BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the art) Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan dicantumkan beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya akan memperlihatkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian “Personal Appearance Dosen dalam Menciptakan Partisipasi Aktif Mahasiswa di dalam Kelas Jurusan Marketing Communication Binus University” dalam bentuk jurnal nasional dan jurnal internasional terkait dengan judul di atas. Berikut adalah hasil penelitian sebelumnya: 9 10 10 2.1.1 Jurnal Nasional Tabel 2. 1 Jurnal Nasional ( Penelitian Sebelumnya) No. 1. Nama Judul Peneliti Penelitian Elan, Tahun 2012 UPI Kampus Tasikmalaya, Jurnal Komunikasi Pengaruh Persamaan Prestasi murid sangat dipengaruhi Penelitian ini Pkn Terhadap Motivasi Belajar Siswa Salah satu faktor eksternal yang mengenai Perbedaan sama- Penelitian ini meng- membahas gunakan oleh faktor internal dan eksternal. sama Penampilan Guru Hasil Penelitian penampilan penelitian metode kuantitatif mempengaruhi minat dan motivasi guru dalam memotivasi untuk melihat pengaruh belajar siswa adalah penampilan belajar siswa antara guru. Tujuan dari penelitian ini mengajar guru PKn (X) adalah ingin mengetahui pengaruh terhadap motivasi belajar penampilan guru PKn terhadap siswa (Y). Fokus dari motivasi penelitian belajar kesimpulannya pengaruh yang siswa, adalah berarti dan terdapat antara penampilan mengajar guru PKN penampilan penampilan ini adalah dan media yang di gunakan dalam mengajar. terhadap motivasi belajar siswa . 10 11 2. 2012 Seorang dosen perlu tampil prima Penelitian ini Naniek Perlunya Risnawati, Penampilan pada Dosen Dosen dalam perkuliahan di dalam kelas, ibarat penampilan Akademi Memberikan seperti pemain dan penonton. Jadi dalam Sekretari Kuliah dosen berperan sebagai pemain, kuliah memberikan sama waktu meneliti hanya dadn mahasiswa berperan sebagai Penelitian ASM penonton. Maka pemain rasa percaya penonton akan dosen penampilan, pada melainkan di kelas. menciptakan kelas yang ini juga tertib. harus sama-sama Maria mempunyai Semarang, sehingga Jurnal menangkap Humaniora. diberikan. Jadi Seorang dosen harus pesan-pesan fokus menyampaikan penguasaan kelas agar Marsudirini Santa sama- Penelitian di atas tidak diri menggunakan metode cepat kualitatif. yang selalu berpenampilan prima agar mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi. 11 12 12 2.1.2 Jurnal Internasional Tabel 2. 2 Jurnal Internasional ( Penelitian Sebelumnya) No. Nama Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian 1. Noureen Teachers’ Asghar Nonverbal Chaudhry & Behavior and Manzoor Arif, Its Impact on Student University Islamabad, Achievement Pakistan, Journal 2012 Penelitian bertujuan untuk Penelitian ini sama- Penelitian ini memiliki mengetahui hubungan antara perilaku sama meneliti tentang fokus nonverbal guru dan prestasi siswa. komunikasi inter- keseluruhan Pada penelitian ini ditemukan adanya personal hubungan perilaku yang konsisten nonverbal guru antara dengan verbalnya. Jadi hasil penelitian ini dapat of ini membantu guru untuk melengkapi, memperkuat, mengatur Communication pernyataan mereka dengan pesan non by international verbal Education berdampak positif terhadap prestasi studies. siswa. yang sesuai, sehingga penelitian dan komunikasi nonverbal, komunikasi nonverbal jadi tidak hanya dari dalam proses belajar segi penampilan saja, mengajar melainkan aspek nonverbal. seluruh komunikasi 13 2. Norah E. Clothing and 2012 Teacher Dunbar Department of Credibility: Communication An Pada hasil penelitian ini Penelitian ini sama-sama Pada penelitian ini lebih menunjukkan bahwa guru harus membahas mengenai terfokus berusaha untuk gaya pakaian penampilan seorang guru penggunaan pakaian, yang cukup formal, hal ini atau dosen