BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi

advertisement
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kompensasi
Kompensasi adalah salah satu fungsi dari manajemen sumber daya manusia
yang merupakan
bentuk dari imbalan yang layak diterima oleh seorang pekerja baik
secara langsung maupun tidak langsung sebagai balasan atas kontribusi atau jasa
yang diberikan oleh seorang pekerja kepada organisasi sehingga tujuan organisasi
dapat tercapai dengan kontribusi yang diberikan oleh pekerja tersebut. Bagian ini
membahas ruang lingkup kompensasi dilihat dari definisi kompensasi, tujuan
kompensasi, asas kompensasi, klasifikasi kompensasi, dan faktor – faktor yang
mempengaruhi kebijakan kompensasi.
2.1.1
Definisi Kompensasi
Berbagai pendapat yang dikemukakan beberapa ahli mengenai definisi
kompensasi, menurut Mondy & Noe (2005) kompensasi adalah “the total of all
rewards provided employees in return of their services”. Adapun pendapat
Werther & Davis (dalam Marwansyah dan Mukaram), kompensasi adalah sesuatu
yang diterima oleh seorang karyawan sebagai balasan dari karya yang diberikan
kepada organisasi. Sedangkan menurut Herman Sofyandi (dalam Anoki 2010)
kompensasi adalah Suatu bentuk biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan
8
dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh imbalan dalam bentuk
prestasi
kerja dari karyawannya.
Dari pengertian kompensasi di atas dapat disimpulkan bahwa
kompensasi merupakan bentuk dari pemberian jasa atau imbalan kepada para
karyawan
dalam suatu organisasi atas jasa atau kontribusi yang diberikan
karyawan
kepada organisasi.
2.1.2
Tujuan Kompensasi
Manajemen kompensasi dalam suatu organisasi secara umum menurut
Werther & Davis (dalam Marwansyah dan Mukaram, 1999), bertujuan untuk
membantu organisasi dalam mewujudkan keberhasilan jangka panjang (yang
bersifat strategis). Sementara tujuan spesifik yang ingin dicapai melalui
manajemen kompensasi yang efektif adalah:
1. Memperoleh personalia yang qualified. Kompensasi perlu ditetapkan cukup
tinggi untuk menarik pelamar. Karena perusahaan – perusahaan bersaing
dalam pasar tenaga kerja, tingkat pengupahan harus sesuai dengan kondisi
suplai yang permintaan kerja.
2. Mempertahankan para karyawan yang sudah ada sekarang. Bila tingkat
kompensasi tidak kompetitif, niscaya banyak karyawan yang baik akan keluar.
Untuk mencegah perputaran karyawan, pengupahan harus dijaga agar tetap
kompetitif dengan perusahaan – perusahaan lain.
9
3. Menjalin keadilan. Manajemen kompensasi berupaya menciptakan keadilan
internal dan eksternal. Keadilan internal berarti bahwa imbalan yang diberikan
terkait dengan nilai relative suatu jabatan yang sama mendapat imbalan yang
sama. Keadilan eksternal berarti membayar pekerja sebanding dengan apa
yang setingkat dari perusahaan lain dalam pasar tenaga kerja.
4. Memberi penghargaan atas perilaku yang diharapkan. Balas jasa harus dapat
memperkuat perilaku yang diharapkan dan berfungsi sebagai perangsang agar
perilaku itu muncul lagi di masa depan. Program kompensasi efektif memberi
pengharapan atas unjuk kerja, loyalitas, pengalaman, tanggung jawab, dan
perilaku positif lainnya.
5. Mengendalikan biaya. Sistem kompensasi yang rasional membutuhkan
organisasi dalam mendapatkan dan mempertahankan pekerja dengan tingkat
biaya yang wajar. Tanpa manajemen kompensasi yang efektif para pekerja
mungkin dibayar terlalu tinggi atau terlalu rendah.
6. Mengikuti peraturan – peraturan atau hukum yang berlaku. Sistem gaji dan
upah yang baik perlu mempertimbangkan dan mematuhi aturan – aturan yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
7. Menumbuhkan saling pengertian. Sistem manajemen kompensasi hendaknya
mudah dipahami oleh para spesialis Sumber Daya Manusia, manajer
pelaksana dan karyawan.
8. Membantu menciptakan efisiensi administrasi. Program gaji dan upah
hendaknya dirancang agar dapat dikelola secara efisien, mengoptimalkan
10
penggunaan sistem informatika SDM, walaupun tujuan ini tidak sepenting
tujuan – tujuan sebelumnya.
Dari tujuan kompensasi di atas dapat dikatakan bahwa pemberian
kompensasi perusahaan bertujuan untuk mencapai efisiensi kerja bagi perusahaan
dan juga menjamin terciptanya keadilan, baik keadilan pribadi karyawan maupun
keadilan
perusahaan.
Adapun proses penentuan kompensasi menurut Mutiara (2002) yaitu:
1. Menyelenggarakan survei, gaji, mengenai jumlah gaji yang diberikan bagi
pekerjaan yang diberikan yang sebanding di perusahaan lain (untuk menjamin
keadilan eksternal).
2. Menentukan nilai tiap pekerjaan dalam perusahaan melalui evaluasi pekerjaan
(untuk menjamin keadilan internal).
3. Mengelompokkan pekerjaan yang sama atau sejenis kedalam tingkat yang
sama untuk menjamin Employee Equty (keadilan karyawan).
4. Menetapkan harga tiap tingkatan gaji dengan menggunakan garis upah.
5. Menyesuaikan tingkat upah dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku (menjamin gaji layak & wajar).
2.1.3
Asas Kompensasi
Menurut Rivai (2005), program – program kompensasi (balas jasa)
harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan memperhatikan undang –
11
undang perburuhan yang berlaku. Prinsip adil dan layak harus mendapat perhatian
dengan
sebaik – baiknya supaya balas jasa yang akan diberikan merangsang
gairah kepuasan kerja karyawan.
