BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mikroorganisme dapat menyebabkan timbulnya kondisi yang tidak menguntungkan dan kerusakan di alam. Mikroorganisme dapat menimbulkan penyakit infeksi terhadap organisme lain, baik berupa infeksi ringan sampai pada kematian organisme tersebut. Penyakit bakterial merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, sering merupakan masalah serius misalnya dalam perikanan sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Menurut Pelczar dan Chan (1988) bakteri merupakan organisme yang cepat dalam pembelahannya, sehingga dengan sifat tersebut menyebabkan periode infeksi berjalan dalam waktu yang singkat. Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang paling banyak terdapat di perairan tawar dan hampir semua ikan air tawar rentan terhadap serangan bakteri ini (Noga, 1995). Di Jawa, bakteri ini secara luas menyebabkan kematian ikan budidaya, yang dilaporkan pertama kali sekitar tahun 1980, dan mengakibatkan kerugian yang sangat besar dalam perikanan air tawar (Afrianto dan Liviawaty, 1992). Penanganan yang dilakukan secara umum untuk mengendalikan penyakit bakterial adalah penggunaan bahan-bahan kimia seperti kalium permanganat (KP) dan metilen blue, penggunaan antibiotik serta vaksinasi. Penggunaan bahan-bahan kimia dan antibiotik dapat mengurangi kematian akibat penyakit bakterial dan menghindari infeksi akut, namun penggunaan bahan-bahan tersebut secara terus- 1 2 menerus dapat menimbulkan dampak negatif. Penggunaan bahan-bahan kimia sintetik meningggalkan residu dalam tubuh makhluk hidup maupun pada lingkungannya. Antibiotik dapat mengakibatkan munculnya generasi bakteri yang resisten, serta akan menurunkan reputasi produk budidaya air (akuakultur) di pasaran. Sedangkan penggunaan vaksin dalam akuakultur untuk mengurangi resiko infeksi patogen sudah berkembang namun pengupayaan vaksin yang efisien untuk melawan penyakit infeksi yang potensial secara simultan masih terus dilakukan (Taukhid dkk., 2002). Pengendalian penyakit dengan menggunakan bahan-bahan kimia dan antibiotik semakin dihindari sebagai upaya untuk perbaikan lingkungan. Sementara penggunaan bahan aktif dari tumbuhan untuk pengendalian berbagai penyakit ikan makin diminati. Upaya alternatif dengan bahan-bahan aktif tumbuhan memiliki beberapa kelebihan dalam pengendalian penyakit bakterial antara lain lebih ramah lingkungan karena mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, mudah didapatkan karena dapat diperbanyak secara terus-menerus dan relatif murah harganya. Salah satu upaya pencarian bahan alternatif ini dapat dilakukan dengan pengujian dan pemakaian senyawa dalam tumbuhan atau organisme lain. Pemilihan bahan atau senyawa tumbuhan tersebut berdasarkan penggunaannya sebagai pengendali hama atau penyakit secara tradisional (Nugroho dkk., 1999). Penggunaan ekstrak berbagai tumbuhan sebagai salah satu sumber bahan antibakteri dalam pengendalian penyakit ikan telah dilakukan oleh petani ikan tradisional. Pemakaian ekstrak daun ketepeng, daun pepaya dan berbagai jenis 3 daun lain digunakan oleh petani ikan Desa Ngrajek, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang sebagai upaya pengendalian berbagai penyakit ikan yang timbul. Menurut Arwan (2002), penggunaan bahan-bahan seperti daun jarak, daun ketepeng, daun pepaya mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen dalam usaha perikanan tradisional. Besarnya aktivitas antibakteri dari bahan-bahan aktif tumbuhan tersebut belum diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian terhadap bahan aktif tumbuhan untuk mengetahui besarnya aktivitas antibakteri dalam upaya pencarian bahan alternatif antibakteri untuk pengendalian penyakit bakterial. Untuk itu diadakan penelitian tentang aktivitas antibakteri ekstrak daun berbagai tumbuhan terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in vitro. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah ekstrak daun jarak, daun ketepeng dan daun pepaya memiliki aktivitas penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in vitro ? 2. Ekstrak daun manakah yang lebih berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in vitro dan berapakah Minimum Inhibitory Concentration minimumnya ? (MIC) atau konsentrasi penghambatan 4 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengkaji aktivitas penghambatan ekstrak daun jarak, daun ketepeng dan daun pepaya terhadap bakteri Aeromonas hydrophila secara in vitro. 2. Menentukan ekstrak daun yang lebih berpotensi menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas hydrophila secara in vitro dan menentukan Minimum Inhibitory Concentration (MIC) atau konsentrasi penghambatan minimumnya. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Memberikan informasi tentang penggunaan ekstrak daun sebagai bakterisidal alternatif kepada masyarakat luas yang terkait dengan perikanan. 2. Mendapatkan cara alternatif pengendalian penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila yang lebih mudah dan murah.