pengaruh musik klasik dalam menurunkan tingkat kecemasan pada

advertisement
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH MUSIK KLASIK DALAM MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
TINDAKAN SUBARACHNOID BLOK (SAB) DI RSU MITRA
DELIMA BULULAWANG, MALANG, JAWA TIMUR
Disusun oleh :
WIDIGDO REKSO NEGORO
NIM : P07120215082
PRODI D-IV KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
YOGYAKARTA
2017
PENGARUH MUSIK KLASIK DALAM MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN SECTIO CAESAREA DENGAN
TINDAKAN SUBARACHNOID BLOK (SAB) DI RSU MITRA
DELIMA BULULAWANG, MALANG, JAWA TIMUR
Widigdo Rekso Negoro1, Rosa Delima Ekwantini2, Titik Endarwati3
INTISARI
Latar Belakang: Respon paling umum pada pasien pra-operasi salah satunya adalah
respon psikologi (kecemasan), secara mental penderita yang akan menghadapi
pembedahan harus dipersiapkan karena selalu ada rasa cemas dan takut terhadap
anesthesia dan prosedur pembedahan.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh musik klasik
dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien Sectio Caesarea dengan tindakan
subarachnoid blok (SAB) di RSU Mitra Delima Malang, Jawa Timur.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain
penelitian group pre test and post test with control group. Populasi dalam penelitian
adalah semua pasien yang akan menjalani sectio caesarea elektif dengan tindakan SAB
di RSU Mitra Delima, sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara consecutive
sampling 52 orang yang terbagi dalam 26 sampel kelompok intervensi dan 26 orang
kelompok kontrol. Analisa data menggunakan uji Mann Whitney dan Wilcoxon.
Hasil Penelitian : Musik klasik berpengaruh menurunkan tingkat kecemasan pada pasien
yang akan menjalani operasi Sectio Caesarea (p=0,000). Musik klasik terbukti
menurunkan kecemasan pada kelompok intervensi sebanyak 26 responden (100%).
Kesimpulan: Pendekatan dengan intervensi musik klasik terbukti berpengaruh untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani operasi Sectio Caesarea
(p=0,000).
Kata kunci
1
: Musik Klasik, Kecemasan, Sectio Caesarea
Mahasiswa DIV Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2
EFFECT OF CLASSICAL MUSIC IN REDUCING THE LEVEL
OF ANXIETY IN PATIENTS WITH SECTIO CAESAREA
ACTION SUBARACHNOID BLOCK (SAB) RSU MITRA
DELIMA BULULAWANG, MALANG, EAST JAVA
Widigdo Rekso Negoro1, Rosa Delima Ekwantini2, Titik Endarwati3
ABSTRACT
Background : Most common response in patients with pre-operative one of which is the
response to psychological (anxiety), mental patients who will be facing surgery should be
prepared because there is always a sense of anxiety and fear of the anesthesia and surgical
procedures.
Objective : This study aims to determine the influence of classical music in lowering
anxiety levels of patients Sectio Caesarea with action subarachnoid block (SAB) in RSU
Mitra Delima Malang, East Java
Method : This research is a quasi-experimental research design group pre test and
post-test with control group. The population in the study were all patients
undergoing elective sectio caesarea with SAB action in RSU Mitra Delima, a
sample is taken by consecutive sampling 52 people, divided into 26 samples of the
intervention group and 26 control group. Data were analyzed using the Mann
Whitney and Wilcoxon.
Result : Classical music on effect of reducing the level of anxiety in patients undergoing
surgery Sectio Caesarea (p = 0.000). Classical music was shown to reduce anxiety in the
intervention group were 26 respondents (100%).
Conclusion : Approach with proven influential classical music interventions to reduce the
level of anxiety in patients undergoing surgery Sectio Caesarea (p = 0.000).
