Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008

advertisement
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
DAYA ANTIBAKTERIAL PIGMEN PYOCYANIN DARI ISOLAT
Pseudomonas aeruginosa TERHADAP Aeromonas hydrophila
SECARA IN VITRO
ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF PYOCYANIN FROM Pseudomonas aeruginosa
ISOLATE TO Aeromonas hydrophila
WITH IN VITRO METHOD
Ribut Wijayaning Putri, Wahju Tjahjaningsih dan Didik Handijatno
Program Studi Budidaya Perairan
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Kampus C Jl. Mulyorejo – Surabaya, 60115 Telp. 031-5992785
Abstract
This research is looking for the natural alternative ant ibacterial to control bacterial disease
Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) in fishes caused by Aeromonas hydrophila. This research using
pyocyanin blue-green pigmen from Pseudomonas aeruginosa isolate which is tested for antibacterial
potency to Aeromonas hydrophila by in vitro of dilution and diffusion method.
Purpose of this research was to know Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) of pyocyanin, diameter of inhibitory zone Aeromonas hydrophila and
correlation between pyocyanin concentration and diameter of inhibitory zone Aeromonas hydrophila.
The research use experimental method completely random design with twelve treatment and three times
repetitions. Parameter observed are Optical Density (OD) value for MI C test, growth of Aeromonas
hydrophila colonies for MBC test and diameter of inhibitory zone Aeromonas hydrophila for diffusion
disk test. Other parameter are temperature incubation and pH medium. Data from diffusion method was
analysed by Analysis of Variance (ANOVA) continued with Duncan’s Multiple Range Test.
Result of research at dilution method shows that pyocyanin have bacteriostatic activity to
Aeromonas hydrophila. There are real influence from pyocyanin concentration to diameter of inhibitory
zone. The best treatment is concentration 100% which is not differ with 90% (p>0.05). At diffusion
method, concentration 20% with Optical Density (OD) 0.058 was able to inhibit the growth of Aeromonas
hydrophila.
Furthermore research should be done to know Aeromonas hydrophila density that can be
inhibited by pyocyanin which had been extracted and purificated to get active material α hydroxyphenazine and also require furthermore research to know direct influence or activity from
pyocyanin for disease treatment caused by Aeromonas hydrophila infection and other of bacterial disease
agents in fishes with in vivo method.
Key words : antibacterial activity, pyocyanin, Pseudomonas aeruginosa, in vitro, Aeromonas hydrophila.
PENDAHULUAN
Penyakit merupakan salah
satu
masalah utama dalam usaha budidaya perikanan
yang timbul akibat ketidakseimbangan interaksi
antara faktor lingkungan, agen penyakit dan
inang. Infeksi bakteri patogen Aeromonas
hydrophila merupakan salah satu penyebab
kerugian utama dalam akuakultur (Gram et al,
1998) yang menimbulkan penyakit bercak
merah (Motile Aeromonad Septicaemia )
(Irianto, 2003).
Aeromonas hydrophila melimpah pada
lingkungan air tawar terutama dengan
kandungan bahan organik yang tinggi dan dapat
menyerang berbagai jenis ikan a ir tawar (Austin
dan Austin, 1999) di daerah tropis (Noga,
2000). Infeksi biasanya bersifat oportunistik dan
mudah dikenali karena adanya luka -luka
eksternal (ulcer), lendir mengering, terdapat
bercak pendarahan pada daerah latero -ventral
tubuh dan sirip serta sisik terkelupas (Hasmi,
2006).
Pengendalian penyakit menggunakan
antibiotik secara terus menerus dapat memicu
terjadinya resistensi bakteri, residu antibiotik
pada ikan dan terjadinya pencemaran
lingkungan (Alderman dan Michel, 1992).
Banyak
penelitian
dilakukan
untuk
mengembangkan beberapa antibakterial alami
yang berasal dari komponen toksik patogen,
faktor virulensi maupun bakteri utuh (Yanuhar,
2005). Salah satu penelitian yang belum
berlanjut hingga saat ini adalah tentang pigmen
blue-green pyocyanin yang dihasilkan dalam
65
Daya Antibakterial Pigmen Pyocyanin ............
jumlah besar dari kultur Pseudomonas
aeruginosa yang masih aktif. Pyocyanin bersifat
larut dalam air (water soluble) dan kloroform
yang memiliki daya antibakterial untuk berbagai
jenis bakteri serta aktivitas antibiotik terhadap
fungi dan protozoa (Baron dan Rowe, 1981).
