9 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Sebelumnya (State of the art)
Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, maka akan dicantumkan
beberapa penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. Penelitian sebelumnya akan
memperlihatkan persamaan dan perbedaan dengan penelitian “Personal Appearance
Dosen dalam Menciptakan Partisipasi Aktif Mahasiswa di dalam Kelas Jurusan
Marketing Communication Binus University” dalam bentuk jurnal nasional dan
jurnal internasional terkait dengan judul di atas. Berikut adalah hasil penelitian
sebelumnya:
9
10
10
2.1.1
Jurnal Nasional
Tabel 2. 1 Jurnal Nasional ( Penelitian Sebelumnya)
No.
1.
Nama
Judul
Peneliti
Penelitian
Elan,
Tahun
2012
UPI
Kampus
Tasikmalaya,
Jurnal
Komunikasi
Pengaruh
Persamaan
Prestasi murid sangat dipengaruhi Penelitian
ini
Pkn
Terhadap
Motivasi
Belajar Siswa
Salah satu faktor eksternal yang mengenai
Perbedaan
sama- Penelitian ini
meng-
membahas gunakan
oleh faktor internal dan eksternal. sama
Penampilan
Guru
Hasil Penelitian
penampilan penelitian
metode
kuantitatif
mempengaruhi minat dan motivasi guru dalam memotivasi untuk melihat pengaruh
belajar siswa adalah penampilan belajar siswa
antara
guru. Tujuan dari penelitian ini
mengajar guru PKn (X)
adalah ingin mengetahui pengaruh
terhadap motivasi belajar
penampilan guru PKn terhadap
siswa (Y). Fokus dari
motivasi
penelitian
belajar
kesimpulannya
pengaruh
yang
siswa,
adalah
berarti
dan
terdapat
antara
penampilan mengajar guru PKN
penampilan
penampilan
ini
adalah
dan media
yang di gunakan dalam
mengajar.
terhadap motivasi belajar siswa
.
10
11
2.
2012
Seorang dosen perlu tampil prima Penelitian
ini
Naniek
Perlunya
Risnawati,
Penampilan
pada
Dosen
Dosen dalam
perkuliahan di dalam kelas, ibarat penampilan
Akademi
Memberikan
seperti pemain dan penonton. Jadi dalam
Sekretari
Kuliah
dosen berperan sebagai pemain, kuliah
memberikan sama
waktu
meneliti hanya
dadn mahasiswa berperan sebagai Penelitian
ASM
penonton.
Maka
pemain
rasa
percaya
penonton
akan
dosen penampilan,
pada
melainkan
di
kelas. menciptakan kelas yang
ini
juga tertib.
harus sama-sama
Maria
mempunyai
Semarang,
sehingga
Jurnal
menangkap
Humaniora.
diberikan. Jadi Seorang dosen harus
pesan-pesan
fokus
menyampaikan penguasaan kelas agar
Marsudirini
Santa
sama- Penelitian di atas tidak
diri menggunakan
metode
cepat kualitatif.
yang
selalu berpenampilan prima agar
mahasiswa mempunyai motivasi
belajar yang tinggi.
11
12
12
2.1.2 Jurnal Internasional
Tabel 2. 2 Jurnal Internasional ( Penelitian Sebelumnya)
No.
Nama Peneliti
Judul
Tahun
Hasil Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Penelitian
1.
Noureen
Teachers’
Asghar
Nonverbal
Chaudhry
& Behavior and
Manzoor Arif,
Its Impact on
Student
University
Islamabad,
Achievement
Pakistan,
Journal
2012
Penelitian
bertujuan
untuk Penelitian ini sama- Penelitian ini memiliki
mengetahui hubungan antara perilaku sama meneliti tentang fokus
nonverbal guru dan prestasi siswa. komunikasi
inter- keseluruhan
Pada penelitian ini ditemukan adanya
personal
hubungan
perilaku
yang
konsisten
nonverbal
guru
antara
dengan
verbalnya. Jadi hasil penelitian ini
dapat
of
ini
membantu
guru
untuk
melengkapi, memperkuat, mengatur
Communication
pernyataan mereka dengan pesan non
by international
verbal
Education
berdampak positif terhadap prestasi
studies.
siswa.
yang
sesuai,
sehingga
penelitian
dan komunikasi nonverbal,
komunikasi nonverbal jadi tidak hanya dari
dalam proses belajar segi penampilan saja,
mengajar
melainkan
aspek
nonverbal.
seluruh
komunikasi
13
2.