Keywords : Classical Music, Anxiety, Sectio Caesarea
1
Nursing Student DIV Poltekkes Ministry of Health Yogyakarta
Nursing Department of the Ministry of Health Poltekkes Yogyakarta
3
Nursing Department of the Ministry of Health Poltekkes Yogyakarta
2
PENDAHULUAN
Sectio
Caesarea
adalah
Operasi
pembedahan untuk melahirkan janin
mempunyai
dengan membuka dinding perut dan
perdarahan,
dinding
2010).
kencing, embolisme paru-paru, rupture
Operasi Sectio Caesarea dilakukan jika
uteri, dan kematian janin perinatal,
persalinan
sehingga
rahim
(Mansjoer,
spontan
(pervaginam)
Sectio
Caesarea
komplikasi
luka
infeksi,
pada
dapat
kandung
menimbulkan
mengandung resiko yang lebih besar
kekhawatiran
bagi ibu maupun janin (Abdul, 2006).
(Mansjoer, 2010). Hasil penelitian
Meningkatnya jumlah kejadian tersebut
Montgomery et al (2011) di New York,
mencapai 11,6% pada tahun 2010 di
USA mengenai faktor psikologis pra-
China dan telah menjadi trend di
operasi terhadap efek samping pasca
Amerika sejak tahun 2003 (7%) (World
operasi, menunjukkan bahwa stres pra-
Health Organization (WHO), 2010;
operasi
Menacker., & Declercq, 2008; Gary &
keparahan nyeri pasien paska-operasi
Wetridge, 2010; & Subedi, 2012). Data
dan kelelahan satu minggu setelah
statistik WHO (2013), menyebutkan
operasi (P < 0.05) dan kelelahan (P <
bahwa negara dengan kejadian Sectio
0.003). Hasil Tes Sobel menunjukkan
Caesarea
pada
bahwa sebagian respon dari kecemasan
negara Brazil (52%), Cyprus (51%),
terhadap nyeri (P < 0.03) dan kelelahan
Mexico
(P < 0.03).
tertinggi
terdapat
(39%)
(WHO,
2013).
Indonesia memiliki angka kelahiran
yang
cukup
perkembangan
meningkat,
jumlah
tinggi
yang
seiring
kelahiran
dengan
dan
sangat
berkontribusi
Kecemasan
operasi
kecemasan
terhadap
disebabkan
pada
tindakan
oleh
berbagai
semakin
faktor. Salah satu faktornya adalah
bertambahnya
kurangnya pengertahuan pasien Sectio
dengan
Sectio
Caesarea dan keluarganya tentang
Caesarea, yaitu 921.000 dari 4.039.000
tindakan yang dilakukan. Selain itu
persalinan atau sekitar 22,8% dari
juga
seluruh persalinan (Profil Kesehatan
kurangnya
Indonesia, 2013).
mengaplikasikan
dapat
disebabkan
sikap
perawat
karena
dalam
pencegahan
kecemasan pada klien dan keluarga
yang berhubungan dengan tindakan
hormon endorphin, sehingga dapat
yang
meningkatkan
dilakukan
(Hamid,
2008).
rasa
yang
nyaman
Menurut Long (2001), sebagian besar
(Arslan, 2008). Musik adalah suatu
individu yang akan menjalani anastesi
komponen yang dinamis yang bisa
mengalami nyeri, takut gagal atau pada
mempengaruhi baik psikologis maupun
kondisi yang lebih buruk. Hal ini
fisiologis bagi pendengarnya (Novita,
dimanifestasikan dengan kehilangan
2012).
perubahan
menarik
gangguan
fisik
terutama
nafas
dalam,
tidur,
sering
gelisah,
Hasil studi pendahuluan yang
dilakukan
di
RSU
Mitra
Delima
meningkatnya
Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa
frekuensi nadi, gerakan-gerakan tangan
Timur didapatkan hasil bahwa 5 dari 7
yang tidak terkontrol, telapak tangan
orang mengtakan merasa deg-degan
yang lembab, menanyakan pertanyaan
serta
yang sama berulang kali, dan sering
operasi, 4 dari 7 orang bertanya apakah
berkemih.
