analisa penyebab kecelakaan pada kapal

advertisement
ANALISA PENYEBAB KECELAKAAN PADA KAPAL-KAPAL PENYEBERANGAN
JARAK PENDEK DAN USULAN PENINGKATAN SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATANNYA
Siti Umaiyah 1106010276
Mahasiswa S1, Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, Depok 16424
Email: [email protected]
ABSTRAK
Kapal ferry merupakan alat transportasi penyeberangan yang masih banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia. Namun sayangnya karena sistem manajemen keselamatan yang buruk sehingga mengakibatkan
banyaknya kejadian kecelakaan yang dialami oleh kapal ferry tersebut. Dari data penelitian yang didapat
sebanyak 53 % kecelakakaan diakibatkan oleh kesalahan manusia dan sisanya 47% karena faktor kesalahan
teknis. Melihat hal tersebut maka dibuatlah rekomendasi atau usulan untuk perbaikan dan peningkatan sistem
manajemen keselamatan baik dari penerapan Standar SOLAS untuk LSA CODE dan FFS CODE, adanya
pencerdasan untuk semua penumpang kapal, peningkatan kualitas awak kapal, perbaikan pada kebijakan
pemerintah, dan penting adanya Technical Officer.
Kata kunci
: Kapal penyeberangan, Kapal ferry, Kecelakaan kapal, Sistem manajemen keselamatan.
ABSTRACT
Ferry means widely crossing transport and still used by the Indonesians. Because of the poor management of
safety system, rising the number of accidents by the ferry. This study discusses the causes of the accident that
occurred at a short distance of ferry. From the research data resulting that the presentage of accident caused by
human error is 53% and caused by technical error is 47%. Thus the writer could recommend to improvement of
the safety management system application based on SOLAS standard, LSA CODE and FFS CODE, give
socialization to passengers, increasing the quality of the crew ship, improving the government policy, and the
Technical Officer is the one of the important on that.
Key words : ferry, ship accident, safety management system
1. PENDAHULUAN
Untuk mendistribusikan dari pulau satu ke
pulau yang lainnya diperlukan alat transportasi laut
yang ekonomis yaitu kapal laut, dimana kapal laut
mampu memindahkan orang ataupun barang dalam
jumlah besar. Maka kapal laut sendiri merupakan
satu-satunya alat transportasi yang masih sangatlah
dibutuhkan. Sistem transportasi dirancang guna
memfasilitasi pergerakan manusia dan barang.
Pelayanan transportasi sangat terkait erat dengan
aspek keselamatan (safety,) baik orang maupun
barangnya. Seseorang yang melakukan perjalanan
wajib mendapatkan jaminan keselamatan, bahkan
jika mungkin memperoleh kenyamanan, sedangkan
barang yang diangkut harus tetap dalam keadaan
utuh dan tidak berkurang kualitasnya ketika sampai
ditujuan. Khusus untuk penyeberangan antar
pulau kapal ferry ro-ro penumpang adalah alat
angkut yang terbaik, dimana perananya sebagai
jembatan penyeberangan haruslah dimaksimalkan.
Cuaca yang buruk, lalu lintas penyeberangan yang
begitu padat, visibilitas yang sangat kurang di
malam hari, serta umur kapal yang sangat tua
berkontribusi untuk kecelakaan kapal. Selain itu
juga ada faktor manusia yang dapat menyebabkan
kecelakaan
seperti,
kecerobohan
didalam
menjalankan kapal, kekurang mampuan awak kapal
dalam menguasai berbagai permasalahan yang
mungkin timbul dalam operasional kapal, secara
sadar memuat kapal secara berlebihan. Jenis
kecelakaan yang terjadi rata-rata adalah tenggelam,
kandas, tubrukan, kebakaran dan jenis kecelakaan
lainnya. Untuk itu perlu adanya jaminan layanan
transportasi yang dilengkapi dengan jaminan
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
keselamatan akan memberikan rasa kepastian dan
ketenangan bagi pelaku perjalanan, sehingga
kegiatan sosial ekonomi masyarakat dapat
terlindungi ketika melakukan perjalanan. Tidak
adanya jaminan rasa aman, selalu merasa was-was
baik disebagian perjalanan, maupun perjalanan
sambungannya,
ataupun
seluruh
proses
perjalanannya.
