Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompensasi
2.1.1 Pengertian Kompensasi
Kompensasi meliputi pembayaran uang tunai secara langsung,
imbalan tidak langsung dalam bentuk benefit dan pelayanan (jasa), dan
insentif untuk memotivasi karyawan agar tingkat produktivitas yang lebih
tinggi adalah komponen yang sangat menentukan dalam hubungan
kerja. Jika dikelola dengan tepat, kompensasi dapat membantu
organisasi dalam mencapai tujuannya, mendapatkan, memelihara dan
mempertahankan
pekerjaan-pekerjaan
yang
produktif.
Untuk
memperoleh gambaran kompensasi yang lebih jelas berikut ini
disampaikan definisi dari para ahli :
Menurut Marwansyah dan Mukaram (2000:127) menyatakan :
“Kompensasi merupakan penghargaan / imbalan langsung maupun
tidak langsung, finansial maupun non finansial, sebagai balas jasa
kontribusi mereka terhadap pencapaian tujuan organisasi”.
8
9
Menurut Siswanto sastrohadiwiryo (2001:181) menyatakan :
“Kompensasi adalah imbalan jasa atau balas jasa yang diberikan oleh
perusahaan kepada para tenaga kerja, karena tenaga kerja tersebut
telah memberikan sumbangan tenaga dan pikiran demi kemajuan
perusahaan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Menurut Hasibuan (2002:118) menyatakan :
“Kompensasi adalah merupakan semua pendapatan yang berbentuk
uang, barang, langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan
sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan”.
Lebih lanjut Hasibuan mengelompokkan kompensasi kedalam dua
bentuk umum, yaitu :
a) Kompensasi langsung (Direct compensation)
Berupa gaji, upah dan upah insentif.
b) Kompensasi tidak langsung (Indirect compensation atau
Employee Welfare atau kesejahteraan karyawan)
Berupa program kesejahteraan sosial, program jaminan sosial
dan
program
pelayanan
karyawan,
seperti
tunjangan
kesehatan, asuransi dan fasilitas kantor (rumah dinas, mobil
dinas).
Penjelasan:
a) Gaji adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja secara
periodik yang tetap serta mempunyai jaminan pasti.
10
b) Upah adalah balas jasa yang dibayarkan kepada pekerja harian
dengan
berpedoman
atas
perjanjian
yang
disepakati
pembayarannya.
c) Upah insentif adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan
tertentu dikarenakan prestasinya diatas prestasi standar.
Menurut Mondy dan Noe, yang dikutip oleh Marwansyah dan
Mukaram (2000:130) membagi kompensasi sebagai berikut :
1. Kompensasi Finansial
Kompensasi Finansial terbagi lagi menjadi dua macam yaitu :
a) Kompensasi Finanasial Langsung
Terdiri atas pembayaran yang diterima oleh seseorang
berbentuk gaji / upah, gaji, bonus dan komisi.
b) Kompensasi Finansial Tidak Langsung
Meliputi semua balas jasa finansial yang tidak termasuk
kedalam kompensasi finansial langsung seperti tunjangantunjangan,
asuransi,
bantuan
sosial
karyawan,
dan
sebagainya.
2. Kompensasi Non Finansial
Terdiri atas berbagai bentuk kepuasan yang diterima oleh
seseorang dari pekerjaan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan
itu sendiri, atau berupa lingkungan psikologis dan / atau lingkungan
fisik tempat seseorang itu bekerja. Kepuasan yang berasal dari
pekerjaan
misalnya
tugas-tugas
yang
menarik,
tantangan,
11
tanggungjawab, peluang untuk mengembangkan diri. Kepuasan yang
berasal
dari
lingkungan
kerja
misalnya
rekan-rekan
yang
menyenangkan, atasan yang kompeten, dan kondisi kerja yang
nyaman.
2.2 Sistem pemberian Kompensasi
Hingga kini belum terdapat kesamaan diantara para manajemen
perusahaan dalam menentukan presentase antara imbalan tunai dan
tunjangan dari biaya keseluruhan kompensasi. Beberapa perusahaan
memberi imbalan semata atas dasar uang tunai, sedangakan perusahaan
lain hampir lima puluh persen dari seluruh biaya kompensasinya terdiri dari
bermacam-macam tunjangan. Sayang sekali, walau bagaimanapun wujud
tunjangan, sering belum mencapai tingkat optimum bagi tenaga kerja.