Norah
E. Clothing and 2012
Teacher
Dunbar
Department
of Credibility:
Communication
An
Pada
hasil
penelitian
ini Penelitian ini sama-sama Pada penelitian ini lebih
menunjukkan bahwa guru harus membahas
mengenai terfokus
berusaha untuk gaya pakaian penampilan seorang guru penggunaan
pakaian,
yang cukup formal, hal ini atau dosen di dalam kelas khususnya
pakaian
, The University Application
karena guru dapat memperoleh untuk
of
kredibilitas yang lebih dari siswa kredibilitasnya
Oklahoma, of
menunjukkan formal yang seharusnya
Norman, USA, Expectancy
ketika mereka berpaikan lebih hadapan siswa.
Journal
formal seperti layaknya seorang
of Violations
Communication
Theory
pada
di di kenakan oleh guru.
yang profesional. Jadi pakaian
by International
yang
dikenakan
oleh
Scholarly
menjadi
Research
penanaman kesan kepada siswa
Notice.
terkait
penentu
konsekuensial
guru
dalam
mereka
sebagai seorang guru.
13
3.
Mohammad
Does it
2013
Hasil dari penelitian ini adalah Penelitian ini sama-sama Fokus
Aliakbari, Ilam Matter What
penampilan
University,
We Wear? A
pakaian dapat
International
Sociolinguisti
reaksi
Journal
Humaniora.
of c Study of
luar
atau
tentang
kredibilitas dan
seseorang, likability, daya tarik membahas
Human
interpersonal,
Values
dipengaruhi
oleh
berpakaian.
menyelidiki
dapat
dan
ini
sama-sama unsur-unsur
personal personal
dominasi appearance melalui cara Penelitian
dari
appearance.
ini
juga
cara pemilihan pakaian.
memiliki studi kasus
Tujuan
dari
khusus, yaitu di negara
adalah
untuk
apakah
pakaian
memberikan
dasar
keberhasilan seseorang dalam
kegiatan sosial sehari-hari atau
tidak.
sebatas
sehingga komunikasi interpersonal tidak melibatkan semua
Clothing and
penelitian
mengenai hanya
ini
mempengaruhi komunikasi non verbal, pemilihan pakaian saja,
masyarakat,
penilaian
mode membahas
penelitian
Irak.
14
14
15
2.2
Landasan Konseptual
2.2.1 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan, “pengiriman pesan dari
seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan feedback yang
langsung” (Dasrun Hidayat, 2012). Jadi dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi di antara dua
orang atau lebih dan adanya proses timbal balik. Menurut Joseph DeVito,
(2013) “Interpersonal Communication is the verbal and nonverbal
interaction between two(or sometimes more two) interdependent people.”
Jadi komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal antara
dua orang atau lebih yang saling bergantung. DeVito juga mengatakan
bahwa komunikasi interpersonal biasanya terjadi antara orang-orang yang
terhubung.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, atau biasa dikenal
dengan komunikasi antar pribadi. Seperti misalnya sepasang suami istri, dua
sahabat, dosen-mahasiswa dan sebagainya. Komunikasi interpersonal adalah
jenis komunikasi yang paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau
perilaku seseorang.
Pada dasarnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling
efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang,
karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan sehingga menghasilkan
proses timbal balik langsung. Jadi komunikator dapat mengetahui tanggapan
komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan, komunikator
mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil
atau tidaknya.
