Industry | Update 1 September, 2015 Office of Chief Economist Volume 17, September 2015 Angkutan Laut Pertumbuhan dan Nominal PDB Sektor Transportasi dan Pergudangan, IH2015 (USD/Mt) Angkutan Darat 9.0% 8.0% Angkutan Udara Pertumbuhan % yoy 7.0% Angkutan Rel 6.0% 5.0% Pergudang an & Jasa Penunjang ; Pos & Kurir 4.0% 3.0% 2.0% ASDP 1.0% Pertumbuhan PDB Nasional 4,7% yoy 0.0% Angkutan Laut 50,000 -1.0% 0 100,000 150,000 PDB Nominal (Rp. Miliar) Sumber: BPS Baltic Dry Index 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 Aug-00 Aug-01 Aug-02 Aug-03 Aug-04 Aug-05 Aug-06 Aug-07 Aug-08 Aug-09 Aug-10 Aug-11 Aug-12 Aug-13 Aug-14 Aug-15 0 Sumber: Bloomberg Pertumbuhan Pengangkutan Barang Angkutan Laut (Jan-Jun 2015) 41.3 6.66 Sumber: BPS Total Lainnya -2.13 -0.58 Balikpapan -10.55 Makassar Panjang -0.82 Tanjung Perak Tanjung Priok 2.47 Pada semester I-2015, sektor angkutan laut tumbuh negatif sebesar -0,43% yoy. Pertumbuhan tersebut paling rendah dibandingkan sektor pengangkutan lainnya. Fluktuasi harga komoditas global seperti CPO, bijih besi dan batu bara dan ketidakpastian ekonomi global serta pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah berdampak negatif pada muatan angkutan laut. Aktivitas pelayaran global yang ditunjukkan dengan Baltic Dry Index terus menurun sejak awal tahun 2015. Penurunan sektor angkutan tersebut terlihat dari penurunan jumlah barang yang diangkut. Selama Januari-Juni 2015, pertumbuhan jumlah barang yang diangkut oleh angkutan laut dalam negeri turun sebesar 0,58% yoy. Penurunan jumlah barang yang diangkut terutama terjadi di pelabuhan Makassar dan Balikpapan masing-masing -10,55% yoy dan -0,82% yoy. Depresiasi nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap industri angkutan laut. Berdasarkan analisa kami, depresiasi nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap kenaikan biaya industri angkutan laut. Biaya operasional industri angkutan laut banyak menggunakan mata uang USD. Biaya opersional yang menggunakan mata uang USD meliputi pembelian suku cadang, bahan bakar kapal, biaya asuransi dan gaji crew kapal. Tingkat persaingan industri angkutan laut juga meningkat. Pelaksanaan Asas Cabotage sejak tahun 2005 (Inpres Nomor 5 tahun 2005) telah mendorong peningkatan jumlah armada kapal nasional lebih dari dua kali lipat dari 6.041 unit kapal pada tahun 2005 menjadi 14.156 unit kapal pada tahun 2014. Peningkatan jumlah kapal ini telah meningkatkan persaingan industri angkutan laut. Sementara saat ini, muatan angkutan laut mengalami penurunan sehingga terjadi kondisi oversupply. Sebagai contoh, saat ini pelayaran kontainer domestik dikuasai oleh 6 pemain utama. Enam perusahaan tersebut menguasai 80% dari market share dan berkompetisi ketat di beberapa rute utama (Jakarta-Belawan, Jakarta-Makassar, JakartaSurabaya, dan Surabaya-Makassar). Akibatnya, ratarata tarif sewa kapal domestik menurun. Pertumbuhan pendapatan emiten angkutan laut menurun pada semester I-2015. Penurunan pendapatan terbesar terjadi pada emiten angkutan laut dry dan liquid bulk. Volume 17, September 2015 Industry Update Jumlah Armada Kapal Nasional 14.156 234% 6,041 2005 2014 Sumber: Kemenhub Pertumbuhan Pendapatan Emiten Angkutan Laut, IH2015 Pertumbuhan Pendapatan (%yoy) -10.5% -29.0% -18.1% -18.1% 0.0% -43.9% -38.5% SMDR MBSS APOL HITS TMAS TRAM WINS Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan Struktur Umur Armada Kapal Nasional >25 tahun 21% 21-25 tahun 9% 0-5 tahun 27% 6-10 tahun 15% 16-20 tahun 13% 11-15 tahun 15% Sumber: Bappenas Sumber: Kemenperin Kapasitas Armada Kontainer Domestik di Beberapa Negara Sumber: MC Kinsey Peningkatan jumlah armada kapal nasional akibat adanya asas cabotage belum diiringi dengan peningkatan kapasitas kapal. Kapasitas kapal di Indonesia masih relatif rendah. Mayoritas kapasitas kapal domestik sebesar 350-800 TEUs. Sementara di negara lain seperti Malaysia, India dan China, rata-rata kapalnya berukuran 1000 TEUs. Selain itu, lebih dari 50% armada kapal nasional merupakan kapal