nanti saat dioperasi masih merasa sakit
Terapi relaksasi merupakan salah
takut
saat
akan
melakukan
atau tidak, dan 2 dari 7 orang
satu alternatif yang dapat diberikan
menanyakan
untuk mengurangi respon kecemasan.
caesarea bisa di tunda atau dibatalkan
Hal
pasien
sehingga saat akan melakukan operasi
menjadi rileks dan dapat memperbaiki
menjadi cemas dan terjadi peningkatan
berbagai aspek kesehatan fisik serta
tekanan darah dari 120/80 mmHg
dapat mengontrol diri sehingga dapat
menjadi 140/90 mmHg.
ini
dapat
membantu
mengambil respon yang tepat saat
apa
proses
Berdasarkan uraian di atas, maka
berada dalam situasi menegangkan
peneliti
(Prabowo, 2012). Musik telah terbukti
penelitian
tentang
dapat
penggunaan
musik
mengendalikan
tingkat
sectio
tertarik
untuk
melakukan
“Pengaruh
klasik
dalam
neurofisiologis yang dapat membuat
menurunkan tingkat kecemasan pasien
efek relaksasi melalui respon saraf
Sectio
sentral dan otonom (Gillen, 2008; Lai,
subarachnoid-blok (SAB) di
2006). Musik dapat memicu sistem
Mitra Delima Bululawang Kabupaten
limbik di otak untuk melepaskan
Malang, Jawa Timur.”
Caesarea
dengan
tindakan
RSU
yang masuk kriteria inklusi dimohon
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
merupakan
partisipasinya
untuk
penelitian quasi eksperimen dengan
responden
dengan
meminta
desain penelitian group pre test and
menandatangani
surat
persetujuan
post test with control group. Pada
untuk menjadi responden, 2) masing-
kelompok
masing
intervensi
diberikan
kelompok
mau
menjadi
intervensi
perlakuan berupa pemberian terapi
kelompok
musik klasik dengan pemberian posisi
sectio caesarea dengan tindakan SAB
nyaman untuk pasien, sedangkan pada
dilakukan
kelompok kontrol diberikan tindakan
kecemasan pre test ketika tiba di ruang
nyaman
napas
persiapan
operasi,
dalam sebagai upaya mandiri dari
intervensi
diminta
pasien untuk mengurangi nyeri ketika
musik
nyeri
kemudian proses penggunaan musik
berupa
muncul
melakukan
tanpa
menggunakan
terapi musik klasik.
kontrol
yang
dan
menjalani
pengukuran
klasik
tingkat
3)
kelompok
mendengarkan
selama
15
menit
klasik tersebut dimatikan / dilepas saat
Penelitian telah dilakukan di RSU
menjalani
SAB
yang
dilanjutkan
Mitra Delima Bululawang, Kabupaten
dengan pelaksanaan sectio sesarea, 4)
Malang, Jawa Timur pada tanggal 1
kelompok
November 2016 – 31 Desember 2016.
perlakuan dengan pemberian terapi
Berdasarkan
sampel
musik klasik kembali, 5) pada saat
didapatkan bahwa sampel sebanyak 26
kelompok intervensi dan kelompok
orang berasal dari kelompok intervensi
kontrol sudah dalam kondisi kesadaran
dan 26 orang berasal dari kelompok
penuh, maka dilakukan pengukuran
kontrol Pengambilan sampel penelitian
tingkat kecemasan (post test).
dilakukan
perhitungan
dengan
consecutive
intervensi
Pengambilan
data
diberikan
dilakukan
sampling dari populasi pasien yang
dengan cara wawancara atau interview
menjalani
elektif
langsung dengan responden. Dalam
dengan tindakan SAB di RSU Mitra
mengumpulkan data primer, peneliti
Delima Bululawang.
menggunakan
sectio
caesarea
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah : 1) responden
berupa
instrumen
kuesioner
penelitian
kecemasan
The
Amsterdam Preoperatif Anxiety and
Information Scale (APAIS) kemudian
melihat nilai p, apabila nilai p
dilakukan pengolahan data dengan
dibawah 0,05 maka data dikatakan
langkah-langkah yaitu editing, coding
terdistribusi tidak normal, dan bila
dan tabulating. Data
nilai p diatas 0,05 maka data
yang diperoleh
dianalisa dengan menggunakan teknik
tersebut
dikatakan
statistik
normal
(Stanislaus,
kuantitatif
dengan
analisis
unviariat,
menggunakan
normalitas,
dan
bivariat.
normalitas
pada
terdistribusi
2009).