16
2.2.1.1 Elemen-elemen dalam Komunikasi Interpersonal
Dalam komunikasi interpersonal, terdapat elemen-elemen
yang harus di perhatikan, (DeVito, 2013) yaitu :
1.
Source-Receiver
Komunikasi interpersonal terjadi sedikitnya pada dua
orang, Istilah Source–receiver menekankan bahwa kedua
fungsi yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam
komunikasi interpersonal. Siapa Anda, apa yang Anda
tahu, apa yang Anda percaya, apa yang Anda hargai, apa
yang Anda inginkan, apa yang telah Anda beritahu,
pengaruh apa yang Anda katakan, bagaimana Anda
mengatakannya, apa pesan yang Anda terima dan
bagaimana Anda menerima mereka.
2. Encoding-decoding
Encoding mengacu pada tindakan menghasilkan pesanmisalnya, berbicara atau menulis. Decoding adalah
sebaliknya dan mengacu pada tindakan pengertian pesan.
3. Message
Pesan berfungsi sebagai stimulus untuk penerima dan
diterima oleh salah satu dari indera-auditori, visual atau
kombinasi dari rasa tersebut. Komunikasi interpersonal
tidak hanya verbal melainkan nonverbal, baik itu berupa
gerakan dan sentuhan, termasuk pakaian yang dikenakan
dalam berkomunikasi dengan orang lain, termasuk cara
berjabat tangan, senyum, atau mengerutkan kening.
4. Channels
Saluran komunikasi adalah media yang digunakan dalam
menyampaikan pesan. Ini adalah semacam jembatan yang
menghubungkan sumber dan penerima. Komunikasi
biasanya berlangsung minimal menggunakan satu saluran.
17
5. Noise
Gangguan adalah segala sesuatu yang mendistorsi pesan,
segala apapun yang menghalangi penerima menerima
pesan disebut sebagai gangguan. Terdapat empat tipe
gangguan:
a. Gangguan fisik adalah gangguan yang berada di luar
kedua pembicara dan pendengar; itu menghambat
transmisi fisik sinyal atau pesan.
b. Gangguan fisiologis dibuat oleh hambatan dalam
pengirim atau penerima, seperti tunanetra, gangguan
pendengaran, poblems artikulasi, dan kehilangan
memori
c. Gangguan psikologis adalah gangguan mental pada
pembicara atau pendengar dan termasuk prasangka,
pikiran, bias dan prasangka, menutup pikiran, dan
emosionalisme yang ekstrim.
d. Gangguan semantik adalah gangguan yang terjadi
ketika pembicara dan pendengar memiliki sistem
makna yang berbeda.
6. Context
Komunikasi selalu terjadi dalam penggunaan konteks yang
dapat mempengaruhi bentuk dan isi pesan. Konteks tidak
terlalu terlihat atau tidak terlalu menganggu. Hal ini karena
tampak begitu alami, sehingga kerap dilupakan karena
keberadaanya hanya seperti latabelakang saja.
7. Ethics
Interpersonal juga melibatkan etika. Setiap tindakan
komunikasi memiliki dimensi moral, suatu kebenaran atau
kesalahan. Pilihan komunikasi perlu mempertimbangkan
etika untuk mencapai efektivitas dan kepuasan.serta
mengurangi kekhawatiran akan masalah yang timbul akibat
etika yang tidak baik.
18
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
interpersonal
mempunyai
beberapa
tujuan
menurut Dasrun Hidayat, (2012) :
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengenal
dirinya sendiri dan orang lain lewat percakapan langsung
yang mereka lakukan.
2. Mengetahui dunia luar
Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengetahui
dunia luar dalam segala hal. Misalnya dapat mengetahui
keadaan politik Indonesia,dsb.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan yang bermakna.
Komunikasi interpersonal bertujuan untuk menciptakan
dan
memelihara
hubungan
yang bermakna,
seperti
misalnya hubungan antara guru-murid, suami-istri, dsb.
