pbi - FMIPA Unesa

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH (PBI) UNTUK MENINGKATKAN
KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATERI POKOK ASAM BASA DAN GARAM
Elok Mufidah dan Amaria
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya
Tlp: 031-8298761, email: [email protected]
Abstrak
Penerapan pembelajaran berdasarkan masalah pada penelitian ini dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengimplementasikan
keterampilan proses dan hasil belajar pada materi asam, basa dan garam.
Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Krembung Sidoarjo dengan melibatkan 35
siswa kelas VII-7 tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini mengikuti rancangan
penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 3 siklus. Kegiatan yang dilakukan
dalam tiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, refleksi dan revisi.
Keterampilan proses yang dilatihkan dan diukur adalah merumuskan hipotesis,
mengidentifikasi variable, mendefinisikan variable, menginterpretasi data dan
menyimpulkan hasil percobaan. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah
metode tes keterampilan proses dan tes hasil belajar.
Hasil-hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa 1) Kemampuan
siswa dalam mengimplementasikan keterampilan proses (a) merumuskan hipotesis
pada siklus I, II dan III masing-masing sebesar 27,14%, 30%, 64,29%. (b)
mengidentifikasi variabel pada siklus I, II dan III masing-masing sebesar 43,81%,
65,71% dan 80%. (c) mendefinisikan variabel pada siklus I II dan III masingmasing sebesar 3,81%, 51,43% dan 71,43%. (d) menginterpretasikan data pada
siklus I II dan III masing-masing sebesar 71,43%, 80,95%, 86,67%. (e)
menyimpulkan hasil percobaan pada siklus I, II dan III berturut-turut adalah 40%,
72,86% dan 88,57%. 2) Hasil belajar siswa pada siklus I, II dan III memiliki ratarata sebesar 69,1; 78,9 dan 85,6 dengan ketuntasan belajar sebesar 57,14%,
77,14% dan 85,71%.
Kata kunci: Pembelajaran berdasarkan masalah, keterampilan proses, hasil
belajar siswa, asam basa dan garam
karena itu pembelajaran IPA di SMP
menekankan
pada
pemberian
pengalamaan belajar secara langsung
melalui
penggunaan
dan
pengembangan keterampilan proses
dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006).
Untuk
merealisasikan
tuntutan
kurikulum tersebut guru diharapkan
bijaksana dalam membawa suatu
proses pembelajaran kepada keadaan
PENDAHULUAN
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menghendaki
suatu pembelajaran IPA SMP
dilaksanakan
secara
penemuan
ilmiah (scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya
sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh
B - 151
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
yang
dapat
mengembangkan
kemampuan siswa dalam berpikir
logis, kritis, kreatif dan inovatif serta
dapat memberi pengalamaan belajar
secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan
proses dan sikap ilmiah.
Kenyataannya, siswa belum
atau hanya sedikit memperoleh
kesempatan belajar dan berlatih
menguasai kompetensi menganalisis
dan memecahkan masalah sering
terjadi pada setiap kegiatan belajar
mengajar. Hal tersebut di atas juga
terjadi di SMPN 1 Krembung. Dari
data hasil belajar yang diperoleh di
SMPN 1 Krembung untuk kelas VII7 tahun ajaran 2009-2010 bahwa IPA
merupakan pelajaran yang cukup
sulit dipahami. Ketuntasan belajar
siswa
secara
klasikal
pada
pembelajaran sebelumnya yaitu pada
materi pokok besaran dan satuan
sangat rendah yaitu sebesar 67,56%.
Berdasarkan angket yang diberikan
pada kelas tersebut diperoleh 86,49%
siswa berpendapat bahwa IPA sulit
dipahami karena belum pernah
dilakukan
praktikum
dalam
pembelajaran, sehingga siswa merasa
bosan pada pembelajaran IPA.
Pembelajaran seperti itu akan
menghambat kemampuan berpikir
ilmiah siswa karena siswa cenderung
pasif.
