i. pendahuluan

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu jenis komoditas perikanan air
tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Permintaan pasar untuk ikan Nila merah sangat
tinggi, karena spesies tersebut memiliki daging yang gurih dan tebal. Nila merah merupakan
produk ekspor sepuluh besar di bidang perikanan Indonesia. Hal tersebut menjadikan Nila
merah dibutuhkan dalam jumlah besar baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun pasar
ekspor. Budidaya nila merah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut (Khairuman dan Amri, 2007).
Nila merah merupakan spesies yang di introduksi dari Taiwan, dan mulai dikenal di
Indonesia pada tahun 1981. Nila merah merupakan hasil persilangan antara strain
Oreochromis mossambicus yang berwarna oranye kemerahan dengan Oreochromis sp
berwarna merah. Nila merah merupakan salah satu jenis ikan yang mudah beradaptasi pada
perubahan lingkungan cukup tahan terhadap serangan penyakit. Menurut Suyanto (2001),
budidaya ikan nila merah dapat dilakukan di perairan tawar hingga payau. Kegiatan budidaya
tersebut memerlukan pengelolaan dan penanganan pengendalian penyakit, sehingga hasil
produksi dapat berlangsung optimal.
Serangan penyakit merupakan suatu kendala yang dapat menurunkan laju
produktifitas budidaya perikanan. Menurut Park (2009), Streptococcosis yang disebabkan
oleh bakteri Streptococcus sp. merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang ikan
nila dan dapat meningkatkan mortalitas ikan hingga lebih dari 50%. Penyakit tersebut
menyerang saat terjadi fluktuasi suhu yang signifikan, sehingga kondisi daya tahan tubuh
ikan menurun. Menurut Irianto (2004), bakteri Streptococcus sp. masuk kedalam tubuh ikan
melalui sistem pencernaan. Gejala awal yang timbul dari serangan bakteri tersebut adalah
perut ikan akan tampak membesar. Bakteri akan masuk ke dalam aliran darah hingga
mencapai ginjal. Hal tersebut menyebabkan ginjal ikan nila yang terserang penyakit
Streptococcosis akan terlihat pucat dan membengkak. Ikan nila akan menunjukan gerakan
renang berputar – putar (whirling) saat bakteri Streptococcus sp. menginfeksi sistem syaraf
1
otak. Gejala penyakit tersebut dapat juga dilihat dari pembengkakan dan pendarahan pada
mata ikan (exophtalmia).
Penanganan yang sering dilakukan oleh para pembudidaya ikan untuk mengatasi
serangan penyakit Streptococcosis adalah dengan aplikasi antibiotik, yang dianggap praktis
dan efisien biaya. Hal tersebut akan berdampak negatif untuk waktu ke depan, dimana residu
dari antibiotik tersebut berpotensi mencemari lingkungan dan dapat meningkatkan resisten
penyakit terhadap antibiotik yang diberikan. Menurut Park (2009), vaksinasi adalah salah satu
upaya alternatif pengganti antibiotik dalam menanggulangi serangan bakteri Streptococcus
sp. Sistem kekebalan tubuh ikan yang telah divaksin akan meningkat apabila terserang bakteri
tersebut. Aplikasi vaksinasi tersebut membutuhkan suatu material antigen yang dapat diambil
dari salah satu bagian bakteri tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan isolat murni dari bakteri Streptococcus sp.
yang terdapat pada ikan nila merah. Sampel ikan berasal dari Waduk Kedung Ombo, Waduk
Gadjah Mungkur, dan Waduk Wadas Lintang. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis
bakteri Streptococcus sp. pada ikan Nila merah yang hidup dibeberapa daerah. Bakteri yang
telah didapat kemudian diisolasi untuk menghasilkan kultur murni sehingga teknik
identifikasi dapat lebih mudah dilakukan. Menurut Cowan (1974), identifikasi merupakan
kegiatan mengamati ciri spesifik dari suatu organisme yang belum diketahui namanya, untuk
kemudian dibandingkan kesamaannya dengan organisme lain yang telah diketahui namanya.
Isolat murni yang telah teridentifikasi akan digunakan sebagai bahan antigen dalam
pembuatan vaksin penyakit Streptococcosis.
