
Guru Besar FEUI
Seorang ibu menulis di jejaring sosial, ia khawatir masa
depan anaknya menghadapi Kurikulum 2013.
Apalagi ia baru saja menerima pesan dari senior, ”Jangan
harap anak-anak bisa hebat seperti generasi kita.” Lewat
tengah malam, karangannya diunggah melalui ponsel
pintar. Dalam sekejap komentar berdatangan. Semua
datang dari orangtua sibuk yang baru bisa menulis tengah
malam.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
73
Kurikulum Orangtua untuk Anak
Kurikulum 2013 adalah kurikulum sekolah yang belum
tentu berhasil (kalau tak ada kerja sama), apalagi pada tahuntahun awal. Namun, bukankah kita hidup dalam peradaban
continuous improvement? Ibarat membangun gedung tinggi,
tak akan pernah jadi bila galian fondasi berantakan.
Pantas ibu tadi gelisah. Anaknya akan memasuki ”pintu
awal kekacauan” dari sebuah perubahan yang belum tentu
berhasil pula. Apalagi bila yang mengganggu lebih banyak
daripada yang membantu. Di peradaban sosial media,
kita sudah saksikan lebih banyak orang iseng ketimbang
yang benar-benar memikirkan perubahan. Tambahan lagi,
orangtua tak punya waktu mendidik anaknya.
Sekolah adalah sebuah ”kawah penggodokan”, tetapi
harap maklum ia hanya salah satu dari tiga pilar pendidikan
selain orangtua dan lingkungannya.
Tiga Jalur Belajar
Ibu tadi gelisah karena ia berasumsi masa depan
anaknya 100 persen di tangan sekolah. Orangtua susah
payah mengumpulkan uang, bekerja hingga larut malam,
demi anak. Anak juga dikursuskan di berbagai tempat.
Kebanggaan orangtua terletak saat anaknya dapat ranking
teratas, nilai-nilainya 10 semua. Namun, si ibu lupa, sekolah
hanya mengisi 30 persen dari ruang belajar anak. Dengan
demikian, sekalipun mendapat nilai 10 dari sekolah, kalau
nilai pendidikan dari orangtua dan lingkungan nol, anak
hanya mendapat nilai setara 3,3.
Berbeda dengan anak tetangga yang nilai sekolahnya
biasa-biasa saja, sebut saja 6, tetapi orangtua aktif
mengajak jualan di warung. Ia bisa dapat nilai 8 dari
orangtua (karena dibina langsung) dan 9 dari gemblengan
lingkungan sehingga rata-rata jadi 7,67. Maka, anak yang
di sekolah biasa-biasa saja bisa jadi sarjana hebat, ilmuwan
74
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum Orangtua untuk Anak
gigih atau wirausahawan hebat.
Sementara
anak
sekolah
yang diberi predikat genius
hanya bisa memajang ijazah,
jadi ”penumpang” dalam
kehidupan.
Jadi,
Kurikulum
2013
hanya sepertiga dari seluruh
kurikulum kehidupan. Bagi
saya, penyederhanaan mata ajar
bukanlah musibah, melainkan
tuntutan untuk memberi ruang
anak mengasah kreativitas
dan cara berpikir yang
lebih simpel agar lebih siap
menerima edukasi orangtua
dan lingkungan. Masalahnya,
sudah siapkah orangtua dan
lingkungan mendidik anakanaknya?
Laporan Guru
Kurikulum 2013
hanya sepertiga
dari seluruh
kurikulum
kehidupan.
Penyederhanaan
mata ajar
bukanlah
musibah,
melainkan
tuntutan untuk
memberi ruang
anak mengasah
kreativitas dan
cara berpikir
yang lebih
simpel agar lebih
siap menerima
edukasi orangtua
dan lingkungan.
Masalahnya,
sudah siapkah
orangtua dan
lingkungan
mendidik anakanaknya?
Bangsa besar tak akan mem­
biarkan generasi pene­
r usnya
dibesarkan dalam ling­
kungan
kacau. Karena itulah, sejak
Confusius, bangsa-bangsa Asia
percaya keluarga adalah alat
pendidikan yang penting. Oleh
karena itu, gelisahlah orangtua-orangtua yang tak mengerti
cara membuat kurikulum bagi anak-anaknya, apalagi bila
tak punya waktu. Orangtua bisa mendesain kurikulum
anak dengan memerhatikan aspek-aspek perkembangan
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
75
Kurikulum Orangtua untuk Anak
anaknya yang berbeda dengan anak lain. Jadi, kalau mau
berubah, Kurikulum 2013 tidak boleh tanggung-tanggung.
Harus ada program yang jelas pada orangtua, termasuk
mendesain dan eksekusi kurikulum untuk anak di rumah,
beserta pembaruan laporan kemajuan belajar (rapor).
Adalah tak tepat memberi laporan kemajuan belajar
semata-mata menulis angka. Orangtua butuh laporan
verbal tentang kemajuan anaknya, menyangkut upaya,
kemajuan, disiplin, partisipasi terhadap diskusi, pergaulan,
minat, kepatuhan, kreativitas, metodologi, hubungan
vertikal-horizontal, sikap-sikap sosial, dan sebagainya. Saya
menemukan laporan seorang guru pada salah satu mata ajar
yang diajarkan di sekolah anak saya (grade 12) di Selandia
Baru seperti ini: ”Anak Anda mengalami kemajuan yang
pesat meski awalnya terlihat bingung dan frustrasi. Ia
terlihat kesulitan mengikuti dan memahami arahan yang
diberikan dan harus lebih terbuka terhadap saran-saran
yang saya berikan. Namun, ia seorang pembelajar yang
antusias dan tahu apa yang ia sukai. Mendalami riset halhal kontemporer akan membantu masa depannya untuk
menemukan lebih banyak ide dan tema-tema tulisan, juga
mempertajam daya kritisnya dalam komposisi. Jika ia ingin
terus mendalami topik ini....”
Saya kira, sebagai orangtua, saya akan paham membuat
kurikulum orangtua kalau membaca laporan seperti itu.
Lagi pula apa guna mengetahui anak kita berada di nomor
berapa di kelas bila kita tak tahu apa yang harus diperbaiki.
Saya berharap banyak pada Kementerian Pendidikan untuk
terus memperbaiki kelemahan-kelemahan kurikulum
yang dirancangnya. Namun, saya juga berharap banyak
dari orangtua agar turut mengisi kekurangan pada anakanaknya, yang kelak akan bertemu kami di tingkat
universitas. (Kompas, 5 Maret 2013)
76
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
77
78
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum sebagai
Kendaraan
Oleh Anita Lie
Guru Besar dan Direktur Program Pascasarjana
Universitas Widya Mandala, Surabaya
Harapan dan antusiasme bercampur dengan kecemasan
dan keraguan dalam wacana publik soal rencana
pelaksanaan Kurikulum 2013. Berbagai respons dan
sikap ini menandakan kepedulian dan rasa memiliki yang
besar terhadap pembangunan pendidikan di Indonesia.
Kehangatan respons publik, terutama dari masyarakat
pendidikan, merupakan prakondisi menggembirakan
terhadap strategi pembangunan pendidikan nasional
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
79
Kurikulum sebagai Kendaraan
jangka panjang.
Sikap positif dan dukungan terhadap rencana
pemberlakuan Kurikulum 2013 dilandasi pemikiran bahwa
memang perubahan kurikulum sudah selayaknya dilakukan
untuk merespons transformasi zaman dan kebutuhan abad
ke-21. Para pendukung berharap sekolah bisa menyiapkan
peserta didik menjadi pribadi berkarakter mulia serta punya
pengetahuan dan keterampilan yang relevan untuk bisa
berpartisipasi dan berkontribusi di masyarakat abad ke-21.
Sebaliknya, kecemasan dan keraguan yang melandasi
berbagai sikap, mulai dari kritik tajam sampai penolakan,
menunjukkan ketidakpercayaan bahwa Kurikulum 2013
merupakan solusi bagi berbagai masalah pendidikan di
Indonesia. Perspektif yang tepat mengenai fungsi, peran,
dan konteks kurikulum akan membantu para pemangku
kepentingan sistem pendidikan nasional (baik pendukung
maupun pengkritik) bisa bekerja sama mencapai tujuan
bersama bangsa ini melalui pembangunan pendidikan,
sambil tetap menghormati ruang untuk bisa ”sepakat
untuk berbeda dan tidak sepakat”. Ditinjau dari asal
katanya dalam bahasa Latin, currere, kurikulum bisa berarti
’kendaraan’. Jadi, kurikulum bukan merupakan segala
sesuatunya dalam suatu sistem pendidikan.
Kurikulum merupakan alat mencapai suatu tujuan dan
membutuhkan keandalan penggunanya. Sama seperti
kendaraan apa pun, banyak ketidaksempurnaan dalam
setiap kurikulum. Dalam perspektif kepentingan bangsa
dan negara, kendaraan kurikulum ini akan berfungsi
dan berperan baik jika para pelaku dan pemerhati punya
kejelasan tujuan dan visi bersama, peta jalan yang benar,
serta keandalan dalam pemanfaatan kendaraan.
80
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum sebagai Kendaraan
Visi Bersama
Pembangunan pendidikan perlu visi bersama yang
bisa mengikat para pejabat dalam sistem pendidikan pada
tingkat nasional maupun daerah untuk menghasilkan dan
melaksanakan kebijakan dengan derajat koherensi dan
konsistensi yang melebihi masa jabatan. Visi dan misi
pendidikan nasional seperti tertuang dalam Pasal 3 dan
penjelasannya dalam UU No 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional: mengembangkan potensi peserta
didik agar jadi manusia beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berkarakter mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta jadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Perumusan normatif visi dan misi ini butuh penjelasan,
sosialisasi, dan internalisasi lebih lanjut kepada semua
pemangku kepentingan agar kesinambungan pembangunan
pendidikan nasional bisa melampaui masa jabatan menteri
dan jajarannya. Koherensi sistem dan kebijakan pendidikan
dengan visi pembangunan pendidikan dan kemajuan bangsa
melalui pendidikan mencakup tiga isu sentral: sentralisasidesentralisasi, komitmen pendidikan untuk semua, dan
kejelasan sasaran. Fenomena penyusunan-pengesahan
suatu kebijakan pendidikan, pengajuan uji materi, dan
pembatalan kebijakan itu akhir-akhir ini menunjukkan
kurangnya koherensi antara tujuan, sistem, dan kebijakan.
Kita berharap di kemudian hari energi dan sumber daya
tidak terbuang sia-sia dalam pertarungan antara pembuat
dan penentang kebijakan.
Peta jalan mengidentifikasi berbagai strategi yang tepat
dan berkontribusi terhadap pencapaian-pencapaian yang
diharapkan. Kadang kala satu strategi akan berkontribusi
terhadap satu pencapaian, tetapi dikhawatirkan akan
menghambat pencapaian yang lain. Misalnya, strategi
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
81
Kurikulum sebagai Kendaraan
pengadaan buku pedoman kurikulum dan buku teks oleh
pemerintah pusat diharapkan bisa menjamin pemerataan
mutu materi pembelajaran untuk semua daerah.
Terungkapnya contoh beberapa buku teks yang tidak layak
pakai bagi peserta didik karena kecerobohan pada tingkat
daerah dan satuan pendidikan dalam seleksi buku teks,
serta kurangnya komitmen sebagian kepala daerah dalam
pembangunan pendidikan, menjustifikasi kembalinya
sentralisasi bagi beberapa kepentingan.
Sebaliknya, sebagian kritikus mencemaskan tergerusnya
kebinekaan dalam materi pembelajaran. Maka dari itu
pemetaan dan pemilihan strategi pencapaian tujuan
pendidikan membutuhkan kejelasan interpretasi visi
dan misi pendidikan serta
pandangan holistik dan sistemik
yang diperkuat oleh basis data.
Keandalan Pengendara
Kendaraan secanggih Mer­
cedes pun bisa meng­akibatkan
kematian bagi penumpangnya
(ingat kece­lakaan Lady Diana)
jika penggunaannya tidak benar.
Faktor sangat penting dalam
keberhasilan (atau kegagalan)
dalam pelaksanaan Kurikulum
2013 adalah guru sebagai
pengendaranya.
Pemerintah
sudah berupaya sangat keras
untuk meningkatkan kom­
petensi guru melalui berbagai
strategi.
Salah satunya adalah pening­
82
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Faktor sangat
penting dalam
keberhasilan
(atau kegagalan)
dalam
pelaksanaan
Kurikulum
2013 adalah
guru sebagai
pengendaranya.
Pemerintah
sudah berupaya
sangat
keras untuk
meningkatkan
kompetensi guru
melalui berbagai
strategi.
Kurikulum sebagai Kendaraan
katan kesejahteraan guru melalui program sertifikasi.
Namun, sayangnya, survei Bank Dunia menunjukkan
bahwa sertifikasi guru ternyata tidak mengubah perilaku
dan praktik mengajar guru serta belum meningkatkan
prestasi guru dan siswa secara signifikan (Kompas, 18
Desember 2012).
Hal itu berarti pemerintah harus lebih bersungguhsungguh dan berupaya lebih keras lagi dan cerdas untuk
meningkatkan dedikasi dan kompetensi guru, serta
merancang strategi pengembangan profesionalisme guru
mulai dari masa prajabatan di lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (LPTK) sampai dengan pengembangan
dalam masa jabatan.
Salah satu hal positif dalam program sertifikasi guru
yang terungkap dalam survei Bank Dunia adalah adanya
peningkatan minat kaum muda memilih profesi guru.
Dampak sementara ini seharusnya dianggap sebagai
momentum emas untuk memperbaiki profesi guru secara
menyeluruh. Dua faktor yang menjadi benang merah di
antara negara-negara yang mempunyai tingkat keberhasilan
tinggi dalam pembangunan pendidikan bukan standar
nasional, sentralisasi-desentralisasi, pembiayaan, dan
kurikulum, melainkan kultur masyarakat dan kualitas guru.
Sementara transformasi budaya merupakan prakondisi
dan sekaligus capaian jangka panjang yang bisa ditetapkan
untuk pembangunan pendidikan, peningkatan kualitas
guru merupakan prasyarat penting bagi keberhasilan
pelaksanaan Kurikulum 2013 dan kurikulum selanjutnya.
Pilihan mendukung, menolak, atau mendukung dengan
catatan tentunya membawa konsekuensi masing-masing.
Ketika kendaraan sudah dipacu untuk melaju, kepentingan
peserta didik dan bangsa seyogianya jadi bahan bakar
yang menggerakkan. Kritik terhadap Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
83
Kurikulum sebagai Kendaraan
sebenarnya bisa dipilah menjadi catatan perbaikan
substansial dan ketidakpuasan terhadap prosedur (misalnya
pelaksanaan uji coba, jadwal, dan sebagainya). Dibutuhkan
wawasan, kedewasaan emosional, dan kearifan untuk
mengolah berbagai kegaduhan dan mengendalikan diri
agar para penumpang di dalam kendaraan tidak menjadi
bingung dan tersesat. (Kompas, 27 Februari 2013)
84
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
85
86
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013
dan Generasi Emas
Oleh Aburizal Bakrie
Ketua Umum Partai Golkar
Kalau bicara tentang pendidikan, berarti kita bicara
tentang masa depan bangsa. Dan, ketika bicara masa depan
bangsa, apa pun harus kita pertaruhkan. Apalagi kurikulum
baru ini, Kurikulum 2013, akan melahirkan generasi emas
tahun 2045, saat bangsa Indonesia merayakan 100 tahun
kemerdekaannya.
Kurikulum merupakan salah satu instrumen amat sentral
dan strategis untuk mencapai tujuan sekaligus pedoman
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
87
Kurikulum 2013 dan Generasi Emas
pelaksanaan pendidikan. Oleh karena itu, pergantian
kurikulum pendidikan harus ditelaah secara mendalam
agar benar-benar selaras dengan tujuan yang diharapkan.
Bagaimanapun, kurikulum pendidikan bukan sekadar
pedoman teknis penyelenggaraan pendidikan, melainkan
juga mencerminkan falsafah hidup bangsa, petunjuk arah
ke mana bangsa ini akan dibawa, dan bagaimana bentuk
kehidupan bangsa di masa depan. Artinya, pendidikan
yang tecermin dalam suatu kurikulum adalah strategi untuk
mendorong kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta paling penting memperkuat jati diri bangsa.
Jati diri suatu bangsa akan selalu dihadapkan pada
dinamika perkembangan global. Perkembangan global abad
ke-21 telah demikian kompleks. Suatu bangsa akan eksis
dan maju manakala mampu menjawab tantangan global
dengan baik. Di sini, kata kuncinya adalah pendidikan yang
baik. Dengan pendidikan yang baik, kita mempersiapkan
sumber daya manusia terdidik, dengan kompetensi yang
dapat diandalkan mengangkat derajat daya saing bangsa:
menjadi bangsa yang maju dan kompetitif.
Aspek Lokalitas
Pendidikan yang baik mutlak butuh kurikulum yang
baik pula. Sebuah kurikulum yang didesain mampu
menjawab tantangan perubahan zaman, mempersiapkan
peserta didik untuk tidak saja jadi manusia-manusia unggul
dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi
juga memperkokoh jati diri bangsanya. Sebaik apa pun
kurikulum, tidak akan memberikan manfaat manakala tak
benar-benar diarahkan untuk memperkuat jati diri bangsa.
Oleh karena itu, jangan sampai perubahan kurikulum yang
kita lakukan justru mengabaikan aspek-aspek lokalitas dan
berbagai hal yang terkait dengan jati diri bangsa.
