PENDAHULUAN Latar Belakang Susu merupakan bahan makanan sempurna dengan nilai gizi yang lengkap, didalamnya terkandung zat-zat yang diperlukan tubuh dalam perbandingan yang seimbang. Dwijoseputro (1990) menyatakan bahwa susu merupakan bahan makanan sempurna yang mengandung nilai gizi yang tinggi sehingga sangat baik untuk dikonsumsi manusia. Tingginya nilai gizi susu dapat menjadi media yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan berbagai mikroorganisme, baik mikroorganisme yang menguntungkan maupun yang merugikan bagi manusia. Whey adalah hasil sampingan dalam proses produksi keju. Proses pengendapan kasein dapat menggunakan rennet atau asam, sehingga menghasilkan whey yang manis atau asam. Asam whey berasal dari koagulasi kasein dengan asam asetat atau asam sitrat yang terdiri dari 93% air dan 6,35% padatan (Jelicic et al., 2008). Kefir adalah produk yang dihasilkan dari fermentasi susu sapi yang telah dipasteurisasi menggunakan starter berupa butir atau biji kefir (kefir grain/kefir granule), yaitu butiran-butiran putih atau krem dari kumpulan bakteri asam laktat seperti Lactobacilli, Streptococcus sp dan beberapa jenis yeast nonpatogen (Usmiati, 2007). Kefir dapat dibuat melalui fermentasi susu segar dari susu sapi, kambing, atau domba dengan kefir grains. Kefir grains merupakan koloni bakteri yang bersimbiotik bersama 1 dengan unsur lain membentuk jaringan padat. Jaringan tersebut terdiri dari bakteri asam laktat dan yeast yang memfermentasikan laktosa (Safitri dan Swarastuti, 2013). Kefir grains terdiri dari Bakteri Asam Laktat (BAL) dan yeast antara lain Lactobacillus lactis dan Lactobacillus kefirgranum yang berperan dalam pembentukan asam laktat, Lactobacillus kefiranofaciens penyebab terjadinya penggumpalan, Leuconostoc pembentuk diasetil dan Candida kefir pembentuk etanol dan CO2 (Susilorini dan Sawitri, 2005). Konsentrasi starter berpengaruh terhadap pH kefir dan aktivitas anti bakteri (Wijaningsih, 2008). Selama proses penyimpanan, produk kefir cepat sekali mengalami pemisahan padatan dan cairan sehingga teksturnya menjadi tidak menarik. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk membuat kefir tersebut menjadi lebih stabil, sehingga tidak terjadi perubahan tekstur selama penyimpanan. Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut kolagen yang terdapat pada kulit, tulang dan jaringan ikat yang dihidrolisis dengan asam atau basa (Tazwir et al., 2008). Gelatin dalam industri pangan, bermanfaat sebagai bahan penstabil (stabilizer), pengikat (binder), pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier), peningkat viskositas (increase viscosity) dan perekat (adhesive) (Harianto et al., 2008). Gelatin memiliki sekitar 19 asam amino dan mengandung asam amino dalam jumlah tinggi seperti proline, hydroxiproline serta glisin (Arnesen et al., 2005). Gelatin babi, sapi dan ayam memiliki perbedaan 2 dalam komposisi asam aminonya, yang mungkin juga akan berpengaruh pada sifat stabilizernya. Gelatin berfungsi untuk memperbaiki tekstur, konsistensi dan stabilitas produk serta menghindari sineresis. Gelatin komersial biasanya berasal dari ikan, sapi dan babi. Gelatin dari babi banyak diproduksi oleh produsen karena proses pembuatannya jauh lebih murah dibandingkan gelatin sapi, ikan maupun ceker ayam. Bagi umat muslim, bahan-bahan yang berasal dari babi tidak boleh dikonsumsi. Oleh sebab itu dipergunakanlah gelatin kulit ceker ayam sebagai stabilizer yang aman dan halal. Gelatin dibuat sendiri karena gelatin yang dijual dipasaran belum diketahui akan kehalallannya. Zaman yang semakin berkembang akan mendorong peningkatan permintaan akan produk pangan hasil olahan. Permintaan pasar akan produk pangan berkembangnya hasil olahan teknologi yang pengolahan cukup pangan, tinggi mendorong sehingga dapat memunculkan keanekaragaman produk hasil olahan susu guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Masyarakat membutuhkan dan menginginkan produk yang aman, sehat, utuh, higienis dan bergizi bagi tubuh. Pengolahan minuman fermentasi kefir dari rennet whey diharapkan dapat menjadi sumber pangan fungsional yang berguna untuk menjaga kesehatan saluran pencernaan dan dapat mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh industri pembuatan keju. 3 Penelitian ini mengacu pada penelitian Lurdes (2010) mengenai penggunaan stabilizer untuk meningkatkan tekstur minuman fermentasi susu dan whey asam. Perbedaan penelitian terletak pada bahan stabilizer dan perlakuan yang digunakan. Penelitian sebelumnya menggunakan stabilizer berupa pektin (Tic Gums) dan gelatin (Kraft Foods) dengan ditambah susu segar, sedangkan pada penelitian ini digunakan gelatin kulit ceker ayam tanpa penambahan susu segar. Penggunaan stabilizer gelatin kulit ceker ayam dalam pembuatan kefir sejauh ini belum pernah dilakukan, terutama pengaruhnya terhadap kualitas kefir. Penelitian ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas kefir terutama tekstur kefir agar selama penyimpanan tidak mengalami perubahan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penambahan stabilizer gelatin kulit ceker ayam terhadap kualitas whey kefir. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah untuk mengetahui kualitas kefir yang dihasilkan dari rennet whey, sehingga menghasilkan produk kefir yang dapat dikonsumsi secara aman dan sehat yang berguna untuk menjaga pengetahuan kesehatan mengenai saluran pencernaan penganekaragaman memaksimalkan rennet whey dari industri keju. 4 dan produk menambah baru dengan