2
B. Tujuan
1. Mengetahui jenis bakteri Streptococcus sp. pada ikan nila merah yang hidup di Waduk
Kedung Ombo, Gadjah Mungkur, dan Wadas Lintang.
2. Mendapatkan isolat murni dari bakteri Streptococcus sp.
C. Manfaat
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai jenis bakteri
Streptococcus sp. yang terdapat pada ikan nila merah dari Waduk Kedung Ombo, Gadjah
Mungkur, dan Wadas Lintang.
2. Informasi tentang penyakit Streptococcosis diharapkan dapat membantu dalam
penanggulangan awal dan manajemen penyakit pada ikan nila merah.
3
D. Tinjauan Rujukan
1. Biologi Ikan Nila Merah
Klasifikasi nila merah (Oreochromis sp.) menurut Saanin (1968) adalah sebagai
berikut :
Phylum
: Chordata
Class
: Pisces
Subclass
: Teleostei
Ordo
: Percomorphi
Sub Ordo
: Percoidea
Famili
: Cichlidae
Genus
: Oreochromis
Spesies
: Oreochromis sp.
Nila merah memiliki bentuk badan agak pipih ke samping dan bentuk kepalanya
relatif lancip dengan garis punggung yang membusur. Mulut ikan nila merah terletak di ujung
kepala dan tampak sedikit condong ke bawah. Mata berukuran sedang, sedikit menonjol, dan
terdapat hiasan berwarna putih kekuningan di sekeliling pupilnya. Warna tubuh ikan nila
merah pada umumnya jingga kekuning – kuningan hingga putih kusam, dengan warna tubuh
bagian punggung lebih tua dibandingkan warna tubuh bagian samping dan perut (Rochdianto,
2000). Menurut Rustadi et al., (1994), nila merah merupakan ikan hibrida yang dihasilkan
dari persilangan antara Oreochromis mosambicus berwarna oranye kemerahan dengan nila
hitam (Oreochromis niloticus). Menurut Khairuman (2007), nila merah merupakan keluarga
Cichlidae yang dapat hidup di daerah dengan ketinggian 0 – 1.000 m dari permukaan laut.
Nila merah memiliki toleransi untuk hidup di perairan dengan kadar oksigen terlarut berkisar
antara 3 – 5 ppm, pH antara 6,5 – 8,5 dan kadar karbondioksida bebas berkisar antara 15 – 30
ppm. Suhu air optimal untuk kehidupan nila merah yaitu berkisar antara 25 – 30 °C. Menurut
Kordi (2004), suhu air merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi daya tahan tubuh
ikan terhadap serangan penyakit.
4
2. Biologi Bakteri Streptococcus sp.
Streptococcus sp. merupakan jenis bakteri Gram positif, dimana dinding selnya terdiri
dari lapisan peptidoglikan dan asam teikoat. Struktur dinding sel pada bakteri Streptococcus
sp. yang sederhana tersebut memungkinkan masuknya senyawa atau partikel besar seperti
senyawa bioaktif (Supriyadi et al., 2005).
Menurut Donatus (2001), dinding sel sangat berperan dalam transpor zat – zat yang
keluar masuk ke dalam sel. Bakteri Gram negatif memiliki dinding sel yang mengandung
lipida bersifat ampifatik, dimana satu bagian bersifat hidrofob dan bagian lainnya bersifat
hidrofil. Hal tersebut menyebabkan molekul lipida secara spontan dapat tersusun dalam suatu
bentuk lapisan ganda. Lapisan ganda tersebut memungkinkan dinding sel dapat berfungsi
sebagai penyaring yang semi – permiabel dalam proses penyerapan suatu zat yang berasal
dari luar sel. Dinding sel akan menyaring secara selekif senyawa atau partikel yang akan
masuk kedalam sel bakteri. Dinding sel pada bakteri gram positif memiliki kadar lipid yang
lebih rendah, sehingga memudahkan partikel zat dari luar masuk kedalam sel bakteri tersebut.
Bakteri Streptococcus sp. memiliki bentuk bulat atau coccus dan umumnya dijumpai dengan
kumpulan sel yang membentuk rantai pendek. Bakteri tersebut memiliki diameter 0,6 – 0,9
µm, bersifat non motil, non acid fast, tidak membentuk kapsul atau spora, dan dapat tumbuh
pada rentang suhu berkisar antara 10 – 45 °C (Sarono, 1993). Menurut Schapercalus (1991),
hasil uji biokimia dari beberapa isolat bakteri Streptococcus sp. keseluruhan isolat tersebut
menunjukan sifat katalase negatif dan fakultatif aerob.