Oleh sebab itu, pigmen ini sangat potensial
dimanfaatkan sebagai alternatif antibakterial
alami dan perlu dilakukan suatu penelitian awal
secara in vitro tentang daya hambat pigmen
tersebut terhadap bakteri penyeb ab penyakit
bakterial ikan, salah satunya adalah Aeromonas
hydrophila.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengetahui daya hambat dan konsentrasi
minimum pyocyanin yang mampu menghambat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila serta
sejauh mana keeratan hubungan (korel asi)
antara konsentrasi pyocyanin dan diameter zona
hambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila
secara in vitro.
Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi sumber informasi awal mengenai
pemanfaatan pigmen pyocyanin dari isolat
Pseudomonas aeruginosa sebagai alternatif
antibakteri untuk pengendalian penyakit
bakterial ikan, salah satunya untuk infeksi
Aeromonas hydrophila. Tidak menutup
kemungkinan pula ke depannya dapat dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pigmen
tersebut terhadap beberapa agen peny akit
infeksi lainnya pada ikan maupun udang
sehingga
memungkinkan
pyocyanin
dimanfaatkan untuk aplikasi yang lebih luas.
Metodologi Penelitian
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Oktober
hingga
November
2006
di
Laboratorium Bakteriol ogi Mikologi dan
Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas
Kedokteran
Hewan
(FKH)
Universitas
Airlangga, Laboratorium Mikrobiologi Stasiun
Karantina Ikan Kelas I Tanjung Perak Surabaya
dan Laboratorium Gastroenteritis Tropical
Disease Center (TDC) Universitas Airlangga
Surabaya.
Alat dan Bahan
Isolat Aeromonas hydrophila diuji
pewarnaan Gram dan beberapa uji biokimiawi
antara lain uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar),
uji MIO (Motilitas, Indole dan Ornithin), Methyl
Red (MR) dan Voges-Proskauer (VP) test, uji
gula-gula (laktosa, manitol, maltosa, inositol,
arabinosa, sorbitol dan sukrosa), uji hemolisin,
uji resistensi novobiocin, tes O/F dan tes
oksidase. Identifikasi utama dari Pseudomonas
66
aeruginosa adalah produksi pigmen blue-green
yang larut dalam air dan b erdifusi ke dalam
media pertumbuhannya (Ringen dan Drake,
1952).
Isolat Aeromonas hydrophila dan
Pseudomonas aeruginosa yang sudah terbukti
kebenarannya berdasarkan hasil identifikasi
selanjutnya diremajakan setiap 7 hari sekali
pada media Tripticase Soya Agar (TSA) dan
MacConkey Agar (MCA) sebagai stok hingga
saat dibutuhkan.
Perbanyakan Pyocyanin
Penelitian ini menggunakan potato
gliserol broth sebagai media untuk kultur cair
Pseudomonas aeruginosa (Young, 1947).
Potato broth yang digunakan adalah sar i
kentang yang berasal dari air rebusan kentang.
Kentang sebanyak satu kilogram dipotong kecil kecil terlebih dahulu kemudian direbus dengan
1000 ml air sampai mendidih. Air rebusan
tersebut disaring dua kali kemudian disterilisasi.
Komposisi media potato gliserol broth adalah
100 ml Nutrient Broth kemudian ditambah
dengan gliserin dan potato broth masing-masing
sebanyak 1%. Campuran ketiga media tersebut
disterilisasi terlebih dahulu sebelum diinokulasi
Pseudomonas aeruginosa.
Pseudomonas aeruginosa dikultur
terlebih dahulu pada media Tripticase Soya
Agar (TSA) sebanyak satu plate pada suhu 37 oC
selama 24 jam, kemudian dipanen dan
diinokulasikan ke dalam media kultur cair
dengan masa inkubasi dua minggu pada suhu
37oC dan terdapat sinar untuk merangsang
pembentukan pigmen (Young, 1947).
Kultur cair Pseudomonas aeruginosa
disentrifuse dengan kecepatan 12.000 rpm
selama 15 menit pada suhu 4 oC untuk
mendapatkan supernatan yang mengandung
pigmen pyocyanin. Supernatan pertama
disentrifuse kembali dan supernat an terakhir
yang mengandung 100% pyocyanin disterilkan
menggunakan filter unit dengan membran
Sartorius filter 0.45µm. Kepekatan supernatan
ditentukan melalui pembacaan spektrofotometer
dengan panjang gelombang sinar 520 nm.
