Apa dampak terpilihnya Trump terhadap umat muslim dan perempuan? 10 November 2016 http://www.bbc.com/indonesia/dunia-37932560 Image copyrightDITA ALANGKARA/APImage captionPara pengkritik menuding Trump memainkan ketakutan terhadap Islam atau Islamofobia dan stereotipe negatif untuk menarik perhatian warga AS selama kampanye. Rakyat Amerika Serikat telah menjatuhkan pilihan mereka kepada kandidat Partai Republik, Donald Trump, untuk menjadi presiden selama empat tahun ke depan. Hasil ini menggembirakan bagi pendukung Trump, dan mengkhawatirkan untuk jutaan lainnya. Ada setidaknya dua kalangan yang terbelah atas terpilihnya Trump sebagai presiden. Dua kalangan itu adalah kaum muslim dan perempuan. Begini penjelasannya: Kaum muslim, baik di AS maupun di luar negeri Saat berkampanye beberapa bulan lalu, Trump telah melontarkan beragam pernyataan yang mengkhawatirkan umat muslim. Dia pernah mengemukakan gagasan untuk memantau masjid-masjid di AS dan ingin agar umat Islam diawasi aparat sebagai langkah melawan terorisme. Bahkan, pada Desember 2015 lalu, Trump menyerukan diberlakukannya upaya terpadu agar kaum muslim tidak memasuki Amerika Serikat. Siapa yang memilih Donald Trump sebagai Presiden AS? 1 NU ingin Trump tidak arogan dengan negara muslim #TrenSosial: Siapa Trump dan berbagai hal yang diyakininya termasuk pengawasan masjid Sejumlah media di AS melaporkan bahwa Trump ingin memiliki data semua umat muslim di AS, namun Partai Republik belakangan membantahnya dan menyebut bahwa itu merupakan kesalah-pahaman setelah seorang wartawan menanyakan hal itu dan Trump keliru memahami pertanyaannya. Namun, ketika seorang wartawan NBC bertanya kepada Trump perbedaan antara pendataan warga muslim dan aksi Nazi mendata warga Yahudi pada Perang Dunia II lampau, Trump menjawab, "Coba Anda beritahu saya." Kaum muslim yang diuntungkan Sulit untuk mengetahui apa keuntungan hasil pilpres AS 2016 ini bagi komunitas muslim. Beberapa penulis dari kalangan muslim menyebut bahwa mereka hanyalah kaum minoritas yang tidak coba dijangkau oleh Trump selama kampanye pilpres. Kaum muslim yang khawatir Para pengkritik menuding Trump memainkan ketakutan terhadap Islam atau Islamofobia dan stereotipe negatif untuk menarik perhatian warga AS selama kampanye. Ucapan Trump terhadap orang tua prajurit AS yang gugur, Kapten Humayun Khan, meliputi klaim bahwa ibu mendiang, Ghazala Khan, "tidak diizinkan berbicara" saat mendampingi suaminya dalam Konvensi Nasional Demokrat karena perintah agama. Komentar Trump kemudian dibantah Ghazala Khan, yang menyebut bahwa dia tidak berbicara lantaran menahan kesedihan mendalam. Kontroversi Trump terkait umat muslim tak berhenti di situ. Setelah penembakan massal di San Bernardino, California, yang menewaskan 14 orang, Trump mengeluarkan pernyataan pers berisi seruan 'larangan secara menyeluruh' terhadap umat muslim memasuki wilayah AS. Seruan itu mengundang respons dari umat muslim di luar AS, termasuk di Indonesia. "Idealnya Trump menerapkan diplomasi politik yang universal dan humble (rendah hati), terutama ke negara-negara Muslim," kata Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Helmy Faishal Zaini. 