4. Mengubah sikap dan perilaku orang lain
Komunikasi interpersonal bertujuan untuk mengubah sikap
dan perilaku orang lain dengan cara percakapan yang
dilakukan.
5. Bermain dan mencari hiburan
Komunikasi interpersonal bertujuan untuk bermain dan
mencari hiburan, maksudnya adalah dengan percakapan
seseorang tidak hanya melakukan percakapan yang
penting, namun bisa juga untuk menghibur dengan
candaan, dsb.
6. Membantu orang lain
Komunikasi interpersonal bertujuan untuk membantu
orang
lain
percakapan.
dengan
Misalnya
cara
melakukan
curhat,
interaksi
seseorang
atau
melakukan
komuikasi dengan bercerita dan seseorang lainnya atau
audience nya membantu dengan memberikan solusi.
19
2.2.2 Komunikasi Nonverbal
Dalam komunikasi interpersonal terdapat komunikasi verbal dan
komunikasi
nonverbal
yang
digunakan
dalam
komunikasi
interpersonal. Pada penelitian ini membahas lebih dalam mengenai
komunikasi nonverbal. Komunikasi Nonverbal menurut (DeVito,
2013) adalah komunikasi yang dilakukan tanpa kata-kata. Seseorang
dapat melakukan komunikasi dengan gerakan, suara, kontak mata,
senyum, perhiasan, personal appearance merupakan bagian dari
nonverbal. Sedangkan menurut Goodall, (2010) mengatakan bahwa
dalam komunikasi nonverbal terdapat beberapa tipe atau jenis yaitu
workspace, clothing and personal appearance, voice, body movement,
facial exprssions, eye contact, space, and touching. Pada penelitian ini
berfokus pada salah satu jenis komunikasi nonverbal, yaitu personal
appearance.
2.2.2.1 Personal Appearance
Personal Appearance atau Penampilan adalah salah
satu dari komunikasi nonverbal yang perlu di perhatiakn
ketika sedang melakukan komunikasi. berarti penampilan yang
rapi, serasi, dan harmonis. Menurut Andersen, 1998 dalam
(Goodall, 2010) mengatakan “what does research about
personal appearance teach us? For one thing, our culture
value and rewards people who are tall, physically fit,
appropriately
dressed,
well
groomed,
and
physically
attractive. ” Jadi personal appearance mengajarkan sesuatu,
nilai budaya dan penghargaan terhadap orang lain, sehat secara
fisik, pakaian yang tepat, perawatan yang baik, berpenampilan
menarik secara fisik. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
personal
appearance
seseorang
beberapa bentuk sebagai berikut ini:
harus
memperhatikan
20
a.
Culture value
Setiap negara, kota tentu memiliki budaya masingmasing dalam berpenampilan. Tidak semua budaya menilai
cara berpenampilan seseorang sama. Seperti misalnya,
penampilan seorang profesional dari negara Arab tentu
berbeda dengan penampilan seorang profesional dari
Indonesia. Biasanya orang Arab menggunakan sorban baik
warga biasa maupun seorang yang profesional. Hal ini
berbeda dengan budaya Indonesia. Hal inilah yang disebut
sebagai nilai budaya dan penghargaan tinggi terhadap orang
lain,
sehingga
harus
saling
menghargai
perbedaan-
perbedaan tersebut.
b.
Physically fit
Dalam berpenampilan yang profesional juga harus
memperhatikan kesehatan fisiknya. Tidak hanya dari
kecantikan luarnya saja. Hal ini karena jika fisik tidak sehat
akan sangat terlihat walaupun sudah di make-up, sehingga
mengganggu jalannya komunikasi, terutama komunikasi
profesional. Karena lawan bicara akan merasa tidak nyaman
ketika berbicara dengan seseorang yang sedang kurang
sehat,
tidak
ada
gairah,
ataupun
semangat
ketika
berinteraksi.
c.