1. Asas adil
Besarnya
kompensasi yang dibayar kepada setiap karyawan harus
disesuaikan dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan, resiko perkerjaan,
tanggung jawab, jabatan pekerjaan, dan memenuhi persyaratan internal
konsistensi. Jadi adil dalam hal ini bukan berarti setiap karyawan menerima
kompensasi yang sama besarnya. Asas adil harus menjadi dasar penilaian,
perlakuan, dan pemberian hadiah atau hukuman bagi setiap karyawan.
Dengan asas adil akan tercipta suasana kerja sama yang baik, semangat
kerja, disiplin, loyalitas, dan stabilitas karyawan akan lebih baik.
2. Asas layak dan wajar
Kompensasi yang diterima karyawan dapat memenuhi kebutuhannya pada
tingkat normative yang ideal. Tolak ukur layak adalah relative, penetapan
besarnya kompensasi didasarkan atas batas upah minimal regional dan
eksternal konsistensi yang berlaku (Rivai, 2004).
Dari kedua asas kompensasi yang diungkapkan diatas, dapat
disimpulkan baik dalam pemberian kompensasi langsung maupun tidak langsung
alangkah baiknya apabila dalam sebuah perusahaan dapat menerapkan kedua asas
tersebut di atas yaitu asas adil bagi karyawan dan juga asas wajar serta layak agar
12
karyawan dapat memberikan hal yang serupa kepada perusahaan dan tercipta suatu
yang baik dalam manajemen sumber daya perusahaan.
kondisi
2.1.4
Klasifikasi Kompensasi
Kompensasi langsung terdiri atas gaji dan upah pokok, insentif dan bagi
– bagi hasil. Sedangkan kompensasi tidak langsung berbentuk program
kesejahteraan dan pelayanan. Mondy & Noe (2005), mengklasifikasikan
kompensasi
kedalam
bentuk
financial
compensation
dan
nonfinancial
compensation.
1. Kompensasi Finansial
Kompensasi finansial dibagi menjadi 2 bentuk yaitu kompensasi finansial
dalam bentuk langsung dan kompensasi finansial dalam bentuk tidak
langsung.
a. Kompensasi Finansial Langsung
Menurut Mondy & Noe (1996), kompensasi finansial langsung terdiri
atas pembayaran yang diterima oleh seseorang dalam bentuk gaji, upah,
bonus, dan komisi.
1) Gaji
Balas jasa yang dibayar secara periodik kepada karyawan tetap serta
mempunyai jaminan yang pasti (Hasibuan, 2003). Menurut Mathis &
Jackson (2002), kompensasi dari kompensasi finansial langsung
13
antara lain gaji pokok dan gaji variabel. Gaji pokok adalah bayaran
konsisten dari satu periode ke periode lain dengan tidak memandang
jumlah jam kerja. Sedangkan gaji variabel adalah kompensasi yang
dikaitkan dengan kinerja individual, kelompok, dan atau organisasi.
Adapun komponen – komponen yang termasuk dalam pemberian gaji
adalah:
a) Tunjangan keluarga.
b) Tunjangan perusahaan.
c) Tunjangan jabatan.
d) Tunjangan pembangunan.
e) Tunjangan kegiatan khusus.
f) Tunjangan perbaikan.
g) Tunjangan transport.
h) Tunjangan pangan.
i) Tunjangan daerah terpencil.
2) Upah
Menurut Rivai (2005) upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil
dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasa – jasanya dalam
mencapai tujuan organisasi.
Adapun penggolongan upah adalah:
a) Berdasarkan sistem waktu
14
Dalam sistem waktu, besarnya upah ditetapkan berdasarkan
standar waktu seperti jam, minggu, atau bulan. Besarnya upah
sistem waktu hanya didasarkan pada lamanya bekerja bukan
dikaitkan dengan presentasi kerjanya.
b) Berdasarkan sistem hasil (out put)
Dari sistem hasil, besarnya upah ditetapkan atas kesatuan unit
yang dihasilkan pekerja, seperti per potong, meter, liter, dan
kilogram. Besarnya upah yang dibayar selalu didasarkan pada
banyaknya hasil yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu
mengerjakan.
c) Berdasarkan sistem borongan
Sistem borongan adalah suatu cara pengupahan yang penetapan
besarnya jasa didasarkan atas volume pekerjaan dan lama
mengerjakannya. Penetapan besarnya balas jasa berdasarkan
sistem borongan cukup rumit, lama mengerjakannya, serta
banyak alat yang diperlukan untuk menyelesaikannya.
Perkembangan dari sistem upah dan gaji pokok menganggap bahwa
tersedia deskripsi pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan yang akurat.
Kemudian, deskripsi pekerjaan digunakan dalam dua aktivitas yaitu
evaluasi pekerjaan dan survey gaji. Aktivitas ini dirancang untuk
memastikan bahwa sistem kompensasi tersebut adil secara internal dan
15
kompetitif secara eksternal. Data yang dikumpulkan dalam dua aktivitas
ini digunakan untuk merancang struktur penggajian, termasuk tingkat
imbalan kerja minimum sampai maksimum. Setelah perkembangan
struktur penggajian, pekerjaan individual harus ditempatkan pada tingkat
imbalan kerja yang sesuai dan imbalan kerja para karyawan disesuaikan
berdasarkan lamanya bekerja dan kinerja. Terakhir, sistem imbalan kerja
harus dimonitor dan diperbarui.
3) Bonus/Insentif
Menurut Wether & Davis (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2004)
para manajer dan departemen SDM dapat menggunakan insentif dan
bagi hasil (gainsharing) sebagai alat untuk memotivasi para
karyawan untuk mewujudkan tujuan organisasi, karena keduanya
adalah pendekatan kompensasi yang memberi imbalan atas hasil
kerja tertentu.