Supernatan disimpan dalam freezer pada suhu 5oC sampai -10oC hingga saat dibutuhkan
(Palumbo, 1972). Pembuktikan sterilitas
supernatan
dilakukan
dengan
cara
menginokulasi supernatan tersebut pada media
Tripticase Soya Agar (TSA) kemudian
diinkubasi pada suhu ruang selama 18 -24 jam.
Jika terdapat pertumbuhan bakteri maka
supernatan tersebut masih mengandung
kontaminan sehingga harus difilter ulang.
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
Pembuatan Larutan Mc. Farland’s 1
Suspensi bakteri yang digunakan untuk
uji terlebih dahulu disetarakan dengan larutan
Mc. Farland’s 1. Isolat murni Aeromonas
hydrophila berumur 24 jam diambil sebanyak 4 5 koloni kemudian diinokulasikan pada media
Brain Heart Infusion (BHI) broth dan
diinkubasi selama 3-4 jam pada suhu ruang
sehingga terbentuk kekeruhan yang sama
dengan standart Mc. Farland’s 1 (setara dengan
jumlah bakteri 3 x 10 8 CFU/ml) (Wahyuni,
2006).
Metode Dilusi dan Difusi
Metode uji yang digunakan adalah
metode dilusi melalui uji Minimum Inhibitory
Concentration
(MIC)
dan
Minimum
Bactericidal Concentration (MBC) serta metode
difusi melalui uji difusi disk. Konsentrasi
pyocyanin yang digunakan pada peneli tian ini
seperti pada Tabel 1.
Kontrol negatif yaitu 1 ml suspensi
Aeromonas hydrophila ditambah dengan 1 ml
NaCl fisiologis, sedangkan kontrol positif
adalah 1 ml pyocyanin konsentra si 100%
ditambah dengan 1 ml NaCl fisiologis. Semua
perlakuan (kecuali kontrol) masing -masing
ditambah dengan 1 ml suspensi Aeromonas
hydrophila yang telah disetarakan dengan Mc.
Farland’s 1 untuk dilakukan uji MIC dengan
suhu inkubasi 27 oC-28oC selama 24 jam.
Penentuan
MIC
berdasarkan
pengamatan kekeruhan atau kejernihan media
pada
seluruh
tabung
reaksi
dan
membandingkannya dengan kontrol (Pelczar et
al, 1993). Kejernihan media yang mendekati
kontrol
positif
mengindikasikan
bahwa
pyocyanin mampu menghamb at pertumbuhan
Aeromonas hydrophila. Perbedaan tingkat
kekeruhan atau kejernihan antar perlakuan
secara kuantitatif ditentukan melalui pembacaan
spektrofotometer dengan panjang gelombang
sinar 520 nm (Palumbo, 1972). Konsentrasi
hasil MIC dijadikan sebagai dasar konsentrasi
pada
pengujian
Minimum
Bactericidal
Concentration (MBC). Pada uji MBC,
inokulum dari warna jernih media hasil uji MIC
ditanam pada media Tripticase Soya Agar
(TSA) namun tanpa pyocyanin kemudian
diinkubasi pada suhu 27 oC-28oC selama 24 jam.
Jika terdapat pertumbuhan koloni Aeromonas
hydrophila, maka pyocyanin hanya bersifat
bakteriostatik (Volk dan Wheeler, 1984).
Kontrol positif dan negatif digunakan sebagai
kontrol pertumbuhan bakteri sehingga bila
terjadi kontaminasi akan dapat diketah ui secara
langsung.
Pada uji difusi disk, sensitivitas bakteri
terhadap
antimikroba
ditandai
dengan
terbentuknya zona jernih yang merupakan
daerah hambat pertumbuhan bakteri (Pelczar et
al, 1993) pada media Muller Hinton Agar
(MHA) (Jang et al, 1978). Kertas disk direndam
dalam masing-masing konsentrasi pyocyanin
selama ± 10-15 menit sehingga diperkirakan
telah jenuh (Salle, 1961; Pelczar et al, 1993),
kemudian dikeringkan dalam plate steril pada
suhu 37oC selama 24 jam. Sebanyak 0.1 ml dari
suspensi Aeromonas hydrophila diteteskan pada
media MHA, kemudian diratakan ke seluruh
permukaan media menggunakan spatula dan
didiamkan selama ± 15-30 menit (Wahyuni,
2006). Kertas disk yang telah jenuh dengan
pyocyanin diletakkan pada permukaan lempeng
agar dan agak ditekan supaya pyocyanin dapat
meresap ke dalam media agar dengan baik.
