BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma,1 moral,2 dan etika3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda sesuai dengan adat dan sejarah masing-masing negara. Hal ini dapat mengatur perilaku kita dalam kehidupan keluarga ataupun kelompok masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) norma adalah aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan berterima sehingga setiap warga masyarakat harus menaati yang berlaku. Berdasarkan penjelasan diatas bisa dikatakan norma merupakan ciptaan manusia sebagai makhluk sosial, terjadi secara tidak sengaja, namun lama-kelamaan norma-norma tersebut disusun dan dibentuk secara sadar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) moral memiliki arti yaitu (1)ajaran tentang baik dan buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya (akhlak, budi pekerti, susila); (2)kondisi mental yang 1 Norma disebut juga dengan peraturan sosial yang sifatnya memaksa sehingga seluruh anggota masyarakat harus tunduk sesuai dengan norma-norma yang berlaku sejak lama. 2 Moral merupakan sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. 3 Etika merupakan refleksi dari unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan manusia, maka etika dibutuhkan untuk mencari tahu baik dan buruk yang dilakukan manusia. 1 2 membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dan sebagainya (isi hati atau keadaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan); (3)ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita. Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Norma, moral, dan etika, merupakan jalan bagaimana seseorang dapat mendisiplinkan diri mereka dan bagaimana dapat diterima dalam menjalin suatu hubungan. Sebuah hubungan akan berjalan dengan baik apabila seseorang saling mengerti satu sama lain, dapat membawa diri dan menunjukkan sikap hormat kepada lawan bicara. Perwujudan tersebut ditunjukkan dengan sebuah tindakan tata krama, sopan santun ataupun etiket yang akan menciptakan sebuah kerukunan dalam masyarakat. Sebaliknya, apabila diantara ketiga hal tersebut hilang maka tidak akan terwujud pula masyarakat madani.4 Pendidikan norma, moral dan etika harus diajarkan dan diterapkan semenjak kecil di dalam keluarga. Sebagai inti yang paling utama dalam menjaga sebuah tradisi, keluarga harus mampu memberikan pendidikan mengenai etiket agar selaras dengan kehidupan sosial yang berkembang dalam masyarakat pada umumnya. Pada dasarnya setiap masyarakat pasti memiliki kebudayaan yang berbeda seperti halnya agama atau falsafah hidup sangat beragam. Seperti halnya falsafah hidup yang dianut dalam keluarga di Indonesia dan Korea. Di Indonesia khususnya suku Jawa di pulau Jawa memiliki falsafah hidup 4 Masyarakat madani berarti suatu masyarakat yang beradab dalam membangun, menjalani, dan memaknai kehidupannya. 3 tersendiri yang kental dan sangat mempengaruhi kehidupan dalam masyarakatnya. Falsafah hidup di pulau Jawa disebut Kejawen. Kepercayaan ini dianut terutama oleh suku Jawa di pulau Jawa yang dikenal sebagai kelompok etnis yang memiliki kekayaan falsafah hidup dan unggah-ungguh5 dalam kehidupan bermasyarakatnya. Namun masyarakat Jawa terkadang tidak menyadari apabila hal yang dilakukannya mengandung unsur Kejawen. Penganut Kejawen biasanya hanya menganggap ajarannya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai dengan sejumlah perilaku beradab yang bertumpu pada konsep keseimbangan.6 Ajaran Kejawen biasanya pertama kali diajarkan dalam keluarga dan harus diturunkan kepada generasi selanjutnya. Hingga saat ini keluarga Jawa selalu menjaga tradisi nenek moyangnya agar hidup berlandaskan etika dan tidak kehilangan arah dalam kehidupan. Aturan-aturan memiliki banyak macam, seperti halnya etika dalam keluarga yang menjadi landasan penulis dalam menulis tugas akhir ini. Pada dasarnya pandangan etika di Jawa diharapkan tindakan yang dilakukan selaras dengan apa yang telah diajarkan dan diterapkan dalam sebuah aturan-aturan yang mengikat masyarakat agar hidupnya harmonis. Pandangan Kejawen memiliki persamaan dan perbedaan dengan Konfusianisme di Korea. Persamaan dan perbedaan antara Jawa dan Korea bukan terletak pada ajarannya melainkan pada etikanya. Mulanya Konfusianisme di Korea diciptakan oleh seorang konfusius Tionghoa pada abad ke-6 SM. Konfusianisme 5 Unggah-ungguh yaitu adat sopan santun, tata krama, tata susila 6 www.bumikejawen.wordpress.com/2014/12/15/etimologi-kejawen/ (diakses pada tanggal 19/04/2016) 4 tidak