Perbedaan mengenai pilihan antara tunjangan dan uang tunai cukup besar.
Ada sebagian tenaga kerja yang lebih menginginkan uang tunai dan yang lain
lebih menyukai tunjangan. Diantara mereka yang lebih menyukai tunjangan,
juga terdapat perbedaan mengenai tunjangan apa yang disenangi. Salah
satu pendekatan masalah tersebut, yakni kompensasi kafetaria. Pendekatan
ini memberi alternatif kepada individu, perusahaan yang memberikan
tunjangan tinggi, akhirnya sering mengeluarkan uang yang tidak dihargai oleh
para penerimanya. Jadi, akhirnya perusahaan mengeluarkan uang lebih
banyak daripada perusahaan yang tunjangannya lebih rendah, akan tetapi
12
mereka tidak menerima kembali hasil memadai atas pengeluaran tambahan
mereka.
Adalah
tidak
mudah
untuk
menganekaragamkan
tunjangan
berdasarkan kinerja. Akibatnya, uang yang seyogianya dipakai untuk
mendorong kinerja menjadi lenyap. Semua ini menunjukkan dalam berbagai
keadaan, lebih baik membayar dengan tuani daripada berbentuk tunjangan.
Namun, masih perlu dibuat analisis tentang berbagai keadaan, sebelum
mengambil keputusan untuk membayar uang tunai.
Jenis sistem imbalan bagaimana yang diperlukan bagi tenaga kerja?
Belum ditemukan jawaban pasti. Meskipun bagi perusahaan terutama
perusahaan basar, hal ini harus ditemukan jawabannya, karena efektifitas
sistem imbalan bergantung pada diagnosis yang baik mengenai keadaan
setempat. Namun demikian, disini dapat diberikan beberapa patokan umum
agar efektif. Patokan umum yang diharapkan dapat dijadikan pedoman dalam
praktek sistem kompensasi, meliputi individualitas, proses keputusan terbuka,
imbalan berdasarkan kinerja, dan sistem kepantasan yang merata.
2.3 Fungsi dan Tujuan Pemberikan Kompensasi
2.3.1 Fungsi Kompensasi
Suatu cara perusahaan meningkatkan prestasi kerja, motivasi
dan kepuasan kerja karyawan, masalah kompensasi mungkin
merupakan fungsi manajemen yang paling sulit dan membingungkan.
Tidak hanya karena pemberian kompensasi merupakan salah satu
13
tugas yang paling kompleks tetapi juga salah satu aspek yang paling berarti
bagi karyawan. Balas jasa yang diberikan karyawan pasti mamiliki fungsi dan
tujuan tertentu.
Menurut Soeprihanto yang dikutip oleh Martoyo (2000: 128), fungsi
pemberian kompensasi antara lain:
1. Pengalokasian sumber daya secara efisien.
Fungsi ini menunjukkan bahwa pemberian kompensasi yang cukup
baik pada karyawan yang berprestasi baik, akan mendorong karyawan
untuk bekerja lebih baik, ke arah pekerjaan- pekerjaan yang lebih
produktif. Dengan kata lain ada kecenderungan para karyawan dapat
bergeser atau berpindah dari tempat kerja yang kompensasinya
rendah ke tempat kerja yang kompensasinya tinggi dengan cara
menunjukkan prestasi kerja yang lebih baik.
2. Penggunaan sumber daya manusia secara lebih efisien dan efektif.
Dengan memberikan kompensasi yang tinggi kepada seorang
karyawan
mengandung
implikasi
bahwa
organisasi
akan
menggunakan tenaga karyawan tersebut dengan seselektif dan
seefisien mungkin. Sebab dengan cara demikian organisasi yang
bersangkutan akan memperoleh manfaat dan/ atau keuntungan yang
maksimal. Disinilah produktivitas karyawan sangat menentukan.
14
3. Mendorong stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.
Sebagai akibat alokasi dan penggunaan sumber daya manusia dalam
organisasi yang bersangkutan secara efektif dan efisien tersebut maka
diharapkan sistem pemberian kompensasi tersebut secara langsung
dapat membantu stabilisasi organisasi, dan secara tidak langsung ikut
andil dalam mendorong stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi negara
secara keseluruhan.