Adapun bentuk – bentuk insentif adalah:
a) Piecework. Piecework adalah sistem insentif yang memberi
imbalan bagi pekerja atas tiap unit keluaran yang dihasilkan.
Upah harian atau mingguan ditentukan dengan mengalikan
jumlah unit yang dihasilkan dengan tarif per unit.
b) Production bonuses. Bonus produksi adalah insentif yang
dibayarkan kepada pekerja yang melebihi sasaran output yang
16
ditetapkan. Para pekerja biasanya menerima upah pokok. Bila
mereka dapat menghasilkan output di atas standar, mereka
memperoleh bonus, yang jumlahnya biasanya ditentukan atas
dasar tarif per unit produksi di atas standar.
c) Commisions Incentives diberikan atas dasar jumlah unit yang
terjual. Sistem ini biasanya diberlakukan untuk pekerjaan seperti
wiraniaga, angen real estate.
d) Maturity
Curves.
Bentuk
insentif
diberikan
untuk
mengakomodasikan para pekerja yang memiliki untuk kerja
tinggi dilihat dari aspek produktivitas atau pekerja yang telah
berpengalaman senior.
e) Merit Raisses. Merit Raises adalah kenaikan gaji/upah yang
diberikan sesudah penilaian unjuk kerja. Kenaikan ini biasanya
diputuskan oleh atasan langsung pekerja, seringkali dengan
bekerja sama dengan atasan yang lebih tinggi.
f) Nonmonetary Incentives. Bentuk – bentuk insentif bagi eksekutif
antara lain bonus uang tunai, stock options (hak untuk membeli
saham perusahaan dengan harga tertentu), stock appreciation,
performance objectives.
4) Komisi
Imbalan yang diberikan atas harga penjualan suatu barang dan jasa.
b. Kompensasi Finansial Tidak Langsung
17
Menurut Werther & Davis (dalam Marwansyah & Mukaram, 1999),
benefit dan service disebut sebagai kompensasi tidak langsung karena
kedua bentuk kompensasi ini biasanya dianggap sebagai a condition of
employment dan tidak berhubungan secara langsung dengan unjuk kerja.
Mondy & Noe (1996), mengelompokkan bentuk – bentuk kompensasi
finansial tidak langsung atau benefit sebagai berikut:
1) Benefit yang diwajibkan undang – undang atau peraturan.
Program – program benefit jenis ini diwajibkan dan diatur oleh
undang – undang atau peraturan pemerintah lainnya. Program –
programnya meliputi:
a) Jaminan Sosial
Dalam rangka menanggulangi resiko – resiko kerja dan
menciptakan
meningkatkan
ketenangan
produktivitas
kerja
kerja,
segingga
membantu
maka
perusahaan
mengikutsertakan karyawan dalam program jaminan sosial
tenaga kerja (Jamsostek).
Program – program jaminan sosial tenaga kerja berdiri dari
jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari
tua. Peserta jamsostek adalah semua karyawan yang iurannya
ditanggung oleh perusahaan.
b) Balas jasa ketika tidak bekerja
18
Yang termasuk ke dalam balas jasa ketika tidak bekerja yaitu
uang pesangon atau gaji ketika karyawan “dirumahkan”. Jika
seorang karyawan diberhentikan dari jabatan atau pekerjaannya.
Ia akan memperoleh uang pesangon yang jumlahnya ditetapkan
berdasarkan rumus tertentu. Pembayaran uang pesangon
jumlahnya dihubungkan dengan masa kerja, sehingga membantu
para karyawan melalui waktu sampai mendapat pekerjaan lain.
c) Kompensasi bagi pekerja
Manfaat kompensasi bagi pekerja adalah memberikan sebuah
perlindungan untuk karyawan dari kecelakaan yang berhubungan
dengan pekerjaan atau sakit. Bentuk perlindungan yang umum
diperhatikan perusahaan adalah asuransi. Program asuransi bisa
berbentuk asuransi kesehatan dan asuransi kecelakaan kerja
ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan dan ada juga yang
ditanggung karyawan.
2) Benefit yang diberikan secara sukarela
Program benefit yang bersifat sukarela tidak diwajibkan dan tidak
diatur oleh undang – undang atau peraturan pemerintah antara lain:
a) Payment for time not work/pembayaran untuk waktu tidak
bekerja. Semua organisasi menganut kebijaksanaan bahwa ada
waktu tertentu para karyawan tidak bekerja, tetapi tetap
memperoleh penghasilan. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja
19
diberikan karena organisasi menyadari bahwa para karyawan
memerlukan waktu untuk meningkatkan kinerja untuk berbagai
alasan, antara lain:

Paid Vocation
Paid Vocation, memberikan karyawan kesempatan untuk
beristirahat, refreshing, dan diharapkan menjadi lebih
produktif. Paid Vocation juga diberikan untuk mendorong
para pekerja untuk setia pada perusahaan.

Cuti Sakit
Setiap tahun perusahaan menyediakan beberapa hari cuti
sakit bagi karyawa yang dapat mereka gunakan dikarenakan
sakit.
b) Employee Weifare
Employee Weifare adalah bagian dari kompensasi finansial tidak
langsung yang terdiri dari pelayanan kesehatan, rencana pensiun,
dan asuransi jiwa.

Pelayanan dan pengobatan kesehatan

Rencana pensiun

Asuransi Jiwa
c) Empoyee Services
20
Dalam usaha mendorong produktivitas serta ketenangan kerja
bagi karyawan, dewasa ini semakin banyak organisasi yang
memberikan pelayanan kepada karyawan di luar upah dan gaji.