Manajemen
resiko
(Risk
assessment) adalah bagian dari SMS (Safety
Management system) yang harus diperhatikan,
karena sangat berkontribusi dalam terjadinya
Human Error , maka darinya harus selalu
diperbaiki dan dikembangkan agar meminimalisir
kejadian yang tidak diharapkan.
Tingginya kasus kecelakaan transportasi laut
yang ada diIndonesia yang terjadi selama ini harus
menjadi perhatian semua pihak yang terkait, baik
pemilik kapal, pemerintah, instansi yang terkait dan
masyarakat
yang
berperan
aktif
dalam
menanggulangi hal tersebut.
Untuk itu sangat perlu kesadaran untuk
melaksanakan standar keselamatan baik untuk
penumpang maupun crew kapal. Apabila baik
crew ataupun penumpang memiliki kesadaran
untuk melaksanakan standar keselamatan dengan
baik maka akan terjaminnya keselamatan serta
keamanan seluruh penumpang dikapal.
2. LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Kapal Ferry Ro-ro
Kapal ferry ro-ro adalah kapal yang bisa
memuat kendaraan yang berjalan masuk ke dalam
kapal dengan penggeraknya sendiri dan bisa keluar
dengan sendiri juga, sehingga disebut sebagai kapal
roll on - roll off atau disingkat Ro-Ro. Oleh karena
itu, kapal ini dilengkapi dengan pintu rampa yang
dihubungkan dengan moveble bridge atau dermaga
apung ke dermaga. Kapal Roro selain digunakan
untuk angkutan truk juga digunakan untuk
mengangkut mobil penumpang, sepeda motor serta
penumpang jalan kaki. Angkutan ini merupakan
pilihan populer antara Jawa dengan Sumatera di
Merak-Bakauheni, antara Jawa dengan Madura dan
antara Jawa dengan Bali.
Gambar. Kapal Ferry
2.2. Kecelakaan Kapal
2.2.1 Definisi Kecelakaan
Kecelakaan adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang mengakibatkan terjadinya hal-hal
berikut:
1. Kematian/hilangnya
nyawa
seseorang,
cedera/luka berat atas seseorang yang
disebabkan karena atau berkaitan dengan
kegiatan pelayaran atau operasional kapal.
2. Hilangnya seseorang dari kapal atau sarana
apung lainnya yang disebabkan karena atau
berkaitan dengan kegiatan pelayaran atau
pengoperasian kapal
3. Hilangnya, atau menghilangnya sebuah kapal
atau lebih.
4. Kerusakan material pada sebuah kapal atau
lebih.
5. Kerusakan material pada sebuah kapal atau
lebih.
6. Kandasnya atau tidak mampunya sebuah kapal
atau lebih, atau keterlibatan sebuah kapal dalam
kejadian tabrakan.
7. Kerusakan material/barang yang disebabkan
karena atau berkaitan dengan, pengoperasian
kapal.
8. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh
rusaknya sebuah kapal atau lebih, atau berkaitan
dengan pengoperasian kapal.
2.2.3 Faktor Penyebab
a. Faktor Manusia
 Kecerobohan didalam menjalankan kapal.
 Kekurang mampuan awak kapal dalam
menguasai berbagai permasalahan yang
mungkin timbul dalam operasional kapal.
 Secara sadar memuat kapal secara
berlebihan.
b. Faktor teknis
 Kekurang cermatan didalam desain kapal.
 Penelantaran perawatan kapal sehingga
mengakibatkan kerusakan kapal atau
bagian-bagian kapal yang menyebabkan
kapal mengalami kecelakaan, terbakarnya
kapal.
c. Faktor alam
 Faktor cuaca buruk; badai, gelombang yang
tinggi yang dipengaruhi oleh musim/badai,
arus yang besar, kabut yang mengakibatkan
jarak pandang yang terbatas.