2.3.2 Tujuan Kompensasi
Tujuan pemberian kompensasi (balas jasa) antara lain adalah
sebagai ikatan kerjasama, kepuasan kerja, pengadaan efektif,
motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, serta pengaruh serikat buruh
dan pemerintah.
a. Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerjasama formal
antara majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan
tugas-tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha/ majikan wajib
membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
b. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan
fisik,
status
sosial,
dan
egoistiknya
memperoleh kepuasan kerja dari jabatannya.
sehingga
15
c. Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
e. Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta
eksternal konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan
lebih terjamin karena turnover relatif kecil.
f. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin
karyawan semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati
peraturan-peraturan yang berlaku.
g. Pengaruh Serikat Buruh
Dengan program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh
dapat dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada
pekerjaannya.
h. Pengaruh Pemerintah
Jika
program
kompensasi
sesuai
dengan
undang-undang
perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka
intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
16
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, antara lain
sebagai berikut :
a. Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
b. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
c. Serikat Buruh/ Organisasi Karyawan
d. Produktivitas Kerja Karyawan
e. Pemerintah dengan Undang-undang dan Kepresnya
f. Biaya Hidup/ Cost Of Living
g. Posisi Jabatan Karyawan
h. Pendidikan dan Pengalaman Karyawan
i. Kondisi Perekonomian Nasional
j. Jenis dan Sifat Pekerjaan
a. Penawaran dan permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan
pekerjaan (permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika
pencari kerja lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka
kompensasi relatif semakin besar.
b. Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar
semakin baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi
sebaliknya, jika kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk
membayar kurang maka tingkat kompensasinya relatif kecil.
17
c. Serikat Buruh/ Organisasi Karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh, maka tingkat
kompensasinya semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak
kuat dan kurang berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
d. Produktivitas Kerja karyawan
Jika produktivitas kerja karyawan baik dan banyak maka tingkat
kompensasi semakin besar, sebaliknya jika produktivitas kerjanya
buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.
e. Pemerintah dengan Undang-undang dan kepres
Pemerintah
dengan
Undang-undang
dan
Kepres
menetapkan
besarnya batas upah/ balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini
sangat
penting
menetapkan
supaya
besarnya
pengusaha
balas
jasa
tidak
bagi
sewenang-wenang
karyawan.
Pemerintah
berkewajiban melindungi masyarakat dari tindakan sewenang-wenang.
f. Biaya Hidup/ Cost of living
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi, maka tingkat kompensasi/
upah semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah itu
rendah, maka tingkat kompensasi/ upah relatif kecil. Seperti tingkat
upah di Jakarta lebih besar dari pada di Bandung, karena tingkat biaya
hidup di Jakarta lebih besar dari pada di Bandung.
18
g. Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima gaji/
kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki
jabatan yang lebih rendah akan memperoleh gaji/ kompensasi yang
kecil. Hal ini wajar karena seseorang yang mendapat kewenangan dan
tanggung jawab yang besar harus mendapat gaji/ kompensasi yang
lebih besar pula.
h. Pendidikan dan Pengalaman Kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka
gaji/ balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan serta
keterampilannya lebih baik. Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan
rendah dan pengalaman kerja yang kurang maka tingkat gaji/
kompensasinya kecil.
i. Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka
tingkat upah/ kompensasi akan semakin besar, karena akan
mendekati
posisi
full
employment.
Sebaliknya,
jika
kondisi
perekonomian kurang maju (depresi) maka tingkat upah rendah,
karena terdapat banyak penganggur (disqueshed unemployement).
j. Jenis dan Sifat Pekerjaan
Jika jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko
(finansial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah/ balas jasanya
semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk
19
mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat pekerjaanya mudah dan
resiko (finansial, kecelakaannya) kecil, tingkat upah/ balas jasanya
relatif rendah.
Faktor- faktor yang dijelaskan di atas dapat mempengaruhi besar/
kecilnya tingkat upah/ kompensasi. Hal ini perlu mendapat perhatian supaya
prinsip pengupahan adil dan layak lebih baik dan kepuasan kerja sama
tercapai.