Organisasi memberikan benefits dalam bentuk pelayanan untuk
karyawan yang bervariasi seperti: koperasi, tempat ibadah,
program olahraga, rekreasi, penyediaan rumah dinas, diskon
untuk produk perusahaan, dan beasiswa untuk pendidikan.
d) Premium Pay
Premium Pay adalah pembayaran ganti rugi kepada karyawan
untuk pekerjaan yang memerlukan waktu yang lama atau
pekerjaan berbahaya. Premium Pay terdiri dari uang tambahan
untuk karyawan yang pekerjaan berisiko tinggi dan karyawan
yang bekerja pada shift malam hari.
e) Jenis – jenis benefits lainnya
Diantaranya, fasilitas penelitian anak bagi karyawan wanita yang
sudah berkeluarga, fasilitas bus atau mobil jemputan bagi
karyawan.
2. Kompensasi Non Finansial
Menurut Marwansyah dan Mukaram (1999) kompensasi non finansial terdiri
atas berbagai bentuk kepuasan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan itu
sendiri, atau berupa lingkungan psikologis dan atau lingkungan fisik tempat
seseorang itu bekerja.
21
Kepuasan yang berasal dari pekerjaan misalnya tugas – tugas yang menarik,
tantangan, tanggung jawab, peluang untuk mengembangkan diri.
Seorang karyawan akan merasa puas terhadap pekerjaanya jika tugas –
a. Tugas – tugas menarik
tugas yang diberikan menarik artinya tugas – tugas tersebut sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh karyawan.
b. Tantangan
Setiap pekerjaan mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda sehingga
akan menimbulkan kepuasan bagi karyawan yang melaksanakan
pekerjaan.
c. Tanggung jawab
Rasa tanggung jawab yang dimiliki seorang karyawan akan mendorong
tumbuhnya motivasi kerja sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dapat
diselesaikan dengan baik, maka karyawan akan merasa puas atas
pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukannya.
d. Peluang untuk mengembangkan diri
Peluang untuk mengembangkan diri merupakan faktor yang memotivasi
karyawan untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin sehingga
menimbulkan kepuasan terhadap pekerjaan yang dilakukan. Oleh karena
itu dalam suatu perusahaan perlu ada program pelatihan dan
pengembangan karir. Kepuasan yang berasal dari lingkungan kerja
22
misalnya rekan kerja yang menyenangkan, kondisi kerja yang nyaman,
atasan yang kompeten dan penyediaan kafetaria.
2.1.5
Faktor – faktor yang mempengaruhi kebijakan kompensasi
Menurut Hasibuan (2003), penentuan besarnya kompensasi dipengaruhi
oleh beberapa tantangan, implikasi ketergantungan ini biasanya memaksa
departemen personalia untuk melakukan penyesuaian – penyesuaian lebih lanjut
terhadap kebijaksanaan kompensasi perusahaan diantara tantangan – tantangan
tersebut adalah:
1. Suplai atau permintaan tenaga kerja. Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus
dibayar lebih tinggi daripada yang ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena
desakan kondisi pasar. Sebagai contoh, pada tahun 70-an kelangkaan tenaga
kerja akuntan menyebabkan perusahaan (organisasi) harus memberikan
tunjangan kelangkaan disamping kompensasi dasar untuk memperoleh tenaga
kerja akuntan.
2. Serikat karyawan. Lemah atau kuatnya serikat karyawan mencerminkan
kemampuan organisasi karyawan tersebut untuk menggunakan kekuatan
pengaruh mereka pada penentuan tingkat kompensasi. Semakin kuat kekuatan
serikan berarti semakin kuat posisi perundingan karyawan dalam penerapan
tingkat upah.
23
3. Produktivitas.
Perusahaan
harus
memperoleh
laba
untuk
menjaga
kelangsungan hidup dan tumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak akan bisa
bersaing. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membayar para
karyawannya melebihi kontribusi mereka kepada perusahaan melalui
produktivitas mereka. Bila ini terjadi (bisa karena kelangkaan atau kekuatan
serikat karyawan), perusahaan biasanya merancang kembali pekerjaan –
pekerjaan, melatih para karyawan baru untuk menaikkan suplai, atau
melakukan otomatisasi.
4. Kesediaan untuk membayar. Bukan merupakan suatu kenyataan yang
berlebihan bahwa perusahaan sebenarnya ingin membayar kompensasi secara
adil dan layak. Oleh karena itu, perusahaan juga merasa bahwa para karyawan
seharusnya melakukan pekerjaan sesuai dengan upah yang mereka terima.
Manajemen
perlu
mendorong
para
karyawan
untuk
meningkatkan
produktivitas mereka agar kompensasi yang lebih tinggi dapat dibayarkan.
5. Kemampuan untuk membayar. Tanpa memperhatikan semua faktor lainnya,
dalam jangka panjang, realisasi pemberian kompensasi tergantung pada
kemampuan
membayar
perusahaan,
seperti
telah
disebutkan
diatas,
kemampuan membayar tergantung dari pendapatan dan laba yang diraih,
dimana hal ini dipengaruhi oleh produktivitas karyawan yang tercermin dalam
biaya tenaga kerja.
6. Berbagai kebijakan pengupahan dan penggajian. Hampir semua organisasi
mempunyai kebijaksanaan – kebijaksanaan yang mempengaruhi pengupahan
24
dan penggajian. Salah satu kebijaksanaan yang umum adalah memberikan
kenaikan upah yang sama besarnya kepada para karyawan anggota serikat.
Banyak perusahaan mempunyai kebijaksanaan pembayaran bonus (premium)
di atas upah dasar untuk meminimumkan perputaran karyawan atau untuk
menarik para karyawan terbaik. Perusahaan – perusahaan lain mungkin juga
menerapkan kenaikan kompensasi secara otomatis bila indeks biaya hidup
naik.