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
2.3
Penerapan
Sistem
Manajemen
Keselamatan Sesuai ISM CODE
Sistim
manajemen
keselamatan
merupakan sistim yang dipersyaratkan sesuai
peraturan keselamatan International (SOLAS) yang
tertuang didalam peraturan International Safety
Management Code. SMK harus diterapkan pada
seluruh perusahaan pelayaran yang memiliki
armada kapal sesuai peraturan. Perusahaan
pelayaran secara berkala ditinjau ulang untuk
memastikan agar suatu manajemen yang efektif
tersusun dan telah diterapkan dalam organisasi
Perusahaan maupun kapal-kapalnya. Untuk
menjalankan
kegiatan
didalam
hal
ini
mengoperasikan kapal secara Aman dan mencegah
Pencemaran Lingkungan, perusahaan harus ada 4
faktor yang saling berkaitan erat antara lain :
a. Karyawan / pelaut
b. Sistim
c. Kapal
e. Manajemen
2.3.1 Pedoman Keselamatan
Daftar Pedoman Manajemen Keselamatan.
Beberapa Pedoman yang menjelaskan kebijakan
perusahaan sesuai persyaratan ISM Code harus
dibuat untuk melengkapi penerapan Kebijakan
Keselamatan dan Pencegahan Pencemaran,
contohnya :
- Pedoman Tinjau Ulang Manajemen
- Struktur Organisasi di darat dan di kapal
- Dokumentasi Manajemen Keselamatan
- Personil Di Kapal
- Pengoperasian Kapal secara aman
- Instruksi Perlindungan Lingkungan
- Perencanaan Perawatan/Pemeliharaan Kapal
- Rencana Siaga Darurat
- Rancangan Darurat Dikapal
- Tim Audit dan Fungsinya
- Pelatihan
- Sertifikasi, Verifikasi dan Kontrol
2.3.2 Prosedur Operasi Keselamatan Dan
Perlindungan Lingkungan
Daftar prosedur operasi manajemen
keselamatan dan beberapa
prosedur
yang
merupakan
dokumen
yang
menjelaskan
penerapan
kebijakan
keselamatan
dan
pencegahan pencemaran terdiri dari prosedur
untuk darat dan prosedur untuk diatas kapal,
contohnya :
a. Prosedur Darat
1. Peninjauan Ulang Manajemen
2. Prosedur Pengendalian Dokumen
3. Pengontrolan Catatan Manajemen Keselamatan
4. Kondisi Penempatan Awak Kapal
5. Syarat Pengawakan
6. Petunjuk Penilaian Awak Kapal
7. Instruksi Perawatan
8. Prosedur Penanggulangan Darurat Perusahaan
9. Prosedur Pengendalian Dokumen
10. Prosedur Audit Internal
11. Prosedur Pelatihan Staf Kantor Pusat
12. Rancangan Pelatihan Pelaut Sebelum Berlayar
b. Prosedur di Kapal
1. Prosedur di Kapal
2. Prosedur Pengontrolan Dokumen di Kapal
3. Prosedur Pengoperasion Kapal
4. Prosedur Jaga Pelabuhan
5. Operasi-operasi Khusus di Kapal
6. Prosedur Manajemen Keselamatan di Kapal
7. Prosedur Komunikasi Radio
8. Prosedur untuk Pencegahan Polusi di Laut
9. Penanggulangan Terhadap Tumpahan Minyak
10. Prosedur untuk Menerima /Memindahkan
Minyak
11. Jadwal Perawatan Berencana Diatas Kapal
12. Instruksi Perawatan untuk Permesinan dan
Peralatan Kritis
13. Tindakan Waktu Kapal Terlibat Dalam
Trubrukan
14. Penanggulangan Kapal Kandas / Terdampar
15. Tindakan Waktu Kapal Terlibat Dalam Kandas
/ Terdampar
16. Penanggulangan Kebakaran
17. Tindakan Jika Kapal Mengalami Kebakaran /
Ledakan
18. Kerusakan Mesin-mesin Dan Peralatan Kritis
19. Kerusakan Mesin Kemudi
20. Tanggapan Atas Kerusakan Peralatan Penting Kehilangan Tenaga
21. Orang Yang Terjatuh ke Laut
22. Orang-orang Yang Hilang di Laut
23. Orang Sakit atau Cidera (Apabila tidak ada
seorang dokter di kapal)
24. Tanggapan Atas Terjadinya Kecelakaan Yang
Fatal (Jika tidak ada dokter dikapal)
25. Meninggalkan Kapal
26. Menyelamatkan Kapal yang Berada Dalam
Keadaan Bahaya
27. Prosedur Pelatihan Keadaan Darurat
28. Prosedur-prosedur Audit Internal di Kapal
29. Prosedur Pelatihan di Kapal
3. METODE PENELITIAN
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
3.1 Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan metode analisa
kualitatif dari data primer dan dari data sekunder
yang didapatkan. Baik data primer dan data
sekunder didapatkan melalui beberapa metode
penelitian antara lain :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perumusan Masalah
Penulis menentukan batasan pembahasan
pada skripsi ini.