88
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dan Generasi Emas
Sejak 1945, kurikulum
pendidikan nasional telah
mengalami sembilan kali
perubahan, yaitu pada 1947,
Perubahan
1952, 1964, 1968, 1975,
kurikulum, antara
1984, 1994, 2004, dan 2006.
lain, dimaksudkan
Perubahan itu konsekuensi
untuk menyongsong
logis
dari
terjadinya
generasi emas
perubahan sistem politik,
Indonesia. Jika
perubahan
sosial budaya, ekonomi,
kurikulum
serta perkembangan ilmu
ini dilakukan
pengetahuan dan teknologi
sekarang, peserta
dalam masyarakat berbangsa
didik atau siswa
dan bernegara. Jika pada
sekolah saat ini
2013 ini kurikulum juga
akan berusia 40-50
akan
berubah,
berarti
tahun pada tahun
secara mendasar perubahan
2045, pada saat
kurikulum pendidikan di
bangsa Indonesia
negara kita sudah mencapai
merayakan
10 kali.
100 tahun
kemerdekaannya.
Terkait dengan hal itu,
Rentang usia
jangan hanya pergantian
tersebut adalah
kurikulum dan uji coba
usia produktif pada
kurikulum saja yang menjadi
level kepemimpinan
perhatian. Juga bagaimana
di segala sektor dan
menjadikan
sektor
bidang pekerjaan.
pendidikan pilar utama
pembangunan nasional dan
pendorong kemajuan bangsa sehingga kita tak tertinggal
dengan negara lain dalam kompetisi global.
Sejarah membuktikan, kurikulum pendidikan yang
seharusnya mengantarkan rakyat Indonesia eksis dan
mampu berkompetisi di dunia internasional ternyata
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
89
Kurikulum 2013 dan Generasi Emas
belum seperti yang kita harapkan. Menurut sejumlah survei
internasional, kualitas pendidikan nasional secara umum
masih tertinggal dari negara lain. Oleh karena itu, saya
mendukung langkah pemerintah menciptakan kurikulum
yang lebih antisipatif, menyesuaikan dengan tuntutan
zaman, yang diyakini mampu melahirkan anak-anak negeri
yang sanggup bangkit, mengangkat harkat dan martabat
bangsa di dunia internasional, tanpa kehilangan jati diri
sebagai manusia Indonesia.
Perubahan kurikulum, antara lain, dimaksudkan untuk
menyongsong generasi emas Indonesia. Jika perubahan
kurikulum ini dilakukan sekarang, peserta didik atau
siswa sekolah saat ini akan berusia 40-50 tahun pada
tahun 2045, pada saat bangsa Indonesia merayakan 100
tahun kemerdekaannya. Rentang usia tersebut adalah usia
produktif pada level kepemimpinan di segala sektor dan
bidang pekerjaan. Alhasil, masa itu adalah abad emas bagi
Indonesia.
Lembaga internasional, seperti Goldman Sachs dan
McKinsey Institute, telah meramalkan Indonesia akan
masuk sebagai the next BRIC (Brasil, Rusia, India, dan
China). Lembaga multilateral seperti Bank Dunia dan IMF
juga mengatakan, Indonesia termasuk the emerging market
countries seperti Turki dan Korea Selatan.
Prediksi demikian bukan suatu hal yang mustahil,
mengingat Indonesia punya segala hal untuk maju.
Sumber daya alam yang melimpah dan variatif serta
penduduk yang besar (sekitar 230 juta jiwa), 70 juta jiwa
adalah kelas menengah yang mempunyai daya kreatif dan
daya beli yang tinggi. Belum lagi kekayaan budaya yang
sangat dinamis dan variatif. Semua itu adalah potensi
geopolitik dan geoekonomi yang sangat kuat bila dikelola
secara baik dan terencana oleh manusia-manusia terdidik.
90
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 dan Generasi Emas
Namun, kata kunci utamanya adalah pendidikan. Bagian
terpenting dari pendidikan itu adalah adanya kurikulum
yang komprehensif.
Jadi, yang perlu diingat, kita sedang menyusun kurikulum
untuk generasi emas Indonesia. Sebuah generasi yang akan
memimpin kebangkitan Indonesia menghadapi tantangan
yang jauh berbeda dibandingkan saat ini.
Saran
Untuk itu, saya berharap penyusunan dan penerapan
Kurikulum 2013 dilakukan secara cermat dan teliti
sehingga dapat diimplementasikan sebaik mungkin, dengan
melibatkan segenap komponen masyarakat terkait. Saya
menyarankan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
beserta jajarannya untuk melakukan sosialisasi secara
optimal ke sejumlah kalangan terkait dengan penerapan
kurikulum. Transisi implementasi kurikulum lama ke
kurikulum baru hendaknya tidak menimbulkan beban
pembiayaan yang tinggi bagi masyarakat.
Terkait dengan ini, saya ingin menekankan bahwa
pendidikan adalah martabat bangsa. Karena itu, jangan
sampai ada yang putus sekolah atau tidak melanjutkan
pendidikannya akibat tidak mampu membayar biaya
sekolah, tak mampu membeli buku dan lain-lain. Bila hal
itu terjadi, itu berarti kita mengabaikan martabat bangsa.
Setiap perubahan tentu melahirkan tantangan sekaligus
peluang untuk maju. Pengalaman bangsa kita dan juga
bangsa lain tentu mengajarkan bahwa mengakomodasi
nilai-nilai baru dan meninggalkan nilai-nilai lama yang
usang dimakan zaman tentulah tidak mudah. Namun,
selalu ada harapan dan optimisme untuk selalu maju ke
depan menuju kondisi bangsa yang lebih baik dan maju.
Filsuf Bertrand Russel mengatakan, kurikulum penting,
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
91
Kurikulum 2013 dan Generasi Emas
tetapi yang tak kalah penting juga metode pengajaran
dan spiritnya. Dengan metode pengajaran yang tepat
dan mengena dalam mengimplementasikan kurikulum
pendidikan, ditambah spirit pendidikan yang selalu menyala
di setiap pengajar dan peserta didik, proses pendidikan itu
sendiri tidak terlepas dari rohnya.
Selamat bekerja Bapak Mohammad Nuh beserta
jajarannya. Selamat mengantarkan generasi emas Indonesia
menuju abad kejayaan. (Kompas, 22 Februari 2013)
92
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
93
94
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Berpusat pada
Pembelajar
Oleh Doni Koesoema A
Pemerhati Pendidikan
Ada perubahan dasar dalam Kurikulum 2013.
Perubahan ini terkait konsepsi terhadap siswa. Sekarang,
siswa dianggap sebagai pembelajar utama.
Begitu konsep terhadap siswa berubah, tujuan
pendidikan juga berubah. Demikian juga dengan seluruh
metode dan strategi pengajaran serta sistem evaluasi.
Perubahan konsep ini memiliki implikasi moral, kultural,
dan pedagogis yang tidak kecil. Selama perubahan dalam
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
95
Berpusat pada Pembelajar
tiga dimensi ini tidak disentuh, Kurikulum 2013 terancam
gagal, sekadar macan kertas, karena praktik dan sistem
budaya yang ada tetap sama.
Tiga Implikasi
Secara moral, kebijakan pendidikan dalam kurikulum
baru menekankan kebaikan yang ditujukan bagi siswa
dalam belajar. Karena itu, fokus pendidikan yang terutama
adalah siswa.
Setiap kebijakan pendidikan, sebelum dirancang harus
bertanya: apakah kebaikan siswa yang akan diperoleh
melalui desain pendidikan? Pandangan ini memiliki
implikasi moral bahwa siswa tak lagi boleh dianggap obyek,
baik itu bagi pertarungan kepentingan politik maupun
ajang pencarian nama baik, apalagi pencitraan atas nama
apa pun.
Siswa adalah individu yang harus dihargai keberadaannya
sebagai individu karena mereka adalah pembelajar utama
dalam pendidikan. Merekalah pelaku utama dalam
pendidikan. Siswa adalah subyek yang belajar. Tugas
pendidik adalah menumbuhkan gairah belajar dalam diri
siswa.
Secara kultural, model pendidikan yang selama ini telah
terbentuk adalah cara belajar yang monolog, searah. Siswa
selama ini dianggap semacam gelas kosong yang harus diisi
dengan ilmu oleh pendidik dan guru. Demikian juga siswa.
Mereka sendiri mengasumsi demikian. Dia hanya akan
belajar sesuai dengan apa yang diinginkan pendidik.
Kultur belajar yang terjadi selama ini tidak otentik,
melainkan mengikuti apa yang dimaui guru, baik dalam
pembuatan tugas maupun ulangan. Karena itu, murid hanya
berusaha membuat guru senang karena apa yang diminta
guru telah mereka penuhi. Namun, sesungguhnya, mereka
96
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Berpusat pada Pembelajar
tidak belajar. Mereka hanya pura-pura belajar karena belajar
dianggap sekadar memenuhi apa yang diminta guru.
Oleh karena itu, siswa sekarang pun mesti diajak untuk
berpikir yang berbeda dari sebelumnya. Ia belajar bukan
karena permintaan guru atau pertanyaan guru, melainkan
ia belajar sesuatu karena ingin
mendalami ilmu itu dengan
lebih baik yang akan berguna
bagi hidupnya di masa sekarang
dan yang akan datang. Siswa
Pedagogi
adalah pelaku aktif dalam
berbicara
proses belajar. Jadi, perubahan
tentang
pedagogis juga merupakan
bagaimana carasebuah keharusan.
cara pendidik
mendampingi
Pedagogi berbicara tentang
anak-anak
bagaimana cara-cara pendidik
muda ini dalam
mendampingi anak-anak muda
mengembangkan
ini dalam mengembangkan dan
dan
menumbuhkan pengetahuan,
menumbuhkan
sikap,
dan
keterampilan.
pengetahuan,
Dimensi
pembelajaran
sikap, dan
yang mengembangkan rasa
keterampilan.
ingin tahu melalui kegiatan
Dimensi
bertanya, mengamati, dan
pembelajaran
mengeksplorasi jadi hal yang
yang
mengembangkan
sentral dalam proses belajar.
rasa ingin tahu
Di sini terjadi pergeseran
melalui kegiatan
peran guru. Guru pun bukan
bertanya,
lagi merupakan pemonopoli
mengamati, dan
ilmu pengetahuan, melainkan
mengeksplorasi
menjadi fasilitator pembelajaran
jadi hal yang
bermakna bagi siswa.
sentral dalam
Pembelajaran bukan lagi
proses belajar.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
97
Berpusat pada Pembelajar
sebuah proses yang terjadi secara statis, monolog dari guru
ke siswa melainkan guru memberikan kesempatan dan
ruang bagi siswa untuk mendalami, belajar dari pengalaman,
mengeksplorasi tema-tema tertentu sehingga ilmu yang
mereka dapatkan akan semakin utuh dan lengkap. Guru
menjadi pendesain ruang-ruang, memancing tanya, serta
membuka wawasan siswa agar berani memasuki dunia
eksplorasi dan penjelajahan ilmu pengetahuan secara
efektif.
Ketiga hal di atas mengandaikan adanya kebebasan
berpikir, bertindak dalam diri pendidik dan siswa. Alhasil,
yang terjadi dalam setiap proses pembelajaran adalah
pembelajaran yang otentik, bertumpu pada rasa penasaran
intelektual dalam diri siswa sampai pada pemahaman yang
makin mendalam tentang gejala-gejala, baik itu alamiah
maupun yang sublim, secara intensif dan mendalam.
Hanya dengan kebebasan berpikir seperti inilah dapat
terlahir para pendidik dan pembelajar yang bertanggung
jawab atas anugerah ilmu pengetahuan yang telah ia terima
dari Sang Pencipta.
Takut Kebebasan Berpikir
Sayangnya, dinamika di lapangan menunjukkan, para
pendidik dan pelajar belum terbiasa dengan suasana
kebebasan berpikir. Kita ingat konsep pendidikan yang
berpusat pada siswa pernah dilaksanakan tahun 1984
dengan Kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
Namun, apa yang terjadi di lapangan? Guru masih tetap
terpaku pada jawaban dalam teks. Siswa pun masih memiliki
kebiasaan yang sama. Jenis pertanyaan yang diajukan hanya
berdasar pada teks. Demikian juga dengan jawaban siswa.
Siswa juga cenderung mencarinya dalam teks. Pendidikan
kita sangat textbooks. Begitu soalnya dialihkan ke kehidupan
98
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Berpusat pada Pembelajar
nyata yang memerlukan analisis dalam pengambilan
keputusan, siswa tidak mampu.
CBSA gagal karena kultur di lapangan, di tingkat
pendidik dan siswa tidak selaras dengan konsep dasar
yang ingin dikembangkan. Siswa diharapkan aktif berpikir,
tetapi guru sendiri mengesankan bahwa jawaban siswa
harus sama seperti apa yang diinginkan oleh guru, yaitu
sebagaimana ada dalam buku teks. Akhirnya, CBSA hanya
melahirkan rentetan pembelajaran semu dari tahun ke
tahun. Guru ingin setia pada jawaban dalam teks, dan
siswa pun menyesuaikan dengan apa yang diminta dan
diharapkan guru. CBSA gagal melahirkan individu yang
mampu berpikir bebas.
Kebebasan bereksplorasi dan belajar inilah tampaknya
yang masih juga ditakutkan oleh para pengambil kebijakan
sehingga cara-cara bereksplorasi pun diatur, diarahkan,
bahkan dibuatkan tema-temanya. Ini sangat kentara dari
gagasan dasar buku babon untuk siswa dan guru. Jika buku
babon ini hanya bersifat instruktif, tidak eksploratif, alias
tidak memberi ruang bagi penggalian pengalaman secara
mandiri maupun kelompok, gagasan besar Kurikulum
2013 hanya akan berhenti pada tataran kebijakan, tetapi
tidak terjadi di lapangan.
Perubahan Kultural
Tantangan pendidikan ke depan memang tidak ringan.
Pembaruan kurikulum merupakan salah satu cara untuk
mengantisipasi perubahan zaman tersebut. Namun,
pembaruan kurikulum tidak akan efektif ketika dimensi
kultural yang memengaruhi cara guru dan siswa berpikir
dan melakukan pendidikan juga tidak diubah.
Melihat realitas para pendidik di lapangan sebagai pelaku
utama Kurikulum 2013, paradigma perubahan kultural
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
99
Berpusat pada Pembelajar
perlu dikembangkan dalam diri pendidik. Perubahan
kurikulum sebagus apa pun tidak akan mengubah kultur
pendidikan kita yang sentralistis, guru-muridisme, dan
murid-manutisme, bila kesiapan tenaga pendidik dan
pelaku di lapangan tidak menyentuh sampai membongkar
kesadaran budaya sentralisme yang memasung kreativitas
guru, menciptakan budaya asal guru senang, dan asal
murid naik kelas, meski sesungguhnya mereka tidak layak
mendapatkan itu semua.
Mengubah budaya ini merupakan keharusan. (Kompas,
28 Februari 2013)
100
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
101
102
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Urgensi Kurikulum
2013
Oleh Mohammad Abduhzen
Direktur Eksekutif Institute for Education Reform
Universitas Paramadina,
Jakarta; Ketua Litbang PB PGRI
Pemerintah berkukuh melaksanakan Kurikulum 2013
pada Juli mendatang seolah ada keharusan yang mendesak.
Padahal, ”barangnya” masih kontroversial, perangkat
pelaksanaannya pun belumlah siap.
”Tidak bisa ditunda dan harus dimulai tahun ajaran
ini. Jika kita menunda, taruhannya besar terhadap masa
depan generasi bangsa,” kata Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
103
Urgensi Kurikulum 2013
Implementasi Kurikulum 2013, menurut Mendikbud,
penting dan genting terkait bonus demografi pada 20102035. Generasi muda Indonesia perlu disiapkan dalam
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Sikap pemerintah itu terasa berlebihan karena sejatinya
pengaruh perubahan Kurikulum 2013 tidaklah sedahsyat
yang dibayangkan. Asumsi-asumsi teoritisnya memang
muluk, tetapi yang riil berubah dan mudah dilaksanakan
hanya pengurangan jumlah mata pelajaran dan penambahan
durasi pembelajaran di sekolah.
Sementara pendekatan tematik dan integratif bukanlah
perkara baru, tetapi sekadar penegasan yang malah terkesan
sebagai dalih ketiadaan IPA dan IPS dalam lis mata pelajaran
SD. Gagasan tematik dan integratif tidak dirancang untuk
pembaruan model pembelajaran siswa aktif (active learning)
yang menyeluruh bagi semua mata pelajaran di setiap
jenjang persekolahan seperti dikehendaki UU.
Penerapan Kurikulum 2013 pada Juli atau kapan pun
dalam format yang ada tampaknya tidak menimbulkan
efek kualitatif yang signifikan bagi kemajuan bangsa. Tak
ada faktor yang mendukung perubahan ke arah itu, apalagi
jika berbagai kerancuan kompetensi inti dan dasar dengan
materi dibiarkan kabur, dan kurikulum dilaksanakan
sebelum matang. Selain itu, posisi kurikulum dalam suatu
sistem pendidikan berada pada level operasional yang
jalannya ditentukan oleh fondasi, visi, dan substansi
pendidikan, yang di negeri ini justru bermasalah.
Wakil Presiden Boediono mengakui bahwa kita memang
belum punya konsepsi yang jelas mengenai substansi
pendidikan yang dapat dijadikan kompas bagi begitu banyak
kegiatan dan inisiatif pendidikan di Tanah Air (Kompas,
29 Agustus 2012). Dengan menyampingkan persoalan
arah pendidikan, kiranya perubahan metode pembelajaran
104
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Urgensi Kurikulum 2013
jauh lebih strategis dan urgen daripada kurikulum.