di dalam kelas khususnya pakaian , The University Application karena guru dapat memperoleh untuk of kredibilitas yang lebih dari siswa kredibilitasnya Oklahoma, of menunjukkan formal yang seharusnya Norman, USA, Expectancy ketika mereka berpaikan lebih hadapan siswa. Journal formal seperti layaknya seorang of Violations Communication Theory pada di di kenakan oleh guru. yang profesional. Jadi pakaian by International yang dikenakan oleh Scholarly menjadi Research penanaman kesan kepada siswa Notice. terkait penentu konsekuensial guru dalam mereka sebagai seorang guru. 13 3. Mohammad Does it 2013 Hasil dari penelitian ini adalah Penelitian ini sama-sama Fokus Aliakbari, Ilam Matter What penampilan University, We Wear? A pakaian dapat International Sociolinguisti reaksi Journal Humaniora. of c Study of luar atau tentang kredibilitas dan seseorang, likability, daya tarik membahas Human interpersonal, Values dipengaruhi oleh berpakaian. menyelidiki dapat dan ini sama-sama unsur-unsur personal personal dominasi appearance melalui cara Penelitian dari appearance. ini juga cara pemilihan pakaian. memiliki studi kasus Tujuan dari khusus, yaitu di negara adalah untuk apakah pakaian memberikan dasar keberhasilan seseorang dalam kegiatan sosial sehari-hari atau tidak. sebatas sehingga komunikasi interpersonal tidak melibatkan semua Clothing and penelitian mengenai hanya ini mempengaruhi komunikasi non verbal, pemilihan pakaian saja, masyarakat, penilaian mode membahas penelitian Irak. 14 14 15 2.2 Landasan Konseptual 2.2.1 Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan, “pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang langsung” (Dasrun Hidayat, 2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua orang atau lebih dan adanya proses timbal balik. Menurut Joseph DeVito, (2013) “Interpersonal Communication is the verbal and nonverbal interaction between two(or sometimes more two) interdependent people.” Jadi komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal antara dua orang atau lebih yang saling bergantung. DeVito juga mengatakan bahwa komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara orang-orang yang terhubung. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, atau biasa dikenal dengan komunikasi antar pribadi. Seperti misalnya sepasang suami istri, dua sahabat, dosen-mahasiswa dan sebagainya. Komunikasi interpersonal adalah jenis komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan sehingga menghasilkan proses timbal balik langsung. Jadi komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. 16 2.2.1.1 Elemen-elemen dalam Komunikasi Interpersonal Dalam komunikasi interpersonal, terdapat elemen-elemen yang harus di perhatikan, (DeVito, 2013) yaitu : 1. Source-Receiver Komunikasi interpersonal terjadi sedikitnya pada dua orang, Istilah Source–receiver menekankan bahwa kedua fungsi yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam komunikasi interpersonal. Siapa Anda, apa yang Anda tahu, apa yang Anda percaya, apa yang Anda hargai, apa yang Anda inginkan, apa yang telah Anda beritahu, pengaruh apa yang Anda katakan, bagaimana Anda mengatakannya, apa pesan yang Anda terima dan bagaimana Anda menerima mereka. 2. Encoding-decoding Encoding mengacu pada tindakan menghasilkan pesanmisalnya, berbicara atau menulis. Decoding adalah sebaliknya dan mengacu pada tindakan pengertian pesan. 3. Message Pesan berfungsi sebagai stimulus untuk penerima dan diterima oleh salah satu dari indera-auditori, visual atau kombinasi dari rasa tersebut. Komunikasi interpersonal tidak hanya verbal melainkan nonverbal, baik itu berupa gerakan dan sentuhan, termasuk pakaian yang dikenakan dalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk cara berjabat tangan, senyum, atau mengerutkan kening. 