Penentuan sumber data
Penulis menentukan tempat dan sumber
penelitian sesuai dengan tema penelitian
untuk mendapatkan data primer maupun
data sekunder.
Studi Lapangan pada perusahaan kapal
ferry Merak –Bakauheni
Penulis melakukan observasi langsung
pada perusahaan pemilik kapal yang
beroperasi di jalur Merak-Bakauheni. Data
yang diperoleh berupa data kapal yang
beroperasi di Merak-Bakauheni serta
ukuran-ukuran utama kapal yang dijadikan
sample pada penelitian ini.
Studi lapangan pada kapal ferry Jalur
Merak-Bakauheni
Penulis melakukan observasi langsung ke
kapal ferry yang ada di Merak untuk
mendapatkan data baik berupa gambar dan
dokumen.
Studi lapangan pada Komisi Nasional
Keselamatan Transportasi
Studi lapangan di kantor Komisi Nasional
Keselelamatan
Transportasi
untuk
mengumpulkan data mengenai kecelakaan
kapal, faktor penyebab kecelakaan dan
kerugian yang dialami yang terjadi di
Indonesia pada tahun 2010-2014.
Studi Literatur
Studi literatur disini adalah penulis
mempelajari standar-standar internasional
maupun seperti, IMS CODE dalam hal
sistem manajemen keselamatan, SOLAS
dalam hal safety contruction dan safety
equipment. Standar-standar ini akan
dijadikan sebai acuan dan pedoman dalam
menentukan
kelayakan
atau
ketidaklayakan pada sistem manajemen
keselamatan dikapal yang dijadikan
sample. Penulis mengumpulkan data
spesifikasi peralatan keselamatan melalui
internet dan mempelajari jurnal-jurnal
g.
penelitian yang sudah ada berguna sebagai
penunjang skripsi.
Wawancara (interview)
Penulis melakukan wawancara dengan
sumber yang nantinya dari hasil
wawancara
tersebut
penulis
akan
melakukan kesimpulan dan analisa
mengenai penerapan sistem manajemen
keselamatan pada kapal yang dijadikan
sample penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
3.2.1 Pengumpulan Data Primer
Data primer adalah data yang diambil dari studi
lapangan langsung baik di perusahan kapal ferry
yang mana semua nama perusahaan yang dijadikan
penulis tempat penelitian dan mendapatkan data
disamarkan secara acak. Dan juga studi lapangan
langsung pada kapal ferry penyeberangan MerakBakauheni diambil 3 sampel kapal yang mana
nama kapal yang dijadikan penelitian telah
disamarkan secara acak dengan angka 1,2,3 dan
seterusnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kemungkinan timbulnya dampak negarif terhadap
hasil penelitian.
3.2.2 Pengumpulan Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari hasil
wawancara oleh parasumber terkait yang
merupakan sample penelitian, yaitu operator kapal,
crew kapal, penumpang kapal, dan pihak yang
berkompeten dengan safety dikapal. Penentuan
sumber yang diwawancarai berdasarkan peran
masig-masing responden dalam penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan yaitu sebagai berikut :
a. Operator Kapal
Operator kapal atau pemilik kapal baik
berupa perusahaan maupun perseorangan
memiliki tanggung jawab yang sangat
penting dalam penentuan kebijakan dan
penerapan sistem dan
manajemen
keselamatan
dalam
pengoperasian
kapalnya. Komitmen operator kapal dalam
menerapkan sistem dan manajemen
keselamatan yang tidak baik akan
berpengaruh pada pengoperasian dan
kondisi kapal yang tidak baik pula. Kerja
sama antara crew kapal dengan operator
kapal harus baik dan operator kapal harus
selalu memberi dukungan dan respon yang
baik kepada semua crew kapal miliknya.