Berdasarkan
wawancara
dengan Ibu Purwanti, guru IPA
SMPN 1 Krembung, hampir seluruh
materi pokok pada pembelajaran IPA
belum pernah dilakukan praktikum,
namun pada materi asam basa dan
garam telah dilakukan demonstrasi
yang dilakukan oleh guru. Meskipun
dilakukan demonstrasi, namun belum
pernah dilatih untuk menganalisis
dan memecahkan masalah yang
mengimplementasikan keterampilan
proses.
Berdasarkan
prapenelitian
yang dilakukan pada tanggal 23
Agustus 2009 terhadap 35 siswa
kelas VII-7 tersebut didapatkan
persentase siswa yang mampu
menyelesaikan soal-soal dengan
kemampuan: merumuskan hipotesis
14,29%, mengidentifikasi variabel
35,24%, mendefinisikan variabel 0%,
menyajikan data 51,43% dan
menarik kesimpulan sebesar 38,57%.
Berdasarkan
hasil
tersebut
menunjukkan bahwa keterampilan
proses siswa masih rendah. Untuk
mengatasi
permasalahan
siswa
tersebut dapat dilakukan dengan
melaksanakan suatu pembelajaran
yang dapat memberi kesempatan
siswa untuk mengimplementasikan
keterampilan
proses
sekaligus
meningkatkan hasil belajar siswa.
Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan materi pokok asam basa
dan garam merupakan materi yang
menuntut siswa untuk melakukan
percobaan di laboratorium. Materi
asam basa dan garam juga memuat
konsep-konsep
yang
banyak
digunakan dalam kehidupan seharihari, sehingga memungkinkan jika
dilakukan kegiatan yang dapat
melatihkan keterampilan proses.
Menurut Setiawan (2008),
penerapan
model
pembelajaran
berdasarkan
masalah
dapat
meningkatkan hasil belajar siswa,
sedangkan menurut Roth dan
Roychoudhury (1993), Foulds dan
Rowe (1996) siswa dapat belajar
mengidentifikasi dan mendefinisikan
variabel,
menginterpretasi
dan
menganalisis data, merencanakan
dan merancang eksperimen, serta
merumuskan hipotesis melalui kerja
ilmiah yang dilakukan dengan diberi
permasalahan autentik. Salah satu
model
pembelajaran
yang
menggunakan permasalahan autentik
B - 152
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
adalah pembelajaran berdasarkan
masalah atau Problem Based
Instruction (PBI). Pembelajaran
berdasarkan masalah adalah salah
satu
strategi
pembelajaran
konstektual yang membantu untuk:
1. mengembangkan kemampuan
berpikir siswa, 2. memecahkan
masalah
dan
mengembangkan
keterampilan
intelektual
siswa
melalui pengalaman nyata sehingga
siswa menjadi pebelajar yang
otonom (Ibrahim, 2000:7). Model
pembelajaran berdasarkan masalah
memiliki lima tahapan utama, yaitu:
orientasi siswa kepada masalah,
mengorganisasikan siswa untuk
belajar, membimbing penyelidikan
individual
dan
kelompok,
mengembangkan dan menyajikan
hasil, menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah (Ibrahim,
2000: 13). Nur (dalam Achmadi,
1996) menyatakan bahwa proses
belajar mengajar dengan pendekatan
keterampilan proses adalah proses
belajar mengajar yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa
dapat
menemukan
fakta-fakta,
konsep-konsep
dan
teori-teori
dengan keterampilan proses dan
sikap
ilmiah
siswa
sendiri.
Keterampilan proses yang dilatihkan
pada
penelitian
ini
adalah
keterampilan proses terpadu menurut
commission on science education of
the amerika association for the
advancement of science yang
digunakan untuk tingkat kelas
sekolah menengah. Keterampilan
tersebut
meliputi:
perumusan
hipotesis,
pengidentifikasian
variabel,
pendefinisian
variabel
secara
operasional,
penginterprestasian
data,
dan
menyimpulkan
hasil
percobaan
(Soetardjo dan Soejitno, 1998).