Uji
penelitian
ini
Adapun
menggunakan Shapiro Wilk karena
analisa yang digunakan sebagai berikut
besar sampel yang diambil kurang
:
dari
1) Analisa Univariat
normalitas yang dilakukan oleh
Analisa univariat merupakan
suatu
analisa
50
responden.
peneliti,
Pada
ditemukan
digunakan
menganalisis
tiap-tiap
terdistribusi secara tidak normal,
variabel dari hasil penelitian yang
dibuktikan oleh nilai p yaitu 0,000
menghasilkan
atau kurang dari 0,05.
frekuensi
masing-
suatu
dan
univariat
presentase
masing
(Nursalam,
distribusi
2013).
dalam
dari
penelitian
ini
data
yang
3) Analisa Bivariat
variabel
Analisa
berupa
uji
yang
untuk
normalitas
hasil
uji
Analisis
analisis
yang
mengetahui
bivariat
adalah
dilakukan
perbedaan
bermakna
pekerjaan, kehamilan, pengalaman
Analisis bivariat pada penelitian ini
responden, pendidikan,dan tingkat
menggunakan derajat kepercayaan
kecemasan pasien.
95% (α = 0,05). Dasar pengambilan
Uji
normalitas
dua
yang
adalah distribusi tentang umur,
2) Uji Normalitas
antara
untuk
variabel.
keputusannya adalah data tidak
dilakukan
teridistribusi
normal,
sehingga
untuk mengetahui apakah data dari
pengujian hipotesis menggunakan
masing-masing
uji Mann Whitney untuk data yang
kelompok
perlakuan berdistribusi normal atau
tidak
berpasangan
dan
tidak. Dalam melihat normalitas
menggunakan uji Wilcoxon untuk
suatu data dilakukan dengan cara
data yang berpasangan.
HASIL
PENELITIAN
tenaga medis yang meliputi ; 1
DAN
PEMBAHASAN
dokter
1. Gambaran Umum dan Lokasi
Gynekologi, 1 dokter Spesialis
Penelititan.
Spesialis
Obstetri
Anastesi, 1 dokter Spesialis Anak,
Penelitian ini dilakukan di
1
perawat
penata
anastesi,
1
Rumah Sakit Umum (RSU) Mitra
perawat asisten pembedahan, 1
Delima berdiri sejak tanggal 15
perawat anak, dan 2 orang bidan.
November 2010, berlokasi di Jalan
2. Analisis Univariat
Raya Bulupayung Nomor 1-B Desa
Krebet,
Kecamatan
a. Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi frekuensi
karakteristik responden
Bululawang
Kabupaten Malang. Rumah sakit
tipe D ini berada diatas lahan seluas
1.750 m2 dengan luas bangunan
No.
Karakteristik
1.
Umur
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
Pekerjaan :
a. Buruh
b. IRT
c. PNS
d. Swasta
Kehamilan
status obstetri
a. 1
b. 2
c. 3
Pengalaman
operasi
a. Belum
pernah
b. Pernah
Pendidikan
a. SD
b. SMP
c. SMA
d. PT
dasar 800 m2 untuk 2 lantai. Jenis
pelayanan
kesehatan
yang
2.
diselenggarakan di RSU Mitra
Delima
khususnya
di
Ruang
3.
Operasi adalah Pelayanan Bedah
Obstetri, Pelayanan Bedah Umum,
Pelayanan Bedah THT, Pelayanan
4.
Bedah Mata, dan Pelayanan Bedah
Urologi. Rata-rata jumlah Operasi
di RSU Mitra Delima mencapai
110 operasi dalam 1 bulan dengan
perbandingan 9 : 1 untuk Obstetri
(99 pasien) dan Bedah (11 pasien).
