BAB I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kekurangan energi protein (KEP) terjadi karena rendahnya jumlah konsumsi protein oleh masyarakat. Padahal konsumsi protein yang berasal dari nabati bisa didapatkan selain dari protein hewani. Salah satu sumber protein nabati utama adalah berasal dari kacang-kacangan. Kacang-kacangan merupakan sumber protein, karbohidrat, serat pangan, dan mineral (Osman, 2007). Kacang-kacangan juga dapat menjadi pangan yang ideal untuk mencegah atherosklerosis karena kandungan serat yang tinggi, protein, mikroelemen, substansi bioaktif, dan kandungan lemak yang rendah (Ramakrishna, et al., 2007). Kacang-kacangan juga kaya akan lisin dan triptofan namun mengandung asam amino sulfur dalam jumlah yang rendah seperti metionin dan sistein (Oboh, 2006). Kedelai merupakan salah satu jenis kacang-kacangan paling banyak dikonsumsi di Indonesia dan aplikasinya telah banyak digunakan di industri pangan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi kedelai nasional pada 2007 semakin anjlok menjadi 608.263 ton. Luas panen turun menjadi 464.427 ha, meskipun produktivitas tanaman meningkat menjadi 1,3 ton/ha. Jika kebutuhan kedelai dalam negeri sekitar 2 juta ton per tahun, untuk memenuhi konsumsi kedelai nasional dapat dilakukan dengan mengimpor rata-rata 1,2 juta ton per tahun (Sekretariat Negara Republik Indonesia, 2008). Saat ini dibutuhkan jenis kacang-kacangan lain yang berpotensi untuk dikembangkan sehingga dapat mengurangi ketergantungan nasional terhadap kedelai. Salah satunya adalah kacang komak (Lablab purpureus). Guilon dan Champ (2002) yang dikutip Cabrejas, et al. (2008) melaporkan bahwa kualitas protein dari kacang komak ini hampir setara dengan jenis kacang-kacangan lainnya dan memiliki struktur karbohidrat yang lebih tinggi komposisi serat pangannya dibandingkan tanaman pangan kaya serat seperti sereal. Menurut Subagio (2006), produksivitas kacang komak petani Indonesia pada daerah kering dapat mencapai 1000-1200 kg biji kering/ha. Salah satu proses pengolahan kacang-kacangan adalah melalui proses perkecambahan (germinasi). Menurut Chang dan Harold (1988) yang dikutip Cabrejas, et al. (2008), germinasi diketahui sebagai proses yang tidak mahal dan teknologi yang efektif dalam meningkatkan kualitas kacang-kacangan dengan meningkatkan kemampuan daya cerna dan menurunkan jumlah komponen antinutrisi. Untuk meningkatkan mutu dan fungsi dalam pengolahan pangan, seperti halnya dengan kedelai, kacang komak dapat pula dibuat dalam bentuk konsentrat protein. Penggunaan konsentrat protein di industri pangan lebih banyak dibandingkan dalam bentuk tepung misalnya digunakan pada produk-produk seperti saus, sosis, produk bakeri, dan sebagainya. Penggunaan konsentrat protein lebih banyak diminati dibandingkan tepung kacang-kacangan sebab konsentrat protein memiliki sifat fungsional yang besar dan relatif bebas dari faktor toksik dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna (Neto, et al., 2001 dikutip dalam Adebowale dan Lawal, 2003). Aplikasi konsentrat protein ini bergantung pada sifat fungsional protein yang dimilikinya seperti daya serap air, daya serap minyak, daya emulsi, gelasi, dan pembusaan. Sifat fungsional ini ditandai dengan karakteristik fisikokimia protein pangan yang dapat menentukan perilakunya dalam pangan selama pengolahan, penyimpanan, dan konsumsi. Kacang-kacangan seperti kacang komak juga banyak mengandung senyawa fenolik dan polifenol. Komponen ini memiliki pengaruh antioksidatif yang berfungsi bagi kesehatan tubuh manusia. Menurut Hartoyo dan Yulia (2007), tingginya aktivitas antioksidan ekstrak air pada kacang komak ditunjukkan oleh adanya senyawa yang bersifat antioksidan yaitu fenol hidrokuinon, saponin, tanin, steroid, triterpenoid dan alkaloid pada ekstrak air. Adanya proses germinasi diduga akan meningkatkan beberapa senyawa antioksidan seperti komponen fenolik. Menurut Lin dan Lai (2006), kecambah biji bertahan selama germinasi dengan meningkatkan pertahanan mereka melalui biosintesis senyawa fenolik. Germinasi juga diduga dapat mengubah komposisi nutrisi, termasuk substansi fungsional, melalui respirasi aerobik dan metabolisme biokimia. Penelitian tentang konsentrat protein kecambah kacang komak belum banyak dilakukan di Indonesia sehingga menjadi pendorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian ini ingin melihat sejauh mana pengaruh perkecambahan dapat meningkatkan nutrisi, sifat fisikokimia, sifat fungsional protein, dan kapasitas antioksidan pada konsentrat protein kacang komak. B. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perkecambahan (germinasi) pada kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) terhadap sifat fisikokimia, karakteristik fungsional protein, dan kapasitas antioksidan pada konsentrat protein kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet) yang dihasilkan. C. MANFAAT PENELITIAN Manfaaat dari topik penelitian ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pengaruh germinasi pada kacang komak terhadap konsentrat protein yang dihasilkan. Karakteristik yang diukur diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan produk kaya protein berbasis kecambah yang berasal dari kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet).