WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies

advertisement
Nurulando I WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies
WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies
Nurulando Imansyah Budi Perkasa
FakultasKedokteran, Universitas Lampung
Abstrak
Kebersihan merupakan perilaku kehidupan manusia untuk mencegah timbulnya penyakit. Salah satu penyakit kulit yang
disebabkan oleh parasitadalah Skabies.Skabies merupakan penyakit kulit akibat infestasi tungau Sarcoptes scabiei yang
ditemukan pada tempat predileksi. Kasus/penyakit ini terjadi pada seorang wanita berusia 34 tahun yang datang dengan
keluhan gatal pada seluruh tubuh yang timbul sejak 3 minggu SMRS, berdasarkan anamnesis keluhan timbul bintil disekitar
sela jari tangan kemudian menjalar ke lengan, lipat siku, badan, umbilikus, dan daerah sekitar kelamin disertai rasa gatal
yang dirasakan terutama pada malam hari. Keluhan yang sama saat ini juga dirasakan suami dan seorang anaknya yang
pernah menderita skabies sebelumnya. Status dermatologik seluruh tubuh terutama di daerah punggung, interdigitalis,
antebrachii dan dibawah umbilicus. Berupa papul multipel, sebagian diskret, bentuk teratur. Makula dan papul eritematous
yang ditutupi krusta merah kehitaman. Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang pada pasien tersebut. Diagnosis pasien
Skabies. Terapi yang diberikan yaitu krim permetrin 5%, Desoximethasone 0,25%, antihistamin sedatif oral. Skabies yang
dialami pasien disebabkan tertular oleh salah satu anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama sehingga dalam
penegakkan diagnosis dan penatalaksanaan harus tepat dan menyeluruh.
Kata kunci: papula, permetrin, skabies
Abstract
Hygiene is a behavior that is taught in people's lives to prevent the onset of disease. A skin disease caused by a parasite is
scabies. Scabies is an infestation of the skin disease caused by the mite Sarcoptes scabiei that can be found in the horny
layer of skin tunnel at places of predilection. Woman age of 34 years with a chief complaint itching suddenly in almost all of
the body since 3 weeks before admission. Based on the results of anamnesis,complaints papul itching especially at night,at
between fingers, wrists, umbilical and arround genital area. Complaints also felt his husband now and her child who had felt
before. Dermatologic status throughout the body, especially in the back area, interdigitalis, antebrachii and below the
umbilicus. There are papul multiple, discrete partially, regular,papul eritema with variety size. Makula and papul
erythematous skin color, were covered with dark red crusts. No laboratory examination. Based on anamnesis physical
examination, the diagnosis is scabies. Therapy given to patients is 5% permethrin cream, desoxymethasone 0,25%, oral
sedative antihistamines. Scabies is caused experienced by patients as a result of contracting one of the family members
with the same complaint so that the diagnosis and management should be precise and comprehensive.
Keywords: papul, permethrin, scabies
Korespondensi : Nurulando Imansyah Budi Perkasa, S.Ked, [email protected]
Pendahuluan
Hygiene atau biasa juga disebut
dengan kebersihan adalah upaya untuk
memelihara hidup sehat yang meliputi
kebersihan pribadi, kehidupanbermasyarakat
dan kebersihan kerja. Kebersihan merupakan
suatu perilakuyang diajarkan dalam kehidupan
manusia untuk mencegah timbulnya penyakit
karena pengaruh lingkungan serta membuat
kondisi lingkungan agar terjaga kesehatannya.1
Perilaku kesehatan dalam upaya
mencegah penyakit dapat dilakukan dengan
berbagai cara sepertikebiasaan mandi, mencuci
tangan dan kaki, serta kebersihan pakaian.
Secara alami manusia memiliki pertahanan
untuk mencegah penyakit. Salah satu contoh
adalah keberadaan kulit pada seluruh
permukaan tubuh.
Kulit merupakan pembungkus yang
elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
lingkungan. Kulit merupakan organ tubuh yang
terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Penyakit kulit dapat
disebabkan oleh jamur, virus, kuman,parasit
hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit
yang disebabkan oleh parasitadalah skabies.2
Skabies merupakan penyakit kulit
akibat infestasi tungau Sarcoptesscabiei.