Jumlah tenaga kesehatan di
5.
Frekuensi
(f)
Persentase
(%)
4
40
8
7,7
76,9
15,4
8
14
10
20
15,4
26,9
19,3
38,4
20
18
14
38,4
34,7
26,9
42
10
80,7
19,3
10
12
18
12
19,3
23,1
34,5
23,1
Sumber : Data Primer 2016
Berdasarkan tabel 1, dapat
Ruang Operasi di RSU Mitra
diketahui
Delima sebanyak 12 orang, khusus
responden berumur antara 20-35
untuk
tahun (76,9%) yang bekerja sebagai
pelaksanaan
tindakan
Operasi Sectio Saecarea terdapat 8
pegawai
bahwa
swasta
mayoritas
(38,4%).
Berdasarkan tingkat pendidikan,
sebagian
besar
Penelitian ini menunjukkan
responden
bahwa banyak responden yang
berpendidikan SMA (34,5%) dan
mengalami cemas berat ketika akan
yang paling sedikit berpendidikan
menjalani operasi Sectio Caesarea.
SD (19,3%). Kehamilan responden
Kecemasan
yang
responden dapat disebabkan karena
sekarang,
sebagian
besar
adalah yang pertama (38,4%) dan
responden
sebelumnya
persalinan
belum
pernah
menjalani operasi (80,7%).
yang
menyadari
Sectio
b. Tingkat kecemasan pada pasien
Sectio
Caesaea
sebelum
perlakuan
1
2
Tidak cemas
Cemas
ringan
3 Cemas
sedang
4 Cemas berat
5 Panik
Jumlah
Kelp
Intervensi
f
%
0
0
0
0
Kelp
Kontrol
f
%
0
0
0
0
4
7,7
0
0
22
0
26
42,3
0
50
10
16
26
19,2
30,8
50
tabel
2,
dengan
pembedahan.
Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi
tingkat
kecemasan,
Beberapa
faktor
disebutkan
Soewandi
dalam
Hartoyo (2010), antara lain usia,
pendidikan,
potensi
maturasi,
keadaan
budaya,
jenis
stressor,
fisik,
sosial
kelamin,
dan
pengalaman operasi. Oleh karena
itu hasil pengkajian kecemasan
responden
Berdasarkan
Caesarea
dilakukan
dapat
Tabel 2. Distribusi frekuensi
kecemasan responden sebelum
diberikan perlakuan
Kecemasan
bahwa
merupakan persalinan tidak normal
yang
N
o
dialami
Menurut
dapat
Kaplan,
berbeda-beda.
Sadock,
dan
didapatkan
bahwa
mayoritas
Grebb (2010), salah satu faktor
responden
pada
kelompok
yang
mempengaruhi
kecemasan
intervensi mengalami cemas berat
adalah
sebanyak 22 responden (42,3%),
menjalani
sedangkan pada kelompok kontrol
Pengalaman awal ini bisa dikaitkan
didapatkan
bahwa
dengan
responden
mengalami
mayoritas
panik
sebanyak 16 responden (30,8%).
pengalaman
proses
pasien
pengobatan.
pengalaman
proses
melahirkan (menjalani persalinan
normal / Sectio Caesarea) sebagai
bagian penting dan bahkan sangat
c. Tingkat kecemasan pada pasien
menentukan bagi kondisi mental
Sectio
individu di kemudian hari. Apabila
perlakuan
pengalaman
tindakan
individu
medis
cenderung
maka
mempengaruhi
peningkatan
kecemasan
menghadapi
tindakan
proses
Oswari
(2005),
Menurut
N
o
pada fase pre operasi dengan
1 Tidak cemas
2 Cemas ringan
3 Cemas
sedang
4 Cemas berat
5 Panik
Jumlah
akan menjadi agak gelisah dan
takut, perasaan takut dan gelisah
seringkali tidak tampak jelas, tetapi
kadang-kadang pula kecemasan itu
dapat terlihat dalam bentuk lain.