Pembaruan Metode
Meski kontroversial, tadinya Kurikulum 2013 diharapkan
masih berkah terkait pendekatan pembelajaran tematikintegratif. Namun, setelah dicermati konsep dan rencana
pelatihan guru yang kolosal dan kilat, semakin meyakinkan
bahwa Kurikulum 2013 nantinya sekadar menghasilkan
kesibukan selain penerbitan buku penataran kurikulum,
bukan pelatihan metode baru yang sesungguhnya sangat
dibutuhkan.
Pembaruan metode pembelajaran dibutuhkan dan
seharusnya dilakukan sejak lama dalam pendidikan
kita. Pertama, karena adanya ”revolusi Copernican”
dalam definisi pendidikan dari pembelajaran berpusat
pada guru (teacher-centered) seperti dalam Pasal 1 Ayat (1)
UU Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas), ke berpusat pada murid (studentcentered) menurut UU No 20 Tahun 2003 sebagai revisi UU
Sisdiknas.
Pembalikan paradigma ini bukan satu kelatahan,
melainkan didasari pergeseran konsep interaksi belajar
mengajar dari ”mengajar” (teaching) ke ”pembelajaran”
(learning). Perkembangan ini selanjutnya menuntut
perubahan cara pandang, pendekatan, dan metode
pembelajaran yang lebih partisipatif dan dialogis.
Pendekatan tematik-integratif sesungguhnya sesuai dengan
paradigma baru ini, tetapi sayangnya tidak dielaborasi
secara jelas hingga model pembelajaran.
Kedua, hasil riset Profesor Beeby tahun 1970an (bukunya diterbitkan 1975) menyimpulkan bahwa
persoalan kronis pendidikan kita di antaranya praktik
kelas yang membosankan. Guru-guru mengajar dengan
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
105
Urgensi Kurikulum 2013
latar belakang pengetahuan dan keterampilan metodik
yang minimal sehingga aktivitas kelas seperti ritual.
Sedikit sekali, kata Beeby, sekolah di Indonesia membantu
menumbuhkan potensi seorang murid. Pengaruh sekolah
yang menjemukan serta tak imajinatif itu tetap terasa ketika
seseorang menjadi dewasa dan memimpin masyarakatnya.
Ketiga, profesionalisme guru. UU No 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen telah memberikan
landasan kuantitatif bagi peningkatan mutu guru,
yaitu kualifikasi akademik, sertifikat pendidik, dan
empat kompetensi: pedagogis, profesional, sosial, dan
kepribadian. Kompetensi pedagogis adalah kemampuan
mengelola pembelajaran dengan mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya. Peningkatan
profesionalisme guru seyogianya ditandai berbagai aktivitas
pembaruan metode dan kinerja guru.
Keempat, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
sejak 2009 (saat membuka Temu Nasional) meminta
Mohammad Nuh mengubah metodologi belajar mengajar.
Pola yang sekarang, kata Presiden, tidak mendorong siswa
kreatif dan inovatif sehingga sulit memunculkan jiwa
kewirausahaan anak didik.
”Saya minta Menteri Pendidikan Nasional mengubah
metodologi belajar mengajar yang ada selama ini. Sejak
taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan
hanya gurunya yang aktif, tetapi harus mampu membuat
siswanya juga aktif,” kata Presiden (Kompas, 30 Oktober
2009). Presiden seharusnya mengaudit kinerja menterinya
apakah gagasan bagus dalam pidato dikerjakan dengan
benar atau hanya berlalu terbawa angin.
106
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Urgensi Kurikulum 2013
Perubahan Kesadaran
Metode pembelajaran melekat pada perilaku
guru sehingga pembaruan metode inheren dengan
pengembangan aspek kemanusiaan guru. Oleh sebab
itu, pelatihan metode tak
cukup dengan berceramah
tentang pengetahuan dan
teknik mengajar, tetapi juga
Metode
harus sekaligus melibatkan
pembelajaran
guru dalam proses dinamis
melekat pada
perubahan kesadaran dan
perilaku guru
motivasi profesi. Perbaikan
sehingga
metode akan berpengaruh lebih
pembaruan
cepat dan luas terhadap kualitas
metode inheren
pendidikan karena posisi dan
dengan
peran strategis guru. Metode
pengembangan
yang dipergunakan dan sikap
aspek
kemanusiaan
guru juga sangat menentukan
guru. Oleh sebab
keberhasilan
penanaman
itu, pelatihan
nilai-nilai dan pembentukan
metode tak
pola pikir dalam Pendidikan
cukup dengan
karakter.
berceramah
Namun,
tak
seperti
tentang
kurikulum yang 10 kali diubah
pengetahuan dan
metode kurang dianggap/tak
teknik mengajar,
diketahui penting sehingga
tetapi juga
upaya pembaruan hanya se­
harus sekaligus
kali sepanjang sejarah pen­
melibatkan
guru dalam
didikan kita, yakni ketika eks­
proses dinamis
perimen Cara Belajar Siswa
perubahan
Aktif (CBSA) 1980-an yang
kesadaran dan
tak berkesinambungan. Di
motivasi profesi.
samping itu, mengubah metode
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
107
Urgensi Kurikulum 2013
tak semudah mengembangkan kurikulum yang biasanya
cukup menambah atau mengurangi jumlah mata pelajaran
dan jam pelajaran.
Era profesionalisme guru sekarang ini seyogianya jadi
momentum memperbarui ”praktik kelas” dengan prioritas
pengembangan metode baru, bukan mengubah kurikulum
yang sebenarnya tak urgen. (Kompas, 21 Februari 2013)
108
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
109
110
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan vs
Perombakan
Kurikulum
Oleh Hafid Abbas
Guru Besar Universitas Negeri Jakarta
Dalam satu dekade terakhir, dunia pendidikan di Tanah
Air seakan terus terbelenggu dalam dilema.
Pada masa Kabinet Indonesia Bersatu Pertama 20042009, Wapres Jusuf Kalla gigih melaksanakan pengendalian
mutu pendidikan dengan pemberlakuan standar ujian
nasional. Tidak ada toleransi kelulusan bagi mereka yang
tidak melewati standar minimum dari sejumlah mata
pelajaran yang diujikan, Akibatnya, masyarakat seakan
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
111
Pendidikan vs Perombakan Kurikulum
mengalami sentakan sosial ketika melihat ada sekolah yang
tidak satu pun siswanya lulus karena kelaziman sebelumnya
secara nasional kelulusan selalu di kisaran 100 persen atau
mendekati 100 persen.
Alasan Kalla ketika itu sangat sederhana. Jika sekolah
selalu meluluskan siswanya 100 persen, siswa merasa tidak
perlu belajar, guru tidak termotivasi mengajar sungguhsungguh, dan orangtua tidak merasa perlu ikut bertanggung
jawab atas mutu pendidikan. Cara ini, menurut Kalla,
adalah mekanisme peningkatan mutu pendidikan yang
paling murah dan mudah dilaksanakan. Dengan demikian,
pendidikan kita menjadi tanggung jawab semua pihak
(siswa, masyarakat, dan pemerintah) menuju pencapaian
mutu yang lebih tinggi. Selanjutnya, bangsa kita tak lagi
akan menjadi kuli dari Malaysia.
Sewaktu menjabat sebagai Menko Kesra pada 2003,
Kalla menemukan tingkat kesukaran ujian akhir jenjang SD
di Malaysia untuk Bahasa Inggris relatif sebanding dengan
kesukaran ujian akhir jenjang SLTA di Indonesia. Tingkat
kesukaran IPA dan Matematika jenjang SLTP relatif
sama dengan jenjang SLTA. Sementara standar kelulusan
nasional Malaysia dengan tingkat kesukaran tersebut pada
2003 adalah 6, sedangkan Indonesia 3. Jika tiap tahun
standar kelulusan dinaikkan 0,5, berarti mutu pendidikan
Indonesia tertinggal 9-12 tahun dari Malaysia.
Dengan standar kelulusan itu, dapat dipastikan terdapat
peningkatan mutu pendidikan kita secara bertahap dan
pada waktunya Indonesia akan berada pada posisi yang
sejajar dan bahkan mengungguli Malaysia.
Kini, keadaannya kembali lagi ke tingkat kelulusan yang
mendekati 100 persen. Pada tahun ajaran 2010, untuk
jenjang SMA/MA, misalnya, tingkat kelulusan peserta
ujian nasional mencapai 99,22 persen. Tingkat kelulusan di
112
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan vs Perombakan Kurikulum
jenjang SLTP dan SMK juga relatif sama. Akibatnya, ujian
nasional tidak lagi menjadi sarana yang memotivasi siswa,
orangtua, dan guru untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Kebijakan yang telah diletakkan Kalla terkesan
ditinggalkan begitu saja oleh kabinet baru. Masyarakat
seakan disuguhkan satu tontonan drama kekuasaan. Betapa
pun kebesaran dan manfaat yang telah diletakkan masa lalu
seakan tidak lagi mendapat tempat karena peletaknya tidak
lagi di kekuasaan.
Dilema Pendidikan
Dalam artikel di Kompas, 27 Agustus 2012, Wapres
Boediono
dengan
tegas
menyebutkan, sampai saat ini
kita belum punya konsepsi
yang jelas mengenai substansi
Kurikulum
pendidikan. Karena tak ada
2013 hasil
konsepsi yang jelas, timbullah
perombakan
kecenderungan untuk me­
ma­
kurikulum
sukkan apa saja yang dianggap
sebelumnya
harus segera
penting ke dalam kurikulum.
diberlakukan
Akibatnya, terjadilah beban
meski
berlebihan pada anak didik.
masyarakat luas
Bahan yang diajarkan terasa
belum melihat
”berat”, tetapi tak jelas apakah
hasil satu
anak mendapatkan apa yang
penelitian ilmiah
seharusnya diperoleh dari
yang menyatakan
pendidikannya.
bahwa mutu
Akibat
dari
kerisauan
pendidikan
Wapres itu, tiba-tiba tim­
kita terus
bullah proyek perombakan
merosot karena
kesalahan
kurikulum
yang
terkesan
kurikulum.
dipaksakan. Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
113
Pendidikan vs Perombakan Kurikulum
hasil perombakan kurikulum sebelumnya harus segera
diberlakukan meski masyarakat luas belum melihat hasil
satu penelitian ilmiah yang menyatakan bahwa mutu
pendidikan kita terus merosot karena kesalahan kurikulum.
Apakah tidak ada faktor lain yang lebih dominan dari
kurikulum? Misalnya, sebagaimana telah diungkapkan
Mendikbud Mohammad Nuh sendiri di hadapan Komisi
X DPR pada 21 Maret 2011, terdapat 88,8 persen sekolah
di Indonesia SD hingga SMA/SMK belum melewati mutu
standar pelayanan minimal. Lalu, mengapa bukan itu yang
dibenahi lebih dahulu?
Perubahan kurikulum dadakan ini cermin ketiadaan
kerangka besar arah pembenahan pendidikan nasional. Di
tengah berbagai keterbatasan yang ada, keliru besar bila
pembenahan pendidikan di semua jenjang, jenis, dan jalur
baik di pusat maupun di tiap kabupaten/kota dilakukan
secara parsial dan tidak menyentuh sistem karena tanpa
didasari hasil pengkajian ilmiah.
Dalam era Orde Baru, misalnya, di berbagai periode
kabinet, sejak periode Mashuri, Soemantri Brodjonegoro,
Syarief Thayeb, Daoed Joesoef, Nugroho Notosusanto,
Fuad Hassan, Wardiman Djojonegoro, Wiranto
Arismunandar, hingga kabinet era Reformasi, betapa
banyak gagasan inovatif dan strategis. Namun, gagasangagasan itu terkesan bersifat temporer, terlaksana sebatas
masa jabatan menteri yang bersangkutan. Betapa banyak
dana yang telah dihabiskan, tetapi akhirnya upaya tersebut
tidak cukup terlihat dampaknya bagi pembenahan masalah
pendidikan. Lihatlah, misalnya, pengembangan Sekolah
Pembangunan, proyek CBSA, pengajaran Pendidikan
Sejarah Perjuangan Bangsa, dan pengembangan link and
match.
Bahkan, jika kita membuka lembaran masa lalu, terlihat
114
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pendidikan vs Perombakan Kurikulum
betapa lebih seabad silam visi besar pendidikan sudah
dirumuskan Boedi Oetomo pada 1908. Angkatan ini
sudah mengungkapkan dalam anggaran dasarnya yang
dirumuskan pada Pasal 3: (1) usaha pendidikan dalam arti
seluas-luasnya; (2) peningkatan pertanian, peternakan,
dan perdagangan; (3) kemajuan teknik dan kerajinan; (4)
menghidupkan kembali kesenian pribumi dan tradisi; (5)
menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan; dan (6) halhal yang bisa membantu meningkatkan kesejahteraan
bangsa. Dalam pembahasan program juga telah dibahas
pembangunan perpustakaan rakyat dan pendidikan untuk
perempuan.
Sungguh begitu banyak pemikiran dan langkah besar
yang telah dilakukan para pendahulu kita, tetapi hilang
begitu saja, tidak diteruskan penerusnya. Jika kita selalu
mengedepankan egoisme sektoral dan kepentingan politik
pencitraan, kita akan selalu berada dalam cengkeraman
dilema.
Proyek dan Pencitraan
Tidak tertutup kemungkinan apa yang telah dilakukan
periode Mohammad Nuh akan diabaikan menteri
berikutnya. Akibatnya, kita tidak akan pernah mencapai
prestasi besar. Tembok China adalah salah satu wujud
mahakarya peradaban umat manusia karena, meski mulai
dibangun sebelum periode Dinasti Qin pada 722 SM,
dinasti mana pun pada era kekuasaan berikutnya terus
memelihara dan meneruskan hingga kini.
Modus perubahan kurikulum lebih terkesan sebagai
ikhtiar dadakan karena tidak didahului persiapan yang lebih
matang. Memang, perombakan kurikulum pilihan paling
aman. Sebab, jika ikhtiar dadakan itu keliru, kekeliruan itu
baru akan terungkap 10-20 tahun kemudian. Lagi pula, jika
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
115
Pendidikan vs Perombakan Kurikulum
terdapat perubahan satu lembar kurikulum, dimungkinkan
dilahirkan begitu banyak proyek baru yang dapat menyerap
anggaran sekian triliun rupiah.
Semoga pendidikan kita tidak terus-menerus
terbelenggu dalam dilema dan berjalan di tempat. Sudah
waktunya kenegarawanan lebih dikedepankan dari sekadar
pencitraan sesaat. (Kompas, 13 Maret 2013)
116
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
117
118
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Petisi untuk
Wapres
Oleh Acep Iwan Saidi
Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB
Selamat pagi, Pak Wakil Presiden. Ketika tahun lalu Anda
menulis esai bertajuk ”Pendidikan Kunci Pembangunan”
(Kompas, 27 Agustus 2012), harapan mengenai perubahan
sistem pendidikan ke arah yang lebih baik membuncah di
benak saya.
Bukan semata-mata karena gagasan Anda yang brilian
pada tulisan itu, melainkan yang utama dan pertama adalah
kebesaran hati Anda untuk berkenan menyapa publik,
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
119
Petisi untuk Wapres
rakyat yang Anda pimpin. Sudah terlalu lama kita tidak
mendengar ”suara intelektual” seorang pemimpin di ruang
publik melalui sebuah tulisan.
Anda pun ternyata bukan sekadar menulis, melainkan
juga mengambil tanggung jawab untuk merealisasikan
gagasan tersebut dengan membentuk Tim Kurikulum
2013, tentu saja melalui Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Sungguh pekerjaan yang mulia. Kurikulum
adalah kompas bagi dunia pendidikan. Jika kita yakin
pendidikan merupakan fondasi kehidupan, jelas kurikulum
adalah petunjuk arah ke mana bangsa ini akan melangkah.
Kita semua tahu belaka hasil kerja Tim Kurikulum itu
menuai banyak masalah. Pro dan kontra terjadi. Sebagian
pihak memang menganggap itu hal biasa ketika kita mau
mengadakan perubahan. Namun, saya tidak sepakat.
Sekecil apa pun derau hendaknya disikapi. Ini bukan
soal politik. Jangan sampai keputusan pemberlakuan
kurikulum berdasar pada perbandingan jumlah yang pro
dan kontra, sebagaimana sinyalnya telah dikirim Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah beberapa waktu lalu.
Bahwa, kurikulum akan tetap dijalankan sebab jumlah yang
mendukung lebih banyak daripada yang menolak (Kompas,
14/2).
Pak Wakil Presiden, bagi saya soalnya bukan pada pro
dan kontra sedemikian, tetapi pada sebatas mana kurikulum
tersebut dapat dijelaskan ”secara rasional” kepada publik.
Saya melihat Mendikbud tidak bekerja dalam nalar
demikian, tetapi cenderung memilih mekanisme defensif
dalam kebersikukuhan kuasa. Ia memang melakukan
uji publik, tapi tampak istilah ini hanya nama lain dari
sosialisasi.
Sebagai sebuah sosialisasi, kurikulum tetap akan
dijalankan. Apa pun tanggapan publik. Dengan kata lain,
120
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Petisi untuk Wapres
uji publik hanya sebuah alibi untuk legitimasi politik bahwa
kurikulum telah mendapat persetujuan publik.
Simplifikasi
Faktanya, Kurikulum 2013 memang layak dipertanyakan.
Berikut saya tunjukkan beberapa bagian pada bidang yang
sesuai dengan konsentrasi studi saya, yakni pelajaran
Bahasa Indonesia pada jenjang sekolah dasar, yang secara
lebih jauh ditinjau dalam perspektif kebudayaan. Saya
berharap hal ini bisa menjadi perhatian Pak Wapres.
Pada bagian Kompetensi Inti (KI) bidang studi Bahasa
Indonesia tertulis empat KI, yakni: ”(1) Menerima dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya; (2) Memiliki
perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,
dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan guru; (3) Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati [mendengar, melihat, membaca]
dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah, sekolah; dan (4) Menyajikan
pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan logis
dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia”.
