BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Banjarnegara

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten yang sekarang
terkenal sebagai lumbung salak pondoh, julukan tersebut sangat beralasan karena
Banjarnegara merupakan kabupaten penghasil salak terbesar. Hampir seluruh
petani Kabupaten Banjarnegara membudidayakan salak dapat kita lihat jika kita
melewati pinggiran jalan Banjarnegara banyak dijumpai dikanan dan kiri jalan
berjajar pohon salak ada beberapa kecamatan, Kabupaten Banjarnegara yang
terkenal akan hasil dan kualitas salaknya diantarnya adalah Kecamatan Madukara,
Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Pagentan, Kecamatan Kalibening dan
Kecamatan Punggelan. Kecamatan tersebut merupakan penghasil salak yang
kualitasnya dinilai baik dan sangat diburu di pasaran, karena terkenal dengan
buahnya manis, besar dan tidak begitu banyak mengandung air (Wibowo, 2015).
(Cahyono, 2016) Tanaman salak dikenal sebagai tanaman yang tumbuh
merumpun. Tanaman salak tergolong tanaman buah tahunan, yaitu hidup
menahun (parenial) dengan umur dapat mencapai ratusan tahun. Tanaman salak
yang telah berumur 200 tahun, produksinya masih baik, yaitu rata-rata 4
kg/pohon/tahun, di perkebunan budidaya umumnya umur produksi dibatasi
sampai 30-50 tahun. Pohon salak tidak bercabang, dengan tinggi tanaman
mencapai 7 m atau lebih dengan lingkar batang berkisar 29-41 cm. Tanaman salak
berbuah sepanjang tahun pada umumnya tanaman salak dua kali setahun.
1
Kajian Kemiringan Lereng..., Rohimah, FKIP, UMP, 2017
Kemiringan lahan sangat penting diperhatikan dalam usaha pertanian sejak
usaha penyiapan lahan. Penanaman dan pada saat panen hasil. Pada lahan lahan
yang memiliki tingkat kemiringan yang curam cenderung memiliki tingkat erosi
yang tinggi berlebihhan lagi jika curah ujan tinggi juga. Faktor tingginya erosi
akan mempengaruhi terhadap produktifitas pertanian karena lapisan top soil yang
subur semakin berkurang akibat pencucian tanah oleh erosi. Sehingga biaya yang
dikeluarkan untuk mempertahankan kesuburan tanah pun ikut bertambah.
Mubyarto, 1998 (Udin, 2013).
Kemiringan lereng adalah salah satu faktor pemicu terjadinya erosi dan
longsor dilahan pegunungan. Peluang terjadinya erosi dan longsor makin besar
dengan makin curamnya lereng. Makin curam lereng makin besar pula volume
dan kecepatan aliran permukaan yang berpotensi menyebabkan erosi selain
kecuraman, panjang lereng juga menentukan besarnya longsor dan erosi makin
panjang lereng, erosi yang terjadi makin besar. Pada lereng >40% longsor sering
terjadi, terutama disebabkan oleh pengaruh gaya geravitasi. Erosi dan longsor
sering terjadi di wilayah berbukit dan bergunung, terutama pada tanah dangkal
berbatu (litosol atau entisols), di wilayah bergelombang, intensitas erosi dan
longsor agak berkurang, kecuali pada tanah grumusol (vertisols) yang terbentuk
dari batuan induk batu liat, napal,
dan batu kapur dengan kandungan liat
(montmorilonit) tinggi (Peraturan Mentri Pertanian, 2006).
Pada Tabel 1.1 Produksi salak Kabupaten Banjarnegara yang terdiri dari 20
kecamatan dengan jumlah produksi salak 16.026,026,00 (kg), rata-rata 22,76
(kg/rumpun).
2
Kajian Kemiringan Lereng..., Rohimah, FKIP, UMP, 2017
Produksi salak yang terbesar terdapat di Kecamatan Madukara dengan
produksi 264.009.800,00 (kg) dengan rata-rata 38,03 sedangkan yang terendah di
Kecamatan Purwanegara produksi 27.800,00 (kg) dengan rata-rata 11,35
(kg/rumpun). Hal ini menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti produktivitas
salak di Kecamatan Madukara dilihat dari hasil panen produksi salak terbesar
dibandingkan dengan kecamatan lain.
Tabel 1.1 Produksi Salak Kabupaten Banjarnegara
Salak
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Susukan
Purworejo Kelampok
Mandiraja
Purwanegara
Bawang
Banjarnegara
Pagedongan
Sigaluh
Madukara
Banjarmangu
Wanadadi
Rakit
Punggelan
Karangkobar
Pagentan
Pajawaran
Batur
Wanayasa
Kalibening
Pandanarum
Jumlah
Jumlah Pohon
Panen
(Rumpun)
5.790,00
9.346,00
2.450,00
16.874,00
375.000,00
237.565,00
968.569,00
6.944.226,00
4.965.912,00
7.661,00
64.845,00
460.674,00
1.679.678,00
10.550,00
23.386,00
250.000,00
3.500,00
16.026,026,00
Produksi Salak
(Kg)
Rata-Rata
(Kg/Rumpun)
147.600,00
147.600,00
27.800,00
140.900,00
3.129.700,00
1.250.800,00
5.721.300,00
264.009.800,00
53.533.800,00
101.700,00
1.523.400,00
6.303.700,00
26.128.100,00
189.300,00
189.300,00
2.050.000,00
47.000,00
364.725.200,00
25,49
15,79
11,35
8,35
8,35
5,27
5,91
38,03
10,78
13,28
23,49
13,68
15,56
17,32
8,09
8,20
13,43
22,76
Sumber : BPS, 2014.
Di kecamatan terdapat perbedaan tiap kemiringan dari berbukit sampai
bergunung, kemiringan lereng yang bergunung akan mudah tererosi.
3
Kajian Kemiringan Lereng..., Rohimah, FKIP, UMP, 2017
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman mempunyai peranan penting dalam
menentukan jenis tanaman, karena setiap jenis tanaman membutuhkan jenis tanah
tertentu untuk mendapatakan hasil produktivitas yang tinggi. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang “Kajian kemiringan lereng dan
jenis tanah terhadap produktivitas salak di Kecamatan Madukara Kabupaten
Banjarnegara”, disajikan dalam Tabel 1.1.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana hubungan kemiringan lereng dan jenis tanah terhadap
peroduktivitas salak di Kecamatan Madukara ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan kemiringan lereng dan jenis tanah terhadap
produktivitas salak di Kecamatan Madukara.
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat untuk memahami potensi dari salak itu sendiri
2. Peneliti untuk menambah wawasan tentang produktivitas salak kaitan dengan
kemiringan lereng dan jenis tanah di Kecamatan Madukara
3. Pemerintah untuk memberikan informasi tentang berproduktvitas salak di
Kecamatan Madukara.
4
Kajian Kemiringan Lereng..., Rohimah, FKIP, UMP, 2017
Download