Pasien yang takut dan gelisah
sering bertanya terus menerus dan
walaupun
pertanyaan telah dijawab, ia tidak
mau berbicara dan memperhatikan
keadaan sekitarnya, tetapi berusaha
mengalihkan
perhatiannya
pada
buku atau sebaliknya ia bergerak
terus menerus dan tidak bisa tidur.
Untuk itu maka diperlukan tenaga
paramedis (perawat) yang ikut serta
dalam
tersebut.
mengatasi
permasalahan
Kelp
Intervensi
f
%
15
28,8
10
19,2
0
0
Kelp
Kontrol
F
%
0
0
0
0
3
6
1
0
26
10
13
26
2
0
50
19,2
25
50
Berdasarkan tabel 3, setelah
tindakan anestesi biasanya pasien
berulang-ulang,
Kecemasan
saat
pembedahan.
setelah
Tabel 3. Distribusi frekuensi
kecemasan responden setelah
diberikan perlakuan
tentang
kurang,
Caesaea
mendapatkan
perlakuan
berupa
pemberian terapi musik klasik pada
kelompok
intervensi
didapatkan
bahwa responden mengalami tidak
cemas
sebanyak
(28,8%),
15
cemas
responden
ringan
10
responden (19,2%), dan cemas
berat sebanyak 1 responden (2%).
Pada
pengukuran
kelompok
kontrol
post
test
didapatkan
bahwa responden mengalami panik
sebanyak 13 responden (25%),
cemas berat 10 responden (19,2%)
dan
mengalami
sebanyak
3
cemas
responden
sedang
(6%).
Penelitian ini menunjukkan pada
kelompok
intervensi
mengalami
perubahan
tingkat
kecemasan,
bahwa banyak responden yang
mengalami
menjadi
stres antara lain ACTH, prolaktin,
selesai
dan hormon pertumbuhan serta
menjalani operasi Sectio Caesarea
dapat mengurangi nyeri (Campbell
setelah
dalam Raharja, 2009).
tidak
penurunan
cemas
ketika
mendapatkan
perlakuan
berupa pemberian terapi musik
klasik. Penurunan kecemasan yang
dialami
responden
disebabkan
karena
dari
perlakuan
d. Uji Normalitas
dapat
Pengujian normalitas sebaran
keberhasilan
yang
data
dilakukan
dengan
cara
diberikan
membandingkan nilai Shapiro Wilk
kepada pasien yang menjadikan
dengan bantuan program SPSS
pasien
16.0.
merasa
rileks
selama
tindakan operasi Sectio Caesarea.
Pemberian terapi musik klasik
membuat seseorang menjadi rileks,
menimbulkan
rasa
aman
dan
Tabel 4. Hasil uji normalitas
No
1
2
sejahtera, melepaskan rasa gembira
Kelompok
kontrol
-Pre test
-Post test
intervensi
-Pre test
-Post test
p.
Kesimpulan
0,007
0,002
Tidak normal
Tidak normal
0,013
0,001
Tidak normal
Tidak normal
dan sedih, melepaskan rasa sakit
Sumber : Data Primer 2016
dan
Kriteria pengujian :
Jika nilai
α > 0,05, maka
berdistribusi normal.
Jika nilai α < 0,05, maka tidak
berdistribusi normal.
menurunkan
(Musbikin
tingkat
2009).
Hal
stres
tersebut
terjadi karena adanya penurunan
Adrenal
Corticotropin
Hormon
(ACTH) yang merupakan hormon
stres
(Djohan
2006).
Semua
intervensi akan sangat berhasil bila
dilakukan sebelum nyeri menjadi
lebih
parah,
dan
keberhasilan
terbesar
sering
dicapai
beberapa
intervensi
jika
e. Analisis Bivariat
Tabel 5. Hasil uji Wilcoxon
No
Kategori
f
1
2
3
Postes< Pretes
Postes > Pretes
Postes = Pretes
15
0
11
Sum Of Ranks
Neg
Pos
120,00 0,0
0
Sumber : Data Primer 2016
diterapkan
Pada kelompok kontrol didapat
secara simultan. Selain itu musik
15 responden menurunan tingkat
klasik berfungsi mengatur hormon-
kecemasannya dan 11 responden
hormon yang berhubungan dengan
dengan tingkat kecemasan tetap.