4. Channels Saluran komunikasi adalah media yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Ini adalah semacam jembatan yang menghubungkan sumber dan penerima. Komunikasi biasanya berlangsung minimal menggunakan satu saluran. 17 5. Noise Gangguan adalah segala sesuatu yang mendistorsi pesan, segala apapun yang menghalangi penerima menerima pesan disebut sebagai gangguan. Terdapat empat tipe gangguan: a. Gangguan fisik adalah gangguan yang berada di luar kedua pembicara dan pendengar; itu menghambat transmisi fisik sinyal atau pesan. b. Gangguan fisiologis dibuat oleh hambatan dalam pengirim atau penerima, seperti tunanetra, gangguan pendengaran, poblems artikulasi, dan kehilangan memori c. Gangguan psikologis adalah gangguan mental pada pembicara atau pendengar dan termasuk prasangka, pikiran, bias dan prasangka, menutup pikiran, dan emosionalisme yang ekstrim. d. Gangguan semantik adalah gangguan yang terjadi ketika pembicara dan pendengar memiliki sistem makna yang berbeda. 6. Context Komunikasi selalu terjadi dalam penggunaan konteks yang dapat mempengaruhi bentuk dan isi pesan. Konteks tidak terlalu terlihat atau tidak terlalu menganggu. Hal ini karena tampak begitu alami, sehingga kerap dilupakan karena keberadaanya hanya seperti latabelakang saja. 7. Ethics Interpersonal juga melibatkan etika. Setiap tindakan komunikasi memiliki dimensi moral, suatu kebenaran atau kesalahan. Pilihan komunikasi perlu mempertimbangkan etika untuk mencapai efektivitas dan kepuasan.serta mengurangi kekhawatiran akan masalah yang timbul akibat etika yang tidak baik. 18 2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan menurut Dasrun Hidayat, (2012) : 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengenal dirinya sendiri dan orang lain lewat percakapan langsung yang mereka lakukan. 2. Mengetahui dunia luar Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengetahui dunia luar dalam segala hal. Misalnya dapat mengetahui keadaan politik Indonesia,dsb. 3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna. Komunikasi interpersonal bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna, seperti misalnya hubungan antara guru-murid, suami-istri, dsb. 4. Mengubah sikap dan perilaku orang lain Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain dengan cara percakapan yang dilakukan. 5. Bermain dan mencari hiburan Komunikasi interpersonal bertujuan untuk bermain dan mencari hiburan, maksudnya adalah dengan percakapan seseorang tidak hanya melakukan percakapan yang penting, namun bisa juga untuk menghibur dengan candaan, dsb. 6. Membantu orang lain Komunikasi interpersonal bertujuan untuk membantu orang lain percakapan. dengan Misalnya cara melakukan curhat, interaksi seseorang atau melakukan komuikasi dengan bercerita dan seseorang lainnya atau audience nya membantu dengan memberikan solusi. 19 2.2.2 Komunikasi Nonverbal Dalam komunikasi interpersonal terdapat komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal yang digunakan dalam komunikasi interpersonal. Pada penelitian ini membahas lebih dalam mengenai komunikasi nonverbal. Komunikasi Nonverbal menurut (DeVito, 2013) adalah komunikasi yang dilakukan tanpa kata-kata. Seseorang dapat melakukan komunikasi dengan gerakan, suara, kontak mata, senyum, perhiasan, personal appearance merupakan bagian dari nonverbal. Sedangkan menurut Goodall, (2010) mengatakan bahwa dalam komunikasi nonverbal terdapat beberapa tipe atau jenis yaitu workspace, clothing and personal appearance, voice, body movement, facial exprssions, eye contact, space, and touching. Pada penelitian ini berfokus pada salah satu jenis komunikasi nonverbal, yaitu personal appearance. 