7. Kendala – kendala pemerintah. Tekanan – tekanan eksternal dari pemerintah
dengan
segala
peraturannya
mempengaruhi
penetapan
kompensasi
perusahaan. Peraturan upah minimum, upah kerja lembur, dan batasan umur
untuk tenaga kerja anak – anak merupakan beberapa contoh kendala
kebijaksanaan kompensasi yang berasal dari pemerintah.
2.2
Loyalitas Karyawan
Menurut Hasibuan (2007), pemeliharaan adalah usaha mempertahankan dan
atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal
dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Karyawan
adalah asset utama setiap perusahaan, yang selalu ikut aktif berperan dan paling
menentukan tercapai tidaknya tujuan perusahaan. Oleh karena itu, keamanan dan
keselamatannya perlu mendapat pemeliharaan sebaik – baiknya dari pimpinan
perusahaan.
25
Loyalitas berasal dari kata loyal yang berarti setia. Loyalitas dalam
perusahaan
dapat diartikan sebagai kesetiaan seorang karyawan terhadap perusahaan.
Velasques dalam Sudimin (2003) mengatakan bahwa kewajiban karyawan adalah
bekerja dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan dan menghindari aktivitas
yang dapat mengancam atau mengganggu pencapaian tujuan tersebut dan bukan
untuk kepentingan atau manfaat pribadi karyawan. Hal yang bisa menimbulkan
kesulitan terhadap terwujudnya loyalitas adalah konflik kepentingan (conflict of
interest), yaitu konflik antara kepentingan pribadi karyawan dan kepentingan
perusahaan. Demi kepentingan pribadi, karyawan tidak boleh menjalankan kegiatan
yang bersaing dengan perusahaannya. Selain itu, konflik kepentingan juga bisa
muncul dengan terjadinya penggabungan beberapa jenis pekerjaan.
Menurut Sudimin (2003) loyalitas berarti kesediaan karyawan dengan
seluruh kemampuan, keterampilan, pikiran dan waktu untuk ikut serta mencapai
tujuan perusahaan dan menyimpan rahasia perusahaan serta tidak melakukan
tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan selama orang itu masih berstatus
sebagai karyawan. Kecuali menyimpan rahasia, hal-hal itu hanya dapat dilakukan
ketika karyawan masih terikat hubungan kerja dengan perusahaan tempatnya bekerja.
Rutledge (dalam E. Chuke Nwude & Joseph I. Uduji 2013) loyalitas adalah the state
of being attracted, committed, and fascinated. Fletcher dalam Sudimin (2003)
merumuskan loyalitas sebagai kesetiaan kepada seseorang dan tidak meninggalkan
atau membelot serta tidak menghianati yang lain pada waktu diperlukan.
26
Menurut Robbins (2005) pengertian loyalitas yang berkaitan dengan tingkat
kepercayaan
adalah suatu keinginan untuk melindungi dan menyelamatkan wajah
bagi orang lain. Bila seseorang memiliki loyalitas dan kepercayaan terhadap suatu
hal, maka orang tersebut bersedia berkorban dan setia terhadap hal yang
dipercayainya tersebut. Jadi, loyalitas memiliki hubungan positif terhadap tingkat
kepercayaan, semakin tinggi tingkat kepercayaan karyawan terhadap perusahaan,
maka semakin tinggi pula tingkat loyalitas karyawan tersebut terhadap perusahaan.
Loyalitas merupakan tekad dan kesanggupan untuk mentaati, melaksanakan dan
mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
(Flippo, 1996).
Karyawan yang loyal sangat dihargai oleh perusahaan karena perusahaan
sangat membutuhkan karyawan- karyawan yang loyal untuk kelangsungan
perusahaanya dalam menentukan maju mundurnya perusahaan di masa mendatang.
Banyak faktor yang menjadikan seorang karyawan menjadi loyal, diantaranya
kepuasan kerja, kompensasi atau insentif, komunikasi yang efektif, motivasi yang
diberikan oleh perusahaan, tempat kerja yang nyaman, pengembangan karir,
pengadaan pelatihan dan pendidikan karyawan, partisipasi kerja, pelaksanaan
kesehatan dan keselamatan kerja, serta hubungan dengan karyawan lain.
Pengertian karyawan kontrak adalah karyawan yang bekerja pasa suatu
instansi dengan kerja waktu tertetnu yang didasari atas suatu perjanjian atau kontrak
dapat juga disebut dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), yaitu
27
perjanjiann kerja yang didasarkan suatu jangka waktu yang diadakan untuk
palinglama
2 tahun dan hanya dapat diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu
maksimal 1 tahun (Undang-Undang RI ketenagakerjaan 2003 dalam pasal 59 ayat 1) .
Karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku
aktif dari
aktivitas organisasi. Karyawan adalah seorang pekerja yang bekerja
perintah orang lain dan mendapat kompensasi serta jaminan (Hasibuan,
dibawah
2006). Undang-undang RI No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 1
ayat 3 menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.
Sistem kerja kontrak atau lebih dikenal dengan sistem perjanjian kerja waktu
tertentu (PKWT) diatur dalam Undang-undang RI nomer 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan pasal 50 sampai dengan pasal 66. Sistem kerja kontrak terjadi pada
semua jenis industri dengan waktu yang tidak ditentukan. Karyawan kontrak adalah
karyawan yang diperbantukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rutin
perusahaan, dan tidak ada jaminan kelangsungan masa
kerjanya. Dalam
kelangsungan masa kerja karyawan kontrak ditentukan oleh prestasi kerjanya.