Empat KI ini sama untuk seluruh kelas (I-VI). Dalam
dunia tulis-menulis, kita biasa mengatakan kasus semacam
ini dengan istilah tempel-salin (copy-paste).
Empat KI yang sama tiap kelas tersebut dikembangkan
menjadi beberapa kompetensi dasar (KD) yang sangat
formalistik. Untuk KI pertama terdapat dua KD; KI kedua
sampai keempat masing-masing lima KD. Itu untuk kelas
I-V. Untuk kelas VI, KI pertama dua KD; KI kedua sampai
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
121
Petisi untuk Wapres
keempat masing-masing empat
KD.
Sekilas perumusan
itu
mungkin tak bermasalah.
Apa bedanya
Namun, ditelaah lebih jauh
Kurikulum
tampak bagaimana pola pikir
2013 dengan
positivisme menjadi basis dan
kurikulum
membelenggu kurikulum ini.
lama jika dasar
Soal kemanusiaan (bahasa)
ontologi dan
epistemologinya
direduksi atau disimplifikasi
sama. Tentu
dengan penyeragaman pada
yang berbeda
lapis permukaan. Jadi, apa
hanyalah
bedanya Kurikulum 2013
kemasannya.
dengan
kurikulum
lama
jika dasar ontologi dan
epistemologinya sama. Tentu yang berbeda hanyalah
kemasannya. Di samping itu, pola tersebut juga menjadi
kontradiktif dengan semangat yang sering digemborkan,
yakni menciptakan siswa kreatif dan berkarakter.
Petisi
Baiklah, Pak Wapres, meskipun rumusan KI dan
KD tersebut tetap harus diperdebatkan, saya tidak ingin
memperpanjangnya. Sekarang tolong perhatikan dengan
saksama isi dari tiap KI yang dikutip di atas. Saya pikir,
”barang siapa” yang berpikir dengan jernih pasti tidak
akan pernah mengerti, bagaimana mungkin sebuah bidang
studi yang dinamai Bahasa Indonesia, di dalam KI-nya
tidak sedikit pun bicara inti pelajaran Bahasa Indonesia.
Demikian halnya dalam KD-nya (silakan Bapak periksa
sebab tidak mungkin dikutip di sini).
Jika dipersingkat, studi saya atas kurikulum bidang
pelajaran Bahasa Indonesia sampai pada kesimpulan bahwa
122
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Petisi untuk Wapres
secara substansial sebenarnya bahasa Indonesia tidak
pernah diajarkan. Bahasa Indonesia hanya disikapi sebagai
alat dalam sebuah bidang studi yang dinamai Pelajaran
Bahasa Indonesia. Perhatikan, misalnya, salah satu KD
untuk kelas VI adalah ”memiliki kepedulian dan tanggung
jawab tentang ciri khusus makhluk hidup dan lingkungan
melalui pemanfaatan bahasa Indonesia”.
Saya mengerti Kurikulum 2013 bersifat integratif
sehingga dalam KD di atas pengetahuan alam diintegrasikan
ke dalam bidang studi Bahasa Indonesia (meskipun
terkesan mengada-ada). Namun, nama sebuah bidang studi
adalah pusat dari berbagai disiplin yang diintegrasikan
pada bidang bersangkutan. Jadi, untuk pelajaran Bahasa
Indonesia, pokok kalimat KI dan KD-nya harus bahasa
Indonesia. Pada kasus KD tadi, memiliki kepedulian dan
tanggung jawab melalui pemanfaatan bahasa jelas berbeda
dengan memahami bahasa untuk memiliki kepedulian
dan tanggung jawab. Yang terakhir itulah yang mestinya
menjadi KD bidang studi Bahasa Indonesia.
Baiklah, Pak Wapres, ruang ini terlalu sempit untuk
mengurut berbagai kekacauan pada kurikulum tersebut.
Sebagai penutup, mewakili semua pihak yang
mempertanyakan kurikulum ini, dengan tegas saya
menyatakan menolak. Esai ini adalah sebuah petisi.
Demi masa depan bangsa, mohon kiranya Bapak
mempertimbangkan kembali pemberlakuan kurikulum ini.
Masih banyak waktu. Saya kira kita sepakat bahwa tergesagesa justru sering mengurangi kecepatan. (Kompas, 4 Maret
2013)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
123
124
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menyambut
Kurikulum 2013
Oleh Anita Lie
Anggota Tim Inti Pengembangan Kurikulum;
Guru Besar Unika Widya Mandala, Surabaya
Wacana yang berkembang di masyarakat terkait
Kurikulum 2013 sangat marak. Ada berbagai persepsi dan
kritik yang berkembang dan perlu dihargai sebagai bagian
dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun.
Terlepas dari cemooh ”ganti menteri ganti kurikulum”,
kurikulum memang harus senantiasa berubah seiring
perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. Kritik dari
kalangan industri justru diarahkan pada keengganan dunia
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
125
Menyambut Kurikulum 2013
pendidikan untuk merespons perubahan dalam masyarakat
dan mentransformasi diri.
Selama era reformasi, ini adalah ketiga kalinya
kurikulum ditelaah dan dikembangkan dalam skala nasional
setelah Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004
dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Publik
sedang menantikan perubahan seperti apa dan apa yang
akan ditawarkan dalam kurikulum baru serta dampak apa
yang bisa diharapkan pada keluaran sistem pendidikan ke
depan, sebagai akibat dari intervensi pemerintah melalui
pengembangan kurikulum ini.
Substansi Perubahan
Yang ramai diperbincangkan
di media massa terkait
perubahan kurikulum adalah
pengurangan mata pelajaran
dan penambahan jam belajar.
Secara mendasar, ada empat
elemen perubahan dalam
Kurikulum 2013, yakni Standar
Kompetensi Lulusan, Standar
Isi (kompetensi inti dan
kompetensi dasar), Standar
Proses, dan Standar Penilaian.
Penyempurnaan
Standar
Kompetensi Lulusan memper­
hatikan pengembangan nilai,
pengetahuan, dan keterampilan
secara terpadu dengan fokus
pada pencapaian kompetensi.
Pada setiap jenjang pendidikan,
rumusan empat kompetensi inti
126
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Perubahan
pada Standar
Proses berarti
perubahan
strategi
pembelajaran.
Guru wajib
merancang dan
mengelola proses
pembelajaran
aktif yang
menyenangkan.
Peserta didik
difasilitasi untuk
mengamati,
menanya,
mengolah,
menyajikan,
menyimpulkan,
dan mencipta.
Menyambut Kurikulum 2013
(penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan,
dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan
kompetensi dasar pada setiap kelas. Perubahan Standar
Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan
kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada
kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran
melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses).
Perubahan pada Standar Proses berarti perubahan
strategi pembelajaran. Guru wajib merancang dan
mengelola proses pembelajaran aktif yang menyenangkan.
Peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Perubahan Struktur Kurikulum telah memancing
reaksi pro-kontra terkait pengintegrasian mata pelajaran
IPA dan IPS dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, dan
Matematika pada jenjang SD. Integrasi kompetensi dasar
yang biasanya diwadahi dalam mata pelajaran IPA dan IPS
ke dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia
menuntut guru terus mengembangkan kompetensi
profesional dan pedagogi mereka agar proses pembelajaran
tematik-integratif bisa mengantar peserta didik mencapai
standar kompetensi lulusan.
Sebagai bagian penting dalam rangkaian desain
kurikulum, Standar Penilaian pun seyogianya berubah pula
di kemudian hari. Penilaian yang mengukur hanya hasil
pencapaian kompetensi harus bergeser menjadi penilaian
otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan,
serta pengetahuan berdasarkan hasil dan proses.
Pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan
pekerjaan besar yang melibatkan banyak orang, mulai dari
Wakil Presiden, para birokrat Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan serta kementerian lain yang terkait, akademisi,
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
127
Menyambut Kurikulum 2013
budayawan, agamawan, ilmuwan, pengembang kurikulum,
dan guru.
Proses Pengembangan Kurikulum
Proses panjang dan intensif dalam pengembangan
Kurikulum 2013 meramu dan mengolah Standar
Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses,
dan Standar Penilaian. Tentu saja adu argumentasi di
antara anggota tim pengarah, tim inti, dan tim teknis
pengembangan selama proses tidak bisa dihindari dan
justru memperkaya dan mematangkan desain kurikulum
yang baru.
Selanjutnya, rangkaian kegiatan uji publik yang sudah
dijadwalkan mulai dari Kamis, 29 November, dan selama
bulan Desember 2012 di sejumlah kota diharapkan bisa
melibatkan para pemangku kepentingan dan menampung
berbagai aspirasi dari masyarakat. Dalam era demokrasi,
partisipasi dan keterlibatan publik akan meningkatkan rasa
kepemilikan terhadap kurikulum baru ini.
Rasa kepemilikan ini akan mendorong keberhasilan
pencapaian tujuan kurikulum dengan lebih efektif
dibandingkan dengan imposisi dari otoritas pendidikan
terhadap satuan pendidikan dan masyarakat. Tentu saja,
rancangan Kurikulum 2013 tidak mungkin memuaskan
semua pihak secara optimal. Demikian pula, tidak semua
anggota masyarakat yang mempunyai aspirasi terhadap
sistem pendidikan nasional bisa dilibatkan dalam kegiatan
uji publik. Di negara yang sedang memperjuangkan dan
memelihara demokrasi, ada banyak saluran penyampaian
aspirasi di luar kegiatan uji publik.
Kecemasan dan kritik lewat media massa bisa dianggap
sebagai bentuk kepedulian dan keterlibatan masyarakat
terhadap sistem pendidikan nasional. Masukan yang
128
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menyambut Kurikulum 2013
diharapkan dari publik mencakup tetapi tidak terbatas
pada perspektif tentang kompetensi inti yang melandasi
penjabaran kompetensi dasar pada setiap jenjang, struktur
kurikulum, pengintegrasian IPA dan IPS pada jenjang
SD, penambahan jam belajar, penghapusan penjurusan di
SMA, serta optimalisasi potensi keberhasilan kurikulum.
Dalam teori kurikulum, keberhasilan suatu kurikulum
merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi
berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan,
perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan
tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata
kelola pelaksanaan kurikulum termasuk pembelajaran dan
penilaian pembelajaran dan kurikulum. Dalam konteks ini,
keberhasilan ditentukan oleh komitmen pemegang otoritas
pendidikan di tingkat daerah, pengembangan kapasitas
guru, dan desain penilaian belajar siswa.
Apakah Kurikulum 2013 ini akan memenuhi harapan
masyarakat dan berperan dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia? Masih perlu komitmen dan kerja
keras para pembuat kebijakan dan pemegang otoritas
pendidikan di tingkat nasional dan daerah, kepercayaan
dan dukungan para pemangku kepentingan. (Kompas,
Desember 2012)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
129
130
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum
“Berpikir” 2013
Oleh Rhenald Kasali
Guru Besar FE-UI
Di banyak negara, saya sering menyaksikan siswa
sekolah atau mahasiswa yang aktif berdiskusi dengan
guru atau dosennya. Persis seperti yang dulu sering kita
lihat dalam iklan margarin pada tahun 1980-an, atau gairah
siswa Wellesley College yang kita lihat dalam film Monalisa
Smile.
Sewaktu mengajar di University of Illinois, saya kerap
berhadapan dengan anak-anak seperti itu. Karena materi
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
131
Kurikulum “Berpikir” 2013
yang harus diajarkan begitu banyak, saya menjawab seperti
kebiasaan guru di sini. ”Sebentar ya. Biar saya selesaikan
dulu.” Namun, anak-anak itu tetap tak mau menurunkan
tangannya sebelum dilayani berdiskusi.
Belakangan saya diberi tahu bahwa pendidik yang baik
harus cekatan melayani diskusi, bukan meringkas isi buku.
Seorang guru besar senior mengingatkan, ”Kami bersusah
payah mengubah satu generasi, dari TK hingga SLTA,
mengubah kebiasaan siswa yang malas berpikir menjadi
aktif mengeksplorasi dengan lebih percaya diri.”
Mengapa tradisi seperti itu tidak terjadi di sini? Bahkan
di perguruan tinggi semakin banyak dosen mengeluh
bahwa anak-anak sekarang tidak gemar membaca sehingga
tidak bisa diajak berdiskusi.
Dihafal, Bukan Dipikir
Anak-anak kita punya tradisi belajar yang sangat berbeda,
yang mengakar sejak taman kanak-kanak. Mata ajaran
yang dipelajari jauh lebih banyak, tetapi tidak mendalam.
Kalau sulit, rumus yang sangat banyak dibuatkan jembatan
keledai atau singkatan-singkatan agar mudah dikeluarkan
dari otak.
Cara belajar yang demikian berpotensi menghasilkan
”penumpang” ketimbang ”pengemudi”. Karena itu,
banyak orang yang lebih senang duduk menunggu, hidup
”menumpang”, ”dituntun”, atau diarahkan ketimbang
menjadi pengemudi yang aktif dan dinamis.
Seperti tampak di angkutan umum, penumpang boleh
mengantuk, tertidur, terdiam, sibuk sendiri, tak perlu tahu
arah jalan, dan praktis kurang berani mengambil risiko.
Sementara pengemudi adalah sosok yang sebaliknya.
Karena orangtua juga dibesarkan dalam tradisi belajar yang
sama, tradisi serupa ada di rumah. Dengan jumlah mata
132
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum “Berpikir” 2013
ajaran yang semakin hari semakin banyak, jumlah yang
dihafal siswa di sini juga semakin memberatkan.
Perhatikanlah bagaimana siswa berikut ini belajar. Siswa
kelas I SD yang ibunya bekerja mengucapkan kalimat
ini: ”Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu dan anak-anak. Ayah ke kantor mencari nafkah, ibu
merawat anak-anak di rumah.” Anak itu sempat protes
karena ibunyalah yang bekerja, tetapi ibu guru menyatakan
”Dihafal saja karena bukunya berkata demikian”. Ibu di
rumah berkata serupa: ”Kalau engkau mau naik kelas,
dihafal saja.”
Daya kritis tidak diberi ruang, pertanyaan-pertanyaan
penting yang diperlukan manusia untuk bernalar dimatikan
sedari muda. Sementara mata ajar kesenian yang diadakan
untuk
merangsang
daya
kreasi juga distandarkan dan
dihafal. Seperti yang dialami
anak-anak yang menggambar
Gagasan
pemandangan: gunung dua
merampingkan
berjajar, matahari di tengah,
jumlah mata
dan seterusnya.
ajaran tentu saja
Hafalan diperlukan untuk
tak boleh diikuti
mengikuti ujian nasional dan
oleh rasa takut
agar diterima di perguruan
yang berlebihan
tinggi atau menjadi pegawai
di kalangan para
negeri sipil. Bahkan untuk
pendidik. Sebab,
diterima di jurusan seni rupa
sebagaimana
sebuah perguruan tinggi negeri
layaknya setiap
terkenal,
ujian
masuknya
perubahan,
maka tak pernah
juga ujian menghafal, bukan
ada perubahan
portofolio karyakarya calon
yang langsung
mahasiswa.
berakhir dengan
Demikianlah penumpang,
kesempurnaan.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
133
Kurikulum “Berpikir” 2013
sekolahnya menghafal tetapi tidak berani berbuat, apalagi
menyatakan identitas diri atau berpikir. Ini ditambah lagi
tradisi membesarkan anak yang sejak lahir tubuh dan
kedua kaki-tangannya dibedong lalu digendong. Sekalipun
sudah bisa berjalan, kita selalu dituntun orang dewasa.
Beda benar dengan tradisi belajar di negara-negara yang
mendorong manusianya berpikir dan bertindak. Di negeri
penumpang, wacana berlimpah, gagasan hebat mudah
ditemui di televisi, tetapi sedikit sekali kaum elite yang
bergerak.
Kurikulum Berpikir
Gagasan merampingkan jumlah mata ajaran tentu
saja tak boleh diikuti oleh rasa takut yang berlebihan di
kalangan para pendidik. Sebab, sebagaimana layaknya
setiap perubahan, maka tak pernah ada perubahan yang
langsung berakhir dengan kesempurnaan. Namun, satu
hal yang pasti, seperti orang yang berfoto bersama, maka
setiap orang akan selalu melihat pada wajahnya masingmasing. Ia akan mengatakan fotonya bagus, semata-mata
kalau dirinya tampak bagus.
Bagi saya, perubahan kurikulum yang ramai
diperbincangkan seharusnya dapat dilihat pada aspek
lebih luas daripada sekadar merampingkan mata ajaran.
Perubahan ini seharusnya dapat dijadikan momentum
untuk melakukan transformasi diri manusia Indonesia
dari tradisi mindset ”penumpang” menjadi cara berpikir
”pengemudi”. Transformasi ini berdampak sangat luas
yang sudah pasti membutuhkan penyempurnaan bertahap
hingga ke tingkat pendidikan tinggi.
Riset-riset terbaru menunjukkan, betapa banyak cara
kita belajar sudah harus diubah. Daniel Coyle (2010),
misalnya, menunjukkan kemajuan yang dicapai dalam
134
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum “Berpikir” 2013
neuroscience yang menemukan bahwa manusia cerdas
tidak hanya dibentuk oleh memori otak, tetapi juga
memori otot (myelin). Sementara Carol Dweck dan Lisa
Blackwell (2011) menemukan bahwa anak-anak yang
secara akademik dianggap cerdas berpotensi menyandang
mindset tetap sehingga kecakapannya untuk berkembang
menjadi terhambat.