bekas dan tua yang umurnya rata-rata diatas 10 tahun. Pelaksanaan asas cabotage ini belum memperkuat industri galangan kapal. Meningkatnya armada kapal mayoritas berasal dari impor terutama dari Singapore dan Tiongkok bukan dari industri galangan kapal nasional. Peningkatan jumlah armada kapal nasional juga belum menurunkan biaya logistik. Biaya pengiriman Jakarta ke Padang sebesar Rp. 7,5 juta – Rp. 8 juta per container 20 feet sementara biaya pengiriman Jakarta-Shanghai sebesar Rp. 4,5 juta per container 20 feet. Dalam jangka panjang, Program “Tol Laut” yang direncanakan Pemerintah berpotensi mendorong sektor angkutan laut dalam 5 tahun ke depan. Total dana yang dibutuhkan untuk implementasi Program “Tol Laut” selama 2015-2019 sebesar Rp. 699,9 triliun. Adapun rincian investasi tol laut sebagai berikut: (a) pembangunan 24 pelabuhan strategis, (b) short sea shipping di pulau Jawa, (c) Fasilitas kargo umum dan bulk, (d) Pengembangan pembangunan 1481 pelabuhan non-komersil, (e) Pengembangan 83 pelabuhan khusus (Batu Bara dan CPO), (f) transportasi multimoda mencapai pelabuhan (jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir dan sistem multimoda), (g) revitalisasi industri 12 galangan kapal, (f) Pengadaan kapal barang perintis, tanker, kontainer, bulk carrier, tug & barge, kapal rakyat untuk 5 tahun ke depan dan (g) kapal patroli. Implementasi Program “Tol Laut” mulai berjalan pada triwulan I-2015. Berdasarkan data Bappenas, Program ini untuk tahap awal telah dilayani kapal multi purpose antara lain dari PT PELNI (KM Ceremai, KM Dempo, KM Dobonsolo), armada kapal nasional di Kawasan Papua dan Papua Barat yang telah terjadwal (ex: SorongWaisai, Sorong-Bau Bau, Sorong-Manokwari, Manokwari Jayapura, dll), serta beberapa Liners nasional. Dalam jangka pendek, realisasi program tol laut sebaiknya fokus pada pembangunan pelabuhan dan tidak menambah kapal baru. Hal ini dikarenakan saat ini banyak kapal nasional yang menganggur karena kondisi oversupply. hal 2 Volume 17, September 2015 Industry Update News Quote of The Week “We now think that the odds are more than even that the Singapore economy slipped into a technical recession in the third quarter, as defined by two consecutive quarter-on-quarter contraction” Chua Hak Bin ASEAN economist for Bank of America Merrill Lynch Crude Oil Daily Price (USD/Barrel) 120 110 100 90 80 70 60 Aug-15 Jun-15 Apr-15 Feb-15 Oct-14 Dec-14 Jun-14 Aug-14 Apr-14 Dec-13 Aug-13 Oct-13 40 Feb-14 50 Sumber: Bloomberg 140 Coal (USD/Ton) 120 100 80 60 40 Aug-15 May-15 Feb-15 Nov-14 Aug-14 May-14 Feb-14 Nov-13 Aug-13 May-13 Feb-13 Nov-12 Aug-12 20 Sumber: Bloomberg 4.5 Rubber (USD/Kg) 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 Sumber: Bloomberg Jun-15 Aug-15 Apr-15 Feb-15 Oct-14 Dec-14 Aug-14 Jun-14 Apr-14 Feb-14 Dec-13 Oct-13 Jun-13 Aug-13 Apr-13 Feb-13 Dec-12 Oct-12 Aug-12 0 Bea keluar (BK) minyak kelapa sawit mentah (CPO) untuk September 2015 sebesar 0%, tidak berubah atau sama dengan bulan Agustus 2015. Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan mengatakan Pemerintah menggunakan harga referensi CPO sebesar USD 610,65 per ton dalam menetapkan BK tersebut, turun 8,23% (MoM). Penetapan ini tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 65/M-DAG/PER/8/2015 tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor (HPE) atas Produk Pertanian dan Kehutanan yang dikenakan Bea Keluar, rendahnya harga referensi CPO saat ini akibat terjadinya oversupply di pasar internasional minyak nabati dunia, terutama oleh minyak nabati dari sumber lain sebagai kompetitor CPO. Penyebab lainnya adalah rendahnya harga minyak bumi dunia dan devaluasi Yuan juga dapat memperburuk kondisi pasar CPO dunia. Diperkirakan sebanyak 90% bahan baku industri petrokimia masih diimpor. Wakil Ketua Umum Pengembangan Bisnis Indonesian Olefin & Plastic Industry Association (Inaplas) mengatakan sebanyak 90% bahan baku industri petrokimia hulu dan hilir (plastik) masih diimpor. Pihaknya menginginkan adanya solusi tepat dari pemerintah, diantaranya menambah kilang baru dengan investor swasta asing dan lokal. Selain itu dengan adanya insentif tax holiday diperkirakan dapat meningkatkan pembangunan kilang minyak di Indonesia. Saat ini PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) sebagai emiten industri petrokimia akan meningkatkan kapasitas produksi etilena menjadi 1 juta ton dari saat ini 600 ribu ton per tahun dengan menggandakan kapasitas pabrik etilena menjadi 2 juta ton per tahun jika ada jaminan pasokan nafta. Investasi di sektor baja hulu diperkirakan akan meningkat, seiring diberlakukannya regulasi baru tax holiday. Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia mengatakan prospek industri baja hulu diperkirakan sangat bagus untuk meningkatkan perkembangan industri hilir. Namun, pihaknya menginginkan agar Pemerintah dalam menerapkan kebijakan insentif tax holiday dapat mendukung industri baja. Diperkirakan saat ini para investor memanfaatkan peluang saat terjadinya penurunan permintaan yang berdampak pada harga mesin-mesin pabrik murahmerupakan waktu yang tepat untuk berinvestasi di industri baja hal 3 Volume 17, September 2015 Industry Update tabel commodities price movement (hal.4) Commodities Unit Oil - London Exchange Oil - New York Exchange Coal Aluminum Copper Nickel Tin Gold Platinum Pulp Rubber Tokyo Palm Oil Soybean Cocoa * Closing date: 8/31/2015 Source: Bloomberg USD/barrel USD/barrel USD/Metric Ton USD/Metric Ton USD/Metric Ton USD/Metric Ton USD/Metric Ton USD/troy oz USD/troy oz USD/ton USD/kg USD/ton USd/bushel USD/metric ton Published by: Analyst: Dendi Ramdani Nadia Kusuma Dewi Sindi Paramita Adjie Harisandi MamaySukaesih Araminta Setyawati Last Price* 51.3 49.2 58.4 1700.0 5135.0 9870.0 14250.0 1134.8 1010.5 803.0 1.4 560.0 887.5 3153.2 MoM 1.4% 4.4% -0.8% -0.9% -3.1% -0.121 -11.5% 3.6% 2.6% 0.2% -12.5% -10.8% -5.6% -3.1% Ytd YoY -8.0% -7.6% -2.8% -6.3% -18.5% -0.343 -26.5% -4.2% -16.4% 8.1% -17.4% -20.3% -11.7% 6.1% -49.4% -48.7% -20.4% -19.2% -25.9% -0.474 -34.6% -11.9% -29.1% 9.5% -24.1% -17.6% -14.4% -3.0% Composite Index Performance tabel Composite Index (hal.4) Composite Index Agricultural Index Office of Chief Economist PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Phone: 62-21-5245557 Fax: 62-21-5210430 Commodities Price Movement Trading Day 8/31/2015 8/24/2015 8/18/2015 Mining Index 8/31/2015 8/24/2015 8/18/2015 Basic Industries & Chemical 8/31/2015 Index 8/24/2015 8/18/2015 8/31/2015 Miscellaneous Industries Index 8/24/2015 8/18/2015 Consumer Index 8/31/2015 8/24/2015 8/18/2015 8/31/2015 Property & Real Estate Index 8/24/2015 8/18/2015 8/31/2015 Infrastructure, Utilities, and 8/24/2015 Transportation Index 8/18/2015 Trade, Service and Investment 8/31/2015 Index 8/24/2015 8/18/2015 Source: Bloomberg, Jakarta Stock Exchange Closing Price 1606.2 1555.2 1743.0 904.0 855.4 912.5 358.9 308.2 348.1 1031.9 990.8 1068.5 2106.6 1913.0 2054.7 457.5 436.0 476.9 922.3 883.9 953.6 875.6 829.0 888.8 Ytd -31.68% -33.85% -25.86% -33.96% -37.52% -33.34% -33.98% -43.32% -35.97% -21.05% -24.19% -18.25% -3.28% -12.17% -5.66% -12.85% -16.93% -9.15% -20.51% -23.82% -17.82% -0.35% -5.65% 1.16% YoY -26.00% -28.46% -19.95% -43.82% -45.96% -42.70% -35.37% -45.77% -37.98% -21.79% -25.43% -19.95% 2.11% -8.24% -1.15% -3.20% -7.83% 0.35% -19.07% -22.79% -16.86% -7.35% -12.72% -5.47% Disclaimer Published by PT Bank Mandiri (Persero) which regulated by Indonesian Banking Regulatory. This document is for information purposes only. The information and opinion in this document has been obtained from sources believed reliable, but no guarantee is given regarding its accuracy or completeness and it should not be relied upon as such. All opinion expressed here may not necessarily be shared by all employees within Bank Mandiri and its group and are subject to change without notice. No part of this document may be reproduced in any manner without written permission of Bank Mandiri. Additional information is available upon request. hal 4