Appropriately dressed
Memilih pakaian juga menjadi hal yang sangat penting
dalam dunia profesionalitas. Goodall, (2010) mengatakan
bahwa jangan menggunakan pakaian yang melebihi atasan,
jangan juga menggunakan perhiasan yang berlebihan
terutama untuk wanita, hal itu akan sangat mengganggu,
lebih baik menggunakan pakaian yang bertemakan Chic
simple dress smart for men and women.
21
d.
well groomed
Maksud dari well groomed adalah penataan atau
perawatan yang biasanya berhubungan dengan rambut,
kuku, gigi, dan tata rias wajah, tata rias rambut.
e.
Physically attractive
Berpenampilan menarik adalah salah satu kunci dari
personal Appearance untuk mendapatkan a good first
impression. Hal ini karena Pada dasarnya personal
appearance bertujuan untuk membangun good first
impression.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Personal appearance lebih
menitikberatkan pada aspek kerapian penampilan seseorang
termasuk Kesehatan Fisik dan Mental. Begitu pula dengan
penampilan seorang guru atau dosen.
Menurut Ratih Sanggarwati (2005) dalam jurnal STIE
Semarang, (2012) dikatakan bahwa dalam berbusana profesional
juga memiliki resep, yaitu Basic-Colour-Accessories-Behaviour.
Basic adalah sejumlah busana dasar yang dapat dikenakan
dalam aktivitas profesional sehari-hari, seperti misalnya blus,
rok, celana panjang, blazer dan jas. Selanjutnya untuk Color
atau warna ini juga penting untuk di perhatikan dalam
berbuasana profesional. Ada tiga pilihan warna dasar, yaitu
hitam, putih dan kelompok warna natural seperti cream, coklat
atau warna-warna pasir. Selanjutnya untuk accessories atau
asesoris yang sebaiknya dikenakan dalam dunia profesional
adalah anting, kalung, gelang, bros, sepatu, ikat pinggang, tas,
dll. Namun jangan terlalu berlebihan. Terakhir yaitu Behaviour
atau tingkah laku “kepribadian” seseorang.
Tuti Srihadi (2010) dalam jurnal STIE Semarang, (2012)
mengatakan bahwa berbusana profesional dapat menentukan
22
identitas, kepribadian maupun watak seseorang. Hal ini
ditunjukkan mulai dari yang pertama, yaitu cara pemilihan baju
yang
dikenakan.
Sebaiknya
tidak
menggunakan
model
konservatif, tidak mini, tidak transparan, Asesoris sederhana dan
mengenakan sepatu yang tertutup, dan bertumit. Selanjutnya
yang kedua adalah tata rias rambut. Model tata rambut
sebaiknya disesuaikan dengan bentuk wajah, jangan terjebak
dengan trend ala selebritis karena itu belum tentu cocok. Ketiga,
tata rias wajah. Sebaiknya dalam dunia profesional, seseorang
memperhatikan tata rias wajah ketika berada di depan umum.
Ber make up secara natural, harus ada keseimbangan, Selain itu
yang tidak kalah penting untuk diperhatikan dalam berbusana
profesional adalah bahan/ kain yang digunakan, keserasian
antara model baju dengan postur tubuh dan asesoris yang
digunakan, serta kebersihannya, perawatan dan pemilihan
warnanya dan juga perpaduan warna baju dengan warna asesoris
yang dikenakan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa memperhatikan penampilan sangat penting terutama
dalam hal berbusana, tata rias, dan juga kepribadian. Begitu juga
dengan dunia pendidikan, dengan menampilkan diri (dosen)
secara profesional tentu saja mahasiswa pun paling tidak telah
mempunyai pandangan tertentu tentang busana yang dipakai
oleh seorang dosen, sebab dengan cara berbusana yang rapi,
menarik dan serasi dapat menentukan identitas, kepribadian
maupun watak seseorang, maka busana yang serasi bagi seorang
dosen ikut berbicara dalam proses perkuliahan.