Keduanya menunjukkan cara-cara baru membentuk
mental pengemudi yang sangat dibutuhkan untuk
mempersiapkan generasi baru di abad ke-21. Jadi,
terimalah perubahan dan persiapkan lebih baik. (Kompas,
28 Desember 2012)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
135
136
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menuju
Pendangkalan
Nalar
Oleh Terry Mart
Dosen Fisika FMIPA UI
Rencana pemerintah untuk mengintegrasikan mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan
Sosial di sekolah dasar ke dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia membuat cemas para praktisi ilmu pengetahuan
dasar. Mereka membahasnya dalam Forum Diskusi
Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia di Jakarta, seperti
yang diberitakan Kompas, Kamis, 8 November 2012.
Dalam diskusi Dewan Pendidikan Tinggi, terutama
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
137
Menuju Pendangkalan Nalar
Majelis Penelitian, para pemerhati ilmu-ilmu sosial dan
humaniora pun turut mencemaskan hal ini.
Hitung-hitungan pemerhati pendidikan Prof Yohanes
Surya memperlihatkan, jika pelajaran IPA dan IPS jadi
diintegrasikan ke dalam pelajaran Bahasa Indonesia,
porsi IPA yang dapat dipertahankan dalam pelajaran baru
tersebut akan kurang dari 30 persen. Padahal, kita sering
mendengar bahwa isi dan cara pengajaran IPA di SD masih
jauh dari ideal sehingga sering dituding menjadi penyebab
rendahnya penguasaan IPA.
Guru Besar Matematika ITB Prof Iwan Pranoto
menyatakan bahwa apa yang diajarkan saat ini adalah IPA
dan Matematika semu karena tidak merangsang daya nalar
siswa. Sangat ironis jika dikaitkan dengan cita-cita luhur
bangsa ini untuk menjadi bangsa mandiri yang menguasai
iptek dan tidak bergantung atau tidak dapat dikuasai bangsa
lain.
Lebih ironis lagi jika kita mendengar bahwa rencana
penghapusan IPA dilatarbelakangi oleh perilaku negatif
siswa-siswa kita saat ini, seperti maraknya tawuran
antarsiswa, yang korelasinya dengan pelajaran IPA jelas
sangat sayup. Bukankah tawuran itu juga diakibatkan
kurangnya daya nalar? Mohammad Abduhzen dalam
tulisannya (Kompas, 12/12/2012) juga menyayangkan
penghapusan ini mengingat sifat bangsa kita yang masih
sangat mitis dan mistis.
Nalar kita kalah
Bukan rahasia lagi jika daya nalar siswa kita kalah
dibandingkan dengan siswa negara jiran atau negara maju.
Meski dalam olimpiade sains atau sosial siswa kita sering
menggondol medali emas, secara rerata daya nalar siswa
kita rendah.
138
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menuju Pendangkalan Nalar
Hal ini bisa dilihat, misalnya, dari laporan Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS),
sebuah pusat studi yang mengakses kemajuan matematika
dan sains siswa kelas empat SD dan kelas dua SMP setiap
empat tahun. Hasil TIMSS 2011 yang baru saja dilaporkan
memutarbalikkan keyakinan sebagian masyarakat, bahwa
siswa-siswa kita jauh lebih unggul dibandingkan siswa
negara lain.
Untuk bidang sains, Indonesia menempati tiga urutan
terendah bersama Maroko dan Ghana. Ironisnya, prestasi
siswa Indonesia bahkan kalah dibandingkan dengan siswa
Palestina, Lebanon, dan hampir semua negara Timur
Tengah (Tabel 3.2 TIMSS 2011 Science). Singkat cerita,
laporan TIMSS menguak bahwa siswa kita tidak unggul
dalam memecahkan soal-soal sains dan matematika yang
membutuhkan daya nalar tinggi ketimbang kepiawaian
menghafalkan rumus-rumus kompleks.
Di lain pihak, kita juga tahu persis bahwa usia SD
merupakan usia emas saat rasa ingin tahu (curiosity)
seorang anak sangat tinggi, terutama terhadap fenomenafenomena alam dan sosial di sekitarnya. Sebagai seorang
ayah yang memiliki dua anak di tingkat SD, saya sendiri
sering kewalahan menjelaskan fenomena-fenomena alam
dengan cara dan bahasa yang mudah ditangkap daya nalar
anak berusia kurang dari 10 tahun.
Untunglah, beberapa fenomena alam seperti turunnya
hujan serta konservasi energi dijelaskan di pelajaran SD
saat ini meski saya merasa pembahasannya kadang-kadang
terlalu dalam untuk tingkat SD. Mungkin terasa aneh
jika saya saja merasakan hal ini tidak mudah. Saya dapat
membayangkan betapa sulitnya para orangtua yang tidak
memiliki latar belakang atau pengetahuan mendalam
tentang IPA dalam hal ini. Akan lebih parah lagi jika
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
139
Menuju Pendangkalan Nalar
orangtua yang bersangkutan memiliki bekal pendidikan
relatif kurang.
Kondisi di atas akan semakin runyam jika pelajaran IPA
di SD jadi dihapus. Kepiawaian dalam bernalar jelas sangat
diasah di dalam pelajaran IPA di samping Matematika.
Inilah yang membuat keresahan para pemerhati
pendidikan sangat beralasan. Penghapusan ini tentu saja
akan menurunkan daya nalar siswa. Mungkin, sejatinya,
apa yang menjadi keprihatinan pemerintah adalah terlalu
tingginya level materi IPA dan IPS sehingga kurikulumnya
terlihat terlalu gemuk.
Pada kenyataannya, hampir semua materi pelajaran SD
saat ini memiliki tingkat yang
terlalu tinggi dan terlalu gemuk.
Bahkan,
boleh
dikatakan
berlebih-lebihan. Tidak heran
Kurikulum SD
jika saat ini muncul pula
boleh-boleh
usulan penghapusan pelajaran
saja diperbaiki
Bahasa Inggris di SD karena
dari masa ke
dianggap terlalu tinggi dan
masa. Namun,
mengganggu
konsentrasi
penghilangan
siswa pada pelajaran Bahasa
mata pelajaran
Indonesia. Namun, entah
tertentu harus
karena kebanggaan orangtua
didasari pada
atau tuntutan sekolah berbasis
hasil penelitian
internasional, pelajaran Bahasa
yang sangat
hati-hati dan
Inggris di SD sudah menjadi
saksama.
mahapenting dan sakral.
Perlu Hati-hati dan Saksama
Kurikulum SD boleh-boleh saja diperbaiki dari masa ke
masa. Namun, penghilangan mata pelajaran tertentu harus
didasari pada hasil penelitian yang sangat hati-hati dan
140
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menuju Pendangkalan Nalar
saksama. Kurikulum yang ada saat ini tentu merupakan
hasil evolusi puluhan tahun. Pasti ada argumen kuat di balik
adanya mata pelajaran IPA dan IPS di tingkat SD. Selain itu,
penggabungan IPA dan IPS menjadi satu mata pelajaran
tampaknya juga kurang masuk akal karena domain kedua
mata pelajaran sangat berbeda. Keduanya mungkin baru
menyatu atau konvergen di ranah penelitian yang sangat
frontiers, seperti quantitative sociology dan quantitative psychology,
yang saat ini tampaknya hanya dipahami oleh para peneliti
bidang tersebut.
Ada satu hal lain yang mungkin luput dari pemikiran
para pengambil keputusan di tingkat pendidikan dasar,
yaitu penalaan halus (fine tuning) pada program pendidikan
dasar dapat berakibat besar dan fatal pada kinerja siswa
ketika dia duduk di bangku kuliah, seperti cerita efek
kupu- kupu dalam teori chaos. Apa yang tersurat di media
massa saat ini, yaitu pemerintah sudah memperhitungkan
dan mempersiapkan secara matang penghapusan IPA ini,
mungkin perlu dikoreksi.
Pihak perguruan tinggi yang akan mengambil alih tugas
mendidik siswa-siswa SD tersebut paling lama 10 tahun
lagi tidak diminta masukannya. Padahal, pihak ini juga
akan menanggung akibatnya jika penghapusan IPA ini
berdampak negatif kepada siswa-siswa tersebut. (Kompas,
27 Desember 2012)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
141
142
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Stigma Negatif
Guru
Oleh Sukemi
Staf Khusus Mendikbud Bidang Komunikasi Media
Serangkaian persiapan diberlakukannya Kurikulum
2013 pada awal tahun pelajaran 2013, Juli mendatang,
makin mengemuka. Selain buku yang bakal dibagikan
secara gratis, kesiapan guru dipertanyakan banyak pihak.
Sayangnya mereka yang mempertanyakan terhadap
kesiapan guru adalah dari kalangan guru sendiri, sehingga
dapat disimpulkan jangan-jangan munculnya stigma
negatif terhadap guru, justru dari kalangan sendiri.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
143
Stigma Negatif Guru
Terhadap implementasi Kurikulum 2013 misalnya
meminjam bahasa Mendikbud Mohammad Nuh, tentang
stigma negatif guru diapa-apakno, dilatih, gak iso-iso.
Pancet koyo ngene ae (diapa-apakan, dilatih, tidak pernah
bisa. Tetap saja seperti ini).
Apa yang disampaikan Mendikbud di depan guruguru PGRI di Semarang itu, tentu bukan dalam konteks
merendahkan martabat guru.
Mendikbud mengajak kalangan guru untuk tidak mau
diremehkan dengan stigma negatif yang menganggap
kualitas dan kompetensinya tidak bisa berkembang.
Mendikbud juga mengajak seluruh guru untuk
membuktikan dirinya bisa mengembangkan kompetensi
dan kualitas serta tidak terpengaruh stigma negatif yang
meremehkan kemampuan guru.
Saya termasuk orang yang tidak percaya jika guru
tidak bisa berubah. Menunjuk pengalaman lapangan yang
dilakukan oleh Harian Republika bersama PT Telkom
Tbk., dalam program “Bagimu Guru Kupersembahkan”
misalnya, terlihat sekali betapa guru kita bisa berubah,
betapa guru kita bisa diandalkan.
KBK Disempurnakan
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi
yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena
desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Karena itu bisa
disebut juga sebagai KBK yang disempurnakan.
Di mana penyempurnaannya? Satu diantaranya, jika
pada KBK 2004, standar kompetensi lulusan diturunkan
dari standar isi, maka pada Kurikulum 2013, standar
kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan apa yang
144
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Stigma Negatif Guru
ingin dicapai oleh peserta didik pada jenjangnya.
Penyempurnaan ini sangat fundamental, karena
KBK 2004 maupun KTSP 2006, menempatkan standar
kompetensi lulusan disejajarkan dengan standar proses dan
standar penilaian.
Mohammad Nuh, menyebutkan, rumusan Kurikulum
2013 berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan
kurikulum berbasis materi, sehingga sangat dimungkinkan
terjadi perbedaan persepsi tentang bagaimana kurikulum
seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan
munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan
kurikulum berbasis materi.
Fakta di lapangan, perubahan adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan, mulai dari perbuahan sosial-budaya hingga
pada perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Atas dasar itu pulalah, muncul dinamika kurikulum, yang
mau tidak mau harus berubah. Bukan semata untuk
menjawab dan memenuhi tuntutan masyarakat, tapi yang
lebih esensial adalah karena pengetahuan, keterampilan,
dan sikap, pada peserta didik yang dihasilkan pun memiliki
kompetensi memadai pada zamannya.
Kurikulum disipakan untuk mencetak generasi yang siap
didalam menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum
disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Terhadap berkembangnya stigma negatif di kalangan
guru, memang tidak bisa dilepaskan dari hasil uji komptensi
awal (UKA) dan uji komptensi guru (UKG) yang telah
dilaksanakan oleh Kemdikbud.
Tengok misalnya hasil UKA, ujian yang diperuntukkan
bagi guru yang belum mendapatkan sertifikasi dan akan
mengikuti pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG),
rerata nilai nasional yang diperoleh hanya 42,25, meski ada
juga guru yang memperoleh nilai 97.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
145
Stigma Negatif Guru
Demikian pula dengan hasil
UKG, ujian bagi guru yang
telah memperoleh sertifikasi,
rerata nilainya pun tidak jauh
berbeda, hanya diangka 43,66,
meski ada guru yang mendapat
nilai di atas 90.
Bagaimana menyikapi fakta
seperti ini, tidakkah kemudian
kita miris melihatnya?
Kemdikbud
menanggapi
positif terhadap hasil UKA
dan UKG itu. Hingga kini
Kemdikbud memang belum
memiliki peta kompetensi guru,
meski sudah lebih dari satu juta
guru memperoleh tunjangan
dari sertifikat pendidik yang
mereka miliki. Sehingga sulit
menentukan titik tolak untuk
melakukan pelatihan apa yang
sesuai dengan kebutuhan guru.
Sejak awal pelaksanaan
UKA dan UKG memang
bertujuan untuk melakukan
pemetaan terhadap potensi
dan kemampuan guru, serta
pemetaan kompetensi, sebagai
dasar kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutan.
UKG adalah pengujian
terhadap penguasaan kom­
pe­
tensi profesional dan pedagogik
146
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Pelatihan
menjadi salah
satu kata
kunci dalam
keberhasilan
implementasi
Kurikulum
2013. Pola yang
disiapkan dalam
pelatihan, tidak
seperti yang
dikhawatirkan
masyarakat,
hanya berupa
ceramah.
Ceramah tetap
dilakukan untuk
menyampaikan
hal-hal yang
bersifat umum
dan memberikan
pemahaman.
Materi
pendalaman
dan praktik,
diwujdukan
dalam bentuk
workshop, yang
kemudian akan
dilakukan
pendampingan.
Stigma Negatif Guru
guru dalam ranah kognitif.
Mendikbud Mohammad Nuh mengibaratkan, UKG
seperti pemeriksaan kesehatan atau check up, untuk
mengetahui apakah seseorang jantungnya normal atau
tidak, gula darahnya bagus atau jelek. Dengan mengetahui
hasil check up, maka upaya untuk melakukan perbaikan dari
yang kurang tadi bisa dilakukan dengan tepat.
Pelatihan menjadi salah satu kata kunci dalam
keberhasilan implementasi Kurikulum 2013. Pola yang
disiapkan dalam pelatihan, tidak seperti yang dikhawatirkan
masyarakat, hanya berupa ceramah. Ceramah tetap
dilakukan untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat
umum dan memberikan pemahaman. Materi pendalaman
dan praktik, diwujdukan dalam bentuk workshop, yang
kemudian akan dilakukan pendampingan.
Pola pelatihannya disiapkan berjenjang, ada instruktur
tingkat nasional, guru inti, dan kelas, dimana masing-masing
membutuhkan persyaratan. Untuk menjadi instruktur
nasional misalnya, selain berlatar belakang pendidikan
minimal S1 program studi yang relevan, jika instruktur
nasional berlatarbelakang dosen, maka yang diutamakan
telah memiliki nomor induk asesor, sertifikasi guru pada
bidang studi yang relevan
Sedang bagi pengawas, kepala sekolah, dan guru harus
sudah memiliki sertifikat pendidik pada bidang studi
relevan. Demikian juga yang berasal dari widyaiswara, harus
memiliki pengalaman pelatihan penyusunan kurikulum.
Inilah yang kini sedang disiapkan dan dimatangkan.
Harapannya melalui pelatihan inilah implementasi
Kurikulum 2013 dapat terlaksana dengan baik, sekaligus
menghapus stigma negatif yang selama ini melekat pada
guru. Semoga. (Republika, 11 Maret 2013)
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
147
148
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Perlukah
Kompetensi Sikap
dalam Rumusan
Kurikulum?
Oleh Tjipto Sumadi
Kepala Unit Implementasi Kurikulum
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Seorang fisikawan berujar; ‘look deep into nature, and then
you will understand everything better.’ Segala sesuatu dapat
dipahami dengan menyelidiki alam secara mendalam.
Kata ‘everything’ berimplikasi bahwa yang dapat dipahami
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
149
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
dengan mempelajari alam [nature] dengan menggunakan
ilmu alam [natural sciences] yang dikuasainya bukan hanya
alam itu sendiri tetapi juga segala sesuatu yang terdapat
di dalamnya. Sebagai seorang fisikawan, ia menyadari
bahwa ada prinsip-prinsip universal yang berlaku dalam
alam beserta segala isinya, misalkan saja prinsip interaksi.
Interaksi terjadi pada skala mikro yang hanya seukuran
atom, sementara pada skala kosmik seukuran planet, dan
tentunya juga pada skala makro yang seukuran manusia.
Dengan tanpa dikotori oleh nafsu individualis, makhlukmakhluk Tuhan dalam konteks skala mikro dan kosmik
tersebut senantiasa patuh pada sunnatullah [baca: hukum
alam] yang mengatur interaksi antar-mereka sehingga
di antaranya terbentuk ikatan yang stabil dengan saling
memberi dan saling menarik, “Tidaklah mungkin bagi
matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada
garis edarnya” (Qs. Yasin [36] ayat 40). Hasilnya adalah
terwujudnya kehidupan skala mikro, makro, dan kosmik
yang harmonis. Ada banyak aturan-aturan alam yang indah
yang memberikan pesan bagaimana interaksi seharusnya
terjadi sehingga terbentuk ikatan yang stabil. Mempelajari
alam, dengan sendirinya akan memberikan pemahaman
terhadap hukum-hukum alam tersebut dan pesan-pesan
indah dan agung yang terkandung di dalamnya. Pesan-pesan
tersebut selanjutnya dimanfaatkan dalam memberikan
pemahaman tentang bagaimana harusnya bersikap supaya
keharmonisan pada tataran skala mikro, makro, dan
kosmik tersebut juga dapat terjadi pada kehidupan sosial
manusia yang di dalamnya terkandung kodrat manusia
dengan segala hasrat dan akal yang melengkapinya, sebagai
khalifah di muka bumi.
150
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
Kompetensi
Mata pelajaran yang diberikan di sekolah adalah media
untuk menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik.