hanya sebagai kepercayaan tetapi juga sebagai falsafah hidup petunjuk dan tingkah laku berdasarkan moral. Pada Jaman Kerajaan Joseon Konfusianisme Korea telah mengalami perubahan menjadi Neo-Konfusianisme karena lebih sesuai dengan kepribadian masyarakat Korea. Selain itu, Konfusianisme juga telah mempengaruhi sendi-sendi pemerintahan dan perkembangan teknologi yang lebih mutakhir seperti sekarang ini. Ajaran-ajaran Konfusianisme yang berbentuk etika antara lain etika cinta yang penuh kebajikan, cinta akan kebenaran, tata-krama, kepemimpinan yang bijaksanad(disusunduntukdmemberikandinspirasiddandmelestarikandpengelolaan keluarga dan masyarakat secara tepat).7 Elemen-elemen yang terdapat didalamnya juga masih berpengaruh kuat dalam hierarki, organisasi, dan administrasi masyarakat Korea hingga saat ini. Bahkan orang Korea menganut paham Konfusianisme lebih kuat daripada orang Tionghoa dilihat dari cara mengadakan dan memperingati festival dan hari-hari penting.8 Hingga saat ini keluarga di Korea selalu mengajarkan etika kepada generasi penerusnya agar tetap memegang teguh sebuah etika Konfusianisme. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga di Korea seperti pergaulan, upacara adat, pernikahan, dan lain sebagainya tidak bisa lepas dari etika atau falsafah Konfusianisme. Hal tersebut terjadi karena ajaran Konfusianisme telah mengalir dalam darah orang Korea dan menjadi pedoman hidup. 7 www.idn.mofa.go.kr/worldlanguage/asia/idn/about/keh/kon/index.jsp (diakses pada tanggal 20/04/2016) 8 www.id.wikipedia.org/wiki/Konfusianisme_Korea (diakses pada tanggal 20/04/2016) 5 Kehidupan dalam sebuah keluarga merupakan bagian yang paling penting di Korea dan Jawa. Terlebih pada tata cara untuk bertindak sesuai dengan ajaran atau falsafah hidup masing-masing. Baik atau buruknya tindakan yang dilakukan dalam masyarakat merupakan cerminan dari pribadi keluarga tersebut. Etika dalam diri seseorang tertanam pertama kali pada saat bersosialisasi dalam keluarga. Hubungan antara orang tua dan anak merupakan kompononen pokok yang paling penting dalam keluarga dan harus wajib mendidik juga menjadi contoh kepada anak-anaknya dalam berperilaku dan bertutur kata. Dalam suatu keluarga juga terjalin suatu keakraban antar anggotanya (Suseno, 1988:169). Keluarga juga merupakan tempat berlangsungnya sosialisasi dan transformasi nilai-nilai moral, etika dan sosial yang intensif dan berkesinambungan diantara anggotanya dari generasi ke generasi (Greetz, 1983,4-7).9 Kemudian kebiasaan sepele tetapi buruk yang dilakukan oleh orang tua secara tidak sadar akan diikuti oleh anak-anaknya dan menjadi tingkah laku yang tidak baik pula. Orang tua harus mengajarkan sesuatu yang baik kepada anak sehingga akan terwujud keluarga yang harmonis. Sebaliknya, sebagai anak juga wajib untuk mematuhi dan menjaga sopan santun kepada kedua orang tua maupun saudara yang lebih tua. Nilai-nilai etika dalam keluarga Korea dan Jawa sangat penting dalam kehidupan keluarga dan masyarakat luas. Namun, keadaan zaman mendorong manusia untuk selalu berfikir ke depan dan dengan semakin majunya peradaban, 9 Sumarno, dkk., Potret Keluarga Jawa di Kota Surakarta. (Yogyakarta: BPNB Yogyakarta, 2013), hlm.4. 6 yang kuno atau tradisional akan semakin ditinggalkan. Etika yang ada dalam keluarga kini mulai ditinggalkan dan jarang dipelajari maupun diteladani oleh masyarakat seperti sekarang ini. Hal tersebut menarik untuk diangkat sebagai penelitian, jadi penulis meneliti kemudian ditulislah penelitian dan dibukukan dalam sebuah tugas akhir. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yaitu tentang perbandingan salah satu falsafah hidup di Korea dan falsafah hidup masyarakat suku Jawa di pulau Jawa, masalah yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Apa persamaan etika falsafah hidup Konfusianisme Korea dan Kejawen dalam lingkup keluarga? 2. Apa perbedaan etika falsafah hidup Konfusianisme Korea dan Kejawen dalam lingkup keluarga? 3. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi terbentuknya etika dalam keluarga Konfusianisme Korea dan Kejawen ? 7 1.3 Tujuan Penulisan Berdasarkan latar belakang masalah tersebut yaitu tentang perbandingan salah satu falsafah hidup di Jawa dan falsafah hidup di Korea, tujuan penulisan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Mendeskripsikan persamaan etika falsafah hidup Konfusianisme (Korea) dan Kejawen dalam keluarga. 2. Mendeskripsikan perbedaan etika falsafah hidup Konfusianisme (Korea) dan Kejawen dalam keluarga. 