23
2.2.3 Professional Image
Professional adalah orang yang melakukan suatu pekerjaan dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan keahlian yang dimiliki.
Hal ini dapat disebut sebagai professional karena ia memiliki profesi
tertentu yang diperoleh dari pendidikan maupun pelatihan khusus
(baik formal maupun nonformal) dan disamping itu ada semangat
pengabdian terhadap profesi atau semangat professionalisme dalam
melaksanakan pekerjaannya.
“Your professional image is the set of qualities and
characteristics that represent perceptions of your competence and
character as judged by your key constituents (i.e. clients, superiors,
etc).” Stark (2005) dalam jurnal Angeline, Mia (2013) tentang Image
Does Matter Personal Style Vs Professional Image. Jadi professional
image adalah sebuah himpunan kualitas dan karakteristik yang
mewakili persepsi terkait kompetensi dan karakter sebagaimana yang
dinilai oleh masyarakat. Sedangkan menurut Amerpohl (2005) dalam
jurnal Angeline, Mia (2013) citra adalah sebuah komponen inti yang
membentuk
profesionalisme
seseorang
adalah
public
image
perusahaan, interpersonal image, dan citra diri individu. Public image
perusahaan yang dimaksud adalah bagaimana perusahaan dipandang
oleh publik, perusahaan dan karyawannya harus dipandang sebagai
ahli oleh konsumen agar mereka percaya bahwa produk yang
dihasilkan benar-benar berkualitas. Sedangkan interpersonal image
adalah kemampuan komunikasi individu dalam menjalin relasi dengan
orang lain. Termasuk di sini adalah keahlian dalam active listening
dan berkomunikasi secara aktif (Goodall, 2012). Yang dimaksud
dengan citra diri termasuk konsistensi, bertindak sesuai dengan yang
dijanjikan, penampilan diri, dan bahasa tubuh.
24
2.2.4 Symbolic Interactionism Theory
Teori Interaksionisme Simbolik adalah sebuah cara berpikir
dalam menggambarkan komunikasi sebagai suatu proses sosial. Teori
ini mengansumsikan bahwa setiap orang memiliki cara tertentu dalam
melakukan pemaknaan, interpretatif (penafsiran), tindakan-tindakan.
(Ardianto, 2013)
Menurut Morissan, (2013) Teori ini di kembangkan oleh George
Herbert Mead, beliau mengajarkan bahwa makna muncul sebagai
hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun
nonverbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi akan timbul makna
baik dalam bentuk kata-kata atau tindakan sehingga kita dapat
memahami suatu pertistiwa dengan cara-cara tertentu.
Teori ini memiliki tiga unsur yaitu, mind (Pikiran), Self (diri
sendiri), dan Society (masyarakat). Ketiga unsur ini digunakan untuk
membuat pemaknaan saat melakukan interaksi dengan orang lain.
Manford Kuhn menempatkan peran diri sebagai pusat kehidupan
sosial.
Menurutnya
rasa
diri
seseorang
merupakan
jantung
komunikasi. Diri merupakan hal yang sangat penting dalam
berinteraksi. Seorang anak bersosialisasi melalui interaksi dengan
orang tua, saudara, dan masyarakat sekitarnya. Orang memahami dan
berhubungan dengan berbagai hal atau objek melalui interaksi sosial.
Suatu objek dapat berupa aspek tertentu dari realitas individu baik itu
benda, kualitas, peristiwa, situasi, atau keadaan. Satu-satunya cara
agar sesuatu menjadi objek adalah dengan memberikannya nama dan
menunjukkannya secara simbolis. Suatu objek memiliki nilai sosial,
maka penamaan objek sangat penting.