2.2.2.1 Personal Appearance Personal Appearance atau Penampilan adalah salah satu dari komunikasi nonverbal yang perlu di perhatiakn ketika sedang melakukan komunikasi. berarti penampilan yang rapi, serasi, dan harmonis. Menurut Andersen, 1998 dalam (Goodall, 2010) mengatakan “what does research about personal appearance teach us? For one thing, our culture value and rewards people who are tall, physically fit, appropriately dressed, well groomed, and physically attractive. ” Jadi personal appearance mengajarkan sesuatu, nilai budaya dan penghargaan terhadap orang lain, sehat secara fisik, pakaian yang tepat, perawatan yang baik, berpenampilan menarik secara fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam personal appearance seseorang beberapa bentuk sebagai berikut ini: harus memperhatikan 20 a. Culture value Setiap negara, kota tentu memiliki budaya masingmasing dalam berpenampilan. Tidak semua budaya menilai cara berpenampilan seseorang sama. Seperti misalnya, penampilan seorang profesional dari negara Arab tentu berbeda dengan penampilan seorang profesional dari Indonesia. Biasanya orang Arab menggunakan sorban baik warga biasa maupun seorang yang profesional. Hal ini berbeda dengan budaya Indonesia. Hal inilah yang disebut sebagai nilai budaya dan penghargaan tinggi terhadap orang lain, sehingga harus saling menghargai perbedaan- perbedaan tersebut. b. Physically fit Dalam berpenampilan yang profesional juga harus memperhatikan kesehatan fisiknya. Tidak hanya dari kecantikan luarnya saja. Hal ini karena jika fisik tidak sehat akan sangat terlihat walaupun sudah di make-up, sehingga mengganggu jalannya komunikasi, terutama komunikasi profesional. Karena lawan bicara akan merasa tidak nyaman ketika berbicara dengan seseorang yang sedang kurang sehat, tidak ada gairah, ataupun semangat ketika berinteraksi. c. Appropriately dressed Memilih pakaian juga menjadi hal yang sangat penting dalam dunia profesionalitas. Goodall, (2010) mengatakan bahwa jangan menggunakan pakaian yang melebihi atasan, jangan juga menggunakan perhiasan yang berlebihan terutama untuk wanita, hal itu akan sangat mengganggu, lebih baik menggunakan pakaian yang bertemakan Chic simple dress smart for men and women. 21 d. well groomed Maksud dari well groomed adalah penataan atau perawatan yang biasanya berhubungan dengan rambut, kuku, gigi, dan tata rias wajah, tata rias rambut. e. Physically attractive Berpenampilan menarik adalah salah satu kunci dari personal Appearance untuk mendapatkan a good first impression. Hal ini karena Pada dasarnya personal appearance bertujuan untuk membangun good first impression. Jadi dapat disimpulkan bahwa Personal appearance lebih menitikberatkan pada aspek kerapian penampilan seseorang termasuk Kesehatan Fisik dan Mental. Begitu pula dengan penampilan seorang guru atau dosen. Menurut Ratih Sanggarwati (2005) dalam jurnal STIE Semarang, (2012) dikatakan bahwa dalam berbusana profesional juga memiliki resep, yaitu Basic-Colour-Accessories-Behaviour. Basic adalah sejumlah busana dasar yang dapat dikenakan dalam aktivitas profesional sehari-hari, seperti misalnya blus, rok, celana panjang, blazer dan jas. Selanjutnya untuk Color atau warna ini juga penting untuk di perhatikan dalam berbuasana profesional. Ada tiga pilihan warna dasar, yaitu hitam, putih dan kelompok warna natural seperti cream, coklat atau warna-warna pasir. Selanjutnya untuk accessories atau asesoris yang sebaiknya dikenakan dalam dunia profesional adalah anting, kalung, gelang, bros, sepatu, ikat pinggang, tas, dll. Namun jangan terlalu berlebihan. Terakhir yaitu Behaviour atau tingkah laku “kepribadian” seseorang. Tuti Srihadi (2010) dalam jurnal STIE Semarang, (2012) mengatakan bahwa berbusana profesional dapat menentukan 22 identitas, kepribadian maupun watak seseorang. Hal ini ditunjukkan mulai dari yang pertama, yaitu cara pemilihan baju yang dikenakan. Sebaiknya tidak menggunakan model