Penyakit tersebut ditemukan hampir pada
semua jenis ras dan negara di seluruh dunia
dengan angka prevalensi yang bervariasi.3
Menurut data penderita skabies
disebuah klinik penyakit kulit dan kelamin, RS
PMI Bogor dari tahun 2000-2004 masingmasing 16 pasien (2000), 18 pasien (2001), 7
pasien (2002), 8 pasien (2003) dan 5 pasien
(2004). Data diatas menunjukkan penderita
skabies
di
Indonesia
masih
tinggi.4
Perkembangan penyakit ini juga dipengaruhi
oleh keadaan sosial ekonomi yang rendah,
tingkat
higieneyang
buruk,
kurangnya
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016| 132
Nurulando I WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies
pengetahuan, dan kesalahan dalam diagnosis
sertapenatalaksanaan.5
Transmisi atau perpindahan antar
penderita dapat berlangsung melalui kontak
kulit langsung yang erat. Hal tersebut
dapatterjadi bila hidup dan tidur bersama,
misalnya
anggota
keluarga
yang
mendapatinfestasi tungau dari anggota
keluarga lain atau hidup dalam satu asrama.
Selain itu, perpindahan tungau juga dapat
terjadi melalui kontak tidak langsung, yaitu
melalui pakaian atau alat mandi yang
digunakan bersama.
Kasus
Pasien seorang wanita berusia 35
tahun datang dengan keluhan bintil merah
yang meluas hampir ke seluruh tubuh dan
terasa gatal muncul sejak 3 minggu SMRS
(sebelum masuk rumah sakit). Bintil merah
tersebut disekitar sela jari kedua kemudian
menjalar ke lengan, lipat siku, badan, perut
terutama bagian bawah, umbilikus, daerah
sekitar kelamin dan paha. Keluhan juga disertai
rasa gatal yang dirasakan semakin hebat
terutama pada malam hari.
Pasien tinggal bersama suami dan
seorang anaknya. Adanya keluhan serupa juga
timbul pada suami dan anak. Pasien tidur
sekamar dengan suaminya.
Sekitar 1 minggu sebelumnya, anak
pasien sudah berobat ke dokter spesialis
penyakit kulit dan kelamin di RSUD dan telah
mendapatkan obat minum dan salep tapi lupa
nama obat tersebut.Sementara pasienbelum
mendapatkan pengobatan sebelumnya.
Adanya riwayat alergi maupun terkena
bahan yang dapat mengiritasi kulit disangkal,
adanya bercak- bercak darah pada kulit pasien
disangkal. Riwayat digigit serangga disangkal.
Pada pemeriksaan fisik, kesadaran
compos mentis, keadaan umum tampak sakit
ringan, gizi baik, tekanan darah 120/80 mmHg,
nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu
afebris.
Mata tidak tampak konjungtiva
anemis, sklera tidak ikterik.Telinga tidak
tampak
sekret atauserumen. Padahidung
tampak mukosa tenang, tidak terdapat sekret,
concha eutrofi, septum tidak deviasi. Pada
mulut dan orofaring tidak tampak kelainan, gigi
tidak tampakkaries. KGB (kelenjar getah
bening) leher tidak teraba membesar.Bentuk
dan gerak thoraks simetris, pulmo sonor, VBS
kiri = kanan, wheezing -/-, ronkhi -/-, bunyi
jantung murni reguler, murmur (-), abdomen
datar, hepar dan lien tidak teraba. Pada perut,
bising
usus
normal.Pada
ekstremitas
digambarkan pada status dermatologis.
Status
dermatologikus
pasien
ditemukan adanya papul eritema dengan
distribusi generalisata pada seluruh tubuh
kecuali kepala, wajah, leher, tungkai bawah
kaki. Karakteristik lesi tampak multipel,
sebagian diskret, bentuk teratur, lesi sebagian
berbatas tegas, sebagian menimbul, dan lesi
kering dengan ukuran lesi terbesar kurang
lebih 1x0,5x0,1cm dan terkecil kurang lebih
0,5x0,2x0,1 cm, disertai skuama halus. Pada
pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
Pasien diberikan terapi obat topikal
Permetrin cream 5% selama 10 jam,
Desoximethasone 0,25%, dan anti histamin
oral ceterizine 1x10 mg.