Melalui mata pelajaran peserta didik akan memperoleh
pengetahuan tertentu. Tetapi sesungguhnya kebutuhan
utama peserta didik bukanlah pengetahuan itu, karena
pengetahuan yang terkandung di dalam mata pelajaran
sangatlah minim bahkan dapat berubah setiap saat.
Sehingga pada saatnya nanti, kelak di kemudian hari, pada
saat mereka harus hidup mandiri, pengetahuan tersebut
(mungkin) tidak akan dipergunakan oleh peserta didik
untuk mendukung kemandiriannya dalam memenuhi
tuntutan pekerjaan atau kebutuhan hidupnya.
Dengan demikian pengetahuan bukanlah satu-satunya
kompetensi yang harus diperoleh peserta didik melalui
mata pelajaran karena kompetensi ini masih belum ada
manfaatnya. Pengetahuan yang diajarkan melalui mata
pelajaran tidak boleh berhenti hanya sampai mengetahui
apa pengetahuan yang terkandung di dalam mata pelajaran
tersebut melainkan harus dilanjutkan sampai memahami
bagaimana pengetahuan yang dimilikinya tersebut dapat
disajikan dalam bentuk karya nyata dan/atau abstrak yang
logis, etis, estetis, dan bermanfaat bagi bangsa, negara, dan
peradaban manusia.
Untunglah undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
kita telah mengikuti arus utama rumusan pendidikan global
yang mensyaratkan bahwa pendidikan harus melengkapi
peserta didik dengan kompetensi sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Dengan demikian tiap mata pelajaran
harus dirancang untuk mengantarkan peserta didik supaya
memperoleh pengetahuan sesuai dengan mata pelajaran
yang dipelajarinya, dan dapat menggunakan pengetahuan
tersebut untuk membuatnya menjadi terampil dalam
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
151
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
berkarya
sesuai
deng­
an pengetahuan tersebut.
Harus dipas­
tikan bahwa
yang diperoleh peserta
Dalam berkarya,
didik adalah meningkatnya
peserta didik
ke­terampilannya
dalam
diajak untuk
berkarya. Dalam proses
mengalami sendiri
pembentukan kompetensi,
dari mengamati,
pengetahuan adalah in­
menanya, mencoba,
menalar, mengolah,
put bagi peserta didik
menyimpulkan,
untuk diolahnya menjadi
dan menyajikannya
kompetensi keterampilan
dalam bentuk
sebagai output-nya melalui
karya yang dapat
pembelajaran
terencana
dipertanggung
yang mengaitkan setiap
jawabkan
kompetensi
pengetahuan
tindakannya,
menjadi kompetensi kete­
logikanya, etikanya,
rampilan. Melalui pro­
ses
dan estetikanya.
ini, terletak harapan bahwa
Suatu keterampilan
keterampilan yang dimi­
yang akan sangat
diperlukannya
likinya adalah keteram­
sebagai bekal,
pilan yang didasari oleh
kelak pada saat
pengetahuan sehingga me­
mandiri, mungkin
reka memahami ala­
sannya
sebagian besarnya
mengapa harus melakukan
malah tanpa
dengan cara tertentu serta
menggunakan
dapat menilai karya yang
pengetahuannya
baik dan kurang baik, serta
(yang dipelajari
yang benar dan yang salah.
dulu) lagi.
Dalam berkarya, peserta
didik diajak untuk mengalami sendiri dari mengamati,
menanya, mencoba, menalar, meng­olah, menyimpulkan,
dan menyajikannya dalam bentuk karya yang dapat
152
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
dipertanggungjawabkan tindakannya, logikanya, etikanya,
dan estetikanya. Suatu keterampilan yang akan sangat
diperlukannya sebagai bekal, kelak pada saat mandiri,
mungkin sebagian besarnya malah tanpa menggunakan
pengetahuannya (yang dipelajari dulu) lagi.
Proses penyerapan pengetahuan oleh peserta didik
sangat disayangkan apabila hanya sampai membuatnya
menjadi terampil saja. Esensi pendidikan adalah untuk
membuat peserta didik menjadi insan-insan cerdas yang
antara lain bertanggung jawab dan bermanfaat bagi
sesama, sebagai hasil akhir dari proses pendidikan. Peserta
didik diharapkan dapat mengolah lebih lanjut pengetahuan
dan keterampilan yang dimilikinya sehingga membentuk
kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan isi, pesan, dan
norma agung yang terkandung di dalam pengetahuan
yang dipelajarinya pada mata pelajaran tertentu. Dengan
demikian kompetensi sikapnya (attitude) juga akan
meningkat sejalan dengan meningkatnya pengetahuan
yang diperolehnya. Sikap (attitude) yang dibentuk melalui
pengetahuan sehingga mereka memiliki kesadaran penuh
bahwa sikap-sikap terpuji yang harus dimilikinya adalah
suatu keniscayaan untuk terwujudnya kehidupan harmonis
di alam semesta. Melalui pengetahuan sebagai input,
dihasilkan keterampilan sebagai output, dan dibentuk
sikap sebagai outcome. Hubungan linier antara ketiganya
harus dirumuskan dengan jelas pada kompetensi yang
harus dicapai melalui materi yang terdapat di dalam mata
pelajaran. Melalui rumusan kompetensi sikap, pendidik
diingatkan bahwa hasil akhir dari proses pendidikan adalah
pembentukan sikap. Sehingga adalah kewajiban pendidik
untuk selalu mengingatkan kepada peserta didik tentang
isi, pesan, dan norma agung yang terkandung di dalam
setiap pengetahuan pada mata pelajaran yang diampunya.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
153
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
Dengan cara ini, kompetensi sikap yang memerlukan
pembiasaan akan dapat terwujud melalui kontribusi nyata
dari tiap mata pelajaran, bukannya hanya tanggung jawab
mata pelajaran tertentu saja ataupun melalui pembelajaran
terpisah dari pengetahuan dan keterampilan.
Kompetensi Sikap
Lebih dari itu, pengetahuan yang diperoleh melalui
pengamatan terhadap alam semesta dari skala mikro
hingga kosmik menunjukkan suatu keteraturan yang
indah. Sedemikian indahnya keteraturan tersebut sehingga
sulit untuk membayangkan bahwa keindahan tersebut
adalah ketaatan terhadap hukum-hukum alam yang
sangat sederhana. Makin mendalami seseorang terhadap
pengetahuan tentang alam, makin terlihat keindahan
ketaraturan tersebut yang membuatnya sampai pada
kesimpulan tentang kemuliaan sang Pencipta di balik
semua keteraturan yang ada.
Maka sang fisikawan yang sudah mendalami fenomena
alam lebih dari semua yang lain pada zamannya menjadi
seorang yang percaya [believer] dan dengan lantang
bernyatakan: ‘Science without religion is lame, religion without
science is blind’. Ilmu dan agama akan saling melengkapi dan
memperkuat.
Pemahaman tingkat tinggi ini tidak mungkin diperoleh
sendiri oleh peserta didik melalui pembelajaran singkat
tentang pengetahuan. Adalah tugas dari setiap pendidik
untuk selalu mengingatkan tentang isi, pesan, norma ini,
sehingga peserta didik asuhannya memahami betul bahwa
pengetahuan terbatas yang dipelajarinya secara singkat
tersebut memiliki kandungan yang lebih dari sekedar
pengetahuan saja. Di dalamnya terdapat isi, pesan, dan
norma agung yang dapat memperkuat keimanannya.
154
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
Melalui pengetahuan, keimanan peserta didik akan
diperkuat sehingga keimanan yang terbentuk adalah
keimanan yang penuh kesadaran [conscious faith] yang tidak
membabi-buta.
Dalam rumusan kompetensi tentunya isi, pesan, dan
norma agung ini perlu dimasukkan untuk mengingatkan
setiap pendidik bahwa yang dipelajari peserta didik
bukannya berhenti pada kompetensi pengetahuan saja,
tetapi harus berlanjut pada kompetensi keterampilan dan
bermuara sebagai kompetensi sikap. Kompetensi sikap
yang di dalamnya mencakup sikap sosial dan lingkungan
sebagai perwujudan dari menguatnya interaksi horisontal
dengan makhluk sekelilingnya dan sikap spiritual sebagai
perwujudan dari menguatnya interaksi vertikal dengan
sang Pencipta. Kompetensi sikap adalah dirancang sebagai
pengingat bahwa dalam pengetahuan selalu terkandung
kearifan yang melampui batas pengetahuan itu sendiri.
Dengan demikian tugas pendidikan untuk menciptakan
insan kamil akan tercapai. Yaitu insan yang memilki
pengetahuan, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual
yang menyatu dan manunggal dalam pribadinya.
Dalam beberapa tahun kemudian, setelah lulus
dari sekolah, hanya kurang dari 1% dari mereka yang
belajar fisika akan bekerja pada bidang yang berbasis
pengetahuan fisika, ataupun yang belajar ekonomi akan
bekerja pada bidang yang berbasis pengetahuan ekonomi.
Pengetahuannya tentang mata pelajaran-mata pelajaran
tersebut akan tidak relevan lagi dengan kehidupannya
sehingga kemungkinan besar sudah terlupakan. Mungkin
juga tidak relevan lagi karena pengetahuan selalu
berkembang. Demikian juga dengan keterampilan khusus
terkait dengan mata pelajaran tertentu seperti terampil
dalam melakukan percobaan rangkaian listrik. Yang tetap
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
155
Perlukah Kompetensi Sikap dalam Rumusan Kurikulum?
tertinggal pada diri peserta didik, yang relevan dengan
kehidupannya, dan bahkan yang dibutuhkannya untuk
berhasil, adalah sikap dan keterampilan umumnya. Sikap
(attitudde)-nya dalam berinteraksi dengan manusia lain,
sikapnya dalam berinteraksi dengan alam, dan sikapnya
dalam berinteraksi dengan Penciptanya. Pendidikan harus
memastikan bahwa yang tersisa itu ada dan dalam kuantitas
dan kualitas yang memadai sehingga pendidikan menjadi
tidak sia-sia. Usaha pemastian ini hanya dapat dilakukan
melalui rancangan kurikulum yang tepat, yaitu kurikulum
yang menyuguhkan pengetahuan sebagai input kepada
peserta didik, membimbing mereka untuk mengolah
pengetahuan tersebut guna menghasilkan output berupa
keterampilan umum dan khusus, dan mengajaknya untuk
menalar bahwa keagungan dan keindahan dunia yang
tunduk pada hukum-hukum pengetahuan tersebut dapat
menjadikan dia menyadari akan perlunya bersikap serupa
dalam usaha mewujudkan keharmonisan kehidupan.
Sang fisikawanpun kemudian menyimpulkan dan
berujar: ‘education is what remains after one has forgotten what
one has learned in school.’ Sang Fisikawan ini adalah Albert
Einstein.
Hasil belajar adalah sesuatu yang tersisa dari semua yang
terlupa. (Media Indonesia, 11 Maret 2013)
156
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
157
Kurikulum 2013, Modal Anak Bangsa untuk Bersaing
158
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum 2013, Modal Anak Bangsa untuk Bersaing
Kurikulum
“Struktur Teks”
Oleh Maryanto
Pemerhati Politik Bahasa; Anggota Tim Penyusun Buku
”Kurikulum 2013”
Kurikulum 2013 kembali disorot. Rancangan pembe­la­
jaran Bahasa Indonesia dianggap langkah mundur karena
berhaluan strukturalis.
Seolah-olah sudah usang dan tabu kata struktur digu­na­
kan untuk belajar bahasa.
Marilah merenung sejenak. Bahasa tak bakal lepas
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
159
Kurikulum “Struktur Teks”
dari urusan struktur. Bandingkan bunyi /a/ dengan /i/.
Bunyi ujaran terkecil itu masing-masing terstruktur rapi
dari bentuk bibir dan lidah serta mulut yang ketiganya tak
mungkin acak-acakan. Urusan
bahasa yang lebih besar, misal
untuk
bernegosiasi,
juga
bersangkutpaut
dengan
Kurikulum 2013
persoalan struktur. Sebuah
menempatkan
negosiasi yang amburadul teks
Bahasa
bahasanya dapat dipastikan
Indonesia sangat
akan gagal untuk mencapai
bermartabat.
kompromi.
Sistem
Sorotan Bambang Kaswanti
pendidikan
Purwo, Kurikulum Bahasa
Indonesia
akan segera
Indonesia (Kompas, 20/3), sangat
meninggalkan
tajam dan tentu menarik bagi
masa kelam
publik yang peduli akan nasib
ketika bahasa
Bahasa Indonesia ke depan.
nasional ini
Jika tujuannya untuk menelaah
dilecehkan pada
kritis pembelajaran bahasa
setiap satuan
berbasis teks, bacaan yang
pendidikan
disuguhkan bambang itu belum
dengan
komprehensif dan pembaca
kamuflase
pun akan berprasangka bahwa
sekolah
Kurikulum 2013 dikembangkan
berstandar
(bahasa)
tanpa kemauan politik untuk
internasional.
melakukan inovasi perencanaan
Kini Bahasa
bahasa nasional.
Bukan Sekadar Mapel
Tulisan Bambang menga­
jak publik menengok ke
belakang perjalanan Bahasa
160
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Indonesia
dijadikan
mapel penghela,
penghulu, atau
pembawa ilmu
pengetahuan.
Kurikulum “Struktur Teks”
Indonesia sebagai mata pelajaran (mapel) dari masa ke
masa pemberlakuan kurikulum: 1975, 1984, 1994, 2004,
dan 2006. Sepanjang perjalanan itu, Bahasa Indonesia
ternyata tak kunjung bermartabat; literasi kepada anak
Indonesia tetap saja jeblok. Kenyataan itu agaknya luput
dari perhatian Bambang. Kurikulum 2013 menempatkan
Bahasa Indonesia sangat bermartabat. Sistem pendidikan
Indonesia akan segera meninggalkan masa kelam
ketika bahasa nasional ini dilecehkan pada setiap satuan
pendidikan dengan kamuflase sekolah berstandar (bahasa)
internasional. Kini Bahasa Indonesia dijadikan mapel
penghela, penghulu, atau pembawa ilmu pengetahuan.
Untuk memberlakukan Kurikulum 2013, benar apa
yang hendak dikatakan Bambang: proses pembelajaran
Bahasa Indonesia tak boleh bergerak mundur. Proses
Bahasa Indonesia di sekolah haruslah berjalan jauh lebih
maju sehingga mampu membawa proses pembelajaran lain,
seperti IPA dan IPS di sekolah dasar (SD). Untuk itu, dari
tingkat SD, Bahasa Indonesia dirancang pembelajarannya
secara utuh berbasis teks. Teks di sini berbentuk tulisan,
lisan, dan bahkan multimodal, seperti gambar. Setiap teks
bahasa Indonesia diproses di kelas sekaligus untuk mencari
dan menemukan ilmu pengetahuan di luar bahasa. Sebagai
contoh di kelas I SD, terdapat pelajaran IPA tentang anggota
tubuh dan panca indera. Materi IPA itu dikemas dalam
pembelajaran teks deskripsi dengan struktur: pernyataan
umum mengenai ihwal yang dideskripsikan dan pernyataan
khusus mengenai bagian-bagian yang dideskripsikan.
Melalui pembelajaran teks itu, anak dapat digiring untuk
memulai deskripsi dengan pernyataan umum mengenai
sikap mereka, seperti tanggung jawab, peduli, dan percaya
diri terhadap tubuh dan panca indera yang dimiliki apa pun
kondisinya sebagai anugerah Tuhan.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
161
Kurikulum “Struktur Teks”
Pembelajaran teks sangat terikat struktur. Tak hanya
teks yang terstruktur. Pembelajarannya juga terstruktur
rapi dengan orientasi pada sikap (spiritual dan sosial),
pengetahuan, dan keterampilan. Secara metodologispedagogis, pembelajaran teks selalu diproses dengan
tahapan pembangunan konteks, pemodelan teks, kerja
sama membangun teks, dan kerja mandiri meng embangkan
teks. Konteks pembelajaran dibangun menurut situasi
dan budaya yang dihadapi anak sehari-hari. Jika dalam
keseharian, misal, anak daerah Jawa lebih akrab dengan
kata irung daripada hidung, pemanfaatan kosakata daerah
itu akan didahulukan untuk membantu anak memahami
dan memproduksi teks. Kosakata bahasa nasional yang
dibakukan (kosakata baku) mulai dipilah dan dipilih di kelas
tinggi (kelas IV SD). Di kelas rendah, dengan pembelajaran
teks, kehadiran Bahasa Indonesia tidak akan mengagetkan
atau menakutkan bagi anak.
Kurikulum 2013 menghadirkan Bahasa Indonesia di
benak anak sekolah, terutama pada kelas awal pendidikan
dasar, sangat ramah dengan bahasa daerah atau bahasa ibu.
Tak ada hambatan, jika diperlukan pemangku kepentingan
(pihak sekolah dan pemerintah daerah), untuk melahirkan
atau mempraktikkan Kurikulum 2013 berbahasa ibu.
Pada akhir pendidikan dasar (SMA/sederajat), Bahasa
Indonesia hadir bersanding dan bersaing dengan bahasa
asing, terutama Bahasa Inggris, dalam konteks percaturan
dunia global. Pada saat itu, anak sudah dituntut mampu
mengonsumsi dan memproduksi teks hasil konversi,
termasuk teks terjemahan Bahasa Inggris. Sikap
mengutamakan bahasa sendiri seperti itu modal besar
untuk internasionalisasi Bahasa Indonesia. Itulah tantangan
mapel bahasa Indonesia yang berbasis teks: bukan sekadar
mapel yang berlaku sebelum Kurikulum 2013.