Semakin bagus prestasi kerjanya, karyawan kontrak akan dipertahankan oleh
perusahaan, namun jika prestasi kerjanya tidak ada peningkatan maka perusahaan
akan memberhentikan karyawan tersebut. Kewajiban kerja karyawan kontrak
terkadang hampir sama atau bahkan lebih berat dari pada karyawan tetap. Namun dari
segi gaji atau fasilitas lainnya tentu saja sangat berbeda, termasuk tidak adanya
28
ketentuan pesangon yang jelas apabila perusahaan tidak lagi menggunakan jasa si
tenaga kerja
kontrak.
Aspek – aspek loyalitas menurut Saydam (2000) adalah sebagai berikut :
1. Ketaatan atau kepatuhan
Ketaatan yaitu kesanggupan pegawai untuk mentaati segala peraturan kedinasan
yang berlaku dan mentaati perintah dinas yang diberikan atasan yang berwenang,
serta sanggup tidak melanggar larangan yang ditentukan.
Ciri – ciri ketaatan yaitu :
a. Mentaati segala peraturan perundang – undangan dan ketentuan yang
berlaku.
b. Mentaati perintah kedinasan yang diberikan atasan yang berwenang dengan
baik.
c. Selalu mentaati jan kerja yang sudah ditentukan.
d. Selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik – baiknya.
2. Bertanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan baik, tepat waktu, serta berani
mengambil resiko untuk keputusan yang dibuat atau tindakan yang dilakukan.
Ciri – ciri tanggung jawab yaitu :
a. Dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.
29
b. Selalu menyimpan atau memelihara barang – barang dinas dengan sebaik –
baiknya.
c. Mengutamakan kepentingan dinas dari kepentingan golongan.
d. Tidak pernah berusaha melemparkan kesalahan yang dibuatnya kepada
orang lain.
3. Pengabdian
Pengabdian yaitu sumbangan pemikiran dan tenaga secara ikhlas kepada
perusahaan.
4. Kejujuran
Kejujuran adalah keselarasan antara yang terucap atau perbuatan dengan
kenyataan.
Ciri – ciri kejujuran yaitu :
a. Selalu melakukan tugas dengan penuh keikhlasan tanpa merasa dipaksa
b. Tidak menyalahgunakan wewenang yang ada padanya
c. Melaporkan hasil pekerjaan kepada atasan apa adanya
Unsur-unsur loyalitas yang lain dikemukakan oleh Steers & Porter (1983)
berhubungan dengan sikap yang akan dilakukan karyawan, dan merupakan proses
psikologis terciptanya loyalitas kerja dalam perusahaan, antara lain :
1. Dorongan yang kuat untuk tetap menjadi anggota perusahaan, kekuatan aspek ini
sangat dipengaruhi oleh keadaan individu, baik kebutuhan, tujuan maupun
kecocokan individu dalam perusahaan.
30
2. Keinginan untuk berusaha semaksimal mungkin bagi perusahaan. Kesamaan
persepsi
antara karyawan dan perusahaan dan yang didukung oleh kesamaan
tujuan dalam perusahaan mewujudkan keinginan yang kuat untuk berusaha
maksimal, karena dengan pribadi juga perusahaan akan terwujud.
3. Kepercayaan yang pasti dan penerimaan yang penuh atas nilai-nilai perusahaan.
Kepastian kepercayaan yang diberikan karyawan tercipta dari operasional dari
perusahaan yang tidak lepas dari kepercayaan perusahaan terhadap karyawan itu
sendiri untuk melaksanakan pekerjaannya.
Karyawan yang memiliki loyalitas tinggi akan memiliki sikap kerja yang positif.
Sikap kerja yang positif meliputi :
1. Kemauan untuk bekerja sama
Bekerja
sama
dengan
orang-orang
dalam
suatu
kelompok
akan
memungkinkan perusahaan dapat mencapai tujuan yang tidak mungkin
dicapai oleh orang – orang secara individual.
2. Rasa memiliki
Adanya rasa ikut memiliki karyawan terhadap perusahaan akan membuat
karyawan memiliki sikap untuk ikut menjaga dan bertanggung jawab terhadap
perusahaan sehingga pada akhirnya akan menimbulkan loyalitas demi
tercapainya tujuan perusahaan.
3. Hubungan antar pribadi
31
Karyawan yang mempunyai loyalitas karyawan tinggi mereka akan
mempunyai sikap fleksibel kearah hubungan antara pribadi. Hubungan antara
pribadi ini meliputi : hubungan sosial diantara karyawan. Hubungan yang
harmonis antara atasan dan karyawan, situasi kerja dan sugesti dari teman
sekerja.
4. Suka terhadap pekerjaan
Perusahaan harus dapat menghadapi kenyataan bahwa karyawannya tiap hari
datang untuk bekerja sama sebagai manusia seutuhnya dalam hal melakukan
pekerjaan yang akan dilakukan dengan senang hati.
Loyalitas kerja akan tercipta apabila karyawan merasa tercukupi dalam
memenuhi kebutuhan hidup dari pekerjaannya, sehingga meraka betah bekerja dalam
suatu perusahaan. Kadarwati (2003) menegaskan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi loyalitas karyawan adalah adanya fasilitas-fasilitas kerja, tunjangan
kesejahteraan, suasana kerja serta upah yang diterima dari perusahaan. Selanjutnya
Steers & Porter (1983) menyatakan bahwa timbulnya loyalitas kerja dipengaruhi
oleh:
1. Karaktersitik pribadi
Karakteristik pribadi merupakan faktor yang menyangkut karyawan itu sendiri
yang meliputi usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat pendidikan, prestasi yang
dimiliki, ras dan sifat kepribadian.
2. Karakteristik pekerjaan
32
Karakteristik pekerjaan menyangkut pada seluk beluk perusahaan yang dilakukan
meliputi
tantangan kerja, job stress, kesempatan untuk berinteraksi sosial,
identifikasi tugas, umpan balik dan kecocokan tugas.