Bakteri Streptococcus sp. termasuk bakteri yang resisten terhadap berbagai antibiotik
yang secara umum digunakan secara terus – menerus pada berbagai pengobatan penyakit
bakterial. Menurut Park (2009), isolat bakteri spesies S.parauberis memiliki tingkat resistensi
tinggi terhadap tetracyclin dan erythromycin. Daya resistensi terhadap antibiotik tersebut
diujikan melalui metode multiplex PCR assays serta analisa sequencing.
5
3. Gejala Serangan Streptococcosis dan Penanggulangan
Penyakit merupakan kendala utama dalam usaha budidaya perikanan. Tingginya padat
tebar pada area pemeliharaan yang terbatas dan tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan
menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Hal tersebut menyebabkan daya tahan tubuh
ikan menjadi menurun. Tingginya padat tebar ikan dan meningkatnya populasi penyakit
menyebabkan ikan semakin rentan terhadap serangan penyakit (Irianto, 2004).
Salah satu
jenis bakteri penyebab penyakit pada ikan adalah Streptococcus sp. yang termasuk dalam
famili Streptococcacea. Wabah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp.
umumnya menyerang budidaya ikan air tawar khususnya pada ikan Nila. Penyakit yang
disebabkan oleh serangan bakteri tersebut disebut Streptococcosis (Sarono et al., 1993).
Menurut Shoemaker et al., (2001), kerugian ekonomi yang disebabkan oleh wabah penyakit
Streptococcosis mencapai 100 juta US dolar per tahun. Tingginya dampak akibat serangan
bakteri Streptococcus sp. menjadi perhatian lebih lanjut untuk menanggulangi wabah
penyakit tersebut, terutama tindakan pencegahan dan diagnosa awal. Menurut Supriyadi
(2005), Pengetahuan tentang pencegahan penyakit serta diagnosa sejak awal akan
menentukan keberhasilan budidaya ikan dalam menghindari suatu serangan penyakit.
Penyakit Streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. merupakan
salah satu penyakit yang sering menyerang ikan nila dan dapat meningkatkan mortalitas ikan
hingga lebih dari 50%. Penyakit tersebut menyerang saat terjadi fluktuasi suhu yang
signifikan, sehingga kondisi daya tahan tubuh ikan menurun. Isolat dari beberapa jenis
bakteri Streptococcus sp. merupakan jenis yang resisten terhadap antibiotik (seperti :
oxytetracyclin, erythromycin, penicillin, tetracyclin, macrolides, cephalosporin dan
quinoline). Diagnosa ikan yang terserang penyakit tersebut dilakukan secara definitif melalui
uji sifat – sifat biokimia dari patogen. Diagnosa tersebut akan memberikan informasi tentang
karakteristik bakteri secara spesifik, sehingga dapat menentukan teknik penanggulangan
selanjutnya. Pengamatan gejala serangan penyakit Streptococcosis secara eksternal dapat
diamati melalui kondisi organ tubuh dan gerakan renang ikan.
6
Menurut Irianto (2004), bakteri Streptococcus sp. masuk kedalam tubuh ikan melalui
sistem pencernaan. Gejala awal yang timbul dari serangan bakteri tersebut adalah perut ikan
akan tampak membesar. Bakteri akan masuk kedalam aliran darah hingga mencapai ginjal.
Hal tersebut menyebabkan ginjal ikan nila yang terserang penyakit Streptococcosis akan
terlihat pucat dan membengkak. Ikan nila akan menunjukan gerakan renang berputar – putar
saat bakteri Streptococcus sp menginfeksi sistem syaraf otak. Gejala penyakit tersebut dapat
juga dilihat dari pembengkakan dan pendarahan pada mata ikan.
4. Isolasi dan Identifikasi
Identifikasi merupakan salah satu bagian dari taksonomi. Identifikasi terdiri dari
kegiatan pengamatan terhadap ciri – ciri spesifik organisme yang telah diketahui namanya,
dan pengamatan terhadap ciri – ciri organisme yang belum diketahui namanya. Hal tersebut
dilanjutkan dengan membandingkan kedua karakter dari organisme yang berbeda tersebut
untuk mencari persamaannya (Cowan, 1974).