Pembahasan
Skabies
adalah
penyakit
yang
disebabkan oleh tungau parasit. Dapat terjadi
pada seseorang dengan kekebalan tubuh yang
rendah. dengan jaringan keratin kulit
merespon adanya infeksi tungau dengan
mengeluarkan produk inflamasi.6
Gatal yang disebabkan oleh tungau
menyebabkan pasien tidak nyaman dan
terganggu. Didaerah tropis, kerusakan kulit
akibat skabies telah diduga penting sebagai
penyebab patogenesis penyakit dengan
demam rematik akut dan glomerulonefritis
poststreptococcal.7
Diagnosis skabies pada kasus ini
mengacu beberapa teori dan telaah kritis dari
penelitian terkini. Ada beberapa faktor risiko
internal dan eksternal yang memicu terjadinya
skabies dan hal ini telah dinyatakan oleh
beberapa teori yang menjadi sumber acuan.8
Anamnesis pasien didapatkan pasien
perempuan berusia 35 tahun datang dengan
keluhan timbul bintil merah pada hampir
seluruh tubuh yang terasa gatal terutama saat
malam hari sejak 1 minggu SMRS. Pasien
tinggal bersama suami dan seorang anaknya.
Adanya keluhan serupa dirumah diakui, yaitu
suami dan juga anak pasien. Sebelumnya anak
pasien sudah berobat ke dokter spesialis
penyakit kulit dan kelamin di RSUD kota dan
telah mendapatkan obat minum dan salep.
Tanda ini khas pada pasien dengan skabies
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 133
Nurulando I WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies
karena terdapat 2 dari 4 tanda kardinal, di
antaranya yaitu adanya gatal malam hari dan
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 134
Nurulando I WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies
riwayat anggota keluarga memiliki keluhan
serupa. Penyebab skabies yang dialaami oleh
beberapa anggota keluarga juga dikarenakan
ketidaktahuan
terhadap
penyakit
dan
higienitas personal dan lingkungan yang
kurang.8
Kelainan kulit yang terjadi disebabkan
tidak hanya oleh tungau tetapi juga akibat
garukan oleh penderita. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitifasi terhadap sekreta
dan eksreta tungau yang memerlukan waktu
sekitar 1 bulan setelah infeksi. Pada saat itu
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
permukaan papul, vesikel, urtika dan lain-lain.
Akibat garukan dapat timbul erosi, eksoriasi,
krusta dan infeksi sekunder.9
Ada pendapat yang mengatakan
skabies ini merupakan ”The Great Immitator”
karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit
dengan keluhan gatal, dan sebagai diagnosis
banding
adalah
dermatitis
dan
7
prurigo. Terdapatnya perhatian yang baik
mengenai pemilihan dan cara pemakaian obat,
terpenuhinyasyarat
pengobatan,serta
menghilangkan
faktor
presdiposisi
dapatmemberantas
penyakit
ini
dan
memberikan prognosis yang baik.
Penatalaksanaan umum yang diberikan
pada pasien adalah memberikan penjelasan
tentang
penyakit dan pengobatannya,
mengobati orang yang memiliki keluhan serupa
secara
serentak,
menghindari
faktor
predisposisidengan
menjaga
hygiene
perorangan dan lingkungan,danedukasi agar
tidak menggaruk.
Penatalaksanaan
khusus
yang
diberikan pada pasien berupa pemberian obat
topikal Permetrin cream 5% selama 10 jam,
Desoximethasone 0,25% dan anti histamin oral
Ceterizine 1x10 mg.Penatalaksanaan yang baik
dan sesuai adalah mengikuti kaidah syarat obat
yang ideal yaitu, harus efektif terhadap semua
stadium tungau, harus tidak menimbulkan
iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor
serta tidak merusak atau mewarnai pakaian,
mudah diperoleh dan harganya murah.
Cara pengobatannya ialah seluruh
anggota keluarga harus diobati. Jenis obat
topikal yang digunakan berupa belerang endap
(sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20%,
Emulsi benzil benzoas (20-25%), Gama benzena
heksa klorida (gameksan) kadar 1%,
Krotamiton 10 %, Permetrin dengan kadar 5%.
Pada pasien ini diberikan Permetrin 5%
karena bersifat kurang toksik dibandingkan
dengan gameksan. Kedua obat tersebut
memiliki efektifitas yang sama, namun
permetrin
hanya
perludiaplikasikansekali
sajayang kemudian dihapus selama 10 jam.