Pembacaan hasil dilakukan setelah inkubasi
pada suhu 27 oC-28oC selama 24 jam dengan
cara mengukur diameter daerah berwarna jernih
yang merupakan zona hambat pertumbuhan
Aeromonas hydrophila menggunakan mistar
kemudian diskoring karena untuk senyawa
antimikroba dari alam belum memiliki
interpretasi daerah hambatan yang dibakukan
seperti antibiotik. Positif (+) jika zona hambat
pertumbuhan bakteri di sekitar kertas disk <2
mm, (++) jika lebar zona tersebut ≥ 2 mm,
(+++) jika ≥ 7 mm dan negatif jika tidak
terbentuk zona hambat di sekitar kertas disk
(Thompson et al, 1985).
Tabel 1. Penentuan konsentrasi pyocyanin untuk metode dilusi dan difusi
Konsentrasi (%)
Pyocyanin 100% (ml)
NaCl fisiologis (ml)
100
1
0
90
0.9
0.1
80
0.8
0.2
70
0.7
0.3
60
0.6
0.4
50
0.5
0.5
40
0.4
0.6
30
0.3
0.7
20
0.2
0.8
10
0.1
0.9
67
Daya Antibakterial Pigmen Pyocyanin ............
Parameter Penelitian
Parameter utama dalam penelitian ini
adalah nilai Optical Density (OD) dari
kejernihan media untuk uji MIC, tumbuh atau
tidaknya koloni Aeromonas hydrophila pada
media TSA untuk uji MBC dan diameter daerah
hambatan pyocyanin terhadap pertumbuhan
Aeromonas hydrophila untuk uji difusi disk.
Sedangkan
parameter penunjang dalam
penelitian ini adalah suhu inkubator dan pH
media yang keduanya merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Rancangan Penelitian dan Analisis Data
Metode penelitian yang digunakan
adalah metode eksperimen dengan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) menggunakan 12
perlakuan (konsentrasi pyocya nin 100%, 90%,
80%, 70%, 60%, 50%, 40%, 30%, 20%, 10%),
kontrol (+) (pyocyanin dan NaCl fisiologis)
serta kontrol (-) (suspensi Aeromonas
hydrophila dan NaCl fisiologis). Masing masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali
ulangan.
Data penelitian dari hasil uji difusi disk
dianalisis menggunakan Analisis Varian
(Anava). Jika perlakuan memberikan pengaruh
yang nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan
dengan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan’s
Multiple Range Test) pada tingkat kepercayaan
95% (Rochiman, 1989). Analisis regresi
digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keeratan hubungan (korelasi) antara konsentrasi
pyocyanin dengan diameter zona hambat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
Nilai Optical Density (OD) atau
kepekatan dari 50 ml supernatan kultur cair
Pseudomonas aeruginosa adalah 0.350. Hasil
secara kualitatif pada uji MIC menunjukkan
bahwa warna jernih media yang mendekati
kontrol positif hanya terjadi pada konsentrasi
100% dan 90%, sedangkan pada konsentrasi
80% hingga 10% terbentuk kekeruhan media
yang relatif hampir sama dan cenderung
mendekati kontrol negatif sehingga secara
visual sulit untuk membedakan tingkat
kekeruhan media antar tabung (Tabel 3). Hasil
secara kuantitatif ditentukan melalui pembacaan
spektrofotometer dengan panjang gelombang
68
sinar 520 nm. Namun spektrofotometer tersebut
tidak mampu membedakan kekeruhan warna
pigmen pyocyanin dengan kekeruhan bakteri
sehingga nilai OD yang diperoleh merupakan
gabungan dari keduanya. Selisih nilai OD
pyocyanin sebelum dan sesudah uji MIC dapat
dijadikan sebagai acuan untuk menentukan nilai
OD kekeruhan bakteri (Tabel 4).