3. Karakteristik desain perusahaan
Karakteristik desain perusahaan menyangkut pada interen perusahaan yang dapat
dilihat dari sentralisasi, tingkat formalitas, tingkat keikutsertaan dalam
pengambilan keputusan, paling tidak telah mengajukan berbagai tingkat asosiasi
dengan tanggung jawab perusahaan. Ketergantungan fungsional maupun fungsi
kontrol perusahaan.
4. Pengalaman yang diperoleh dari perusahaan
Pengalaman tersebut merupakan internalisasi individu terhadap perusahaan
setelah melaksanakan pekerjaan dalam perusahaan sehingga menimbulkan rasa
aman, merasakan adanya keputusan pribadi yang dipenuhi oleh perusahaan.
Menurut Rusyamsi (2013) cara untuk mempertahankan karyawan tetap
maupun karyawan tidak tetap untuk usaha kecil menengah agar tetap loyal kepada
perusahaan adalah :
1. Ciptakan suasana kerja dan kantor yang kondusif, menyenangkan, akrab dan
kekeluargaan, jadikan itu semua dalam budaya kerja yang perusahaan inginkan.
2. Berikan fasilitas yang baik untuk karyawan dan jenjang karir yang jelas dengan
ketentuan standard gaji yang lebih baik. Serta reward dan punishment program
yang konsisten, serta perhatikan pula keadaan dan kabar keluarganya.
33
3. Tingkatkanlah ilmu dan keterampilan karyawan, luangkan waktu manajemen
untuk berbagi ilmu dengan karyawan. Berikan pelatihan – pelatihan pada hal
yang menjadi kelemahan karyawan.
4. Buatlah
karyawan menjadi lebih baik dalam pekerjaannya dengan ikut
memperhatikan
impian – impian yang mereka yang ingin capai untuk diri dan
keluarganya.
5. Untuk mengembangkan leadership karyawan, perkenalkan mereka juga tokoh –
tokoh pemimpin bisnis selain atasan, dengan memberikan buku – buku, beberapa
artikel dan seminar – seminar. Perkenalkan karyawan kepada teman – teman
Anda yang bisa mengajari mereka juga tentang kepemimpinan dan etos kerja.
6. Berikan delegasi atau tanggung jawab baru untuk menambah kepercayaan
perusahaan kepada karyawan. Agar kemampuan karyawan dapat berkembang
dengan bimbingan dan dalam monitoring Anda. Sehingga mereka dapat
merasakan tantangan yang baru yang dapat memberikan semangat baru.
7. Komunikasikan segala hal yang menyangkut usaha Anda kepada mereka dalam
sebuah agenda meeting yang rutin sehingga rasa memiliki tumbuh pada diri
mereka, dan Anda pun dapat terus memantau perkembangan diri dan kinerja
mereka.
34
2.3
Kerangka Berpikir
Menurut Hasibuan (2007), pemeliharaan adalah usaha mempertahankan dan
atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal
dan bekerja produktif untuk menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Salah satu
cara untuk
membuat karyawan menjadi loyal adalah melalui kompensasi. Adapun
Werther & Davis (dalam Marwansyah dan Mukaram), kompensasi adalah
pendapat
sesuatu yang diterima oleh seorang karyawan sebagai balasan dari karya yang
diberikan kepada organisasi. Menurut Sudimin (2003) loyalitas berarti kesediaan
karyawan dengan seluruh kemampuan, keterampilan, pikiran dan waktu untuk ikut
serta mencapai tujuan perusahaan dan menyimpan rahasia perusahaan serta tidak
melakukan tindakan-tindakan yang merugikan perusahaan selama orang itu masih
berstatus sebagai karyawan. Dengan demikian, antara kompensasi dan loyalitas
memiliki hubungan timbal balik antara karyawan dengan organisasi. Besar kecilnya
kompensasi yang diberikan organisasi akan mempengaruhi sikap loyalitas karyawan.
35
2.4
Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan acuan dalam penelitian ini berikut beberapa penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini :
Penulis
WANG
Jianhong & MA
Jiansuo (2008)
Judul
Influence of
Compensation on
Loyalty to
Organization
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Persamaan
Meneliti tentang
pengaruh
kompensasi terhadap
loyalitas karyawan.
Perbedaan
Objek penelitian
36
Hasil
Manajemen
kompensasi
bertujuan
untuk
menarik,
mempertahankan, mempengaruhi
dan mengembangkan tim yang
berkualitas. Kompensasi berarti
untuk pembayaran tenaga kerja
untuk layanan karyawan, tetapi
untuk karyawan lebih dari itu, itu
merupakan
pengakuan
atas
kinerja mereka. Kompensasi
adalah standar, yang dapat
mengukur
berapa
banyak
organisasi dapat memenuhi nilai
kerja staf dan aspirasi, yang dapat
memenuhi keinginan pribadi
mereka dan harapan kemajuan;
dapat menggambarkan prestasi
yang ingin karyawan capai untuk
hal posisi dan gaya hidup.
Ronald Fischer
Rewarding
Employee
Loyalty: An Organizational
Justice Approach
Meneliti karyawan
yang kurang merasa
diberi keadilan demi
kepuasan karyawan.
Objek penelitian.
Kyle LaMalfa
The Top 11 Ways
to Increase Your
Employee Loyalty
Kompensasi menjadi
salah satu hal yang
mempengaruhi
loyalitas karyawan.
Variabel independen
37
Penelitian
ini
menyajikan
beberapa data dari karyawan di
AS, Inggris, Selandia Baru dan
Jerman yang meneliti dampak
loyalitas yang bermanfaat pada
sikap kerja. Secara khusus, model
diuji dimana loyalitas yang
bermanfaat dievaluasi dalam hal
keadilan, yang pada gilirannya
berkaitan dengan kepuasan kerja
dan
komitmen
organisasi.