Berdasarkan uraian tersebut,
maka peneliti melakukan penelitian
tentang
penerapan
model
pembelajaran berdasarkan masalah
dalam meningkatkan hasil belajar
dan keterampilan proses siswa yang
bertujuan
untuk
mengetahui
kemampuan
siswa
dalam
mengimplementasikan keterampilan
proses dan hasil belajar siswa setelah
dilakukan
penerapan
model
pembelajaran berdasarkan masalah.
METODE PENELITIAN
A. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian ini adalah
siswa kelas VII-7 SMPN 1
Krembung. Kelas ini dipilih karena
dalam
pembelajaran
IPA
keterampilan proses dan hasil
belajarnya masih rendah
B. Rancangan Penelitian
Penelitian
ini mengikuti
rancangan penelitian tindakan kelas
(PTK) yang dilakukan sebanyak tiga
siklus. Pada tiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu: perencanaan,
pelaksanaan, refleksi dan revisi,
seperti yang ditampilkan Gambar 1.
C. Prosedur Penelitian
1. Perencanaan
Kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan pada tahap perencanaan
adalah mempersiapkan perangkat
pembelajaran
dan
instrumen
penelitian yang digunakan, terdiri
dari silabus, RPP materi asam basa
dan garam, LKS, serta soal tes
keterampilan proses dan hasil
belajar siswa.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan
tindakan
dilakukan dalam tiga siklus sesuai
dengan RPP yang telah disiapkan.
Pada setiap akhir pembelajaran
diberikan tes hasil belajar dan tes
keterampilan proses pada siswa
untuk
mengetahui
tingkat
B - 153
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
keberhasilan siswa. Penelitian
dilaksanakan di SMP Negeri 1
Krembung Sidoarjo dimulai dari
bulan Desember 2009 sampai
dengan bulan Januari 2010. Siklus
pertama dilaksanakan tanggal 26
Desember 2009 dengan sub pokok
bahasan sifat-sifat asam basa dan
garam. Siklus kedua dengan sub
pokok bahasan pengelompokan
asam, basa dan garam dilaksanakan
tanggal 2 Januari 2010. Siklus
ketiga dilaksanakan pada tanggal 9
Januari 2010 dengan sub pokok
bahasan identifikasi sifat asam,
basa menggunakan indikator alami.
Sasaran dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII-7 SMPN 1
Krembung Sidoarjo sebanyak 35
siswa.
RANCANGAN
REFLEKSI
SIKLUS I
Kegiatan dan
observasi
RANCANGAN REVISI
REFLEKSI
SIKLUS II
Kegiatan dan
observasi
RANCANGAN REVISI
REFLEKSI
SIKLUS III
Kegiatan dan
observasi
Gambar 1: Spiral Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto dkk, 2008)
3. Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah
usai proses pembelajaran untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran yang akan
dijadikan pijakan tindakan pada
siklus
selanjutnya.
Refleksi
dilakukan terhadap hasil tes
keterampilan proses dan tes hasil
belajar.
untuk dilakukan tindakan pada
putaran berikutnya.
Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dalam
penelitian
ini
berupa
data
keterampilan proses siswa dan data
hasil
belajar
siswa.
Untuk
menentukan keberhasilan tindakan,
ditetapkan metode pengumpulan data
dan analisis data yang diperoleh
seperti pada Tabel 1.
4. Revisi
Revisi dilaksanakan setelah
kegiatan refleksi dengan mengacu
pada
hasil
evaluasi
untuk
menentukan solusi kekurangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tes keterampilan Proses
B - 154
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
Data tes keterampilan proses
siswa untuk tiap keterampilan pada
tiga siklus disajikan dalam Tabel 2.
1. Merumuskan Hipotesis
Pada aspek ini siswa
diharapkan mampu merumuskan
hipotesis sesuai dengan rumusan
masalah dari suatu fenomena yang
telah disajikan dalam soal tes.