162
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum “Struktur Teks”
Agen Perubahan
Skema pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks
dalam kemasan Kurikulum 2013 diusung oleh Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Dengan paradigma
baru pendidikan Indonesia, Badan Bahasa terpanggil
bertindak jadi agen perubahan pembelajaran Bahasa
Indonesia di sekolah. Perubahan yang sangat mendasar
tecermin dari rancangan mapel Bahasa Indonesia yang
sangat efektif sebagai wahana mapel yang lain.
Pembelajaran teks membawa anak, sesuai perkembangan
mentalnya, menyelesaikan masalah kehidupan nyata
dengan berpikir kritis. Adalah kenyataan, masalah
kehidupan sehari-hari tak terlepas dari kehadiran teks.
Untuk membuat minuman atau masakan, perlu digunakan
teks arahan/ prosedur. Untuk melaporkan hasil observasi
terhadap lingkungan sekitar, teks laporan perlu diterapkan.
Untuk mencari kompromi antar pihak bermasalah, teks
negosiasi perlu dibuat. Untuk mengkritik pihak lain pun,
teks anekdot perlu dihasilkan. Selain teks sastra nonnaratif itu, hadir pula teks cerita naratif dengan fungsi
sosial berbeda. Perbedaan fungsi sosial tentu terdapat
pada setiap jenis teks, baik genre sastra maupun nonsastra,
yaitu genre faktual (teks laporan dan prosedural) dan genre
tanggapan (teks transaksional dan ekspositori). Memang,
materi pembelajaran Bahasa Indonesia membuat muatan
Kurikulum 2013 penuh struktur teks.
Struktur teks dapat diibaratkan struktur bangunan
rumah. Rumah joglo tentu berbeda struktur dengan rumah
gadang; perbedaannya lengkap dengan segala bentuk
kegiatan sosial di setiap bangunan. Dalam kerangka itu,
bangunan teks dilengkapi dengan kegiatan menyimak,
membaca, menulis, dan berbicara, serta apresiasi
sastra. Struktur bangunan teks itu tidak tabu dibahas
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
163
Kurikulum “Struktur Teks”
tersendiri dalam kegiatan pembelajaran. Namun, dalam
pembahasannya, struktur teks tidak boleh dikacaukan
dengan struktur kalimat seperti yang dijelaskan Bambang
untuk Kurikulum 1975. Untuk Kurikulum 2013, tak kurang
dari empat puluh bangunan teks yang dicanangkan Badan
Bahasa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Perubahan
besar akan terjadi di dunia bahasa Indonesia, terutama di
sekolah, jika tidak ada aral yang menghalangi penerapan
Ku rikulum 2013. Ayo berubah! (Kompas, 3 April 2013)
164
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
165
166
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum
Pendidikan
Haruslah Memberi
Tantangan bagi
Siswa
Oleh Suyanto
Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta
Para ilmuwan tanpa mengenal lelah telah meneliti
berbagai faktor penting yang berkontribusi pada
kesuksesan hidup. Mereka tertarik mencari faktor penentu
yang secara signifikan bisa digunakan untuk memprediksi
sukses kehidupan.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
167
Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa
Dari penelitian itu ditemukanlah faktor-faktor penting
yang ikut menyumbang kesuksesan seseorang. Faktorfaktor penentu sukses itu akhirnya diterjemahkan oleh
para ahli pendidikan ke dalam kurikulum dan program
pembelajaran.
Pendek kata, dengan ditemukannya faktor penentu
sukses itu, dunia pendidikan juga ikut berlomba-lomba dan
berkontemplasi untuk merumuskan filosofi, paradigma,
strategi, dan metodologi pembelajaran. Pada gilirannya,
rumusan itu digunakan untuk mengonstruksi kurikulum
yang mampu memberi bekal ilmu dan pengetahuan kepada
peserta didik untuk mendaki kesuksesan hidup.
Faktor signifikan yang telah mendapat perhatian luas
untuk memprediksi sukses seseorang, antara lain intelligence
quotient (IQ, kecerdasan otak) dan emotional quotient (EQ,
kecerdasan emosional). Kecerdasan yang disebut terakhir,
oleh penemunya, Daniel Goleman (1995), diberi nama
emotional intelligence, bukan emotional quotient.
Kelahiran EQ membuat arah baru pendidikan secara
luas. Sebab, dalam banyak penelitian terbukti IQ tak lagi
menjadi satu-satunya prediktor sukses peserta didik di
masa datang.
Sebelum muncul EQ, IQ-lah yang didewa-dewakan
dunia pendidikan untuk mempermudah pekerjaan
pembelajaran dalam memberi bekal atau virus sukses
peserta didik atau bahkan mahasiswa sekalipun.
Implikasinya, pengembangan kurikulum hampir di seluruh
dunia pada era jayanya IQ selalu berorientasi pada upaya
bagaimana mengemas program pembelajaran yang bisa
memberikan kecerdasan otak secara maksimal kepada para
peserta didik.
Setelah EQ ditemukan oleh Goleman, kurikulum sertamerta harus dan mutlak memperhatikan faktor-faktor non168
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa
kognitif, seperti kecerdasan
sosial, kecerdasan spiritual,
pengendalian emosi, dan me­
mahami emosi orang lain.
Jika suatu
Bahkan, Goleman mengklaim
bangsa ingin
IQ hanya berkontribusi 20
membuat
persen terhadap kesuksesan
kurikulum
peserta didik setelah mereka
yang bisa
hidup dalam masyarakat nan­
mengantarkan
para peserta
tinya. Ternyata 80 persen justru
didik jadi
ditentukan oleh faktor lain di
orang sukses,
luar IQ, di mana EQ masuk di
kurikulum itu
dalamnya secara signifikan.
juga harus
Oleh karena itu, jika
memberikan
suatu bangsa ingin membuat
menu belajar
kurikulum yang bisa meng­
yang mencakup
antarkan para peserta didik jadi
aspek lain selain
orang sukses, kurikulum itu
kecerdasan,
juga harus memberikan menu
seperti sikap,
belajar yang mencakup aspek
perilaku,
kepribadian,
lain selain kecerdasan, seperti
keberagamaan,
sikap, perilaku, kepribadian,
budi pekerti, dan
keberagamaan, budi pekerti,
kecerdasan otot
dan kecerdasan otot (muscle
(muscle memory).
memory).
Bahkan, praksis pendidikan
di Jepang memasukkan aspek memori dan kecerdasan otot
dalam kurikulumnya sejak kelas I dan II SD melalui aktivitas
otot (keterampilan) dalam bentuk kegiatan origami secara
intensif. Origami mampu menanamkan kepada para siswa
sifat dan sikap kreatif, inovatif, sekaligus membangun
kecerdasan/ingatan otot para siswa.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
169
Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa
”Adversity Quotient”
Sudah lengkapkah prediktor kesuksesan yang bisa
dikemas dalam kurikulum setelah adanya penemuan IQ,
EQ juga spiritual intelligent (SQ, kecerdasan spritual), dan
kecerdasan otot? Ternyata belum! Dunia ilmu pengetahuan
tetap melakukan penelitian untuk membuat prediktor
kesuksesan memiliki daya prediksi yang makin robust,
semakin kecil kesalahannya sampai mencapai derajat
kepercayaan 99 persen. Atau tingkat koefisien alpha 0,01
jika kita meminjam terminologi uji signifikansi statistik
inferensial. Prediktor baru itu adalah adversity quotient (AQ).
Dua tahun setelah Daniel Goleman menemukan
EQ, muncullah AQ yang ditemukan oleh Paul Stoltz
(1997). Aplikasi AQ dalam proses pendidikan memang
belum seluas aplikasi EQ dan SQ. Saat ini, AQ banyak
diaplikasikan dalam perusahaan besar untuk kepentingan
rekrutmen dan pelatihan pegawainya.
Dunia pendidikan juga harus memanfaatkan temuan
Paul Stoltz ini. Mengapa demikian? Karena AQ pada
hakikatnya merupakan kapasitas seseorang untuk
menghadapi berbagai bentuk tekanan dan ketidaknyamanan
hidup dalam situasi tertentu.
Orang yang AQ-nya tinggi akan tahan banting, dalam arti
fisik, mental, dan kejernihan berpikir. Lebih penting lagi, ia
segera bisa kembali ke keadaan normal setelah berhadapan
dengan berbagai tekanan dan tantangan. Sebaliknya, orang
yang AQ rendah akan selalu menyalahkan lingkungan ketika
dia gagal sehingga dia tidak dapat mengambil keputusan
untuk menuju sukses. Bidang keilmuan AQ ditopang
tiga pilar utama: psychoneuroimmunology, neuropsychology, dan
cognitive psychology.
Orang hidup tak ada yang bebas dari tekanan dan
tantangan. Dokter punya tekanan saat di meja operasi,
170
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa
wartawan memiliki tekanan dan tantangan ketika harus
menghadapi tenggat berita, menteri dan presiden selalu
menghadapi tekanan dari ekspektasi masyarakat. Siswa
pun selalu menghadapi tekanan dan tantangan ketika
harus belajar materi baru yang jauh lebih sulit, datang
dan pulang tepat waktu, dan menyerahkan tugas individu
serta kelompok. Kalau semua tekanan itu berhasil dilewati,
sukseslah mereka. Kalau gagal, akan reduplah suasana hati
dan pikiran saat itu.
Hidup Adalah Tantangan
Oleh sebab itu, kapasitas untuk bisa menghadapi
berbagai tekanan harus diajarkan dan dilatih sejak mereka
duduk di bangku sekolah. Siswa perlu mengalami sendiri
berbagai prosedur serta proses ilmu dan pengetahuan.
Kerena itu, kegiatan mengamati, bertanya, menalar,
bereksperimentasi, juga pengalaman membangun jejaring
perlu diakomodasikan dalam sebuah kurikulum.
Dengan cara seperti itu, siswa akan bisa merespons
berbagai kemungkinan dan tekanan hidupnya kelak setelah
hidup dalam masyarakat. Respons positif terhadap tekanan
yang dihadapi siswa akan memberi jalan kepada kesuksesan
hidup kelak.
Belajar tidak cukup hanya yang bersifat menyenangkan,
tetapi juga harus menantang bagi siswa kita. Mengapa
begitu? Karena hidup identik dengan tantangan.
Kurikulum dan proses pembelajaran perlu memberi
tempat yang cukup agar siswa bisa melakukan observasi,
analisis, hipotesis, sintesis, dan mencari solusi terhadap
tantangan yang dihadapi dalam proses belajarnya. Sebab,
pada saatnya nanti, meminjam konsepnya Jerome Brunne,
para siswa akan melakukan apa yang disebutnya transfer of
learning and principles dalam kehidupan nyata.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
171
Kurikulum Pendidikan Haruslah Memberi Tantangan bagi Siswa
Jadi, belajar tidak cukup dengan pendekatan yang
menyenangkan semata. Selebihnya, harus menantang agar
siswa bisa berlatih untuk membangun AQ-nya. Semoga
begitu. (Kompas, 18 Februari 2013)
172
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
173
174
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tentang Kurikulum
2013
Oleh Goenawan Mohamad
Narasumber Penyempurnaan Kurikulum 2013,
Budayawan
Rupanya beberapa hari ini tampang saya muncul di
sebuah advertensi di televisi. Sampai detik ini, saya sendiri
belum tertarik melihatnya. Tapi saya senang sesekali
mengerjakan sebuah iklan layanan masyarakat. Khususnya
untuk mempromosikan “Kurikulum 2013”.
Banyak yang bertanya mengapa saya bersedia jadi
“bintang iklan” untuk sesuatu yang kontroversial. Tidakkah
saya hanya dimanfaatkan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan untuk agenda mereka?
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
175
Tentang Kurikulum 2013
Jawaban saya tak bisa panjang: saya bersedia
mempromosikan Kurikulum 2013 karena saya menyetujui
pemikiran yang mendasarinya. Kementerian tak akan
bisa membayar saya sebanyak apa pun kalau saya tak
menyetujuinya.
Kontroversi yang timbul—termasuk bila itu timbul
karena iklan-iklan itu—justru penting, untuk memperjelas
apa yang tak jelas, untuk membatalkan apa yang perlu
dibatalkan, atau memperbaiki apa yang perlu diperbaiki.
Saya sendiri bukannya tak punya kritik kepada beberapa
bagian dari bangunan yang disebut “Kurikulum 2013” itu.
***
Saya bukan seorang pedagog. Bukan pula guru.
Pengalaman saya mengajar terbatas. Sambil menulis ini,
saya ingat kata-kata seorang Menteri Pendidikan: “Tiap
orang adalah pendidik—dan makin tua ia makin merasa
tahu tentang masalah-masalah pendidikan, meskipun
sebenarnya tidak.”
Saya harus tahu diri. Tapi setidaknya saya seorang warga
negara yang ingin anak-anak Indonesia terdidik dengan
baik. Data tentang ketertinggalan murid-murid Indonesia
di pelbagai bidang dibandingkan dengan negara sekitar
kita sering dikemukakan. Saya ingin ada perubahan yang
substansial dalam cara belajar di sekolah kita. Kalau tidak,
bangsa kita akan macet di masa depan.
Dengan sumber-sumber yang ada, perbaikan bukan
mustahil. Saya ingat Pak Tino Sidin yang beberapa
puluh tahun lalu muncul di TVRI mengajari anakanak menggambar. Nama programnya bukan Belajar
Menggambar, melainkan Gemar Menggambar.
Bagi saya, Pak Tino sebuah inspirasi: begitulah
seharusnya proses belajar berlangsung. Yang penting bukan
menghasilkan gambar dengan teknik yang jitu, melainkan
176
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tentang Kurikulum 2013
menggemari keterampilan itu.
Dengan itulah proses belajar
membentuk sikap. Belajar
bukan hanya untuk mengetahui
Belajar bukan
dan menambah informasi.
hanya untuk
Belajar adalah menjelajahi
mengetahui
dunia yang selalu baru dan
dan menambah
mengasyikkan.
informasi.
Dari sana tumbuh sikap
Belajar adalah
menjelajahi
yang selalu ingin tahu, ke­
dunia yang
cenderungan menemukan dan
selalu baru dan
mencipta, kebiasaan berpikir
mengasyikkan.
jernih dan teratur, kemampuan
Dari sana
bertukar gagasan dengan orang
tumbuh sikap
lain.
yang selalu
Pendek kata: sebuah peru­
ingin tahu,
bahan dari “pintar” menjadi
kecenderungan
“gemar”. Dari “gemar” bisa
menemukan
tumbuh pelbagai hal, termasuk
dan mencipta,
menjadi “pintar”. Saya ingat
kebiasaan
berpikir jernih
dulu di sekolah menengah guru
dan teratur,
saya membuat saya menyukai
kemampuan
geometri dengan mengatakan:
bertukar
“Kalian di kelas ini bukan
gagasan dengan
untuk jadi insinyur, tapi untuk
orang lain.
terbiasa berpikir keras dan
logis.” Setelah saya belajar lebih
lanjut, saya menemukan kata-kata bagus dari Alfred North
Whitehead: “The pursuit of mathematics is a divine madness of
the human spirit.”
Selama bertahun-tahun, hanya kadang-kadang, secara
kebetulan, saya menemukan guru yang bisa membuat
anak-anak terpesona menempuh “pursuit” itu, yang bisa
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
177
Tentang Kurikulum 2013
menunjukkan peran imajinasi dalam aksioma matematika,
misalnya dalam teori himpunan.
Selebihnya, sekolah-sekolah adalah tempat yang tak
membiarkan imajinasi. Nyaris represif.
Saya pernah melihat bagaimana anak-anak diminta
mengingat berapa sentimeter tinggi net tenis—bukan
diajak menikmati permainannya, setidaknya sebagai
penonton. Atau mereka, dalam pelajaran atletik, dilecut
untuk bisa lari dalam kecepatan tertentu—bukan untuk
merasakan asyiknya kesegaran jasmani.
Saya juga pernah melihat bagaimana buku-buku
pelajaran sastra menyebut nama pengarang dan judul
bukunya, tanpa anak-anak diberi kenikmatan membaca
karya sastra. Baru-baru ini saya menemukan satu pelajaran
mengarang yang membagi-bagi satu komposisi dalam,
misalnya “deskripsi”, “eksplanasi”, dan “resolusi”—
sementara saya tahu, sebagai pengarang, bahwa itu
pembagian yang tak ada gunanya. Bagi saya, pedoman itu
membuat anak-anak tak punya spontanitas dalam menulis,
dan tanpa spontanitas, bagaimana kreativitas tumbuh?
***
Syahdan, karena alasan yang kurang jelas, beberapa
bulan lalu saya diminta jadi salah seorang “narasumber”
bagi penyempurnaan Kurikulum 2013. Saya merasa lega
bahwa di samping saya ada Anies Baswedan, Taufik
Abdullah, Franz Magnis-Suseno, Yohanes Surya, Juwono
Sudarsono, Ahmad Muchlish, Suparno, dan Ratna
Megawangi. Mereka, saya tahu, punya lebih banyak bekal
dalam soal ilmu dan pendidikan.
Seraya tak meyakini kapasitas saya sendiri, saya ikuti
diskusi tim perumus kurikulum dengan sikap skeptis.
Waktu itu saya baru dua kali bertemu (tak lebih dari 10
menit) dengan Mohamad Nuh, Menteri Pendidikan dan
178
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tentang Kurikulum 2013
Kebudayaan. Saya tak kenal kemampuan dan tekadnya.
Saya sering kecewa kepada dengan menteri-menteri
pendahulunya. Dari semua Menteri Pendidikan yang saya
kenal, hanya Daoed Joesoef yang punya konsep jelas
dan berani mempertahankannya di tengah permusuhan,
manipulasi penguasa Orde Baru, dan oposisi di luar itu.
Saya juga cenderung ragu untuk bisa berharap dari
birokrat yang umumnya tak ingin mengguncang perahu
apa pun untuk perubahan.
