1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor budidaya

advertisement
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor budidaya perikanan di Indonesia hingga saat ini masih terus
berkembang. Upaya peningkatan produksi
perikanan dilakukan dengan
membudidayakan ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan nila
(Oreochromis sp.) merupakan ikan yang memiliki prospek yang baik jika
ditinjau dari segi produksi maupun dari segi pemasaran. Prospek ikan nila
ditinjau dari segi produksi cukup menjanjikan, karena pemeliharaannya yang
tidak terlalu sulit, pertumbuhan cepat, dan memiliki daya tahan terhadap
penyakit relatif lebih baik dibandingkan dengan ikan jenis lain. Ditinjau dari
segi pemasaran, ikan nila memiliki nilai ekonomis tinggi karena tingginya
permintaan dari pasar lokal maupun luar negeri. Ikan nila yang sekarang
banyak dibudidayakan di masyarakat sudah mengalami penurunan kualitas,
pertumbuhan yang lambat dan konversi pakan yang tinggi.
Permintaan ikan nila semakin meningkat, oleh sebab itu perlu
diadakannya usaha budidaya yang berkesinambungan dalam berbagai aspek.
Budidaya ikan nila saat ini terkendala oleh faktor ketersediaan benih ikan nila
yang belum mencukupi kebutuhan pasar dalam segi kualitas maupun kuantitas.
Kualitas benih yang ada di masyarakat saat ini pertumbuhannya yang lambat,
mortalitas tinggi, dan mudah terserang penyakit.
Peningkatan produksi hasil budidaya ikan nila memerlukan strategi
untuk menghasilkan benih yang unggul. Pengadaan benih ikan yang bermutu
dapat dilakukan dengan meningkatkan perbaikan kualitas benih.Upaya
perbaikan kualitas induk ikan nila harus dilakukan agar diperoleh benih yang
memiliki kualitas unggul. Perbaikan kualitas ikan nila dapat dilakukan dengan
penangkaran
induk
berkualitas
dan hibridisasi
(outbreeding)
ataupun
melakukan kombinsasi antara keduanya (Sumantadinata, 1997). Hibridisasi
1
merupakan perkawinan antar jenis (dalam satu famili) atau antar strain dalam
satu jenis ikan, yang bertujuan untuk mendapat ikan hibrid yang memiliki
kualitas lebih baik dari induknya. Hibridisasi dapat meningkatkan kekebalan
tubuh ikan terhadap suatu penyakit. Hasil hibridisasi dapat menghasilkan warna
tubuh (fenotip) yang bervariasi dari induknya sehingga warna tubuh dapat
digunakan sebagai penciri suatu suatu strain.
Strain ikan nila memiliki potensi genetik yang baik serta didukung dengan
lingkungan budidaya yang tepat akan menghasilkan produktivitas yang lebih baik
dibandingkan dengan strain ikan nila dengan potensi genetik jelek (Noor, 2000).
Rekayasa hibridisasi ikan nila terbukti mampu meningkatkan keragaman genetik
yang dapat menghasilkan ikan nila yang unggul dalam pertumbuhan dan karakter
warna yang baik.
Nila Larasati keluaran tahun 2009 merupakan hasil kawin silang antara
Nila Hitam F3 strain Gift (betina) dengan Nila Albino F3 strain Singapura
(jantan). Pada tahun 2012, proses pemuliaan nila telah menghasilkan induk
betina hitam F5 dan induk jantan albino F5 yang disebut Kunti dan Pandu.
Persilangan antara Nila Pandu dan Nila Kunti dilakukan untuk menghasilkan
benih sebar Nila Larasati F5.Nila Larasati F5 yang dihasilkan perlu diteliti
terlebih dahulu agar diketahui kualitas yang dimiliki oleh Nila Larasati F5
dibandingkan dengan tetuanya.
Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui keunggulan atau
kelemahan Nila Larasati ,hasil persilangan Nila Kunti betina dengan Nila Pandu
jantan,
dibandingkan dengan tetuanya adalah dengan menghitung nilai
heterosis. Nilai heterosis merupakan perbandingan rataan hasil keturunan dari
persilangan dibandingkan dengan rataan hasil tetuanya.Nilai heterosis bertujuan
untuk mengukur kekuatan atau kelemahan perkawinan secara hibridisasi
sehingga dapat diketahui apakah keturunan yang dihasilkan memiliki kualitas
yang yang lebih unggul atau lebih rendah dibanding induknya (Gjedrem, 2005).
2
Download