Merumuskan
hipotesis
adalah
kegiatan yang baru bagi siswa,
sehingga pada siklus I hanya 27,14%
siswa yang mampu menguasai
keterampilan ini. Persentase ini
masih sangat jauh di bawah standar
yang diharapkan, yaitu 85%. Hal ini
memotivasi guru untuk mengajarkan
merumuskan hipotesis dengan lebih
baik lagi dengan cara memberi
contoh. Pada siklus II, siswa sudah
menunjukkan peningkatan menjadi
30%, namun nilai ini masih jauh di
bawah standar yang diharapkan. Hal
ini karena pada siklus II ini siswa
masih
sulit
membedakan
merumuskan
hipotesis
dengan
merumuskan masalah, sehingga
banyak siswa yang menulis ulang
permasalahan yang disajikan. Pada
siklus III, persentase ketercapaian
sudah meningkat tajam, menjadi
64,29%. Pada siklus III ini siswa
telah
dapat
membedakan
merumuskan
hipotesis
dengan
merumuskan masalah, namun siswa
masih banyak yang kurang sempurna
dalam merumuskan hipotesis. Pada
siklus III ini, persentase ketercapaian
juga masih kurang dari 85%,
sehingga dikatakan bahwa kelas
belum tuntas dalam menguasai
kemampuan merumuskan hipotesis.
Walaupun demikian, siswa telah
banyak mengalami kemajuan dalam
kemampuan ini.
2.
Mengidentifikasi Variabel
Pada aspek ini siswa diharapkan
mampu mengidentifikasi variabel
manipulasi, variabel kontrol dan
variabel respon sesuai dengan
ilustrasi percobaan yang telah
disajikan dalam soal tes. Pada siklus
I sebanyak 43,81% siswa yang
mampu menguasai keterampilan ini.
Persentase ini masih sangat jauh di
bawah standar yang diharapkan,
yaitu 85%. Kondisi ini dikarenakan
siswa masih sulit membedakan
antara variabel manipulasi, kontrol
dan respon. Hal ini memotivasi guru
untuk menjelaskan mengidentifikasi
variabel dengan lebih baik lagi
dengan cara memberi contoh
sehingga jelas perbedaan ketiganya.
Pada siklus II, siswa sudah
menunjukkan peningkatan, yaitu
sebesar 65,71%, namun nilai ini juga
masih di bawah standar. Pada siklus
III, persentase ketercapaian sudah
meningkat menjadi 80%. Pada siklus
III ini siswa telah dapat membedakan
antara variabel manipulasi, respon
dan kontrol, namun masih ada
beberapa siswa yang masih belum
bisa membedakan ketiga variabel
tersebut. Persentase ketercapaian
telah mendekati standar diharapkan,
namun belum bisa tuntas dalam
menguasai
kemampuan
mengidentifikasi variabel. Walaupun
demikian, siswa telah banyak
mengalami
kemajuan
dalam
mengidentifikasi variabel.
B - 155
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
Tabel 1. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data
No
Aspek yang diukur
1
Penguasaan
keterampilan
proses, terdiri dari:
a. merumuskan
hipotesis
b. mengidentifikasi
variabel
c. mendefinisikan
variabel
d. menginterpretasi
data
e. menyimpulkan
hasil percobaan
Hasil belajar siswa
2
Metode
pengumpulan
Metode Analisis
data
Tes
Persentase keberhasilan dihitung
keterampilan dengan rumus:
proses
jumlah skor seluruh siswa
×100%
skor maks × jumlah siswa
Sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) yang ditetapkan
oleh SMPN 1 Krembung, suatu
kelas dikatakan tuntas jika
persentase keberhasilan mencapai
85% untuk tiap kemampuan
keterampilan proses
Tes hasil
belajar
Sesuai dengan kriteria ketuntasan
minimum (KKM) yang ditetapkan
oleh SMPN 1 Krembung, suatu
kelas dikatakan tuntas jika 85%
siswa memperoleh nilai ≥ 69.