Sig
0,001
0,001
0,001
Tabel 6. Hasil uji Mann Whitney
No
Kategori
f
1
2
3
Postes< Pretes
Postes > Pretes
Postes = Pretes
26
0
0
Sum Of Ranks
Neg
Pos
351,00 0,0
0
Sumber : Data Primer 2016
tingkat kecemasan pasien sebelum
Sig
dan
sesudah
0,000dengan p
0,000
0,000Penelitian
melakukan
dzikir
= 0,001 (p < 0,05).
ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Pada kelompok kontrol didapat
Ichsan (2014), yang menyimpulkan
26 responden menurunan tingkat
adanya penurunan kecemasan pada
kecemasannya. Hasil uji Mann-
pasien
Whitney menunjukkan perbedaan
dilakukan
yang
yang
bermakna.
Perbedaan
Sectio
Caesarea
Pendekatan
dialami
yang
Spiritual
pasien
Sectio
ditunjukkan oleh skor p, yaitu
Caesarea
p=0,000 (p<0,05).Dalam kolom
mengalami cemas ringan (76,5%).
mean rank (terlampir) dapat dilihat
Hasil uji t-test didapatkan nilai t
bahwa
20,406 dengan signifikansi (p)
penurunan
kecemasan
pada
kelompok
responden
0,000.
mayoritas
Persamaan
responden
dari
ketiga
intervensi mempunyai mean rank
penelitian tersebut adalah terapi
lebih tinggi (39,50) dibandingkan
komplemneter yang diberikan oleh
dengan kelompok kontrol (13,50).
perawat dapat berhasil menurunkan
Hal
kecemasan pasien.
ini
berarti
bahwa
pada
kelompok dengan intervensi musik
klasik
lebih
dalam
awalnya mungkin individu masih
kecemasan
bertanya apakah musik benar-benar
pasien yang akan menjalani operasi
dapat mempengaruhi suasana hati,
section
caesarea
walaupun sudah banyak penelitian
dengan
kelompok
menurunkan
efektif
Menurut Djohan (2006), pada
tingkat
dibandingkan
yang
tidak
diberikan intervensi musik klasik.
secara
sistematis
dilakukan
terhadap hubungan antara berbagai
Penelitian ini sesuai dengan
jenis musik dan reaksi emosi.
penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian Lewis (dalam Hamzah,
Rentika
yang
2010) menemukan pengaruh musik
terdapat
atau video dalam beberapa hasil
perbedaan yang signifikan pada
pengukuran suasana hati melalui
menyimpulkan
(2012),
bahwa
kuesioner
/
tingkat energi, pengkerutan, fungsi
pesimisme, skala sikap dan skala
seksual, massa otot, dan sakit.
Wessman-Ricks
Elation
Konsistensi dengan hasil penelitian
Sebelumnya
sejenis, ini menunjukan terjadinya
dipilih musik dan video dengan
penurunan signifikan dalam hal
kategori hati positif dan negatif.
kecemasan, depresi, dan kesepian-
Hasil menunjukkan bahwa musik
tiga faktor kritis dalam menghadapi
memiliki
stres,
and
tentang
optimisme
tentang
Depression.
pengaruh
yang
kuat
dan
merangsang
terhadap suasana hati tetapi tidak
kekebalan,
demikian dengan video. Musik
kesehatan (Febria, 2014).
dengan
kategori
serta
sistem
meningkatkan
positif
menghasilkan peningkatan suasana
KESIMPULAN DAN SARAN
hati yang positif demikian pula
KESIMPULAN
musik sedih juga menghasilkan
1. Karakteristik
peningkatan suasana hati negatif.