Menurut Kuhn, komunikator melakukan percakapan dengan
dirinya sendiri sebagai bagian dari proses interaksi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa kita berbicara dengan diri kita sendiri di dalam
pikiran kita guna membuat perbedaan di antara benda-benda dan
orang. Ketika seseorang membuat keputusan bagaimana bertingkah
25
laku terhadap suatu objek sosial maka orang itu menciptakan apa yang
disebut Kuhn “suatu rencana tindakan” (a planof action) yang dipandu
dengan sikap atau pernyataan verbal yang menunjukkan nilai-nilai
terhadap arahan tindakan tersebut, biasanya ada nilai-nilai pendukung
seperti misalnya hal-hal positif dan negatif. Jika positif lebih kuat
maka akan dilanjutkan, begitu sebaliknya. Semua ini muncul ketika
sedang melakukan interaksi
2.2.5 Image Theory
Image atau biasa dikenal dengan sebutan citra merupakan
kumpulan dari pengetahuan, pengalaman, emosi, serta penilaian yang
diatur dalam kognisi seseorang, atau pengetahuan pribadi seseorang
yang diyakini kebenarannya.
Terdapat sepuluh kualifikasi citra, yaitu : Citra Ruang, Citra
Waktu, Citra Rasional, Citra Nilai, Citra Emosional, Citra Kesadaran
atau ketidaksadaran, Citra keyakinan atau ketidakyakinan, Citra dalam
dimensi realitas dan bukan realitas bahwa citra berkaitan dengan
dunianya dengan sesuatu di luar realitas, Citra yang bersifat umum
seperti Citra pribadi yang sesuai dengan citra yang ditunjukan oleh
kehendak orang lain atau biasa disebut sebagai citra harapan yang
diinginkan oleh orang lain.
Citra mencerminkan pemikiran, emosi dan persepsi individu
atas apa yang mereka ketahui. Terkadang persepsi diyakini sebagai
realitas karena persepsi membentuk citra. Kumpulan citra dibenak
komunikan membentuk reputasi. (Ardianto, 2011).
Pada penelitian ini masuk ke dalam kualifikasi citra umum, di
mana citra pribadi seorang dosen dinilai sesuai dengan harapan yang
diinginkan oleh mahasiswanya sehingga membentuk reputasi yang
baik di hadapan mahasiswa. Hal ini termasuk bagaimana cara
penampilan dosen di hadapan mahasiswanya untuk membentuk citra
dan reputasi yang baik.
26
2.2.6 First Impression
Nicholas Boothman dalam mengatakan bahwa first impression
dalam
face-to-face
communication
itu
sangat
penting.
First
impression atau kesan pertama merupakan senjata ampuh yang
banyak digunakan oleh seorang publik speaking. Seorang pembicara
sebaiknya mengerti bagaimana cara berbicara dan memilih pemakaian
kata, cara bersikap, berpenampilan, kepercayaan diri serta perilaku
merupakan sebagian besar faktor yang dapat menciptakan kesan
pertama. Penentu kesan pertama yang baik terletak pada menit
pertama, mulai dari pembicara menyapa, jika salah dalam pemilihan
kata maka
seseorang akan membutuhkan waktu berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun, untuk memperbaiki reaksi awal, kesan
pertama awal (Shalini, 2006)
Dra. Indah Soekotjo yang mengatakan bahwa “Penampilan
bukanlah tolak ukur dari budi pekerti seseorang, tetapi merupakan hal
yang dilihat pertama kali dan kelak menciptakan first impression dari
diri orang tersebut”. Jadi penampilan adalah suatu hal yang dilihat
pertama kali terutama ketika sedang berkomunikasi, berpenampilan
yang baik tentu akan menghasilkan kesan pertama yang baik pula.
Dalam membangun first impression yang baik, terdapat enam
tips menurut (Shalini Verma, 2006) :
1. Membuat orang lain seperti Anda dan menjadi tertarik pada
Anda sesegera mungkin.
2.
Mulai di jalur yang benar dengan melakukan sesuatu atau
mengatakan sesuatu yang akan menempatkan sorotan pada
komunikan. Sama hal nya jika seseorang memimpin untuk
sebuah artikel majalah; maka ia harus mendapatkan ketertarikan
pembaca pada paragraf pertama.