Persentase ketuntasan dihitung
dengan rumus:
jumlah siswa yang tuntas
×100%
jumlah siswa seluruhnya
Tabel 2. Hasil Tes Keterampilan Proses
Persentase (%)
No
1
2
3
4
5
Indikator Kemampuan
Perumusan hipotesis
Pengidentifikasian variabel
Pendefinisian variabel
Penginterpretasian data
Menyimpulkan hasil percobaan
Siklus I
Siklus II
Siklus III
27,14
43,81
3,81
71,43
40
30
65,71
51,43
80,95
72,86
64,29
80
71,43
86,67
88,57
3. Mendefinisikan Variabel
Pada
aspek
ini
siswa
diharapkan mampu mendefinisikan
bagaimana cara mengukur variabel
manipulasi, variabel kontrol dan
variabel
respon
yang
telah
diidentifikasi. Pada siklus I sebanyak
3,81% siswa yang mampu menguasai
keterampilan mendefinisikan variabel.
Persentase yang rendah ini dikarenakan
kemampuan ini masih baru bagi siswa,
sehingga
siswa
masih
bingung
bagaimana
cara
mendefinisikan
variabel.
Hampir
semua
siswa
menganggap bahwa mendefinisikan
variabel adalah definisi secara harfiah
B - 156
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
bukan secara operasional. Hal ini
memotivasi guru untuk menjelaskan
lebih lanjut tentang mendefinisikan
variabel dengan memberi pengertian
dan contoh. Pada siklus II, siswa sudah
menunjukkan peningkatan yang besar,
hal ini dapat dilihat dari tabel yang
menunjukkan
persentase
sebesar
51,43%, namun nilai ini masih di
bawah standar, yaitu 85%. Hal ini
karena dipengaruhi oleh kemampuan
mengidentifikasi variabel, jika pada
soal mengidentifikasi variabel salah,
maka dalam mendefinisikannya juga
salah. Pada siklus III, persentase
ketercapaian sudah meningkat menjadi
71,43%. Pada siklus III ini siswa lebih
paham cara mendefinisikan variabel,
namun masih ada beberapa siswa yang
masih
mendefinisikannya
secara
harfiah. Persentase ketercapaian masih
belum
mencapai
standar
yang
diharapkan, sehingga belum bisa
dikatakan tuntas dalam menguasai
keterampilan mendefinisikan variabel.
Walaupun demikian, siswa telah banyak
mengalami
kemajuan
dalam
mendefinisikan variabel.
4. Menginterpretasikan Data
Pada
aspek
ini
siswa
diharapkan mampu menyajikan data
dengan baik dan jelas sesuai dengan
hasil percobaan yang telah disajikan
dalam soal tes. Pada siklus I, siswa
sudah cukup baik dalam menyajikan
data, yakni sebesar 71,43%, namun
persentase ini masih di bawah standar
yang diharapkan, yaitu 85%. Kondisi
ini dikarenakan beberapa siswa masih
kurang jelas dalam menyajikan data,
sehingga keterampilan ini masih perlu
dilatih lagi pada siklus II. Pada siklus II,
siswa sudah menunjukkan peningkatan,
hal ini dapat dilihat dalam tabel yang
menunjukkan
persentase
sebesar
80,95%, namun nilai ini juga masih di
bawah standar yang diharapkan. Pada
siklus III, persentase ketercapaian sudah
meningkat menjadi 86,67%. Persentase
ini telah mencapai 85%, sehingga dapat
dikatakan siswa telah tuntas dalam
menguasai
keterampilan
menginterpretasikan data.
5. Menyimpulkan Hasil Percobaan
Pada
aspek
ini
siswa
diharapkan mampu menyimpulkan hasil
percobaan dengan baik sesuai dengan
hasil percobaan yang telah disajikan
dalam soal tes. Pada siklus I sebanyak
40% siswa yang mampu menguasai
keterampilan
menyimpulkan
hasil
percobaan. Persentase ini masih sangat
jauh di bawah standar yang diharapkan,
yaitu 85%. Kondisi ini dikarenakan
siswa masih kurang lengkap dalam
menjawab soal tes untuk keterampilan
menyimpulkan hasil percobaan. Pada
siklus II, siswa sudah menunjukkan
peningkatan, yaitu sebesar 72,86%,
namun nilai ini juga masih di bawah
standar yang diharapkan. Pada siklus
III, persentase ketercapaian sudah
meningkat menjadi 88,57%. Pada siklus
III ini siswa telah dapat menyimpulkan
hasil percobaan dengan baik. Persentase
ketercapaian telah mencapai standar
diharapkan, sehingga dapat dikatakan
siswa telah tuntas dalam menguasai
keterampilan
menyimpulkan
hasil
percobaan.