2.5 Tantangan-tantangan yang Mempengaruhi Kebijakan Kompensasi
Penentuan
besarnya
kompensasi
dipengaruhi
oleh
beberapa
tantangan, menurut Handoko (2000 : 158) ada tujuh faktor yang
mempengaruhi kebijakan kompensasi, yaitu :
1 Suplai dan permintaan tenaga kerja
Beberapa jenis pekerjaan mungkin harus dibayar lebih tinggi dari pada
yang ditunjukkan oleh nilai relatifnya karena desakan kondisi pasar.
2 Serikat karyawan
Lemah atau kuatnya serikat karyawan mencerminkan kemampuan
organisasi karyawan tersebut untuk menguatkan kuatnya pengaruh
mereka pada penentuan tingkat kompensasi. Semakin kuat kekuatan
serikat berarti semakin kuat posisi perundingan karyawan dalam
penetapan tingkat gaji/ upah mereka.
20
3 Produktivitas
Perusahaan harus memperoleh laba dalam melanjutkan kelangsungan
hidup dan tumbuh. Tanpa hal ini, perusahaan tidak akan bisa lagi
bersaing. Oleh karena itu perusahaan tidak dapat lagi membayar para
karyawannya melebihi kontribusi mereka pada karyawannya melalui
produktifitas mereka. Bila hal ini saja biasa terjadi karena kelangkaan
atau kekuatan serikat karyawan, perusahaan biasanya merancang
kembali pekerjaan-pekerjaan, melatih karyawan baru untuk menaikkan
suplai, atau melakukan otomatisasi.
4 Kesediaan untuk membayar
Bukan
merupakan
satu
pernyataan
yang
berlebihan
bahwa
perusahaan sebenarnya ingin membayar kompensasi secara adil dan
layak. Oleh karena itu, perusahaan juga merasa para karyawan
seharusnya melakukan pekerjaan sesuai dengan gaji/ upah yang
mereka terima. Manajemen perlu menolong para karyawan untuk
meningkatkan produktivitas mereka agar kompensasi lebih tinggi dapat
dibayar.
5 Kemampuan untuk membayar
Tanpa memperhatikan semua faktor lainnya, dalam jangka panjang,
realisasi
pemberian
kompensasi
tergantung
pada
kemampuan
membayar perusahaan. Seperti telah disebutkan diatas, kemampuan
membayar tergantung pada pendapatan dan laba yang diraih, dimana
21
hal ini dipengaruhi oleh produktivitas karyawan yang tercermin dalam
biaya tenaga kerja.
6 Berbagai kebijaksanaan penggaji/ upahan dan penggajian
Hampir semua organisasi mempunyai kebijaksanaan- kebijaksanaan
yang mempengaruhi pengupahan dan penggajian. Salah satu
kebijaksanaan yang umumnya adalah memberikan kenaikan gaji/
upah, yang sama besarnya kepada para karyawan anggota serikat
buruh maupun karyawan yang bukan anggota serikat buruh. Banyak
perusahaan yang mempunyai kebijaksanaan pembayaraan bonus
(premium) diatas diatas gaji/ upah dasar untuk meminimumkan
perputaran karyawan atau untuk menarik para karyawan terbaik.
Perusahaan-perusahaan lain mungkin juga menetapkan kenaikan
kompensasi secara otomatis bila indeks biaya hidup naik.
7 Kendala-kendala pemerintah
Tekanan-tekanan
eksternal
dari
pemerintah
dengan
segala
peraturannya mempengaruhi penetapan kompensasi perusahaan.
Peraturan gaji/ upah minimum, gaji/ upah kerja lembur, dan pembatas
umur untuk tenaga kerja anak-anak, merupakan beberapa contoh
kendala kebijaksanaan kompensasi yang berasal dari pemerintah.
Didalam pemberian balas jasa harus memperlihatkan prinsip keadilan
dalam menetapkan kompensasinya. Bila seorang karyawan menerima
kompensasi dari perusahaan, keadilan bukan berarti bahwa segala sesuatu
22
dibagi sama rata. Keadilan harus dihubungkan dengan pengorbanan (input)
dengan penghasilan (output).
Download