Penerapan sistem manajemen keselamatan
kapal sangat dipengaruhi oleh dukungan
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
b.
c.
operator kapal atau pemilik kapal. Karena
kelaiklautan kapal dan kinerja crew kapal
ditentukan oleh keseriusan pemilik atau
operator kapal dalam pengoperasian
kapalnya. Jumlah responden dari operator
kapal yang diambil berjumlah 3 orang
yang memiliki keterkaitan langsung
dengan pengoperasian kapal.
Crew Kapal
Pihak utama yang melakukan penerapa
sistem manajemen keselamatan di kapal.
Karena crew kapal merupakan pihak yang
secara langsung mengoperasikan kapal.
Semua yang dilakukan oleh crew kapal
dapat dijadikan penilaian baik buruknya
penerapan
sistem
manajemen
keselamatan. Jumlah responden pada crew
kapal berjumlah 9 orang dengan kapal
yang dijadikan sample sebanyak 3 setiap
kapal penulis mengambil 3 respoden untuk
mewakili.
Penumpang Kapal
Pihak independen dalam memberikan
penilaian berdasarkan apa yang dilihat,
dirasakan dari pelayanan kapal yang
mereka naiki. Baik berupa tingkat
kenyamanan, keamanan, kepuasan serta
jaminan keselamatan selama menaiki
kapal. Jumlah responden yang dipilih
dengan berbagai tingkatan umur maupun
pekerjaan sebanyak 3 orang pada setiap
kapal yang dijadikan sample. Sehigga
pada 3 sample kapal didapatkan 9
responden dari pihak penumpang kapal.
4. HASIL DAN ANALISIS
4.1 Hasil dan Analisa Data Kecelakaan
Dari data yang diperoleh jenis kecelakaan
dibedakan menjadi 4 yaitu, kapal terbakar, kapal
tenggelam, kapal terbakar, dan kapal kandas. Dari
range tahun 2010-2014 sesuai data diatas jumlah
kecelakaan terbanyak terjadi pada tahun 2011
sebanyak 178 kecelakaan yang terjadi dengan detail
jenis kecelakaan pada kapal tenggelam sebanyak
58, kapal terbakar sebanyak 30, kapal tubrukan 14,
kapal kandas 35 dan lain-lain sebanyak 41. Dari
range tahun 2010-2014 sesuai data diatas jumlah
kecelakaan pada tahun 2010-2012 jumlah
kecelakaan mencapai angka lebih dari 100,
sedangkan pada tahun 2013-2014 jumlah
kecelakaan yang terjadi di tahun 2013 sebanyak 34,
tahun 2014 sebanyak 9 angka kecelakaan pada
tahun 2013-2014 kurang dari 100. Dapat
disimpulkan bahwa pada tahun 2013-2014
mengalami angka kecelakaan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu
tahun 2010-2012.
Gambar Data kecelakaan kapal Tahun 2010-2014
Sedangkan data korban kecelakaan pelayaran
secara keseluruhan jumlah korban paling banyak
pada tahun 2011 sebanyak 336 karena kecelakaan
paling banyak terjadi pada tahun 2011 sehingga
menyebabkan angka korban kecelakaan juga
banyak. Sedangkan pada tahun sesudahnya tahun
2012-2014 angka korban kecelakaan menurun di
tahun 2012 sebanyak 140 korban jiwa, tahun 2013
sebanyak 69 korban jiwa dan tahun 2014 sebanyak
11 korban jiwa. Data korban kecelakaan yang
diinvestigasi oleh KNKT pada tahun 2010-2014
sebanyak 214 dengan korban jiwa terbanyak pada
tahun 2011 sebanyak 41 untuk korban yang
meninggal atau hilang dan 35 korban luka-luka.