Menurut Feliatra (2004), keberhasilan identifikasi bakteri sangat dipengaruhi oleh
kondisi bakteri. Kegiatan identifikasi dilakukan pada bakteri yang telah dimurnikan atau
berasal dari kultur murni. Hal tersebut dapat diperoleh melalui proses isolasi bakteri untuk
mendapatkan isolat yang benar – benar murni. Menurut Lim (2009), pengujian sifat biokimia
dan patogenisitas dapat dilakukan untuk kegiatan identifikasi suatu jenis bakteri.
Patogenisitas merupakan kemampuan suatu bakteri untuk menyebabkan penyakit
pada inang atau organisme lainnya. Bakteri patogen memiliki tingkat patogenisitas yang
berbeda. Faktor yang mempengaruhi tingkat patogenisitas bakteri antara lain berupa : dinding
sel (LPS atau Peptidoglikan), filli, flagella, produksi enzym, gen virulen, eksotoksin,
endotoksin, dan kapsul. Patogenisitas tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan bakteri
dalam memproduksi enzym, toksin, cara mengatasi ketahanan inang, maupun kecepatan
perkembangbiakan bakteri tersebut (Kamiso, 1996).
7
Menurut Lim (2009), bakteri Streptococcus sp. menyerang inang melalui sistem
pencernaan hingga kedalam ginjal. Sampel organ yang digunakan untuk keperluan isolasi
bakteri tersebut dapat diperoleh dari saluran pencernaan, namun pada umumnya isolasi
bakteri Streptococcus sp. diperoleh dari otak ikan dan bagian tubuh yang terluka.
5. Budidaya KJA Dalam Waduk
Nila merah merupakan salah satu komoditas budidaya yang sering dibudidayakan
dalam keramba jaring apung. Pemanfaatan perairan waduk sebagai area budidaya ikan telah
dilakukan secara luas. Perkembangan budidaya ikan tersebut mengarah kepada usaha
intensifikasi dengan padat tebar tinggi dan pakan buatan berupa pelet. Menurut Poernomo
(1988), limbah organik yang dihasilkan dari kegiatan budidaya cukup tinggi dan dapat
menimbulkan penurunan kualitas air. Aspek kualitas air merupakan variabel yang sangat
penting dalam keberhasilan kegiatan budidaya ikan.
Kepadatan populasi yang tinggi dan penurunan kualitas air merupakan salah satu
penyebab terjadinya penyakit. Daya tahan non spesifik dari tubuh ikan menjadi menurun, dan
penyakit akan lebih mudah untuk menginfeksi. Pengelolaan mutu air diperlukan untuk
mencegah penanggulangan penyakit (Ahmad, 1992). Penyakit Streptococcosis terjadi pada
saat suhu udara mengalami perubahan yang signifikan. Hal tersebut menimbulkan
kemungkinan yang lebih buruk ketika populasi ikan terlalu tinggi, sehingga penularan
penyakit berlangsung lebih cepat (Kordi, 2004).
Penularan penyakit Streptococcosis dapat melalui kontak langsung dengan inang
yang sakit, pakan atau benda yang telah terkontaminasi, dan melalui media aliran air (Irianto,
2004). Budidaya ikan dalam keramba jaring apung memiliki karakteristik yang terbuka dan
sangat dipengaruhi oleh kondisi alam. Potensi penularan penyakit yang lebih luas melalui
aliran air sangat tinggi, dan sulit untuk dihindari. Hal tersebut membutuhkan penanganan
yang lebih serius, karena dampak kerugian yang muncul akan lebih besar dibandingkan pada
usaha budidaya yang dilakukan di dalam kolam atau tambak. Tindakan pencegahan
merupakan aplikasi yang tepat untuk menghindari serangan wabah penyakit. Menurut Park
(2009), aplikasi vaksin sebagai zat yang mempengaruhi peningkatan daya imunitas spesifik
8
ikan merupakan tindakan tepat untuk menghindari serangan suatu penyakit, dibandingkan
dengan penggunaan antibiotik.
9
Download