2 Image captionPendapat umat muslim di Jakarta soal Trump Sikap warga muslim yang ditemui BBC Indonesia di Jakarta juga memperlihatkan kerisauan terhadap terpilihnya Trump sebagai presiden AS. "Pastinya dia (Trump) akan menginjak-injak orang muslim, dengan melarang orang muslim masuk ke Amerika saja sudah kelihatan sikapnya," kata Rahma Khairunissa. Namun, ada pula pendapat berbeda. "Trump bicara anti Islam hanya untuk mengambil simpati masyarakat AS. Tapi nanti kenyataannya tidak akan mungkin, karena dia sangat bergantung pada negara Arab dan minyak dunia," ujar Erzico. Image captionPendapat warga Jakarta soal Donald Trump 3 Kaum perempuan Gender memainkan peranan penting dalam pilpres kali ini mengingat para pemilih menentukan apakah mereka ingin memiliki presiden perempuan pertama dalam sejarah AS. Dalam pekan terakhir sebelum pemungutan suara, Hillary Clinton berupaya memanfaatkan kontroversi soal perempuan yang melibatkan Trump. Clinton menyebut pebisnis itu dengan julukan 'perundung' yang punya pengalaman "merendahkan, melecehkan, menghina, dan menyerang" perempuan. Trump dituding 'raba dua perempuan secara tidak pantas' Trump bantah meraba-raba perempuan dan menuding mereka 'pembohong' Terkait ucapan cabul, Trump menolak mundur dari pilpres AS Kenyataannya, hasil jajak pendapat seusai pemungutan suara menunjukkan sebanyak 42% kaum perempuan mendukung Trump. Dari 42% ini, 53% di antara mereka adalah perempuan kulit putih, 26% perempuan Hispanik, dan 4% perempuan kulit hitam. Kaum perempuan yang diuntungkan Wartawan BBC, Katty Kay, menyoroti sejumlah pernyataan Trump mengenai perempuan. Trump, sebagaimana dikutip Kay, pernah mengatakan "perempuan yang melakukan aborsi harus dihukum," bergurau secara sinis soal siklus menstruasi seorang pembawa acara televisi, dan menganjurkan hukuman terhadap perempuan yang tidak mengganti popok bayi. Komentar berisi penentangan terhadap kesetaraan gender ini rupanya dianggap positif oleh sejumlah kaum perempuan, termasuk ibu rumah tangga. Mereka melihat Trump justru mendorong pandangan tradisional soal peran perempuan terhadap tumbuh kembang anak-anak. Suatu analisis mengenai pemilih perempuan di kubu Trump yang dilansir laman Vox menggarisbawahi keberadaan kaum perempuan yang peluangnya kecil dalam bursa kerja. Mereka, sebut artikel itu, amat mungkin menyokong "kebijakan dan nilai-nilai yang menjunjung konsep tradisional soal pembagian kerja di rumah tangga". 4 Image copyrightFRANK FRANKLIN II/AFPImage captionWalaupun Trump disebut Clinton sebagai orang yang berpengalaman "merendahkan, melecehkan, menghina, dan menyerang" perempuan, hasil jajak pendapat seusai pemungutan suara menunjukkan sebanyak 42% kaum perempuan mendukung Trump. Kaum perempuan pendukung Trump terpikat dengan janji pebisnis itu untuk mendatangkan lapangan kerja dan kesejahteraan bagi kelas pekerja, serta menghukum perusahaan-perusahaan AS yang membuat produknya di luar negeri. Bagi kaum perempuan yang pernah mengikuti dinas militer, Trump telah berjanji untuk berinvestasi pada "luka-luka yang tak terlihat," seperti stress dan depresi. Trump juga berikrar meningkatkan jumlah dokter yang khusus menangani kesehatan perempuan. Kaum perempuan yang dirugikan Kalangan perempuan aktivis amat khawatir dengan rencana Trump terkait undang-undang aborsi. Saat ini, hak melakukan aborsi dijamin di semua negara bagian di AS karena putusan Mahkamah Agung tahun 1973. Akan tetapi, apabila Trump menunjuk sosok konservatif untuk lowongan hakim agung, hal itu dapat menyebabkan Mahkamah Agung dihuni mayoritas hakim yang konservatif sehingga berujung ke pengubahan sejumlah undang-undang, termasuk undang-undang aborsi. "Saya benci konsep aborsi, saya membencinya. Saya bergidik ketika mendengarkan orang-orang mendebatkan topik itu," kata Trump. Untuk menjalankan konsep antiaborsi, Trump akan merancang hukuman terhadap pelaku aborsi dan belakangan dia menegaskan hukuman sepantasnya ditujukan bagi pelaksana aborsi. 5 Kalangan perempuan yang dirugikan berikutnya adalah sejumlah individu yang mengklaim telah dicium dan diraba oleh Trump tanpa persetujuan mereka. "Semua pembohong ini akan dituntut setelah pemilu usai," tandas Trump. 6