Untuk tahun-tahun sesudah tahun 2011 mengalami
penurunan baik korban meninggal atau hilang
ataupun korban luka-luka.
Gambar Grafik data korban jiwa akibat kecelakaan
Pada tahun 2010-2014 faktor penyebab kecelakaan
paling banyak adalah karena human factor
sebanyak 53 % sedangkan yang karena teknis
sebanyak 47%. Pada dasrnya faktor penyebab
kecelakaan ada tiga yaitu human factor, teknis dan
kondisi cuaca, namun berdasarkan data diatas
kondisi cuaca memiliki persentase 0% atau belum
ditemukan adanya kecelakaan karea kondisi cuaca.
Persentase dari keduanya mendekati atau tidak jauh
berbeda. Karena dari kedua faktor tersebut antara
human factor dengan teknis saling berhubungan.
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
Dimana tanggung jawab untuk pelaksanaan teknis
yang benar adalah pada manusianya sendiri (crew
kapal dan penumpang kapal).
Gambar Grafik Faktor Penyebab Kecelakaan
4.2 Hasil dan Analisa Data Wawancara yang
mengacu pada ISM CODE
Gambar Grafik Pelaksanaan Elemen ISM CODE
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa dari 9 elemen
ISM CODE yang diteliti oleh penulis, elemen 8
kesiapan darurat merupakan elemen yang paling
banyak tidak dilaksanakan dengan baik. Yang
kedua merupakan elemen 3 tanggung jawab dan
wewenang perusahaan dan elemen 10 pemeliharaan
kapal dan perlengkapannya.
Sedangkan rincian ketidaksesuaian diantaranya
sebagai berikut :
1. Elemen 8 Kesiapan Darurat
a) Sistem manajemen keselamatan yang ada
dikapal belum bisa menjamin adanya
reaksi dari perusahaan setiap adanya
situasi berbahaya,darurat, kecelakaan pada
armada kapalnya.
b) Prosedur keselamatan dan keadaan darurat
belum diterapkan secara baik dan
konsisten.
2. Elemen 3 Tanggung Jawab dan
Wewenang Perusahaan
a) Perusahaan
belum
menetapkan
,mendokumentasikan tanggung jawab,
wewenang dan hubungan antar personil
yang mengelola, melaksanakan dan
memeriksa pekerjaan yang berkaitan serta
berpengaruh keselamatan.
b) Kurangnya kuantitas inspeksi dari
perusahaan secara langsung kekapal
miliknya.
3. Elemen 10 Pemeliharaan Kapal dan
Perlengkapannya
a) Peralatan keselamatan yang sudah rusak
maupun kadaluarsa yang belum ditinjak
lanjuti.
b) Pemeliharaan kapal dan kelengkapannya
masih belum dilaksanakan dengan baik
dan masih belum sesuai dengan
peraturan yang ada.
c) Aktifitas pemeliharaan terhadap kapal
maupun semua peralatannya belum
didokumentasikan secara baik.
d) Belum adanya perbaikan terhadap kapal
maupun peralatannya.
e) Kurangnya
jumlah
perlengkapan
keselamatan yang belum dilengkapi
cenderung
dibiarkan
(berdasarkan
gambar layout Live Saving Appliance
maupun Fire Fighting System yang ada
dikapal).
f) Prosedur perawatan dan pemeliharaan
dari perusahan belum dilaksanakan
secara konsisten.
g)
Pemeriksaan tidak dilakukan sesuai
interval yang ditentukan.
h) Jarangnya diadakan uji coba secara
berkala dari perlengkapan atau sistem
yang tidak dioperasikan secara terus
menerus.
i)
Masih banyaknya ketidaksesuaian pada
peralatan keselamatan. Ditunjukan paga
gambar dibawah ini.
Gambar Tempat APAR yang tidak memenuhi
persyaratan
Gambar Penempatan Life bouy yang salah
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
c.
4.3. Pengkategorian kapal berdasarkan nilai
penerapan sistem manajemen keselamatan
Dari data diatas dapat diketahui sejauh mana sistem
manajemen keselamatan dilakukan pada kapal
penyeberangan (kapal ferry). Kapal 1 merupakan
kategori kapal sedang atau lumayan baik dalam
menerapkan sistem manajemen keselamatan. Kapal
2 merupakan kategori kapal kurang baik dalam
penrapan
sistem
manajemen
keselamatan.