konservatif, tidak mini, tidak transparan, Asesoris sederhana dan mengenakan sepatu yang tertutup, dan bertumit. Selanjutnya yang kedua adalah tata rias rambut. Model tata rambut sebaiknya disesuaikan dengan bentuk wajah, jangan terjebak dengan trend ala selebritis karena itu belum tentu cocok. Ketiga, tata rias wajah. Sebaiknya dalam dunia profesional, seseorang memperhatikan tata rias wajah ketika berada di depan umum. Ber make up secara natural, harus ada keseimbangan, Selain itu yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam berbusana profesional adalah bahan/ kain yang digunakan, keserasian antara model baju dengan postur tubuh dan asesoris yang digunakan, serta kebersihannya, perawatan dan pemilihan warnanya dan juga perpaduan warna baju dengan warna asesoris yang dikenakan. Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa memperhatikan penampilan sangat penting terutama dalam hal berbusana, tata rias, dan juga kepribadian. Begitu juga dengan dunia pendidikan, dengan menampilkan diri (dosen) secara profesional tentu saja mahasiswa pun paling tidak telah mempunyai pandangan tertentu tentang busana yang dipakai oleh seorang dosen, sebab dengan cara berbusana yang rapi, menarik dan serasi dapat menentukan identitas, kepribadian maupun watak seseorang, maka busana yang serasi bagi seorang dosen ikut berbicara dalam proses perkuliahan. 23 2.2.3 Professional Image Professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang dimiliki. Hal ini dapat disebut sebagai professional karena ia memiliki profesi tertentu yang diperoleh dari pendidikan maupun pelatihan khusus (baik formal maupun nonformal) dan disamping itu ada semangat pengabdian terhadap profesi atau semangat professionalisme dalam melaksanakan pekerjaannya. “Your professional image is the set of qualities and characteristics that represent perceptions of your competence and character as judged by your key constituents (i.e. clients, superiors, etc).” Stark (2005) dalam jurnal Angeline, Mia (2013) tentang Image Does Matter Personal Style Vs Professional Image. Jadi professional image adalah sebuah himpunan kualitas dan karakteristik yang mewakili persepsi terkait kompetensi dan karakter sebagaimana yang dinilai oleh masyarakat. Sedangkan menurut Amerpohl (2005) dalam jurnal Angeline, Mia (2013) citra adalah sebuah komponen inti yang membentuk profesionalisme seseorang adalah public image perusahaan, interpersonal image, dan citra diri individu. Public image perusahaan yang dimaksud adalah bagaimana perusahaan dipandang oleh publik, perusahaan dan karyawannya harus dipandang sebagai ahli oleh konsumen agar mereka percaya bahwa produk yang dihasilkan benar-benar berkualitas. Sedangkan interpersonal image adalah kemampuan komunikasi individu dalam menjalin relasi dengan orang lain. Termasuk di sini adalah keahlian dalam active listening dan berkomunikasi secara aktif (Goodall, 2012). Yang dimaksud dengan citra diri termasuk konsistensi, bertindak sesuai dengan yang dijanjikan, penampilan diri, dan bahasa tubuh. 24 2.2.4 Symbolic Interactionism Theory Teori Interaksionisme Simbolik adalah sebuah cara berpikir dalam menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses sosial. Teori ini mengansumsikan bahwa setiap orang memiliki cara tertentu dalam melakukan pemaknaan, interpretatif (penafsiran), tindakan-tindakan. (Ardianto, 2013) Menurut Morissan, (2013) Teori ini di kembangkan oleh George Herbert Mead, beliau mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun nonverbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi akan timbul makna baik dalam bentuk kata-kata atau tindakan sehingga kita dapat memahami suatu pertistiwa dengan cara-cara tertentu. Teori ini memiliki tiga unsur yaitu, mind (Pikiran), Self (diri sendiri), dan Society (masyarakat). Ketiga unsur ini digunakan untuk membuat pemaknaan saat melakukan interaksi dengan orang lain. Manford Kuhn menempatkan peran diri sebagai pusat kehidupan sosial. Menurutnya rasa diri seseorang merupakan jantung komunikasi. Diri merupakan hal yang sangat penting dalam berinteraksi. Seorang anak bersosialisasi melalui interaksi dengan orang tua, saudara, dan masyarakat sekitarnya. Orang memahami dan berhubungan dengan berbagai hal atau objek melalui interaksi sosial. Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu baik itu benda, kualitas, peristiwa, situasi, atau keadaan. Satu-satunya cara agar sesuatu menjadi objek adalah dengan memberikannya nama dan menunjukkannya secara simbolis. Suatu objek memiliki nilai sosial, maka penamaan objek sangat penting. Menurut Kuhn, komunikator melakukan percakapan dengan dirinya sendiri sebagai bagian dari proses interaksi. Sehingga dapat dikatakan bahwa kita berbicara dengan diri kita sendiri di dalam pikiran kita guna membuat perbedaan di antara benda-benda dan orang. Ketika seseorang membuat keputusan bagaimana bertingkah 25 laku terhadap suatu objek sosial maka orang itu menciptakan apa yang disebut Kuhn “suatu rencana tindakan” (a planof action) yang dipandu dengan sikap atau pernyataan verbal yang menunjukkan nilai-nilai terhadap arahan tindakan tersebut, biasanya ada nilai-nilai pendukung seperti misalnya hal-hal positif dan negatif. Jika positif lebih kuat maka akan dilanjutkan, begitu sebaliknya. Semua ini muncul ketika sedang melakukan interaksi 2.2.5 Image Theory Image atau biasa dikenal dengan sebutan citra merupakan kumpulan dari pengetahuan, pengalaman, emosi, serta penilaian yang diatur dalam kognisi seseorang, atau pengetahuan pribadi seseorang yang diyakini kebenarannya. Terdapat sepuluh kualifikasi citra, yaitu : Citra Ruang, Citra Waktu, Citra Rasional, Citra Nilai, Citra Emosional, Citra Kesadaran atau ketidaksadaran, Citra keyakinan atau ketidakyakinan, Citra dalam dimensi realitas dan bukan realitas bahwa citra berkaitan dengan dunianya dengan sesuatu di luar realitas, Citra yang bersifat umum seperti Citra pribadi yang sesuai dengan citra yang ditunjukan oleh kehendak orang lain atau biasa disebut sebagai citra harapan yang diinginkan oleh orang lain. Citra mencerminkan pemikiran, emosi dan persepsi individu atas apa yang mereka ketahui. Terkadang persepsi diyakini sebagai realitas karena persepsi membentuk citra. Kumpulan citra dibenak komunikan membentuk reputasi. (Ardianto, 2011). Pada penelitian ini masuk ke dalam kualifikasi citra umum, di mana citra pribadi seorang dosen dinilai sesuai dengan harapan yang diinginkan oleh mahasiswanya sehingga membentuk reputasi yang baik di hadapan mahasiswa. Hal ini termasuk bagaimana cara penampilan dosen di hadapan mahasiswanya untuk membentuk citra dan reputasi yang baik. 26 2.2.6 First Impression Nicholas Boothman dalam mengatakan bahwa first impression dalam face-to-face communication itu sangat penting. First impression atau kesan pertama merupakan senjata ampuh yang banyak digunakan oleh seorang publik speaking. Seorang pembicara sebaiknya mengerti bagaimana cara berbicara dan memilih pemakaian kata, cara bersikap, berpenampilan, kepercayaan diri serta perilaku merupakan sebagian besar faktor yang dapat menciptakan kesan pertama. Penentu kesan pertama yang baik terletak pada menit pertama, mulai dari pembicara menyapa, jika salah dalam pemilihan kata maka seseorang akan membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, untuk memperbaiki reaksi awal, kesan pertama awal (Shalini, 2006) Dra. Indah Soekotjo yang mengatakan bahwa “Penampilan bukanlah tolak ukur dari budi pekerti seseorang, tetapi merupakan hal yang dilihat pertama kali dan kelak menciptakan first impression dari diri orang tersebut”. Jadi penampilan adalah suatu hal yang dilihat pertama kali terutama ketika sedang berkomunikasi, berpenampilan yang baik tentu akan menghasilkan kesan pertama yang baik pula. Dalam membangun first impression yang baik, terdapat enam tips menurut (Shalini Verma, 2006) : 1. Membuat orang lain seperti Anda dan menjadi tertarik pada Anda sesegera mungkin. 