Secara umum, keterampilan proses
siswa meningkat pada tiap putaran,
meskipun ada beberapa keterampilan
yang
belum
tuntas.
Walaupun
demikian, penerapan pembelajaran
berdasarkan
masalah
dengan
mengangkat permasalahan autentik
dapat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan proses siswa. Menurut
Roth dan Roychoudhury (1993) dan
Foulds dan Rowe (1996) siswa dapat
belajar
mengidentifikasi
dan
mendefinisikan
variabel,
menginterpretasi dan menganalisis data,
serta merumuskan hipotesis melalui
kerja ilmiah yang dilakukan dengan
mengangkat permasalahan autentik.
Liliasari (2001) menyatakan bahwa
model pembelajaran yang mampu
meningkatkan keterampilan berpikir
B - 157
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
konseptual tingkat tinggi calon guru
IPA, dikategorikan menjadi dua
kelompok yaitu untuk materi yang
bersifat teoritis menggunakan metode
diskusi sedangkan untuk materi yang
ada
kegiatan
praktikumnya
menggunakan
metode
pemecahan
masalah dan penemuan. Dengan
demikian terdapat penguatan teori
terhadap peningkatan keterampilan
proses yang dicapai siswa melalui
penerapan PBI.
B. Tes Hasil Belajar Siswa
Data tes hasil belajar siswa untuk
tiap keterampilan pada
tiga siklus
disajikan dalam Tabel 3 dan Tabel 4.
Tabel 3. Data Tes Hasil Belajar
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nama
Siswa
Nilai
Keterangan
Nilai
Keterangan
Nilai
Keterangan
AC
AB
AY
AA
AS
DS
DD
DF
DE
DA
DW
FI
FD
FA
IP
IS
IR
JF
LP
MN
MK
MR
MI
MA
NS
NI
RA
RR
SN
SA
SF
WH
WR
YK
78
78
67
67
78
56
78
56
67
44
67
78
78
44
67
78
67
89
78
78
67
78
67
44
78
78
78
89
78
56
89
78
56
89
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
62,5
87,5
50
87,5
100
87,5
100
87,5
100
100
100
100
87,5
25
62,5
100
87,5
100
50
100
75
75
62,5
75
100
75
100
100
62,5
50
75
87,5
87,5
75
Tidak tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
100
83
67
100
83
83
83
83
67
83
83
100
83
100
100
100
100
100
100
100
83
67
83
50
100
100
100
100
100
67
83
83
83
83
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
B - 158
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
No
Nama
Siswa
35
ZA
Rata-rata
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai
Keterangan
Nilai
Keterangan
Nilai
78
69.1
Tuntas
Rata-rata
87,5
78,9
Tuntas
Rata-rata
100
85,6
Tabel 4. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar
Jumlah
No
Karakteristik
Siklus I
Siklus II
1 Siswa yang tuntas
20
27
2 Siswa yang tidak tuntas
15
8
3 Persentase ketuntasan
57,14%
77,14%
secara klasikal
Keterangan
Tidak tuntas Tidak tuntas
Hasil belajar siswa pada penelitian
ini adalah hasil belajar yang dinilai dari tes
hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada
akhir pembelajaran setiap putaran. Hasil
belajar siswa melalui pembelajaran dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah
sudah menunjukkan peningkatan dari
siklus I hingga siklus III. Rata-rata hasil
belajar siswa pada siklus I sebesar 69,1,
pada siklus II menjadi 78,9 dan pada siklus
III sebesar 85,6. Ketuntasan belajar siswa
pada siklus I adalah 57,14%, pada siklus II
menjadi 77,14% dan pada siklus III
sebesar 85,71%. Dari hasil siklus I dan II,
dikatakan bahwa ketuntasan belajar siswa
secara klasikal belum mencapai standar
ketuntasan secara klasikal yaitu 85% siswa
mencapai nilai 69. Pada siklus III,
ketuntasan belajar secara klasikal telah
tercapai karena terdapat 30 siswa atau
85,71% siswa telah memperoleh nilai ≥ 69.