Menggunakan model persamaan
struktural, dukungan umum
untuk model telah ditemukan.
Proses pengukuran keterikatan
karyawan dapat mulai dari yang
sangat sederhana sampai yang
sangat kompleks. Mengukur
gairah karyawan Anda tentang
pekerjaan dan lingkungan kerja
dapat sesederhana mengeluarkan
survei dengan pertanyaan skala
beberapa di sekitar ide-ide:
• Job satisfaction
• Productivity
• Quality of peers
• Likelihood to change jobs
• Likelihood to recommend
company products or services
•

Likelihood to recommend as a
great place to work
Satisfaction with
compensation & benefits
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Variabel Kompensasi
Penulis
Anoki Herdian
Dito (2010)
Judul
Pengaruh
Kompensasi
Terhadap Kinerja
Karyawan
Pt. Slamet
Langgeng
Purbalingga
Dengan Motivasi
Kerja
E. Chuke
Nwude &
Joseph I. Uduji
(2013)
Sales Force
Compensation
and CustomerCentric Business
Model in The 21st
Persamaan
Penelitian ini sama –
sama menggunakan
kompensasi pada
variabel bebasnya.
Perbedaan
Penelitian yang
dilakukan oleh Anoki
adalah untuk
mengetahui kinerja
karyawan dengan
kompensasi yang
diberikan. Penelitian ini
untuk mengetahui
tingkat loyalitas
karyawan dengan
kompensasi yang
diberikan.
Hasil
1. Kompensasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinerja,
sehingga
adanya
peningkatan
pemberian
kompensasi akan meningkatkan
kinerja karyawan.
2. Kompensasi berpengaruh tidak
langsung
terhadap
kinerja
melalui motivasi kerja, sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
motivasi kerja menjadi variabel
yang
memediasi
antara
kompensasi terhadap kinerja
karyawan.
Kompensasi sebagai Untuk mengetahui
Hasil dari studi ini meliputi:
variable independent motivasi karyawan
1. Ada
hubungan
yang
dengan kompensasi
signifikan antara kompensasi
yang diberikan,
sales dan pelaksanaan model
sedangkan penelitian ini
customercentric business di
38
Century
untuk mengetahui
loyalitas karyawan
dengan kompensasi
yang diberikan.
Hyondong Kim,
M.B.A., M.A.
(2006)
Strategic Impacts Kompensasi sebagai
Of Compensation variable independent
System On
Organizational
Outcomes: An
Empirical Study
Of The
Conceptualization
s Of Fit And
39
Untuk mengetahui
kinerja karyawan
dengan program
kompensasi yang
diberikan, sedangkan
penelitian ini untuk
mengetahui loyalitas
karyawan dengan
program kompensasi
abad 21.
2. Kompensasi gaji, komisi,
insentif, bonus, tunjangan,
pengakuan
penghargaan
untuk kinerja yang luar
biasa, kesempatan untuk
promosi
dan
kemajuan
merupakan faktor utama
yang menjelaskan sales
termotivasi.
3. Rencana kompensasi sales
memiliki pengaruh langsung
pada
pelaksanaan
yang
efektif dari model customercentric business di abad 21.
4. Kompensasi efektif sales
merupakan faktor penting
yang dapat digunakan untuk
mengarahkan kinerja tenaga
penjualan dalam Abad ke-21.
Hasil empiris menunjukkan
bahwa insentif jangka panjang,
gaji berbasis kelompok, dan
program jasa-bayar
mempengaruhi persepsi kinerja
dan keuangan positif.
Flexibility In The
Compensation
Design
yang diberikan
perusahaan.
Table 2.3 Penelitian Terdahulu Variabel Loyalitas Karyawan
Penulis
James
Judul
Xolani The
Nyawera (2009)
Study
Persamaan
Perbedaan
Of Mengukur loyalitas
Hasil
Mengetahui faktor –
Hasil penelitian ini menunjukkan
Employee Loyalty karyawan.
faktor yang
bahwa memiliki pengaturan kerja
In The Workplace
mempengaruhi loyalitas yang
In
karyawan, sedangkan
mentoring baik dan pembinaan,
Kwazulu-Natal
penelitian ini
membayar
Province
mengetahui sikap
dengan
loyalitas karyawan
masalah karyawan secara efektif
dengan kompensasi
dan strategi retensi yang baik
yang diberikan.
merupakan faktor utama yang
Durban,
40
fleksibel,
memiliki
gaji
berhubungan
pasar,
menangani
mempengaruhi
karyawan di tempat kerja
Roberto Rivera
Attrition Rate As
(1999)
It Relates To
Employee
loyalitas
Loyalitas sebagai
Mengetahui sikap
Penelitian ini mengungkapkan
variable
loyalitas karyawan
bahwa komunikasi internal itu
ketika organisasi
tidak efektif.
dependent
Loyalty And
sedang mengalami
Retention
gesekan, sedangkan
penelitian ini untuk
mengetahui sikap
loyalitas karyawan
dengan kompensasi
yang diberikan.
Suwarno
Analisis Loyalitas
Mengetahui tingkat
Hanya menganalisis,
Wibiesono,
Karyawan
loyalitas karyawan.
sedangkan penelitian ini mempengaruhi sikap loyalitas
41
Dengan program insentif dapat
2009
Melalui Program
mengukur pengaruh
variabel independent –
Pemeliharaan
Karyawan
nya terhadap variabel
Pt X Tbk (Unit
dependent – nya .
Bisnis Bogor)
42
karyawan.
2.5
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, hingga terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2006). Adapun
hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ho : Program kompensasi tidak berpengaruh terhadap loyalitas karyawan.
Ha : Program kompensasi berpengaruh terhadap loyalitas karyawan.
43
Download