Pada uji MBC, koloni Aeromonas
hydrophila masih dapat tumbuh pada semua
konsentrasi pyocyanin bahkan pada konsentrasi
100% dan 90%. Hal ini mengindikasi kan bahwa
pyocyanin
hanya
bersifat
menghambat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila secara in
vitro (bakteriostatik) (Tabel 5).
Hasil pengukuran diameter zona
hambat pyocyanin terhadap pertumbuhan
Aeromonas hydrophila pada uji difusi disk
disajikan pada Tabel 6. Berdasarkan Analisis
Varian
(Anava),
perlakuan
konsentrasi
pyocyanin yang berbeda memberikan pengaruh
yang sangat nyata terhadap diameter zona
hambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila
(p<0.01). Sedangkan hasil uji Duncan
menunjukkan bahwa konsentrasi pyo cyanin
yang memberikan hasil terbaik adalah 100%,
yang membentuk rata-rata diameter zona
hambat sebesar 20 mm namun tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi 90% (p>0.05). Rata rata diameter zona hambat terkecil terletak pada
konsentrasi pyocyanin 20% yang me rupakan
konsentrasi minimum terbentuknya zona
hambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila.
Sedangkan pada konsentrasi pyocyanin 10%
tidak terbentuk zona hambat pertumbuhan
Aeromonas hydrophila di sekitar kertas disk.
Hasil analisis regresi mendapatkan persamaa n
garis regresi y = 5.596 + 0.161x dengan
koefisien korelasi (r) sebesar 0.85 yang
menyatakan hubungan (korelasi) antara
konsentrasi pyocyanin dan diameter zona
hambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila
(Gambar 1).
Hasil pengukuran media kultur saat
cair dengan kertas lakmus adalah pH 7 dan
pyocyanin adalah pH 7.5. Sedangkan suhu
inkubator menunjukkan 37 oC untuk inkubasi
kultur cair Pseudomonas aeruginosa dan
termometer pada laminary airflow menunjukkan
suhu ruang yang berkisar antara 27 oC-28oC
untuk uji biokimiawi bakteri, uji MIC, MBC
dan uji difusi disk.
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
Tabel 2. Hasil identifikasi Aeromonas hydrophila dan Pseudomonas aeruginosa
Jenis pengujian
Aeromonas hydrophila
Pseudomonas aeruginosa
Morfologi koloni
a. Warna
b. Bentuk
c. Tepi
Krem
Bulat cembung
Berawan
Abu-abu
Bulat kecil
Berserabut
Pewarnaan Gram
a. Warna/ Gram
b. Bentuk bakteri
Merah/ negatif
Batang pendek
Merah/ negatif
Batang kecil ramping
Tidak memproduksi pigmen
Memproduksi pigmen
Produksi pigmen hijau biru
(blue-green)
Uji biokimiawi
a. Oksidase
b.
Indol
c.
Ornithin
d.
e.
f.
g.
h.
i.
TSIA
Motilitas
O/F
Novobiocin 30 µg
Hemolisin
Uji gula-gula
● Maltosa
● Laktosa
● Arabinosa
● Inositol
● Manitol
● Sukrosa
● Sorbitol
Methyl Red (MR)
j.
Menghasilkan enzim oksidase
Menghasilkan indol
Tidak menghasilkan ornitin
Menghasilkan enzim oksidase
Tidak menghasilkan indol
Tidak menghasilkan ornitin
A/A, gas +, H 2S –
Motil
Fermentatif
Resisten
β-hemolisin
K/K, gas -, H2S –
Motil
Oksidatif
(tidak diuji)
(tidak diuji)
+
+ (lemah)
+
+
Memfermentasi glukosa
Tidak memfermentasi glukosa
Tidak menghasilkan acetion
(acetyl carbitol)
Menghasilkan acetion (acetyl
carbitol)
k. Voges Proskauer(VP)
Keterangan :
+
= memfermentasi karbohidrat menjadi asam.
-
= tidak mampu memfermentasi karbohidrat menjadi asam.
A/A = asam/ asam
K/K = alkali/ alkali
69
Daya Antibakterial Pigmen Pyocyanin ............
Tabel 3. Hasil pengamatan visual kekeruhan media pada uji MIC setelah inkubasi 24 jam
Konsentrasi pyocyanin (%) dan ko ntrol
Ulangan
1
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Jernih
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Kontrol (-)
Kontrol (+)
2
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Jernih
3
Agak Jernih
Agak Jernih
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Keruh
Jernih
Keterangan :
Keruh
: tidak menghambat bakteri.