Tapi berangsur-angsur, saya menemukan beberapa hal
yang membuat pandangan saya berubah.
Pertama, perdebatan dalam pertemuan-pertemuan
itu cukup terbuka, terus terang, tak jarang sengit—dan
pihak Kementerian tetap terbuka untuk dikritik. Pelbagai
perumusan tentang Kurikulum 2013 berkembang terus
karena pendapat positif dan negatif yang diterima.
Kedua, saya merasa bahwa proses perumusan itu
banyak menimbulkan salah paham—dan mendorong saya
lebih saksama menyimak.
Di hari-hari awal saya menjadi “narasumber”, pada suatu
pagi saya menerima sebuah pesan pendek dari seorang
teman. Ia mendapat informasi bahwa dalam Kurikulum
2013 bahasa Inggris tak akan diajarkan—bahkan ada
pejabat yang menyebutnya “haram”.
Ini mengagetkan, karena saya tahu tim perumus tak
mengharamkan bahasa Inggris. Yang ditentukan: ia bukan
mata pelajaran wajib.
Lebih masuk akal adalah rasa cemas orang di luar akan
hilangnya mata pelajaran ilmu pengetahuan alam. Sebuah
koran luar negeri bahkan menilai kurikulum yang sedang
disiapkan itu akan membawa Indonesia ke abad gelap:
pelajaran agama ditambah jamnya, sementara pelajaran
sains ditiadakan.
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
179
Tentang Kurikulum 2013
Memang sebuah kesalahan jika pelajaran agama
diintensifkan—terutama bila ajarannya doktriner—karena
mengira generasi muda akan lebih berakhlak dengan
cara itu. Hari-hari ini terbukti bahwa tak ada korelasi
yang konsisten antara pengetahuan agama seseorang dan
akhlaknya.
Tapi memang akhirnya tergantung bagaimana agama
diajarkan. Saya cemas jika kompetensi seorang siswa dalam
beragama (dan berbudi pekerti) diukur dari banyaknya juz
Quran yang dihafalnya.
Tapi, ketika saya baca dokumen terakhir dari
Kementerian, saya sedikit lega. Kompetensi dasar dalam
agama Islam dirumuskan, antara lain, “Menunjukkan
perilaku jujur dalam kehidupan sehari-hari sebagai
implementasi dari pemahaman Q.S. At-Taubah (9):
119 dan Q.S. Lukman (31): 14 serta hadis terkait”. Juga:
“Menunjukkan sikap semangat melakukan penelitian
di bidang ilmu pengetahuan sebagai implementasi dari
pemahaman dan perkembangan Islam di dunia”.
Di sini saja tampak tak ada pelecehan terhadap ilmu.
Dalam perdebatan yang saya ikuti, dapat saya simpulkan
bahwa ilmu pengetahuan alam sebagai mata pelajaran
memang tak akan ada (sampai dengan kelas IV atau,
kalau tidak, sampai dengan kelas VI sekolah dasar),
tapi kompetensi untuk itu tetap dikembangkan. Dalam
proses itu, bahasa Indonesia diajarkan sebagai sarana
mengobservasi, bertanya, mengumpulkan informasi,
menganalisis, dan mengkomunikasikan temuan tentang
gejala-gejala alam—satu bagian awal dari pendidikan sains.
Hal itu agaknya sejalan dengan kompetensi dasar umum
yang jadi tujuan Kurikulum 2013. Dalam dokumen yang
saya terima dirumuskan: “Mengembangkan kreativitas,
rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan
180
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tentang Kurikulum 2013
untuk membentuk critical minds yang perlu untuk hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat”.
***
Tak semua perumusan dalam dokumen itu melegakan.
Banyaknya “agama” disebut bisa menimbulkan kesan
bahwa yang disiapkan Kementerian adalah sebuah generasi
yang tak akan punya kemungkinan melahirkan seorang
Stephen Hawking, ilmuwan yang ulung menyimpulkan
bahwa Tuhan tak diperlukan dalam penciptaan alam
semesta.
Tentu saja, bukan mustahil akan ada seorang ilmuwan
atheis dari sekolah-sekolah kita. Tak ada kementerian yang
bisa mencegah kemungkinan itu. Tapi saya maklum: sebuah
kurikulum yang disiapkan pemerintah tak akan bisa lepas
dari hegemoni nilai di masyarakat. Hari-hari ini hegemoni
itu ada pada agama.
Agar hegemoni itu tak berarti ketertutupan, agama harus
hadir sebagai sesuatu yang inspiratif dan membebaskan,
bukan cuma preskriptif dan mengitimidasi pemikiran.
Saya belum menganggap Kurikulum 2013 akan
membawa kreativitas, imajinasi, dan sikap kritis beku karena
diintimidasi. Tapi memang beberapa perumusan dalam
dokumen ini memberi kesan keagamaan yang berlebihan.
Kalimat-kalimat untuk kompetensi dasar bahasa
Indonesia, misalnya. Ketiga frasa awalnya dimulai dengan
kata-kata “mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan
bahasa Indonesia…”. Sebuah repetisi yang tak perlu,
seakan-akan para perumusnya tak yakin akan efek katakata mereka sendiri.
***
Dalam ceramahnya di Komunitas Salihara bulan lalu,
konseptor utama Kurikulum 2013, Abdullah Alkaff—
ilmuwan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember—
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
181
Tentang Kurikulum 2013
mengemukakan sesuatu yang menarik: menurut penelitian
paling baru, kecerdasan seseorang tak akan bisa banyak
dikembangkan. Faktor genetik menentukan. Tapi yang bisa
berkembang adalah kreativitas. Kurikulum 2013 bertujuan
mengembangkannya.
Saya tak punya bantahan buat itu—meskipun bukannya
saya tak punya keraguan, malah waswas. Perubahan
kurikulum perlu persiapan yang matang. Penggunaan
metode “thematik-integratif ” yang akan dipakai dalam
Kurikulum 2013—meskipun sudah banyak dipakai di
sekolah-sekolah “elite” di Indonesia—perlu waktu.
Konon, di Inggris dan Singapura perlu percobaan selama
tiga tahun.
Belum lagi bagian persiapan yang strategis: penulisan
buku yang digunakan guru dan murid. Dari informasi yang
saya dapat, persiapan buku ini tidak memuaskan. Terlalu
pendek masa pengolahannya, terlalu terbatas penulis yang
mampu menerjemahkan metode dan isi yang diajarkan.
Maka agaknya kita harus bersabar—juga dalam
menyiapkan dan memberikan kritik. Yang agak
menggembirakan ialah bahwa meskipun Kurikulum 2013
akan diterapkan tahun ini—karena tahun 2014 akan jadi
tahun politik dan pertimbangan sehat bisa tak berlaku—
jumlah sekolah yang akan menerapkannya, sepanjang yang
saya dengar, cuma 6.000. Setapak demi setapak ini penting,
sambil memperbaiki apa saja yang masih timpang.
Menteri Nuh orang yang mampu dan punya komitmen
untuk memperbaiki pendidikan sekolah kita. Tapi pelajaran
pahit dalam ujian nasionla yang kacau tempo hari bisa
jadi caveat: aparat yang ada di kementerian mana pun di
Republik Indonesia mengharuskan siapa pun, bahkan
Presiden, bersiap mengatasi salah urus di bawah dan di
sekitarnya. (Majalah Tempo, 27 Mei - 2 Juni 2013)
182
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
183
184
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Epilog
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
185
186
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menghindari
Penyakit dan
Memperkuat Nilai
Moral
ADA tiga penyakit di masyarakat yang karenanya
bangsa mana pun dan dimana pun, tidak akan mampu
bersaing. Ketiga penyakit itu adalah (i) kemiskinan; (ii)
ketidaktahuan; dan (iii) keterbelakangan beradaban.
Ibarat tubuh, agar tahan terhadap berbagai macam
penyakit, haruslah daya imunitasnya ditingkatkan, satu di
antaranya adalah melalui vaksinasi. Nah pendidikan adalah
salah satu bentuk ”vaksin” agar terhindari dari tiga penyakit
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
187
Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral
yang ada di masyarakat.
Selain sebagai ”vaksin”, pendidikan juga merupakan
elevator sosial untuk dapat meningkatkan status sosial.
Dua hal inilah yang juga menjadi bahan pertimbangan
kenapa Pemerintah seolah berkejaran dengan waktu
didalam mengimplementasikan Kurikulum 2013. Karena
bangsa ini, dengan segala kekiniannya, memerlukan vaksin
dan elevator sosial itu.
Perlu ditegaskan, karena begitu pentingnya Kurikulum
2013 ini, maka kita sepakat, kurikulum ini bukan kurikulum
program Kemdikbud, tapi kurikulum yang menjadi
program Pemerintah.
Kita ingin, Kurikulum 2013 bukan hanya untuk
menghindari penyakit, tapi juga dapat menjadi bagian
dari penerapan pendidikan karakter. Kini penerapan
pendidikan karakter dalam kerangka membentuk insan
yang bermartabat dan berwibawa, dinilai masih gagal.
Maraknya kasus kekerasan seksual terhadap anak
usia sekolah dan kenakalan remaja menjadi salah satu
indikatornya.
Komisi Nasional Perlindungan Anak melansir kasus
kekerasan seksual terhadap anak yang terjadi di sekolah
persentasenya nomor dua setelah kekerasan seksual
terhadap anak di rumah. Berdasarkan data kasus aduan
kekerasan terhadap anak selama 2012, dari 2.637 aduan
yang masuk, sekitar 60 persennya merupakan kasus
kekerasan seksual.
Kondisi yang memprihatinkan itu makin mendesak
pentingnya pemerintah harus segera melakukan evaluasi
yang komprehensif terkait pelaksanaan pendidikan
karakter atau muatan moral yang mengejewantahkan
sistem pendidikan nasional kita.
Penguatan moral anak bangsa adalah tujuan pendidikan
188
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral
nasional yang hakiki. Jika tawuran pelajaran masih marak,
kekerasan seksual di kalangan siswa terus meningkat, maka
pemerintah dinilai belum berhasil menyelenggarakan
pendidikan nasional. Karena itu, evaluasi pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah sangat berguna untuk
memastikan persiapan implementasi pendidikan karakter
dalam Kurikulum 2013.
Dalam berbagai kesempatan, Mendikbud Mohammad
Nuh menyatakan, pendidikan karakter dan budi pekerti
mendapat perhatian khusus dalam Kurikulum 2013.
Output kurikulum 2013 adalah mencetak siswa yang
berkarakter. Karena itu, menjadi sangat penting semua
aspek kependidikan dan pengajaran dicermati dan dikaji
secara mendalam oleh Kemendikbud sebelum Kurikulum
2013 dijalankan.
Mengapa demikian? Karena Pendidikan Karakter
meliputi dua aspek yang dimiliki manusia, yaitu aspek ke
dalam dan aspek keluar. Aspek ke dalam atau aspek potensi
meliputi aspek kognitif (olah pikir), afektif (olah hati), dan
psikomotor (olah raga). Aspek ke luar yaitu aspek manusia
dalam konteks sosiokultur dalam interaksinya dengan
orang lain yang meliputi interaksi dalam keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Masing-masing aspek memiliki ruang yang
berisi nilai-nilai pendidikan karakter.
Kurikulum sebagai komponen penting dalam
pendidikan harus memiliki tujuan dan sasaran yang akan
dicapai, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran,
bentuk dan kegiatan belajar dan mengajar, dan akhirnya
evaluasi hasil belajar. Dan seperti ditegaskan Mendikbud
bahwa dalam Kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada
keluaran yang memiliki karakter.
Kemudian dalam penerapan Kurikulum 2013 nilai-nilai
pendidikan karakter pun dijabarkan, sehingga diperoleh
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
189
Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral
deskripsinya. Deskripsi beguna sebagai batasan atau
tolok ukur ketercapain pelaksanaan nilai-nilai pendidikan
karakter di sekolah. Sejumlah nilai-nilai pendidikan
karakter kemudian didiskripsikan, seperti religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai,
gemar membaca, peduli lingkungan, serta peduli sosial dan
tanggung Jawab.
Selain itu, upaya penambahan jam mata pelajaran agama
dari dua jam menjadi 4 jam dimaksudkan agar karakter dan
moral siswa menjadi lebih baik untuk menjadi manusia
yang beretika.
Kemendikbud selama ini merekam semua keluhan
masyarakat. Mereka mengeluh mulai dari mapel yang terlalu
banya, kurikulum kurang berkarakter, hingga pendidikan
anti korupsi. Masukan-masukan itulah yang kemudian
dirangkum dan akan diimplementasikan pada kurikulum
2013 berbasis karakter ini.
Sejak Indonesia merdeka, sudah terjadi beberapa kaliu
perubahan terhadap kurikulum. Pertama, 1947 disebut
Rencana Pelajaran : Dirinci Dalam Rencana Pelajaran
Terurai. Kedua, 1964 Rencana Pendidikan Dasar.
Ketiga, 1968 Kurikulum Sekolah Dasar. Keempat, 1974
Kurikulum PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan).
Kelima, 1975 Kurikulum Sekolah Dasar. Keenam, Desain
Kurikulum 1984. Ketujuh, Desain Kurikulum 1994.
Kedelapan, 1997: Revisi Kurikulum 1994. kesembilan,
2004 : Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Kesepuluh, 2006: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kesebelas, Kurikulum 2013.
Meski sudah sebanyak imengalami perubahan, sejarah
mencatat bahwa setiap perubahan kurikulum yang terjadi
190
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral
tersebut belum pernah mampu menciptakan perbaikan
terhadap sistem pendidikan nasional secara mendasar dan
berdampak positif secara signifikan, apalagi membawa
keunggulan yang mampu mengangkat citra positif yang
ditandai dengan semakin meningkatnya mutu pendidikan
di Indonesia.
Melalui rumusan perubahan menjadi Kurikulum 2013
ini diharapkan menjadi Harapan Baru seluruh komponen
bangsa besar ini di tengah kehidupan yang penuh tantangan.
Mendikbud menegaskan, rumusan tujuan pendidikan itu
indah sekali, yaitu untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, berakhlak mulia
dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa. Disamping
juga mendidik peserta didik menjadi berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang baik serta
bertanggung jawab.
Pendidikan agama merupakan hal sangat penting karena
menyangkut karakter dan moral bangsa. Selain itu, kunci
pendidikan karakter adalah role model, teladan dari orang
terdekat anak/siswa seperti guru di sekolah, orang tua dan
saudara di rumah, serta orang – orang di lingkungan anak
tinggal.
Itulah sebabnya, pemerintah melalui Kemendikbud
akan menyiapkan peningkatan kuliatas karakter guru,
melatih mereka agar mampu memberikan contoh dan
teladan baik yang nyata bagi anak. Jika sikap atau karakter
sudah baik tentu akan mampu menjadi pembelajar yang
baik pula.
Walhasil, alasan perubahan dan rencana implementasi
Kurikulum 2013 sangat masuk akal dan menawarkan
harapan yang cukup menjanjikan yaitu perubahan menuju
ke arah yang lebih baik.
Itulah antara lain aspek-aspek keunggulan yang
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
191
Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral
ada dalam Kurikulum 2013 – menjadi harapan untuk
menghasilkan output yang paripurna -- yang semata-mata
dimaksudkan demi peningkatan kualitas dan kemajuan
generasi Indonesia masa depan.
Tentu selain Kurikulum 2013, sebagaimana UUD 1945
mengamanatkan, tiap warga negara wajib mengenyam
pendidikan dasar, dan negara wajib mengelolanya, maka
pemerintah pusat dan daerah, bersama-sama masyarakat,
terus berusaha memenuhi amanat tersebut melalui
pembangunan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia,
termasuk di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal).
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan
Beasiswa Siswa Miskin (BSM), dimana mulai tahun pelajaran
2013 ini bersamaan dengan implementasi Kurikulum 2013,
BOS juga akan diberikan di jenjang pendidikan menengah,
melalui program pendidikan menengah universal (PMU).
Melalui program inilah, tidak ada lagi alasan bagi anak
dari keluarga tidak mampu untuk tidak bisa mengenyam
pendidikan atau putus sekolah.
Semua itu dilakukan untuk meningkatkan akses
seluas-luasnya bagi anak bangsa ini di dalam mengenyam
pendidikan, yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari upaya memanfaatkan bonus demografi (demographic
dividend), dimana pada pada periode tahun 2010 sampai
2035, potensi sumber daya manusia berupa populasi usia
produktif jumlahnya luar biasa.
McKinsey Global Institute (September 2012) mera­
malkan, bahwa pada 2030, secara ekonomi, Indonesia akan
menjadi kekuatan nomor tujuh di dunia, dan pada tahun
itu, kita membutuhkan sedikitnya 113 juta tenaga kerja
terampil. Dari mana dan bagaimana kita menyiapkannya?
Jawabnya salah satunya melalui dunia pendidikan, melalui
kurikulum.
192
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Menghindari Penyakit dan Memperkuat Nilai Moral
Khusus berkait dengan Kurikulum 2013, Pemerintah
telah menetapkan, bahwa mulai tahun pelajaran 2013
(Juli 2013), akan diimplementasikan secara bertahap dan
terbatas.
Kualitas dan akses, memang menjadi titik perhatian
Kementerian didalam menyusun rencana kerja dan
anggaran. Kita tidak ingin keterbatasan ekonomi menjadi
penghalang untuk meraih cita-cita bagi keluarga tidak
mampu. Itu sebabnya peruntukkan bantuan siswa miskin,
terus ditingkatkan sasaran maupun jumlah nominalnya. [ ]
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
193
194
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Lampiran
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
195
196
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
197
198
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
199
200
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
201
202
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
203
204
Tanya-Jawab Kurikulum 2013
Download