27
3. Atasi iri hati dan cemburu
Dalam membangun kesan pertama yang baik, iri hati dan rasa
cemburu harus dihilangkan. Hal ini akan membuat kesan pertama
menjadi gagal. Karena pada dasarnya sikap iri hati dan cemburu
tidak baik dan sangat tidak disukai oleh kebanyakan orang. Maka
dari itu iri hati dan cemburu harus di hilangkan.
4. Cobalah untuk berbicara tentang kepentingan rekan yang lain.
Misalnya memberikan solusi terkait pertanyaan dari komunikan.
Ketika seseorang sedang berbicara di depan maka ia juga harus
memperhatikan apa yang diinginkan oleh komunikan. Apakah
komunikan membutuhkan solusi, membutuhkan informasi yang
jelas dan sebagainya.
5. Mencari keterampilan tersembunyi yang sedikit orang yang tahu,
terutama ketika bertemu atau bergaul dengan orang penting. Hal
ini bisa menarik perhatian, sehingga apa yang diinginkan bisa
tercapai dengan keterampilan tersebut. Misalnya keterampilan
dalam presentasi, misalnya komunikator memiliki keterampilan
untuk humor, maka dalam presentasi bisa di selipkan beberapa
candaan yang dapat mencairkan suasana, sehingga komunikan
juga merasa nyaman.
6. Katakan sesuatu atau melakukan sesuatu yang akan membantu
untuk membuat orang lain merasa lebih unggul. Misalnya
memuji komunikan. Hal ini merupakan salah satu cara yang
kerap kali digunakan dalam membangun kesan ketika bertemu.
28
2.2.7 Partisipasti Aktif
Partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation”
yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan. Aktif menurut
kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai giat, (bekerja,
berusaha). Keterlibatan siswa bisa diartikan sebagai siswa berperan
aktif sebagai partisipan dalam proses belajar mengajar. Keaktifan
siswa di dalam kelas dapat didorong oleh peran guru/dosen.
Guru/dosen berupaya untuk memberikan peluang atau kesempatan
bagi siswanya untuk berpartisipasi aktif di dalam kelas.
Dalam jurnal Student Participation in the College, Kelly A.
Rocca dikatakan bahwa Partisipasi dapat dilihat sebagai proses
keterlibatan aktif yang dapat diurutkan ke dalam lima kategori:
persiapan, kontribusi terhadap diskusi, keterampilan kelompok,
kemampuan komunikasi, dan kehadiran (Dancer & Kamvounias,
2005).
Jadi pada dasarnya tingkat partisipasi mahasiswa sangat
beragam, mulai dari menghadiri kelas, persiapan dalam memberikan
presentasi lisan, memberikan tanggapan tanpa harus diminta,
(pertanyaan
dan
komentar),
keterampilan
kelompok
dalam
menanggapi pertanyaan ataupun komentar, dan melakukan diskusi
bersama terkait masalah yang ada. Wade (1994) menganggap hal
tersebut sebagai '' kelas diskusi yang ideal '' di mana hampir semua
siswa berpartisipasi dan tertarik, belajar, dan mendengarkan komentar
dan saran orang lain.
29
2.3
Kerangka Pemikiran
Personal appearance:
•
Culture Value
•
Physically Fit
•
Appropriately Dressed
•
Well Groomed
•
Physically Attractive.
(Sumber: Menurut Andersen (1998) dalam Goodall, 2010)
Komunikasi Interpersonal
Partisipasi Aktif :
•
Persiapan,
•
Kontribusi terhadap diskusi
•
Keterampilan kelompok
•
Kemampuan komunikasi
•
Kehadiran
(Sumber: Student Participation in the College, Kelly A.
Rocca, 2010, Journal of Communication Education)
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Personal Appearance dan Partisipasi Aktif
mahasiswa di dalam Kelas
Sumber : Kajian Pribadi
30
Download