Jernih
: menghambat bakteri.
Tabel 4. Nilai Optical Density (OD) masing-masing konsentrasi Pyocyanin dan kontrol sebelum serta
sesudah uji MIC
Konsentrasi
pyocyanin (%) dan
kontrol
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Kontrol (-)
Kontrol (+)
Nilai OD sebelum uji
MIC
Rata-rata nilai OD
sesudah uji MIC
Selisih nilai OD
0.350
0.293
0.279
0.241
0.197
0.163
0.126
0.089
0.058
0.022
0.334
0.161
0.621
0.635
0.713
0.706
0.682
0.625
0.597
0.551
0.504
0.398
0.652
0.161
0.271
0.342
0.434
0.465
0.485
0.462
0.471
0.462
0.446
0.376
0.318
0
Tabel 5. Hasil pengamatan uji MBC Pyocyanin terhadap Aeromonas hydrophila
Konsentrasi
pyocyanin (%)
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Kontrol (+)
1
+*
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Ulangan
2
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Keterangan : + = tumbuh koloni Aeromonas hydrophila
- = tidak tumbuh koloni Aeromonas hydrophila
* = tumbuh koloni Aeromonas hydrophila paling sedikit
70
3
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
Tabel 6. Rata-rata dan Skoring Diameter Zona Hambat Pertumbuhan Aeromonas hydrophila pada Uji
Difusi Disk
Konsentrasi
pyocyanin (%)
Rata-rata diameter zona
hambat (mm)
Skoring
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
Kontrol (-)
20a
19ab
17.33bc
17bcd
17.666cde
14.666 f
14.666 fg
13.333 fgh
11i
6j
0
+++
++
++
++
++
++
++
++
++
-
Keterangan : (Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan hasil yang nyata).
(+)
: lebar zona hambat di sekitar kertas disk < 2 mm.
(++)
: lebar zona hambat di sekitar kertas disk ≥ 2 mm.
(+++)
: lebar zona hambat di sekitar kertas disk ≥ 7 mm.
(-)
: tidak terbentuk zona hambat di sekitar kertas disk.
(Sumber : Thompson et al, 1985).
Gambar 1. Grafik hubungan (korelasi) antar a konsentrasi pyocyanin dan rata -rata diameter zona hambat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila.
Pembahasan
Pada Tabel 4. terlihat bahwa nilai OD
pyocyanin sebelum uji MIC menurun seiring
dengan menurunnya konsentrasi pyocyanin.
Setelah uji MIC, nilai OD ya ng diperoleh
seharusnya
berbanding
terbalik
dengan
konsentrasi pyocyanin karena mengindikasikan
bahwa pada konsentrasi tinggi, aktivitas hambat
pyocyanin terhadap bakteri jauh lebih besar
sehingga warna media yang terbentuk semakin
jernih. Namun rata-rata nilai OD sesudah uji
MIC terlihat berbanding lurus dengan
konsentrasi pyocyanin. Hal ini karena
71
Daya Antibakterial Pigmen Pyocyanin ............
spektrofotometer tidak mampu membedakan
kekeruhan warna pigmen dengan kekeruhan
bakteri.
Nilai OD pyocyanin setelah uji MIC
pada konsentrasi 100% dan 90% lebih kecil
daripada konsentrasi 80% hingga 60%. Hal ini
mengindikasikan bahwa pada konsentrasi 100%
dan 90% lebih signifikan dalam menghambat
pertumbuhan Aeromonas hydrophila, yang
didukung pula oleh nilai OD kekeruhan bakteri
(selisih nilai OD) pada konsentra si 100% dan
90% ternyata paling kecil dibandingkan dengan
konsentrasi pyocyanin yang lain. Nilai OD
kekeruhan bakteri secara keseluruhan dari
masing-masing konsentrasi pyocyanin lebih
kecil dibandingkan nilai OD kontrol negatif
setelah uji MIC. Hal ini men gindikasikan bahwa
sebenarnya
pertumbuhan
Aeromonas
hydrophila mampu dihambat pada semua
konsentrasi pyocyanin, namun tidak terjadi
signifikansi
antar
konsentrasi
dalam
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut
terutama pada konsentrasi 80% hingga 10%.