Sedangkan kapal 3 kategori baik dalam penerapan
sistem manjemen keselamatan. Pengkategorian ini
berdasarkan banyaknya ketidaksesuaian penerapan
sistem manajemen keselamatan pada kapal tersebut
pada waktu tertentu sehingga bersifat tidak mutlak.
5. KESIMPULAN
1. Tingginya angka kecelakaan pada kapal
penyeberangan ferry roro di Merakbakauheni akibat dari masih rendahnya
penerapan sistem manajemen keselamatan.
Faktor penyebab kecelakaan yang paling
besar adalah karena Human Factor baik dari
pihak perusahaan pemilik kapal, awak
kapal, maupun penumpang kapal.
2. Penerapan sistem manajemen keselamatan
kapal belum sepenuhnya dilaksanakan oleh
crew kapal maupun perusahaan pemilik
kapal dan penumpang kapal. Penerapan
sistem manajemen keselamatan dikapal
masih sebatas kewajiban yang harus
dipenuhi tetapi belum sampai dalam tahap
sebagi suatu kebutuhan.
Pemerintah harus mewajibkan untuk
seluruh perusahaan kapal memilki
orang yang ditunjuk atau ditugaskan
sebagai wakil dari perusahaan bisa
disebut sebagai Technical Officer.
Dimana Technical Officer ini bisa
dari lembaga independent yang
disewa perusahaan maupun orang
dari perusahaan itu sendiri. Tugas
dari Technical Officer ini adalah
membantu dan menyempurnakan
tugas dari DPA yang hanya waktuwaktu tertentu saja melakukan
pemeriksaan
kekapal
secara
langsung, Technical Officer ini akan
selalu berada dikapal saat kapal
sedang berlayar dalam jangka waktu
tertentu saja, misalnya dalam satu
bulan selama 2 minggu. Tugasnya
adalah Mengawasi penerapan ISM
CODE dikapal, mengawasi kinerja
dari awak kapal, memastikan
keamanan dan keselamatan semua
penumpang maupun crew kapal,
menginspeksi
segala
peralatan
keselamatan maupun alat pemadam
kebakaran, dan melaporkan setiap
harinya secara langsung pada
perusahaan kapal hasil dari inspeksi
tersebut.
6. SARAN
Berdasarkan uraian diatas maka penulis
memberikan rekomendasi untuk meningkatkan
pelaksanan
penerapan
sistem
manajemen
keselamatan di kapal sebagai berikut :
1. Penerapan Standar SOLAS untuk LSA
CODE dan FFS CODE
2. Adanya pencerdasan untuk semua
penumpang kapal terhadap pentingnya
berperilaku yang dapat menciptakan
keselamatan dan keamanan dikapal.
3. Peningkatan kualitas awak kapal.
4. Peraturan Pemerintah
a. Perbaikan tarif penumpang.
b. Sanksi yang ketat untuk perusahaan
pemilik kapal yang melakukan
tindakan yang tidak sesuai.
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
DAFTAR PUSTAKA
[1] International Maritime Organization, inernational Safety Management Code 2010, London, 2008
[2] International Maritime Organization, Safety of Life at Sea edition 2009, London, 2009
[3] Albert Talahatu, Marcus. (1985). Teori Merancang Kapal. Depok : Fakultas Teknik Universitas
Indonesia
[4] Ardyanto, Wahyu. 2011. Evaluasi Peneran Sistem Manajemen Keselamatan pada Kapal Penumpang
Ro-Ro, Universitas Indonesia, Depok
[5] Hafsar, Renan. 2004. Analisa Potensi Penyebab Kecelakaan Kapal Motor Penyeberangan di
Indonesia, Universitas Indonesia , Depok
[6] Komisi Nasional Keselamatan Transportasi, 2014. Data Investigasi KNKT, Ditjen Hubla-Dit, Jakarta
Analisa penyebab..., Siti Umaiyah, FT, 2015
Download