2. Mulai di jalur yang benar dengan melakukan sesuatu atau mengatakan sesuatu yang akan menempatkan sorotan pada komunikan. Sama hal nya jika seseorang memimpin untuk sebuah artikel majalah; maka ia harus mendapatkan ketertarikan pembaca pada paragraf pertama. 27 3. Atasi iri hati dan cemburu Dalam membangun kesan pertama yang baik, iri hati dan rasa cemburu harus dihilangkan. Hal ini akan membuat kesan pertama menjadi gagal. Karena pada dasarnya sikap iri hati dan cemburu tidak baik dan sangat tidak disukai oleh kebanyakan orang. Maka dari itu iri hati dan cemburu harus di hilangkan. 4. Cobalah untuk berbicara tentang kepentingan rekan yang lain. Misalnya memberikan solusi terkait pertanyaan dari komunikan. Ketika seseorang sedang berbicara di depan maka ia juga harus memperhatikan apa yang diinginkan oleh komunikan. Apakah komunikan membutuhkan solusi, membutuhkan informasi yang jelas dan sebagainya. 5. Mencari keterampilan tersembunyi yang sedikit orang yang tahu, terutama ketika bertemu atau bergaul dengan orang penting. Hal ini bisa menarik perhatian, sehingga apa yang diinginkan bisa tercapai dengan keterampilan tersebut. Misalnya keterampilan dalam presentasi, misalnya komunikator memiliki keterampilan untuk humor, maka dalam presentasi bisa di selipkan beberapa candaan yang dapat mencairkan suasana, sehingga komunikan juga merasa nyaman. 6. Katakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang akan membantu untuk membuat orang lain merasa lebih unggul. Misalnya memuji komunikan. Hal ini merupakan salah satu cara yang kerap kali digunakan dalam membangun kesan ketika bertemu. 28 2.2.7 Partisipasti Aktif Partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Aktif menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai giat, (bekerja, berusaha). Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Keaktifan siswa di dalam kelas dapat didorong oleh peran guru/dosen. Guru/dosen berupaya untuk memberikan peluang atau kesempatan bagi siswanya untuk berpartisipasi aktif di dalam kelas. Dalam jurnal Student Participation in the College, Kelly A. Rocca dikatakan bahwa Partisipasi dapat dilihat sebagai proses keterlibatan aktif yang dapat diurutkan ke dalam lima kategori: persiapan, kontribusi terhadap diskusi, keterampilan kelompok, kemampuan komunikasi, dan kehadiran (Dancer & Kamvounias, 2005). Jadi pada dasarnya tingkat partisipasi mahasiswa sangat beragam, mulai dari menghadiri kelas, persiapan dalam memberikan presentasi lisan, memberikan tanggapan tanpa harus diminta, (pertanyaan dan komentar), keterampilan kelompok dalam menanggapi pertanyaan ataupun komentar, dan melakukan diskusi bersama terkait masalah yang ada. Wade (1994) menganggap hal tersebut sebagai '' kelas diskusi yang ideal '' di mana hampir semua siswa berpartisipasi dan tertarik, belajar, dan mendengarkan komentar dan saran orang lain. 29 2.3 Kerangka Pemikiran Personal appearance: • Culture Value • Physically Fit • Appropriately Dressed • Well Groomed • Physically Attractive. (Sumber: Menurut Andersen (1998) dalam Goodall, 2010) Komunikasi Interpersonal Partisipasi Aktif : • Persiapan, • Kontribusi terhadap diskusi • Keterampilan kelompok • Kemampuan komunikasi • Kehadiran (Sumber: Student Participation in the College, Kelly A. Rocca, 2010, Journal of Communication Education) Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Personal Appearance dan Partisipasi Aktif mahasiswa di dalam Kelas Sumber : Kajian Pribadi 30