Berdasarkan persamaan garis regresi
dan koefisien korelasi, terlihat adanya keeratan
hubungan
(korelasi)
antara
konsentrasi
pyocyanin dan diameter zona hambat
pertumbuhan Aeromonas hyrophila yang
menunjukkan korelasi positif antara 2 variabel
tersebut. Arti dari korelasi positif tersebut
adalah semakin besar konsentrasi pyocyanin,
maka semakin lebar diameter zona hambat yang
terbentuk (Hadi, 1977). Koefisien korelasi
mendekati
1.00
menunjukkan
keeratan
hubungan antara dua variabel.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat
beberapa hal yang diduga mempengaruhi
aktivitas antibakteri dari pyocyanin antara lain
konsentrasi dan ekstraksi pyocyanin, resistensi
bakteri serta masa inkubasi (pengeraman).
Konsentrasi berhubungan dengan kepekatan
pyocyanin yang dihasilkan dari kultur cair
Pseudomonas aeruginosa. Nilai kepekatan
pyocyanin dari media kultur cair berbeda
dengan media solid. Selain itu, komposisi media
kultur juga sangat berpengaruh terhadap
pembentukan pigmen pyocyanin (Ringen dan
Drake, 1952).
Pyocyanin hasil ekstraksi dan
purifikasi memiliki daya antibakteri jauh lebih
tinggi terhadap bakteri Gram positif dan negatif
(Young, 1947). Perbedaan metode ekstraksi dan
strain Pseudomonas aeruginosa juga turut
berpengaruh terhadap konsentrasi serta aktivitas
antibakteri dari pyocyanin (El-ssamerraie et al,
1997). Pada penelitian uji potensi antibakteri
pyocyanin ini menggunakan Aeromonas
72
hydrophila yang merupakan bakteri Gram
negatif, sedangkan pyocyanin lebih efektif
bekerja terhadap bakteri Gram positif dibanding
Gram negatif. Hal tersebut berkaitan dengan
perbedaan struktur membran luar kedua jenis
bakteri tersebut yang berperan dalam resistensi
bakteri terhadap antibiotik (Baron dan Rowe,
1981). Pada penelitian ini, masa inkubasi yang
digunakan
adalah
24
jam
sehin gga
dimungkinkan aktivitas pyocyanin kurang
optimal dan menyebabkan tidak terjadi
signifikansi konsentrasi pyocyanin dalam
menghambat
pertumbuhan
Aeromonas
hydrophila pada uji MIC.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang
daya antibakterial pigmen pyocyanin terhadap
Aeromonas hydrophila secara in vitro, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain:
1. Supernatan yang mengandung pyocyanin
dari kultur cair Pseudomonas aeruginosa
memiliki
aktivitas
menghambat
(bakteriostatik) terhadap pertumbuhan
Aeromonas hydrophila
2. Konsentrasi minimum hambatan pyocyanin
terhadap Aeromonas hydrophila adalah
20% yang diperoleh dari metode difusi
dengan nilai Optical Density (OD) sebesar
0.058.
3. Terdapat keeratan hubungan (korelasi)
antara konsentrasi pyocyanin dan diameter
zona hambat pertumbuhan Aeromonas
hydrophila yang menunjukkan korelasi
positif antara 2 variabel tersebut.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
mengetahui
jumlah
sel
Aeromonas
hydrophila
yang
mampu
dihambat
menggunakan pyocyanin yang telah
diekstrak dan dimurnikan sehingga
didapatkan zat aktif α-hydroxyphenazine.
2. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan
untuk mengetahui pengaruh atau aktivitas
dari pigmen tersebut sebagai treatment
penyakit akibat infeksi
Aeromonas
hydrophila dan agen penyakit bakterial
lainnya pada ikan secara in vivo.
Daftar Pustaka
Alderman, D.J and C. Michel. 1992.
Chemotherapy
in
Aquaculture
Today. In : Chemoterapy in
Aquaculture from Theory to Reality
Berkala Ilmiah Perikanan Vol. 3 No. 1, April 2008
(ed. by C. Michel and D.J.
Alderman). Office International Des
Epizooties. Paris. p : 3-4.
Austin, B and D.A. Austin. 1999. Disease of
Farmed and Wild Fish (Third
Revised Edition). Bacterial Fish
Pathogens. Praxis Publishing Ltd.