Caesarea
Maka disimpulkan bahwa sebuah
berumur
musik
bekerja sebagai karyawan swasta,
cenderung
menimbulkan
adalah
antara
suasana hati yang sama dalam diri
berpendidikan
pendengarnya.
yang
Universitas
Michigan
mempublikasikan hasil penelitian
pasien
mayoritas
20-35
SMA,
pertama
Sectio
dan
tahun,
kehamilan
sebelumnya
belum pernah menjalani operasi.
2. Kecemasan
sebelum
dilakukan
mengenai pengaruh musik terhadap
perlakuan berupa pemberian terapi
sekelompok orang dewasa Amerika
musik klasik kepada kelompok
yaang mengikuti pelajaran kibor
intervensi mayoritas adalah cemas
menunjukan efek dramatis berupa
berat, sedangkan pada kelompok
terjadinya
kontrol mayoritas adalah panik.
92%
peningkatan
pada
sebesar
pertumbuhan
3. Kecemasan
setelah
dilakukan
hormonalnya (Growth Hormone).
perlakuan berupa pemberian terapi
Pertumbuhan
manusia
musik klasik kepada kelompok
beberapa
intervensi
tercermin
hormon
dalam
fenomena usia seperti osteoporosis,
mayoritas
adalah
mengalami tidak cemas, sedangkan
pada kelompok kontrol mayoritas
adalah panik.
4. Musik
DAFTAR PUSTAKA
klasik
menurunkan
berpengaruh
tingkat
kecemasan
pada pasien yang akan menjalani
operasi Sectio Caesarea.
SARAN
1. Instalasi kamar operasi di RSU
Mitra Delima Malang.
Agar
dapat
intervensi
musik
menurunkan
menerapkan
klasik
tingkat
untuk
kecemasan
pada pasien yang akan mejalani
sectio
sesarea
dengan
tindakan
subarachnoid blok (SAB), sehingga
dapat menambah masukan untuk
membuat kebijakan pembuatan SOP
dalam perawatan preanestesi.
2. Institusi
pendidikan
(Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta )
Agar dapat mengembangkan
penelitian
tentang
intervensi
musik
menurunkan
efektivitas
klasik
tingkat
dalam
kecemasan
pada pasien yang akan menjalani
tindakan
anestesi
atau
operasi,
sehingga dapat menjadi acuan bagi
perawat anestesi dalam penangani
kecemasan.
1. Abdul, dkk, (2006). Penanganan
Preeklampsia, Arcan, Jakarta.
2. Arslan, S. Ozer, N., & Ozyurt, F.
(2008).
Effect
of
music
on
preoperative
anxiety
in
men
undergoing
urogenital
surgery.
Australian Journal of Advanced
Nursing Vol 26. 46-54.
3. Boker A, Brownell, Done In. (2002).
The Amsterdam preoperative anxiety
and information scale provides a
simple and reliable measure of
preoperative anxiety. Can J Anaesth.
2002;9(8):792–8
4. Berger, K..J. (1992). Fundamental of
Nursing: collaborating for optimal
health/ Karen J. Berger, Marlyn
Brinkman Williams. Neurosensory
Integration. Connecticut: Appleton &
Lange.
5. Brunner & Suddarth. (2002). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
EGC :Jakarta.
6. Dargobercia. (2011). Cara Menjaga
Tingkat Kecemasan Manusia. PT
Graha Ilmu : Yogyakarta.
7. Djohan. (2006). Terapi Musik Teori
dan Aplikasi, Yogyakarta:Galang
Press.
8. Herman T.H and Komitsuru S. (2014).
Nanda
Internasional
Nursing
Diagnosis,
Definition,
and
Clasification
2015-2017.
EGC.
Jakarta.
9. Febria, T. (2014). Penggunaan Terapi
Musik untuk Menurunkan Kecemasan
Menyusun Skripsi pada Mahasiswa
BK-FKIP UKSW. Skripsi Universitas
Kristen Satya Wacana : Salatiga.
10. Gary, C. F., & Wetridge, W. J. (2010).
Williams OBSTETRICS (23 ed.).
United State of America: The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Download