Ketercapaian ketuntasan belajar siswa ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Setiawan dan Nyoman (2008) yang
menyatakan bahwa dengan menerapkan
pembelajaran berdasarkan masalah dapat
d. siklus II sebesar 51,43% dan siklus
III sebesar 71,43%.
e. Keterampilan
siswa
menginterpretasikan data pada siklus
I sebesar 71,43%, siklus II sebesar
80,95%, siklus III sebesar 86,67%.
Keterangan
Tuntas
Siklus III
30
5
85,71%
Tuntas
meningkatkan hasil belajar siswa. Pada
siklus III ini terdapat lima siswa yang
belum tuntas atau nilai tes hasil belajarnya
belum mencapai 69. Kondisi ini
disebabkan karena lima siswa tersebut
kurang
memperhatikan
pelajaran.
Rendahnya nilai tes hasil belajar lima
siswa
tersebut
pada
tiap
siklus
menunjukkan bahwa siswa tersebut kurang
memperhatikan pelajaran.
SIMPULAN
1. Penguasaan keterampilan proses siswa
mengalami peningkatan dari siklus I, II
dan III, peningkatan masing-masing
keterampilan dijelaskan sebagai berikut:
a. Keterampilan siswa merumuskan
hipotesis pada siklus I sebesar
27,14%, siklus II sebesar 30%, dan
siklus III sebesar 64,29%.
b. Keterampilan siswa mengidentifikasi
variabel pada siklus I sebesar
43,81%, siklus II sebesar 65,71%
dan siklus III sebesar 80%.
c. Keterampilan siswa mendefinisikan
variabel pada siklus I sebesar 3,81%,
f. Keterampilan siswa menyimpulkan
hasil penelitian pada siklus I sebesar
40%, siklus II sebesar 72,86% dan
siklus III sebesar 88,57%.
2. Hasil belajar siswa pada tiap siklus
mengalami peningkatan. Rata-rata hasil
belajar siswa pada siklus I sebesar 69,1,
B - 159
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7
Surabaya, 25 Pebruari 2012
pada siklus II menjadi 78,9 dan pada
siklus III sebesar 85,6 dengan
ketuntasan pada siklus I sebesar
57,14%, siklus II sebesar 77,14% dan
siklus III sebesar 85,71%.
Skills in Primary Teacher Education
Students. Australian Journal of
Teacher Education. Vol. 21 (1): pp:
16-23.
Ibrahim, Muslimin dan Nur, Mohamad.
2000.
Pengajaran
Berdasarkan
Masalah. Surabaya: University Press.
Liliasari. 2001. Model Pembelajaran IPA
untuk meningkatkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi calon guru
sebagai kecenderungan baru pada era
globalisasi. Jurnal Pengajaran MIPA.
vol. 2 (1). 54-65.
Roth, W. dan Roychoudhury, A. 1993. The
Development of Science Process
Skills in Authentic Contexts. Journal
of Research in Science Teaching. vol.
30 (2): 127-152.
Setiawan, Nyoman I Gusti Agung. 2008.
Penerapan Pengajaran Kontekstual
Berdasarkan
Masalah
untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Kelas X2
SMA Laboratorium
Singaraja. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidikan. Vol.
2(1): 42-59.
Soetardjo dan Soejitno. 1998. Proses
Belajar Mengajar dengan Metode
Pendekatan Keterampilan Proses.
Surabaya: SIC.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan banyak terima kasih
kepada Drs. Sudiyono, M. M selaku kepala
SMPN 1 Krembung, Purwanti, S. Pd serta
pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, Hainur Rasyid. 1996. Telaah
Kurikulum Fisika SMU (Model
Pembelajaran Konsep dengan LKS).
Surabaya: University Press IKIP
Surabaya.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan
Supardi. 2008. Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdiknas. 2006. Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Badan Standar
Nasional Pendidikan.
Foulds, William dan Rowe, John. 1996.
The Enhancement of Science Process
B - 160
Download