3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi etika falsafah hidup Konfusianisme (Korea) dan Kejawen dalam keluarga. 1.4 Batasan Masalah Pada analisis ini penulis akan membahas persamaan dan perbedaan falsafah hidup Kejawen (Jawa) dan Konfusianisme (Korea). Agar obyek yang diteliti tidak terlalu luas, maka dari itu penulis hanya fokus menganalisis etika tidak berserta moralnya. Walaupun dalam perkembangannya etika sangat erat hubungannya dengan moral, tetapi penelitian ini lebih fokus kepada etika atau tingkah laku manusia dalam keluarga. Munculnya etika di dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkup keluarga dan budaya yang dihasilkan meliputi hubungan dengan bahasa, perilaku dan ritual masing-masing secara umum, dengan mengesampingkan etika Kejawen tradisional ataupun modern dan etika Konfusianisme tradisional ataupun modern. 8 1.5 Manfaat Penulisan Dengan mengetahui perbandingan Konfusianisme (Korea) dan Kejawen (Jawa) diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat diantaranya: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah kajian ilmu tentang kapita selekta Korea yang berkaitan dengan agama atau kepercayaan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa D3 Bahasa Korea diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dalam mempelajari tentang falsafah hidup konfusianisme Korea dengan memperbandingkan falsafah hidup Kejawen. b. Bagi masyarakat umum, diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan falsafah hidup Korea dan Jawa. 1.6 Tinjauan Pustaka Penyusunan tugas akhir ini menggunakan buku dan kajian yang berhubungan dengan falsafah hidup Konfusianisme dan falsafah Kejawen sebagai acuan. Adapun untuk memperkuat hasil tugas akhir ini penulis menggunakan referensi Tugas Akhir yang ditulis oleh Santi Agustina Melati Sari (2007) dengan judul “Ajaran 9 Konfusianisme Mengenai Hubungan Orang Tua Dan Orang Yang Lebih Muda Dalam Drama Televisi Hello Miss.” Dalam tugas akhir ini membahas bentuk Konfusianisme yang terdapat dalam drama Korea Hello Miss, adegan yang dipilih berkaitan dengan hubungan orang tua dan orang yang lebih muda di Korea Selatan. Selain itu juga menggunakan referensi Tugas Akhir yang ditulis oleh Lutfiana Inda Rahma (2010) dengan judul “Perbandingan Etiket Pergaulan Mayarakat Korea Selatan dan Masyarakat Jawa.” Dalam tugas akhir ini membahas tentang etika orang Korea dan orang Jawa dengan sudut pandang sosial yaitu dalam pergaulan di masyarakat. Sehingga dapat dijadikan tinjauan yang logis dengan pembahasan tentang etika antara orang Korea dan orang Jawa dan sesuai dengan apa yang diteliti oleh penulis. Selain kedua tugas akhir diatas, penulis juga menggunakan tinjauan dari bahan kuliah mata kuliah etika Jawa yang berjudul “Etika Jawa” ditulis oleh Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd. dari Fakultas Bahasa dan Seni, UNY. Kajian yang ditulis merupakan implementasi dari etika Jawa. Dari sebuah kajian tersebut penulis menjadi lebih mudah dalam meneliti bagaimana etika di Jawa berkembang dan berjalan di dalam masyarakat. 10 1.7 Metode Penulisan Penyusunan tugas akhir ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penulis mengumpulkan data-data menggunakan studi kepustakaan, dengan merujuk kepada artikel, buku, internet dan berita-berita yang relevan. Salah satu yang menjadi keterbatasan penulis yaitu mencari data-data yang original, maka wawancara dengan orang korea juga dilakukan untuk melengkapi data yang diperoleh dari studi pustaka. Data tersebut diolah untuk mencari persamaan dan perbedaan etika dalam keluarga Jawa dan Korea di Korea. Selain itu berdasarkan persamaan dan perbedaan tersebut dapat dianalisis lebih dalam tentang faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya etika. 1.8 Sistematika Penulisan Penulis menyajikan Tugas Akhir dalam empat bab yaitu bab I, bab II, bab III, bab IV. Pada awal bab yaitu bab I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Batasan Masalah, Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan. Pada bab II merupakan landasan teori yang menjelaskan tentang falsafah hidup Konfusianisme dan Kejawen. Selain itu juga akan membahas tentang etika dalam falsafah hidup tersebut. Pada bab III akan menjelaskan tentang perbedaan, persamaan, dan faktor yang mempengaruhi terbentuknya etika dalam falsafah hidup Konfusianisme dan Kejawen. Bab IV adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari perbandingan falsafah hidup Konfusianisme dan Kejawen.