Akan tetapi obat initidak dianjurkan pada bayi
dibawah umur 2 bulankarena dapat
menimbulkan reaksi panas, eksaserbasi gatal,
dan dermatitis kontak.9Pasien juga diberikan
edukasi yaitu berupa semua pakaian 3 hari
terakhir dicuci dengan menggunakan air panas,
semua karpet, sofa, selimut, kasur dicuci atau
dijemur dibawah sinar matahari, dan
memberikan terapi pada seluruh keluarga.9
Penatalaksaaan dapat diberikan sesuai
dengan obat pilihan yang sudah disebutkan.
Untuk keadaan tertentu seperti pengobatan
yang tidak kunjung sembuh dapat diberikan
terapi pilihan lain berupa ivermectin, namun
standar
penggunaan
masih
belum
9
ditentukan. Pada pasien dan anggota keluarga
seperti ibu pasien terkait skabies menggunakan
krim permetrin 5% dengan hasil keluhan gatal
malam hari dan lesi pada kulit yang
berkurang.11
Prognosis pada pasien ini Quo ad vitam
ad bonam karena tidak mengganggu keadaan
vital penderita, Quo ad functionam dubia ad
bonam karena fungsi sosial dan aktifitas pasien
masih dapat dilakukan seperti biasa namun
dapat menular ke orang lain, danQuo ad
sanationam ad bonam karena dapat sembuh
dengan sempurna dengan pengobatan yang
baik dan patuh.12
Simpulan
Diagnosis skabies pada kasus inisudah
sesuai dengan beberapa teori yangmenjadi
sumber acuan.8Pada pasien terdapat 2 dari 4
tanda kardinal, yang merupakan tanda khas
pada pasien dengan skabies. Faktor
ketidaktahuan terhadappenyakit dan higienitas
personal danlingkungan yang kurang juga
berperan dalam kasus ini.9
Penatalaksaaan
pada
pasien
dananggota
keluarga
seperti
ibu
pasienmenggunakan krimpermetrin 5%yang
merupakan obat lini pertama terkait skabies
dengan hasil keluhangatal malam hari dan lesi
pada kulit berkurang.5,9-11
DaftarPustaka
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 135
Nurulando I WanitaBerusia 34 TahundenganSkabies
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kuspriyanto. Pengaruh sanitasi dan
higiene peroranganterhadap penyakit kulit
[Tesis].
Surabaya
:
Pascasarjana
Universitas Airlangga; 2002.
WaltonSF. Problems in diagnosing scabies,
a global disease in human and animal
populations. American Society for
Microbiology. 2007; 6(1):268–79.
Murtiastutik D. Buku ajar infeksi menular
seksual : skabies. Edisi ke-1. Surabaya :
Airlangga University Press; 2005. hlm.
202-8.
Bagian Kulit dan Kelamin. Pedoman
pelayanan medis departemen ilmu
kesehatan kulit dan kelamin perjan RSCM.
Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin; 2007.
Siregar RS. Penyakit kulit karena parasit
dan insekta. Dalam : AtlasBerwarna
Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta :
EGC; 2004. hlm. 164-7.
Morgan MS, Arlian LG, Markey MP.
Sarcoptes scabiei mites modulate gene
expression in human skin equivalents.
PLoS ONE. 2013; 8(8):e71143.
7.
Mika A, Reynolds SL, Pickering D,
McMillan
D,
Sriprakash
KS,
et
al.Complement inhibitors from scabies
mites promote streptococcal growth–a
novel mechanism in infected epidermis.
PloS Negl Trop Dis 6. 2012. hlm. 1563.
8. Johnston, G. Sladden, M. Scabies :
diagnosis and treatment. BMJ. 2005; 331
:619-22.
9. Handoko RP. Skabies. Dalam : Djuanda A,
Hamzah M, Aisyah S. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin.Edisi ke-6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
hlm. 122-5.
10. Schultz MW, Gomez M, Hansen RC, et al.
Comparative study of 5% permethrin
cream and 1% lindane lotion for the
treatment of Scabies. Archives of
Dematology. 2009;126:167-70.
11. Albakri L. Goldman, MD. Permethrin for
scabies in children. The journal of CFP.
2010; 56:1005-6.
12. Chosidow, O. Scabies. The New England
Journal Of Medicine; 2010. hlm. 1718-27.
J Medula Unila | Volume 4| Nomor 4| Januari 2016 | 136
Download