Chichester, UK. 457 p.
Baron, S.S and J.J. Rowe. 1981. Antibiotic
Action of Pyocyanin. Antimicrobial
Agents and Chemotherapy Vol. 20
No. 6. p : 814-820.
El-ssamerraie, F.T; A.R. Mohammed; M.A. Al mmosawi; S.E.A. Matloob. 1997.
Treatment of Pseudomonas Life
Threatening Chronic Suppurative
Otitis Media by New Conservative
Therapy a Prospective Study.
Journal of Islamic Academy of
Sciences 10 : 4, 109-112.
Frobisher, M. 1962.
Fundamentals of
Microbiology (7 th). W.B Saunders
Company. Philadelphia. 610 p.
Gram, L; J. Melchiorsen; B. Spanggaard; I.
Huber; T.F. Nielsen. 1998. Inhibition
of
Vibrio
anguillarum
by
Pseudomonas fluorescens AH2, a
Possible Probiotic Treatment of Fish.
Applied
and
Environme nt
Microbiology Vol. 65 No. 3.
American Society for Microbiology.
p : 969-973.
Hadi, S. 1977. Statistik 2. Yayasan Penerbitan
Fakultas Psikologi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. hal : 285 313.
Hasmi, F. 2006. Mengusut dan Memberantas
Penyakit Hewan Akuatik. Orasi
Ilmiah. Institut Pertanian Bogor. 2
hal.
Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur (Cetakan
Pertama). Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta. 102 hal.
Jang, S.S; E.L. Biberstein; D.C. Hirsh. 1978. A
Diagnoctic Manual of Veterinary
Clinical Bacteriology and Micology.
Microbiological
Diagnostic
Laboratory at Veterinary Medical
Teaching Hospital. University of
California. 171 p : 67-69.
Merchant, I.A and R.A. Packer. 1967.
Veterinary
Bacteriology
and
Virology (7th Edition). Iowa State
University Press. Ames, Iowa.
United States of America. 752 p.
Noga, E.J. 2000. Fish Disease (Diagnosis and
Treatment). Iowa State Press. United
States of America. 367 p.
Palumbo, S.A. 1972. Role of Iron and Sulfur in
Pigment and Slime Formation by
Pseudomonas aeruginosa. Journal of
Bacteriology. Vol. 111 No. 2. p :
430-436.
Pelczar, M.J; E.C.S. Chan; N.R. Krieg. 1993.
Microbiology
Concepts
and
Applications. Mc Graw-Hill Inc.
United States of America. 896 p :
231-232.
Ringen, L.M and C.H Drake. 1952. A Study of
The Insidence of Pseudomonas
aeruginosa from various Natural
Sources. Department of Bacteriology
and Public Health. Washington State
College. Pullman, Washington. p :
841-845.
Rochiman,
Kusriningrum.
1989.
Dasar
Perancangan
Percobaan
dan
Rancangan
Acak
Lengkap.
Universitas Airlangga. Surabaya.
143 hal.
Salle, A.J. 1961. Fundamental Principles of
Bacteriology (5 th). Mc Graw-Hill
Book Company Inc. New York.
United States of America. 812 p.
Thompson, J.F; R.P. Walker; D.J. Fa ulkner.
1985. Screening and Bioassay for
Biologically Active Substances from
Forty Marine Sponge from San
Diego, California USA. Marine
Biology 88. p : 11-21.
Volk, W.A dan M.F. Wheler. 1984.
Mikrobiologi Dasar. Editor :
Soenarto A. Penerbit Erlangga.
Jakarta. 396 hal.
Wahyuni, P.F. 2006. Daya Antibakteri Ekstrak
Jahe Merah (Zingiber officinale)
terhadap
Kuman
Salmonella
pullorum secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas
Kedokteran
Hewan.
Universitas Airlangga. Surabaya. 35
hal.
Yanuhar, Uun. 2005. Peran Molekul Adhesi
untuk Diagnostik dan Vaksin Bakteri
Patogen. Makalah Seminar Nasional
Aplikasi Bioteknologi Akuakultur.
Fakultas Perikanan. Universitas
Brawijaya. Malang. 6 hal.
Young, G. 1947. Pigment Production and
Antibiotic Activity in Cultures of
Pseudomonas
aeruginosa.
Department of Biology. Boston
University. Boston, Massachusette .
p:109-117.
73
Download